Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

KONDILOMA AKUMINATA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu

Disusun Oleh :

Rizka Safira A A 2120221196

Moderator :

dr. Jihan Rosita, Sp. KK

FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KULIT DAN KELAMIN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PASAR MINGGU

PERIODE 18 APRIL 2022 – 21 MEI 2022

1
LEMBAR PENGESAHAN

Disusun dan diajukan untuk memenuhi persyaratan tugas

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Kesehatan Mata

Disusun Oleh:

Rizka Safira A A

2120221196

Jakarta, 1 September 2022

Telah disahkan oleh,

Moderator

dr. Jihan Rosita, Sp. KK

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
Gambar 1.1 Status Lokalis Pasien..................................................................2
Gambar 2.1 Anatomi Kulit.............................................................................4
BAB I STATUS PASIEN........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
II.1 Anatomi Kulit..........................................................................................4
II.2 Kondiloma Akuminata.............................................................................5
BAB III KESIMPULAN........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
BAB I

STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 01-06-1980
Alamat : Pasar Minggu
Agama : Islam
No. RM : 30xxxx
Pekerjaan : Penjual Sembako
Pendidikan :
Status Perkawinan : Bercerai

B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Daging tumbuh (kutil) sekitar kelamin
Riwayat Penyakit Sekarang: Keluhan mulai timbul sejak 6 bulan lalu, terasa
gatal dan semakin lama semakin banyak, pasien merasakan nyeri perut bawah.
Tidak ada keluhan dalam BAK.

Riwayat Penyakit Dahulu: Terdapat fluor albus 1 bulan lalu, berbau amis
dan warna kekuningan. Pasien mengganti pembalut 2 kali sehari. Pasien
bercerai 8 tahun lalu, sebelumnya suami pernah menikah dengan perempuan
lain. Tidak ada Riwayat hipertensi maupun diabetes. Pasien tidak melakukan
kontrasepsi

Riwayat Alergi: Pasien tidak memiliki alergi

Riwayat Keluarga: Pasien tinggal ber enam bersama kakaknya. Saat ini tidak
ada keluarga yang mempunyai keluhan serupa

1
C. STATUS GENERALIS
1) Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan
2) Kesadaran : Compos Mentis
3) Tanda Vital :
 Tekanan Darah : 120/ 80 mmhg
 Nadi : 88x/ menit
 Suhu : 36oC
 RR : 20x/ menit
 BB/ TB : 45kg/ 152cm

D. STATUS LOKALIS
1) STDV: Terdapat pada area vulva vagina dan perineum. Lesi papul
dan plak warna sama dengan kulit sekitar dan mukosa. Permukaan
verukosa multiple dan tersebar

Gambar 1.1 Status Lokalis Pasien

E. DIAGNOSIS KERJA
 Kondiloma akuminata vagina dan perineum multipel (Anogeenital
warts)

2
F. DIAGNOSIS BANDING
 Kondiloma Lata pada Sifilis: merupakan salah satu bentuk sifilis
stadium sekunder. Lesi berupa papul-papul dengan permukaan lebih
halus dan bentuk lebih bulat dari KA. biasanya dengan permukaan rata
dan STS positif. Ditemukan spiroketa dengan mikroskop lapangan
gelap. (4,6)
 Moluskum kontangiosum: biasanya bentuk rata, dapat dikeluarkan
badan badan moluskum (4)

G. PENATALAKSANAAN
1. Non Medikamentosa
 Edukasi
2. Medikamentosa
 Cefixime capsul 200 mg 2 x1 cap perhari (14 cap)
 Asam mefenamat tablet 500 mg 3 x 1 tab perhari (15 tab)
 NaCl 0.9 % 500 ml kompres 2 x selama 15 menit (1 kolf)
 Trifamycetin 2 % oint 2 x oles setelah kompres (1 tube)

H. PROGNOSIS
 At Vitam : Bonam
 At Fungsionam : Bonam
 At Sanationam : Bonam

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Anatomi Kulit

Kulit adalah organ terbesar pada tubuh manusia, biasanya membentuk 15-
20% berat badan total dan pada orang dewasa, memiliki luas permukaan sebesar 1,5-
2m2. Kulit (dan adneksa) menjalankan berbagai tugas dalam memelihara kesehatan
manusia secara utuh yang meliputi fungsi yaitu : pertindungan fisik (terhadap gaya
mekanik, sinar ultraviolet, bahan kimia), (2) pertindungan imunologik, (3) ekskresi,
(4) pengindera, (5) pengaturan suhu tubuh, (6) pembentukan vitamin D, (7) kosmetis.
Fungsi-fungsi tersebut lebih mudah dipahami dengan meninjau struktur mikroskopik
kulit yang
terbagi menjadi
3 lapisan:

epidermis, dermis dan subkutis. (1,2)

4
Gambar 2.1 Anatomi Kulit

a. Epidermis
Lapisan epidermis adalah lapisan kulit dinamis, senantiasa beregenerasi,
berespons terhadap rangsangan di luar maupun dalam tubuh manusia. Tebalnya
bervariasi antara 0,4- 1,5 mm. Penyusun terbesar epidermis adalah keratinosit.
Terselip di antara keratinosit adalah sel Langerhans dan melanosit, dan kadang-
kadang juga sel Merkel dan limfosit. Epidermis terdiri dari :
1. Stratum korneum, terdiri atas 15 – 20 lapis sel gepeng berkeratin tanpa inti
dengan sitoplasma yang dipenuhi keratin filamentosa birefringen. Merupakan
sel yang telah mati, selnya tipis, datar, tidak mempunyai inti sel dan
mengandung zat keratin. (1,2)
2. Stratum lusidum hanya dijumpai pada kulit tebal, dan terdiri atas lapisan tipis
translusen sel eosinifilik yang sangat pipih. Organel dan inti telah mengilang
dan sitoplasma hamper sepenuhnya terdiri atas filamen keratin padat yang
berhimpitan dalam matriks padat elektron (1,2)
3. Zona granular, terletak dibawah lapisan tanduk dan terdiri atas dua lapisan
epitel yang tidak tegas. Terdiri atas 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang
mengalami diferensiasi terminal (1,2)
4. Sel spinosum, normalnya ini merupakan lapisan epidermis paling tebal. Sel
dengan fibril halus yang menyambung sel satu dengan yang lainnya, sehingga
setiap sel seakan-akan tampak berduri. (1,2)
5. Sel basale, terdiri atas selapis sel kuboid atau kolumnar basofilik yang terletak
di atas membrane basal pada perbatasan epidermis-dermis. Sel ini secara

5
terus-menerus memproduksi sel epidermis baru. Sel ini disusun dengan
teratur, berurutan dan rapat sehingga membentuk lapisan pertama atau lapisan
dua sel pertama dari sel basal yang posisinya diatas papilla dermis (1,2)

b. Dermis
Dermis merupakan jaringan di bawah epidermis yang memberi ketahanan
pada kulit, termoregulasi, perlindungan imunologik, dan ekskresi. Fungsi
tersebut mampu dilaksanakan dengan baik karena berbagai elemen yang berada
pada dermis, yakni struktur fibrosa dan filamentosa, ground substance, dan
selular yang terdiri atas endotel, fibroblas, sel radang, kelenjar, folikel rambut
dan saraf. (1,2)

c. Subkutan
Subkutis yang terdiri atas jaringan lemak mampu mempertahankan suhu
tubuh, dan merupakan cadangan energi, juga menyediakan bantalan yang
meredam trauma melalui permukaan kulit. Deposisi lemak menyebabkan
terbentuknya lekuk tubuh yang memberikan efek kosmetis. Sel-sel lemak
terbagi-bagi dalam lobus, satu sama lain dipisahkan oleh septa. (1,2)

d. Adneksa Kulit
Bagian adneksa kulit adalah rambut, kelenjar ekrin dan apokrin, serta kuku.
Folikel rambut sering disebut sebagai unit pilosebasea karena terdiri atas bagian
rambut dan kelenjar sebasea yang bermuara ke bagian folikel rambut yang
disebut ismus. (1,2)
Kelenjar ekrin berada pada epidennis dan dennis. Bagian di epidennis disebut
akrosiringium. Bagian sekretorik kelenjar ekrin terletak di dennis dalam, dekat
perbatasan dengan subkutis. Kelenjar ini tersebar di seluruh pennukaan kulit
kecuali di daerah ujung penis, klitoris dan bibir. Kepadatan pada berbagai lokasi
tubuh berbeda-beda. Fungsi utama kelenjar ekrin adalah
1. mengatur penglepasan panas,

6
2. eksresi air dan elektrolit,
3. mempertahankan keasaman pennukaan kulit sehingga mencegah kolonisasi
kuman patogen.
Kelenjar apokrin baru aktif saat pubertas; sekret yang dihasilkannya akan
diurai oleh kuman sehingga keluarlah bau. Fungsi kelenjar apokrin pada manusia
tidak jelas tetapi mungkin sekret kelenjar ini mengandung semacam feromon. (1,2)

Ii.2 Kondiloma Akuminata

Ii.2.1 Definisi

Kondiloma akuminata (KA) adalah pertumbuhan jaringan yang bersifat jinak,


superfisial, dan terutama di daerah genital. Orang awam sering menyebutnya dengan
penyakit kutil kelamin atau pun penyakit jenger ayam karena bentuknya menyerupai
jengger ayam. KA merupakan infeksi vulva, vagina, atau serviks oleh beberapa
subtipe human papilloma oirws (hPV). Infeksi hPV adalah penyakit menular seksual
yang paling biasa dan terkait dengan lesi-lesi intraepitelial di serviks, vagina, dan
vulva, juga dengan karsinoma skuamosa dan adenokarsinoma.(3–5)

Ii.2.2 Epidemiologi

Centers for disease control and prevention (CDC) memperkirakan terdapat


sekitar 20 juta orang terinfeksi HPV dengan insiden sebesar 6,2 juta kasus setiap
tahunnya. Kejadian kasus kondiloma akuminata cenderung meningkat di beberapa
Rumah Sakit. Perempuan lebih tinggi frekuensi distribusinya dibandingkan laki laki.
Dari hasil penelitian yang telah ditelusuri, kecenderungan tingkat pendidikan pasien
rendah. (3)

Angka kejadian KA semakin bertambah banyak bahkan melebihi herpes


genital. Di Amerika serikat, data dari Center for Disease Control and Prevention

7
tercatat ada lebih dari 19,7 juta kasus baru infeksi menular seksual (IMS) tiap tahun,
dan 14,1 juta kasus merupakan infeksi HPV (3). Sedangkan pada penelitian tentang
Infeksi Menular Seksual di 12 Rumah Sakit Pendidikan di Indonesia mulai tahun
2007- 2011, kejadian KA menduduki peringkat ke 3 terbesar. Kondiloma akuminata
menduduki peringkat pertama di 6 kota yaitu Medan, Jakarta, Bandung, Semarang,
Jogja dan Denpasar dengan usia terbanyak didapatkan pada golongan usia 25-45
tahun. Pasien dengan kehamilan, imunosupresi, dan diabetes berisiko lebih tinggi. (5,6)

Ii.2.3 Etiologi

Penyebab dari kondiloma akuminata merupakan virus golongan papofa.


Human papiloma virus yang merupakan agen dari kasus kondiloma akuminata.
Transmisi HPV terjadi melalui kontak dengan lesi epitel yang tampak maupun dalam
bentuk subklinis, dan/atau cairan genital yang mengandung HPV biasanya tipe 6 dan
11. Penularan infeksi HPV terutama melalui hubungan seksual. (3,4,6)
Bila seseorang melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang telah
terinfeksi HPV, maka kemungkinan akan tertular virus dan timbul KA adalah sebesar
75%. Kontak langsung dengan tangan atau tidak langsung melalui benda- benda yang
terkontaminasi dengan HPV (fomites) dapat terjadi penularan, meskipun jarang
terjadi. Penularan dari ibu ke anak melalui kanalis vagina saat melahirkan dapat
menimbulkan lesi disaluran nafas bayi. (3,4,6)
Status pernikahan mempengaruhi pola penyebaran penyakit infeksi menular
seksual secara umum, begitu pula kasus KA. Terutama pada seseorang yang
mempunyai kecenderungan bergonta – ganti pasangan dan melakukan hubungan
seksual yang tidak aman. Kebersihan atau hygiene juga memegang peranan penting
untuk timbulnya penyakit smegma, fluor Albus, dan kandidiasis sering menyertai
penyakit ini. Lingkungan yang lembab dan basah mempermudah timbulnya penyakit
ini (3,4,6)

