Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

EVIDENCE BASED DALAM PRAKTIK KEBIDANAN

“ASUHAN BERPUSAT PADA PASIEN, NILAI DAN KEINGINAN


PASIEN”

Disusun Oleh :

1. Bella Yolanda
2. Della Iklima Sholeha
3. Nining Haryati
4. Yusi Nayunda Sari

Dosen Pengajar : Epti Yorita, SKM, MPH

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
PROGRAM SARJANA TERAPAN ALIH JENJANG
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Asuhan Berpusat Pada Pasien, Nilai Dan Keinginan Pasien” sebagai salah satu
tugas mata kuliah Evidence Based Dalam Praktik Kebidanan dengan baik.
Penyelesaian Makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima
kasih kepada :

1. Ibu Epti Yorita, SKM, MPH selaku dosen pengajar mata kuliah Evidance
Based dalam Praktik Kebidanan
2. Rekan - rekan mahasiswa yang turut membantu dalam penyusunan Makalah
ini.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga
saran pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan penyusunan makalah
berikutnya. Semoga Makalah ini dapat memberikan pengetahuan kepada kita
semua serta memberikan manfaat dan berguna di masa yang akan datang .

Bengkulu, 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................. i

KATA PENGANTAR........................................................................... ii

DAFTAR ISI.......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ............................................................................ 1


B. Rumusan masalah........................................................................ 2
C. Tujuan.......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Asuhan Berpusat Pada Pasien..................................................... 3


B. Nilai dan Keinginan Pasien......................................................... 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................. 19
B. Saran............................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep sehat sakit menjelaskan manusia bahwa manusia berada


pada suatu rentang sehat pada suatu ujung dan sakit pada ujung yang lain.
Semua orang dalam segala tingkatan usia termasuk tingkatan usia pra
sekolah mengharapkan hidup sehat dan terhindar dari berbagai penyakit.
Konsep Patient-centered care sebagai filosofi dalam memberikan
pelayanan kesehatan merupakan pendekatan yang bisa dilakukan karena
dalam pendekatan ini terjadi hubungan timbal balik antara penyedia
pelayanan dan pasien sehingga akan meminimalkan konflik yang selama
ini timbul sebagai akibat kurangnya komunikasi dan informasi. Patient
centered care dapat dipraktekkan dalam segala tahapan usia dan berbagai
macam latar belakang (Kusumaningrum, 2009).
Pelayanan yang berfokus pada pasien bukan konsep yang baru,
namun nilai-nilai ini telah diabaikan oleh para dokter. Kecenderungan
yang terjadi saat ini berorientasi pada teknologi (technology
centered),berpusat pada dokter (docto rcentered), berpusat pada rumah
sakit (hospital centered) dan berpusat pada penyakit (disease centered).
Nilai-nilai pasien seperti harapan, perasaan, keinginan, dan kecemasan
yang muncul selama interaksi pasien dengan dokter sering diabaikan.
Ketidakpuasan, tuntutan malpraktik, dan cedera medis terjadi sebagai
akibat pelayanan yang tidak berfokus kepada pasien. Pelayanan yang
berfokus kepada pasien bertujuan untuk menciptakan hubungan dokter-
pasien lebih setara (Cahyono, 2008).
Patient Centered Care adalah salah satu tempat dimana pasien
dapat bergerak bebas sepanjang jalur perawatan tanpa memperhatikan
mana dokter, penyedia layanan kesehatan lainnya, lembaga atau komunitas

1
2

sumber daya yang mereka butuhkan pada saat itu. Sistem ini merupakan
salah satu yang mempertimbangkan kebutuhan individu pasien dan
memperlakukan mereka dengan hormat dan bermartabat (Ontario Medical
Association, 2010).

