A. IDENTITAS PASIEN
Umur : 65 tahun
Agama : Islam
Suku : Aceh
B. ANAMNESIS
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalisata
Keadaan Umum
a. Kesadaran : Compos Mentis
b. Tekanan Darah : 150/100 mmHg
c. Nadi : 82x/ menit
d. Suhu : 36,7 C
D. STATUS DERMATOLOGI
Ruam sekunder : skuama pada regio thorax anterior, regio thorax posterior,
region ektremitas superior dextra et sinistra
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
-
RESUME
Pasien datang dengan keluhan utama bintil-bintil kemerahan disertai rasa gatal didaerah
dada, punggung dan lengan sejak ± 1 minggu ini. Awalnya berupa bintil-bintil kecil
berwarna merah disertai rasa gatal didaerah dada yang dialami os ± 1 minggu ini. Karena
rasa gatal os menggaruknya, sehingga lama kelamaan bintil-bintil tersebut meluas hingga
sekeliling punggung dmen lengan. Pasien mengatakan mengalami hal yang sama sejak
sebulan lalu. Pasien sering berkeringat dan jika telah berkeringat terasa gatal.
F. DIAGNOSA BANDING
1. Miliaria Rubra
2. Miliaria Kristalina
3. Folikulitis
G. DIAGNOSA KERJA
Miliaria Rubra
H. PENATALAKSANAAN
Non farmakologi:
a. Menjaga kebersihan kulit dengan mandi minimal 2× sehari
b. Memakai pakaian yang menyerap keringat
Farmakologi
CTM 3x1
Dexamethason 3x1
Rodehan Latio
Hydrocortison 10%
MILIARIA RUBRA
PENDAHULUAN
Miliaria rubra sering terdapat pada badan dan tempat-tempat tekanan atau gesekan
pakaian. Terlihat papul merah atau papul vesicular yang sangat gatal dan pedih. Miliaria jenis ini
terdapat pada orang yang tidak biasa pada daerah tropik.(1,2,5)
Miliaria rubra ini merupakan bentuk klinik yang sangat penting dan ditandai dengan rasa
gatal dan eritem. Lesinya berupa papula eritematus dengan puncak dan pusatnya berupa vesikula.
Lesinya ekstrafolikuler, ini membedakan dengan folikulitis. Papulanya steril atau terinfeksi
sekunder pada miliaria yang luas dan kronis.(1,2,5)
DEFENISI
Miliaria adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai dengan adanya vesikel
milier. Miliaria juga dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan tertutupnya pori-pori keringat
didalam kulit. Miliaria rubra adalah kelainan kulit akibat adanya sumbatan yang terletak didalam
epidermis.(1,2,3,4,5)
SINONIM
ETIOLOGI
Penyebab biasanya jika udara panas atau lembab, atau karena pengaruh pakaian yang
tidak menyerap keringat, tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat oleh bakteri yang
menimbulkan peradangan dan edema akibat keringat yang tidak keluar dan diabsorbsi oleh
stratum korneum.(5)
FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit adalah daerah yang panas dengan
kelembaban yang tinggi, insidens yang lebih tinggi pada musim panas, seperti penyakit kulit
lainnya, miliaria juga dipengaruhi faktor kebersihan, jika kotor mudah mengalami infeksi
sekunder.(5)
PATOGENESIS
Miliaria terjadi karena ada sumbatan keratin pada saluran keringat. Pada permulaan
musim hujan udara mulai lembab. Udara lembab ini mempengaruhi keratin disekeliling lubang
keringat yang mula-mula kering kemudian menjadi lembab dan membengkak, sehingga lubang
keringat tertutup. Dapat juga bahan kimia menyebabkan keratin menjadi basah dan menutupi
lubang keringat. Lokasi sumbatan dapat dalam saluran keringat dapat menentukan tipe miliaria
tersebut.(1,2)
Kalau sumbatan sedikit lebih dalam yakni didalam epidermis dan saluran keringat yang
pecah ada didalam epidermis, vesikula terjadi didalam epidermis. Miliaria ini ditandai dengan
eritem dan rasa gatal. Tanda ini adalah akibat dari vasodilatasi dan rangsangan reseptor gatal oleh
enzim yang keluar dari sel epidermis karena keringat yang masuk ke dalam epidermis.(2)
Pendapat kedua mengatakan bahwa primer kadar garam yang tinggi pada kulit
menyebabkan spongiosis dan sekunder terjadi pada muara kelenjar keringat (LOEWENIHOE
1961). Staphylococcus diduga juga mempunyai peranan.(1)
MANIFESTASI KLINIS
Ini merupakan bentuk klinik yang sangat penting dan ditandai dengan rasa gatal dan
eritem. Lesinya beruba papula eritematus dengan puncak dan pusatnya berupa vesikula. Lesinya
ekstrafolikuler; ini membedakan dengan folikulitis. Papulanya steril atau terinfeksi sekunder
pada miliaria yang luas dan kronis.(2)
Miliaria rubra tidak mengenai muka dan bagian volar kulit, tetapi mengenai permukaan
kulit, terutama pada punggung dan leher. Rasa gatal, dan kadang-kadang panas seperti terbakar,
biasanya timbul bersamaan dengan rangsang yang menimbulkan keringat. Miliaria rubra yang
luas dan berat dapat menyebabkan hiperpireksia dan lelah karena panas ( heat exhaustion ) serta
pingsan.(1,2,3,4,5)
Pada semua tipe, pecahnya saluran keringat dibawah sumbatan akan menghasilkan
retensi, yang mengakibatkan gatal, papula, papul vesikula dan eritematus.(2)
GAMBARAN HISTOPATOLOGIK
Miliaria rubra dapat dikelirukan dengan penyakit kulit lain, misal reaksi iritasi primer,
eritema neonatorum, dan folikulitis. Dengan kaca pembesar akan tampak vesikula yang khas;
puncak lesi yang eritematus adalah folikel rambut.(2,5)
PENATALAKSANAAN
Penting untuk menghindari panas yang berlebihan, mengusahakan ventilasi yang baik,
dan menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat.
