Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN TUTORIAL LBM 1

BLOK INTEGUMEN
“PUNGGUNGKU BELANG -BELANG”

Nama : Septian Suci Yatiningsih

NIM : 018.06.0020

Kelas :B
Modul : Integumen

Kelompok : SGD 6

Tutor : dr.Nadira Yumna S.Ked.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2021

1
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
nikmat, rahmat dan anugrah yang telah dilimpahkan-Nya sehingga laporan tutorial
dengan skenario yang berjudul “PUNGGUNGKU BELANG-BELANG” dapat
diselenggarakan tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini bertujuan agar mahasiswa Kedokteran UNIZAR
dapat memahami isi makalah ini dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga dapat bermanfaat khususnya untuk mahasiswa kedokteran itu sendiri.
Penyusunan makalah ini tidak akan berjalan lancar tanpa bantuan dari berbagai pihak,
maka dari itu kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. dr. Nadira Yumna S.Ked. sebagai fasilitator kelompok SGD yang senantiasa
memberikan saran serta bimbingan dalam pelaksanaan SGD kami.
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi kami dalam
berdiskusi.
3. Keluarga yang kami cintai yang senantiasa memberikan dorongan serta inovasi.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki terbatas untuk
menyusun makalah ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah
ini bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, 2021

2
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................... 2

DAFTAR ISI .................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 7

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 24

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Skenario
LBM 1
“PUNGGUNGKU BELANG BELANG”
Seorang laki laki 15 tahun di bawa oleh ibunya ke klinim FK UNIZAR dengan
keluhan bintik bintik kemerahan berisi cairan di wajah dan seluruh badan disertai
demam sejak 2 hari yang lalu. Tetangga pasien menderita keluhan yang sama tapi
hanya 1 sisi punggungnya saja disertai rasa nyeri, pasien bertanya apakah
penyakitnya sama dengab tetangganya ? jika berbeda, bagaimna cara
membedakannya dikarenakan kulit memiliki banyak lapisan dengan fungsi yang
berbeda.
Skenario 2

1.2 Deskripsi Masalah

Dari scenario diatas kelompok kami mendapatkan permasalah yaitu yang akan di
jelaskan di laporan ini.

4
Keluhan utama yang dirasakan pasien yaitu adanya keluhan bintik bintik
kemerahan berisi cairan di wajah dan seluruh badan disertai demam sejak 2 hari yang
lalu, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti suhu yang ektrem, paparan
bahan kimia, atau tanda dari penyakit tertentu seperti Cacar air, Herpes Zoster,
Impetigo, Eksim, dll. Penyebab keluhan pada sekenario disebabkan oleh bakteri (
disertai adanya abases dan nanah),virus (munculnya gelombang air) dan parasit (
adanya abses disertai nyeri).Kemungkinan disebabkan oleh virus. Demam
disebabakan karena masukanya patogen dalam tubuh sebagai respon tubuh,
Disebabkan karena tertularnya dari tetangganya, terdapat hubungan dikarenakan
keluhan yang dirasakan sama , dan karena adanya kontak langsung dengan
tetangganya. Kontaminasi dari tangan yang tidak bersih dan alat mandi yang
digunakan sama. Terular dari tetangganya pun belum pasti , karena penyebab dari
keluhan belum diketahui. Apabila disebabkan oleh jamur bisa terinfeksi dari kulit,
terdapat hubungan umur, jenis kelamin dengan keluhan, Terdapat hubungan
dikarenakan diusia 15 thn aktivitas yang dilakukan diluar rumah sehingga rentan
terkenan keluhan menurunnya sistem kekebalan tubuh sebagai salah satu faktor
resiko. Pemeriksaan awal yang perlu di lakukan adalah Pemeriksaan fisik ( inspeksi
melihat dari bintik bintik , palpasi) dan anamnesis.

Pada skenario tidak diketahui riwayat ataupun hal yang kemungkinan dapat
mencetuskan kondisi keluhan pada pasien. Namun, hubungan yang terdapat pada usia
di atas 15 tahun, hal tersebut berhubungan dengan sistem imunitas yang akan rentang
terkana penyakit yang dimana karena kualitas hidup yang kurang higienis atau
dengan kulitas lingkungan yang buruk. Kulit pada dasarnya memiliki sistem
pertahanan terutama pada bagian epidermis yaitu sel Langerhans yang berperan
sebagai bagian dari sistem imunitas. Akibat proses derenerasi lapisan ini makin
menipis dan sedikit yang menyebabkan pada pasien dengan lanjut usia mudah
mengalami infeksi akibat menurunnya prosuksi sel pada kulit tersebut. (Fitzpatrick,
2019).