B. Rumusan Masalah

1. Apakah Asuhan Berpusat Pada Pasien?

2. Bagaimana Nilai dan Keinginan Pasien

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Asuhan Berpusat Pada Pasien

2. Untuk Mengetahui Nilai dan Keinginan Pasien


BAB II

PEMBAHASAN

A. Asuhan Berpusat Pada Pasien (Patient Centered Care)

1. Definisi

Patient centered care adalah mengelola pasien dengan


merujuk dan menghargai individu pasien meliputi preferensi,
keperluan, nilai-nilai dan memastikan bahwa semua pengambilan
keputusan klinik telah mempertimbangkan dari semua nilai-nilai yang
diinginkan pasien (Committee on Quality of Health care in America,
2001).
Menurut Institute of Medicine, Patient centered care adalah
asuhan yang menghormati dan responsif terhadap pilihan, kebutuhan
dan nilai-nilai pribadi pasien, serta memastikan bahwa nilai-nilai
pasien menjadi panduan bagi semua keputusan klinis (Lumenta, 2012).
Menurut Australian Commision on Safety and Quality in
Health Care (ACSQHC), Patient-centred care adalah suatu pendekatan
inovatif terhadap perencanaan, pemberian, dan evaluasi atas pelayanan
kesehatan yang didasarkan pada kemitraan yang saling menguntungkan
antara pemberi pelayanan kesehatan, pasien, dan keluarga pasien.
Patient centred care diterapkan kepada pasien dari segala kelompok
usia, dan bisa dipraktekkan dalam setiap bentuk pelayanan kesehatan
(Lumenta, 2012).
2. Tujuan Patient Centered Care

Dari berbagai jurnal penelitian mengenai PCC, PCC memiliki


manfaat sebagai berikut (Shaller 2007; Hudon et al. 2011; Ells, Hunt,
and Chambers Evans 2011; Suhonen, Välimäki, and Leino-Kilpi, n.d.;
Sidani 2008):
a) Meningkatkan kepuasan pasien

b) Meningkatkan hasil klinis

3
4

c) Mengurangi pelayanan medis yang berlebihan dan tidak bermanfaat

d) Mengurangi kemungkinan malpraktek dan keluhan

e) Meningkatkan kepuasan dokter

f) Mengurangi biaya perawatan kesehatan

3. Konsep Inti Patient Centered Care

Ada 4 konsep inti yang ada dalam konsep PCC (Patient


Centered Care) dalam PFCC 2012, Benchmarking Project, Executive
Summary and Strategy Map yaitu : martabat dan respek, berbagi
informasi, partisipasi, dan kolaborasi.
a) Martabat dan Respek

Dalam aspek ini, sikap seorang tenaga kesehatan


mendengarkan, peduli dan menghormati pilihan pasien.
Pengetahuan, nilai-nilai yang dianut, dan background budaya
pasien ikut berperan penting selama perawatan pasien dan
menentukan outcome pelayanan kesehatan kepada pasien. Kultur
(kebudayaan) adalah determinan paling fundamental dari keinginan
dan perilaku seseorang. Seorang anak memperoleh serangkaian
nilai, persepsi, preferensi dan perilaku melalui keluarganya
(Thamrin, 2012). Aspek martabat dan respek dalam konsep patient
centered care adalah perilaku seorang perawat yang mencerminkan
sikap caring saat melaksanakan pelayanan kesehatan. Perilaku
caring mengandung 3 hal yang tidak dapat dipisahkan yaitu
perhatian, tanggung jawab dan dilakukan dengan ikhlas
(Dwiyanto, 2007). Perilaku caring memiliki inti yang sama yaitu
sikap peduli, menghargai dan menghormati orang lain, memberi
perhatian dan mempelajari kesukaan seseorang serta cara berpikir
dan bertindak.
5

b) Berbagi Informasi

Komunikasi dalam menginformasikan sesuatu kepada


konsumen layaknya dilakukan dengan efektif. Tanpa komunikasi
yang efektif di berbagai pihak, pola hubungan yang kita sebut
organisasi tidak akan melayani kebutuhan seorang konsumen
dengan baik (Nugroho J. Setiadi, 2013).
Dalam hal ini, mengkomunikasikan dan menginformasikan
secara lengkap mengenai kondisi pasien dan hal-hal yang berkaitan
dengan pasien, maupun program perawatan dan intervensi yang
akan diberikan kepada pasien. Memberikan informasi secara
lengkap dan membantu perawatan pasien, meningkatkan
pengetahuan pasien dan pembuatan keputusan (PFCC, 2012).
c) Partisipasi

Pasien dan keluarga dilibatkan dan disupport untuk ikut


serta dalam perawatan dan pembuatan keputusan (PFCC, 2012).
Partisipasi adalah hal yang dapat mendorong peran serta pasien
dalam penyelenggaraan pelayanan keperawatan dengan
memperhatikan aspirasi, dan harapan pasien. Keterlibatan atau
partisipasi adalah status motivasi yang menggerakkan serta
mengarahkan proses kognitif dan perilaku konsumen pada saat
mereka mengambil keputusan (Nugroho J. setiadi, 2013).
d) Kolaborasi

Tenaga kesehatan mengajak pasien dan keluarga pasien


dalam membuat kebijaksanaan, perencanaan dan pengembangan
program, implementasi dan evaluasi program yang akan didapatkan
oleh pasien (Kusumaningrum, 2009)
Planetree, pemimpin patient centered care yang diakui
secara internasional telah menunjukkan langkah besar dalam
memajukan konsepnya. Model perawatan plantree adalah
pendekatan holistik berpusat pada pasien yang mempromosikan
6

penyembuhan mental, emosional, spiritual, social dan fisik,


sebagian dengan memperdayakan pasien dan keluarga melalui
pertukaran informasi (Cliff, 2012).
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan PCC (Patient
Centered Care) Menurut Shaller, (2007) faktor yang
mempengaruhi PCC (Patient Centered Care) adalah:
1) Kepemimpinan

Faktor penting dalam PCC (Patient Centered Care), baik di


rumah sakit maupun rawat jalan adalah komitmen dan keterlibatan
pimpinan di tingkat CEO dan dewan direksi. Transformasi
organisasi yang dibutuhkan untuk mencapai asuhan berkelanjutan
dalam PCC (Patient Centered Care) tidak akan terjadi tanpa
dukungan dan partisipasi dari pimpinan.
2) Visi strategis

Kepemimpinan yang berkomitmen, dalam organisasi perlu


mengembangkan visi dan rencana strategis yang jelas untuk
mengatur bagaimana PCC (Patient Centered Care) akan masuk ke
dalam prioritas dan proses secara operasional sehari – hari.
Pentingnya pernyataan visi dan misi yang jelas, unsur – unsur
sederhana yang dapat dengan mudah diulang dan tertanam dalam
kegiatan rutin bahwa semua anggota staf melaksanakan tugasnya
dengan baik. Menterjemahkan visi ke dalam cara berperilaku yang
merupakan kunci sukses dalam organisasi.
3) Keterlibatan pasien dan keluarga

Menurut konsep PCC (Patient Centered Care), jika pasien


harus benar – benar terlibat, maka harus melibatkan keluarga
mereka. Hal ini secara luas dipahami sebagai teman dekat dan
orang lain yang berpengaruh, bukan hanya kerabat keluarga yang
dapat memberikan dukungan penting dan informasi selam proses
perawatan. Menurut Bev Johnson Presiden Institute for Patient and
7

Family Centered Care, pasien dan keluarga harus terlibat dalam


perawatan di beberapa tingkatan, sesuai dengan rekomendasi IOM.
4) Memperhatikan lingkungan sebagai perawatan

Suatu organisasi yang berorientasi pada PCC (Patient


Centered Care) harus membuat dan memelihara suatu lingkungan
dimana tenaga kerja merupakan aset yang dihargai dan
diperlakukan pada tingkat yang sama, martabat dan rasa hormat
bahwa organisasi mengharapkan staf untuk memberikan pelayanan
kepada pasien dan keluarga. Menekankan pentingnya perekrutan,
pelatihan, evaluasi, kompensasi dan mendukung staf berkomitmen
untuk menerapkan PCC (Patient Centered Care).
5) Pengukuran sistematis dan tanggapan

