Beranda ▼
BAB 1
KESEHATAN MASYARAKAT
A. Sekelumit Sejarah Kesehatan Masyarakat
Membicarakan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua
tokoh metologi Yunani, yakni Asclepius dun Higia. Berdasarkan cerita
mitos Yunani tersebut Asclepius disebutkan sebagai seorang dokter
pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah
atau pendidikan yang telah ditempuhnya, tetapi diceritakan bahwa ia
dapat mangobati penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan
prosedur prosedur tertentu (surgical procedure) dengan baik.
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 mulai dikem‐
bangkan pendidikan untuk tenaga kesehatan yang profesional. Pada
tahun 1893 John Hopkins, seorang pedagang wiski dari Baltimore
Amerika mempelopori berdirinya universitas, dan di dalamnya
terdapat sekolah (fakultas) kedokteran. Mulai tahun 1908 sekolah
kedokteran mulai menyebar ke Eropa, Canada, dan sebagainya. Dari
kurikulum sekolah-sekolah kedokteran tersebut terlihat bahwa
kesehatan masyarakat sudah diperhatikan Mulai tahun kedua para
mahasiswa sudah mulai melakukan kegiatan penerapan ilmu di
masyarakat. Pengembagan kurikulum sekolah kedokteran sudah
didasarkan pada to adumsi bahwa penyakit dan kesehatan itu
merupakan basil interaksi yang dinamis antara faktor genetik,
lingkungan fisik, lingkungan sosial (termasuk kondisi kerja),
kebiasaan perorangan dan pelayanan kedokteran/kesehatan.
Pada tahun 1922 pes masuk Indonesia dan pada tahun , 1934, dan
1935 terjadi epidemi di beberapa tempat, tama di pulau Jawa.
Kemudian mulai tahun 1935 dilakukan ram pemberantasan pes ini,
dengan melakukan penyemtan DDT terhadap rumah-rumah penduduk
dan juga inasi massal. Tercatat sampai pada tahun 1941, 15.000.000
Wang telah memperoleh suntikan vaksinasi. Pada tahun 1925 Kydrich
seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda melakukan
pengamatan terhadap masalah tingginya angka kematian dan
kesakitan di Banyumas-Purwokerto pada waktu. Dari hasil
pengamatan dan analisisnya ia menyimpulkan bahwa penyebab
tingginya angka kematian dan kesakitan itu adalah karena jeleknya
kondisi sanitasi lingkungan. Masyarakat pada waktu itu membuang
kotorannya di sembarang tempat, seperti di kebun, di kali, di selokan,
bahkan di pinggir jalan, padahal mereka mengambil air minum juga
dari kali. Selanjutnya ia berkesimpulan bahwa kondisi sanitasi
lingkungan ini disebabkan karena perilaku penduduk. Oleh sebab itu,
untuk memulai upaya kesehatan masyarakat Hydrich mengembang‐
kan daerah percontohan dengan melakukan 'propaganda' pendidikan)
penyuluhan kesehatan. Sampai sekarang usaha Hydrich ini dianggap
sebagai awal kesehatan masyarakat di Indonesia.
2. Keluarga Berencana.
3. Gizi.
4. Kesehatan lingkungan.
7. Pengobatan.
12. Laboratorium
c. Gizi.
e. Imunisasi
Meja 2. Penimbangan bayi, balita dan ibu hamil, dilayani oleh kader
kesehatan.
Meja 4. Penyuluhan kepada ibu bayi/balita dan ibu hamil, oleh kader
kesehatan.
a. Epidemiologi.
d. Pemberantasan vektor.
2. Kegunaan
Orang (Person)
Di sini akan dibicarakan peranan umur, jenis kelamin, kolas sosial,
pekerjaan, golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga,
struktur keluarga, dan paritas.
(1) Umur
(5) Penghasilan
Tempat (Place)
Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit
berguna untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat
memberikan penjelasan mengenai etiologi penyakit.
Waktu (Time)
Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan
kebutuhan dasar di dalam analisis epidemiologis. Oleh karena itu,
perubahan-perubahan penyakit menurut waktu menunjukkan adanya
perubahan faktor-faktor etiologis. Melihat panjangnya waktu di mana
terjadi perubahan angka kesakitan maka dibedakan (1) fluktuasi jangka
pendek, di mana perubahan angka kesakitan berlangsung beberapa jam,
hari, minggu, dan bulan. (2) perubahan-perubahan secara siklus di mana
perubahan-perubahan angka kesakitan terjadi secara berulangulang
dengan antara beberapa hari, beberapa bulan (musiman), tahunan,
beberapa tahun, dan (3) perubahan-perubahan angka kesakitan yang
berlangsung dalam periode waktu yang panjang, bertahun-tahun atau
puluhan tahun, yang disebut 'secular trends.
