NAMA:HIBRUSSOLEH
KELAS:A1
NO.STAMBUK:14120200130
Kejadian lain selanjutnya tentang wabah kolera pada awal abad ke-20 masuk di Indonesia
tepatnya tahun 1927 dan tahun 1937 yaitu wabah kolera eltor di Indonesia kemudian pada tahun
1948 cacar masuk ke Indonesia melalui Singapura dan mulai berkembang di Indonesia. Sejak
dari wabah kolera tersebut maka pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan upaya-upaya
kesehatan masyarakat.
Selanjutnya bidang kesehatan masyarakat yang lain pada tahun 1807 pada waktu pemerintahan
Gubernur Jenderal Daendels, telah dilakukan pelatihan dukun bayi dalam praktek persalinan.
Upaya ini dilakukan dalam rangka penurunan angka kematian bayi yang tinggi pada waktu itu.
Akan tetapi upaya ini tidak berlangsung lama karena langkanya tenaga pelatih kebidanan
kemudian pada tahun 1930 dimulai lagi dengan didaftarnya para dukun bayi sebagai penolong
dan perawatan persalinan. Selanjutnya baru pada tahun 1952 pada zaman kemerdekaan pelatihan
secara cermat dukun bayi tersebut dilaksanakan lagi.
Dokter Bosch, kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer dan dr. Bleeker di Indonesia, pada
tahun 1851 mendirikan sekolah dokter Jawa. Kemudian sekolah ini terkenal dengan nama
STOVIA (School Tot Oplelding Van Indiche Arsten) atau sekolah untuk pendidikan dokter
pribumi. Setelah itu pada tahun 1913 didirikan sekolah dokter yang kedua di Surabaya dengan
nama NIAS (Nederland Indische Arsten School).
Pada tahun 1927, STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya
Universitas Indonesia tahun 1947 berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Kedua sekolah tersebut mempunyai andil yang sangat besar dalam menghasilkan tenaga medis
yang mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia.
Pada sisi lain pengembangkan kesehatan masyarakat di Indonesia adalah berdirinya Pusat
Laboratorium Kedokteran di Bandung pada tahun 1888. Kemudian pada tahun 1938, pusat
laboratorium ini berubah menjadi Lembaga Eykman dan selanjutnya disusul didirikan
laboratorium lain di Medan, Semarang, Makassar, Surabaya dan Yogyakarta. Laboratorium ini
mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka menunjang pemberantasan penyakit
seperti malaria, lepra, cacar dan sebagainya bahkan untuk bidang kesehatan masyarakat yang lain
seperti gizi dan sanitasi.
Tahun 1922 pes masuk Indonesia dan pada tahun 1933, 1934 dan 1935 terjadi epidemi di
beberapa tempat, terutama di pulau Jawa. Kemudian mulai tahun 1935 dilakukan program
pemberantasan pes ini dengan melakukan penyemprotan DDT terhadap rumah-rumah penduduk
dan juga vaksinasi massal. Tercatat pada tahun 1941, 15.000.000 orang telah memperoleh
suntikan vaksinasi.
Hydrich seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda pada tahun 1925, melakukan
pengamatan terhadap masalah tingginya angka kematian dan kesakitan di Banyumas-Purwokerto
pada waktu itu. Dari hasil pengamatan dan analisisnya tersebut ini menyimpulkan bahwa
penyebab tingginya angka kematian dan kesakitan ini adalah karena jeleknya kondisi sanitasi
lingkungan. Masyarakat pada waktu itu membuang kotorannya di sembarang tempat, di kebun,
selokan, kali bahkan di pinggir jalan padahal mereka mengambil air minum juga dari kali.
Selanjutnya ia berkesimpulan bahwa kondisi sanitasi lingkungan ini disebabkan karena perilaku
penduduk.
Untuk memulai upaya kesehatan masyarakat, saat itu Hydrich mengembangkan daerah
percontohan dengan melakukan propaganda (pendidikan) penyuluhan kesehatan. Sampai
sekarang usaha Hydrich ini dianggap sebagai awal kesehatan masyarakat di Indonesia.
Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak penting perkembangan kesehatan masyarakat
di Indonesia adalah diperkenalkannya Konsep Bandung (Bandung Plan) pada tahun 1951 oleh
dr. Y. Leimena dan dr. Patah, yang selanjutnya dikenal dengan Patah-Leimena.
Dalam konsep ini mulai diperkenalkan bahwa dalam pelayanan kesehatan masyarakat, aspek
kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam mengembangkan sistem
pelayanan kesehatan di Indonesia kedua aspek ini tidak boleh dipisahkan, baik di rumah sakit
maupun di puskesmas.
Selanjutnya pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan sebagai bagian dari
upaya pengembangan kesehatan masyarakat. Pada tahun 1956 ini oleh dr. Y. Sulianti didirikan
Proyek Bekasi (tepatnya Lemah Abang) sebagai proyek percontohan atau model pelayanan bagi
pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di Indonesia dan sebagai pusat pelatihan tenaga
kesehatan.
Proyek ini disamping sebagai model atau konsep keterpaduan antara pelayanan kesehatan
pedesaan dan pelayanan medis, juga menekankan pada pendekatan tim dalam pengelolaan
program kesehatan.
Untuk melancarkan penerapan konsep pelayanan terpadu ini terpilih 8 desa wilayah
pengembangan masyarakat yaitu Inderapura (Sumatera Utara), Lampung, Bojong Loa (Jawa
Barat), Sleman (Jawa Tengah), Godean (Yogyakarta), Mojosari (Jawa Timur), Kesiman (Bali)
dan Barabai (Kalimantan Selatan). Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem
puskesmas sekarang ini.
Pada bulan November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan program
kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat Indonesia. Pada
waktu itu dibahas konsep puskesmas yang dibawakan oleh dr. Achmad Dipodilogo yang
mengacu kepada konsep Bandung dan Proyek Bekasi. Kesimpulan seminar ini adalah
disepakatinya sistem puskesmas yang terdiri dari tipe A, B, dan C.
Puskesmas disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan
kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau dalam wilayah kerja
kecamatan atau sebagian kecamatan, di kotamadya atau kabupaten.
Proses (process), yaitu langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Proses ini dalam ilmu administrasi dikenal dengan sebutan fungsi administrasi
(functions of administration). Pada umumnya fungsi administrasi menjadi tanggung jawab
pimpinan. Beberapa fungsi administrasi yang dikemukakan oleh para ahli, ada yang mengatakan
4 (empat) fungsi, ada yang mengatakan 5 (lima) fungsi, dan sebagainya
2) Keluaran (output), yaitu hasil dari suatu pekerjaan administrasi. Bila ditinjau dari
pengertiannya, keluaran yang dihasilkan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
Pengertian sempit (kegiatan perkantoran). Keluaran yang dihasilkan adalah, catatan surat
masuk dan keluar, kumpulan surat masuk dan keluar, daftar nama pegawai, daftar
inventaris barang, daftar gaji pegawai, dan lain-lain.
Pengertian luas, terdiri dari :
o Hasil dari proses. Keluaran yang dihasilkan adalah pengembangan organisasi,
kegiatan organisasi, pengembangan pegawai, petunjuk pelaksanaan / petunjuk teknis,
tugas-tugas / personil kepanitian, dan lain-lain.
o Hasil dari fungsi/tugas. Keluaran yang dihasilkan adalah kebijakan, program
kegiatan, hasil pengawasan, hasil pengorganisasian.
o Kelembagaan. Keluaran yang dihasilkan adalah fungsi/aktivitas kelembagaan, sistim,
layanan umum (in servise dan public service). Untuk sektor pemerintahan adalah
pelayanan publik, untuk sektor perusahaan/swasta adalah jasa dan produksi
3) Sasaran (target group), yaitu tujuan keluaran yang dihasilkan atau dengan kepada siapa hasil
kegiatan tersebut ditujukan atau kepada siapa kebijakan yang dihasilkan ditujukan. Untuk
kebijakan publik, sasaran yang dimaksud dapat dibedakan perseorangan, keluarga, kelompok
dan masyarakat. Dapat bersifat sasaran langsung (direct target group) ataupun bersifat
sasaran tidak langsung (indirec target group).
