KONDILOMA AKUMINATA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu
Disusun Oleh :
Moderator :
1
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh:
Rizka Safira A A
2120221196
Moderator
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
Gambar 1.1 Status Lokalis Pasien..................................................................2
Gambar 2.1 Anatomi Kulit.............................................................................4
BAB I STATUS PASIEN........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................4
II.1 Anatomi Kulit..........................................................................................4
II.2 Kondiloma Akuminata.............................................................................5
BAB III KESIMPULAN........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 01-06-1980
Alamat : Pasar Minggu
Agama : Islam
No. RM : 30xxxx
Pekerjaan : Penjual Sembako
Pendidikan :
Status Perkawinan : Bercerai
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Daging tumbuh (kutil) sekitar kelamin
Riwayat Penyakit Sekarang: Keluhan mulai timbul sejak 6 bulan lalu, terasa
gatal dan semakin lama semakin banyak, pasien merasakan nyeri perut bawah.
Tidak ada keluhan dalam BAK.
Riwayat Penyakit Dahulu: Terdapat fluor albus 1 bulan lalu, berbau amis
dan warna kekuningan. Pasien mengganti pembalut 2 kali sehari. Pasien
bercerai 8 tahun lalu, sebelumnya suami pernah menikah dengan perempuan
lain. Tidak ada Riwayat hipertensi maupun diabetes. Pasien tidak melakukan
kontrasepsi
Riwayat Keluarga: Pasien tinggal ber enam bersama kakaknya. Saat ini tidak
ada keluarga yang mempunyai keluhan serupa
1
C. STATUS GENERALIS
1) Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan
2) Kesadaran : Compos Mentis
3) Tanda Vital :
Tekanan Darah : 120/ 80 mmhg
Nadi : 88x/ menit
Suhu : 36oC
RR : 20x/ menit
BB/ TB : 45kg/ 152cm
D. STATUS LOKALIS
1) STDV: Terdapat pada area vulva vagina dan perineum. Lesi papul
dan plak warna sama dengan kulit sekitar dan mukosa. Permukaan
verukosa multiple dan tersebar
E. DIAGNOSIS KERJA
Kondiloma akuminata vagina dan perineum multipel (Anogeenital
warts)
2
F. DIAGNOSIS BANDING
Kondiloma Lata pada Sifilis: merupakan salah satu bentuk sifilis
stadium sekunder. Lesi berupa papul-papul dengan permukaan lebih
halus dan bentuk lebih bulat dari KA. biasanya dengan permukaan rata
dan STS positif. Ditemukan spiroketa dengan mikroskop lapangan
gelap. (4,6)
Moluskum kontangiosum: biasanya bentuk rata, dapat dikeluarkan
badan badan moluskum (4)
G. PENATALAKSANAAN
1. Non Medikamentosa
Edukasi
2. Medikamentosa
Cefixime capsul 200 mg 2 x1 cap perhari (14 cap)
Asam mefenamat tablet 500 mg 3 x 1 tab perhari (15 tab)
NaCl 0.9 % 500 ml kompres 2 x selama 15 menit (1 kolf)
Trifamycetin 2 % oint 2 x oles setelah kompres (1 tube)
H. PROGNOSIS
At Vitam : Bonam
At Fungsionam : Bonam
At Sanationam : Bonam
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kulit adalah organ terbesar pada tubuh manusia, biasanya membentuk 15-
20% berat badan total dan pada orang dewasa, memiliki luas permukaan sebesar 1,5-
2m2. Kulit (dan adneksa) menjalankan berbagai tugas dalam memelihara kesehatan
manusia secara utuh yang meliputi fungsi yaitu : pertindungan fisik (terhadap gaya
mekanik, sinar ultraviolet, bahan kimia), (2) pertindungan imunologik, (3) ekskresi,
(4) pengindera, (5) pengaturan suhu tubuh, (6) pembentukan vitamin D, (7) kosmetis.
Fungsi-fungsi tersebut lebih mudah dipahami dengan meninjau struktur mikroskopik
kulit yang
terbagi menjadi
3 lapisan:
4
Gambar 2.1 Anatomi Kulit
a. Epidermis
Lapisan epidermis adalah lapisan kulit dinamis, senantiasa beregenerasi,
berespons terhadap rangsangan di luar maupun dalam tubuh manusia. Tebalnya
bervariasi antara 0,4- 1,5 mm. Penyusun terbesar epidermis adalah keratinosit.
Terselip di antara keratinosit adalah sel Langerhans dan melanosit, dan kadang-
kadang juga sel Merkel dan limfosit. Epidermis terdiri dari :
1. Stratum korneum, terdiri atas 15 – 20 lapis sel gepeng berkeratin tanpa inti
dengan sitoplasma yang dipenuhi keratin filamentosa birefringen. Merupakan
sel yang telah mati, selnya tipis, datar, tidak mempunyai inti sel dan
mengandung zat keratin. (1,2)
2. Stratum lusidum hanya dijumpai pada kulit tebal, dan terdiri atas lapisan tipis
translusen sel eosinifilik yang sangat pipih. Organel dan inti telah mengilang
dan sitoplasma hamper sepenuhnya terdiri atas filamen keratin padat yang
berhimpitan dalam matriks padat elektron (1,2)
3. Zona granular, terletak dibawah lapisan tanduk dan terdiri atas dua lapisan
epitel yang tidak tegas. Terdiri atas 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang
mengalami diferensiasi terminal (1,2)
4. Sel spinosum, normalnya ini merupakan lapisan epidermis paling tebal. Sel
dengan fibril halus yang menyambung sel satu dengan yang lainnya, sehingga
setiap sel seakan-akan tampak berduri. (1,2)
5. Sel basale, terdiri atas selapis sel kuboid atau kolumnar basofilik yang terletak
di atas membrane basal pada perbatasan epidermis-dermis. Sel ini secara
5
terus-menerus memproduksi sel epidermis baru. Sel ini disusun dengan
teratur, berurutan dan rapat sehingga membentuk lapisan pertama atau lapisan
dua sel pertama dari sel basal yang posisinya diatas papilla dermis (1,2)
b. Dermis
Dermis merupakan jaringan di bawah epidermis yang memberi ketahanan
pada kulit, termoregulasi, perlindungan imunologik, dan ekskresi. Fungsi
tersebut mampu dilaksanakan dengan baik karena berbagai elemen yang berada
pada dermis, yakni struktur fibrosa dan filamentosa, ground substance, dan
selular yang terdiri atas endotel, fibroblas, sel radang, kelenjar, folikel rambut
dan saraf. (1,2)
c. Subkutan
Subkutis yang terdiri atas jaringan lemak mampu mempertahankan suhu
tubuh, dan merupakan cadangan energi, juga menyediakan bantalan yang
meredam trauma melalui permukaan kulit. Deposisi lemak menyebabkan
terbentuknya lekuk tubuh yang memberikan efek kosmetis. Sel-sel lemak
terbagi-bagi dalam lobus, satu sama lain dipisahkan oleh septa. (1,2)
d. Adneksa Kulit
Bagian adneksa kulit adalah rambut, kelenjar ekrin dan apokrin, serta kuku.
Folikel rambut sering disebut sebagai unit pilosebasea karena terdiri atas bagian
rambut dan kelenjar sebasea yang bermuara ke bagian folikel rambut yang
disebut ismus. (1,2)
Kelenjar ekrin berada pada epidennis dan dennis. Bagian di epidennis disebut
akrosiringium. Bagian sekretorik kelenjar ekrin terletak di dennis dalam, dekat
perbatasan dengan subkutis. Kelenjar ini tersebar di seluruh pennukaan kulit
kecuali di daerah ujung penis, klitoris dan bibir. Kepadatan pada berbagai lokasi
tubuh berbeda-beda. Fungsi utama kelenjar ekrin adalah
1. mengatur penglepasan panas,
6
2. eksresi air dan elektrolit,
3. mempertahankan keasaman pennukaan kulit sehingga mencegah kolonisasi
kuman patogen.
Kelenjar apokrin baru aktif saat pubertas; sekret yang dihasilkannya akan
diurai oleh kuman sehingga keluarlah bau. Fungsi kelenjar apokrin pada manusia
tidak jelas tetapi mungkin sekret kelenjar ini mengandung semacam feromon. (1,2)
Ii.2.1 Definisi
Ii.2.2 Epidemiologi
7
tercatat ada lebih dari 19,7 juta kasus baru infeksi menular seksual (IMS) tiap tahun,
dan 14,1 juta kasus merupakan infeksi HPV (3). Sedangkan pada penelitian tentang
Infeksi Menular Seksual di 12 Rumah Sakit Pendidikan di Indonesia mulai tahun
2007- 2011, kejadian KA menduduki peringkat ke 3 terbesar. Kondiloma akuminata
menduduki peringkat pertama di 6 kota yaitu Medan, Jakarta, Bandung, Semarang,
Jogja dan Denpasar dengan usia terbanyak didapatkan pada golongan usia 25-45
tahun. Pasien dengan kehamilan, imunosupresi, dan diabetes berisiko lebih tinggi. (5,6)
Ii.2.3 Etiologi
8
Ii.2.3 Patogenesis
Infeksi HPV genital pada umumnya mengenai mukosa yang lembab dan
berdekatan dengan epitel skuamosa serviks dan anus. Abrasi mikroskopi pada saat
berhubungan seksual memudahkan pasangan yang terinfeksi HPV untuk
menularkannya kepada pasangan yang belum terinfeksi. Trauma berulang dapat
meningkatkan infektivitas dan replikasi virus. Virus akan memasuki sel epitel basal
pejamu, melepaskan kapsul protein dan berada bersama sel pejamu sebagai circular
episome. (6)
Selanjutnya virus akan berada dalam masa inkubasi laten selama 1-8 bulan, dan
selama itu tidak nampak manifestasi klinis. Fase pertumbuhan aktif akan dimulai bila
terjadi lesi pertama. Sampai sekarang belum diketahui pemicu perubahan bentuk laten
menjadi infeksius, namun dipengaruhi oleh faktor pejamu, virus, dan lingkungan.
Sistem imun seluler yang kompeten dibutuhkan untuk pembersihan HPV, namun
masih menjadi tantangan untuk menghilangkan virus dari pejamu yang
imunokompeten. HPV terlindung dari respon imun pejamu karena virus berlokasi
didalam sel. (6)
Selama masa infeksi aktif, HPV akan bereplikasi tanpa bergantung pada
pembelahan sel pejamu dan akan memicu pejamu berproliferasi membentuk banyak
lesi berupa kutil datar hingga papilar. Lesi biasanya dimulai dengan papula miliar,
selanjutnya terbentuk tonjolan-tonjolan (Filiformis). Penderita kadang mengeluh
9
nyeri. Biasanya di daerah vulva, labia mayora, mineral, glans penis, Prepusium dan
korpus penis. (4,6)
Lesi dapat bertangkai atau melekat di dasar (sessile) dan kadang berpigmen.
Terdapat 3 bentuk klinis KA, yaitu akuminata, keratotik, dan papul. Bentuk
akuminata, lunak karena tidak berkeratin, berbentuk seperti kembang kol, terutama
didaerah mukosa yang hangat, lembab dan tidak berambut sebagaimana. Bentuk
keratotik, menyerupai kutil biasa, di daerah kering, kulit anogenital. Bentuk papul,
didaerah dengan keratinisasi sempurna yaitu dibatang penis, bagian lateral vulva,
perineum, perianus, permukaan halus, licin dan tersebar diskrit. Infeksi subklinis
dapat terlihat seperti bercak putih (positif acetowhite) setelah dilakukan tes asam
asetat 5%. (7)
Sebagian besar infeksi HPV bersifat sementara atau transient dan tidak terdeteksi
lagi dalam waktu 2 tahun. Meskipun demikian, sekitar 30% KA akan mengalami
regresi dalam 4 bulan pertama infeksi. Periode laten bisa berlangsung beberapa bulan
hinga tahun. (6)
Ii.2.5 Diagnosis
1. Anamnesis
Benjolan di daerah genital yang tidak nyeri
Adanya riwayat kontak seksual sebelumnya
2. Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan klinis:
Vegetasi atau papul soliter dapat juga multipel
Terdapat empat morfologi:
o Akuminata
o Papul dengan permukaan menyerupai kubah
o Papul keratotik dengan permukaan kasar
o Papul datar
10
Bentuk lain:
o Bowenoid papullosis yang merupakan varian lesi papula berbentuk
kubah atau datar, berwarna hitam, dan ditemukan tipe HPV risiko
tinggi yaitu tipe 16.
o Giant condyloma atau Buscke-Lowenstein tumor yaitu lesi yang
berukuran lebih besar, bersifat invasif dan destruktif secara lokal,
namun tidak bermetastasis, serta ditemukan HPV tipe 6 dan tipe 11.
Lesi di perianal dapat ditemukan pada pria dan perempuan tetapi lebih
umum ditemukan pada pria yang berhubungan seks dengan pria (LSL).
Lesi di anus biasanya berkaitan dengan hubungan seks anogenital
penetratif. (7)
b) Efloresensi atau sifat sifatnya: Tumor dengan permukaan berbentuk benjol
menyerupai kembang kol, dapat berbentuk hiperplasia, Sesil (tidak rata). (4)
Pada kasus yang meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang, antara lain :
Tes ini dipakai untuk mendeteksi lesi yang meragukan atau subklinis, tipe
papul datar. Tes dilakukan dengan aplikasi larutan asam asetat 5% pada lesi
yang dicurigai. Dalam waktu 3-5 menit, lesi akan berubah menjadi putih
(acetowhite+). (6,7)
2. Kolposkopi
3. Pemeriksaan histopatologi
11
Pemeriksaan ini tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin KA.
