OLEH :
019.06.0055
Kelompok 1/ Kelas A
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya dan dengan kemampuan yang kami miliki, penyusunan makalah SGD
(Small Group Discussion) LBM 3 yang berjudul “KETIAK KU NYERI DAN
GATAL” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penyusun
PENDAHULUAN
1.1 Skenario
Identitas Pasien
Nama :-
Umur : 18 tahun
a. Data subyektif
b. Data obyektif
Status Dermatologi :
PEMBAHASAN
Etiologi Sumbatan pada kelenjar apokrin kelainan yang timbul akibat terganggunya
integritas duktus kelenjar ekrin (kelenjar
keringat).
Manifestasi Hidradenitis supuratifa memiliki 3 Miliaria kristalina (sudamina) nampak
Klinis derajat keparahan menurut klasifikasi sebagai vesikel 1-2 mm berdinding tipis,
Hurley. Pada stadium awal akan mudah pecah. Pada miliaria rubra terjadi
terjadi abses, yang kemudian menjadi inflamasi sehingga dapat dijumpai adanya
tratus sinus dan muncul jembatan papul eritematosa di sekitar pori-pori
skar. Pada stadium ketiga lesi akan rambut. Jika dijumpai adanya multipel
memudar menjadi skar, mengalami pustula di atas dasar eritematosa maka
inflamasi dan muncul discharge kelainan tersebut digolongkan dalam
kronik. Onset HS terjadi secara miliaria pustulosa. Miliaria rubra
mendadak, yang ditandai dengan bermanifestasi sebagai papul multipel
papul yang lunak atau nodul yang tersusun diskret secara uniform, sewarna
terletak di lapisan kulit dalam, dan kulit, yang terkadang menyerupai
Predileksi Petanda gambaran klinis yang paling Miliaria rubra seringkali dijumpai pada area
penting adalah area yang terkena punggung pada penderita yang dirawat di
terbatas, yaitu pada area rumah sakit. Hal ini disebabkan oleh
intertriginosa. Daerah yang sering keringat serta faktor oklusi oleh alas tahan
terlibat yaitu aksila, inguinal, air.
perineum dan perianal, sekitar
mammae, sekitar bokong, area pubis,
dada, kulit kepala, retroaurikuler dan
kelopak mata.
(Saunte DML and Jemec GBE. 2017).
Lesi kulit furunkel berupa nodul Lesi pada karbunkel lebih besar,
eritematosa, berbentuk kerucut, ukuran 1- ukuran 3- 10 cm, dasar lebih dalam area
3 cm, keras, folikulosentrik, di tengahnya sekitarnya eritema, terdapat indurasi,
terdapat pustul dan mengalami nekrose dan muncul beberapa pustul pada
dan menyembuh setelah pus keluar dan permukaannya. Lesi kemudian
meninggalkan sikatrik. berkembang menjadi kawah berwarna
kekuningan pada tengah lesi,
menyembuh perlahan walau area
sekitarnya akan tetap berwarna
violaceus untuk waktu yang lebih lama,
menghasilkan skar permanen.
Predileksi Tempat predileksinya adalah tempat yang Predileksi pada leher, punggung atau
banyak gesekan, misalnya aksila dan paha.
Furunkel Karbunkel
Etiologi Tuberkulosis kutaneus dapat disebabkan oleh M. tuberculosis, M.bovis dan dalam
keadaan khusus Basil Calmette-Guerin, sebuah vaksin berasal dari strain M. bovis
yang dilemahkan. Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang, panjang 2-4/μ dan
lebar 0, 3-0, 5/ μ, tahan asam, tidak bergerak, tidak membentuk spora, bersifat aerob
dan suhu optimal pertumbuhan 37°C.
Infeksi sering terjadi setelah adanya inokulasi primer pada tonsil atau oral dari M.
bovis setelah mengkonsumsi susu yang terinfeksi.
Manifestasi Kelenjar getah bening yang terkena akan tampak sebagai suatu nodul yang
Klinis membesar secara perlahan, pada perabaan terasa keras dan tidak nyeri. Limfedenopati
pada tuberculosis dapat dibagi menjadi 5 tahapan.
- Pada tahap 1, tampak adanya pembesaran kelenjar getah bening secara
Predileksi Daerah yang paling sering terkena adalah leher, ketiak dan yang terakhir adalah lipat
paha.
(Murlistyarini, Sinta., dkk. 2018)
Skrofuloderma
Tingkat Karakteristik
II Abses rekuren, lesi soliter atau multipel yang terpisah jauh, dengan sinus
III Keterlibatan area sekitar yang difus atau luas dengan sinus dan abses yang saling
berhubungan.
Patogenesis
Epidemiologi
1. Lesi tipikal – nodul yang nyeri, blind boil pada awal lesi; abses,
draining sinuses, skar, dan “tombstone” komedo terbuka pada lesi
sekunder ;
2. Topografi tipikal – aksila, pelipatan paha, perineal dan lesi perianal,
bokong, lipatan infra, dan intermama; dan
3. Kronis dan kambuh- kambuhan (Saunte DML and Jemec GBE.
2017).
Terapi
Komplikasi
Prognosis
KIE
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pasien di
skenario memiliki diagnosis “Hidradenitis Supuratif Tingkat II” dimana hal ini
dapat ditentukan dari manifestasi klinis pada pasien berupa bintik yang nyeri dan
gatal pada ketiak pasien.
Oleh karena itu diperlukan upaya preventif, curative dan rehabilitative untuk
memberikan prognosis yang baik pada pasien, dimana penatalaksanaan
Hidradenitis suppurativa berupa antibiotik sistemik. Jika telah terbentuk abses
dilakukan insisi. Jika abses belum lunak perlu di kompres terbuka. Pada kasus
yang kronik residif, kelenjar apokrin di eksisis.
Djuanda Adhi, Mochtar Hamzah, Siti Aisyah, 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi Kelima. Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : FKUI
James WD, Berger TG, Elston GM, et al. 2016. Acne. In: Andrews’ Diseases of
the Skin. Clinical Dermatology. 12th Ed. Philadelphia: Elsevier.
Margesson LJ and Danby FW. 2012. Diseases and Disorders of The Female
Genitalia. In: Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th Ed.
Menaldi, Sri., dkk. 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh.
Cetakan Kedua. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
ISBN : 978- 979- 496- 852- 9
Murlistyarini, Sinta., dkk. 2018. Intisari Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. UB
Press. ISBN : 978- 602- 432- 449- 0
PERDOSKI. 2017. Panduan praktis klinis Bag Dokter Spesialis Kulit dan
Kelamin.
Siregar, R.S. 2016. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Edisi 3. ISBN 979-448-686-8
Sjamsoe, Emmy S,. dkk. Sebuah Panduan Bergambar ; Penyakit Kulit yang
Umum di Indonesia. PT. Medical Multimedia Indonesia. ISBN : 979-
99294- 1- 5
Zouboulis CC and Tsatsou F. 2012. Disorders of the Apocrine Sweat Glands. In:
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th Ed.Goldsmith LA,
Katz SI, Gilchrest BA, et al editors. New York: McGraw Hill Medical.