8
Ii.2.3 Patogenesis

Infeksi HPV genital pada umumnya mengenai mukosa yang lembab dan
berdekatan dengan epitel skuamosa serviks dan anus. Abrasi mikroskopi pada saat
berhubungan seksual memudahkan pasangan yang terinfeksi HPV untuk
menularkannya kepada pasangan yang belum terinfeksi. Trauma berulang dapat
meningkatkan infektivitas dan replikasi virus. Virus akan memasuki sel epitel basal
pejamu, melepaskan kapsul protein dan berada bersama sel pejamu sebagai circular
episome. (6)

Selanjutnya virus akan berada dalam masa inkubasi laten selama 1-8 bulan, dan
selama itu tidak nampak manifestasi klinis. Fase pertumbuhan aktif akan dimulai bila
terjadi lesi pertama. Sampai sekarang belum diketahui pemicu perubahan bentuk laten
menjadi infeksius, namun dipengaruhi oleh faktor pejamu, virus, dan lingkungan.
Sistem imun seluler yang kompeten dibutuhkan untuk pembersihan HPV, namun
masih menjadi tantangan untuk menghilangkan virus dari pejamu yang
imunokompeten. HPV terlindung dari respon imun pejamu karena virus berlokasi
didalam sel. (6)

Ii.2.4 Gejala Klinis

Masa inkubasi KA berkisar antara 2 minggu - 9 bulan. Secara umum kelainan


fisik mulai 2-3 bulan setelah kontak. Umumnya tidak menimbulkan keluhan namun
bentuknya dapat menyebabkan stres psikologik. Keluhan dan gejala-gelala berupa
lesi lunak bertangkai pada setiap permukaan mukosa atau kulit yang bervariasi dalam
ukuran dan bentuk. Lesi biasanya tidak menimbulkan keluhan kecuali kalau terluka
atau terkena infeksi sekunder, menyebabkan perdarahan, nyeri, atau keduanya. (5,6)

Selama masa infeksi aktif, HPV akan bereplikasi tanpa bergantung pada
pembelahan sel pejamu dan akan memicu pejamu berproliferasi membentuk banyak
lesi berupa kutil datar hingga papilar. Lesi biasanya dimulai dengan papula miliar,
selanjutnya terbentuk tonjolan-tonjolan (Filiformis). Penderita kadang mengeluh

9
nyeri. Biasanya di daerah vulva, labia mayora, mineral, glans penis, Prepusium dan
korpus penis. (4,6)

Lesi dapat bertangkai atau melekat di dasar (sessile) dan kadang berpigmen.
Terdapat 3 bentuk klinis KA, yaitu akuminata, keratotik, dan papul. Bentuk
akuminata, lunak karena tidak berkeratin, berbentuk seperti kembang kol, terutama
didaerah mukosa yang hangat, lembab dan tidak berambut sebagaimana. Bentuk
keratotik, menyerupai kutil biasa, di daerah kering, kulit anogenital. Bentuk papul,
didaerah dengan keratinisasi sempurna yaitu dibatang penis, bagian lateral vulva,
perineum, perianus, permukaan halus, licin dan tersebar diskrit. Infeksi subklinis
dapat terlihat seperti bercak putih (positif acetowhite) setelah dilakukan tes asam
asetat 5%. (7)

