Anda di halaman 1dari 7

Artikel Ilmiah

Efektivitas Konsep Patient Centered Care Guna Meningkatkan Mutu Pemberian


Layanan Kesehatan Di Rumah Sakit

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan II

Dosen Pembimbing Akademik:

Agus Santoso, S.Kp, M.Kep

Disusun Oleh:

Khirza Maulida Fitri

22020114130134

DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2017
Kepuasan pelanggan sepenuhnya dapat diartikan sebagai mutu, nilai suatu produk
dikatakan bermutu apabila dapat memberikan kepuasan pada konsumennya sesuai dengan
ekspektasi konsumen terhadap produk tersebut (Bustami, 2011).

Menurut Institute of Medicine (IOM), mutu pelayanan kesehatan merupakan sebuah


langkah yang baik untuk meningkatkan keluaran (outcome) kesehatan sehingga sesuai
dengan harapan individu maupun populasi dan juga dengan pengetahuan professional terkini.
Pemberian layanan kesehatan harus mencerminkan ketepatan dari penggunaan pengetahuan
terbaru secara ilmiah, klinis, teknis interpersonal, manual kognitif, organisasi dan unsur-unsur
manajemen pelayanan kesehatan.

Kebijakan untuk menjaga kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia telah dituliskan


dalam Undang- Undang (UU) nomor 36/2009 tentang kesehatan bahwa pemerintah diberikan
tanggungjawab untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau
bagi seluruh masyarakat. Didukung dengan Undang- Undang nomor 44/2009 tentang rumah
sakit yang secara tegas menyatakan bahwa mutu pelayanan dan keselamatan pasien
merupakan dasar dan tujuan dalam penyelenggaraan rumah sakit. Berdasarkan peraturan -
peraturan tersebut dapat dilihat seberapa pentingnya sebuah pelayanan kesehatanan yang
aman dan berkualitas yang harus diberikan kepada penerima layanan. Penyedia layanan
kesehatan telah memasuki era patient safety, dimana pada era ini, fokus utama adalah
keselamatan pasiennya. Tidak hanya di indonesia, dalam kancah dunia, patient safety
merupakan masalah yang umum terjadi. Pelayanan kesehatan yang kurang aman dan
berkualitas dapat meningkatkan angka mordibitas dan mortalitas serta beban finansial bagi
sistem kesehatan dan masyarakat.

Pemberian layanan kesehatan di rumah sakit masih dijumpai beberapa kendala yang
berarti, diantaranya komunikasi antar tenaga medis lain yang terhambat karena waktu dan
komitmen yang belum sejalan (Walsh,2014, dalam Aeni, W. N, 2014). Permasalahan
selanjutnya adalah ketidaknyamanan pasien yang diakibatkan oleh pengkajian yang tidak
komprehensif karena dilakukan oleh berbagai multidisiplin, sehingga tidak menutup
kemungkinan untuk terjadinya pertanyaan berulang. Pola pikir tenaga medis yang salah juga
dapat menjadi hambatan, karena pola pikir selama ini bahwa hasil terbaik dari pemberian
layanan kesehatan adalah yang paling efektif sesuai persepsi pemberi layanan yang
menangani pasien tersebut, sehingga pemberi layanan kesehatan kurang menghargai otonomi
pasien. Walaupun terlihat sepele, kendala lainnya yaitu terdapat kesenjangan tingkat edukasi
penerima layanan kesehatan, sehingga komuikasi antar keduanya kurang efektif.

Patient safety merupakan salah satu bagian dari konsep Patient Centered Care.
Menurut Australian Commission on Safety and Quality in Health Care, Patient Centered
Care (PCC) merupakan sebuah pendekatan yang inofatif dalam perencanaan, proses
perawatan, dan evaluasi kondisi kesehatan pasien yang memberikan manfaat timbal balik dari
pemberi layanan kesehatan, pasien dan keluarga. Perawatan yang dilakukan berfokus pada
pasien dan keluarga dan pengaplikasiannya tidak terikat umur serta dapat digunakan pada
semua tatanan perawatan kesehatan (ACSQHC, 2010).

PCC dapat diartikan sebagai pendekatan inofatif atau sebuah paradigma baru yang
berfokus pada pasien dan keluarga maupun staff, serta dapat diperankan dalam pengelolaan
pasien sehingga terjadi hubungan timbal balik antara pemberi layanan kesehatan dengan
penerima layanan. Oleh karena itu konsep ini diterapkan karena dalam pendekatannya terjadi
hubungan timbal balik antara penyedia layanan dan pasien diterapkan sehingga akan
meminimalkan konflik yang selama ini timbul sebagai akibat kurangnya komunikasi dan
informasi.

