Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 4
LUKA ANEH
MODUL 6.3
MASALAH USIA ANAK dan LANSIA

Pengampu : dr. Rahmayanti M.Med (RH&HG)

Disusun Oleh :

Nama : Dina Fulaisifa

NIM : 179010026

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG

2020

i
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Sampul ............................................................................ i

Daftar Isi ........................................................................................ ii

Kata Pengantar .............................................................................. iii

Skenario 1 ..................................................................................... 1

Step I : Mengidentifikasi Istilah Asing ......................................... 2

Step II : Mengidentifikasi Masalah ............................................... 3

Step III : Menganalisis Masalah .. ................................................. 4

Step IV : Peta Konsep .................................................................. 5

Step V : Learning Objective ........................................................ 6

Step VI : Belajar Mandiri ............................................................... 7

Step VII : Kesimpulan .................................................................... 27

Dalil ................................................................................................ 28

Daftar Pustaka ................................................................................ 29

ii
SKENARIO 4

LUKA ANEH
Seorang wanita usia 70 tahun, dibawa berobat ke tempat praket
dokter umum, dengan keluhan sejak 1 bulan ini timbul luka di pantat dan
ruam kulit dilipat paha serta kulit yang kering. Luka di pantat timbul sejak 2
minggu yang lalu, pada luka tampak menggaung dengan dasar jaringan
subkutis dan tampak nekrosis jaringan. Pada ruam kulit di lipat paha
tampak kemerahan, basah dan terasa gatal. Pada kulit penderita tampak
kering, kasar dan gatal. Riwayat penyakit sebelumnya 2 bulan yang lalu
penderita mengalami stroke non haemorragic. Dan selanjutnya penderita
mengalami kelemahan pada anggota geraknya dan hanya bisa berbaring
di tempat tidur. Penderita menggunakan diapers karena aktifitasnya
terbatas.Penderita mendapatkan obat berupa salep Asam Fucidat dan
hidrokortison untuk luka di pantat serta bedak gatal dan tablet CTM untuk
ruam di lipat pahanya. Tetapi keluhan tidak membaik bahkan luka smakin
melebar.Dokter umum akhirnya merujuk untuk penangan lebih lanjut.

1
STEP I

MENGIDENTIFIKASI ISTILAH ASING

1. Stroke non hemoragik atau stroke iskemik adalah stroke yang di


akibatkan oleh adanya sumbatan yang menyebabkan otak menjadi
kekurangan asupan oksigen.

2. Ruam : ujud kelainan kulit akibat adanya proses inflamasi.

3. Nekrosis adalah kematian sel dan kematian jaringan pada tubuh


yang hidupyang ditandai dengan pembengkakan sel, denaturasi
protein, dan kerusakan organel.

4. Asam fusidat adalah sejenis antibiotik bakteriostatik yang bisa


digunakan secara topikal dalam bentuk sediaan krim, salep, gel,
dan tetes mata, serta bisa juga diberikan secara sistemik dalam
bentuk tablet atau suntika As. Fuaidat topikal 2% salep/krim/gel,
oleskan 3-4 kali sehari

5. Hidrokortison adalah obat kortikosteroid yang digunakan untuk


meredakan peradangan (inflamasi)Dosis hydrocortisone 0,1–2,5%
dalam bentuk sediaan krim, salep, atau losion dioleskan sebanyak
1–2 kali sehari.

6. CTM adalah turunan alkilamin yang bekerja secara kompetitif


dengan menghambat reseptor histamin H1 yang dapat menembus
sawar darah otakdosis CTM adalah 4 mg tiap 4-6 jam.

2
STEP II

RUMUSAN MASALAH

1. Apa hubungan riwayat penyakit sebelumnya 2 bulan yang lalu


penderita mengalami stroke non haemorragic dengan keluhan
timbul luka ?

2. Mengapa pasien pada skenario sudah diberikan obat tetapi keluhan


tidak membaik bahkan luka smakin melebar?

3. Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi keluhan yang terjadi


pada pasien diskenario ?

4. Apa penyebab pasien mengalami kulit kering dan kasar ?

5. Apakah penggunaan diapers mempengaruhi keluhan pasien?

6. Berdasarkan skenario pasien kemungkinan mengalami apa ?

3
STEP III

MENGANALISIS MASALAH

1. Terdapat riwayat SNH mengakibatkan pada pasien mengalam


imobilitas, aktivitas menurun. Keadaan tersebut mengakibatkan adanya
tekanan pada bagian tubuh tertentu. Hal tersebut mengakibatkan
adanya tekanan pada pembuluh darah yang menyebabkan gangguan
vaskularisasi yang apabila terjadi lama akan menyebabkan jaringan di
perifer menjadi tidak ternutrisi. Sehingga terjadi necrosis jaringan.
2. Pasien sudah diobati tetapi mungkin posisi tidur pasien tidak dirubah
sehingga area luka tetap terkena tekanan
3. Faktor yang mempengaruhi keluhan pada pasien yaitu terdapat 2 faktor
yaitu :
a. Faktor yang bisa di modifikasi
• Life style ( olahraga, asupan gizi dan nutrisi)
• Faktor perawatan yang diberikan oleh petugas kesehatan
• Faktor kebersihan tempat tidur pada pasien
b. Faktor yg tidak bisa di modifikasi
• usia ( yang menyebabkan imunitas pada seorang usila
menurun/berkurang)
• riwayat stroke sebelumnya
• Kondisi fisik lansia sendiri (perubahan kulit, status gizi,
penyakit neurologik, pembuluh darah, keadaan hidrasi