5
Penanganan awal yang dapat dilakukan jika terjadi keluhan seperti di skenario
sebagai berikut:

1. Menutup luka agar cairan pada tidak mengontaminasi benda-benda yang dapat
menjadi perantara penularan;
2. Tidak menggaruk luka ;
3. Menghindari kontak langsung dengan wanita hamil yang belum pernah
mengalami cacar air, bayi dengan berat badan lahir rendah atau bayi prematur,
serta orang dengan kekebalan tubuh yang lemah;
4. Kompres area kulit yang terinfeksi dengan handuk dingin beberapa kali dalam
sehari;
5. Mandi dengan air hangat;
6. Mengenakan pakaian yang longgar;
7. Menjaga ruam selalu kering agar terhindar dari infeksi; dan
8. Segera berobat ke dokter atau fasilitas kesehatan untuk penanganan lebih lanjut.

Berdasarkan hasil diskusi, kami menemukan beberapa gejala dan tanda yang
diperoleh dari skenario yang terdapat di skenario, mengarahkan kami ke beberapa
diagnosis banding yaitu Herpes Zoster, Verunka, Variola, moluskum kontagiosum
dan Varicella

6
BAB II
PEMBAHASAN

1. Anatomi dan fisiologi dari kulit ?

Anatomi Kulit Manusia

Kulit adalah pembatas antara manusia dan lingkungannya. Kulit mempunyai


berat rata-rata 4 kg dan meliputi area seluas 2m². Kulit berperan sebagai pembatas,
melindungi tubuh dari lingkungan luar dan mencegah hilangnya zat-zat tubuh yang
penting, terutama air (Weller, et al, 2015). Kulit memiliki 3 lapisan, yaitu:

1. Epidermis

Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling


tebal berukuran 1 milimeter, misalnya pada telapak kaki dan telapak tangan, dan
lapisan yang tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi, dan
perut. Sel-sel epidermis disebut keratinosit.

a. Stratum Korneum

Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak
mengalami proses metabolisme, tidak berwarna, dan sangat sedikit mengandung air.
Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, jenis protein yang tidak larut dalam air,
dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit
untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar. Secara alami, sel-sel yang sudah mati di
permukaan kulit akan melepaskan diri untuk beregenerasi. Permukaan stratum
korneum dilapisi oleh suatu lapisan pelindung lembab tipis yang bersifat asam,
disebut mantel asam kulit (Eroschenko, 2012).

b. Stratum Lucidum

7
Terletak tepat di bawah stratum korneum, merupakan lapisan yang tipis, jernih,
mengandung eleidin. Antara stratum lucidum dan stratum granulosum terdapat
lapisan keratin tipis yang disebut rein's barrier (Szakall) yang tidak bisa ditembus
(Eroschenko, 2012).

c. Stratum Granulosum

Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar, berinti
mengkerut. Di dalam butir keratohyalin terdapat bahan logam, khususnya tembaga
yang menjadi katalisator proses pertandukan kulit (Eroschenko, 2012).

d. Stratum Spinosum

Memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan oval.
Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Cairan limfe
masih ditemukan mengitari sel-sel dalam lapisan malphigi ini (Eroschenko, 2012).

e. Stratum Germinativum

Adalah lapisan terbawah epidermis. Di dalam stratum germinativum juga terdapat


sel-sel melanosit, yaitu sel-sel yang tidak mengalami keratinisasi dan fungsinya
hanya membentuk pigmen melanin dan memberikannya kepada sel-sel keratinosit
melalui dendrit-dendritnya. Satu sel melanosit melayani sekitar 36 sel keratinosit.
Kesatuan ini diberi nama unit melanin epidermal (Eroschenko, 2012).

2. Dermis

Terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin yang berada di dalam
substansi dasar yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida.
Serabut kolagen dapat mencapai 72% dari keseluruhan berat kulit manusia bebas
lemak. Di dalam dermis terdapat adneksa-adneksa kulit seperti folikel rambut, papila
rambut, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut,

8
ujung pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut lemak yang terdapat
pada lapisan lemak bawah kulit (Eroschenko, 2012).

3. Hipodermis atau Subkutis

Hipodermis atau lapisan subkutis (tela subcutanea) tersusun atas jaringan ikat
dan jaringan adiposa yang membentuk fasia superficial yang tampak secara anatomis.
Hipodermis ini terdiri dari sel-sel lemak, ujung saraf tepi, pembuluh darah dan
pembuluh getah bening, kemudian dari beberapa kandungan yang terdapat pada
lapisan ini sehingga lapisan hipodermis ini memiliki fungsi sebagai penahan terhadap
benturan ke organ tubuh bagian dalam, memberi bentuk pada tubuh, mempertahankan
suhu tubuh dan sebagai tempat penyimpan cadangan makanan (Eroschenko, 2012).