Alasan dilakukan Patient Centered Care adalah untuk membangun sistem kolaborasi
daripada sistem kontrol. Konsep ini lebih berfokus pada kekuatan dan sumber-sumber
keluarga daripada kelemahan keluarga. PCC juga mengakui kekuatan dan keahlian keluarga
dalam merawat pasien seperti sebagaimana professional, memperdayakan daripada
membiarkan pasien yang pasif. Informasi merupakan hal yang sangat diperhatikan pada
konsep ini, untuk itu diperlukan komunikasi yang baik antara perawat dan pasien sehingga
terjadi sharing tidak hanya dengan pasien, namun juga keluarga. Keberadaan PCC juga
bertujuan untuk menciptakan program yang fleksibel dan tidak kaku (Kusumaningrum,2009).

Beberapa penelitian terkait PCC sudah banyak dilakukan di luar negeri. Hasil
penelitian Bertakis, K.D dan Azari. R, 2011 menunjukkan ada hubungan antara PCC dengan
penurunan pemanfaatan layanan kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan pasien
dan keluarga dalam pelayanan kesehatan diperlukan untuk mengurangi angka pasien masuk
rumah sakit. PCC juga meningkatkan status kesehatan dan meningkatkan efisiensi perawatan
dengan mengurangi tes diagnostik dan perujukan (Pelzang, 2010).
Menurut Collegian journal Patient-centered care as an approach to improving health
care in Australia pada tahun 2017, baru-baru ini terdapat permasalahan pada pelaksanaan
Patient Centered Care di Australia, yaitu adanya kekhawatiran terhadap dampak PCC
terhadap pelayanan kesehatan sesuai dengan evidence-based yang berlaku. Dalam jurnal ini
dijelaskan bahwa pada penelitian yang diinformasikan dan didukung oleh Bertakis dan Azari
(2011) menunjukkan bahwa pendekatan PCC secara signifikan mengurangi pasien perlu
mengakses perawatan khusus (p <0,0209), rawat inap (p <0,0033) dan memerlukan sedikit
penyelidikan patologi (p <0.0027). Demikian pula, adopsi pendekatan PCC dalam
pengelolaan kesehatan pasien dengan hipertensi kronis menyebabkan peningkatan kepatuhan
pengobatan (RR 3,19, 95% CI 1,44, 16,23) (Roumie et al., 2011 dalam Delaey, 2017).
Manfaat lain yang terkait dengan PCC, termasuk memperbaiki persepsi diri pasien,
mengurangi stres dan meningkatkan kemandirian.

Inovasi lain yang terletak pada konsep PCC yg lain yaitu keluarga ditempatkan
sebagai kunci, sehingga fokus utama tidak hanya pada pasien, namun juga pada keluarga.
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa terdapat banyak manfaat dari PCC yang dapat
dikategorikan sebagai pengalaman perawatan, keuntungan klinis dan operasional. Penelitian
menunjukkan saat pemberi layanan kesehatan, penyedia, pasien dan keluarga bekerjasama
dengan baik, kualitas keselamatan dan perawatan kesehatan meningkat, biaya mengalami
penurunan, kepuasan penyedia dan penerima layanan kesehatan juga mengalami
peningingkatan (ACSQHC, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh (Stone dalam Charmel&frampton, 2008) Melakukan


pengujian data pada dua rumah sakit di US dalam 5 tahun. RS pertama mengenalkan program
PCC secara luas, dan RS yang lain tetap melangsungkan praktek pemberian layanan
kesehatan seperti biasa. Penelitian mengungkapkan bahwa PCC di unit rawat inap
menunjukkan penurunan angka Length Of Stay, dan menurunnya biaya perawatan secara
signifikan berdasarkan sertiap kasus, pembagian shift perawat ditekankan pada komposisi
penggunaan staff dengan bayaran tirtinggi hingga bayaran terendah, dan hasil dari skor
keseluruhan kepuasan pasien, menunjukkan kepuasan diatas rata-rata.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Delaney, 2017 dalam jurnal Patient-centered
care as an approach to improving health care in Australia. PCC penting dilaksanakan bagi
profesi perawatan kesehatan karena dapat memberikan wawasan yang tak ternilai, sehingga
membantu mendorong kemitraan kerja yang lebih baik dan memberikan layanan keperawatan
yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Penyedia layanan kesehatan harus segera mengakui
prinsip-prinsip etika primer untuk memastikan bahwa pasien dilengkapi dengan informasi
yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan dan didukung dalam proses pembuatan
keputusan. Penelitian ekstensif yang telah dilakukan mengenai manfaat yang didapat dari
PCC dan menunjukkan bahwa PCC yang dikombinasikan dengan praktik perawatan
kesehatan menggunakan evidence based, dapat menghasilkan pelayanan yang
menguntungkan baik bagi pasien, maupun organisasi perawatan kesehatan. Manfaat ini
memiliki dampak penting pada efek untuk organisasi perawatan kesehatan (misalnya,
Mengurangi biaya dan mengurangi readmission) dan individu pasien itu sendiri (misalnya,
mempengaruhi perubahan gaya hidup mejadi lebih positif). Dengan demikian, bila diberi
dukungan, pendidikan dan informasi, pasien mampu menerapkan informasi ini dengan tepat
untuk mengelola kesehatan mereka dengan lebih baik dan mengevaluasi status kesehatan
mereka sendiri.
Penelitian yg dikalukan oleh Locatelli pada tahun 2015 dalam jurnal Provider
perspectives on and experiences with engagement of patients and families in implementing
patient-centered care. Mengemukakakn bahwa responden merasa bahwa keterlibatan pasien
dan keluarga sangat bermanfaat untuk merencanakan dan menerapkan inovasi PCC. Pasien
dan keluarga merupakan sebuah perspektif unik dan dibutuhkan pemahaman khusus pada
setiap individunya, sehingga memungkinkan perawat penyedia layanan menemukan hasil
yang tidak diharapkan. Konsep PCC menawarkan opsi keterlibatan antara pasien dan
keluarga, memaksimalkan pasien dan keluarga dalam penggalian informasi terhadap pasien,
sehingga dapat memaksimalkan pemberian layanan kesehatan.