4. Pada pasien mengalami kulit kering dan kasir diakibatkan oleh intake
asupan nutrisi dan intake cairan yang kurang (yang disebabkan oleh
pasien yang tidak bisa makan sendiri).
5. Penggunaan diapers lama akan menyebabkan kelembaban yg
meningkat serta karena penekanan pada area tersebut sehingga aliran
darah tidak lancar dan suplai oksigen ke jaringan tersebut akan
terganggu --> risiko iritasi, infeksi
6. Kemungkinan pasien mengalami ulkus

4
STEP IV

PETA KONSEP
Pasien wanita 70 tahun

Keluhan utama : luka pada pantat ruam kulit dilipat paha


serta kulit kering

Anamnesa didapatkan antara lain :

 Onset : 1 bulan
 Lokasi : di pantat dan lipat paha
 Kualitas : Pada luka tampak menggaung dengan dasar jaringan subkutis dan
tampak nekrosis jaringan. Ruam kulit di lipat paha terasa gatal.
 Kuantitas : Mengganggu ADL
 Kronologi : Luka di pantat timbul sejak 2 minggu yll pada luka tampak menggaung
 Faktor pemberat peringan : -
 Gejala penyerta :-
 RPD : 2 bulan sebelumnya pasien mengalami stroke non hemorrhagic. Dan
penderita mengalami kelemahan pada anggota geraknya dan hanya bisa berbaring di tempat tidur
 Riwayat sosio ekonomi :-
 RPK :-
 Riwayat pengobatan : penderita mendapatkan obat berupa salep Asam Fucidat dan
hidrokortison untuk luka di pantat serta bedak gatal dan tablet CTM untuk ruam di lipat pahanya.

Pemeriksaan fisik :
- Ruam kulit di lipat paha tampak kemerahan , basah
- Kulit pasien nampak kering dan kasar

Suspek : ulkus dekubitus

5
STEP V

LEARNING OBJECTIVE

1. Memahami dan menjelaskan Definisi dan etiologi Ulkus


dekubitus

2. Memahami dan menjelaskan Faktor Risiko Ulkus decubitus

3. Memahami dan menjelaskan Patofisiologi Ulkus dekubitus

4. Memahami dan menjelaskan Manifestasi Klinis Ulkus dekubitus

5. Memahami dan menjelaskan Penegakan diagnosa Ulkus


dekubitus

6. Memahami dan menjelaskan Penatalaksanaan Ulkus dekubitus

7. Memahami dan menjelaskan Pencegahan edukasi Ulkus


decubitus

8. Memahami dan menjelaskan Prognosis dan Komplikasi Ulkus


dekubitus

6
STEP 6

SELF STUDY

LEARNING OBJECTIVE 1

A. DEFINISI ULKUS DEKUBITUS

Ulkus adalah salah satu bentuk ujud kelainan kulit sekunder.

Dekubitus adalah kerusakan jaringan yang terlokalisir yang


disebabkan karena adanya kompresi jaringan yang lunak diatas tulang
yang menonjol (bony prominence) dan adanya tekanan dari luar dalam
jangka waktu yang lama. Kompresi jaringan akan menyebabkan
gangguan suplai darah pada daerah yang tertekan. Apabila berlangsung
lama, hal ini akan menyebabkan insufisiensi aliran darah, anoksia atau
iskemia jaringan dan akhirnya dapat menyebabkan kematian sel. 1

Ulkus dekubitus adalah suatu keadaan kerusakan jaringan


setempat yang disebabkan oleh iskemia pada kulit (kutis dan subkutis)
akibat tekanan dari luar yang berlebihan.1

B. ETIOLOGI ULKUS DEKUBITUS

Ulkus decubitus disebabkan oleh tekanan yang cukup kuat dalam jangka
waktu lebih pendek atau dengan tekanan yang rendah dalam jangka waktu yang
lebih lama sehingga mengganggu jalannya aliran darah ke kapiler. Kebutuhan
oksigen dan nutrisi jaringan juga terganggu.Tekanan ini lebih besar dari tekanan
arteri yang menyebabkan gangguan aliran darah sehingga terjadi iskemia dan
kerusakan jaringan.Tekanan darah kapiler berkisar antara 16-33 mmHg. Pada usia
lanjut yang mengalami immobilisasi tidak dapat merubah posisi, maka tekanan
pada sakrum akan terjadi sekitar 60–70 mmHg atau tumit sekitar 35-45 mmHg,
tekanan ini melebihi tekanan kapiler sehingga berakibat timbulnya daerah iskemia
yang bila berlanjut akan terjadi nekrosis sehingga timbul ulkus decubitus. Daerah
yang sering mengalami ulkus dekubitus adalah sacrum, tumit, tuberosita ischail,
trochanter major dan malleolus lateral.3

7
Menurut Bouten, ulkus dekubitus disebabkan oleh 3 teori.
1. Teori pertama karena tekanan yang terus menerus pada jaringan tertentu
yang menyebabkan kerusakan pada jaringan karena terhambatnya alirah
darah ke kapiler yang akhirnya jaringan menjadi hipoksia.
2. Teori yang kedua menjelaskan bahwa ulkus dekubitus dapat disebabkan
karena tegangan geser.Gesekan ini mengakibatkan keadaan yang lebih
parah dan secara signifikan mempercepat timbulnya ulkus dekubitus.
3. Teori yang terakhir ditujukan pada interstitium diantara sel dan kapiler
terminal. Tekanan mekanis dari luar akan mengubah tekanan
interstitial, aliran cairan interstitial, dan konsentrasi dari molekul dan
ion. Tekanan ini juga mempengaruhi transport nutrisi ke dalam sel yang
dimana sel berfungsi sebagai drainase limfatik produk buangan
metabolisme tubuh . Daerah yang paling sering terjadi ulkus dekubitus
adalah sakrum, tumit, tuberosita ischial, trochanter major dan malleolus
lateral.3
LEARNING OBJECTIVE 2

1. FAKTOR RISIKO ULKUS DEKUBITUS

Intrinsik Ekstrensik
 Mobilitas terbatas  Penekanan dari permukaan yang keras
− Spinal cord injury (tempat tidur, kursi roda, tandu)
− Cerebrovascular accident  Gesekan karena ketidakmampuan pasien bergerak
− Gangguan neurologi progresif(Parkinson, di tempat tidur
Alzheimer, multiple sclerosi)  Pergeseran karena pergerakan otot
− Nyeri  Kelembapan
− Fraktur − Inkontinensia urin atau alvi
− Perawatan setelah operasi − Keringat berlebihan
− Koma atau tidur − Aliran udara pada luka
− Arthropathies
 Nutrisi Buruk
− Anoreksia
− Dehidrasi
− Geligi yang buruk/tidak sehat/tidak bergigi
− Keterbatasan diet/gizi
− Lemahnya indera penciuman dan pengecap
− Kemiskinan atau kurangnya asupan makanan
 Komorbiditas
− Diabetes mellitus
− Depresi atau psikosis
− Vasculitis atau penyakit vaskuler kolaen lainnya
− Penyakit vaskuler perifer
8
− Penurunan sensasi nyeri
− Immunodefciency atau penggunaan terapi
kortikosteroid
− Gagal jantung kongesti
− Keganasan
− Gagal ginjal
− Penyakit paru obstruktif kronik
− Dementia
 Aging skin
− Elastisitas menurun
− Aliran darah kulit menurun
− Perubahab pH kulit
− Flattening of rete ridges
− Hilangnya lemak subkutan
− Aliran darah dermal-epidermal menurun

Tabel 1. Faktor Resiko Ulkus Dekubitus (Bluestein, Am Fam


Physician:2008;78(10):1186-1194).2

LEARNING OBJECTIVE 3
PATOFISIOLOGI ULKUS DEKUBITUS
Patofisiologi dari ulkus decubitus dimulai dari meningkatnya tekanan
cairan interstitial, lalu terjadi penurunan sirkulasi arteri, akibat tertekannya arteri
yang terlalu lama, maka kapiler akan kolaps dan mengalami thrombosis. Terjadi
kehilangan cairan interstitial melalui kapiler.Tidak lama kemudian, terjadi edema
pada jaringan, lalu terjadi lisis pada jaringan. Setelah lisis, maka nutrisi dan
oksigen jaringan akan menurun. Pada akhirnya terjadi proses inflamasi lalu
iskemik,tidak lama kemudian jaringan nekrosis / mati dan ulkus muncul.
Tekanan darah pada kapiler berkisar antara 16 mmHg – 33 mmHg. Kulit
akan tetap utuh karena sirkulasi darah terjaga, bila tekanan padanya masih
berkisar pada batas – batas tersebut. Tetapi sebagai contoh bila seorang penderita
imobilisasi pada tempat tidur secara pasif dan berbaring di atas kasur busa biasa
maka tekanan daerah sacrum akan mencapai 60 – 70 mmHg, dan daerah tumit
mencapai 30 – 45 mmHg. Tekanan ini akan menimbulkan daerah iskemik dan bila
berlanjut terjadi nekrosis jaringan kulit.
Selain faktor tekanan ada beberapa faktor lain yang dapat memengaruhi
timbulnya dekubitus yaitu sebagai berikut :

9
- Terjadinya regangan pada kulit oleh karena tubuh bergerak melorot ke
bawah pada penderita yang berada pada posisi setengah duduk atau
separuh berbaring
- Pada penderita usia lanjut yang cachectis atau sangat kurus, kulit pada
daerah yang terkena yang terkena tekanan dapat terlipat oleh karena
gesekan dengan alas tempat tidur sehingga kulit seakan akan tertinggal
dari bagian tubuh yang lain .

Gambar 1. Bagan Patofisiologi Ulkus decubitus.4

10
LEARNING OBJECTIVE 4
MANIFESTASI KLINIS ULKUS DEKUBITUS
Menurut NPUAP ( National Pressure Ulcers Advisory Panel ), luka
tekan dibagi menjadi empat stadium ,yaitu :
Stadium 1 : Ulserasi terbatas pada epidermis dan dermis dengan eritema
pada kulit. Penderita dengan sensibilitas baik akan mengeluh nyeri,
stadium ini biasanya reversible dan dapat sembuh dalam 5-10 hari.
Stadium 2 : Ulserasi mengenai dermis, epidermis dan meluas ke jaringan
adipose terlihat eritema dan indurasi serta kerusakan kulit partial
(epidermis dan sebagian dermis) ditandai dengan adanya lecet dan lepuh.
Stadium ini dapat sembuh dalam 10-15 hari.
Stadium 3 : Ulserasi meluas sampai ke lapisan lemak subkulit dan otot
sudah mulai terganggu dengan adanya edema dan inflamasi, infeksi akan
hilang struktur fibril. Kerusakan seluruh lapisan kulit sampai subkutis, tidak
melewati fascia. Biasanya sembuh dalam 3-8 minggu.
Stadium 4 : Ulserasi dan nekrosis meluas mengenai fasia,otot serta
sendi. Dapat sembuh dalam 3-6 bulan.1
Tanda dan Gejala dari masing-masing stadium :
1. Stadium 1 :
Adanya perubahan dari kulit yang dapat diobservasi. Apabila
dibandingkan dengan kulit yang normal, maka akan tampak salah satu
tanda sebagai berikut:
a. Perubahan temperatur kulit (lebih dingin atau lebih hangat)
b. Perubahan konsistensi jaringan (lebih keras atau lunak)
c. Perubahan sensasi (gatal atau nyeri)
d. Pada orang yang berkulit putih, luka mungkin kelihatan sebagai
kemerahan yang menetap. Sedangkan pada yang berkulit gelap,
luka akan kelihatan sebagai warna merah yang menetap, biru atau
ungu.
2. Stadium 2 :
a. Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidermis atau dermis, atau
keduanya.