1) Studi riwayat kasus (case history studies). Dalam studi ini akan
dibandingkan antara dua kelompok orang, yakni kelompok yang
terkena penyakit dengan kelompok orang tidak terkena (kelompok
kontrol).
1) Untuk penyusunan rate dibutuhkan tiga elemen, yakni (a) jumlah
orang yang terserang penyakit atau yang meninggal, (b) jumlah
penduduk dari mana penderita berasal (reference population), dan
(c) waktu atau periode di mana orang-orang terserang penyakit.
c. Roda
Suatu penyakit dapat menular dari orang yang satu kepada yang
lain karena 3 faktor berikut:
Carrier
2. Macam Kekebabalan
(1) Genetik
`Kebebalan ini diperoleh dari luar tubuh anak atau orang yang
bersangkutan. Kekebalan dapat bersifat aktif, dan dapat bersifat
pasif. Kekebalan aktif dapat diperoleh setelah orang sembuh dari
penyakit tertentu.
a. Umur
b. Seks
c. Kehamilan
d. Gizi
e. Trauma
4. Jenis-jenis Imunisasi
lmunisasi pada ibu hamil dan calon pengantin adalah Imunisasi tetanus
toxoid. Imunisasi ini untuk mencegah terjadinya tetanus pada bayi yang
dilahirkan.
5. Tujuan Program Imunisasi
a. Tujuan
b. Sasaran
6. Pemantauan
Arti sempit:
Arti luas:
2. Peranan Statistik
Rate yang dihitung dari total populasi di dalam suatu area sebagai
denominator (penyebut) disebut crude rate atau angka kasar (purata
kasar). Sedangkan rate yang dihitung dari kelompok atau segmen
tertentu disebut specific rate atau angka spesifik (purata spesifik).
BAB 4
MANAJEMAN KESEHATAN MASYARAKAT
d. Pengkoordinasian (Coordinating)
B. Perencanaan Kesehatan
Perencanaan adalah suatu kegiatan atau proses penganalisisan
dan pemahaman sistem, penyusunan konsep dan kegiatan yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan demi masa depan yang
baik. Dari batasan ini dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan antara lain:
Contoh:
b) Tujuan Khusus
f. Waktu
C. Pengorganisasian
Setelah perencanaan telah dilakukan atau telah selesai (menjadi
rencana), maka selanjutnya harus dilakukan pengorganisasian. Yang
dimaksud pengorganisasian adalah mengatur personal atau staf yang
ada dalam institusi tersebut agar semua kegiatan yang telah ditetapkan
dalam rencana tersebut dapat berjalan dengan baik, yang akhirnya
semua tujuan dapat dicapai. Dengan kata lain pengorganisasian adalah
pengkoordinasian kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan suatu
institusi, guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pengorganisasian mencakup beberapa unsur pokok, antara lain:
1. Objek Pengawasan
2. Metode Pengawasan
3. Proses Pengawasan
b) Proses:
e) Umpan balik (feed back), juga merupakan hasil dari proses yang
sekaligus sebagai masukan untuk sistem tersebut.
F. Sistem Rujukan
Kesehatan atau sehat-sakit adalah suatu yang kontinum dimulai
dari sehat walafiat sampai dengan sakit parah. Kesehatan seseorang
berada dalam bentang tersebut. Secara umum dapat dibagi dalam tiga
tingkat, yakni: sakit. ringan (mild), saling sedang (moderate) dan sakit
parah (severe). Dengan ada 3 gradasi penyakit ini maka menuntut
bentuk pelayanan kesehatan yang berbeda pula. Untuk penyakit
ringantidak memerlukan pelayanan canggih. Namun sebaliknya, untuk
penyakit yang sudah parah tidak cukup hanya dengan pelayanan yang
sederhana saja, melainkan memerlukan pelayanan yang sangat
spesifik.
Hal yang dirujuk bukan hanya pasien saja, tetapi juga masalah-
masalah kesehatan lain, teknologi, sarana, bahan-bahan laboratorium,
dan sebagainya. Di samping itu, rujukan tidak berarti berasal dari
fasilitas yang lebih rendah ke fasilitas yang lebih tinggi, tetapi juga
dapat dilakukan di antara .fasilitas-fasilitas kesehatan yang setingkat.