Fisiologi kulit

Fungsi Kulit

1. Termoregulasi

Kulit berkontribusi pada termoregulasi tubuh dengan dua cara, yaitu: dengan
cara melepaskan keringat dari permukaan dan menyesuaikan aliran darah di dermis.
Sebagai respon pada lingkungan bersuhu tinggi atau karena panas yang disebabkan
oleh olahraga, produsi keringat dari kelenjar ekrin akan meningkat, hal ini
menyebabkan menguapnya keringat dari permukaan kulit dan menjadikan temperatur
tubuh menurun. Pada saat itu pula, pembuluh darah di dermis akan dilatasi sehingga
aliran darah mengalir ke dermis, yang mana akan menyebabkan semakin
bertambahnya panas yang keluar dari tubuh. Pada keadaan lingkungan dingin, maka
sebaliknya, produksi dari kelenjar keringat ekrin akan menurun dan aliran darah di
dermis akan konstriksi untuk mengurangi pengeluaran panas dari tubuh (Tortora &
Derrickson, 2009).

2. Reservoir Darah

9
Dermis mempunyai jaringan pembuluh darah yang luas yang mana membawa 8-
10% dari total pembuluh darah dalam manusia dewasa yang sedang beristirahat
(Tortora & Derrickson, 2009).

3. Proteksi

Kulit memproteksi tubuh dengan berbagai cara. Keratin membantu proteksi


jaringan dibawahnya dari mikroba, abrasi, panas, dan kmia. Lipid dilepaskan oleh
lamellar granules menghambat penguapan air dari permukaan kulit, sehingga
menjaga tubuh dari dehidrasi. Lipid juga membantu memperlambat air masuk pada
saat renang atau mandi. Minyak sebum dari kelenjar sebasea membantu kulit dan
rambut kering dan mengandung bakterisidal yang dapat membunuh bakteri di
permukaan. Keringat, yang mana bersifat pH asam membantu memperlambat
tumbuhnya beberapa mikroba. Pigmen melanin membantu proteksi dari efek
berbahaya sinar ultraviolet (Tortora & Derrickson, 2009).

4. Ekskresi & Absorbsi

Walaupun stratum korneum bersifat tahan air, sekitar 400 mL air menguap
melaluinya setiap hari. Keringat berperan sebagai melepas air dan panas dari tubuh,
selain itu keringat juga sebagai transportasi untuk ekskresi beberapa jumlah garam,
karbon dioksida, dan 2 molekul organic yang dihasilkan oleh pemecahan protein:
amonia dan urea. Absorbsi zat-zat yang larut air melalui kulit tidak perlu dibahas,
namun beberapa vitamin yang larut lemak (A, D, E, & K), beberapa obat, dan gas
oksigen serta gas karbondioksida dapat menembus kulit. Beberapa material toksik
seperti aseton dan karbon tetraklorida, garam dari logam berat seperti timah, arsen,
merkuri juga dapat diabsorbsi oleh kulit (Tortora & Derrickson, 2009).

5. Cutaneous Sensations

Cutaneous Sensations adalah sensasi yang timbul di kulit, termasuk sensasi


taktil; sentuhan, tekanan, dan getaran; sensasi termal seperti panas dan dingin.

10
Cutaneous Sensations yang lain adalah rasa sakit, biasanya sakit adalah indikasi
adanya jaringan yang akan atau rusak. Di kulit ada banyak susunan akhiran saraf dan
reseptor, seperti korpuskel di dalam dermis, dan pleksus akar rambut di setiap folikel
rambut (Tortora & Derrickson, 2009).

2. DD (Definisi, etiologi, manefestasi) ?

A. Herpes zoster

Herpes zoster, atau dikenal juga sebagai cacar ular dan shingles, adalah
penyakit yang disebabkan oleh reaktivasi infeksi laten varicella-zoster virus (VZV).
virus ini akan berdiam didalam ganglion sensoris saraf spinalis, kranialis, atau
otonom selama tahunan. Saat imunitas seluler dan titer antibody spesifik terhadap
virus ini menurun sehingga tidak lagi mampu mencegah infeksi virus maka
akan terjadi reaktivasi yang menimbulkan ruam kulit yang terlokalisasi pada
satu dermatom.
Gejala klinis diawali dengan gejala prodromal dimana pasien akan merasakan
rasa nyeri otot lokal, nyeri tulang, pegal, parasetesia pada sepanjang dermatom, gatal,
rasa terbakar dari ringan hingga berat. Nyeri dapat menyerupai sakit gigi,
leuritis, infark jantung, nyeri duodenum, kolesistitis, kolik ginjal, atau empedu,
apendisitis. Gejala konstitusi dapat berupa nyeri kepala, malaise dan demam. Gejala
prodromal dapat berlangsung 1-10 hari (rata-rata 2 hari). Nyeri prodromal
jarang ditemukan pada pasien dengan usia dibawah 30 tahun, tetapi akan menjadi
keluhan utama pada pasien dengan usia diatas 60 tahun. Pada beberapa pasien akan
mengalami rasa nyeri akut segmental tanpa disertai erupsi kulit, kondisi ini dinakan
zoster sine herpete.
B. Veruka
Veruka merupakan hiperplasia epidermis yang disebabkan oleh virus dari
kelompok human papillomavirus (HPV). Terdapat banyak turunan HPV. Sebagian
cenderung menginfeksi daerah alat kelamin atau anus, menimbulkan kutil genital,

11
sedangkan yang lain mengkolonisasi jari dan tangan, menimbulkan kutil biasa. Kutil
ditularkan melalui kontak kulit ke kulit sedangkan kutil genital dianggap sebagai
penyakit menular seksual. Kutil (Verruca Vulgaris) adalah papul jinak yang dapat
timbul di bagian mana saja di kulit. Veruka lebih sering ditemukan pada anak-anak
atau dewasa muda, namun veruka juga dapat terjadi pada orang tua. Veruka vulgaris
dapat muncul dimana saja pada permukaan kulit, khususnya pada jari, tangan dan
lengan.
Virus HPV penyebab veruka vulgaris ini tidak memberikan gejala akut,
namun pertumbuhan lesinya bersifat perlahan dan menyebabkan perluasan fokal
daripada sel epitel. Lesi dapat diam dalam periode subklinis dalam waktu yang lama
atau tumbuh menjadi sebuah massa yang secara awam dikenal sebagai kutil.
Veruka disebabkan oleh human papilloma virus, yang tergolong dalam virus
papiloma (grup papova), virus DNA dengan karakteristik replikasi terjadi
intranuklear. Tipe HPV yang paling sering menimbulkan veruka vulgaris adalah HPV
tipe 2 dan 4, selain itu juga dapat disebabkan oleh HPV tipe 1, 3, 27 dan 57.
Veruka memiliki beberapa bentuk klinis, yaitu :
 Veruka vulgaris
Mengenai veruka vulgaris akan dijelaskan kemudian.
 Veruka viliformis
Merupakan varian dari veruka vulgaris yang terdapat pada daerah wajah dan
kulit kepala. Lesi nampak sebagai penonjolan yang tegak lurus pada permukaan kulit
dengan permukaannya yang verukosa.
 Veruka plana juvenilis
Lesi yang tampak memiliki permukaan yang licin dan rata, berwarna sama
dengan warna kulit atau agak kecoklatan. Penyebarannya terdapat pada daerah wajah
dan leher, dorsum manus dan pedis, pergelangan tangan serta lutut. juga terdapat
fenomena kÖbner dan termasuk penyakit yang sembuh sendiri tanpa pengobatan.

12
Jumlah kutil dapat sangat banyak. terutama pada anak dan usia muda, walaupun juga
terdapat pada orang tua.
 Veruka plantaris
Lesi terdapat pada telapak kaki, terutama pada daerah yang banyak
mengalami penekanan. bentuknya berupa cincin yang keras, dengan bagian tengah
yang agak lunak dan berwarna kekuning-kuningan. permukaannya licin karena
gesekan dan menimbulkan nyeri pada waktu berjalan, yang disebabkan oleh
penekanan massa yang terdapat pada daerah tengah cincin. Bila beberapa veruka
bersatu dapat timbul gambaran seperti mozaik.
 Veruka akuminatum
Lebih dikenal dengan nama kondyloma akuminata. Predileksi umumnya pada
daerah genital. tidak nyeri dan bentuk lesi yang nampak dapat datar maupun seperti
jengger ayam tergantung pada tipe HPV yang menginfeksi.
C. Moluskum Kontagiosum

Moluskum kontagiosum adalah penyakit kulit jinak memiliki ciri membran


mukus dan disebabkan oleh poxvirus. Manifestasi penyakitnya asimptomatis, diskret,
papul licin. Biasanya penyakit ini berkembang dari lesi berpedunkel berdiameter
sampai 5 mm. Masa inkubasi Moluskum kontagiosum didapatkan satu sampai
beberapa minggu hingga 6 bulan.

Etiologi dari penyakit ini adalah virus (genus Molluscipoxvirus) yang


menyebabkan moluskum kontagiosum menjadi angoota dari family poxviridae, yang
juga terdapat anggota smallpox. Molluscum Contagiosum Virus (MCV) merupakan
virus double stranded DNA,berbentuk lonjong dengan ukuran 230 x 330 nm.