Sebagian besar infeksi HPV bersifat sementara atau transient dan tidak terdeteksi
lagi dalam waktu 2 tahun. Meskipun demikian, sekitar 30% KA akan mengalami
regresi dalam 4 bulan pertama infeksi. Periode laten bisa berlangsung beberapa bulan
hinga tahun. (6)

Ii.2.5 Diagnosis
1. Anamnesis
 Benjolan di daerah genital yang tidak nyeri
 Adanya riwayat kontak seksual sebelumnya
2. Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan klinis:
 Vegetasi atau papul soliter dapat juga multipel
 Terdapat empat morfologi:
o Akuminata
o Papul dengan permukaan menyerupai kubah
o Papul keratotik dengan permukaan kasar
o Papul datar

10
 Bentuk lain:
o Bowenoid papullosis yang merupakan varian lesi papula berbentuk
kubah atau datar, berwarna hitam, dan ditemukan tipe HPV risiko
tinggi yaitu tipe 16.
o Giant condyloma atau Buscke-Lowenstein tumor yaitu lesi yang
berukuran lebih besar, bersifat invasif dan destruktif secara lokal,
namun tidak bermetastasis, serta ditemukan HPV tipe 6 dan tipe 11.
 Lesi di perianal dapat ditemukan pada pria dan perempuan tetapi lebih
umum ditemukan pada pria yang berhubungan seks dengan pria (LSL).
 Lesi di anus biasanya berkaitan dengan hubungan seks anogenital
penetratif. (7)
b) Efloresensi atau sifat sifatnya: Tumor dengan permukaan berbentuk benjol
menyerupai kembang kol, dapat berbentuk hiperplasia, Sesil (tidak rata). (4)

Ii.2.6 Pemeriksaan Penunjang

Pada kasus yang meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang, antara lain :

1. Tes asam asetat

Tes ini dipakai untuk mendeteksi lesi yang meragukan atau subklinis, tipe
papul datar. Tes dilakukan dengan aplikasi larutan asam asetat 5% pada lesi
yang dicurigai. Dalam waktu 3-5 menit, lesi akan berubah menjadi putih
(acetowhite+). (6,7)

2. Kolposkopi

Pemeriksaan dengan alat pembesaran optik (kolposkop) untuk melihat


serviks dan traktus genitalis wanita agar tampak lebih jelas. Terkadang
dilakukan bersamaan dengan tes asam asetat. (6,7)

3. Pemeriksaan histopatologi

11
Pemeriksaan ini tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin KA.
Indikasinya adalah untuk bentuk lesi yang tidak khas, lesi tidak responsif
terhadap terapi, dan curiga ganas (ditandai dengan pigmentasi, pertumbuhan
cepat, fiksasi pada dasar lesi, perdarahan dan ulserasi spontan. Secara
mikroskopis, lesi KA ditandai dengan gambaran koilosit (keratinosit
berukuran besar dengan area halo dan vakuolisasi perinuklear). (6,7)

Pada epidermis terdapat parakeratosis, dan rete redges yang memanjang,


dapat berupa hiperkeratosis, papilomatosis, edema antarsel dan akantosis
serta vakuolisasi. Sedangkan dermis terdapat pelebaran pembuluh darah dan
sebukan sel radang kronik (4)

4. Pemeriksaan dermoskopi

Alat ini dapat melihat lesi awal datar dan membantu membedakan dengan
lesi liken planus, keratosis seboroik dan bowenoid. Pada lesi KA menunjukkan
gambaran pola vaskular dan gambaran yang khas, berupa pola mosaik pada lesi
awal yang masih datar dan ola menyerupai tombol (knoblike), serat menyerupai
jari pada lesi papilomatosa. (6,7)

5. Identifikasi genom HPV.

Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk diagnosis infeksi HPV anogenital


secara rutin. Seseorang dapat terinfeksi lebih dari 1 subtipe HPV. Pemeriksaan
polymerase chain reaction (PCR) mampu mendeteksi DNA HPV dengan
sensitivitas dan spesifisitas tinggi. . Pemeriksaan polymerase chain reaction
(PCR) Pemeriksaan ini untuk mengetahui tipe HPV, namun bukan untuk
menegakkan diagnosis (6,7)

Ii.2.7 Tatalaksana

12
Infeksi HPV bersifat subklinis dan laten, maka tidak terdapat terapi spesifik
terhadap virus ini. Perawatan diarahkan pada pembersihan kutil – kutil yang tampak
dan bukan pemusnahan virus. Perhatian pada kebersihan arena genital sangat penting
karena kelembaban mendukung pertumbuhan kutil. Beberapa modalitas terapi yang
dapat dilakukan

1. Non Medikamentosa(7)
 Hindari/atasi faktor pencetus.
 Edukasi
a) Kunjungan ulang: dilakukan 3 – 7 hari setelah terapi dimulai
b) Konseling, kemungkinan risiko tertular HIV dan IMS lainnya
c) Penapisan HIV dan sifilis (RPR dan TPHA)
d) Pemeriksaan Pap smear disarankan setiap 3 tahun bagi perempuan usia ≥
21 tahun
e) Pasangan seksual:
o Di informasikan kemungkinan tertular walaupun tidak tampak lesi
o Pemeriksaan tipe HPV tidak direkomendasikan
o Dilakukan pemeriksaan untuk mendeteksi adanya lesi dan IMS lainnya
f) Pencegahan:
 Perubahan perilaku
o Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
o Setia terhadap pasangan
o Penggunaan kondom
 Vaksin:
o Kuadrivalen
o Bivalen

2. Medikamentosa

13
Prinsipnya, Terapi bersifat kausatif dan/atau simtomatis sesuai dengan
manifestasi klinis. Terdapat beberapa obat yang dapat dipilih sesuai dengan indikasi
sebagai berikut:

1. Obat
a) Tingtura pedofilin 10-25%
Ditutulkan pada lesi. Podofilin resin bekerja sebagai anti mitotik yang
menginduksi nekrosis jaringan. Pada satu sesi terapi hanya diperbolehkan

meliputi area seluas 10cm2 atau jumlah podofilin kurang dari 0,5ml. Tidak
boleh diberikan pada ibu hamil. Harus di aplikasikan oleh dokter,
Direkomendasikan untuk lesi dengan permukaan verukosa, Efikasi 19-79%,
rekurensi17-74%, Tidak boleh pada ibu hamil dan menyusui, serta lesi yang
luas. Cara: lindungi kulit sekitar lesi dengan vaselin agar tidak terjadi iritasi,
biarkan selama 4 jam, kemudian cuci. Pengobatan dapat dilakukan seminggu
dua kali, sampai lesi hilang. (6,7)

b) Larutan trichloroacetic acid (TCA) 80-95%


Bahan ini bersifat korosif dan dengan cepat menjadi inaktif setelah kontak
dengan kulit/lesi. Aman digunakan untuk ibu hamil dan menggunakan
konsentrasi 50% ternyata juga memberikan hasil yang memuaskan.
Komplikasi yang mungkin terjadi adala erosi dan ulkus dangkal. (6)

Harus diaplikasikan oleh dokter, Direkomendasikan untuk lesi di genital


eksterna, serviks dan di dalam anus, Efikasi 70-81%, rekurensi36%. Dapat
digunakan pada ibu hamil, Cara: larutan diaplikasikan pada lesi sampai
berwarna putih, biarkan sampai kering sebelum pasien duduk atau berdiri. (6,7)
Catatan: ada kepustakaan yang menyatakan bila pasien mengeluh
kesakitan dan pengolesan yang berlebihan sehingga mengenai tepi lesi, maka
dapat dicuci dengan air sabun, dapat juga menggunakan larutan natrium
bikarbonat. Pengobatan dapat diulang seminggu sekali sampai lesi hilang (7)

14
c) Podofilotoksin 0,5%
Dapat diaplikasi oleh pasien, Terapi diberikan 2 kali sehari selama 3 hari,
selanjutnya istirahat 4 hari, diulang selama 4-5 sesi, Tidak boleh digunakan
pada ibu hamil. (7)

2. Bedah
a) Bedah listrik atau elektrokauterisasi
Dapat digunakan untuk lesi internal maupun eksternal. Keuntungan dan
komplikasi sama dengan bedah eksisi. Direkomendasikan untuk lesi
dianogenital, terutama lesi berukuran besar 2. Efikasi 94%, rekurensi 23%.
(4,6,7)

b) Bedah beku dengan nitrogen cair


Menggunakan N2 cair, CO2 padat, cryoprobe untuk membekukan
kandungan air jaringan sehingga terjadi lisis sel. Harus diaplikasikan oleh
dokter, Direkomendasikan untuk lesi di genital eksterna, vagina, serviks,
meatus, Efikasi 79 – 88 %, rekurensi 24 – 40 %, Cara: cairan nitrogen dapat
diaplikasikan dengan semprotan, lidi kapas, atau cryoprobe (tidak boleh untuk
lesi di vagina). Cairan harus diaplikasikan sampai timbul halo yang berwarna
putih, 2 mm di tepi lesi. Teknik aplikasi dapat dengan single freeze atau
double freezethaw. Freezing dapat selama 15-30 detik. Pengobatan dapat
diulang seminggu sekali sampai lesi hilang. (4,7)

c) Bedah eksisi atau pada pasien yang tidak di khitan, dapat dilakukan eksisi dan
khitan.
Terutama untuk KA besar dan menimbulkan obstruksi. Lesi dapat diambil
secara keseluruhan dalam 1 sesi terapi. Efek samping berupa nyeri,
perdarahan, sampai timbul jaringan parut. (4,6)

15
Diindikasikan untuk lesi yang sangat besar sehingga menimbulkan obstruksi
atau tidak dapat dilakukan terapi dengan cara lainnya, Efikasi 89-
93%,rekurensi18-19% (7)

II.2.8 DIAGNOSIS BANDING

1. Kondiloma lata
2. Moluskum kontagiosum
3. Karsinoma sel skuamosa

II.2.9 PROGNOSIS

Quo ad Vitam : Bonam

Quo ad functionam : Bonam

Quo ad Sanationam : Dubia (7)

BAB III

KESIMPULAN

III. KESIMPULAN

Berupa pertumbuhan jaringan yang bersifat jinak, superfisial, terutama di daerah


genital. Orang awam sering menyebutnya dengan penyakit kutil kelamin atau pun
penyakit jenger ayam. Penyebabnya adalah virus golongan papova. KA
menduduki peringkat ke-1 di 6 kota yaitu Medan, Jakarta, Bandung, Semarang,
Jogja dan Denpasar dengan usia terbanyak didapatkan pada golongan usia 25 - 45
tahun. Penularan infeksi HPV terutama melalui hubungan seksual (75%).
Tatalaksana dapat dilakukan tindakan bedah listrik atau elektrokauterisasi. Dapat
digunakan untuk lesi internal maupun eksternal. Efek samping berupa nyeri,
perdarahan, sampai timbul jaringan parut. Direkomendasikan untuk lesi
dianogenital, terutama lesi berukuran besar. Efikasi 94%, rekurensi 23%.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Mescher AL. Junqueira’s Basic Histology: Text and Atlas [Internet]. 15e ed. McGraw Hill;
2018. Available from: https://accessmedicine.mhmedical.com/content.aspx?
bookid=2430&sectionid=190219970

2. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Edisi Kelima. edisi ke lima.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. 1–490 p.

3. Saputra N, Studi P, Masyarakat K, Kesehatan F, Universitas M, Jakarta M. Karakteristik


Kejadian Kasus Kondiloma Akuminata di Indonesia. Vol. 1. 2020.

4. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Egc. 2004.

5. Prawirohardjo S. Ilmu Kandungan Sarwono. Ilmu Kandungan. 2013;

6. Ratnasari DT, Kulit B, Kelamin D, Kedokteran F, Wijaya U, Surabaya K. Kondiloma Akuminata.


Vol. 5, Online) Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma.

7. PERDOSKI. PANDUAN PRAKTIK KLINIS. 2017.

17
18

Anda mungkin juga menyukai