Secara garis besar rujukan dibedakan menjadi dua, yakni:
a) Rujukan Medik
metodediskusi kelompok.
c) Simulasi
d) Sinetron
2. Di masyarakat
3. Di instansi-instansi.
Semua alat peraga yang dibuat berguna sebagai alat bantu belajar dan
tetap harus diingat bahwa alat ini dapat berfungsi mengajar dengan
sendirinya.
Cara menggunakan alat peraga
a. Media cetak, yaitu booklet, leaflet, flyer, flip chart, rubrik atau tulisan-
tulisan pada surat kabar atau majalah, poster, foto.
1. Pengetahuan
2. Sikap
Tingkat-tingkat praktik:
1. Persepsi
2. Respon terpimpin
3. Mekanisme
4. Adaptasi
H. Perubahan-perubahan Perilaku
Perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan atau
penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan
lainnnya.
Prinsip belajar ini terdiri dari 4 yaitu dorongan, isyarat, tingkah laku
balas, dan ganjaran. Keempat prinsip ini saling engkait satu sama lain,
yaitu dorongan menjadi isyarat, isyarat menjadi ganjaran, dst.
Teori ini menyatakan bahwa tingkah laku tiruan adalah suatu bentuk
asosiasi dari rangsang dengan rangsang lainnya. Pengaruh tingkah laku
model terhadap tingkah laku peniru:
2. Pemberian Informasi
a. Syarat fisik, yaitu air harus bening, tidak berasa, suhu dibawah
suhu udara diluarnya
Pengelolaan Sampah
Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-
bahan padat dan suspensi
a. Pengeceran
c. Irigasi
BAB 7
KESEHATAN KERJA
A. Batasan
Kesehatan kerja adalah aplikasi kesehatan masyarakat dalam
suatu tempat kerja, dan yang menjadi pasien dari kesehatan kerja
adalah masyarakat pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan
tersebut. Dalam kesehatan masyarakat ciri pokoknya adalah upaya
preventif (pencegahan penyakit) dan promotif (peningkatan kesehatan),
maka kedua hal tersebut juga menjadi ciri pokok dalam kesehatan kerja.
Pedoman dalam kesehatan kerja ialah: ‘ penyakit dan kecelakaan
akibat kerja dapat dicegah’, maka upaya pokok kesehatan kerja ialah
pencegahan kecelakaan akibat kerja. Sedangkan upaya promotif
berpedoman bahwa dengan meningkatnya kesehatan pekerja, akan
meningkatkan juga produktivitas kerja.
1. Beban kerja
Beban ini dapat berupa beban fisik, beban mental, ataupun beban
sosial sesuai dengan jenis pekerjaan. Tingkat ketepatan penempatan
seseorang pada suatu pekerjaan, di samping didasarkan pada beban
optimum juga dipengaruhi oleh pengalaman, keterampilan, motivasi dan
sebagainya. Kesehatan kerja berusaha mengurangi atau mengatur
beban kerja para karyawan dengan cara merencanakan suatu alat yang
dapat mengurangi beban kerja.
2. Beban tambahan
a. Faktor fisik: penerangan yang tidak cukup, suhu udara panas dll.
c. Gas, uap, asap, dan debu yang terhirup lewat pernapasan dapat
mempengaruhi berfungsinya berbagai jaringan tubuh, yang akhirnya
menurunkan daya kerja.
d. Binatang, khususnya serangga (nyamuk, kecoa, lalat, dan
sebagainya) disamping mengganggu konsentrasi kerja, juga
merupakan pemindahan (vektor) dan penyebab penyakit.
Ergonomi bersal dari bahasa Yunani, ergon yang artinya kerja, dan
nomos artinya peraturan atau hukum. Sehingga secara herfiah
ergonomi diartikan sebagai peraturan tentang bagaimana melakukan
kerja, termasuk menggunakan peralatan kerja. Batasan ergonomi
adalah ilmu penyesuaian peralatan dan perlengkapan kerja dengan
kondisi dan kemampuan manusia, sehingga mencapai kesehatan
tenaga kerja dan produktivitas karja yang optimal.
Dua misi pokok ergonomi adalah:
b. Apabila peralatan kerja dan manusia atau tenaga kerja tersebut
sudah cocok maka kelelahan dapat dicegah dan hasilnya lebih
efisien.
a. Beban yang akan diangkat harus dipegang tepat dengan semua jari-
jari.
· Mineral, terdiri dari zat kapur (Ca), zat besi (Fe), zat flour (F),
natrium (Na) dan chlor (Cl), kalium (K), dan iodium (I). Secara
umum fungsi mineral adalah sebagai bagian dari zat yang aktif
dalam metabolisme atau sebagai bagian penting dari struktur
dan sel jaringan.
Penyakit ini karena kurang konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh tidak
seimbang atau urang dari kebutuhan tubuh. Zat besi merupakan mikro
elemen yang esensial bagi tubuh, yang sangat diperlukan dalam
pembentuk darah, yakni dalam bentuk hemoglobin (Hb).
1. Kelompok bayi.
b. Calsium (CI)
Anak balita juga merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan
rawan penyakit. Kelompok ini yang merupakan kelompok umur yang
paling menderita akibat gizi (KKP), dan jumlahnya dalam populasi besar.
Beberapa kondisi atau anggapan yang menyebabkan anak balita ini
rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain:
b. Biasanya anak balita ini sudah mempunyai adik, atau ibunya sudah
bekerja penuh sehingga perhatian ibu sudah berkurang.
c. Anak balita sudah mulai main di tanah, dan sudah dapat main di
luar rumahnya sendiri, sehingga lebih terpapar dengan lingkungan
yang kotor dan kondisi yang memungkinkan untuk terinfeksi
dengan berbagai macam penyakit.
4. Kelompok remaja.
Upaya untuk membina kesehatan dan gizi kelompok ini juga dapat
dilakukan melalui sekolah (UKS), karena pada kelompok ini pada
umumnya berada di bangku sekolah menengah pertama maupun atas
(SMP atau SMA). Disamping itu, pembinaan melalui organisasi-
organisasi kemasyarakatan misalnya: karang taruna, remaja/pemuda
gereja, remaja masjid, dan sebagainya juga tepat. Karena kelompok
padaremaja ini sudah mulai tertarik untuk berorganisasi, atau senang
berorganisasi.
a. Berat badan bayi pada waktu lahir rendah atau sering disebut
Berat Badan Bayi Rendah (BBLR).
6. Ibu menyusui.
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan utama bayi oleh sebab itu,
maka untuk menjamin kecukupan ASi bagi bayi, ibu yang sedang
menyusui harus diperhatikan. Dalam batas-batas tertentu kebutuhan
bayi akan zat-zat gizi ini diambil dari tubuh ibunya, tanpa menghiraukan
apakah ibunya mempunyai persediaan cukup atau tidak. Apabila
konsumsi makanan ibu tidak mencukupi, zat-zat dalam ASI akan
terpengaruh.
Dan akhirnya untuk berat dan tinggi per umur sebagai indikator
status gizi anak, pada umumnya para peneliti cenderung mengadu pada
standar Harvard dengan berbagai modifikasi. Di bawah ini akan
diuraikan 4 macam cara pengukuran yang sering digunakan di bidang
gizi masyarakat serta klasifikasinya:
Pengukuran status gizi bayi dan anak balita berdasarkan tinggi badan
menurut umur, juga menggunakan modifikasi standar harvard, dengan
klasifikasinya adalah:
· Gizi baik, yakni apabila panjang tinggi badan bayi/ anak menurut
umurnya lebih dari 80% standar Harvard.
A. Pendahuluan
Bayi atau anak balita yang kekurangan gizi sangat rentan terhadap
penyakit-penyakit infeksi, termasuk diare dan infeksi saluran akut,
utamanya pneumonia. Oleh sebab itu, perbaikan gizi masyarakat yang
difokuskan pada perbaikan bayi dan anak balita merupakan awal dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sebaliknya kekurangan
gizi pada bayi akan berakibat terhadap munculnya masalah kesehatan
yang lain, dan akhirnya akan berdampak terhadap menurunnya derajat
kesehatan masyarakat.
1. Formula Adaptasi
a. Lemak
b. Protein
Kadar protein harus berkisar antara 1,2 dan 1,9 gr/100 ml dengan
rasio whey/kasein 60/40 oleh karena kandungan protein pada formula
ini relatif rendah maka komposisi asam aminonya harus identik atau
hampir identik dengan yang terdapat dalam protein ASI.
c. Karbohidrat
d. Mineral
3. Formula Lanjutan
Berbagi
4 komentar:
Tambahkan komentar
Mengenai Saya
ika putriey
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah 2011 di FKIP UNIVERSITAS NEGERI
JEMBER
Lihat profil lengkapku