Salah satu hal yang sudah terwujud dalam penerapan konsep PCC di Indonesia adalah
adanya Catatan Pekembangan Pasien Terintegrasi, merupakan suatu cara pembuatan catatan
pasien yang memungkinkan kolaborasi antar tenaga kesehatan dan mengurangi tumpang
tindih maupun terulangnya informasi yang sama dari satu tenaga kesehatan dengan tenaga
kesehatan lainnya.

Tantangan pelaksanaan PCC di Indonesia terletak pada komunikasi, bagaimana


mengkomunikasikan hal terkait perawatan pasien pada pasien dan keluarga yang
berpendidikan rendah sehingga harus dilakukan edukasi secara bertahap. Kendala finansial
juga merupakan salah satu faktor terhambatnya terlaksananya PCC di Indonesia, dimana pada
prinsipnya di negara ini kesejahteraan finansial perawat berpengaruh pada pemberian asuhan
keperawatan yang bermutu dan berkualitas. Belum adanya kebijakan khusus yang mengatur
tentang regulasi konsep Patient Centered Care, dan baru adanya kebijakan khusus mengenai
patient safety, padahal menurut teori, patient safety merupakan salah satu pilar dari PCC.

Kendala yang lain yaitu kurangnya perhatian pada tahap perekrutan tenaga kesehatan,
sehingga masih terdapat beberapa tenaga kesehatan yang kurang kompeten Keberlangsungan
suatu konsep tentu membutuhkan evaluasi, yang menjadi kendala disini adalah beluam
adanya alat ukur yang sengaja dibuat untuk mengevaluasi program PCC, dari beberapa
penelitian cara mengevaluasi program PCC masih menggunakan metode wawancara tentang
kepuasan pasien terhadap pemberian layanan kesehatan.

Hambatan yang terakhir yaitu belum hilangnya kebiasaan perawat yang kolot yang
tidak mau terbuka dengan pengetahuan baru, sehingga menghambat jalannya komunikasi dua
arah dan kegiatan sharing antara pasien, perawat dan keluarga.

Sebagai kesimpulan, agar konsep PCC di Indonesia dapat diterapkan dengan baik
perlu dilakukannya kebijakan dan regulasi khusus yang mengatur tentang hal tersebut, supaya
seluruh komponen dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit dapat bekerja sama dan
berkolaborasi serta open minded terhadap paradigma yang baru ini dan konsep PCC dapat
berjalan dengan teratur dibawah naungan kebijakan dan regulasi yang jelas sehingga tidak
terjadi tumpang tindih kesalahpahaman karena ketidakjelasan kebijakan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Aeni, W. N. 2014. Pengembangan Case Manager dalam Patient Centered Care. Jurnal
Manajemen Keperawatan. 2(2):126-134

Australian Commission on Safety and Quality in Health Care. 2010. Patient-centered care:
Improving quality and safety by focusing care on patiernts and consumers. ACSQHC
Australia

Bertakis, K.D, Azari. R. 2011. Patient-centered care is associated with decreased health care
utilization. Journal of The American Board of Family Medicine. 24(3):229-239

Bustami.2011.Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan & Akseptabilitasnya. Jakarta:


Erlangga.

Delaney, L. J. 2017. Patient-centered care as an approach to improving health care in


Australia. Collegian Journal. 02(005):3-5

Kusumaningrum, Arie. 2009. Aplikasi dan Strategi Konsep Patient Centered Care Pada
Hospitalisasi Anak Pra Sekolah. Fakultas Kedokteran Sriwijaya.

Locatelli, S. M., et al. 2015. Provider perspectives on and experiences with engagement of
patients and families in implementing patient-centered care. HJDSI Journal. 3(-):209-
214

Muninjaya, Gde AA, 2011, Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Jakarta, EGC

Nurlaila, Sitaresmi, M. N, Lusmilasari, L. 2015. Studi Eksplorasi Perawatan Berpusat pada


Keluarga di Ruang Peristi RSUD Kebumen. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan.
11(3):142-155

Pelzang, Rinchen. 2010. Time to learn : Understanding patient – centred care. British
Journal of Nursing, 14 (19)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai