MAKALAH EBM Kelompok 1 Fix
MAKALAH EBM Kelompok 1 Fix
Oleh :
1 ARASTUTI
2 CITRA JUWITA
3 DESMAWATI .
4 MASRIDA ZEN
5 MONA NOFRIANTI
6 MULYANTI
7 NETTI SUMARNI
8 PEPPI SUSANTI
9 RATNAWATI
10 SEPUTRI YUSID WILDA
11 YASTIKA SARTIKA
12 YURLINA YANTI
13 MULYANI
Dosen :
RATNA DEWI,S.ST,M.Biomed
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
Rahmat, Karunia serta Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “Asuhan Berpusat Pada Pasien (Patient Centered Care)‘‘. Kami juga
berterima kasih kepada Ibu RATNA DEWI,S.ST,M.Biomed selaku dosen mata
kuliah Evidance Based Dalam Praktik Kebidanan yang telah memberikan tugas
kami ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita tentang Asuhan Berpusat Pada Pasien. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kata-kata yang salah dan kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER...............................................................................................................................
Kata Pengantar...............................................................................................................
Daftar isi..............................................................................................................................
Bab I Pendahuluan...............................................................................................................
a.Latar Belakang...........................................................................................................
b.Rumusan Masalah....................................................................................................
c. Tujuan.........................................................................................................................
Bab II Pembahasan...................................................................................................................
a. Asuhan Berpusat Pada Pasien (Patient Centered Care)................................
b. Nilai Dan Keinginan Pasien....................................................................................
A. Latar Belakang
Konsep sehat sakit menjelaskan manusia bahwa manusia berada pada
suatu rentang sehat pada suatu ujung dan sakit pada ujung yang lain. Semua orang
dalam segala tingkatan usia termasuk tingkatan usia pra sekolah mengharapkan
hidup sehat dan terhindar dari berbagai penyakit. Konsep Patient-centered care
sebagai filosofi dalam memberikan pelayanan kesehatan merupakan pendekatan
yang bisa dilakukan karena dalam pendekatan ini terjadi hubungan timbal balik
antara penyedia pelayanan dan pasien sehingga akan meminimalkan konflik yang
selama ini timbul sebagai akibat kurangnya komunikasi dan informasi. Patient
centered care dapat dipraktekkan dalam segala tahapan usia dan berbagai macam
latar belakang (Kusumaningrum, 2009).
Pelayanan yang berfokus pada pasien bukan konsep yang baru, namun
nilai-nilai ini telah diabaikan oleh para dokter. Kecenderungan yang terjadi saat
ini berorientasi pada teknologi (technology centered),berpusat pada dokter (docto
rcentered), berpusat pada rumah sakit (hospital centered) dan berpusat pada
penyakit (disease centered). Nilai-nilai pasien seperti harapan, perasaan,
keinginan, dan kecemasan yang muncul selama interaksi pasien dengan dokter
sering diabaikan. Ketidakpuasan, tuntutan malpraktik, dan cedera medis terjadi
sebagai akibat pelayanan yang tidak berfokus kepada pasien. Pelayanan yang
berfokus kepada pasien bertujuan untuk menciptakan hubungan dokter-pasien
lebih setara (Cahyono, 2008).
Patient Centered Care adalah salah satu tempat dimana pasien dapat
bergerak bebas sepanjang jalur perawatan tanpa memperhatikan mana dokter,
penyedia layanan kesehatan lainnya, lembaga atau komunitas sumber daya yang
mereka butuhkan pada saat itu. Sistem ini merupakan salah satu yang
mempertimbangkan kebutuhan individu pasien dan memperlakukan mereka
dengan hormat dan bermartabat (Ontario Medical Association, 2010).
B.Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian asuhan berpusat pada pasien?