Indikasinya adalah untuk bentuk lesi yang tidak khas, lesi tidak responsif
terhadap terapi, dan curiga ganas (ditandai dengan pigmentasi, pertumbuhan
cepat, fiksasi pada dasar lesi, perdarahan dan ulserasi spontan. Secara
mikroskopis, lesi KA ditandai dengan gambaran koilosit (keratinosit
berukuran besar dengan area halo dan vakuolisasi perinuklear). (6,7)
4. Pemeriksaan dermoskopi
Alat ini dapat melihat lesi awal datar dan membantu membedakan dengan
lesi liken planus, keratosis seboroik dan bowenoid. Pada lesi KA menunjukkan
gambaran pola vaskular dan gambaran yang khas, berupa pola mosaik pada lesi
awal yang masih datar dan ola menyerupai tombol (knoblike), serat menyerupai
jari pada lesi papilomatosa. (6,7)
Ii.2.7 Tatalaksana
12
Infeksi HPV bersifat subklinis dan laten, maka tidak terdapat terapi spesifik
terhadap virus ini. Perawatan diarahkan pada pembersihan kutil – kutil yang tampak
dan bukan pemusnahan virus. Perhatian pada kebersihan arena genital sangat penting
karena kelembaban mendukung pertumbuhan kutil. Beberapa modalitas terapi yang
dapat dilakukan
1. Non Medikamentosa(7)
Hindari/atasi faktor pencetus.
Edukasi
a) Kunjungan ulang: dilakukan 3 – 7 hari setelah terapi dimulai
b) Konseling, kemungkinan risiko tertular HIV dan IMS lainnya
c) Penapisan HIV dan sifilis (RPR dan TPHA)
d) Pemeriksaan Pap smear disarankan setiap 3 tahun bagi perempuan usia ≥
21 tahun
e) Pasangan seksual:
o Di informasikan kemungkinan tertular walaupun tidak tampak lesi
o Pemeriksaan tipe HPV tidak direkomendasikan
o Dilakukan pemeriksaan untuk mendeteksi adanya lesi dan IMS lainnya
f) Pencegahan:
Perubahan perilaku
o Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
o Setia terhadap pasangan
o Penggunaan kondom
Vaksin:
o Kuadrivalen
o Bivalen
2. Medikamentosa
13
Prinsipnya, Terapi bersifat kausatif dan/atau simtomatis sesuai dengan
manifestasi klinis. Terdapat beberapa obat yang dapat dipilih sesuai dengan indikasi
sebagai berikut:
1. Obat
a) Tingtura pedofilin 10-25%
Ditutulkan pada lesi. Podofilin resin bekerja sebagai anti mitotik yang
menginduksi nekrosis jaringan. Pada satu sesi terapi hanya diperbolehkan
meliputi area seluas 10cm2 atau jumlah podofilin kurang dari 0,5ml. Tidak
boleh diberikan pada ibu hamil. Harus di aplikasikan oleh dokter,
Direkomendasikan untuk lesi dengan permukaan verukosa, Efikasi 19-79%,
rekurensi17-74%, Tidak boleh pada ibu hamil dan menyusui, serta lesi yang
luas. Cara: lindungi kulit sekitar lesi dengan vaselin agar tidak terjadi iritasi,
biarkan selama 4 jam, kemudian cuci. Pengobatan dapat dilakukan seminggu
dua kali, sampai lesi hilang. (6,7)
14
c) Podofilotoksin 0,5%
Dapat diaplikasi oleh pasien, Terapi diberikan 2 kali sehari selama 3 hari,
selanjutnya istirahat 4 hari, diulang selama 4-5 sesi, Tidak boleh digunakan
pada ibu hamil. (7)
2. Bedah
a) Bedah listrik atau elektrokauterisasi
Dapat digunakan untuk lesi internal maupun eksternal. Keuntungan dan
komplikasi sama dengan bedah eksisi. Direkomendasikan untuk lesi
dianogenital, terutama lesi berukuran besar 2. Efikasi 94%, rekurensi 23%.
(4,6,7)
c) Bedah eksisi atau pada pasien yang tidak di khitan, dapat dilakukan eksisi dan
khitan.
Terutama untuk KA besar dan menimbulkan obstruksi. Lesi dapat diambil
secara keseluruhan dalam 1 sesi terapi. Efek samping berupa nyeri,
perdarahan, sampai timbul jaringan parut. (4,6)
15
Diindikasikan untuk lesi yang sangat besar sehingga menimbulkan obstruksi
atau tidak dapat dilakukan terapi dengan cara lainnya, Efikasi 89-
93%,rekurensi18-19% (7)
1. Kondiloma lata
2. Moluskum kontagiosum
3. Karsinoma sel skuamosa
II.2.9 PROGNOSIS
BAB III
KESIMPULAN
III. KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Mescher AL. Junqueira’s Basic Histology: Text and Atlas [Internet]. 15e ed. McGraw Hill;
2018. Available from: https://accessmedicine.mhmedical.com/content.aspx?
bookid=2430§ionid=190219970
2. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Edisi Kelima. edisi ke lima.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. 1–490 p.
17
18