4) Dampak (impact) adalah akibat yang ditimbulkan oleh suatu kebijakan.
5) Administrasi sebagai sistim, yaitu semua tata aturan yang berlaku untuk menjalankan tugas-
tugas / fungsi-fungsi administrasi dibuat secara sistimatis, dalam rangka efektif dan efisien
untuk mencapai tujuan.
Lalu, apa hubungan antara administrasi dengan manajemen? Untuk mengetahui hubungan
antara administrasi dan manajemen, perlu dipahami bahwa administrasi merupakan proses
penyelenggaraan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal
menyelenggarakan kegiatan agar dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya sehingga tujuan yang
telah ditetapkan dapat tercapai, harus tersedia orang-orang yang sebagai penyelenggara. Hal
yang berhubungan dengan orang-orang yang menyelenggarakan kegiatan untuk mencapai tujuan
inilah yang menjadi urusan manajemen, karena inti pengertian manajemen adalah “suatu proses /
usaha dari orang-orang yang bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Artinya
bahwa administrasi merupakan penyelenggaraan kegiatan dan manajemen adalah orang-orang
yang menyelenggarakan kegiatan tersebut. Bila keduanya dikombinasikan maka administrasi
danmanajemen merupakan “penyelenggarakan kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang yang
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.
Walaupun demikian, beberapa ilmuwan berpendapat bahwa antara administrasi dan
manajemen tidak ada perbedaannya, hal ini karena dua kata tersebut saling berkaitan, dimana ada
administrasi pasti ada manajemen. Kelompok ini berpendapat bahwa apa yang dimaksud dengan
administrasi, termasuk dalam arti manajemen. Ada juga yang mengatakan bahwa administrasi
atau manajemen adalah suatu pendekatan rencana terhadap pemecahan masalah yang
kebanyakan pada setiap individu atau kelompok (baik urusan Negara maupun swasta).
Di pihak lain ada kelompok yang membedakan administrasi dan manajemen. Kelompok ini
berpendapat bahwa administrasi ditujukan sebagai penentuan tujuan pokok dan kebijakan,
sedangkan manajemen ditujukan terhadap pelaksanaan kegiatan tujuan pokok tersebut. Ada juga
yang mengatakan bahwa administrasi adalah suatu proses dari badan / instansi yang bertanggung
untuk menentukan tujuan organisasi dan manajemen, sedangkan manajemen adalah suatu proses
dari badan / instansi yang secara langsung memberi petunjuk, bimbingan dalam suatu organisasi
dalam merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan.
Mengacu pada pendapat yang membedakan antara administrasi dan manajemen, maka dapat
dikatakan bahwa administrasi sifatnya menentukan kebijakan umum, sedangkan manajemen
adalah bagaimana secara langsung kegiatan-kegiatan itu dilakukan dengan memberi petunjuk,
bimbingan, pengetahuan dan pengaturan yang diarahkan secara sistimatis untuk merealisasikan
tujuan yang telah ditetapkan.
Oleh sebab itu, suatu kebijakan kesehatan semestinya memperhatikan faktor-faktor tersebut
sehingga derajat kesehatan yang optimal sebagai dampak yang diharapkan dari kebijakan
tersebut dapat dicapai secara optimal. Perlu ditambahkan bahwa berbagai penelitian
menunjukkan bahwa dari faktor-faktor tersebut, faktor lingkungan merupakan faktor yang paling
besar pengaruhnya disusul oleh faktor perilaku; sedangkan faktor pelayanan kesehatan dan
genetika menempati urutan berkutnya.
Tujuan dari kebijakan kesehatan pada hakekatnya adalah untuk menyediakan pola
pencegahan (preventive), pelayanan yang terfokus pada pemeliharaan kesehatan (promotif),
pengobatan penyakit (curative), pemulihan kesehatan (rehabilitative) dan perlindungan terhadap
kaum rentan. Oleh sebab itu kebijakan kesehatan yang baik harus berpihak pada kelompok-
kelompok masyarakat yang paling rentan terhadap berbagai masalah kesehatan dan bertujuan
jangka panjang.