Beberapa obat lokal dapat diberikan untuk menghindari sumbatan, misalnya lalonin yang
anhidrus, salep hidrofilik, talk untuk bayi, tepung kanji, dan lasio yang berisi 1% mentol dan
trigliserin dan 4% asam salisilat dalam alkohol 95%. Antibiotika lokal juga dapat diberikan untuk
mencegah, tetapi rupanya tidak efektif. Pemberian vitamin c dosis tinggi dapat diberikan untuk
mencegah atau mengurangi timbulnya miliaria. Dapat diberikan antibiotik bila terjadi infeksi
sekunder dan anti histamin sebagai anti pruritus.(6)
Terapi: pakaian yang tipis dan yang dapat menghisap keringat. Terapi medikamentosa dapat
diberikan:
∫ 2 dd 1 tab
Mometason cr No I
∫ ue
Rodeca talk No I
∫ ue
PROGNOSIS
Umumnya baik.(5)
LAPORAN KASUS
Telah datang pasien bernama Mahdalena berumur 39 tahun tahun , suku aceh, agama
Islam, di ruang rawat Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah Langsa
pada tanggal 03 Mei 2017, dengan keluhan utama bintil-bintil kemerahan disertai rasa gatal
didaerah wajah, lengan , badan dan sekitarnya sejak ± 1 minggu ini. Awalnya berupa bintil-bintil
kecil berwarna merah disertai rasa gatal didaerah badan yang dialami os ± 1 minggu ini. Karena
rasa gatal os menggaruknya, sehingga lama kelamaan bintil-bintil tersebut meluas hingga
sekeliling kelengan dan wajah. Pasien mengatakan mengalami hal yang sama sejak sebulan lalu.
Pasien sering berkeringat dan jika telah berkeringat rasa gatal bertambah dan os juga tidak ada
riwayat alergi sebelumnya. Karena bintil-bintil yang disertai gatal tersebut makin meluas pasien
memutuskan untuk konsul dengan dokter kulit dan kelamin. Pasien juga mengeluh nyeri pada
tulang dan perutnya. Pasien juga dalam perawatan penyakit poliatralgia.Dari anamnesis riwayat
penyakit keluarga tidak dijumpai, riwayat penyakit terdahulu tidak dijumpai. Riwayat pemakaian
obat yaitu lansoprazol dan paracetamol.
Pada pemeriksaan fisik dijumpai keadaan umum tampak kesakitan. Pada pemeriksaan
dermatologis dijumpai ruam berupa papul eritema, papul miliar, dan skuama halus pada regio
abdominalis, regio facialis , dan regio ekstremitas.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka diagnosis banding penyakit ini
adalah miliaria rubra, folikulitis dan akne infantil. Diagnosis sementara adalah miliaria rubra.
Penatalaksanaan pada pasien ini secara umum adalah memakai pakaian yang tipis dan
yang dapat menyerap keringat, menempatkan penderita didalam lingkungan yang dingin
sehingga keringat bisa berkurang serta hindari garukan pada daerah lesi. Penatalaksanaan khusus
pada pasien ini, secara topikal diberikan bedak Mometason cr dan Rodeca talk,sedangkan
sistemik diberikan antihistamin Citirizin 2x1 guna mengurangi rasa gatal (antipruritus).
Prognosis pasien ini adalah umumnya baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sri Linuwih SW Menaldi, dkk. Dermatofitosis. Dalam : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Edisi Ketujuh. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 20016. Hal 325-327
2. Harahap M, dkk. Dermatofitosis. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates 2000.
Hal: 245-247
3. Sjamsoe S, Emmy. Penyakit Kulit yang Umum di Indonesia, Sebuah Panduan Bergambar.
Jakarta: PT Medical Multimedia Indonesia. 2005. Hal 103
4. Mansjoer A, Suprohaita. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius. 2009. Hal 132
5. Siregar R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.2005. Hal 247-249
6. www.emedicine.com/derm/topic266.htm