11
Cirinya adalah lukanya superficial, abrasi, melempuh, atau membentuk
lubang yang dangkal.
3. Stadium 3 :
a. Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau
nekrosis dari jaringn subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai
pada fascia. Luka terlihat seperti lubang yang dalam.
4. Stadium 4 :
a. Hilangnya lapisan kulit secara lengkap dengan kerusakan yang luas,
nekrosis jaringan, kerusakan pada otot, tulang atau tendon. Adanya
lubang yang dalam serta saluran sinus juga termasuk dalam stadium
IV dari luka tekan.

Gambar 2. Manifestasi Klinis berdasrkan stadium ulkus decubitus. 1

12
LEARNING OBJECTIVE 5
PENEGAKAN DIAGNOSA ULKUS DEKUBITUS
Anamnesis geriatri lengkap dilakukan baik autoanamnesis atau
aloanamnesis, terutama sehubungan untuk mencari faktor faktor resiko
(primer dan skunder ) misalnya lama terjadi imobilisasi, komorbid penyakit
(DM, stroke , penyakit pembuluh darah perifer, penurunan fungsi perifer,
penurunan fungsi kognitif ) dan riwayat ulkus decubitus sebelumnya.
Pemeriksaan fisik pada kulit dilakukan dengan teliti, terutama pada daerah
predileksi (bagian yang menonjol) terjadi decubitus (sacrum, tumit, belikat,
siku).Inspeksi pada kulit melihat adanya daerah yang eritem/lesi, luka
lecet, luka dalam. 1
Pengkajian paripurna pada pasien geritari (P3G)/Comprehensive
geriatric assessment) sangat diperlukan dalam mengidentifikasi pasien
yang beresiko ulkus decubitus.Komprehensif dalam menetukan masalah
kesehatan (Biopsikososio kultural). Serta mengetahui cadangan fisiologi
yang masih ada pada pasien usia lanjut dengan multi morbiditas.
Pengkajian paripurn pada pasien geritari mencakup pengkajian tingkat
mobilitas ( memeriksaActivity of Daily Living/ ADL Barthel), status kognitif
(Mini Mental State Examination/MMSE), status psikis (Geriatric
Depression Scale/GDS). Pemeriksaan status fungsional sebelum sakit,
saat sakit, selama perawatan dilakukan untuk evaluasi mencapai target
keberhasilan mobilisasi jangka pendek, menegah dan panjang.

Skala Norton
Skala Norton tidak mempertimbangkan faktor gizi, shearing dan tidak
memiliki definisi fungsional parameter yang diterapkan. Skala Norton yang
telah dimodifikasi menambahkan beberapa faktor diantara lain adalah
sebagai berikut.
1. Diabetes
2. Hipertensi
3. Hematokrit - pada laki-laki <41%, pada wanita <36%
4. Hemoglobin - pada laki-laki <14gm%; pada wanita <12gm%

13
5. Tingkat serum albumin <3,3 gm%
6. Demam - suhu> 99,6 ° F
7. Perubahan kondisi mental dalam waktu 24 jam

Gambar 3. Tabel penilaian skala norton

Interpretasi
• Skor <12 : ↑ risiko 50x
lebih besar
• Skor <14 : risiko ↑
• Skor >14 : risiko kecil

14
Skala Braden
Skala Barden ini adalah alat skoring yang sistem penilaiannya
berbeda dengan skala Norton . Pada skala Braden menyimpulkan bahwa
semakin rendah skor, semakin besar risiko terjadinya ulkus.

Gambar 4. Tabel penilaian skala braden

Interpretasi
• Skor <12 : ↑ risiko 50x
lebih besar
• Skor <14 : risiko ↑
• Skor >14 : risiko kecil
15
LEARNING OBJECTIVE 6

MANAGEMENT dan TATALAKSANA ULKUS DEKUBITUS

Pengelolaan dekubitus diawali dengan kewaspadaan untuk


mencegah terjadinyadekubitus dengan mengenal penderita dengan resiko
tinggi terjadinya decubitus, misalnya pada penderita yang im-mobil dan
konfusio.
Usaha untuk meramalkan akan terjadinya dekubitus ini antara lain
dengan memakai system skor dari Norton. Skor dibawah 14 menunjukkan
adanya resiko tinggi untuk terjadinya dekubitus. Dengan evaluasi skor ini
dapat dilihat perkembangan penderita.
Tindakan berikutnya adalah menjaga kebersihan penderita
khususnya kulit, dengan memandikan setiap hari.Sesudah dikeringkan
dengan baik dan digosok dengan lotion, terutama di bagian kulit yang ada
pada tonjolan – tonjolan tulang.Sebaiknya masase untuk melancarkan
sirkulasi darah. Semua eksreta/sekreta, harus dibersihkan dengan hati –
hati agar tidak menyebabkan lecet pada kulit penderita.
Tindakan selanjutnya yang berguna baik untuk pencegahan
maupun setelah terjadinya dekubitus adalah :
a. Meningkatkan status kesehatan penderita :
o Umum : Memperbaiki dan menjaga keadaan umum penderita
misalnya anemia diatasi, hipoalbuminemi dikoreksi, nutrisi dan
hidrasi yang cukup, vitamin (vitamin C) dan mineral (Zn)
ditambahkan.
o Khusus : Coba mengatasi / mengobati penyakit – penyakit
yang ada pada penderita, misalnya diabetes yang belum terkontrol
baik, paru, dan sebagainya.
b. Mengurangi/memeratakan factor tekanan yang mengganggu aliran
darah :
o Alih posisi/alih baring / tidur selang seling, paling lama tiap dua jam
Keberatan cara ini adalah ketergantungan pada tenaga perawat yang
kadang – kadang sudah sangat kurang, dan dapat mengganggu istrahat
penderita bahkan menyakitkan.

16
o Kasur khusus untuk lebih membagi rata tekanan yang terjadi pada
tubuh penderita, misalnya :
o Kasur dengan gelombang tekanan udara yang naik turun
o Kasur air yang temperature airnya dapat diatur
Keberatan perlengkapan canggih ini adalah harganya mahal,
perawatannya sendiri harus baik dan dapat rusak
Regangan kulit dan lipatan kulit yang menyebabkan sirkulasi darah
setempat terganggu, dapat dikurangi antara lain :
Menjaga posisi penderita, apakah ditidurkan rata pada tempat
tidurnya, atau sudah memungkinkan untuk duduk di kursi. Bantuan dai
balok penyangga kedua kaki, bantal – bantal kecil untuk menahan tubuh
penderita, “kue donat” untuk tumit, dapat mendukung usaha pencegahan
dan pengobatan decubitus. Di luar negeri sering dimanfaatkan kulit domba
dengan bulu yang lembut dan tebal sebagai alas tubuh penderita.
Begitu tampak darah yang hiperemis pada tubuh penderita,
khususnya pada tempat tempat yang sering terjadi dekubitus, semua
usaha – usaha di atas harus dikerjakan dengan lebih cermat untuk
memperbaiki iskemia yang terjadi. Sebab, sekali terjadi kerusakan
jaringan upaya penyembuhan akan lebih rumit.
o Pada suspected deep tissue injury dan Dekubitus stadium I
Kulit kemerahan dibersihkan hati – hati dengan air hangat dan abun,
diberi lotion, pemijatan secara hati – hati 2 – 3 kali sehari.
o Dekubitus stadium II
Perawatan luka secara septik dan aseptik.Daerah yang terkena diberi
rangsang dingin dan panas berganti ganti untuk merangsang
sirkulasi.Salep topical dapat diberikan untuk merangsang jaringan
granulasi.
o Dekubitus stadium III
Usahakan luka selalu bersih, eksudat sedapatnya dapat mengalir
keluar.Pembalut tidak terlalu tebal agar jaringan tetap mendapatkan
oksigen dan penguapan secara optimal.Kelembapan luka dijaga tetap
bersih, hal ini untuk mempermudah regenerasi sel – sel kulit.Luka

17
yang kotor dapat dibersihkan dengan cadiran NaCl fisiologis. Antibiotik
sistemik juga dapat diberikan
o Dekubitus stadium IV
Penatalaksanaan seperti derajat III.Dilakukan nekrotomi, agar jaringan
– jaringan dapat timbul dan tidak terhalang jaringan nekrotik.
Beberapa usaha untuk mempercepat penyembuhan luka antara lain
adalah preparat enzim, fototerapi dengan infra merah monokromatik,
obat anti-agregaai platelet untuk maksud preventif dan preparat
topical yang mengandung kolagenase.
o Pada dekubitus yang unstageable harus dilakukan debridemen
sebelum dilakukan terapi selanjutnya.
Debridement adalah membersihkan jaringan nekrotik dan debris
yang memicu infeksi, menghambat granula dan penyembuhan.Penentuan
stadium ulkus juga tidak dapat dilakukan dengan tepat jika jaringan
nekrotik belum dibersihkan.Terdapat tiga prosedur debridemen yang
umum digunakan yaitu debridemen enzimatis, debridemen mekanik, dan
debridemen tajam.Sedangkan untuk dressing luka, bertujuan untuk
memelihara kelembapan luka. Kelembapan luka yang baik akan
meningkatkan kecepatan penyembuhan dibandingkan apabila luka
dibiarkan terpapar udara. Pemilihan jenis dressing tergantung pada
kondisi ulkus dan karakteristik dressing.Berikut adalah tabel pilihan
berbagai jenis dressing untuk ulkus dekibitus.

