Anda di halaman 1dari 23

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

“scabies”

Di susun oleh :

1. Nur Asizah Yulianti (1711010)


2. Pristanti Wiji Yuli Astuti (1711016)
3. Rima Delavia Krisnita (1711026)
4. Reza Dwi Wahyuningtyas (1711019)

STIKES PATRIA HUSADA BLITAR

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena limpahan
rahmat serta anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan makalah kami
dengan judul “ASKEP SCABIES”
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah
SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni
Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling
besar bagi seluruh alam semesta.
Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah yang
telah kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Blitar,25 Maret 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

BAB I.......................................................................................................................................3

PENDAHULUAN...................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................3

1.2 Tujuan.....................................................................................................................3

BAB II.....................................................................................................................................5

TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................5

2.1 Definisi....................................................................................................................5

2.2 Etiologi....................................................................................................................6

2.3 Epidemiologi...........................................................................................................7

2.4 Klasifikasi...............................................................................................................7

2.5 Manifestasi Klinis...................................................................................................9

2.6 Patofisologi............................................................................................................10

2.7 Pathway........................................................................................................................10

2.7 Cara Penularan....................................................................................................12

2.8 Evaluasi Diagnostik..............................................................................................12

2.9 Komplikasi............................................................................................................12

2.10 Penatalaksanaan...................................................................................................13

BAB III..................................................................................................................................15

ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................................................15

BAB IV..................................................................................................................................20

PENUTUP............................................................................................................................20

4.1 Simpulan...............................................................................................................20

4.2 Saran.....................................................................................................................20

3
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi dan
sensitisasi terhadap sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Sinonim
dari penyakit ini adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal agogo.
Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal
sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum,
membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai
1,2 centimeter.
Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan edema
yang disebabkan oleh garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu betina
panjangnya 0,3 sampai 0,4 milimeter dengan empat pasang kaki, dua pasang di
depan dengan ujung alat penghisap dan sisanya di belakang berupa alat tajam.
Sedangkan, untuk kutu jantan, memiliki ukuran setengah dari betinanya. Dia
akan mati setelah kawin. Bila kutu itu membuat terowongan dalam kulit, tak
pernah membuat jalur yang bercabang.
Penanganan skabies yang terutama adalah menjaga kebersihan untuk
membasmi skabies seperti mandi dengan sabun, sering ganti pakaian, cuci
pakaian secara terpisah, menjemur alat-alat tidur, handuk tidak boleh dipakai
bersama.
Berdasarkan penjelasan diatas maka kelompok tertarik untuk membahas
Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Kulit karena Parasit (Skabies)
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas Sistem
Integumen berkenaan dengan penyakit Kulit karena Parasit (Skabies)
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan gambaran tentang konsep penyakit scabies

5
2. Menjelaskan tentang pengkajian keperawatan pada klien dengan scabies
3. Menjelaskan tentang pembuatan diagnosa berdasarkan pengkajian
4. Menjelaskan tentang pembuatan rencana keperawatan berdasarkan teorii
keperawatan

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi (bersifat
menular) dan sensitisasi terhadap Sarcoptes Scabiei varian hominis dan
produknya. Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, the icth, gudig, budukan,
dan gatal agogo. (Handoko, 2007)
Scabies (the icth, gudig, budukan, dan gatal agogo) adalah penyakit kulit
yang disebabkan oleh infestisasi (bersifat menular) dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes Scabiei Var. Hominis dan produknya. (Arief, M. Suproharta, Wahyu
J.K Wlewik S. 2000)
Scabies adalah penyakit yang disebabkan zoonosis (suatu infeksi atau
infestasi yang dapat diidap oleh manusia dan hewan lain yang merupakan host
normal atau biasanya; sebuah penyakit manusia yang diperoleh dari sumber
hewan) yang menyerang kulit. Merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh seekor kutu (kutu/mite) yang bernama Sarcoptes Scabiei, filum
Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackraina, superfamily Sarcoptes. Pada
manusia oleh Sarcoptes Scabiei Var. Hominis, pada babi oleh Sarcoptes
Scabiei Var. Suis, pada kambing oleh Sarcoptes Scabiei Var. Caprae, pada biri-
biri oleh Sarcoptes Scabiei Var. Ovis. (Sacharin, R.M, 2001)
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan
sensitisasi (kepekaan) terhadap Sarcoptes scabiei var. huminis dan produknya
(Adhi Djuanda. 2007: 119-120).
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang
mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau
sebaliknya. Penyebabnya scabies adalah Sarcoptes scabiei (Isa Ma'rufi,
Soedjajadi K, Hari B N, 2005,http: //journal.unair.ac.id, diakses tanggal 30
September 2008).

7
Scabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah menular
dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat
mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia yang disebabkan oleh
tungau (kutu atau mite) Sarcoptes scabiei (Buchart, 1997: Rosendal, 1997,http:
//journal.unair.ac.id, diakses tanggal 30 September 2008).
dari beberapa pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa scabies
adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap tungau (mite) Sarcoptes Scabiei Var. Hominis. Penyakit ini dikenal
juga dengan nama the itch, gudik, atau gatal agogo. Penyakit scabies ini
merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal sarcoptes scabei tersebut,
kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli atau
terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.

2.2 Etiologi
Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman sercoptes scabei varian
hominis. Sarcoptes scabieiini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo
Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var.
hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya
cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih
kotor, dan tidak bermata.
Skabies ditularkan oleh kutu betina yang telah dibuahi, melalui kontak
fisik yang erat. Kutu dapat hidup di luar kulit hanya 2-3 hari dan pada suhu
kamar 211̊ C dengan kelembaban relatif 40-80%.
Kutu betina berukuran 0,4-0,3 mm. Kutu jantan membuahi kutu betina
dan kemudian mati. Kutu betina, setelah impregnasi, akan menggali lobang ke
dalam epidermis kemudian membentuk terowongan di dalam stratum korneum
dan lucidum. Kecepatan menggali terowongan 1-5 mm/hari. Dua hari setelah
fertilisasi, skabies betina mulai mengeluarkan yang berkulit telur yang
kemudian berkembang melalui stadium larva, nimpa, dan kemudian menjadi

8
kutu dewasa dalam 10-14 hari. Lama hidup kutu betina kira-kira 30 hari.
Kemudian kutu mati diujung terowongan. Terowongan lebih banyak terdapat
di daerah yang berkulit tipis dan tidak banyak mengandung folikel pilosebasea.
Di dalam terowongan inilah Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu singkat
telur tersebut menetas menjadi hypopi yakni sarcoptes muda. Akibat
terowongan yang digali Sarcoptes betina dan hypopi yang memakan sel-sel di
lapisan kulit itu penderita mengalami rasa gatal.
Masa inkubasi skabies bervariasi, ada yang beberapa minggu bahkan
berbulan-bulan tanpa menunjukkan gejala. Mellanby menunjukkan sensitisasi
dimulai 2-4 minggu setelah penyakit dimulai. Selama waktu itu kutu berada
diatas kulit atau sedang menggali terowongan tanpa menimbulkan gatal. Gejala
gatal timbul setelah penderita tersensitasi oleh ekskreta kutu.

2.3 Epidemiologi
Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies.
Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain : sosial
ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya
promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografik serta
ekologik. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam Penyakit akibat Hubungan
Seksual (P.H.S).

2.4 Klasifikasi
Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit
dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk
tersebut antara lain (Sungkar, S, 1995):
2.3.1 Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated).
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang
sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.
2.3.2 Skabies incognito.

9
Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid
sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan
penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan
gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip
penyakit lain.
2.3.3 Skabies nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang
gatal.Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia
laki-laki, inguinal dan aksila.Nodus ini timbul sebagai reaksi
hipersensetivitas terhadap tungau scabies.Pada nodus yang berumur lebih
dari satu bulan tungau jarang ditemukan.Nodus mungkin dapat menetap
selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi
pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.
2.3.4 Skabies yang ditularkan melalui hewan.
Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini
berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak
menyerang sela jari dan genitalia eksterna.Lesi biasanya terdapat pada
daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang kesayangannya
yaitu paha, perut, dada dan lengan.Masa inkubasi lebih pendek dan
transmisi lebih mudah.Kelainan ini bersifat sementara (4 – 8 minggu) dan
dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat
melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
2.3.5 Skabies Norwegia.
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas
dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal.
Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong,
siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi
kuku.Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies
Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah
tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan).Skabies Norwegia

10
terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal
membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah.
2.3.6 Skabies pada bayi dan anak.
Lesi scabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk
seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi
infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang
ditemukan.Pada bayi, lesi di muka.(Harahap.M, 2000).
2.3.7 Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden).
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal
ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.(Harahap.M,
2000).

2.5 Manifestasi Klinis


Ada 4 tanda cardinal berikut:
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena
aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula
dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar
tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal
keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena.
Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala.
Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carier).
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-
rata panjang 1cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel.
Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul,
ekskoriosi dan lain-lain). Tempat predileksi biasanya merupakan daerah
dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan
tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola

11
mammae (wanita) dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia eksterna
(pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian telapak
tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan
orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
4. Menemukan tungau, dengan membuat kerokan kulit pada daerah yang
berwarna kemerahan dan terasa gatal. Kerokan yang dilakukan agak dalam
hingga kulit mengeluarkan darah karena sarcoptes betina bermukim agak
dalam dikulit. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal
tersebut. Pada pasien yang selalu menjaga higiene, lesi yang timbul hanya
sedikit sehingga diagnosis kadang kala sulit ditegakkan. Jika penyakit
berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi, impetigo, dan furunkulsis.
2.6 Patofisologi
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan
tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau
bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat,menyebabkan lesi timbul
pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi
terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan
setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemuannya papul, vesikel, dan urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi,
ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi
dapat lebih luas dari lokasi tungau.

2.7 Pathway
Tungau Sarcoptes
Scabei

Kontak kulit kuat

Timbulnya reaksi alergi


pada kulit

12
Reaksi Inflamasi
Prostaglandin
mengiritasi ujung-
Pelepasan mediator kimia ujung syaraf nyeri

(Histamin, kinin, prostatglandin)

Vasodilatasi
pembuluh darah ↑ Permeabilitas Nyeri
Kapiler

Gatal
↑ Permeabilitas Gangguan
Perpindahan IV ke
Kapiler Pola Tidur
IS

Aliran darah Masuk ke Edema


di pembuluh darah jaringan
dermis ↑ Vesikel timbul
erosi, ekskoriasi,
krusta
Papule

Plak merah Garukan

Perubahan Body Papule Pecah


Image

13 Infeksi
Resiko
Gangguan Citra Kerusakan Integritas
Tubuh Kulit
2.7 Cara Penularan
1. Kontak langsung yaitu kontak kulit dengan kulit, misalnya berjabat tangan,
tidur bersama dan berhubungan seksual.
2. Kontak tak langsung yaitu melalui benda, misalnya pakaian, handuk, sprei,
bantal, dan lain-lain.
Penularannya biasanya oleh Sarcoptes Scabiei betina yang sudah dibuahi
atau kadang-kadang berbentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var,
animalis yang kadang-kadang dapat menulari manusia, terutama pada mereka
yang banyak memelihara binatang peliharaan misalnya anjing.

2.8 Evaluasi Diagnostik


Cara menemukan tungau:
1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat papul
atau vesiel. Congkel dengan jarum dan letakkan diatas kaca obyek, lalu
tutup dengan kaca penutup dan lhat dengan mikroskop cahaya
2. Dengan cara menyikat dengan siat dan ditampung diatas selembar kertas
putih dan dilihat dengan kaca pembesar.
3. Dengan membuat bipsi irisan, caranya ; jepit lesidengan 2 jari kemudian
buat irisa tipis dengan pisau dan periksa dengan miroskop cahaya.
4. Dengan biopsy eksisional dan diperiska dengan pewarnaan HE.
2.9 Komplikasi
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat
timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima,
selulitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang
skabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal yaitu glomerulonefritis.
Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat antiskabies yang
berlebihan, baik pada terapi awal atau dari pemakaian yang terlalu sering.
Salep sulfur, dengan konsentrasi 15% dapat menyebabkan dermatitis bila
digunakan terus menerus selama beberapa hari pada kulit yang tipis.

14
Benzilbenzoat juga dapat menyebabkan iritasi bila digunakan 2 kali sehari
selama beberapa hari, terutama di sekitar genetalia pria. Gamma benzena
heksaklorida sudah diketahui menyebabkan dermatitis iritan bila digunakan
secara berlebihan.
2.10 Penatalaksanaan
Penanganan skabies yang terutama adalah menjaga kebersihan untuk
membasmi skabies seperti mandi dengan sabun, sering ganti pakaian, cuci
pakaian secara terpisah, menjemur alat-alat tidur, handuk tidak boleh dipakai
bersama.
Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau,
tidak menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak
atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah.
Jenis obat topical :
1. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim.
Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat
aman dan efektif. Kekurangannya adalah pemakaian tidak boleh kurang dari
3 hari karena tidak efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian
dan dapat menimbulkan iritasi.
2. Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan
setiap malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi,
dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
3. Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% dalam bentuk krim atau
lotion, termasuk obat pilihan arena efektif terhadap semua stadium, mudah
digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianurkan pada anak
dibawah umur 6 tahun dan wanta hamil karena toksi terhadap susunan saraf
pusat. Pemberiannya cup sekali dalam 8 jam. Jika masihada gejala, diulangi
seminggu kemudian.
4. Krokamiton 10% dalam krim atau losio mempunyai dua efek sebagai
antiskabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.

15
Krim( eurax) hanya efetif pada 50-60% pasien. Digunakan selama 2 malam
berturut-turut dan dbersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir.
5. Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman karena
sangat mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah
pada manusia.
6. Pemberian antibiotika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya
bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin) akibat garukan.

16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus Semu
Ny. N, 22 tahun mengantarkan anak pertamanya yaitu Bayi A umur 3 bulan
berobat ke puskesmas. Ny. N mengatakan kepala anaknya terdapat bruntus-bruntus
borok yang tidak sembuh-sembuh hampir setengah dari kulit kepala bayinya. Ny. N
mengatakan anaknya rewel, terutama pada saat malam hari, sehingga dirinya sangat
khawatir dengan kondisi bayinya dan mengaku jadi kurang tidur. Jika tidak di
bedong, maka cenderung bayinya menggosok kepala. Keluhan sudah dirasakan
selama satu minggu. Mertua Ny. N sebelumnya menyarankan dirinya untuk
mengoleskan parutan kunyit dikepala bayinya, telah dilakukan selama 2 hari tetapi
belum ada perubahan, bahkan terdapat nanah pada kulit kepala bayi. Berdasarkan
hasil wawancara dengan Ny. N, diketahui bahwa kondisi rumahnya sempit dan
lembab, karena keterbatasan ekonomi keluarganya tidak memperhatikan gizi
keluarga. Di lingkungan kampungnya terdapat beberapa orang yang mengalami borok
seperti anaknya, terutama pada anak-anak di lingkungannya. Hasil pemeriksaan By. A
didapatkan, suhu = 38,2° C, N = 135 x/i, R = 44 x/i. Tampak bayi rewel, Ny. N
gelisah, rambut bayi hitam dipotong pendek, kurang higienis, kulit kepala bayi
tampak pruritus, papula, pustula, terdapat ekskoriasi, dan terdapat bekas lesi. Petugas
mengambil papula dengan skapel dan diletakkan pada gelas obyek selanjutnya
diamati dengan mikroskop, dan diletakkan adanya burrow. Dokter memberikan obat
salf dan CTM.
3.1 Pengkajian
A. Data Biografi
Nama : By. A
Umur : 3 bulan
Penanggung Jawab :
Nama : Ny. N
Umur : 22 tahun
Hubungan dengan pasien : Ibu Kandung
B. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Ny. N mengeluh terdapat bruntus-bruntus borok yang tidak sembuh-
sembuh hampir setengah kulit kepala bayinya.

17
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ny. N mengatakan anaknya rewel terutama pada saat malam hari,
sehingga dirinya sangat khawatir dengan kondisi bayinya dan mengaku
jadi kurang tidur. Jika tidak dibedong, maka cenderung tangan bayinya
menggosok kepala. Keluhan sudah dirasakan selama 1 minggu. Mertua
Ny. N sebelumnya menyarakankan dirinya untuk mengoleskan parutan
kunyit di kepala bayinya, telah dilakukan selama 2 hari tetapi belum
ada perubahan bahkan terdapat nanah pada kulit kepala dan lembab,
karna keterbatasan ekonomi keluarganya tidak memperhatikan gizi
keluarga. Dilingkungan kampungnya terdapat beberapa orang yang
mengalami borok seperti anaknya, terutama pada anak-anak
dilingkungannya. Dokter memberikan obat salep dan CTM.
3) Riwayat Kesehatan Dulu
-
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
-
C. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaaan Umum : Bayi terlihat Rewel
2) TTV :
- Suhu : 38,2 °C
- HR : 135 x/i
- RR : 44 x/i
- TD :-

18
3) Sistem Intergumen
Rambut bayi hitam dipotong pendek, kurang higienis, kulit kepala bayi
tampak pruritus, papula, pustula, terdapat ekskoriasi dan terdapat bekas
lesi.
D. Pemeriksaan Penunjang
Petugas mengambil papula dengan skapel dan diletakkan pada gelas obyek
selanjutnya diamati dengan mikroskop, dan diketahui adanya burrow.
3.2 Data Fokus
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. Ds: Destruksi lapisan kulit Kerusakan Integritas Kulit
- Ny.n mengatakan
kepala anaknya
terdapat bruntus-
bruntus borok
yang tidak
sembuh-sembuh
hampir setengah
dari kulit kepala
bayinya.
- Ny. N
mengatakan jika
tidak dibedong,
maka cenderung
tangan bayinya
menggosok
kepala.
- Ny. N
mengatakan
terdapat nanah
pada kulit kepala
bayi

Do:

- Kulit kepala bayi


tampak pruritus

19
- Terdapat papula
- Terdapat pustula
- Terdapat
ekskoriasi
- Terdapat bekas
lesi

Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan Integritas Kulit
3.3 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Kerusakan Integritas Intergritas Jaringan: Perawatan kulit
Kulit b.d dekstruksi Kulit dan Membran
Aktivitas :
lapisan kulit mukosa
1. Kaji keadaan kulit
Indikator: 2. Kaji keadaan umum
dan observasi TTV
1. Suhu kulit
3. Pertahankan agar
2. Sensasi
3. Intergritas kulit daerah yang
4. Lesi pada lapisan
terinfeksi tetaap
kulit
bersih dan kering
4. Jangan menggunakan
kasur berstekstur
kasar
5. Berikan antibiotik
topikal untuk daerah
yang terkena, dengan
tepat periksa kulit
setiap hari bagi
pasien yang berisiko
mengalami kerusakan
kulit
6. Dokumentasikan
derajat kerusakan
kulit
7. Jaga agar kuku bayi

20
atau anak tetap
pendek dan selalu
terpangkas

Evaluasi
S: Px mengatakan bruntus bruntus pada kulit sudah membaik,
O : bruntusan berkurang.
A: -Masalah teratasi
-Tidak ada lesi baru yang timbul
-Kulit pasien sudah mulai halus
P: Intervensi di hentikan

BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Scabies adalah penyakit yang disebabkan zoonosis (suatu infeksi atau
infestasi yang dapat diidap oleh manusia dan hewan lain yang merupakan host
normal atau biasanya; sebuah penyakit manusia yang diperoleh dari sumber

21
hewan) yang menyerang kulit. Merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh seekor kutu (kutu/mite) yang bernama Sarcoptes Scabiei, filum Arthopoda,
kelas Arachnida, ordo Ackraina, superfamily Sarcoptes.
Skabies ditularkan oleh kutu betina yang telah dibuahi, melalui kontak
fisik yang erat.
Masa inkubasi skabies bervariasi, ada yang beberapa minggu bahkan
berbulan-bulan tanpa menunjukkan gejala. Mellanby menunjukkan sensitisasi
dimulai 2-4 minggu setelah penyakit dimulai. Selama waktu itu kutu berada
diatas kulit atau sedang menggali terowongan tanpa menimbulkan gatal. Gejala
gatal timbul setelah penderita tersensitasi oleh ekskreta kutu.Diduga epidemic
scabies setiap siklus 30 tahun.
Tanda gejala scabies antara lain. pruritus nokturna, Penyakit ini
menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga
biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi, adanya terowongan
(kunikulus) Menemukan tungau, dengan membuat kerokan kulit pada daerah
yang berwarna kemerahan dan terasa gatal. Diagnosis dibuat dengan
menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut.
Scabies dapat menular melalui Kontak langsung yaitu kontak kulit dengan
kulit, misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan berhubungan seksual.Kontak
tak langsung yaitu melalui benda, misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan
lain-lain.
4.2 Saran
Makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pembaca dan
diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca tentang
scabies dan dapat menerapkan asuhan keperawatan tentang scabies kepada
masyarakat terutama bagi para nakes.
DAFTAR PUSTAKA
Dochterman Joanne Mc Closkey C. 2000. Nursing Intervention Classification (NIC).
USA Mosby
Heather, T. Herdman. 2010. Diagnosis Keperawatan: Devinisi dan
klasifikasi 2009-2011. Jakarta EGC
Moorheat, Sue, DKK. 2004 Nursing out Comes Classification (NIC). USA
Mosby

22
Graham robin dan tony burns. 2002. Lecture Notes Dermatologi. Surabaya:
Erlangga
http://healthreference-ilham.blogspot.com/2008/07/Scabies.html

23

Anda mungkin juga menyukai