2. Bagaimana nilai dan cara memenuhi keinginan pasien?
PEMBAHASAN
1. Definisi
Patient centered care adalah mengelola pasien dengan merujuk dan
menghargai individu pasien meliputi preferensi, keperluan, nilai-nilai dan
memastikan bahwa semua pengambilan keputusan klinik telah
mempertimbangkan dari semua nilai-nilai yang diinginkan pasien (Committee
on Quality of Health care in America, 2001).
Menurut Institute of Medicine, Patient centered care adalah asuhan
yang menghormati dan responsif terhadap pilihan, kebutuhan dan nilai-nilai
b) Berbagi Informasi
Komunikasi dalam menginformasikan sesuatu kepada konsumen
layaknya dilakukan dengan efektif. Tanpa komunikasi yang efektif di
berbagai pihak, pola hubungan yang kita sebut organisasi tidak akan
melayani kebutuhan seorang konsumen dengan baik (Nugroho J. Setiadi,
2013).
Dalam hal ini, mengkomunikasikan dan menginformasikan secara
lengkap mengenai kondisi pasien dan hal-hal yang berkaitan dengan
c) Partisipasi
Pasien dan keluarga dilibatkan dan disupport untuk ikut serta
dalam perawatan dan pembuatan keputusan (PFCC, 2012). Partisipasi
adalah hal yang dapat mendorong peran serta pasien dalam
penyelenggaraan pelayanan keperawatan dengan memperhatikan aspirasi,
dan harapan pasien. Keterlibatan atau partisipasi adalah status motivasi
yang menggerakkan serta mengarahkan proses kognitif dan perilaku
konsumen pada saat mereka mengambil keputusan (Nugroho J. setiadi,
2013).
d) Kolaborasi
Tenaga kesehatan mengajak pasien dan keluarga pasien dalam
membuat kebijaksanaan, perencanaan dan pengembangan program,
implementasi dan evaluasi program yang akan didapatkan oleh pasien
(Kusumaningrum, 2009)
Planetree, pemimpin patient centered care yang diakui secara
internasional telah menunjukkan langkah besar dalam memajukan
konsepnya. Model perawatan plantree adalah pendekatan holistik berpusat
pada pasien yang mempromosikan penyembuhan mental, emosional,
2) Visi strategis
Kepemimpinan yang berkomitmen, dalam organisasi perlu
mengembangkan visi dan rencana strategis yang jelas untuk mengatur
bagaimana PCC (Patient Centered Care) akan masuk ke dalam prioritas
dan proses secara operasional sehari – hari. Pentingnya pernyataan visi dan
misi yang jelas, unsur – unsur sederhana yang dapat dengan mudah
diulang dan tertanam dalam kegiatan rutin bahwa semua anggota staf
melaksanakan tugasnya dengan baik. Menterjemahkan visi ke dalam cara
berperilaku yang merupakan kunci sukses dalam organisasi.
Perilaku perawat yang caring membuat pasien merasa dihargai, sehingga hal itu
memberi kepuasan yang sesuai dengan harapan pasien.
Pasien yang puas merupakan aset yang sangat berharga karena apabila
pasien puas mereka akan terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya,
tetapi jika pasien merasa tidak puas mereka akan memberitahukan dua kali lebih
hebat kepada orang lain tentang pengalaman buruknya. Untuk menciptakan
kepuasan pasien suatu perusahaan atau rumah sakit harus menciptakan dan
mengelola suatu system untuk memperoleh pasien yang lebih banyak dan
kemampuan untuk mempertahankan pasiennya.
akan merasa tidak puas. Pasien yang menilai layanan keperawatan sebagai
layanan yang tidak memuaskan dapat merasa kecewa karena harapannya terhadap
layanan yang seharusnya diterima tidak terpenuhi. Dengan kata lain kualitas
pelayanan perawat yang baik atau positif diperoleh bila kualitas yang dialami
memenuhi harapan pasien, bila harapan pasien tidak realistis, maka kualitas
pelayanan perawat dipandang rendah oleh pasien. Harapan pasien diyakini
mempunyai peranan yang besar dalam menentukan kualitas pelayanan perawat
dan kepuasan pasien. Dalam mengevaluasi kualitas pelayanan perawat, pasien
akan menggunakan harapannya sebagai standar atau acuan. Dengan demikian,
harapan pasienlah yang melatar belakangi mengapa dua organisasi pada bisnis
yang sama dapat dinilai berbeda oleh pelanggannya. Menurut Zeithmal, et al
(dalam Tjiptono; 2002) bahwa dalam konteks kepuasan pelanggan, umumnya
harapan merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang akan
diterimanya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien :
1. Kualitas pelayanan
Kecepatan, kemudahan, dan kenyamanan bagaimana perawat dalam
memberikan jasa pengobatan terutama keperawatan pada waktu
penyembuhan yang relatif cepat, kemudahan dalam memenuhi kebutuhan
pasien dan kenyamanan yang diberikan yaitu dengan memperhatikan
kebersihan, keramahan dan kelengkapan peralatan rumah sakit. Pasien akan
merasa puas jika mereka memperoleh pelayanan yang baik atau sesuai
5. Fasilitas
Kelengkapan fasilitas rumah sakit turut menentukan penilaian
kepuasan pasien, misalnya fasilitas kesehatan baik sarana dan prasarana,
tempat parkir, ruang tunggu yang nyaman dan ruang kamar rawat inap.
6. Desain Visual
Tata ruang dan dekorasi rumah sakit ikut menentukan kenyamanan
suatu rumah sakit, oleh karena itu desain dan visual harus diikutsertakan
1. Pengertian
Pengambilan keputusan dalam kebidanan adalah suatu pendekatan
yang sistematis terhadap hakekat suatu masalah dengan pengumpulan fakta-
fakta dan data, menentukan alternative yang matang untuk mengambil suatu
tindakan yang tepat dalam praktek kebidanan.
perubahan. Perawat dan bidan pada semua tingkatan posisi klinis harus
memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan yang
Pengambilankeputusanmerupakanupayapencapaiantujuandengan
menggunakan proses yang sistematis dalam memilih alternatif. Pemecahan
masalahtermasukdalamlangkahprosespengambilankeputusan,yang
difokuskan untuk mencoba memecahkan masalah secepatnya. Masalah dapat
digam`arnan se`agai nesenjangan diantara “apa yang ada dan apa yang
seharusnya ada“. Pemecahan masaaah dan pengam`iaan neputusan yang eeentie
diprediksi bahwa individu harus memiliki kemampuan berfikir kritis dan
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu
mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif dari
Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat untuk
bersifat intuitif akan memberikan kepuasan. Akan tetapi, pengambilan keputusan ini sulit
apayangmenjadilatarbelakangmasalahdanbagaimanaarah
penyelesaiannyasangatmembantudalammemudahkanpemecaha
masalah.
Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup itu
memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun
untuk mendapatkan informasi yang cukup itu sangat sulit.
Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah – masalah
yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional.
Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan
rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang
rasionaldapatdiukurapabilakepuasanoptimalmasyarakatdapat
Identifikasimasalah.Dalamhalinipemimpindiharapkanmampu
Pemilihan salah satu alternatif terbaik. Pemilihan satu alternatif yang dianggap paling
tepat untuk memecahkan masalah tertentu dilakukan atas dasar pertimbangan yang
matang atau rekomendasi. Dalam pemilihan satu alternatif dibutuhkan waktu yang
lama karena hal ini menentukan alternative yang dipakai akan berhasil atau sebaliknya.
Ketika menerima dampak yang negatif, pemimpin harus juga mempunyai alternatif
yang lain.
klien, bidan hanya membantu agar keputusan yang diambil klien tepat.
1. Empat strategi membantu klien dalam mengambil keputusan :
a) Membantu klien meninjau kemungkinan pilihannya. Beri kesempatan
klien untuk melihat lagi beberapa alternative pilihannya, agar tidak
a) Kondisi
b) Kehendak
c) Konsekuensinya
3. Hal-hal yang perlu ditekankan kepada klien dalam pengambilan keputusan
a) Hati-hati dan bersikap bijaksana dalam pengambilan keputusan karena
berkaitan dengan masalah kehamilan, persalinan dan masa nifas.
Pengambilan keputusan dibuat setelah klien diberi informasi secukupnya
untuk menimbang pilihan sesuai dengan situasinya.
b) Bantu klien dalam pengambilan keputusan dengan memberikan saran
1. Informed Choise
Informed choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan
penjelasan tentan alternatif asuhan yang akan dialaminya. Menurut kode etik
“pilihannya“ sendiri.
c) Choice berarti ada alternatif lain, ada lebih dari satu pilihan dan klien
mengerti perbedaanya sehingga dia dapat menentukan mana yang disukai
atau sesuai dengan kebutuhannya.
Tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih asuhannya.
Peran bidan tidak hanya membuat asuhan dalam manajemen asuhan kebidanan
tetapi juga menjamin bahwa hak wanita untuk memilih asuhan dan
keinginannya terpenuhi. Hal ini sejalan dengan kode etik internasional bidan
yang dinyatakan oleh ICM 1993, bahwa bidan harus menghormati hak wanita
2. Informed Consent
Informed consent adalah persetujauan yang diberikan pasien atau walinya yang berhak
terhadap bidan untuk melakukan suatu tindakan kebidanan kepada pasien setelah
dilakukan.
informasi sudah cukup mengerti akan segala akibat dari tindakan yang akan dilakukan
kesehatan untuk memberikan informasi dalam istilah yang dimengerti oleh klien
sehingga klien dapat membuat pilihan, dan juga berperan mencegah konflik etik tetapi
tidak mengatasi masalh etik, tuntutan, pada intinya adalah bidan harus berbuat yang
Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat
negatif, karena prosedur medik modern bukan tanpa resiko, dan pada setiap tindakan
yang dibuat adalah atas dasar sukarela tanpa ada paksaan didasari
informasi dan kompetensi. Sehingga pelaksanaan sukarela harus
memenuhi unsur informasi yang diberikan sejelas-jelasnya.
2) Informasi (Information). Jika pasien tidak tahu atau sulit untuk dapat
mendeskripsikan keputusan. Dalam berbagai kode etik pelayanan
kesehatan bahwa informasi yang lengkap dibutuhkan agar mampu
membuat keputusan yang tepat. Kurangnya informasi atau diskusi
tentang resiko,efek samping tindakan, akan membuat pasien sulit
mengambil keputusan, bahkan ada rasa cemas dan bingung.
PENUTUP
Kesimpulan
Pelayanan kesehatan berfokus pada pasien (patient cantered care/PCC)
Pelayanan kesehatan berfokus pada pasien (patient cantered care/PCC)
merupakan paradigma baru pelayanan kesehatan yang diharapkan dapat meringankan
‘beban’pasien saat harus menggunakan fasilitas kesehatan. Pasien menjadi pusat
semua upaya kesehatan, sehingga pasien harus terinformasi dengan cukup dan
benar, dan bersama dengan dokter serta pemberi asuhan lainnya membuat
keputusan- keputusan penting dalam proses penyembuhan.
Menempatkan pasien sebagai subyek merupakan sebuah perubahan besar.
Selama ini, pelayanan kesehatan berpusat pada rumah sakit atau pada dokter dan
menempatkan pasien lebih seperti obyek. Konsep yang sangat baik ini perlu
diterapkan dengan benar agar bisa tercapai tujuannya. Seperti perubahan lainnya,
tentu tidak akan terlepas dari permasalahan saat implementasi. Namun, ada
secercah harapan dengan kewajiban rumah sakit untuk terakreditasi dengan
pedoman akreditasi 2012, sehingga besar harapan konsep PCC ini akan dijalankan
setiap rumah sakit di tanah air dan membantu pasien dan keluarga dalam
perjalanannya mencari kesembuhan.
Pasien adalah manusia dengan kebutuhan yang meliputi kebutuhan