Mechanism Dressing
Agent Benefits Side Effects Notes
of Action Changes
Hydrocolloid Maintains Change 3 Accelerates None Five trials
moist to 7 days, rate of have shown
environment depending healing improved rate
on drying compared to healing
dry dressing compared to
dry dressings;
no difference
among types
of
hydrocolloid
has been
found
Hydogel Mainstains Daily to Accelerates None Moist trials

18
moist four times rate of have not
environment per day healing shown
depending compared to inferiority
on drying dry dressing compared to
hydroclloid
dressings
Film Protects Daily or Use None Most trials
Dressing wound less insuperficial have not
frequently ulcer may shown
protect inferiority
undamaged compared to
skin hydrocolloid
dressings
Alginates Absorbent Daily to Absorbs None May be useful
maintains less exudates in overly moist
moist frequently wound; may
environment depending be used under
when on other dressing
sufficient exudate or
wound fluid sequentially
is present with other
dressings
Moist saline Mainstains Three Mainstains May Most trials
gauze moist times moist macerate show
environment daily or environment healthy superiority of
more tissue hydrocolloid
frequently dressing
Petroleum Maintains Daily to Maintains None May require
gauze moist four times moist more frequent
dressing environment daily environment dressings
changes
Hypertonic Maintains Twice Has Hypertonicity
saline wet moist daily to antimicrobial may damage
gauze environment more activity healthy
dressing frequently tissue
Iodine Broad Daily to Has May damage Specifically
solution wet spectrum four times antimicrobial healthy not
gauze antiseptic daily activity tissue recommended
dressing by some
experts due to
potential
toxicity
fibroblasts

Tabel 2. Pilihan Berbagai Jenis Dressing untuk Ulkus Dekubitus.6

19
Pemberian antibiotika pada penderita ulkus dekubitus stadium
tertentu juga diperlukan.Khususnya antibiotika topikal jika didapatkan
koloni bakteri sangat banyak namun penggunaan rutin secara umum tidak
direkomendasikan.Pemberian antibiotika sistemik hanya diindiksikan pada
pasien dengan sepsis, selulitis dan osteomyelitis. Pemberian antibiotika
awal berspektrum luas untuk kuman gram – positif dan negative serta
anaerob dapat diberikan sambil menunggu hasil kultur. Ampicilin-
sulbactam, imipenem, meropenem, tikarsilin klavunat, piperasilin
tazobactan, serta kombinasi klindamisin dengan siprofloksasin atau
aminoglikosida merupakan pilihan yang sesuai untuk terapi inisial.
Penatalaksanaan ulkus dekubitus harus dilakukan dengan baik dan
terpadu, karena proses penyembuhannya yang membutuhkan waktu yang
lama. Agency for Health Care Policy and Research (AHCPR) telah
membuat standar baku dalam penatalaksanaan ulkus dekubitus. Ketika
ulkus dekubitus telah terbentuk, maka pengobatan harus diberikan
dengan segera. Pengobatan yang diberikan dapat berupa tempat tidur
yang termodifikasi baik untuk penderita ulkus dekubitus, pemberian salap,
krim, ointment, solution, kasa, gelombang ultrasonik, atau lampu panas
ultraviolet, gula, dan tindakan bedah.
Pemilihan terapi, tergantung pada stadium ulkus dekubitus dan
tujuan pengobatan.seperti proteksi, pelembaban dan membuang jaringan
nekrosis. Hal yang harus diperhatikan dalam penatalaksanaan ulkus
dekubitus adalah
1. Perawatan luka harus dibedakan ke dalam metode operatif dan
nonoperatif.
2. Perawatan luka dengan metode nonoperatif dilakukan untuk ulkus
dekubitus stadium 1 dan 2, sedangkan untuk stadium 3 dan 4 harus
menggunakan metode operatif.
3. Sekitar 70-90% ulkus dekubitus adalah superfisial dan sembuh
dengan penyembuhan sekunder.
4. Mengurangi tekanan lebih lanjut pada daerah ulkus.
Secara umum penatalaksanaan ulkus dekubitus dibagi menjadi
nonmedikamentosa dan medikamentosa.6

20
A. Nonmedikamentosa
Penatalaksanaan ulkus dekubitus dengan nonmedikamentosa
adalah meliputi pengaturan diet dan rehabilitasi medik. Seperti telah
disebutkan di atas, nutrisi adalah faktor risiko untuk terjadinya ulkus
dekubitus.
Pemberian diet yang tinggi kalori, protein, vitamin dan mineral akan
meningkatkan status gizi penderita ulkus dekubitus. Meningkatnya status
gizi penderita ini akan memperbaik sistem imun penderita sehingga
mempercepat penyembuha ulkus dekubitus.
Terapi rehabilitasi medik yang diberikan untuk penyembuhan ulkus
dekubitus adalah dengan radiasi infra merah, short wave diathermy, dan
pengurutan. Tujuan terapi ini adalah untuk memberikan efek peningkatan
vaskularisasi sehibgga dapat membantu penyembuhan ulkus. Sedangkan
penggunaan terapi ultrasonik, sampai saat ini masih terus diselidiki
manfaatnya terhadap terapi ulkus dekubitus.
B. Medikamentosa
Penatalaksanaan ulkus dekubitus dengan metode medikamentosa
meliputi:
1. Mempertahankan keadaan bersih pada ulkus dan sekitarnya
Keadaan tersebut akan menyebabkan proses penyembuhan luka
lebih cepat dan baik. Untuk hal tersebut dapat dilakukan kompres,
pencucian, pembilasan, pengeringan dan pemberian bahan-bahan
topikal seperti larutan NaC1 0,9%, larutan H 202 3% dan NaC10,9%,
larutan plasma dan larutan Burowi serta larutan antiseptik lainnya.
Kompres yang diberikan pada ulkus dekubitus adalah
semipermiabel dan tertutup, yang memungkinkan terjadinya
pertukaran gas dan transfer penguapan air dari kulit dan mencegah
maserasi kulit. Selain itu, kompres dapat mencegah terjadinya infeksi
sekunder dan mencegah faktor trauma. Tetapi, kompres ini tidak
berfungsi baik pada pasien dengan diaforesis dan eksudat yang
banyak.6
Beberapa kategori untuk kompres dan topikal yang dapat
digunakan adalah antimikrobial, moisturizer, emollient, topical

21
circulatory stimulant, kompres semipermiabel, kompres kalsium
alginate, kompres hidrokoloid dan hidrogel, penyerap eksudat,
kompres dari basah/lembab ke kering dan ezim dan cairan atau gel
pembentuk film.

Major Dressing Key Performance Characteristics


Categories
Alginates (sheets and Exudate absorption, obliterate dead space, and
fillers) autolytic debridement
Foams (sheets and Obliterate dead space, retain moisture, exudate
fillers) absorption, and mechanical debridement
Gauzes (woven and Obliterate dead space, retain moisture, absorb
nonwoven) exudate, and mechanical debridement
Hydrocolloids (wafers Occlusion, moisture retention, obliterate dead
and fillers) space, and autolytic debridement
Hydrogels (sheets Retain moisture and autolytic debridement
and fillers)
Transparent films Occlusion, retain moisture, and autolytic
debridement
Wound fillers Obliterate dead space, absorb exudate, retain
moisture, and autolytic debridement
Wound pouches Exudate control

Tabel 3. Delapan Tipe Kompres Mayor dan karakteristiknya6

2. Mengangkat jaringan nekrotik.


Adanya jaringan nekrotik pada ulkus akan menghambat aliran
bebas dari bahan yang terinfeksi dan karenanya juga menghambat
pembentukan jaringan granulasi dan epitelisasi. Oleh karena itu
pengangkatan jaringan nekrotik akan mempercepat proses
penyembuhan ulkus. Terdapat 7 metode yang dapat dilakukan antara
lain :
 Autolytic debridement. Metode ini menggunakan balutan yang
lembab untuk memicu autolisis oleh enzim tubuh. Prosesnya
lambat tetapi tidak menimbulkan nyeri.
 Biological debridement, or maggot debridement therapy. Metode ini
menggunakan maggot (belatung) untuk memakan jaringan
nekrosis. Oleh karena itu dapat membersihkan ulkus dari bakteri.
22
 Chemical debridement, or enzymatic debridement. Metode ini
menggunakan enzim untuk membuang jaringan nekrosis.
 Mechanical debridement. Teknik ini menggunakan gaya untuk
membuang jaringan nekrosis. Caranya dengan menggunakan kasa
basah lalu membiarkannya kering di atas luka kemudian
mengangkatnya. Teknik ini kurang baik karena kemungkinan
jaringan yang sehat akan ikut terbuang. Pada ulkus stadium 4,
pengeringan yang berlebihan dapat memicu terjadinya patah tulang
atau pengerasan ligamen.
 Sharp debridement. Teknik ini menggunakan skalpel atau intrumen
serupa untuk membuang jaringan yang sudah mati.
 Surgical debridement. Ini adalah metode yang paling dikenal. Ahli
bedah dapat membuang jaringan nekrosis dengan cepat tanpa
menimbulkan nyeri.
 Ultrasound-assisted wound therap. Metode ini memisahkan
jaringan nekrosis dari jaringan yang sehat dengan gelombang
ultrasonik.6
3. Menurunkan dan mengatasi infeksi.
Perlu pemeriksaan kultur dan tes resistensi. Antibiotika sistemik
dapat diberikan bila penderita mengalami sepsis dan selulitis. Ulkus
yang terinfeksi harus dibersihkan beberapa kali sehari dengan larutan
antiseptik seperti larutan H202 3%, povidon iodin 1%, seng sulfat 0,5%.
Radiasi ultraviolet (terutama UVB) mempunyai efek bakterisidal.
Antibiotik sistemik kurang dianjurkan untuk pengobatan ulkus
dekubitus karena akan menimbulkan resistensi. Antibiotik sistemik
yang dapat diberikan meliputi gologan penicillins, cephalosporins,
aminoglycosides, fluoroquinolones, dan sulfonamides. Antibiotik
lainnya yang dpat digunakan adalah clindamycin, metronidazole dan
trimethoprim.

4. Merangsang dan membantu pembentukan jaringan granulasi dan


epitelisasi.

23
Untuk mempercepat pembentukan jaringan granulasi dan
epitelisasi pada ulkus dekubitus sehingga mempercepat
penyembuhan dapat diberikan:
 Bahan-bahan topikal misalnya: salep asam salisilat 2%, preparat
seng (ZnO, ZnSO4).
 Oksigen hiperbarik; selain mempunyai efek bakteriostatik terhadap
sejumlah bakteri, juga mempunyai efek proliferatif epitel,
menambah jaringan granulasi dan memperbaiki keadaan vaskular.
5. Tindakan bedah
Tindakan bedah bertujuan untuk membersihkan ulkus dan
mempercepat penyembuhan dan penutupan ulkus, terutama ulkus
dekubitus stadium III & IV dan karenanya sering dilakukan tandur kulit,
myocutaneous flap, skin graft serta intervensi lainnya terhadap ulkus.
Intervensi terbaru terhadap ulkus dekubitus adalah Negative Pressure
Wound Therapy, yang merupakan aplikasi tekanan negatif topikal
pada luka. Teknik ini menggunakan busa yang ditempatkan pada
rongga ulkus yang dibungkus oleh sebuah lapisan yang kedap udara.
Dengan demikian, eksudat dapat dikeluarkan dan material infeksi
ditambahkan untuk membantu tubuh membentuk jaringan granulasi
dan membentuk kulit baru. Terapi ini harus dievaluasi setiap dua
minggu untuk menetukan terapi selanjutnya.6