Dari berbagai uraian di atas, maka Administrasi Kebijakan Kesehatan merupakan
serangkaian aktivitas atau proses penyelenggaraan P1 (Perencanaan), P2 (Penggerakkan
dan Pelaksanaan), serta P3 (Pemantauan, Pengendalian, dan Penilaian) suatu asas atau
pedoman yang menjadi garis besar, dasar dalam pelaksanaan berbagai kegiatan
kepemimpinan, cara bertindak (tentang organisasi, atau pemerintah) yang merupakan
pernyataan nilai-nilai tertentu, cita-cita, tujuan, dan prinsip dalam usaha mewujudkan
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, sosial maupun spiritual yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi secara efektif dan efisien.
Administrasi kebijakan kesehatan dalam disipilin ilmu kesehatan masyarakat berasal dari
pengertian ilmu kesehatan masyarakat menurut Winslow dari Yale University pada tahun 1920.
Rumusan ilmu kesehatan masyarakat tersebut adalah: “Public Health is the science and art of
preventing disease, prolonging life, and promoting physical and mental health and efficiency
through organized community efforts for the sanitatation of the environment, the control of
community infections, the education of individual……dan seterusnya. Bagian dari kalimat dalam
konsep ilmu kesehatan masyarakat menurut Winslow yang merupakan dasar dari administrasi
kebijakan kesehatan adalah “……through organized community efforts……” yang berarti
bahwa upaya kesehatan masyarakat perlu dilaksanakan melalui masyarakat yang terorganisir.
Konsep ini menunjukkan bahwa upaya-upaya kesehatan masyarakat yang meliputi
pelayanan kesehatan secara komprehensif: promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif harus
dikelola secara terorganisir. Konsep pengorganisasian upaya kesehatan masyarakat menjadi
dasar kedudukan administrasi kebijakan kesehatan dalam ilmu kesehatan masyarakat.
Penyelenggaraan proses kebijakan kesehatan dilakukan secara optimal dengan mengacu
pada Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) kebijakan pembangunan kesehatan
nasional, penetapan skala prioritas berbasis bukti dari berbagai sumber yang tersedia melalui
proses pengkajian dan perumusan kebijakan yang melibatkan masyarakat dan berbagai
stakeholder.
Oleh sebab itu kebijakan kesehatan dapat dipandang sebagai tujuan dan sasaran, sebagai
instrumen, proses dan gaya dari suatu keputusan di bidang kesehatan oleh pengambil keputusan,
termasuk implementasi serta penilaian. Kebijakan kesehatan adalah bagian dari institusi
kesehatan, kekuatan dari aspek politik yang mempengaruhi kesehatan masyarakat pada tingkat
daerah, nasional dan dunia internasional. Kebijakan kesehatan bertujuan untuk mendisain
program-program di tingkat pusat dan daerah agar dapat dilakukan perubahan terhadap
determinan-determinan kesehatan termasuk kesehatan internasional. Kebijakan kesehatan adalah
suatu hal yang memperhatikan pengguna pelayanan kesehatan termasuk manajer dan pekerja
kesehatan. Kebijakan kesehatan dapat dilihat sebagai suatu jaringan keputusan yang saling
berhubungan, yang pada prakteknya peduli kepada pelayanan kesehatan masyarakat.
Kebijakan kesehatan merupakan serangkaian tindakan pemerintah yang ditetapkan melalui
suatu jaringan keputusan yang saling berhubungan dan membentuk suatu strategi / pendekatan
untuk mempengaruhi faktor-faktor penentu di sektor kesehatan dalam hubungannya dengan isu-
isu strategis agar dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Oleh sebab itu, makna
kebijakan kesehatan pada hakekatnya merupakan suatu susunan rancangan tujuan dan dasar
pertimbangan program pemerintah yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan merupakan
pilihan pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan di bidang kesehatan.