Terdapat 4 subtipe utama Molluscum Contagiosum 4 Virus (MCV), yaitu


MCV I, MCV II, MCV III dan MCV IV. Keempat subtipe tersebut menimbulkan
gejala klinis serupa berupa lesi papul milieryang terbatas pada kulit dan membran
mukosa. MCV I diketahui memiliki prevalensi lebih besar dibandingkan ketiga

13
subtipe lain. Sekitar 96,6% infeksi moluskum kontagiosum disebabkan oleh MCV I.
Akan tetapi pada pasien dengan penurunan status imun didapatkan prevalensi MCV II
sebesar 60 %. Molluscum Contagiosum Virus (MCV) merupakan imunogen yang
lemah. Sekitar sepertiga pasien tidak memproduksi antibodi terhadap MCV, sehingga
seringkali didapatkan serangan berulang. Tiga subtipe dari MCV telah diidentifikasi,
semuanya memiliki presentasi klinis yang mirip dan tidak terlokalisir pada bagian
tubuh tertentu (misalnya genital). Molluscum contagiosum virus tipe-1 (MCV-1)
adalah subtipe yang paling ditemukan pada pasien, sedangkan MCV-3 jarang
ditemukan. Sebagai contoh, analisis dari 106 MCV terisolasi secara klinis
mengindikasikan kemunculan MCV-1, -2, dan -3 dengan perbandingan 80 : 25 : 1.

D. Variola

Variola adakah penyakit virus yang disertai keadaan umum yang buruk, dapat
menyebabkan kematian efloresensinya bersifat monomorf terutama terdapat di perifer
tubuh.

Penyebab variola yaitu adalh virus poks (poxvirus variolae). Yang dimana
virus ini dikenal dengan 2tipe virus yang hamper identic, tetapi menyebabkan dua
tipe variola, yaitu variola mayor dan variola minor(alastium).perbedaan kedua tipe
virus tersebut adalah bahwa virus yang menyebabkan variola mayor bila di
inokulasikan pada memberan korioalantoiktubuh pada suhu380-38,50C, Sedangkan
penyebab variola minoritu dibawah suhu 380C. virus ini sangat stabil pada suhu
ruangan, sehingga dapat hidup di luar tubuselama berbulan -bulan.

Masa inakubasinya selama 2-3 minggu, terdapat 4 stadium :

 Stadium inakubasi erupsi (prodromal)

Terdapat keluhan seperti nyeri kepala, nyeri tulang dan sendi yang disertai demam
yang tinggi,menggiggil, lemas, dan muntah muntah, yang berlangsung selama 3-4
hari.

14
 Stadium makulo – popular

Bayak timbul macula eritomatosa yang cepat menjadi papul,terutama pada wajah dan
ekstermitas, termasuk telapak tangan dan kaki.pada stadium ini sudah tumbuh normal
kembal, penderita sudah merasa sehat dan tidak timbul lesi baru.

 Stadium vesikulo- pustulosa

Dalam waktu 5-10 hari timbul vesikel yang kemudian menjadi pustuladan pada saat
suhu tubuh meningkat lagi. Pada sat tersebut timbul umbilikasi.

 Stadium resolusi

Stadium ini berlangsug dalam waktu 2 minggu, timbul krusta dan suhu tubuh mulai
menurun.kemudian, krusta terlepas dan meninggalkan sikiatrik yang atrofi. Kadang
kadang dapat timbul perdarahan yang di sebabkan depresi oleh hematopoetikdan
biasanya disebut sebagai black variola yang sering fatal.

E. Varicella

Varisela adalah suatu infeksi virus akut menular yang disebabkan oleh virus
Herpes zoster (juga dikenal sebagai virus Varicella-zoster) dengan tanda ruam kulit
berupa vesikel (sekumpulan bintik-bintik kecil yang datar maupun menonjol),
lepuhan berisi cairan bisa berlanjut menjadi krusta, yang kadangkala menimbulkan
rasa gatal. Infeksi primer biasanya terjadi pada masa anak yang selalu simtomatik dan
umumnya sembuh sempurna. Penyakit dapat menjadi berat dan fatal pada bayi usia
kurang dari 2 minggu dan pada dewasa dengan status imunokompromais.

Penyebabnya adalah virus varicella-zoster (VZV) yang merupakan virus DNA


double-stranded. Virus ini ditularkan melalui percikan sekret saluran nafas pasien
atau melalui benda-benda yang terkontaminasi oleh cairan dari lepuhan kulit. Pasien
bisa menularkan penyakitnya mulai dari timbulnya gejala sampai lepuhan yang

15
terakhir telah mengering. Karena itu, untuk mencegah penularan, sebaiknya penderita
diisolasi (diasingkan).

Gejala Klinis

 Stadium Prodromal

Gejala prodromal timbul setelah 14-15 hari masa inkubasi, dengan timbulnya
ruam kulit disertai demam yang tidak begitu tinggi serta malaise. Pada anak lebih
besar besar dan dewasa ruam didahului oleh demam selama 2-3 hari sebelumnya,
menggigil, malaise, nyeri kepala, anoreksia, nyeri punggung, dan pada beberapa
kasus nyeri tenggorok dan batuk.

 Stadium Erupsi

Ruam kulit muncul di muka dan kulit kepala, dengan cepat menyebar ke badan
dan ekstremitas. Ruam lebih jelas pada bagian badan yang tertutup dan jarang
ditemukan pada telapak kaki dan tangan. Penyebaran lesi varisela bersifat sentrifugal.
Gambaran yang menonjol adalah perubahan yang cepat dari makula kemerahan ke
papula, vesikula, pustula dan akhirnya menjadi krusta. Perubahan ini hanya terjadi
dalam waktu 8-12 jam. Gambaran vesikel khas, superfisial, dinding tipis dan terlihat
seperti tetesan air. Penampang 2-3 mm berbentuk elips dengan sumbu sejajar garis
lipatan kulit. Cairan vesikel pada permulaan jernih, dan dengan cepat menjadi keruh
akibat serbukan sel radang dan menjadi pustula. Lesi kemudian mengering yang
dimulai dari bagian tengah dan akhirnya terbentuk krusta. Krusta akan lepas dalam
waktu 1-3 minggu bergantung kepada dalamnya kelainan kulit. Bekasnya akan
membentuk cekungan dangkal berwarna merah muda dan kemudian berangsur-
angsur hilang. Apabila terdapat penyulit berupa infeksi sekunder dapat terjadi
jaringan parut.

16
3. Penentuan DX ?

Untuk penentuan diagnose kerja dengan dilihat berdasarkan keluhan di


scenario keluhan bintik bintik kemerahan berisi cairan di wajah dan seluruh badan
disertai demam sejak 2 hari yang lalu dan sudah dijelaskan dengan membandingkan
masing-masing dd untuk menentukan diagnose kerja yaitu lebih mengarah pada
Varicela.

4. Epidemiologi Dx ?

Angka kejadian 5 kasus per 1.000 populasi. Pada individu dengan kondisi
immunosupresi, angka kejadian meningkat. Risiko postherpetic neuralgia meningkat
dengan meningkatnya umur. Ratarata pasien dengan usia lebih dari 60 tahun akan
mengalami nyeri temporer ataupun prolonged pain syndrome. Penelitian di
Hongkong tahun 2008 menunjukkan, bahwa keadaan kelembaban yang rendah
terutama pada cuaca dingin berhubungan dengan lebih tingginya jumlah anak-anak
dengan varisela yang masuk ke rumah sakit.

5. Patofisiologi Dx ?

Meskipun VZV ditransmisikan melalui saluran nafas, namun virus sangat


jarang ditemukan pada mukosa saluran nafas pada fase awal infeksi. Dengan metode
PCR virus dapat dideteksi beberapa saat sebelum ruam timbul atau setelah muncul
ruam kulit. Hal ini sesuai dengan penelitian epidemiologi yang menunjukkan
transmisi virus terjadi 24 – 48 jam sebelum ruam muncul. Lesi pada orofaring dapat
menyebarkan virus melalui droplet atau sekresi saluran nafas individu yang terinfeksi.
Virus yang masuk kemudian menyebar ke kelenjar lymph regional dan terjadi fase
viremia primer, yang selanjutnya akan menyebabkan virus menyebar ke hepar dan
menginfeksi sel mononuclear yang berfungsi sebagai sistem fagosit selama masa
inkubasi. Ratarata masa inkubasi adalah 14 hari (Gambar 1 dan Gambar 2). Viremia
dapat dideteksi dalam 4 – 5 hari sebelum timbul gejala, dan beberapa hari setelah

17
ruam menghilang. VZV dapat ditemukan pada 11 – 24% sel mononuklear darah tepi
pasien yang diambil dalam 24 jam setelah timbul ruam dengan menggunakan metode
kultur sel.

Keadaan viremia menyebabkan virus dapat mengakses sel epidermal dan


mengalami replikasi, kemudian menimbulkan ruam yang khas. Bagaimana
mekanisme virus dapat ditransfer ke sel-sel kulit belum sepenuhnya diketahui. Tetapi
sel mononuklear darah tepi yang terinfeksi virus dapat bermigrasi keluar dari dinding
kapiler menunju jaringan kulit atau virus menyebar ke sel endotel yang membentuk
dinding kapiler, mengalami replikasi dan kemudian menyebar ke sel epitel.

Lesi varisela secara bertahap berupa makulopapular, vesikel, dan fase krusta.
Perubahan ini berhubungan dengan terjadinya vaskulitis yang melibatkan pembuluh
darah kecil dan terjadinya fusi sel epitel ke bentuk sel multinuklear yang selalu
memunyai eosinophilic intranuclear inclusions. Proses evolusi ke bentuk vesikel
akibat proses degenerasi “ballooning” dari sel epitelial yang terlihat sebagai ruang
yang berisi cairan antara sel. Bertambahnya jumlah sel yang terinfeksi sebagai dasar
terjadinya lesi. Lesi Varisela umumnya tidak membentuk parut (scar) karena sel yang
terinfeksi relatif superfisial, tetapi kerusakan lapisan germinal epithelium dapat
terjadi. Ulserasi yang dalam dapat terjadi jika terjadi nekrosis pada seluruh lapisan
dermal tempat terdapat ruam. Virion VZV dapat ditemukan pada sel endotel kapiler
dan keratinosit dengan elektron mikroskop, dan virus bebas dilepaskan ke dalam
cairan vesikel yang menjadi infeksius.

6. Faktor resiko dx ?

1. Anak berusia di bawah 10 tahun. Terutama anak-anak yang belum mendapatkan


vaksin cacar air dan belum pernah terinfeksi.
2. Wanita hamil yang belum pernah terinfeksi. Cacar air yang terjadi saat hamil juga
bisa menyebabkan komplikasi baik pada ibu maupun bayi yang dikandung,
untungnya hal ini jarang terjadi.

18
3. Beraktivitas penuh di tempat tertutup bersama orang yang terinfeksi. Misalnya
bila Anda berkutat di rumah sakit atau di sekolah. Sirkulasi udara yang terbatas
dalam ruangan yang tertutup dapat membuat virus lebih mudah menyebar dan
menginfeksi orang lain.
4. Memiliki daya tahan tubuh yang lemah. Contohnya orang-orang yang memilki
penyakit yang menyerang sistem imun seperti HIV, pasien kanker yang menjalani
pengobatan kemoterapi, maupun pasien yang sedang mengonsumsi obat-obatan
yang menekan kerja sistem imun.

7. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang ?

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, adanya demam dan ruam kulit yang
khas (makula, papula, vesikel dan keropeng).

 Anamnesis

Tidak biasa terjadi varisela subklinik. Masa inkubasi penyakit yang khas adalah 14 –
21 hari. Lesu dan demam adalah simtom paling awal, segera diikuti dengan
munculnya ruam, pertama pada punggung lalu kemudian pada wajah, anggota badan,
mukosa pipi serta faring. Vesikel segar berturut-turut muncul dalam crops selama 2 -4
hari berikutnya6.

 Pemeriksaan Fisik

24-36 jam setelah timbulnya gejala awal, muncul bintik-bintik merah datar (makula).
Kemudian bintik tersebut menonjol (papula), membentuk lepuhan berisi cairan
(vesikel) yang terasa gatal, yang akhirnya akan mengering. Proses ini memakan
waktu selama 6-8 jam. Selanjutnya akan terbentuk bintik-bintik dan lepuhan yang
baru. Pada hari kelima, biasanya sudah tidak terbentuk lagi lepuhan yang baru,
seluruh lepuhan akan mengering pada hari keenam dan menghilang dalam waktu
kurang dari 20 hari. Papula di wajah, lengan dan tungkai relatif lebih sedikit; biasanya
banyak ditemukan pada batang tubuh bagian atas seperti dada, punggung, bahu

19
(Gambar 3). Bintik-bintik sering ditemukan di kulit kepala. Papula di mulut cepat
pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus), yang seringkali menyebabkan gangguan
menelan. Ulkus juga bisa ditemukan di kelopak mata, saluran pernafasan bagian atas,
rektum dan vagina. Papula pada pita suara dan saluran pernafasan atas kadang
menyebabkan gangguan pernafasan. Bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah
bening di leher bagian samping. Varisela air jarang menyebabkan pembentukan
jaringan parut, kalaupun ada, hanya berupa lekukan kecil sekitar mata. Luka varisela
bisa terinfeksi akibat garukan dan biasanya disebabkan oleh stafilokokus.

 Laboratorium

Diagnosis varisela umumnya dapat ditegakkan hanya secara klinis. Pada pemeriksaan
darah rutin didapati leukopenia. Pemeriksaan swab atau scrap pada dasar ruam dapat
menunjukkan gambaran yang khas secara mikroskopis berupa intranuclear inclusion
atau multinucleated giant cells. VZV dapat diisolasi dari aspirasi cairan vesikel dan
diinokulasikan ke dalam human diploid fibroblast. Untuk rapid diagnostic, antigen
VZV dapat dideteksi dari sel ruam dengan immunofluorocent antibody staining.

8. Tatalaksana dan KIE ?

 NON-FARMAKOLOGIK

Pasien varisela tidak dilarang mandi, bahkan dianjurkan membersihkan tubuh


sesering mungkin dengan menggunakan sabun anti septik atau mandi dengan air yang
dicampur dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi sekunder pada kulit.

20
Untuk mengurangi rasa gatal dan mencegah penggarukan, sebaiknya kulit dikompres
dingin. Bisa juga dioleskan lotion antihistamin atau lotion lainnya yang mengandung
mentol atau fenol. Perlu menjaga kebersihan tangan, kuku dipotong pendek, pakaian
tetap kering dan bersih.

 FARMAKOLOGIK

Kadang diberikan obat untuk mengurangi gatal (antihistamin). Jika terjadi infeksi
bakteri, diberikan antibiotik. Anti virus asiklovir pada pasien dewasa diberikan 5 kali
sehari 800 mg selama 5 hari. Asiklovir dapat mengurangi masa demam dan
pekembangan ruam yang terjadi. Sebaiknya diberikan dalam waktu 24 – 48 jam
setelah muncul ruam kulit. Asiklovir biasanya diberikan kepada remaja, karena pada
remaja penyakit ini lebih berat. Untuk menurunkan demam, sebaiknya gunakan
asetaminofen, jangan aspirin. Obat anti-virus boleh diberikan kepada anak yang
berusia lebih dari 2 tahun. Obat anti-virus lainnya adalah vidarabin.

 Pencegahan

Untuk mencegah varisela diberikan vaksin varisela. Vaksin varisela diberikan kepada
individu yang akan kontak dengan pasien varisela dan individu yang berisiko untuk
terjadinya komplikasi bila terkena varisela serta mereka yang sering melakukan
perjalanan (traveling). Jenis vaksin, virus hidup yang dilemahkan, dengan efektivitas
86% dan pemberiannya subkutan. Vaksinasi terdiri dari 2 dosis dengan jarak 4 – 6
minggu. Kepada orang yang belum pernah mendapatkan vaksinasi cacar air dan
memiliki resiko tinggi mengalami komplikasi (misalnya penderita gangguan sistem
kekebalan), bisa diberikan immunoglobulin zoster atau immunoglobulin varicella-
zoster.

9. Komplikasi dan prognosis

Komplikasi

21
Anak-anak biasanya sembuh dari cacar air tanpa masalah. Tetapi pada orang
dewasa maupun penderita gangguan sistem kekebalan, infeksi ini bisa berat atau
bahkan berakibat fatal. Adapun komplikasi yang bisa ditemukan pada cacar air
adalah: pneumonia karena virus, peradangan jantung, peradangan sendi, peradangan
hati, Infeksi bakteri (erisipelas, pioderma, impetigo bulosa), ensefalitis (infeksi otak).

Prognosis

Varisela tanpa komplikasi dan mendapat terapi anti viral yang sesuai,
umumnya prognosa baik. Kematian terjadi bila terjadi komplikasi yang berat seperti
sepsis, pneumonia berat, dan pada pasien dengan imunokompromais.

22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat diambil dan dilihat berdasarkan keluhan di
scenario dan pemeriksaan fisik dan penunjang yang dijelaskan dengan
membandingkan masing-masing dd mendapatkan diagnose kerja yaitu lebih
mengarah pada Varicela. Dimana Varisela adalah suatu infeksi virus akut
menular yang disebabkan oleh virus Herpes zoster (juga dikenal sebagai virus
Varicella-zoster) dengan tanda ruam kulit berupa vesikel (sekumpulan bintik-bintik
kecil yang datar maupun menonjol), lepuhan berisi cairan bisa berlanjut menjadi
krusta, yang kadangkala menimbulkan rasa gatal. Infeksi primer biasanya terjadi pada
masa anak yang selalu simtomatik dan umumnya sembuh sempurna. Penyakit dapat
menjadi berat dan fatal pada bayi usia kurang dari 2 minggu dan pada dewasa dengan
status imunokompromais.

23
DAFTAR PUSTAKA

Ayuningati, LK, Indramaya, DM. 2015. Studi Retrospektif: Karakteristik Pasien


Herpes Zoster. Jurnal Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Volume. 27
, Nomor. 3
Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. 2010. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi
ke-6. Jakarta: Departemen Ilmu Kedokteran Kulit dan Kelamin FK UI.
Kawai, et al. (2016). Increasing Incidence of Herpes Zoster Over A 60-year Period
from A Population-Based Study. Clinical Infectious Disease, 63(2), pp. 221-
226.
Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W, editors. 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin, Edisi 7. Badan Penerbit Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta
Siregar, R S. 2015. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit edisi 3. Jakarta : EGC
Sri A. S. 2018. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 7. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.

24

Anda mungkin juga menyukai