TINJAUAN PUSTAKA
hubungan antara dokter, pasien, dan keluarga untuk memastikan pelayanan kesehatan
yang diberikan menghargai keinginan dan kebutuhan pasien. Pasien juga memiliki
Menurut Picker Institute (2007), ada delapan dimensi PCC yaitu menghargai
pilihan pasien, dukungan moral, kenyamanan fisik, KIE (komunikasi, informasi, dan
membangun hubungan dengan pasien dan keluarga, dan membuat taylor-made plan
dukungan moral dalam hal status klinis, prognosis, dan imbas penyakit pasien terhadap
pasien dan keluarga. Kenyamanan fisik diberikan dalam bentuk lingkungan yang bersih
dan nyaman, serta mengusahakan pasien bebas dari rasa sakit. KIE harus disampaikan
sesuai dengan kemampuan pasien baik dalam segi bahasa, media penyampaian, dan
mengikuti alur rumah sakit. Dalam menangani kondisi pasien yang multipatologis,
Layanan juga sebaiknya melibatkan keluarga dan kerabat pasien dengan memberikan
akses kemudahan bagi care giver. Meningkatkan akses pelayanan dengan
memperhatikan durasi tunggu pasien dalam mengikuti alur administrasi rumah sakit
dan umpan balik yang sistematis. Kepemimpinan menjadi faktor yang penting dalam
karena keluarga memiliki sudut pandang berbeda yang mungkin saja dilewatkan oleh
tenaga kesehatan. Selain itu, diperlukan lingkungan kerja yang mendukung dimana
petugas kesehatan dihargai dan diperlakukan secara pantas layaknya bagaimana rumah
sakit berharap karyawannya memperlakukan pasien. Hal ini dapat dicapai dengan
Lingkungan rumah sakit yang diharapkan adalah desain rumah sakit yang terbuka
respon pada pasien. Lingkungan tersebut terbukti berkorelasi dengan peningkatan hasil
klinis, performa ekonomi, produktivitas dan kepuasan pasien. Faktor lainnya adalah
teknologi seperti health information technology (HIT) dapat melibatkan pasien dan
terkait pasien. Bentuk HIT dapat berupa surat elektronik sederhana atau portal website.
Setelah pelaksanan pelayanan PCC, perlu dilakukan pengukuran dan umpan balik yang
sistematis agar pihak rumah sakit dapat mengelola kebijakan; baik itu mengubah,
Pengukuran PCC harus berfokus pada sudut pandang pasien dan dapat
wawancara juga dapat dilakukan. PCC dapat diukur secara umum untuk mengukur
15) dan kepuasan pasien dengan menggunakan kuisioner kepuasan pasien Ware’s.
Sementara itu, penelitian spesifik dapat dilakukan menurut beberapa tipe yang lebih
decision support analysis tool, evaluasi persepsi pasien terhadap keterlibatan dengan
patients perceived involvement in care scale. Keuntungan dari pengukuran umum adalah
pengukuran ini sebagai evaluasi menyeluruh dari berbagai dimensi PCC, sedangkan
pengukuran spesifik dapat menyajikan data lebih mendalam pada satu atau lebih
B. Keselamatan Pasien
merugikan pada pasien yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan. Walaupun seorang
dokter bersumpah “do no harm”, tidak dapat dipungkiri medical error adalah hasil
samping dari pengobatan modern atau kejadian yang disayangkan dari pelayanan yang
buruk. Insiden keselamatan pasien adalah kejadian merugikan pasien yang tidak
disengaja atau diharapkan, baik yang sudah atau akan terjadi. Dalam perkembangannya
terkait dengan insiden keselamatan pasien, perlu dibedakan antara adverse event atau
harm dengan error atau mistake. Adverse event adalah cedera yang ditimbulkan dari
pelayanan kesehatan tanpa adanya kesalahan dari pihak petugas kesehatan. Error adalah
perilaku yang salah atau tidak melakukan hal yang benar yang berakhir pada hasil yang
tidak diinginkan. Kini, keselamatan pasien lebih berfokus pada pencegahan adverse
event atau harm. Dengan berfokus pada adverse event, seseorang tidak akan
pasien operasi yang benar, mengurangi risiko healthcare associated infection (HAI),
mengurangi risiko jatuh pasien. Identifikasi pasien secara tepat diwujudkan dengan
implementasi proses yang meningkatkan akurasi identifikasi pasien oleh pihak rumah
efektivitas komunikasi verbal antar tenaga kesehatan oleh pihak rumah sakit.
elektrolit, obat yang berlabel atau bernama mirip. Memastikan lokasi, prosedur, dan
pasien operasi yang benar diwujudkan dengan pengembangan dan penerapan proses
yang memastikan operasi pada lokasi yang benar, dengan prosedur yang benar, dan
pada pasien yang benar. Mengurangi risiko healthcare associated infection diwujudkan
terkait pelayanan kesehatan oleh pihak rumah sakit. Mengurangi risiko jatuh
diwujudkan dengan implementasi proses perawatan yang mengkaji risiko jatuh pasien
saat awal pasien datang, saat perawatan berlangsung, dan melakukan intervensi sesuai
risiko jatuh pasien Insiden keselamatan pasien dapat terjadi akibat latent failure yang
mendasari active failure. Latent failure yang merupakan kegagalan sistem seringkali
menjadi akar permasalahan terjadinya active failure. Namun, latent failure jarang dapat
terdeteksi karena tertutupi oleh active failure atau faktor manusia yang langsung
berinteraksi dengan pasien. Maka dari itu diperlukan budaya yang tidak saling
menyalahkan sehingga akar permasalahan dapat ditemukan dan diatasi (Sandars, 2007).
internal rumah sakit yang mempengaruhi keselamatan pasien adalah sistem komunikasi,
peralatan dan inventaris kesehatan, desain peralatan dan inventaris rumah sakit (desain
yang dapat mengatasi keterbatasan fisik), batasan tanggung jawab, pengaturan karyawan
dan tingkatan karyawan, lingkungan fisik, kebijakan dan prosedur, kultur keselamatan,
dukungan fungsi pusat (adanya dukungan fungsi pusat seperti dukungan dari bagian
sumber daya manusia atau teknologi informasi untuk kelancaran fungsi bangsal),
karakter tugas, faktor tim, pelatihan dan edukasi. Faktor eksternal rumah sakit yang
yang dapat berimbas pada pelayanan rumah sakit), faktor individu, faktor pasien (Giles,
et al., 2015).
risiko, penanganan risiko, evaluasi proses pengelolaan risiko. Penetapan konteks perlu
dilakukan karena alasan utama pengelolaan insiden keselamatan pasien (seperti alasan
finansial atau legal) akan mempengaruhi cara penanganan insiden. Dengan mengetahui
risiko, pihak rumah sakit dapat mengatasi risiko itu dengan lebih baik lagi. Identifikasi
dapat dilakukan melalui laporan insiden adverse events atau near miss, melihat rekam
medis, observasi langsung, keluhan pasien, wawancara atau kuisioner terhadap pasien
atau tenaga kesehatan, data klaim kompensasi terhadap rumah sakit. Setelah risiko
teridentifikasi, risiko harus dianalisa untuk menentukan langkah yang harus diambil.
Entah itu menghilangkan risiko atau menurunkan risiko. Penanganan risiko dilakukan
dengan kontrol risiko untuk risiko yang tidak dapat dihilangkan, sehingga dapat
keselamatan pasien. Dilakukan penerimaan risiko bila risiko tidak dapat dihilangkan
tetapi paling tidak sudah diketahui sehingga dapat diantisipasi. Dilakukan penghindaran
risiko dengan mengetahui penyebab risiko, risiko tersebut dapat dihindari contohnya
seperti memberi paket yang berbeda pada sound alike look alike drug (SALAD).
risiko seperti dengan sistem rujukan atau asuransi dapat dilakukan pada kasus yang
berisiko tinggi dan susah diatasi. Pada tahap akhir perlu dilakukan audit untuk melihat
ketercapaian standar pengelolaan risiko. Selain itu penting untuk mengembangkan “low
blame” Culture sehingga orang menjadi jujur dalam menceritakan insiden dan akar
Namun, cara pengukuran ini dianggap tidak reliabel karena sangat mudah dipengaruhi
oleh kesadaran individu untuk melaporkan insiden karena bersifat volunter. Cara
pengukuran lainnya adalah dengan Agency for Healthcare Research and Quality’s
(AHRQ) Patient Safety Indicators (PSIs). Namun, AHRQ mengatakan bahwa PSIs
hanya dapat dianggap sebagai petunjuk dari permasalahan karena bersumber bukan dari
data klinis.
Cara pengukuran yang sering digunakan adalah dengan global trigger tool yang
dikembangkan oleh Institute of Healthcare Improvement. Prinsip dari global trigger tool
adalah adanya adverse event dapat menimbulkan efek yang dapat diidentifikasi. Global
trigger tool tidak sensitif maupun spesifik karena belum tentu pencetus mewakili adanya
error atau harm, sehingga global trigger tool lebih cocok digunakan sebagai skrining
lalu dilanjutkan dengan chart review yang lebih mendetil (Wachter, 2012).
Selain itu, pengukuran keselamatan pasien dapat dilakukan dengan patient perceived
patient safety. Metode ini menggunakan elemen terukur patient safety goals Joint
Commission International yang dapat dinilai dari sudut pandang pasien. Patient safety
goals yang dapat diukur adalah identifikasi pasien secara tepat, mengembangkan
komunikasi efektif, memastikan lokasi, prosedur, dan pasien operasi yang benar,
International, 2013).
keselamatan pasien. Studi dan pengalaman kerja menunjukkan bahwa ketika petugas
kesehatan, pasien, dan kerabat pasien bekerja sama, keselamatan pasien dapat
meningkat. Ada banyak cara dalam melibatkan pasien dan kerabat untuk meningkatkan
dapat diminta masukannya terhadap perencanaan renovasi gedung dan evaluasi adverse
event. Kerjasama antar pihak tenaga kesehatan dan pasien dan kerabat sangat penting
dalam evaluasi, identifikasi, dan implementasi strategi untuk mewujudkan visi bersama
Pennsylvania, 2013).