2 Skenario 1
Seorang pria berusia 45 tahun, dibawa orang tuanya ke poliklinik dengan keluhan bercak putih di
dada dan lengan. Bercak putih dialami sejak 6 bulan yang lalu disertai dengan mati rasa atau
kebas, pasien tidak lagi bisa merasakan sentuhan dan tidak berkeringat di area tersebut. Bercak
putih tidak ada rasa gatal. Alis pasien juga mulai menipis dan menghilang. Pada anamnesa
riwayat lingkungan sosial, tetangga dekat juga mengalami keadaan yang sama. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran saraf pada kedua lengan, penurunan respon sensoris
pada bercak putih tersebut.
1. TERMINOLOGI
1. Penurunan respon sensoris : penurunan respon dari sensasi atau indra stimulasi
sensorik
2. Kebas : tidak dapat merasakan apa pun di bagian tertentu
dari tubuh terutama akibat dingin atau anestesi ( Merriam Webster )
3. Gatal : sensasi iritasi yang tidak nyaman di permukaan
atas kulit yang biasanya disebabkan oleh stimulasi sensorik
4. Bercak putih : salah satu dari beberapa penyakit yang ditandai
dengan lesi berwarna terang
2. RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa bercak putih yang dialami pasien disertai dengan mati rasa atau kebas ?
2. Apakah riwayat lingkungan sosial (tetangga) pasien dapat menjadi salah satu
faktor penyebab pasien mengalami hal tersebut ?
3. Apa yang menyebabkan alis pasien menipis dan menghilang ?
4. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, apa yang dialami oleh pasien?
3. HIPOTESIS
1. Adanya bercak putih yang dialami dapat terjadi akibat adanya bakteri atau jamur
yang memberikan dampak terutama pada kulit dan saraf. Bakteri masuk ke tubuh
manusia melalui kontak langsung dengan kulit atau mukosa nasal yang berasal
dari droplet. Karena menyerang saraf tepi, kulit, dan jaringan tubuh lainnya maka
lokasi bercak putih tersebut akan mengalami kebas atau mati rasa.
3. Tidak hanya alis yang menipis, namun bisa juga bulu mata atau rambut yang
rontok. Bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti autoimun, nutrisi, infeksi,
ataupun trauma. Jika terdapat infeksi di daerah folikel rambut, bisa menyebabkan
folikel hancur sehingga rontok dan alis bisa menipis.
Sumber: Kumar, A., & Karthikeyan, K. (2012). Madarosis: a marker of many
maladies. International Journal of Trichology, 4(1), 3–18.
5. SASARAN BELAJAR
1. Mengetahui dan memahami definisi dan etiologi dari morbus hansen
2. Mengetahui dan memahami tanda dan gejala dari morbus hansen
3. Mengetahui dan memahami klasifikasi dari morbus hansen
4. Mengetahui dan memahami patofisiologi morbus hansen
5. Mengetahui dan memahami diagnosis dan pemeriksaan penunjang
6. Mengetahui dan memahami penularan dan pencegahan dari morbus hansen
7. Mengetahui dan memahami tata laksana (farmakologi dan non-farmakologi)
6. BELAJAR MANDIRI
1. Mengetahui dan memahami definisi dan etiologi dari morbus hansen
Kusta, dikenal dengan nama lepra atau penyakit morbus Hansen, adalah penyakit yang
menyerang kulit menyebabkan luka pada kulit; sistem saraf perifer yang menyebabkan
kerusakan saraf, dapat juga melemahnya otot dan mati rasa; selaput lendir pada saluran
pernapasan atas serta mata.
Kusta disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini adalah basil obligat
intraseluler yang dapat berkembang biak dalam sel Schwann saraf dan makrofag kulit dan
bersifat tahan asam (BTA). Proses perkembangbiakannya berlangsung selama 2-3
minggu. Di luar tubuh, mikroba ini dapat bertahan hidup selama 9 hari, kemudian
membelah dalam jangka 14-21 hari dengan masa inkubasi rata-rata 2-5 tahun. Setelah 5
tahun, tanda seperti bercak putih, merah, dan kesemutan mulai muncul. Buruknya
penatalaksanaan menyebabkan kusta menjadi progresif, kerusakan permanen pada kulit,
saraf, anggota gerak, dan mata.
Merasakan mati rasa, baik sensasi terhadap perubahan suhu, sentuhan, tekanan
ataupun rasa sakit pada bagian bercak berwarna putih. 2. Muncul lesi berwarna pucat dan
menebal pada kulit yang berbercak. 3. Muncul luka pada bercak putih tetapi tidak terasa sakit.
4. Pembesaran saraf yang biasanya terjadi pada daerah siku dan lutut. 5. Merasakan
kelemahan otot hingga kelumpuhan, terutama pada otot kaki dan tangan. 6. Kehilangan alis dan
bulu mata. 7. Mata menjadi kering dan jarang mengedip hingga dapat menimbulkan kebutaan.
8. Hilangnya jari jemari. 9. Kerusakan pada bentuk hidung, yang dapat menimbulkan mimisan,
hidung tersumbat atau kehilangan tulang hidung.
PENCEGAHAN
Memberi pendidikan dan pengetahuan pencegahan penyakit Kusta, perilaku selalu
mencuci tangan setelah beraktivitas, telah mendapatkan imunisasi BCG, selalu menjaga
posisi 45o saat berbicara dengan penderita Kusta, menggunakan masker saat
berinteraksi dengan penderita Kusta, kondisi fisik rumah memenuhi syarat kesehatan
dengan ventilasi, pencahayaan, kebersihan, kelembaban dalam katagori normal / sehat.
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan skenario, pria tersebut terkena penyakit morbus hansen atau kusta dengan gejala
bercak putih yang mati rasa atau kebas, tidak berkeringat serta alis menipis. Morbus hansen
disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang dapat menular melalui saluran pernafasan dan
kontak langsung. Diagnosis ditetapkan berdasarkan temuan satu dari tiga tanda kardinal kusta
yaitu kelainan pada kulit, saraf, dan pemeriksaan BTA. Terapi dapat dilakukan secara
farmakologis yaitu dengan pemberian obat MDT yang diberikan tergantung tipe (PB atau MB)
dan usianya (anak atau dewasa). Terapi non farmakologis dengan …. . Pencegahan kusta
dapat dilakukan dengan penerapan PHBS(?).