Anda di halaman 1dari 5

Quality Assurance di Puskesmas Masa Pandemi Covid-19

Pandemi covid telah mengubah semua tatanan kehidupan setiap negara mulai dari ekonomi,
politik, keamaan dan juga sisitem kesehatan. Pelayanan kesehatan pada masa pandemi ini
menjadi garda terdepan dalam mengendalikan pandemi covid. Pada pelayanan kesehatan
tidak hanya menangani masalah covid saja tapi juga tetap melayani penyakit non covid serta
bertanggungjawab terhadap pelaksanaan managemen kesehatan secara keseluruhannya
termasuk menjaga mutu pelayanan .

Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu banyak upaya yang dapat
dilakukan, jika tersebut dilaksanakan secara terarah dan terencana dikenal dengan nama
program menjaga mutu (Quality Assurance Program).

Ali Gufran, (2007) mengatakan layanan bermutu dalam pengertian yang luas diartikan
sejauh mana realitas layanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan kriteria dan standar
profesional medis terkini dan baik yang sekaligus telah memenuhi atau bahkan melebihi
kebutuhan dan keinginan pelanggan dengan tingkat efisiensi yang optimal.

Puskesmas sebagai unitt pelayanan kesehatan yang terdepan bertanggung jawab


dalam memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar sehingga dapat memenuhi
kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Oleh karena itu puskesmas harus menetapkan
indikator mutu setiap pelayanan yang dilaksanakannya atau mengikuti standar mutu
pelayanan setiap program/pelayanan yang telah ditetapkan, yang di koordinasikan oleh
dinas kesehatan kabupaten/kota.

Mutu pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kualitas saran fisik, jenis tenaga
yang tersedia, obat, alat kesehatan dan sarana penunjang lainnya, proses pemberian
pelayanan, dan kompensasi yang diterima serta harapan masyarakat pengguna. Berbagai
upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu dan kinerja pelayanan, agar pelayanan
kesehatan memberi jaminan keamanan dan kepuasan kepada pasien dan masyarakat
pengguna (Daldiyono Hardjodisastro, 2011).

1. Kualitas Sarana Fisik


Fasilitas bangunan pelayanan kesehatan merupakan aspek pertama yang
dirasakan sebelum pelayanan medis dilaksanakan. Oleh karenanya kesesuaian antara
kebutuhan pelayanan medis dan pemenuhan syarat bangunan fisik sangat penting.
Sehingga perlu adanya penanganan yang sungguh-sungguh dan tepat (Boy Subiroso
S, 2011).
Berdasarkan permenkes no.75 tahun 2014 tentang persyaratan puskesmas
diantaranya adalah sistem sanitasi dan sistem komunikasi. Sistem sanitasi meliputi
Sistem sanitasi Puskesmas terdiri dari sistem air bersih, sistem pembuangan air kotor
dan/atau air limbah, kotoran dan sampah, serta penyaluran air hujan.
Covid adalah penyakit menular sehingga perlu diperhatikan proses yang tepat
sehingga tempat kerja kita tidak jadi lingkungan yang ikut menyebarkan penyakit
covid tersebut. Ketikan mau masuk ke puskemas sudah disediakan air bersih terutama
untuk cuci tangan disertai dengan sabun, sistem pembuangan air limbah/kotor,
kotoran dan sampah medis pun dilakukan dengan memenuhi syarat tidak langsung
dibuang tempat aliran air biasa, tapi harus proses IPAL terlebih dahulu sehingga
ketika sudah keluar tidak terdapat lagi bibit penyakit atau tidak menjadi agen
penyebar penyakit. Termasuk pengolahan dari sampah masker medis.
Alat komunikasi diperlukan untuk hubungan/komunikasi di lingkup dan keluar
Puskesmas, dalam upaya mendukung pelayanan di Puskesmas. Alat komunikasi dapat
berupa telepon kabel, seluler, radio komunikasi, ataupun alat komunikasi lainnya.
Pada kondisi sekarang peran tehnologi sangat penting, untuk melakukan sosial
distancing maka perlu diadakan kegiatan inovasi sehingga pelayanan tetap harus
berjalan walaupun dalam kondisi pandemi seperti ini. Misalnya melakukan pelayanan
kesehatan melalui online atau virtual, promosi kesehatan melalui sosial media.
2. Tenaga kesehatan yang tersedia
Di dalam Peraturan Menteri kesehatan No. 75 tahun 2014, pada lampiran romawi V
tentang Standar Ketenagaan Puskesmas disebutkan bahwa kondisi minimal yang
diharapkan agar kegiatan Puskesmas dapat diselenggarakan dengan baik ada empat
jenis tenaga kesehatan strategis yaitu Dokter, Dokter Gigi, Perawat dan Bidan.
Keempat profesi ini harus cukup secara kualitas dan kuantitas. Kualitas meliputi
kempetensi yang dimiliki harus handal dan sesuai dengan pendidikan, sedangkan
kuantitas adalah jumlah Sumber daya manusia itu sendiri harus cukup sehingga
pelayanan kesehatan bisa berjalan dengan lancar.
Penting sekali dalam pengelolaan Sumber daya Manusia ini sehingga menghasilkan
karyawan yang punya produktifitas yang baik walaupun kondisi covid seperti saat ini.
Pemimpin puskemas harus berempati apalagi dalam kodisi covid sperti ini perlu
mengetahui kondisi pegawainya, misalnya kesehatan, pengetahuannya tentang covid
dan mental karena beban kerja atau takut tertular dalam memberikan pelayanan.
Sehingga diperlukan managemen Sumberdaya manusia /pegawai sehingga bisa
menghasilkan sdm yang tetap produktif walaupun dalam kondisi covid seperti ini.
Kegiatannya bisa berupa, mengatur jadwal atau shif, mendistribusikan beban kerja
dengan baik, sehingg tudak menumpuk pada oarng tertentu saja. Selanjutnya
memotivasi bila perlu membuat layanan kesehatan mental sehingga terhindari adri
stres dan depresi.
3. Tersedianya Obat
Obat memiliki fungsi sosial untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat
Indonesia. Setiap obat memiliki karakteristik dan mekanisme kerja yang berbeda.Oleh
karena itu seluruh obat yang dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan harus tersedia
dalam jenis, dosis dan jumlah yang sesuai (permenkes n0.1121,2008). Sehingga harus
terpenuhi untuk menjaga mutu pelayanan kesehatan.
4. Alat kesehatan dan sarana penunjang lainnya
Peralatan kesehatan di puskesmas merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat
penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Puskesmas harus memastikan
bahwa peralatan medis penting mereka aman, akurat, handal dan beroperasi pada
tingkat kinerja yang optimal. Sehingga kondisi maupun fungsi peralatan harus dapat
mendukung pelayanan kesehatan tersebut. Misalnya alat pengukur suhu harus ada,
APD harus lengkap, alat labor yang menunjang pemeriksaan Covid juga harus
diperhatkan standarnya. Sehingga hasil pelayanan bisa maskimal dan memberikan
keyakinan oada pasien untuk tetap menggunakan layanan kesehatan walupun dalam
kondisi pandemi covid.
5. Proses melakukan Pelayanan
Proses ini sangat penting sekali, bahkan institute of Medicine (2001) mengatakan
bahwa mutu sebuah pelayanan kesehatan dapat berdasarkan pada efisiensi, efektifitas,
ketepatan waktu, keadilan, berorientasi pasien, dan keselamatan pasien. Hal tersebut
menunjukkan bahwa keselamatan pasien merupakan salah satu tolok ukur bagi
penilaian kualitas sebuah pelayanan kesehatan termasuk Puskesmas. Apalagi kondisi
pandemi ini sangat penting sekali untuk keselamatan pasien, karena bisa jadi tempat
pelayanan kesehatan kita merupakan agen infeksi.
Keselamatan pasien menurut Permenkes RI No. 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
adalah sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi
dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Keselamatan pasien dan keselamayan tenaga kesehatan di masa pandemi ini diharapkan
bisa tercapai dengan merancang strategi dan alur yang tepat khususnya menangani covid-
19,pasien dan karyawan harus dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang baik, PAD yang
lengkap serta pengetahuan tentang covid. Pegawai yang terlatih tentu saja mempunyai skill
dan kompetensi sehingga mampu menanggani pasien yang tekonfirmasi positif covid-19.
Beberapa contoh melakukan skrining yang ketat dan tepat mulai dari pintu masuk yaitu IGD,
dengan melakukan assesemen yang menyeluruh terhadap pasien masuk yaitu IGD, dengan
melakukan asesemen yang menyeluruh terhadap pasien sehingga dapat memilah pasien
yang dicurigai covid dan yang tidak, ssehingga pasien bisa ditempatkan diraungan yang
sesuai.

6. Kompensasi yang diterima dan harapan pengguna pelayanan


Ketika layanan kita bermutu tentu saja pengguna pelayanan kesehatan akan merasa
puas. Karena kepuasan pelanggan akan berhubungan dengan baiknya kinerja. Baiknya
kinerja akan berhubungan dengan pendapatan dari layanan kesehatan. Semakin
banyak pendapatan dipuskesmas maka akan berhubungan dengan insentif tenaga
kesehatan. Pada masa pandemi banyak terjadi penurunan kunjungan kepalayanan
kesehatan tentu saja ini akan mempengaruhi ekonomi atau pembiayaan di puskesmas.

Hardjodisastro, Daldiyono., (2011). Menuju Seni Ilmu Kedokteran. Jakarta : PT Gramedia


Pustaka Utama

Djoko Wiyono, Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Airlangga University Press, 2000.

2. Ali Ghufron Mukti, Strategi Terkini Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan: Konsep dan
Implementasi, Pusat Pengembangan Sistem Pembiayaan dan Manajemen Asuransi/ Jaminan
Kesehatan Fakultas Kedkteran Universitas Gajah Mada, 2007

Madolan amrin, 2017 Persyaratan Prasarana Puskesmas Berdasarkan Permenkes 75 Tahun


2014 https://www.mitrakesmas.com/2017/12/persyaratan-prasarana-puskesmas.html
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1121 Tahun 2008 tentang Pedoman
Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan Dasar.

Effendi. (2009). Manajemen Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai