Anda di halaman 1dari 32

Oleh: Linda Yulianingsih

Pembimbing:
dr. Heryanto Syamsudin, Sp.KK
Retensi dari kelenjar keringat ini
merupakan dampak dari oklusi
Miliaria adalah kelainan kulit ductus keringat ekrin,
akibat retensi keringat, mengakibatkan erupsi yang
ditandai dengan adanya biasanya terjadi saat cuaca
vesikel milier.(1) panas, iklim yang lembab,
seperti pada daerah tropis dan
selama musim panas.(2)

Miliaria juga dikenal dengan sebutan biang


keringat, keringat buntet, liken tropikus,
atau prickle heat.(1)
 Biang keringat

 Keringat buntet

 Liken Tropikus

 Prickle Heat
 Miliaria umum terjadi pada bayi pada
minggu pertama kehidupannya.
 Miliaria terjadi pada individu dari semua
ras.
 Predileksi jenis kelamin umumnya sama.
 . Data tentang kejadian miliaria pada bayi baru lahir
adalah dari survei jepang lebih dari 5000 bayi, survey ini
mengungkapkan bahwa miliaria kristalina ditemukan
pada 4,5% dari neonatus dengan usia rata-rata 1
minggu. Miliaria rubra muncul 4% pada neonatus, dengan
usia rata-rata 11-14 hari.
 Tiga bentuk miliaria (miliaria kristalina/sudamina,
miliaria rubra/prickly heat, dan miliaria profunda)
terjadi akibat dari baik oleh adanya obliterasi ataupun
oleh adanya gangguan pada saluran kelenjar keringat.
Pada miliari kristalina
obstruksi yang terjadi sangat superficial pada
stratum corneum dan vesikel terletak pada
subcorneum.

Pada miliaria rubra


perubahan lebih lanjut yang terjadi termasuk keratinisasi
dari bagian intraepidermal dari saluran kelenjar keringat,
dengan adanya kebocoran dan pembentukan vesikel di
sekitar saluran.

Pada miliari profunda

terdapat ruptur pada saluran kelenjar keringat pada


tingkat atau dibawah dermal-epidermal junction
Jika kondisi lembab dan
panas tetap bertahan,
baik dalam dermis maupun
individu terus
epidermis.
memproduksi keringat
secara berlebihan

Hasil penyumbatan ini


tidak dapat mengeluarkan
adalah terjadinya
keringat kepermukaan
kebocoran saluran kelenjar
kulit karena adanya
keringat yang menuju ke
penyumbatan duktus.
permukaan kulit,
Ketika titik kebocoran
terletak pada stratum di miliaria rubra, yang
corneum atau tepat kebocoran keringat ke
dibawahnya, seperti miliaria dalam lapisan subcorneal
kristalina, peradangan kecil menghasilkan vesikel dan
yang akan muncul, dan infiltrat sel radang
lesinya akan asimptomatik.

Pada miliaria profunda, keluarnya keringat ke


lapisan papillare dermis menghasikan infiltrat
limfositik periductal dan spongiosis saluran intra-
epidermal.
 Disebabkan karena trauma mekanik/kimia,
keringat berlebihan (humidity, temperature).

 Dimana hidrasi yang berlebihan pada stratum


korneum akan menyebabkan :

◦ Korneosit membengkak/perubahan struktur kimia


keratin.
Miliaria kristalina

Miliaria rubra (Prickly heat)

Miliaria profunda (mamillaria)


 Vesikel bersifat jernih, berdinding tipis, dengan
ukuran 1-2 mm, dan tanpa adanya area inflamasi,
umumnya asimptomatik.
 Vesikel ini kemudian akan ruptur
 Vesikel berisi keringat ini terletak dekat dengan
permukaan kulit dan tampak seperti tetesan embun
yang jernih.
 Tidak tampak eritem atau hanya sedikit, dan lesinya
bersifat asimptomatik
 Vesikel dapat muncul sedikit atau berkelompok dan
paling sering menyerang balita, orang dengan tirah
baring, atau orang yang sedang kepanasan
 Papul inflamasi yang gatal disekitar pori-pori
 Sering pada anak-anak dan orang dewasa setelah
episode berkeringat yang berulang dalam keadaan
yang panas dan lembab
 Beberapa kasus dari miliari rubra akan membentuk
pus, yang akan menjadi miliari pustulosa
 lesi miliaria rubra ini muncul sebagai lesi yang khas,
sangat gatal, berbentul papulovesikel eritematous
yang disertai dengan rasa seperti tertusuk-tusuk,
terbakar, atau kesemutan

Miliaria rubra
 Kulit yang terkena pada umumnya muncul dengan
papul pucat dan solid dengan ukuran 1-3 mm,
khususnya pada batang tubuh, dan kadang-kadang
pada anggota gerak
 Tidak ada rasa gatal ataupun rasa tidak nyaman pada
lesi kulit
 Pustul gatal ini paling sering terletak pada area
intertriginosa, permukaan flexor ekstremitas,
scrotum, dan punggung pasien dengan tirah baring
 Pada miliaria kristalina vesikel intrakorneal atau
subkorneal tanpa sel-sel inflamasi disekitarnya,
obstruksi saluran ekrin dapat diamati dalam stratum
korneum.
 Pada miliaria pustulosa pemeriksaan sitologi isi pus
menunjukan sel-sel inflamasi.
 Pewarnaan Gram dapat mengungkapkan adanya
coccus Gram positif (misalnya staphylococcus).
Folikulitis
 Folikulitis adalah infeksi bakteri lokal pada satu
folikel rambut. Disertai dengan pustule dan eritema.
Kandidasis
 Kandidosis adalah infeksi pada kulit atau mukosa
yang disebabkan oleh jamur genus Candida. Tes
KOH (+).
1. Penatalaksanaan Umum
 Penderita sebaiknya menghindari aktivitas/keadaan
yang memicu berkeringat, karena hal ini dapat
mengeksaserbasi gejala dan mereaktivasi erupsi.
 Pakaian yang dikenakan sebaiknya berbahan ringan,
longgar, dan menyerap keringat untuk menjaga
tingkat kelembaban kulit
2. Terapi Topikal
 Lubrikasi epidermal
 Penggunaan topikal Lanolin Anhidrose
 Sabun antibakteri
 Losion Kalamine
3. Terapi Sistemik
 Antibiotik sistemik sebaiknya digunakan ketika ada bukti yang
jelas adanya infeksi sekunder.
 Usaha-usaha preventif dilaksanakan dengan mengontrol
panas dan kelembaban sehingga keringat tidak
distimulasi. Cara-caranya antara lain: (2,5,9)
- Mengobati demam
- Tidak menggunakan pakaian yang tidak menyerap
keringat
- Membatasi aktivitas yang berlebihan, penggunaan air
kondisioner
- Pindah ke tempat yang iklim lebih dingin.
 Infeksi sekunder yang dapat muncul sebagai impetigo
 Anhidrosis kulit
 Anhidrotic tropis asthenia
Prognosis
 Kebanyakan pasien sembuh dalam hitungan minggu,
setelah mereka pindah ke lingkungan yang dingin.
1. Natahusada, E.C. Miliaria. In: Prof.Dr.dr.Adi Djuanda, editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Ed 6. Jakarta. FK UI;
2010.p.276-77

2. William DJ, Timothy GB, Dirk ME. Dermatoses Resulting From Physical Factors. In: Sue Hodgson/Karen Bowler,
editors. Andrews’ Disease of the skin: Clinical Dermatology. 10th ed. Canada : Saunders Elsevier; 2006. p. 23-
24
3. Stone SP, Goldfarb JN, Bacelieri RE. Disorders Affecting the Sweat Glands : Miliaria In: Wolff K, Lowell A, Katz
GSI, Paller GAS, Leffell DJ, editors. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 7th ed. United state of America.
McGraw-Hill; 2008. p. 730
4. Sterry W, Paus R, Burgdorf W. Disorders of Sweat Glands : Miliaria. In Thieme Clinical Companions Dermatology:
Thieme New York; 2006. p. 528
5. Levin NA. Dermatologic Manifestations of Miliaria Clinical Presentation. Medscape ref. 2012.
6. Coulson IH. Disorders of Sweat Glands. In: Rook’s textbook of dermatology. 8th ed. United kingdom. Willey-
blackwell; 2010. p. 44.15-44.16.
7. Habif TP. Acne, Rosacea, and Related Disorder. In: Habif TP, editor. A Clinical Dermatology : a color guide to
diagnosis and therapy. 4th ed. London. Mosby; 2004. p. 205.
8. Trozak DJ, Tennenhouse JD, Russell JJ. Miliaria Rubra (Prickly Heat). In: Trozak DJ, Tennenhouse JD, Russell JJ editors. Dermatology
Skills for Primary Care; An Illustrated Guide: Humana Press; 2006. p. 101-103.

9. Shimizu H. In Shimizu’s Textbook of Dermatology. Japan: Department of Dermatology Hokkaido University; 2006.
Chapter 19, Disorders of the skin appendages.
10. http://emedicine.medscape.com/article/1070840-followup#showall

Anda mungkin juga menyukai