Dalam peningkatan kualitas kesehatan, pedoman bahwa


organisasi tidak dapat mengelola apa yang tidak dapat mereka ukur
merupakan faktor utama yang berkontribusi terhadap PCC (Patient
Centered Care). Kehadiran pelanggan mendengarkan secara
mendengarkan secara kuat yang memungkinkan organisasi untuk
mengukur dan memantau kinerja secara sistematis. Penting untuk
mengalami proses dimana anggota staf memainkan peran pasien
dan mengalami layanan atau prosedur dengan cara yang sama
bahwa pasien dan keluarga memberikan umpan balik pada pemberi
pelayanan.
B. Nilai Dan Keinginan Pasien

Harapan merupakan sesuatu yang individu inginkan untuk


didapatkan atau dicapai. Harapan tinggi pasien adalah dengan perilaku
caring dari perawat. Perilaku perawat yang caring membuat pasien merasa
dihargai, sehingga hal itu memberi kepuasan yang sesuai dengan harapan
pasien.
Pasien yang puas merupakan aset yang sangat berharga karena
apabila pasien puas mereka akan terus melakukan pemakaian terhadap jasa
8

pilihannya, tetapi jika pasien merasa tidak puas mereka akan


memberitahukan dua kali lebih hebat kepada orang lain tentang
pengalaman buruknya. Untuk menciptakan kepuasan pasien suatu
perusahaan atau rumah sakit harus menciptakan dan mengelola suatu
system untuk memperoleh pasien yang lebih banyak dan kemampuan
untuk mempertahankan pasiennya.
Pada prinsipnya, definisi kualitas pelayanan perawat berfokus pada
upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pasien, serta ketepatan
penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pasien dalam mewujudkan
kepuasan pasien. Sehingga kualitas produk (baik barang atau jasa)
berkontribusi besar pada kepuasan pelanggan (Tjiptono; 2007).
Implikasinya, baik buruknya kualitas pelayanan perawat tergantung
kepada penyedia pelayanan atau pihak rumah sakit dalam memenuhi
harapan pasiennya secara konsisten. Bila kinerja sama dengan harapan
maka pasien akan puas, bila kinerja melebihi harapan, pasien akan senang
atau bahagia, namun bila kinerja lebih rendah dari pada harapan, maka
pasien akan merasa tidak puas. Pasien yang menilai layanan
keperawatan sebagai layanan yang tidak memuaskan dapat merasa
kecewa karena harapannya terhadap layanan yang seharusnya diterima
tidak terpenuhi. Dengan kata lain kualitas pelayanan perawat yang baik
atau positif diperoleh bila kualitas yang dialami memenuhi harapan pasien,
bila harapan pasien tidak realistis, maka kualitas pelayanan perawat
dipandang rendah oleh pasien. Harapan pasien diyakini mempunyai
peranan yang besar dalam menentukan kualitas pelayanan perawat dan
kepuasan pasien. Dalam mengevaluasi kualitas pelayanan perawat, pasien
akan menggunakan harapannya sebagai standar atau acuan. Dengan
demikian, harapan pasienlah yang melatar belakangi mengapa dua
organisasi pada bisnis yang sama dapat dinilai berbeda oleh pelanggannya.
Menurut Zeithmal, et al (dalam Tjiptono; 2002) bahwa dalam konteks
kepuasan pelanggan, umumnya harapan merupakan perkiraan atau
keyakinan pelanggan tentang apa yang akan diterimanya.
9

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien :

1. Kualitas pelayanan

Kecepatan, kemudahan, dan kenyamanan bagaimana perawat


dalam memberikan jasa pengobatan terutama keperawatan pada waktu
penyembuhan yang relatif cepat, kemudahan dalam memenuhi
kebutuhan pasien dan kenyamanan yang diberikan yaitu dengan
memperhatikan kebersihan, keramahan dan kelengkapan peralatan
rumah sakit. Pasien akan merasa puas jika mereka memperoleh
pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan.
2. Biaya

Semakin mahal harga perawatan maka pasien mempunyai


harapan yang lebih besar. Sedangkan rumah sakit yang berkualitas
sama tetapi berharga murah, memberi nilai yang lebih tinggi pada
pasien.
3. Lokasi

Lokasi, meliputi letak rumah sakit, letak kamar dan


lingkungannya. Merupakan salah satu aspek yang menentukan
pertimbangan dalam memilih rumah sakit. Umumnya semakin dekat
rumah sakit dengan pusat perkotaan atau yang mudah dijangkau,
mudahnya transportasi dan lingkungan yang baik akan semakin
menjadi pilihan bagi pasien yang membutuhkan rumah sakit
tersebut.
4. Image

Yaitu citra, reputasi dan kepedulian perawat terhadap lingkungan

5. Fasilitas

Kelengkapan fasilitas rumah sakit turut menentukan


penilaian
kepuasan pasien, misalnya fasilitas kesehatan baik sarana dan
10

prasarana, tempat parkir, ruang tunggu yang nyaman dan ruang kamar
rawat inap.
6. Desain Visual

Tata ruang dan dekorasi rumah sakit ikut menentukan


kenyamanan suatu rumah sakit, oleh karena itu desain dan visual
harus diikutsertakan dalam penyusunan strategi terhadap kepuasan
pasien atau konsumen.
7. Suasana dan Komunikasi

Suasana rumah sakit yang tenang, nyaman, sejuk, indah dan


bagaimana keluhan-keluhan dari pasien dengan cepat diterima oleh
perawat akan sangat mempengaruhi kepuasan pasien dalam proses
penyembuhannya. Selain itu tidak hanya bagi pasien saja yang
menikmati itu akan tetapi orang lain yang berkunjung ke rumah sakit
akan sangat senang dan memberikan pendapat yang positif sehingga
akan terkesan bagi pengunjung rumah sakit.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pelayanan kesehatan berfokus pada pasien (patient cantered care/PCC)


Pelayanan kesehatan berfokus pada pasien (patient cantered care/PCC)
merupakan paradigma baru pelayanan kesehatan yang diharapkan dapat
meringankan ‘beban’ pasien saat harus menggunakan fasilitas kesehatan.
Pasien menjadi pusat semua upaya kesehatan, sehingga pasien harus
terinformasi dengan cukup dan benar, dan bersama dengan dokter serta
pemberi asuhan lainnya membuat keputusan- keputusan penting dalam
proses penyembuhan.
Menempatkan pasien sebagai subyek merupakan sebuah perubahan
besar. Selama ini, pelayanan kesehatan berpusat pada rumah sakit atau pada
dokter dan menempatkan pasien lebih seperti obyek. Konsep yang sangat
baik ini perlu diterapkan dengan benar agar bisa tercapai tujuannya. Seperti
perubahan lainnya, tentu tidak akan terlepas dari permasalahan saat
implementasi. Namun, ada secercah harapan dengan kewajiban rumah sakit
untuk terakreditasi dengan pedoman akreditasi 2012, sehingga besar harapan
konsep PCC ini akan dijalankan setiap rumah sakit di tanah air dan
membantu pasien dan keluarga dalam perjalanannya mencari kesembuhan.

B. Saran
Diharapkan dapat menjadi sumber bacaan referensi bagi mahasiswa
Kebidanan poltekkes kemenkes Bengkulu dalam menerapkan ilmu dan
institusi lebih dapat meningkatkan atau menambah referensi.

11
12

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Dyah. 2011. Desain Fisik untuk Menciptakan Patient Centered Care.
Evidence Based Design.

Kusumaningrum, Arie. 2009. Aplikasi dan Strategi Konsep Patient Centered


Care Pada Hospitalisasi Anak Pra Sekolah. Fakultas Kedokteran
Sriwijaya.
Lumenta, A. Nico. 2012. Patient Centered Care Sebagai “Trend
Global”dalam Pelayanan Paien. Workshop Keselamatan Pasien dan
ManajemenRisiko Klinis. Ketua Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
PERSI.
Yulifah, Yuswanto. 2009. Komunikasi dan Konseling dalam Kebidanan.
Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai