Penyakit ini ditandai dengan borok dari tulang dan kulit yang
menyebabkan hilangnya sensasi, lumpuh, gangrene, dan
deformasi. (The American Heritage – Dictionary of the English
language).
PATOFISIOLOGI
Cara penularan yang pasti belum diketahui, tetapi menurut
sebagian ahli cara penulannya adalah melalui saluran
pernapasan (inhalasi) dan kulit (kontak langsung yang lama).
Kuman mencapai permukaan kulit melalui folikel rambut,
kelenjar keringat, dan diduga juga air susu ibu. Timbulnya
penyakit kusta pada seseorang tidak mudah sehingga tidak
perlu ditakuti. Hal ini bergantung pada beberapa faktor, antara
lain sumber penularan, kuman kusta, daya tahan, sosial
ekonomi dan iklim
ETIOLOGI
M. (leprae) merupakan basil tahan asam (BTA), bersifat
obligat intraseluler, menyerang saraf pereifer, kulit dan
organ lain seperti mukosa saluran pernapasan atas, hati,
sum – sum tulang kecuali susunan saraf pusat. Masa
membeladiri M.leprae 12 – 21 hari sedangakan masa
tunas 40 hari – 40 tahun.
KLASIFIKASI
Untuk keperluan kombinasi atau Multidrug
Therapy (MDT) yaitu menggunakan gabungan
Rifampicin, Lamprene dan DDS, maka penyakit
kusta di Indonesia diklasifikasikan mennjadi 2
tipe yaitu :
• Tipe PB (Pausi basiler)
• Tipe MB (Multi basiler)
KLASIFIKASI
KLASIFIKASI
PATHWAY
MANIFESTASI KLINIS
Untuk menetapkan diagnosa penyakit kusta perlu
dicari tanda – tanda pokok atau “cardinal signs” pada
badan yaitu :
• Kelainan kulit / lesi yang hypopigmentasi atau
kemerahan dengan hilang / mati rasa yang jelas
• Kerusakan dari saraf tepi, yang berupa hilang / mati
rasa dan kelemahan otot tangan, kaki atau muka
• Adanya kuman tahan asam di dalam kultur jaringan
kulit (BTA positif)
KOMPLIKASI
• Kerusakan Saraf
Komplikasi paling parah penyakit kusta adalah rusaknya saraf secara
permanen. Ini merupakan akibat bakteri yang menyerang saraf bagian tepi,
terutama saraf pada wajah, tangan dan kaki.
Kondisi tersebut membuat penderitanya tidak dapat merasakan nyeri dan
suhu. Bukan tak mungkin penderita tanpa sadar melukai dirinya dengan benda
tajam atau membakar dirinya.
Kerusakan saraf juga memengaruhi kulit sekitarnya. Ini membuat kulit
menjadi kering, timbul borok, serta rambut di sekitarnya ikut rontok.
KOMPLIKASI
• Kerusakan Mata
Seperti yang dijelaskan pada poin sebelum, kusta menyerang
saraf yang ada di wajah, termasuk yang saraf mata. Keadaan ini
mengakibatkan penderitanya menjadi sulit untuk menutup mata
(lagoftalmus).
Kurangnya sensitivitas pada mata dapat menimbulkan katarak,
keratitis, dan glaukoma yang bisa menyebabkan kebutaan
KOMPLIKASI
• Kerusakan pada Wajah dan Hidung
Lapisan mukosa pada hidung bisa mengering dan mati rasa akibat
kerusakan saraf. Akibatnya, hidung jadi tersumbat dan terjadi mimisan kronis.
Infeksi sekunder juga bisa terjadi di hidung, sehingga tulang rawan mengalami
pengikisan, membuat bentuk hidung tak lagi normal.
Kerusakan pada wajah juga bisa terjadi, yaitu timbul seperti benjolan dan
pembengkakan permanen.
KOMPLIKASI
• Kecacatan pada Tangan dan Kaki
• Sistem Penglihatan
Adanya gangguan fungsi saraf tepi sensorik, komea mata anastesi
sehingga reflek kedip berkurang jika terjadi infeksi mengakibatkan
kebutaan, dan saraf tepi motorik terjadi kelemahan mata akan
lagophthalmos jika ada infeksi akan buta. Pada morbus hansen tipe II
reaksi berat, jika terjadi peradangan pada organ-organ tubuh akan
mengakibatkan irigocyclitis. Sedangkan pause basiler jika ada bercak
pada alis mata maka alis mata akan rontok.
PEMERIKSAAN FISIK
• Sistem Pernapasan
Klien dengan morbus hansen hidungnya seperti pelana dan terdapat
gangguan pada tenggorokan
• System Musculoskeletal
Adanya gangguan fungsi saraf tepi motorik adanya kelemahan atau
kelumpuhan otot tangan dan kaki, jika dibiarkan akan atropi .
PEMERIKSAAN FISIK
• System Persyarafan
Kerusakan system sensorik
Kelainan fungsi sensorik ini menyebabkan terjadinya kurang mati rasa. Akibat kurang/
mati rasa pada telapak tangan dan kaki dapat terjadi luka, sedang pada kornea mata
mengkibatkan kurang/ hilangnya reflek kedip.
Kerusakan system motoric
Kekuatan otot tangan dan kaki dapat menjadi lemah/ lumpuh dan lama-lama ototnya
mengecil (atropi) karena tidak dipergunakan
Terjadi gangguan pada kelenjar keringat, kelenjar minyak dan gangguan sirkulasi darah
sehingga kulit menjadi kering menebal, mengeras dan akhirnya dapat pecah-pecah.
03.
DIAGNOSA
KEPERAWATA
N
DIAGNOSA
KEPERAWATAN