24
LEARNING OBJECTIVE 7

PENCEGAHAN dan EDUKASI ULKUS DEKUBITUS

Pencegahan adalah aspek yang paling penting dalam pengelolaan


dekubitus. Pencegahan jauh lebih mudah dan lebih murah daripada
perawatan intensif diperlukan untuk penyembuhan dan penutupan
akhirnya dekubitus. Paling penting, kemudian, adalah kemampuan untuk
mengidentifikasi pasien yang berisiko tinggi sehingga tindakan preventif
dapat dilembagakan. Tindakan pencegahan dapat dibagi atas :
1) Umum :
 Pendidikan kesehatan tentang ulkus dekubitus bagi staf medis,
penderita dan keluarganya.
 Pemeliharaan keadaan umum dan higiene penderita.
2) Khusus :
 Mengurangi/menghindari tekanan luar yang berlebihan pada
daerah tubuh tertentu dengan cara :
 perubahan posisi tiap 2 jam di tempat tidur sepanjang 24 jam.
 melakukan push up secara teratur pada waktu duduk di kursi
roda.
 pemakaian berbagai jenis tempat tidur, matras, bantal anti
dekubitus seperti circolectric bed, tilt bed, air-matras; gel
flotationpads, sheepskin dan lain-lain.
 Pemeriksaan dan perawatan kulit dilakukan dua kali sehari
(pagi dan sore), tetapi dapat lebih sering pada daerah yang
potensial terjadi ulkus dekubitus. Pemeriksaan kulit dapat
dilakukan sendiri, dengan bantuan penderita lain ataupun
keluarganya. Perawatan kulit termasuk pembersihan dengan
sabun lunak dan menjaga kulit tetap bersih dari keringat, urin
dan feces. Bila perlu dapat diberikan bedak, losio yang
mengandung alkohol dan emolien.4,7

25
LEARNING OBJECTIVE 8

PROGNOSIS dan KOMPLIKASI ULKUS DEKUBITUS

Komplikasi sering terjadi pada stadium 3 dan 4 walaupun dapat


juga pada ulkus yang superfisial. Komplikasi yang dapat terjadi antara
lain:

1. Infeksi, sering bērsifat multibakterial, baik yang aerobik ataupun


anerobik.
2. Keterlibatan jaringan tulang dan sendi seperti periostitis, osteitis,
osteomielitis, artritis septik. Osteomyelitis merupakan komplikasi
yang sering pada ulkus dekubitus, dilaporkan pada sekitar 38%
pasien.
3. Septikemia.
4. Anemia.
5. Hipoalbuminemia.
6. Kematian.

Prognosis dari ulkus dekubitus tergantung dari penyebabnya. Pada


pasien dengan paraplegia, sekitar 50 – 70% pasien dengan ukus
dekubitus sembuh secara konservatif. Namun pada pasien dengan
perawatan yang lama dan memiliki banyak masalah kesehatan,
prognosisnya buruk, dan komplikasi seperti sepsis, osteomyeolitis,
amyoloidosis, anemia dan malignanci dapat terjadi

26
STEP VII
KESIMPULAN

Berdasarkan skenario wanita usia 70 tahun dengan keluhan sejak 1


bulan timbul luka di pantat dan ruam kulit dilipat paha serta kulit yang
kering. Luka di pantat timbul sejak 2 minggu yang lalu, pada luka tampak
menggaung dengan dasar jaringan subkutis dan tampak nekrosis
jaringan. Pada ruam kulit di lipat paha tampak kemerahan, basah dan
terasa gatal. Pada kulit pasien tampak kering, kasar dan gatal. Pasien
memiliki riwayat penyakit stroke non haemorragic yang menyebabkan
kelemahan pada anggota gerak sehingga hanya bisa berbaring di tempat
tidur dan menggunakan diapers karena aktifitasnya terbatas. Dapat
disimpulkan pasien mengalami ulkus dekubitus stadium III, sehingga perlu
dilakukan tatalaksana yang cepat dan tepat seperti perubahan posisi
untuk menkaji mobilisasi, perawatan luka (debridement) dan monitoring
luka untuk menghindari infeksi yang lebih luas sehingga dapat mencegah
terjadi komplikasi dan menurunkan risiko mortalitas pada pasien.

27
HADIST SESUAI SKENARIO

Diriwayatkan dari Imran bin Hushain :

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Biomedika. Prevention and treatment decubitus ucer in elderly. Vol


II. FEB:2019
2. Bluestein D dan Javaheri A. Pressure Ulcers: Prevention,
Evaluation, and Management. Am Fam
Physician:2008;78(10):1186-1194
3. Bouten, Carlijn V.C.1996.Etiology and Pathology of Pressure Sore:
a literature review.Department of Computational and Experimental
Mechanics of the Eindhoven University of Technology, in co-
operation with the department of Movement Sciences of the
University of Limburg, The Netherlands.
4. Rappl, Laurie.Rose, Hamm. 2009. Pathophysiology, Prevention,
and Treatment of Pressure Ulcers. Combine Section Meeting;Las
Vegas, NV, February,9-12.
5. Rebecca Phillips. Pressure ulcers: pathogenesis and clinical
findings. 2018
6. Mahmuda, I. Pencegahan dan Tatalaksana Dekubitus Geriatri.
Departemen Penyakit Dalam FK UMS : Surakarta. 2019. Biomedika
Vol 1
7. National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP). 2009. Prevention
and Treatment of Pressure Ulcers: Clinical Practice Guideline.
NPUAP. Washington DC

29

Anda mungkin juga menyukai