Makna kebijakan kesehatan tersebut di atas berimplikasi pada hal-hal sebagai berikut:
a) Kebijakan kesehatan merupakan pernyataan dan tindakan yang mengarah pada upaya
peningkatan derajat kesehatan dalam bentuk keputusan atau penetapan pemerintah yang
bersifat mengikat
b) Kebijakan kesehatan pada hakikatnya terdiri atas keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan
yang ditetapkan oleh pemerintah di bidang kesehatan, misalnya dalam mengatur
pendayagunaan tenaga kesehatan, penataan sistim pelayanan kesehatan, pengaturan jaminan
kesehatan, dan lain sebagainya
c) Kebijakan kesehatan ditujukan untuk kepentingan seluruh masyarakat dengan prioritas pada
kelompok rentan. Kelompok rentan yang dimaksud adalah kelompok masyarakat yang
karena kondisi tubuhnya rentan mengalami gangguan kesehatan (seperti: bayi, anak balita,
ibu hamil dan/atau melahirkan, usia lanjut dan sebagainya) dan rentan kurang/tidak memiliki
akses terhadap pelayanan kesehatan (keluarga tidak mampu secara ekonomi, daerah
terpencil, terisolir, kepulauan, perbatasan), serta rentan mengalami gangguan kesehatan dari
dimensi lainnya.
Oleh sebab itu kebijakan kesehatan seyogianya memperhatikan nilai-nilai yang dimiliki
oleh suatu kebijakan yang berorientasi humaniora, antara lain:
a) Bermanfaat, dalam arti bahwa kebijakan kesehatan ditujukan untuk menjamin setiap warga
negara terpenuhi kebutuhannya di bidang kesehatan yang dapat memungkinkan untuk hidup
produktif baik secara sosial maupun ekonomi.
b) Cerdas, dalam arti bahwa kebijakan kesehatan merupakan suatu pilihan terbaik dalam upaya
pemecahan masalah kesehatan yang sedang dihadapi dan dapat dipertanggungjawabkan dari
aspek manfaat, kualitas maupun akuntabilitas.
c) Bijaksana, dalam arti bahwa kebijakan kesehatan tidak malah menimbulkan masalah baru
atau semakin memperumit masalah.
d) Portabilitas, dalam arti bahwa kebijakan kesehatan mendorong kemungkinkan setiap
penduduk untuk memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan kapan dan dimana saja
dibutuhkan dan selalu tersedia.
e) Harapan, dalam arti bahwa kebijakan kesehatan mampu memberikan harapan kepada
masyarakat bahwa derajat kesehatannya akan semakin membaik
f) Orientasi preventif dan promotif, dalam arti bahwa kebijakan kesehatan haruslah lebih
mengutamakan aspek preventif dan promotif karena lebih efisien tanpa mengabaikan upaya
kesehatan kuratif dan rehabilitatif.
g) Prioritas, dalam arti bahwa kebijakan kesehatan haruslah mengutamakan kelompok rentan
seperti ibu hamil, bayi dan anak, balita, manusia usia lanjut dan kelompok masyarakat yang
tidak mampu secara ekonomi.
h) Kepentingan publik, dalam arti bahwa kebijakan kesehatan semata-mata untuk kepentingan
masyarakat secara keseluruhan dan bukan kepentingan sekelompok orang.
i) Responsivitas, dalam arti bahwa kebijakan kesehatan merupakan jawaban terhadap masalah
kesehatan yang sedang dihadapi oleh masyarakat
j) Motivator, dalam arti bahwa kebijakan kesehatan harus mampu memotivasi seluruh
stakeholder untuk melaksanakannya dengan baik
k) Produktif dalam arti bahwa kebijakan kesehatan harus lebih mendorong produktivitas
kehidupan yang lebih efisien dan efektif.
l) Memadai, dalam arti bahwa kebijakan kesehatan harus memiliki kecukupan sumber daya
dalam pelaksanaanya.
m) Kemandirian, dalam arti bahwa kebijakan kesehatan haruslah mendorong kemandirian
masyarakat dalam upaya memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
n) Adil, dalam arti bahwa kebijakan kesehatan haruslah dilaksanakan secara adil dan tidak
diskriminatif di tengah-tengah masyarakat.
Secara operasional, kebijakan kesehatan beroperasi pada 4 (empat) tingkatan, yaitu:
1) Tingkat Sistemik, yaitu corak utama yang membentuk sistim kesehatan secara keseluruhan.
Misalnya keterlibatan institusi publik, peran publik / swasta dan hubungan kesehatan dengan
sektor lain.
2) Tingkatan Program, yaitu memutuskan prioritas untuk pelayanan kesehatan, program-
program kesehatan yang nyata dan cara yang ditempuh dimana sumber daya harus
dialokasikan (operasional kegiatan).
3) Tingkatan Organisasi, yaitu menunjuk pada cara yang ditempuh agar sumber daya dapat
digunakan produktif dan menyediakan pelayanan yang bermutu tinggi
4) Tingkatan Instrumental, yaitu menjadi tingkatan dalam pengembangan instrumen organisasi
yang baik, seperti dalam pengembangan sumber daya manusia kesehatan, manajemen
kesehatan, pembiayaan kesehatan dan lain sebagainya
promosi kesehatan dan ilmu perilaku
Tujuan promosi kesehatan bukan sekedar menyampaikan pesan-pesan atau informasi-
informasi kesehatan agar masyarakat mengetahui dan berperilaku hidup sehat, tetapi juga
bagaimana mampu memelihara dan meningakatkan kesehatannya.
Upaya memecahkan masalah kesehatan ditujukan atau diarahkan kepada faktor perilaku
dan faktor non perilaku (lingkungan dan pelayanan). Pendekatan terhadap faktor perilaku
adalah promosi atau pendidikan kesehatan. Sedangkan, pendekatan terhadap faktor non
perilaku adalah dengan perbaikan lingkungan fisik dan peningkatan lingkungan sosial
budaya, serta peningkatan pelayanan kesehatan.
Nesi Novita dan Yunetra Franciska (2011) Promosi kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat, maka sasaran langsung promosi kesehatan adalah
masyarakat. Namun demikian, dikarenakan kebatasan sumberdaya yang ada, tidak akan
efektif apabila upaya promosi kesehatan langsung ditujukan ke masyarakat. Oleh sebab
itu, perlu dilakukan penahapan sasaran promosi kesehatan. Sasaran promosi kesehatan
dibagi dalam tiga kelompok sasaran yaitu sebagai berikut.
Para tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh adat disebut sasaran sekunder. Dengan
memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok ini akan memberikan pendidikan
kesehatan kepada masyarakat di sekitarnya. Selain itu, apabila sasaran sekunder
berpeilaku sehat sebagai hasil dari pendidikan kesehatan yang diterimanya, dapat
dijadikan contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat di sekitarnya. Upaya promosi
kesehatan ini sejalan dengan strategi promosi kesehatan dukungan social (social support).
Sasaran tersier adalah para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik ditingkat
puasat maupun daerah. Dengan kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan
oleh sasaran tersier akan mempunyai dampak terhadap perilaku masyarakat selaku
sasaran primer promosi kesehatan dan tokoh masyarakat selaku sasaran sekunder promosi
kesehatan. Upaya promosi kesehatan ini sejalan dengan strategi global promosi kesehatan
yaitu advokasi (advocacy).
Nesi Novita dan Yunetra Fransika (2011) Ilmu perilaku adalah ilmu yang mempelajari
semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang
tidak dapat diamati oleh pihak luar. Peilaku manusia antara satu dengan yang lain tidak
sama baik dalam hal kepandaian, bakat, sikap, minat maupun kepribadian.
Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia, sedangkan
dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia.
Perilaku adalah respons individu terhadap stimulasi, baik yang berasal dari luar maupun
dari dalam dirinya.
Perilaku adalah respons yang terdiri atas respons motorik: berbicara, berjalan, dan
sebagainya; respons fisiologik: reaksi hormonal, aktivitas system saraf otonomik, dan
sebagainya; respons kognitif: pernyataan yang muncul dipikiran, imajinasi, dan
sebagainya; respons afektif: rasa benci, kecewa, marah, dan sebagainya.
1. Menguasai dasar-dasar ilmiah dan pengetahuan serta metodologi bidang ilmu
kesehatan masyarakat khususnya di kawasan Kepulauan Tropis Semi Ringkai sehingga
mampu menemukan, memahami, menjelaskan dan merumuskan cara penyelesaian
masalah kesehatan yang ada.
2. Mampu mengikuti perkembangan pengetahuan dan teknologi dalam bidang ilmu
pendidikan kesehatan dan perilaku.
Benjamin Bloom (1977), seorang psikolog pendidikan, membedakan adanya tiga bidang
perilaku, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Kemudian dalam perkembangannya,
domain perilaku yang diklasifikasikan oleh Bloom dibagi menjadi tiga tingkat:
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap
obyek melalui indera yang dimilikinya.
Sikap merupakan respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang
sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan.
c. Tindakan atau praktik (practice)
Tindakan ini merujuk pada perilaku yang diekspresikan dalam bentuk tindakan, yang
merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap yang telah dimiliki.
Biostatistik
Definisi Biostatistik
Biostatistik terdiri dari dua kata dasar yaitu bio dan statistik. Bio berarti hidup, sedangkan
statistik adalah kumpulan angka-angka. Sehingga secara harfiah biostatistik adalah kumpulan
angka-angka tentang kehidupan.
Metode statistik yang diterapkan pada ilmu-ilmu terkait kesehatan, seper ti kedokteran dan
kesehatan masyarakat, untuk membantu memahami tentang karakteristik populasi, dan
hubungan/ pengaruh variabel pada populasi.
Statistik secara umum dibagi menjadi dua jenis yaitu statistic deskriptif dan statistik
inferensial.
Kegiatan mulai dari pengumpulan data, pengolahan, sampai mendapatkan informasi dengan
jalan menyajikan dan analisis data yang telah terkumpul
Statistik inferensial merupakan kumpulan cara atau metode yang dapat mengeneralisasikan
nilai-nilai dari sampel dikumpulkan menjadi nilai populasi. Hal ini dilakukan dengan
menggunakan teori estimasi atau uji hipotesis.
Statistik inferensial
-Uji hipotesis –menguji signifikansi statistik tentang beda/ hubungan/ pengaruh variabel
Pakaian kerja.
Faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja ada beberapa pendapat. Faktor yang merupakan
penyebab terjadinya kecelakaan pada umumnya dapat diakibatkan oleh 4 faktor penyebab
utama,yaitu :
Faktor material yang memiliki sifat dapat memunculkan kesehatan atau keselamatan pekerja.
Faktor sumber bahaya yaitu: Perbuatan berbahaya, hal ini terjadi misalnya karena metode kerja
yang salah, keletihan/kecapekan, sikap kerja yang tidak sesuai dan sebagainya; Kondisi/keadaan
bahaya, yaitu keadaan yang tidak aman dari keberadaan mesin atau peralatan, lingkungan,
proses, sifat pekerjaan
Faktor yang dihadapi, misalnya kurangnya pemeliharaan/perawatan mesin/peralatan sehingga
tidak bisa bekerja dengan sempurna
Pertolongan pertama pada kecelakaan kerja (FIRST AID) adalah usaha pertolongan atau
perawatan darurat pendahuluan di tempat kerja yg diberikan kepada seseorang yg mengalami
sakit atau kecelakaan yg mendadak. Tujuan dari pertolongan pertama ini adalah menyelamatkan
jiwa korban, menciptakan lingkungan yang aman, mencegah luka atau sakit menjadi lebih buruk,
mencegah kecacatan, mempercepat kesembuhan atau perwatan penderita setelah dirujuk ke
rumah sakit, melindungi korban yang tidak sadar, menenangkan penderita atau korban yang
terluka,dan mencarikan pertolongan lebih lanjut. Pertolongan pertama pada kecelakaan kerja di
laboratorium biasanya sangat diperlukan pada saat terjadinya kecelakaan kerja ( keracunan, luka,
percikan zat, tumpahnya zat, dan kebakaran). Selain itu upaya-upaya preventif sangat diperlukan
untuk mengurangi terjadinya kecelakaan kerja agar korban yang ditimbulkan tidak meluas.
ilmu gizi kesehatan masyarakat
Pengertian/Istilah
Zat Gizi (Nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya,
yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan serta mengatur proses-
proses kehidupan.
Pangan adalah istilah umum untuk semua bahan yang dapat dijadikan makanan.
Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan atau unsur-unsur/
ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukkan
ke dalam tubuh.
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-
zat gizi.
Pengertian Gizi
Sejarah Perkembangan
Sejak zaman purba, makanan penting untuk kelangsungan hidup. Sedangkan pada zaman
Yunani, tahun 400 SM ada teori Hipocrates yang menyatakan bahwa makanan sebagai panas
yang dibutuhkan manusia, artinya manusia butuh makan.
Cornaro (1366-1464) dan Francis Bacon (1561-1626): makan yg diatur dengan baik dapat
memperpanjang umur.
Antoine Laurent Lavoisier (1743- 1794): ada hubungan proses pernapasan dengan proses
pengolahan makanan.
Magendie (awal abad-19): membedakan berbagai macam zat gizi dlm makanan, yaitu KH,
lemak dan protein.
Liebig (1803-1873): menemukan KH, lemak dan protein sbg penghasil energi.
Mendel (1872-1935) dan Osborn (1859-1929): memperjelas porsi vitamin dan kualitas
protein.
• Ruang lingkup cukup luas, dimulai dari cara produksi pangan, perubahan pascapanen
(penyediaan pangan, distribusi dan pengolahan pangan, konsumsi makanan serta cara
pemanfaatan makanan oleh tubuh yang sehat dan sakit).
• Informasi gizi yang diberikan pada masyarakat, yang meliputi gizi individu, keluarga dan
masyarakat; gizi institusi dan gizi olahraga.
Fungsi/Peranan Gizi
• Memberi energi (zat pembakar) – Karbohidrat, lemak dan protein, merupakan ikatan
organik yang mengandung karbon yang dapat dibakar dan dibutuhkan tubuh untuk
melakukan kegiatan/aktivitas.
• Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh (zat pembangun) – Protein, mineral dan
air, diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara, dan menganti sel yang rusak.
• Mengatur proses tubuh (zat pengatur) – Protein, mineral, air dan vitamin. Protein
bertujuan mengatur keseimbangan air di dalam sel,bertindak sebagai buffer dalam upaya
memelihara netralitas tubuh dan membentuk antibodi sebagai penangkal organisme yang
bersifat infektil dan bahan-bahan asing yang dapat masuk ke dalam tubuh.
• Mineral dan vitamin sebagai pengatur dalam proses-proses oksidasi, fungsi normal
sarafdan otot serta banyak proses lain yang terjadi dalam tubuh, seperti dalam darah,
cairan pencernaan, jaringan, mengatur suhu tubuh, peredaran darah, pembuangan sisa-
sisa/ ekskresi dan lain-lain proses tubuh.
kesehatan lingkungan
1. Pengertian kesehatan
a) Menurut WHO : “Keadaan yg meliputi kesehatan fisik, mental, dan sosial yg tidak hanya
berarti suatu keadaan yg bebas dari penyakit dan kecacatan.”
b) Menurut UU No 23 / 1992 ttg kesehatan : “Keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.”
2. Pengertian lingkungan
Menurut A.L. Slamet Riyadi (1976) : “ Tempat pemukiman dengan segala sesuatunya
dimana organismenya hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang secara langsung
maupun tidak dpt diduga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari
organisme itu.”
b) Menurut WHO (World Health Organization) : “Suatu keseimbangan ekologi yang harus
ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.”
d) Pengendalian Vektor
i) Kesehatan kerja
j) Pengendalian kebisingan
m) Pencegahan kecelakaan
Menurut Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8 :
Pengamanan radiasi
Pengamanan kebisingan
Sasaran Kesling
Menurut pasal 22 ayat (2) UU no 23 thn 1992, sasaran kesling adalah sebagai berikut :
a. Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan dan usaha yang sejenis
e. Lingkungan lain yang bersifat khusus : lingkungan yang berada dalam keadaaan darurat,
perpindahan penduduk secara besar-besaran, reaktor / tempat yang bersifat khusus.
1. Air Bersih
2. Pembuangan Kotoran/Tinja
4. Pembuangan Sampah
7. Pencemaran Lingkungan