Anda di halaman 1dari 93

Ikum share

kumpulan makalah, file, puisi dan cerpen,,

Beranda ▼

Jumat, 01 Juni 2012

Resume buku KesMas : Prof. Dr. Soekidjo


Notoatmodjo (bag.1)

Resume buku KesMas : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo


(bag.1) : resume buku kesehatan masyarakat ini sengaja aku posting buat adeg-adeg
angkatanku nanti dalam menempuh mata kuliah kesehatan masyarakat oleh Pak Hendra
^_^ . biar gag frustasi kayak aku yg harus ngetik buku setebal itu ... hhe

BAB 1
KESEHATAN MASYARAKAT
A.   Sekelumit Sejarah Kesehatan Masyarakat
Membicarakan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua
tokoh metologi Yunani, yakni Asclepius dun Higia. Berdasarkan cerita
mitos Yunani tersebut Asclepius disebutkan sebagai seorang dokter
pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah
atau pendidikan yang telah ditempuhnya, tetapi diceritakan bahwa ia
dapat mangobati penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan
prosedur prosedur tertentu (surgical procedure) dengan baik.

Higea, seorang asistennya, yang kemudian diceritakan sebagai


istrinya, juga telah melakukan upaya-upaya kesehatan. Beda antara
Asclepius dengan Higeia dalam pendekatan/ penanganan tnasalah
kesehatan sebagai berikut: 1) Asclopus melakukan pendekatan
(pengobatan penyakit) setelah penyakit tersebut terjadi pada
seseorang. 2) Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam
pendekatan masalah kesehatan malalui ‘hidup seimbang’, yaitu
menghindari makanan/minuman beracun, makan makanan yang bergizi
(baik), cukup istirahat, dan melakukan olahraga. Apabila orang sudah
jatuli sakit, Higeia lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya sacara
alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain lebih
baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik,
daripada dengan pengobatan/ pembedahan.

Dalam perkembangan selanjutnya, seolah-olah timbul garis


pemisah antara kedua kelompok profesi, yakni pelayanan kesehatan
kuratif (curative health care), dan pelayanan pencegahan atau preventif
(preventive health care). Kedua kelompok ini dapat dilihat perbedaan
pendekatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut.

Pertama, pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan terhadap


sasaran secara individual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada
umumnya hanya sekali saja. Jarak antara petugas kesehatan (dokter,
drg, dan sebagainya) dengan pasien atau sasaran-cenderung jauh.
Sedangkan pendekatan preventif, sasaran atau pasien adalah
masyarakat (bukan perorangan) masalah-masalah yang ditangani pada
umumnya juga masalah-masalah yang menjadi masalah masyarakat,
bukan masalah individu. Hubungan antara petugas kesehatan dengan
masyarakat (sasaran) lebih bersifat kemitraan, tidak seperti antara
dokter-pasien.

Kedua, pendekatan kuratif cenderung bersifat-reaktif artinya


kelompok ini pada umumnya hanya menunggu masalah datang. Seperti
dokter yang menunggu pasien datang di Puskesmas atau tempat
praktik. Kalau tidak ada pasien datang, berarti tidak ada masalah maka
selesailah tugas mereka bahwa masalah kesehatan adalah adanya
penyakit. Sedangkan kelompok preventif lebih menggunakan
pendekatan proaktif, artinya tidak menunggu adanya masalah, tetapi
mencari masalah. Petugas kesehatan masyarakat tidak hanya
menunggu pasien datang di kantor atau di" tempat praktik mereka,
tetapi harus turun ke masyarakat mencari dan mengidentifikasi
masalah yang ada di masyarakat, dan melakukan tindakan.

Ketiga, pendekatan kuratif cenderung melihat dan menangani klien


atau pasien lebih kepada sistem biologis manusia atau pasien hanya
dilihat secara partial, padahal manusia terdiri dari kesehatan bio-
psikologis dan sosial, yang terlihat antara aspek satu dengan yang
lainnya. Sedangkan pendekatan preventif melihat klien sebagai makhluk
yang utuh, dengan pendekatan yang holistik. Terjadinya penyakit tidak
semata-mata karena terganggunya sistem biologi, individual, tetapi
dalam konteks yang luas, aspek biologis, psikologis dan sosial. Dengan
demikian pendekatannya pun tidak individual dan partial, tetapi harus
secara menyeluruh atau holistik.
B.   Perkembangan Kesehatan Masyarakat
Sejarah panjang perkembangan masyarakat, tidak hanya dimulai pada
munculnya ilmu pengetahuan saja, melainkan sudah dimulai sebelum
berkembangnya ilmu pengetahuan modern. Oleh sebab itu, akan sedikit
diuraikan perkembangan kesehatan masyarakat sebelum
perkembangan ilmu pengetahuan (pre-scientific period) dan sesudah
ilmu pengetahuan itu berkembang (scientific period).

a.       Periode Sebelum Ilmu Pengetahuan

Dari kebudayaan yang paling luas yakni Babylonia, Mesir,


Yunani, dan Roma telah tercatat bahwa manusia telah melakukan
usaha untuk penanggulangan masalah-masalah kesehatan
masyarakat dan penyakit. Telah ditemukan pula bahwa pada zaman
tersebut terdapat dokumen-dokumen tertulis, bahkan peraturan-
peraturan tertulis yang mengatur tentang pembuangan air limbah
atau drainase pemukiman pembangunan kota, pengaturan air
minum, dan sebagainya.

Dari catatan-catatan tersebut dapat dilihat bahwa masalah


kesehatan masyarakat khususnya penyebaran penyakit menular
sudah begitu meluas dan dahsyat. Namun, upaya pemecahan
masalah kesehatan masyarakat secara menyeluruh belum dilakukan
pada zaman itu.

b.      Periode Ilmu Pengetahuan

Bangkitnya ilmu pengetahuan pada akhir abad ke-18 dan awal


abad ke-19 mempunyai dampak yang luas terhadap segala aspek
kehidupan mansuia, termasuk kesehatan. Di samping itu, pada abad
ilmu pengetahuan ini juga mulai ditemukan berbagai macam
penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegah penyakit.

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 mulai dikem‐
bangkan pendidikan untuk tenaga kesehatan yang profesional. Pada
tahun 1893 John Hopkins, seorang pedagang wiski dari Baltimore
Amerika mempelopori berdirinya universitas, dan di dalamnya
terdapat sekolah (fakultas) kedokteran. Mulai tahun 1908 sekolah
kedokteran mulai menyebar ke Eropa, Canada, dan sebagainya. Dari
kurikulum sekolah-sekolah kedokteran tersebut terlihat bahwa
kesehatan masyarakat sudah diperhatikan Mulai tahun kedua para
mahasiswa sudah mulai melakukan kegiatan penerapan ilmu di
masyarakat. Pengembagan kurikulum sekolah kedokteran sudah
didasarkan pada to adumsi bahwa penyakit dan kesehatan itu
merupakan basil interaksi yang dinamis antara faktor genetik,
lingkungan fisik, lingkungan sosial (termasuk kondisi kerja),
kebiasaan perorangan dan pelayanan kedokteran/kesehatan.

Dan segi pelayanan kesehatan masyarakat,  pada tahun 1855


pemerintah Amerika membentuk Departemen Kesehatan yang
pertama kali. Fungsi departemen ini adalah menyelenggrakan
pelayanan kesehatan bagi penduduk (public), termasuk perbaikan
dan pengawasan sanitasi lingkungan.

C.   Kesehatan Masyarakat di Indonesia


Sejarah perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai
sejak pemerintahan Belanda abad ke-16. Kesehatan masyarakat di
Indonesia pada waktu itu dimulai dengan adanya upaya
pemberantasan cacar dan kolera sangat ditakuti masyarakat pada
waktu itu. Kolera masuk di Indonesia tahun 1927 dan tahun 1937,
terjadi wabah kolera eltor di Indonesia, kemudian pada tahun 1948
cacar masuk ke Indonesia. Melalui Singapura dan mulai berkembang
di Indonesia. Sehingga berasal dari wabah kolera tersebut maka
pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan upaya-upaya
kesehatan masyarakat.

Namun demikian di bidang kesehatan masyarakat yang lain, pada


tahun 1807 pada waktu pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels,
dilakukan pelatihan dukun banyi dalam praktik persalinan. Upaya ini
dilakukan dalam rangka penurunan angka kematian bayi yang tinggi
pada waktu itu. Akan tetapi upaya ini tidak berlangsung lama, karena
langkanya tenaga pelatih kebinanan, kemudian baru pada tahun 1930
dimulai lagi dengan didafaftarnya para dukun bayi sebagai penolong
dan perawatan persalinan. Selanjutnya baru pada tahun 1952 pada
zaman kemerdekaan pelatihan secara cermat dukun bayi tersebut
dilaksanakan lagi.

Pada tahun 1922 pes masuk Indonesia dan pada tahun , 1934, dan
1935 terjadi epidemi di beberapa tempat, tama di pulau Jawa.
Kemudian mulai tahun 1935 dilakukan ram pemberantasan pes ini,
dengan melakukan penyemtan DDT terhadap rumah-rumah penduduk
dan juga inasi massal. Tercatat sampai pada tahun 1941, 15.000.000
Wang telah memperoleh suntikan vaksinasi. Pada tahun 1925 Kydrich
seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda melakukan
pengamatan terhadap masalah tingginya angka kematian dan
kesakitan di Banyumas-Purwokerto pada waktu. Dari hasil
pengamatan dan analisisnya ia menyimpulkan bahwa penyebab
tingginya angka kematian dan kesakitan itu adalah karena jeleknya
kondisi sanitasi lingkungan. Masyarakat pada waktu itu membuang
kotorannya di sembarang tempat, seperti di kebun, di kali, di selokan,
bahkan di pinggir jalan, padahal mereka mengambil air minum juga
dari kali. Selanjutnya ia berkesimpulan bahwa kondisi sanitasi
lingkungan ini disebabkan karena perilaku penduduk. Oleh sebab itu,
untuk memulai upaya kesehatan masyarakat Hydrich mengembang‐
kan daerah percontohan dengan melakukan 'propaganda' pendidikan)
penyuluhan kesehatan. Sampai sekarang usaha Hydrich ini dianggap
sebagai awal kesehatan masyarakat di Indonesia.

Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak panting


perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia adalah
diperkenalkannya Konsep Bandung (Bandung '1(zrt) pada tahun 1951
oleh Dr. Y. Leimena dan dr yang Selanjutnya dikenal dengan Patah-
Leimena Konsep ini mulai diperkenalkan bahwa dalam pelayanan
kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat
dipisahkan. Hal ini berarti dalam mengembangkan sistem pelayanan
kesehatan di Indonesia kedua aspek ini tidak boleh dipisahkan, baik di
rumah sakit maupun di Puskesmas.

Pada tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional, dicetuskan


bahwa Puskesmas merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu,
yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah (Departemen
Kesehatan) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyakarat
(Puskesmas). Puskemas disepakati sebagai suatu unit pelayanan
kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan preventif wore
terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam wilayah kerja
kecamatan atau sebagian kecamatan di kota madya atau kabupaten.
Kegiatan pokok Puskesmas mencakup:

1. Kesehatan ibu dan anak.

2. Keluarga Berencana.

3. Gizi.

4. Kesehatan lingkungan.

5. Pencegahan penyalit menular.


6. Penyuluhan kesehatan masyarakat.

7. Pengobatan.

8. Perawatan kesehatan masyarakat.

9. Usaha kesehatan gizi.

10. Usaha kesehatan sekolah.

11. Usaha kesehatan jiwa

12. Laboratorium

13. Pencatatan dan pelaporan.

Pada tahun 1969, sistem Puskesmas hanya disepakati 2 yakni


tipe A dan B, di mana tipe A dikelola oleh dokter, sedangkan tipe B
hanya dikelola oleh seorang paramedis saja. Dengan adanya
perkembangan tenaga medis, maka akhirnya pada tahun 1979 tidak
diadakan perbedaan Puskesmas tipe A dan tipe B, hanya ada satu tipe
Puskesmas saja, yang dikepalai oleh seorang dokter. Pada tahun 1979
juga dikembangkan satu piranti manajerial guna penilaian Puskemas,
yakni stratifikasi Puskesmas sehingga dibedakan adanya:

a.       Strata satu : Puskesmas dengan prestasi sangat baik.

b.      Strata dua : Puskesmas dengan prestasi rata-rata atau standar.

c.       Strata tiga : Puskesmas dengan prestasi di bawah rata-rata.

Selanjutnya Puskesmas juga dilengkapi dengan dua piranti


manajerial yng lain, yakni micro planning untuk perencanaan dan,
lokakarya mini (lokmin) untuk pengoperasian kegiatan dan
pengembangan kerja sama tim. Akhirnya pada tahun 1984 tanggung
jawab Puskesmas ditingkatkan lagi, dengan berkembangnya program
paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana.

Program ini mencakup:

a.       Kesehatan ibu dan anak.

b.      Keluarga berencana.

c.       Gizi.

d.      Penanggulangan penyakit diare.

e.       Imunisasi

Puskemas mempunyai tanggung jawab dalam pembinaan dan


pengembangan Posyandu di wilayah kerjanya masin.gmasing.
Tujuan dikembangkannya Posyandu sejalan dengan tujuan
pembangunan kesehatan yakni:

a. Mempercepat penurunan angka kematian bayi dan anak balita,


dan angka kelahiran.

b. Mempercepat penerimaan norma keluarga kecil bahagian dan


sejahtera (NKKBS).

c. Berkembangnya kegiatan-kegiatan masyarakat sesuai dengan


kebutuhan dan kemampuannya,

Pelayanan Posyandu menganut sistem 5 meja dengan urutan


sebagai berikut:

Meja 1. Pendaftaran pengunjung Posyandu dilayani oleh kader


kesehatan.

Meja 2. Penimbangan bayi, balita dan ibu hamil, dilayani oleh kader
kesehatan.

Meja 3. Pencatatan dan hasil penimbangan dari Meja 2 di dalam


KMS, dilayani oleh kader kesehatan.

Meja 4. Penyuluhan kepada ibu bayi/balita dan ibu hamil, oleh kader
kesehatan.

Meja 5. Pemberian imunisasi, pemasangan alat kontrasepsi, atau


pengobatan bagi yan€ memerlukan, dan periksa hamil,
dilayani olel kader kesehatan. Bila ada kasus- yang tidal
dapat ditangani dirujuk ke Puskesmas.

D. Definisi Kesehatan Masyarakat


Kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya
memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan merupakan
kegiatan kesehatan masyarakat. Kemudian pada akhir abad ke-18
dengan diketemukan bakteri-bakteri penyebab penyakit den beberapa
jenis imunisasi, kegiatan kesehatan masyarakat adalah pencegahan
penyakit yang terjadi dalam masyarakat melalui perbaikan sanitasi
lingkungan dan pencegahan penyakit Melalui imunisasi.

Dari pengalaman-pengalaman praktik kesehatan masyarakat yang


telah berjalan sampai pada awal abad ke-20, Winslow (1920) akhirnya
membuat batasan kesehatan masyarakat yang sampai sekarang masih
relevan, yakni: kesehatan masyarakat (public health) adalah ilmu dan
seni: mencegah penyakit memperpanjang hidup, dan meningkatkan
kesehatan, melalui Usaha-usaha Pengorganisasi Masyarakat.

Dari perkembangan batasan kesehatan masyarakat tersebut dapat


disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari hanya
berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu
kedokteran pencegahan sampai dengan ilmu sosial, dan itulah cakupan
ilmu kesehatan masyarakat.

E.    Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat


Seperti disebutkan di atas bahwa kesehatan masyarakat adalah
ilmu dan seni. Oleh sebab itu, ruang lingkup kesehatan masyarakat
dapat dilihat dari dua hal tersebut. Sebagai ilmu, kesehatan masyarakat
pada mulanya hanya mencakup 2 disiplin keilmuan, yakni ilmu bio-
medis (medikal biologi) dan ilmu-ilmu sosial (social science). Akan
tetapi-sesuai dengan perkembangan ilmu, maka disiplin ilmu yang
mendasari ilmu kesehatan masyarakat pun berkembang. Sehingga
sampai pada saat itu disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan
masyarakat antara lain, mencakup ilmu biologi, ilmu kedokteran, ilmu
kimia, fisika, ilmu lingkungan, sosiologi, antropologi, psikologi, ilmu
pendidikan, dan sebagainya. Oleh sebab itu, ilmu kesehatan
masyarakat- merupakan ilmu yang multidisiplin.

Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan


masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama ilmu kesehatan
masyarakat ini, antara lain:

a.             Epidemiologi.

b.            Biostatistik/statistik kesehatan.

c.             Kesehatan lingkungan.

d.            Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku

e.             Administrasi kesehatan masyarakat.

f.             Gizi masyarakat.

g.            Kesehatan kerja.

Masalah kesehatan masyarakat adalah multi kausal maka


pemecahannya harus secara multidisiplin. Secara garis besar, upaya-
upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau penerapan ilmu
kesehatan masyarakat antara lain:
a. Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular.

b. Perbaikan sanitasi lingkungan.

c. Perbaikan lingkungan pemukiman.

d. Pemberantasan vektor.

e. Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat.

f. Pelayanan kesehatan ibu dan anak.

g. Pembinaan gizi masyarakat.

h. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum.

i. Pengawasan obat dan minuman.

j. Pembinaan peran serta masyarakat, dan sebagainya.


BAB 2
EPIDEMIOLOGI

A.   Pengertian dan Peranan Epidemiologi


Pada mulanya epidemiologi diartikan sebagai studi tentang
epidemi. Hal ini berarti epidemiologi hanya mempelajari penyakit-
penyakit menular saja, tetapi dalam perkembangan selanjutnya
epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non-infeksi, sehingga
epidemiologi dapat diartikan sebagai studi tentang penyebaran penyakit
pada manusia di dalam konteks lingkungannya. Mencakup juga studi
tentang pola-pola penyakit serta pencarian determinan-determinan
penyakit tersebut. Dapat disimpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu
yang mempelajari penyakit tersebut.

Dalam batasan epidemiologi ini sekurang-kurangnya mencakup 3


elemen, yakni:

a.             Mencakup semua penyakit

Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit


infeksi maupun non-infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan
gizi (malnutrition), kecelaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja;
sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara maju
epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.
b.            Populasi

Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran‐


gambaran penyakit individu, maka epidemiologi ini memusatkan
perhatiannya pada distribusi penyakit pada populasi (masyarakat)
atau kelompok.

c.             Pendekatan ekologi

Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang


pada kesehatan lingkungan manusia baik lingkungan fisik, biologis,
maupun sosial. Hal inilah yang dimaksud pendekatan ekologis.
Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total
lingkungannya.

1.            Penyebaran Penyakit


Di dalam epidemiologi biasanya timbul pertanyaan yang   perlu
direnungkan, yakni:

1) Siapa (who). Siapakah yang menjadi sasaran penyebaran penyakit


itu atau orang yang terkena penyakit.

2) Di mana (where). Di mana penyebaran atau terjadinya penyakit.

3) Kapan (when). Kapan penyebaran atau terjadinya penyakit tersebut.

Dengan kata lain terjadinya atau penyebaran suatu penyakit


ditentukan oleh 3 faktor utama, yakni: orang, tempest dan waktu.

2. Kegunaan

Peranan epidemiologi, khususnya dalam konteks program


kesehatan dan keluarga berencana adalah sebagai tool (alat) dan
sebagai metode atau pendekatan. Epidemiologi sebagai alat diartikan
bahwa dalam melihat suatu masalah KB-Kes selalu mempertanyan
siapa yang terkena masalah, di mana dan bagaimana penyebaran
masalah, serta kapan penyebaran masalah tersebut terjadi?

Demikian pula pendekatan pemecahan masalah tersebut selalu


dikaitkan dengan masalah, di mana atau dalam lingkungan bagaimana
penyebaran masalah serta bilamana masalah tersebut terjadi.
Kegunaan lain dari epidemiologi khususnya dalam program kesehatan
adalah dapat digunakan dalam perhitungan-perhitungan: prevalensi,
kasus baru, case fatality rate, dan sebagainya.
B.   Metode-metode Epidemiologi
Di dalam epidemiologi terdapat 2 tipe pokok pendekatan atom
metode, yakni:

1.            Epidemiologi Deskritif (Descriptive Epidemiology)

Di dalam epidemiologi deskriptif dipelajari bagaimana frekuensi


penyakit berubah menurut perubahan variable-variable epidemiologi
yang terdiri dari orang (person), tempat (place), dan waktu (time).

Orang (Person)
Di sini akan dibicarakan peranan umur, jenis kelamin, kolas sosial,
pekerjaan, golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga,
struktur keluarga, dan paritas.

(1)         Umur

Umur adalah variable yang selalu diperhatikan di dalam


penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan
maupun kematian di dalam hampir semua keadaan menunjukkan
hubungan dengan umur.

(2)         Jenis kelamin

Angka-angka dari luar negeri menunjukkan bahwa angka


kesakitan lebih tinggi di kalangan wanita sedangkan angka
kematian lebih tinggi di kalangan pria pada semua golongan umur.
Untuk Indonesia masih perlu dipelajari lebih lanjut. Perbedaan
angka kematian ini, dapat disebabkan oleh faktor-faktor intrinsik.

(3)         Kelas sosial

Kelas sosial adalah variabel yang sering dilihat hubungannya


dengan angka kesakitan atau kematian, variabel ini
menggambarkan tingkat kehidupan seseorang. Kelas sosial ini
ditentukan oleh unsur-unsur, seperti pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, dan banyak contoh ditentukan pula tempat tinggal.
Karena hal-hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan
termasuk pemeliharaan kesehatan maka tidaklah mengherankan
apabila kita melihat perbedaan-perbedaan dalam angka kesakitan
atau kematian antara berbagai kelas sosial.

(4)         Jenis pekerjaan


Jenis pekerjaan dapat berperan di dalam timbulnya penyakit
melalui beberapa jalan, yakni:

a. adanya faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat


menimbulkan kesakitan seperti bahan-bahan kimia, gas
beracun, radiasi, benda-benda fisik yang dapat
menimbulkan kecelakaan, dan sebagainya.

b. situasi pekerjaan yang penuh dengan stres (yang telah


dikenal sebagai faktor yang berperan pada timbulnya
hipertensi, dan ulcus lambung).

c. ada tidaknya ‘gerak badan' di dalam pekerjaan; di Amerika


Serikat ditunjukkan bahwa penyakit jantung koroner sering
ditemukan di kalangan mereka yang mempunyai pekerjaan
di mana kurang adanya gerak badan.

d. karena berkerumum, dalam satu tempat yang relatif sempit


maka dapat terjadi proses penalaran penyakit antara para
pekerja.

e. penyakit, karena cacing tambang telah lama diketahui


'terkait pengan pekerjaan di tambang.

Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola


kesakitan banyak dikerjakan Indonesia terutama pola penyakit
kronis, misalnya penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan kanker.

(5) Penghasilan

Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat


penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun
pencegahan. Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan
kesehatan yang ada mungkin oleh karena tidak mempunyai cukup
uang untuk membeli obat, membayar transpor, dan sebagainya.

(6) Golongan etnik

Berbagai golongan etnik dapat berbeda di dalam kebiasaan


makan, susunan genetika, gaya hidup, dan sebagainya yang dapat
mengakibatkan perbedaan di dalam angka kesakitan atau
kematian.

(7) Status perkawinan

Dari penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat hubungan


antara angka kesakitan maupun kematian dengan status kawin
tidak kawin, cerai, dan jada; angka kematian karena penyakit-
penyakit tertentu maupun kematian karena semua sebab makin
meninggi dalam urutan tertentu.

(8) Besarnya keluarga

Di dalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat


menderita karena penghasilan keluarga harus digunakan oleh
banyak orang.

(9) Struktur keluarga

Struktur keluarga dapat mempunyai pengaruh terhadap


kesakitan (penyakit menular dan gangguan gizi) dan pemanfaatan
pelayanan kesehatan. Suatu keluarga besar karena besarnya
tanggungan secara relatif mungkin harus tinggal berdesak-
desakan di dalam rumah yang luasnya terbatas hingga
memudahkan penularan penyakit menular di kalangan anggota-
anggotanya karena persediaan harus digunakan untuk anggota
keluarga yang besar maka mungkin pula tidak dapat membeli
cukup makanan yang bernilai gizi cukup atau tidak dapat
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia; dan sebagainya.
(10)     Paritas

Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam


hubungan kesehatan si ibu maupun si anak. Dikatakan
umpamanya terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang
berparitas rendah lebih baik dari yang berparitas tinggi, terdapat
asosiasi antara tingkat paritas dan penyakit penyakit tertentu,
seperti asma bronchiole, ulkus peptikum, pilorik, stenosis, dan
seterusnya. Tetapi kesemuanya masih memerlukan penelitian lebih
lanjut.

Tempat (Place)
Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit
berguna untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat
memberikan penjelasan mengenai etiologi penyakit.

Pentingnya peranan tempat di dalam mempelajari etiologi suatu


penyakit menular dapat digambarkan dengan jelas pada penyelidikan
suatu wabah, yang akan diuraikan nanti.

Migrasi antardesa tentunya dapat pula membawa akibat terhadap


pola dan penyebaran penyakit menular di desa-desa yang bersangkutan
maupun desa-desa di sekitarnya.

Peranan migrasi atau mobilitas geografis di dalam mengubah pola


penyakit di berbagai daerah menjadi lebih penting dengan makin
lancarnya perhubungan darat, udara, dal laut. Lihatlah umpamanya
penyakit demam berdarah.

Walaupun telah diadakan standardisasi berdasarkan umur dan


jenis kelamin, memperbandingkan pola penyakit antardaerah di
Indonesia dengan menggunakan data yang berasal dari fasilitas-
fasilitas kesehatan, harus dilaksanakan dengan hati-hati, sebab data
tersebut belum tentu representatifdan baik kualitasnya.

Waktu (Time)
Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan
kebutuhan dasar di dalam analisis epidemiologis. Oleh karena itu,
perubahan-perubahan penyakit menurut waktu menunjukkan adanya
perubahan faktor-faktor etiologis. Melihat panjangnya waktu di mana
terjadi perubahan angka kesakitan maka dibedakan (1) fluktuasi jangka
pendek, di mana perubahan angka kesakitan berlangsung beberapa jam,
hari, minggu, dan bulan. (2) perubahan-perubahan secara siklus di mana
perubahan-perubahan angka kesakitan terjadi secara berulangulang
dengan antara beberapa hari, beberapa bulan (musiman), tahunan,
beberapa tahun, dan (3) perubahan-perubahan angka kesakitan yang
berlangsung dalam periode waktu yang panjang, bertahun-tahun atau
puluhan tahun, yang disebut 'secular trends.

Fluktuasi jangka pendek

Pola perubahan kesakitan ini terlihat pada epidemi umpamanya


epidemi keracunan makanan (beberapa jam), epidemi influenza
(beberapa hari atau minggu), epidemi cacar (beberapa bulan).

Fluktuasi jangka pendek atau epidemi ini memberikan petunjuk bahwa:

1) penderit terserang penyakit yang sama dalam waktu bersamaan


atau hampir bersamaan waktu inkkubasi rata-rata pendek.

2) Perubahan perubahan secara siklus

Perubahan-perubahan secara siklus


Perubahan secara siklus ini didapatkan pada keadaan di mana
timbulnya dan memuncaknya angka-angka kesakitan atau kematian
terjadi berulang-ulang tiap beberapa bulan, tiap tahun, atau tiap
beberapa tahun. Peristiwa semacam irii dapat terjadi baik pada penyakit
infeksi maupun -pada penyakit bukan infeksi.

Timbulnya atau memuncaknya angka kesakitan atau kematian


suatu penyakit yang ditularkan melalui vektor secara siklus ini adalah
berhubungan dengan (1) ada tidaknya keadaan yang memungkinkan
transmisi penyakit oleh vektor yang bersangkutan, yakni apakah
termperatur dan kelembaban memungkinkan transmisi, (2) adanya
tempat perkembangbiakan alami dari vektor sedemikian banyak untuk
menjamin adanya kepadatan vektor yang perlu dalam transmisi. (3)
selalu adanya kerentanan dan atau (4) adanya kegiatan-kegiatan
berkala dari orang-orang yang rentan yang menyebabkan mereka
terserang oleh 'vektor bornedisease' tertentu. (5) tetapnya kemampuan
agen infektif untuk menimbulkan penyakit. (6) adanya faktor-faktor lain
yang belum diketahui. Hilangnya atau berubahnya siklus berarti adanya
perubahan dart salah satu atau lebih hal-hal tersebut.
Sebagai salah satu sebab yang disebutkan ialah berkurangnya
penduduk yang kebal (meningkatnya kerentanan) dengan asumsi faktor-
faktor lain tetap. Banyak penyakit yang belum diketahui etiologinya
menunjukkan variasi angka kesakitan secara bermusim. Tentunya
observasi ini dapat membantu di dalam memulai dicarinya etiologi
penyakit-penyakit tersebut dengan catatan bahwa interpretasinya sulit
karena banyak keadaan yang berperan terhadap timbulnya penyakit
pada perubahan musim, perubahan populasi hewan, perubahan
tumbuh-tumbuhan yang berperan tempat perkembangbiakan.
Perubahan dalam susunan reservoir penyakit, perubahan dalam
berbagai aspek perilaku manusia, seperti yang menyangkut pekerjaan,
makanan, rekreasi dan sebagainya.

Sebab-sebab timbulnya dan memuncaknya beberapa penyakit


karena gangguan gizi secara bermusim belum dapat diterangkan secara
jelas.

Variasi musiman ini telah dihubung-hubungkan dengan perubahan


secara bermusim dari produksi, distribusi dan konsumsi dari bahan-
bahan makanan yang mengandung bahan yang dibutuhkan untuk
pemeliharaan gizi, maupun keadaan kesehatan individu-individu
terutama dalam hubungan dengan penyakit infeksi dan sebagainya.
2.            Epidemiologi Analitik (Analytic Epidemiology)

Pendekatan atau studi ini dipergunakan untuk menguji data dan


informasi-informasi yang diperoleh studi epidemiologi deskriptif.

Ada tiga studi tentang epidemiologi ini, yaitu:

1)           Studi riwayat kasus (case history studies). Dalam studi ini akan
dibandingkan antara dua kelompok orang, yakni kelompok yang
terkena penyakit dengan kelompok orang tidak terkena (kelompok
kontrol).

2)           Studi Kohort (kohort studies). Dalam studi ini sekelompok orang


dipaparkan (exposed) pada suatu penyebab penyakit (agent).
Kemudian, diambil sekelompok orang lain yang mempunyai ciri-ciri
yang sama dengan kelompok pertama, tetapi tidak dipaparkan atau
dikenakan pada penyebab penyakit. Kelompok kedua ini disebut
kelompok kontrol. Setelah beberapa saat yang telah ditentukan
kedua kelompok tersebut dibandingkan, dicari perbedaan antara
kedua kelompok tersebut bermakna atau tidak.

3.            Epidemiologi Eksperimen

Studi ini dilakukan dengan mengadakan eksperimen (percobaan)


kepada kelompok subjek, kemudian dibandingkan dengan kelompok
kontrol (yang tidak dikenakan percobaan).

C.   Pengukuran Epidemiologi


Di dalam uraian terdahulu telah diuraikan bagian dari epidemiologi
yang bertujuan melihat bagaimana penyebaran kesakitan dan kematian
menurut sifat-sifat orang, tempat dan waktu. Di dalam uraian ini akan
diuraikan berbagai ukuran kesakitan dan kematian yang lazim dipakai
dalam survei atau penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Ukuran dasar
yang akan dibicarakan di sini adalah 'rate'.

Dalam hubungan dengan kesakitan akan dibicarakan insidence


rate, prevalence rate (point period prevalence rate), at-lock rate, dan
dalam hubungan dengan kematian akan dibicarakan crude death rate,
disease specific  rate dan adjusted death rate. Sebelum membicarakan
masing-masing tersebut perlu dikemukakan hal-hal sebagai berikut:

1)       Untuk penyusunan rate dibutuhkan tiga elemen, yakni (a) jumlah
orang yang terserang penyakit atau yang meninggal, (b) jumlah
penduduk dari mana penderita berasal (reference population), dan
(c) waktu atau periode di mana orang-orang terserang penyakit.

2) Apabila pembilang terbatas pada umur, seks, atau golongan.


tertentu maka penyebut juga harus terbatas pada umur, seks, atau
golongan yang sama.

3) Bila penyebut terbatas pada mereka yang dapat terserang atau


terjangkit penyakit, maka penyebut tersebut dinamakan populasi
yang mempunyai risiko (population at risk).

D.   Epidemiologi Penyakit-penyakit Menular


1.            Konsep Dasar Terjadinya Penyakit

Suatu penyakit timbul akibat dari beroperasinya berbagai faktor


baik dari agen, induk semang atau lingkungan. Pendapat ini tergambar
di dalam istilah yang dikenal luas dewasa ini, penyebab majemuk
(‘multiple causation of disease') sebagai an dari penyebab tunggal
(‘single causation’). Di dalam usaha ara ahli untuk mengumpulkan
pengetahuan mengenai timbulnya penyakit, mereka telah membuat
model-model $timbulnya penyakit dan atas dasar model-model tersebut
dilakukanlah eksperimen terkendali untuk menguji sampai di mana
kebenaran dari model-model tersebut.

Tiga model yang dikenal dewasa ini ialah (1) segitiga


epidemiologic (the epidemiologic triangle), (2) jaring-jaring sebab akibat
(the web of causation), dan (3) roda (the wheel).
a.            Segitiga Epidemilogi

b.            Jaring-jaring sebab akibat

Menurut model ini perubahan dari salah satu faktor akan


mengubah keseimbangan antara mereka, yang berakibat bertambah
atau berkurangnya penyakit yang bersangkutan.

Menurut model ini, suatu penyakit tidak bergantung pada satu


sebab yang berdiri sendiri melaninkan sebagai akibat dari serangkaian
proses sebab dan akibat'. Dengan demikian  maka timbulnya penyakit
dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong rantai pada berbagai
titik.

c.             Roda

Model roda hanya memerlukan identifikasi dari berbagai


faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit dengan tidak
begitu mementingkan agent. Disini dipentingkan hubungan antara
manusia dengan lingkungan hidupnya. Besarnya peranan dari
masing-masing lingkungan bergantung pada penyakit yang
bersangkutan. Sebagai contoh, peranan lingkungan biologis lebih
besar dari yang lainnya pada penyakit yang penularannya melalui
vektor (vector home disease).
2.            Penyakit menular

Yang dimaksud dengan penyakit menular adalah penyakit yang


dapat ditularkan (berpiundah dari orang yang satu ke orang yang lain,
baik secara langsung maupun melalui perantara). Penyakit menular ini
ditandai dengan adanya (hadirnya) agent atau penyebab penyakit yang
hidup dan dapat berpindah.

Suatu penyakit dapat menular dari orang yang satu kepada yang
lain karena 3 faktor berikut:

a.             Agent (penyebab penyakit)

b.            Host (induk semang)

c.             Route of transmission (jalannya penularan).

Keadaan tersebut dapat dianalogikan seperti perkembangan suatu


tanaman. Agent diumpamakan sebagai biji, host sebagai tanah, dan
route of transmission sebagai iklim

a.      Agent-agent infeksi (Penyebab infeksi)

Makhluk hidup sebagai pemegang peranan penting di dalam


epidemiologi yang merupakan penyebab penyakit dapat
dikelompokkan menjadi:

1)           Golongan virus, misalnya influenza, trachoma, cacar dan


sebagainya.

2)      Golongan riketsia, misalnya: tifus.

3)      Golongan bakteri, misalnya disentri.

4)       Golongan protozoa, misalnya malaria, filaria, schistosoma,


dan sebagainya.

5)       Golongan jamur yakni bermacam-macam panu, kurap, dan


sebagainya.

6)           Golongan cacing, yakni bermacam-macam cacing perut


seperti ascaris (cacing gelang), cacing kremi, cacing pita,
cacing tambang, dan sebagainya.

Agar agent atau penyebab penyakit menular ini tetap hidup


(survive), maka perlu persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

1)      Berkembang baik.


2) Bergerak atau berpindah dari induk semang.

3) Mencapai induk semang baru.

4) Menginfeksi induk semang baru. tersebut.

Kemampuan agent penyakit ini untuk tetap hidup pada lingkungan


manusia adalah suatu faktor penting dalam epidemiologi infeksi. Setiap
bibit penyakit -(penyebab penyakit) mempunyai habitat sendiri-sendiri,
sehingga ia dapat tetap hidup. Dari sini timbul istilah. reservoir, yang
diartikan sebagai berikut 1) Habitat, tempat bibit penyakit tersebut
hidup dan berkembang, 2) Survival, tempat bibit penyakit tersebut
sangat tergantung pada habitat, sehingga dapat tetap hidup.

Reservoir di dalam manusia

Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoir dalam tubuh manusia


antara lain, campak (measles), cacar air (small pox), tifus (typhoid),
meningitis, gonoirhoea, dan sifilis Manusia sebagai reservoir dapat
menjadi kasus yang aktif dan carrier.

Carrier

Carrier adalah orang yang mempunyai bibit penyakit dalam


tubuhnya, tanpa menunjukkan adanya gejala penyakit, tetapi orang
tersebut dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain.
Convalescant Carriers adalah orang masih Mengandung bibit penyakit
setelah sembuh dari suatu penyakit.
Reservoir pada binatang

Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoir pada binatang


umumnya adalah penyakit zoonosis. Zoonosis adalah penyakit pada
binatang vertabrata yang dapat menular pada manusia. Penularan
penyakit-penyakit pada binatang ini melalui berbagai cara, yakni:

1)           Orang makan daging binatang yang menderita penyakit misalnya,


cacing pita.

2)           Melalui gigitan binatang sebagai vektornya, misalnya pes melalui


pinjal tikus, malaria, filariasis, demam berdarah melalui gigitan
nyamuk.

3)           Binatang penderita penyakit langsung menggigit orang, misalnya


rabies.

Benda-benda mati sebagai reservoir

Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoir pada benda-benda


mati pada dasarnya adalah saprofit hidup dalam tanah. Pada umumnya
bibit penyakit ini berkembang biak pada lingkungan yang cocok
untuknya. Oleh karena itu, bila terjadi perubahan temperatur atau
kelembaban dari kondisi di mana ia dapat hidup, maka ia berkembang
biak dan siap infektif. Contoh clostradium tetani penyebab tetanus, C.
otulinum penyebab keracunan makanan, dan sebagainya.

b.      Sumber infeksi dan penyebaran penyakit

Yang dimaksud sumber infeksi adalah semua benda,


termasuk orang atau binatang yang dapat melewatkan
menyebabkan penyakit pada orang. Sumber penyakit ini mencakup
juga reservoir seperti telah dijelaskan sebelumnya.

Macam-macam penularan (mode of transmission) suatu


penyakit bias dengan kontak langsung dengan penderita, melalui
pernapasan, infeksi, penetresi pada kulit dan infeksi melalui
placenta.
c.    Faktor induk semang (host)

Terjadinya suatu penyakit (infeksi) pada seseorang ditentukan


oleh faktor-faktor yang ada pada induk semang itu sendiri. Dengan
kata lain penyakit-penyakit dapat terjadi pada seseorang
tergantung/ditentukan oleh kekebalan/ resistensi orang yang
bersangkutan.

d.   Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular

Untuk pencegahan dan penanggulangan ini ada 3 pendekatan


atau cara yang dapat dilakukan:

a)      Eliminasi reservoir (sumber penyakit)

Eliminasi reservoir manusia sebagai sumber penyebaran


penyakit dapat dilakukan dengan:

(1)    Mengisolasi penderita (pasien), yaitu menempatkan pasien di


tempat yang khusus untuk mengurangi kontak dengan orang
lain.

(2)     Karantina, adalah membatasi ruang gerak penderita dan


menempatkannya bersama-sama penderita lain yang sejenis
pada tempat yang khusus didesain untuk itu. Biasanya dalam
waktu yang lama, misalnya karantina untuk penderita kusta.

b)      Memutus mata rantai penularan

Meningkatkan sanitasi lingkungan dan higiene perorangan


merupakan usaha yang penting untuk memutuskan hubungan atau
mata rantai penularan penyakit menular.

c)      Melindungi orang-orang (kelompok) yang rentan

Bayi dan anak balita merupakan kelompok usia yang rentan


terhadap penyakit menular. Kelompok usia yang rentan ini perlu
perlindungan khusus (specific protection) dengan imunisasi, balk
imunisasi aktif maupun pasif. Obat-obat prophylacsis tertentu juga
dapat mencegah penyakit malaria, meningitis dan disentri
baksilus.

Pada anak usia muda gizi yang kurang akan menyebabkan


kerentanan pada anak tersebut. Oleh sebab itu, meningkatkan gizi anak
merupakan usaha pencegahan penyakit infeksi pada anak.
E. Imunisasi
1. Pengertian

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak


diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit
tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit, tetapi belum
tentu kebal terhadap penyakit yang lain.

2. Macam Kekebabalan

Kekebalan terhadap suatu penyakit menular dapat digolongkan


menjadi 2, yakni‑

a. Kekebalan tidak spesifik (non-spesifik resistance)

Yang dimaksud dengan faktor-faktor non-khusus adalah


pertahanan tubuh pada manusia yang secara alamiah dapat
melindungi badan dari suatu penyakit,- misalnya; kulit, air mata,
cairan-cairan khusus yang ke luar dari perut (usus), adanya reflek-
reflek tertentu misalnya batuk, bersin dan sebagainya.

b. Kekebalan spesifik (specipic resistance)

Kekebalan spesifik dapat diperoleh dari dua sumber, yakni:

(1) Genetik

Kekebalan yang berasal dari sumber genetik ini biasanya


berhubungan dengan ras (warna kulit) dan kelompok-kelompok
etnis, misalnya orang kulit hitam (Negro) cenderung lebih resisten
terhadap penyakit malaria jenis vivax.
(2)   Kekebalan yang diperoleh (acquaied immunity)

`Kebebalan ini diperoleh dari luar tubuh anak atau orang yang
bersangkutan. Kekebalan dapat bersifat aktif, dan dapat bersifat
pasif. Kekebalan aktif dapat diperoleh setelah orang sembuh dari
penyakit tertentu.

3.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekebalan

Banyak faktor yang mempengaruhi kekebalan, antara lain umur,


seks, kehamilan, gizi, dan trauma.

a.       Umur

Untuk beberapa penyakit tertentu pada bayi (anak balita), dan


orang tua lebih mudah terserang. Sedangkan pada usia sangat muda
atau usia tua lebih rentan, kurang kebal terhadap penyakit-penyakit
menular tentu.

b.      Seks

Untuk penyakit-penyakit menular tententu seperti polio dan


diphteia lebih parah terjadi pada wanita daripada pria.

c.       Kehamilan

wanita yang sedang hamil pada umumnya lebih rentan


terhadap penyakit-penyakit menular tertentu misalnya penyakit polio,
pnemonia, malaria serta amebiosis. Sebaliknya untuk penyakit
typhoid dan meningitis jarang terjadi pada wanita hamil.

d.      Gizi

Gizi yang baik pada umumnya akan meningkatkan resistensi


tubuh terhadap penyakit-penyakit infeksi, sebaliknya kekurangan gizi
berakibat kerentanan seseorang terhadap penyakit infeksi.

e.       Trauma

Stres salah satu bentuk trauma merupakan penyebab


kerentanan seseorang terhadap suatu penyakit infeksi tertentu.

Kekebalan masyarakat (heard immunity)

Kekebalan yang terjadi pada tingkat komuniti disebut ‘heard


immunity'. Apabila heard immunity di masyarakat randah, masyarakat
tersebut akan mudah terjadi wabah, sebaliknya apabila heard immunity
tinggi, maka wabah jarang terjadi pada masyarakat tersebut.
Masa  inkubasi

Masa inkubasi adalah jarak waktu dari mulai terjadinya infeksi di


dalam diri orang sampai dengan munculnya gejalagejala atau tanda-
tanda penyakit pada orang tersebut. Tiap-tiap penyakit infeksi
mempunyai masa inkubasi berbeda-beda, mulai dari beberapa jam
sampai beberapa tahun.

4. Jenis-jenis Imunisasi

Pada dasarnya ada 2 (dua) jenis imunisasi:

a. Imunisasi pasif (pasive immunization)

Imunisasi pasif ini adalah 'inmuno globulin jenis imunisasi ini


dapat mencegah penyakit campak (measles) pada anak‑anak.

b. Imunisasi aktif (active immunization)

lmunisasi yang diberikan pada anak adalah:

· BCG, untuk penyakit TBC.

· DPT, untuk mencegah penyakit-penyakit diptheri, partusis


dan tetanus.

· Polio, untuk mencegah penyakit poliomilitis.

· Campak, untuk mencegah penyakit campak (measles).

lmunisasi pada ibu hamil dan calon pengantin adalah Imunisasi tetanus
toxoid. Imunisasi ini untuk mencegah terjadinya tetanus pada bayi yang
dilahirkan.
5.   Tujuan Program Imunisasi

a.       Tujuan

Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan


dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi- Pada
saat ini penyakit-penyakit tersebut adalah disentri, tetanus, batuk rejan
(pertusis), campak (measles), polio, dan tuberkulosis.

b.      Sasaran

·         Bayi di bawah umur 1 tahun (0 - 11 bulan)

·         Ibu hamil (awal kehamilan - 8 bulan).

·         Wanita usia subur (calon mempelai wanita).

·         Anak sekolah dasar kelas I dan VI.

c.       Pokok-pokok kegiatan

1.      Pencegahan terhadap-bayi (imunisasi lengkap)

2.      Pencegahan terhadap anak sekolah dasar

3.           Pencegahan lengkap terhadap ibu hamil dan PUS/calon


mempelai wanita

4.      Jadwal pemberian imunisasi seperti terlihat pada bagan.

5.       Petunjuk pemberian vaksinasi diphteri, terutama pada anak SD,


seperti yang sudah ditentukan.

6.      Pemantauan

Pemantauan harus dilakukan oleh semua petugas baik pimpinan


program, supevisor dan petugas paksinasi. Tujuan pemantauan untuk
mengetahui:

a.       Sampai di mana keberhasilan kerja kita.

b.      Mengetahui permasalahan yang ada

c.       Hal-hal yang perlu dilakukan untuk memperbaiki program.

d.      Bantuan yang diharapkan oleh petugas tingkat bawah.


Hal-hal yang perlu dipantau (dimonitor)

1)            Coverage dan drop out.

2)            Pengelolaan vaksin dan colk chain.

3)            Pengamatan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Dilihat dari waktu, maka pemantauan dapat dilakukan dalam:


Pemantauan ringan dan Pemantauan Bulanan.

Cara memantau cakupan imunisasi dapat dilakukan melalui


beberapa cara antara lain:

·          Cakupan dari bulan ke bulan dibandingkan dengan garis target,


dapat digambarkan masing-masing bulan atau dengan cara
komulatif.

·         Hasil cakupan per triwulan untuk masing-masing desa.,


BAB 3
STATISTIK KESEHATAN

A.   Pengertian, Tujuan dan Peranan Statistik


Secara umum arti statistik dibedakan menjadi dua bagian besar
yaitu:

Arti sempit:

Merupakan data ringkasan berbentuk angka, misalnya:


Jumlah karyawan BKKBN, jumlah akseptor KB, jumlah peserta KB
aktif di desa/kelurahan, jumlah balita yang ditimbang pada bulan
tertentu, jumlah kelompok penimbangan yang melapor pada bulan
tertentu, jumlah PPKBD/Sub PPKBD, dan lain sebagainya.

Arti luas:

Merupakan ilmu yang mempelajari cara pengumpulan,


pengolahan, penyajian dan analisis data termasuk cara
pengambilan kesimpulan dengan memperhitungkan unsur
ketidakpastian berdasarkan konsep propabilitas.

1.            Konsep statistik

Merupakan suatu pendekatan modern untuk menyajikan mengenai


konsep-konsep dasar dan metode statistik secara lebih jelas dan
langsung dapat membantu seseorang di dalam pengembangan daya
kritik dalam suatu kegiatan pengambilan keputusan dengan
menggunakan cara-cara kuantitatif.

Semua jenis pertanyaan tersebut membutuhkan suatu keputusan


yang baik yang sudah memikirkan mengenai untung dan ruginya. Di
dalam sebagian besar kasus-kasus pekerjaan yang kita alami sehari-
hari, benefit dan cost adalah faktor utama yang poling diasosiasikan
dengan pengambilan suatu keputusan: Akan tetapi kenyataan yang kita
hadapi adalah bahwa suatu keputusan harus dibuat, walaupun dasar di
dalam mengambil keputusan tersebut adalah sangat lemah, hal ini oleh
karena data-data yang diperlukan juga tidak lengkap.

Oleh karena itu, penggunaan statistik adalah penting sifatnya


dalam rangka membantu memberi bobot dalam mengambil keputusan.
Dengan demikian apakah yang dibutuhkan oleh statistik dalam usaha
untuk membantu mengambil keputusan?

Yang dibutuhkan adalah:

Data statistik atau bilangan yang mewakili suatu perhitungan atau


pengukuran suatu objek. Dengan demikian, melalui teori serta
metodologi dari statistik kita dapat membantu dan menentukan
mengenai data yang harus dikompilasikan, bagaimana data tersebut
dikumpulkan, diolah disajikan, dan dianalisis, serta kemudian ditarik
kesimpulan.

Statistik menurut definisi dibagi menjadi dua bagian atau sub-kategori:

(1) Descriptive Statistic

Adalah penggunaan statistik untuk tujuan menggambarkan


sesuatu yang spesifik saja, dan tidak memikirkan mengenai implikasi
atau kesimpulan yang mewakili sesuatu yang besar dan umum. Cara
penyajiannya dapat berbentuk grafik dan tabel-tabel.

(2) Inferencial Statistic

Adalah suatu cara penggambaran suatu kesimpulan dari suatu


set data yang sedang- diteliti dan hasilnya dapat dibuat suatu
generalisasi.

2. Peranan Statistik

Manfaat dan peranan statistik adalah membantu pars pengelola


dan pelaksana program KB-Kes khususnya dalam mengambil
keputusan yang selanjutnya dipakai dasar perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi berbagai kegiatan yang dilakukan.
Statistik sebagai bahan perencanaan

Statistik seperti telah dijelaskan pada butir terdahulu adalah


pengetahuan yang berhubungan dengan pengumpulan data,
pengolahan penganalisisan, penyajian dan penarikan kesimpulan serta
pembuatan keputusan berdasarkan data dan kegiatan analisis yang
dilakukan. Dengan kata lain, setiap data yang dibutuhkan adalah data
yang dapat dipercaya dan tepat waktu. Melalui data yang dapat
dipercaya dan tepat waktu diharapkan seluruh kegiatan pengolahan
data akan menghasilkan informasi untuk mengambil suatu keputusan
yang tepat. Kemungkinan-kemungkinan penyimpangan yang telah
dicoba untuk dieliminasi sekecil mungkin melalui berbagai metode yang
dikembangkan dalam statistik, akan sagat membantu dalam setiap
kegiatan perencanaan program.

Statistik sebagai bahan monitoring

Seperti telah tersebut dalam anti sempit bahwa statistik adalah


data ringkasan berbentuk angka, maka hal ini sangat membantu di
dalam suatu kegiatan monitoring. Oleh karena secara umum yang
dilakukan dalam kegiatan monitoring adalah memonitor seluruh
kekuatan dan kelemahan program yang menyangkut berbagai variabel
yang berbentuk data ringkasan.

Statistik sebagai bahan evaluasi

Dengan mengetahui berbagai data yang dapat dipercaya maka


selanjutnya kita dapat menganalisis dan memutuskan yang baik dan
yang buruk. Selain itu melalui berbagai data yang ada kita dapat
membandingkan dan selanjutnya membuat suatu generalisasi dari
sampel yang kecil kepada populasi.

B.   Statistik Kesehatan


Statistik kesehatan adalah suatu cabang dari statistik yang
berurusan dengan cara-cara pengumpulan, kompilasi, pengolahan dan
interpretasi fakta-fakta numerik sehubungan dengan sehat dan sakit,
kelahiran, kematian, dan faktor-faktor yang berhubungan dengan itu
pada populasi manusia. Apabila kegiatan pencatatan ini ditunjukan
khusus pada kejadian-kejadian kehidupan manusia tertentu, yakni:
kelahiran, kematian, perkawinan, dan perceraian, disebut statistik vital
(vital statistics), atau sering juga disebut statistik kehidupan (bio
statistic).

Statistik kesehatan mencakup juga statistik kehidupan, dan data


.lain yang berkaitan dengan kehidupan itu

C.   Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan data statistik dapat dilakukan dengan cara manual
atau dengan bantuan perangkat lunak (software) komputer. Pengolahan
data secara manual dewasa ini sudah jarang dilakukan. Namun, untuk
data yang berskala kecil dan dengan kelangkaan prasarana komputer
dan kemampuan (keterampilan) sumber daya manusia, pengolahan
secara manual masih digunakan (dilakukan).

D.   Penyajian Data


Cara penyajian data Pada umumnya dikelompokkan menjadi tiga,
yakni:

1.      Penyajian dalam Bentuk Tekstular

Penyajian secara tesktular adalah penyajian data hasil penelitian


dalam bentuk kalimat. Misalnya: penyebaran penyakit malaria di daerah
pedesaan pantai lebih tinggi bila dibandingkan dengan penduduk
pedesaan pedalaman. Penyajian data dalam bentuk tabel adalah suatu
penyajian yang sistematik dari data numerik, yang tersusun dalam
kolom atau jajaran. Sedangkan penyajian dalam bentuk grafik adalah
suatu penyajian data secara visual. Penyajian hasil penelitian kuantitatif
yang sering menggunakan bentul tabel atau grafik, oleh sebab itu yang
akan diuraikan lebih lanjut dalam bab ini adalah kedua bentuk penyajian
tersebut.

2.      Penyajian dalam-Bentuk Tabel

Berdasarkan penggunaannya, tabel dalam statistik dibedakan


menjadi dua, yakni tabel umum (master table) dan tabel khusus. Tabel
umum dipergunakan untuk tujuan umum, dan tabel khusus untuk tujuan
khusus.

a.       Tabel Umum

Yang dimaksud tabel umum di sini adalah suatu tabel yang


berisi seluruh data atau variabel hasil penelitian.

b.      Tabel Khusus


Tabel khusus merupakan penjabaran atau bagian dari tabel
umum. Ciri utama dari tabel khusus ialah angka-angka dapat
dibulatkan, dan hanya berisi beberapa variabel saja. Gunanya tabel
khusus ini antara lain untuk menggambarkan adanya hubungan
atau asosiasi khusus, dan menyajikan data yang terpilih (selective)
dalam bentuk sederhana.

3. Penyajian dalam Bentuk Grafik

Penyajian data secara visual dilakukan melalui bentuk grafik,


gambar, atau diagram.

Ketentuan umum untuk membuat grafik, diagram, atau


gambar data antara lain:

a. Judul grafik, diagram, gambar atau skema harus jelas dan


tepat. Judul terletak di atas tengah gambar atau grafik, dan
menggambarkan ciri data, tempat dan tahun data tersebut
diperoleh (what, where and when).

b. Garis horizontal maupun garis vertikal sebagai koordinat harus


di atas agar garis kurva tampak jelas.

c. Skala pada grafik atau gambar harus ada catatan tentang


satuan yang dipakai, misalnya tahun, hari, kilogram, celcius, dan
sebagainya.

d. Apabila data dari grafik atau gambar tersebut diambil dari


sumber lain (bukan hasil penelitian sendiri), maka sumber data
harus ditulis di bawah kiri grafik atau gambar tersebut.

E.         Ukuran-ukuran Statistik Kesehatan


Purata (rate) adalah ukuran umum yang sering digunakan dalam
analisis statistik, khususnya statistik kesehatan. Rate adalah suatu
jumlah kejadian dihubungkan dengan populasi yang bersangkutan.

Rate yang dihitung dari total populasi di dalam suatu area sebagai
denominator (penyebut) disebut crude rate atau angka kasar (purata
kasar). Sedangkan rate yang dihitung dari kelompok atau segmen
tertentu disebut specific rate atau angka spesifik (purata spesifik).
BAB 4
MANAJEMAN KESEHATAN MASYARAKAT

A.   Pengertian Manajemen Kesehatan


Dalam kegiatan apa saja, agar kegiatan tersebut dapat mencapai
tujuannya secara efektif diperlukan pengaturan yang baik. Demikian
juga kegiatan dan atau pelayanan kesehatan masyarakat memerlukan
pengaturan yang baik, agar tujuan tiap kegiatan atau program itu
tercapai dengan baik Prosess pengaturan kegiatan ilmiah ini disebut
manajemen, sedangkan proses untuk mengatur kegiatan-kegiatan atau
pelayanan kesehatan masyarakat disebut 'Manajemen Pelayanan
Kesehatan Masyarakat'.

Manajemen adalah suatu kegiatan untuk mengatur orang lain guna


mencapai tujuan atau menyelesaikan pekerjaan. Apabila batasan ini
diterapkan dalam bidang kesehatan masyarakat dapat dikatakan
sebagai berikut. "Manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau
suatu seni untuk mengatur para petugas kesehatan dan non-petugas
kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program
kesehatan."

Dengan kata lain manajemen kesehatan masyarakat adalah


penerapan manajemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan
masyarakat sehingga yang menjadi objek atau sasaran manajemen
adalah sistem pelayanan kesehatan masyarakat. Sistem adalah suatu
kesatuan yang utuh, terpadu yang terdiri dari berbagai elemen (sub-
sistem) yang saling berhubungan dalam suatu proses atau struktur
dalam upaya menghasilkan sesuatu atau mencapai suatu tujuan
tertentu. Oleh sebab itu, kalau berbicara sistem pelayanan kesehatan
adalah struktur atau gabungan dari sub-sistem dalam suatu unit atau'
dalam suatu proses untuk mengupayakan pelayanan kesehatan
masyarakat baik preventif kuratif, promotif maupun rehabilitatif.
Sehingga sistem pelayanan kesehatan ini dapat berbentuk Puskesmas,
Rumah Sakit, Balkesmas, dan unit-unit atau organisasi-organisasi lain
yang mengupayakan peningkatan kesehatan.

fungsi-fungsi manajemen itu pada garisnya terdiri dari:

a.             Perencanaan (Planning)


b. Pengorganisasian (Organizing)

c. Penyusunan personalia (Staffing)

d. Pengkoordinasian (Coordinating)

e. Penyusunan anggaran (Budgeting)

B. Perencanaan Kesehatan
Perencanaan adalah suatu kegiatan atau proses penganalisisan
dan pemahaman sistem, penyusunan konsep dan kegiatan yang akan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan demi masa depan yang
baik. Dari batasan ini dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan antara lain:

a. Perencanaan harus didasarkan kepada analisis dan pemahaman


sistem dengan baik.

b. Perencanaan pada hakikatnya menyusun konsep dan kegiatan yang


akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan misi organisasi.

c. Perencanaan secara implisit mengemban misi organisasi untuk


mencapai hari depan yang lebih baik.

Secara sederhana dan awam dapat dikatakan bahwa perencanaan


adalah suatu proses yang menghasilkan suatu uraian yang terinci dan
lengkap tentang suatu program atau kegiatan yang akan dilaksanakan.
Oleh sebab itu, hasil proses perencanaan adalah `Rencana' (plan).
Perencaan atau rencana itu sendiri banyak macamnya, antara lain:

a) Dilihat dari jangka waktu berlakunya rencana

1) Rencana jangka pendek (Long term planning), yang berlaku


antara 10-25 tahun.

2) Rencana jangka menengah (Medium range planning), yang


berlaku antara 5-7 tahun.

3) Rencana jangka pendek (Short range planning), umumnya


berlaku hanya untuk 1 tahun.

b) Dilihat dari tingkatannya

1) Rencana induk (masterplan), lebih menitikberatkan uraian


kebijakan organisasi. Rencana ini mempunyai tujuan jangka
panjang dan mempunyai ruang lingkup yang luas.

2) Rencana operasional (operational planning), lebih


menitikberatkan pada pedoman atau petunjuk dalam
meIaksanakan suatu program.
3) Rencana harian (Day to day planning) ialah rencana harian yang
bersifat rutin.

c) Ditinjau dari ruang lingkupnya

1) Rencana strategis (strategi planning), berisikan uraian


tentang kebijakan tujuan jangka panjang dan waktu
pelaksanaan yang lama. Model rencan.a ini sulit untuk
diubah.

2) Rencana taktis (tactical planning) salah rencana yang berisi


uraian yang bersifat jangka pendek, mudah menyesuaikan
kegiatan-kegiatannya, asalkan tujuan tidak berubah.

3) Rencana menyeluruh (comprehensive planning), ialah


rencana yang mengandung uraian secara menyeluruh dan
lengkap.

4) Rencana terintegrasi (integrated planning), ialah rencana


yang mengandung uraian yang menyeluruh bersifat terpadu,
misalnya dengan program lain di luar kesehatan.

Meskipun ada berbagai jenis perencanaan berdasarkan aspek-


aspek tersebut di atas, namun praktiknya sulit untuk dipisah-pisahkan
seperti pembagian tersebut.
1.            Proses Perencanaan

Perencanaan dalam suatu organisasi adalah suatu proses, dimulai


dari identifikasi masalah, penentuan prioritas masalah, perencanaan
pemecahan masalah, implementasi (pelaksanaan pemecahan masalah)
dan evaluasi. Dari hasil evaluasi tersebut akan muncul masalah-
masalah baru, kemudian dari masalah-masalah tersebut dipilih prioritas
masalah, dan selanjutnya kembali ke siklus semula.

Di bidang kesehatan khususnya, proses perencanaan ini pada


umumnya menggunakan pendekatan pemecahan masalah (problem
solving), seperti digambarkan di atas. Secara terinci langkah-langkah
perencanaan kesehatan adalah sebagai berikut :

a.      Indentifikasi Masalah

Perencanaan pada hakikatnya adalah suatu bentuk rancangan


pemecahan masalah. Oleh sebab itu, langkah awal dalam
perencanaan kesehatan adalah mengidentifikasi masalah-masalah
kesehatan masyarakat di lingkungan unit organisasi yang
bersangkutan.

b.      Menetapkan Prioritas Masalah

Kegiatan identifikasi masalah menghasilkan segudang masalah


kesehatan yang menunggu untuk ditangani. Oleh karena
keterbatasan sumber daya baik biaya, tenaga, dan teknologi, maka
tidak semua masalah tersebut dapat dipecahkan sekaligus
(direncanakan pemecahannya). Untuk itu maka harus dipilih
masalah yang mana yang 'fleksible' untuk dipecahkan. Proses
memilih masalah ini disebut memilih atau menetapkan prioritas
masalah. Pemilihan prioritas dapat dilakukan melalui 2 cara, yakni‑.

c.       Menetapkan Tujuan

Menetapkan tujuan perencanaan pada dasarnya adalah


membuat ketetapan-ketetapan tertentu yang ingin dicapai oleh
perencanaan tersebut. Penetapan tujuan yang baik apabila
dirumuskan secara konkret dan dapat diukur. Pada umumnya dibagi
dalam tujuan umum dan tujuan khusus.

a)      Tujuan Umum

Adalah suatu tujuan masih bersifat umum, dan masih dapat


dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan khusus, dan pada umumnya
masih abstrak.

Contoh:

Meningkatkan status gizi anak balita di Kecamatan Cibadak.

b) Tujuan Khusus

Adalah tujuan-tujuan yang dijabarkan dari tujuan umum.


Tujuan khusus merupakan jembatan untuk tujuan umum, artinya
tujuan umum yang ditetapkan akan tercapai, apabila tujuan-tujuan
khususnya tercapai. Contoh: Apabila tujuan umum seperti contoh
tersebut di atas dijabarkan ke dalam tujuan khusus menjadi
sebagai berikut:

· Meningkatnya perilaku ibu dalam memberikan makanan


bergizi kepada anak balita.

· Meningkatnya jumlah anak balita yang ditimbang di


Posyandu.

· Meningkatnya jumlah anak yang berat badannya naik dan


sebagainya.

d. Menetapkan Rencana Kegiatan

Rencana kegiatan adalah uraian tentang kegiatan-kegiatan


yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan. Pada umumnya kegiatan mencakup 3 tahap pokok,
yakni:

· Kegiatan pada tahap persiapan, yakni kegiatan-kegiatan yang


dilakukan sebelum kegiatan pokok dilaksanakan, misalnya: rapat-
rapat koordinasi, perizinan dan sebagainya.

· Kegiatan pada tahap pelaksanaan yakni kegiatan pokok program


yang bersangkutan.

· Kegiatan pada tahap penilaian yakni kegiatan untuk  


mengevaluasi seluruh kegiatan dalam rangka pencapaian
program tersebut.

e. Menetapkan Sasaran (Target Group)

Sasaran (target group) adalah kelompok masyarakat tertentu


yang akan digarap oleh program yang direncanakan   tersebut.
Sasaran program kesehatan biasanya dibagi dua, yakni:

(a) Sasaran langsung, yaitu kelompok yang langsung dikenal oleh


program. Misalnya kalau tujuan umumnya: meningkatkan status
gizi anak balita seperti tersebut di atas, maka sasaran langsungnya
adalah anak balita.

(b) Sasaran tidak langsung, adalah kelompok yang menjadi sasaran


antara program tersebut, namun berpengaruh sekali terhadap
sasaran langsung.

Misalnya, seperti contoh di atas, anak balita sebagai sasaran


langsung sedangkan ibu anak balita sebagai sasaran tidak langsung.
Ibu anak balita, khususnya perilaku ibu dalam memberikan makanan
bergizi kepada anak sangat menentukan status gizi anak balita
tersebut.

f. Waktu

Waktu yang ditetapkan dalam perencanaan adalah sangat


tergantung dengan jenis perencanaan yang dibuat serta kegiatan-
kegiatan yang ditetapkan dalam rangka mencapai tujuan. Oleh
sebab itu, waktu dan kegiatan sebenarnya dapat dijadikan satu, dan
disajikan di dalam bentuk matriks, yang disebut 'Gant Chart'.

g. Organisasi dan Staf

Dalam bagian ini digambarkan atau diuraikan organiHasi dan


sekaligus staf atau personel yang akan melaksanak a ti kegiatan-
kegiatan atau program tersebut. Di samping itu juga diuraikan tugas
(jobdescription) masing-masing pelaksana tersebut. Hal ini penting
karena masing-masing orang yang terlibat dalam program tersebut
mengetahui dan melaksanakan kewajiban.
h.   Rencana Anggaran

Adalah uraian tentang biaya-biaya yang diperlukan untuk


pelaksanaan kegiatan, mulai dari persiapan sampai dengan evaluasi.
Biasanya rincian rencana biaya ini dikelompokkan menjadi:

a)      Biaya personalia

b)      Biaya operasional

c)      Biaya sarana dan fasilitas

d)     Biaya penilaian

i.        Rencana Evaluasi.

Rencana evaluasi sering dilupakan oleh para perencana,


padahal hal ini sangat penting. Rencana evaluasi adalah suatu
uraian tentang kegiatan yang akan dilakukan untuk menilai sejauh
mana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tersebut telah tercapai.

C.   Pengorganisasian
Setelah perencanaan telah dilakukan atau telah selesai (menjadi
rencana), maka selanjutnya harus dilakukan pengorganisasian. Yang
dimaksud pengorganisasian adalah mengatur personal atau staf yang
ada dalam institusi tersebut agar semua kegiatan yang telah ditetapkan
dalam rencana tersebut dapat berjalan dengan baik, yang akhirnya
semua tujuan dapat dicapai. Dengan kata lain pengorganisasian adalah
pengkoordinasian kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan suatu
institusi, guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pengorganisasian mencakup beberapa unsur pokok, antara lain:

a.       Hal yang diorganisasikan ada 2 macam, yakni:

1)      Pengorganisasian kegiatan ialah pengaturan berbagai kegiatan


yang ada di dalam rencana sehingga mem bentuk satu
kesatuan yang terpadu untuk mencapai tujuan.

2)           Pengorganisasian tenaga pelaksanaanialah mencakup


pengaturan hak dan wewenang setiap tenaga pelaksana
sehingga semua kegiatan mempunyai penanggung jawabnya.

b.           Proses pengorganisasian ialah langkah-langkah yang harus


dilakukan sedemikian rupa sehingga semua kegiatan dan tenaga
pelaksana dapat berjalan sebaik-baiknya.

c. Hasil pengorganisasian ialah terbentuknya wadah atau sering


disebut 'struktur organisasi' yang merupakan perpaduan antara
kegiatan dan tenaga pelaksana.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian


adalah suatu proses yang menghasilkan (struktur organisasi). Struktur
organisasi adalah visualisasi kegiatan dan pelaksana kegiatan
(personel) dalam suatu institusi. Dilihat dari segi pembagian kegiatan
dan pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang, maka organisasi secara
umum dibedakan atas 3 jenis, yakni:

1. Organisasi Lini (Line Organization)

Dalam jenis organisasi ini, pembagian tugas dan wewenang


terdapat perbedaan yang tegas antara pimpinan dan pelaksanaan.
Peran pemimpin dalam hal ini sangat dominant di mana semua
kekuasaan di tangan pimpinan. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaan
kegiatan yang utama adalah wewenang dan perintah. Memang bentuk
organisasi semacam ini khususnya di dalam institusi-institusi yang kecil
sangat efektif, karena keputusan-keputusan cepat diambil dan
pelaksanaan keputusan juga cepat. Kelemahannya jenis organisasi
semacam ini kurang   manusiawi, lebih-lebih para pelaksana tugas
bawahan hanya dipandang sebagai robot, yang senantiasa, siap
melaksanakan perintah.

2. Organisasi Staf (Staff Organization)

Dalam organisasi ini, tidak begitu tegas garis pemisah antara


pimpinan dan staf pelaksana Peran staf bukan sekadar pelaksana
perintah pimpinan, namun staf berperan sebagai pembantu pimpinan.
Bentuk organisasi ini muncul karena makin kompleksnya masalah-
masalah organisasi sehingga pimpinan sudah tidak dapat lagi
menyelesaikan semuanya dan memerlukan bantuan orang lain
(biasanya para ahli) yang dapat memberikan masukan peinikiran-
pemikiran terhadap masalah-masalah yang dihadapi. Meskipun
organisasi ini lebih baik dari yang perama, karena keputusan-keputusan
dapat lebih baik, namun kadang-kadang keputusan-keputusan tersebut
akan memakan waktu yang lama, karena melalui perdebatan-
perdebatan yang kadang-kadang melelahkan.

3. Organisasi Lini dan Staf

Organisasi ini merupakan gabungan kedua jenis organisasi yang


terdahulu disebutkan (lini dan staf). Dalam organisasi ini staf bukan
sekadar pelaksana tugas, tetapi juga diberikan wewenang untuk
memberikan masukan demi tercapainya tujuan secara baik. Demikian
juga pimpinan tidak sekadar memberi perintah atau nasihat, tetapi juga
bertanggung jawab atas perintah atau nasihat tersebut.

Keuntungan organisasi ini antara lain: keputusan yang diambil oleh


pimpinan lebih baik karena telah dipikirkan oleh sejumlah orang, dan
tanggung jawab pimpinan berkurang karena mendapat dukungan dan
bantuan dari staf.

Dalam kehitupan sehari-hari, apabila unit kerja (departemen,


perusahaan, dan sebagainya) akan melaksanakan suatu rencana tidak
selalu langsung diikuti oleh penyusunan organisasi baru. Struktur
organisasi itu biasanya sudah ada terlebih dahulu dan ini relatif
cenderung permanen, lebih-lebih struktur organisasi departemen. Di
samping itu, unit-unit kerja tersebut dijabarkan ke dalam unit-unit yang
lebih kecil dan masing-masing unit-unit kerja yang lebih kecil ini
mempunyai tugas dan wewenang yang berbeda-beda (Dirjen, Direktorat,
Bidang, Seksi, Devisi-devisi, dan sebagainya). Untuk pelaksanaan
rencana rutin cukup oleh staf yang ada, sehingga tidak perlu menyusun
organisasi baru.

D. Pengawasan dan Pengarahan


Pengawasan dan pengarahan adalah suatu proses untuk
mengukur penampilan kegiatan atau pelaksanaan kegiatan suatu
program yang selanjutnya memberikan pengarahan - pengarahan
sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Agar pengawasan
dapat berjalan dengan baik sekurang-kurangnya 3 hal yang diperhatikan,
yakni:

1. Objek Pengawasan

Yaitu hal-hal yang diawasi dalam pelaksanaan suatu rencana.


Objek pengawasan ini banyak macamnya, tergantung dari program atau
kegiatan yang dilaksanakan. Secara garis besar objek pengawasan
dapat dikelompokkan menjadi 4, yakni:

a) Kuantitas dan kualitas program, yakni barang atau jasa yang


dihasilkan oleh kegiatan atau program tersebut. Untuk program
kesehatan yang diawasi adalah pelayanan yang diberikan oleh unit
kerja tersebut.

b) Biaya program, dengan menggunakan 3 macam standar, yakni


modal yang dipakai, pendapatan yang diperoleh, dan harga
program. Dalam bidang kesehatan yang dijadikan ukuran
pengawasan adalah pembiayaan kegiatan atau pelayanan, hasil
yang diperoleh dari pelayanan dan keuntungan kegiatan atau
pelayanan.

c) Pelaksanaan (implementasi) program, yaitu pengawasan terhadap


waktu pelaksanaan, tempat pelaksanaan dan proses pelaksanaan
apakah sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam perencanaan.

d) Hal-hal yang bersifat khusus, yaitu penga.wasan yang ditujukan


kepada hal-hal khusus yang ditetapkan oleh pimpinan atau
manajer.

2. Metode Pengawasan

Tujuan pokok pengawasan bukanlah mencari kesalahan, namun


yang lebih utama adalah mencari umpan balik (feedback) yang
selanjutnya memberikan pengarahan dan perbaikan-perbaikan apabila
kegiatan tidak berjalan dengan semestinya. Pengawasan dapat
dilakukan dengan berbagai macam-macam, antara lain:

a) Melalui kunjungan langsung atau observasi terhadap objek yang


diawasi.

b) Melalui analisis terhadap laporan-laporan yang masuk.

c) Melalui pengumpulan data atau informasi yang khusus ditujukan


terhadap objek-objek pengawasan.

d) Melalui tugas dan tanggung jawabpara petugas khususnya para


pimpinan. Artinya fungsi pengawasan itu secaraimplisit atau
fungal pejabat (pimpinan) yang diberikan wewenang. Inilah: yang
Hering disebut pengawasan melekat (Waskat).

3. Proses Pengawasan

Pengawasan adalah suatu proses, yang berarti bahwa suatu


pengawasan itu terdiri dari berbagai langkah, yakni:

1) Menyusun rencana pengawasan. Sebelum melakukan pe‐


ngawasan terlebih dahulu harus disusun rencana pengawasan
yang antara lain mencakup: tujuan pengawasan; objek
pengawasan, cara pengawasan, dan sebagainya.

2) Pelaksanaan pengawasan: yaitu melakukan kegiatan pengawasan


sesuai dengan rencana yang telah disusun.

3) Menginterpretasi .dan menganalisis hasil-hasil pengawasan.


Hasil-hasil pengawasan yang antara lain berupa catatan - catatan
dan dokumen-dokumen, foto-foto, hasil-hasil rekaman dan
sebagainya diolah, diinterpretasi dan dinalisis.

4) Menarik kesimpulan dan tindak lanjut. Dari hasil analisis tersebut


kemudian disimpulkan, dan menyusun saran atau rekomendasi
untuk tindak lanjut pengawasan tersebut.

Pengarahan pada hakikatnya adalah keputusan-keputusan


pimpinan yang direncanakan dapat berjalan dengan baik. Dengan
pengarahan (directing) diharapkan:

1. Adanya kesatuan perintah (unity of command), artinya dengan


pengarahan ini akan diperoleh kesamaan bahasa yang hams
dilaksanakan oleh para pelaksana. Sehingga tidak terjadi
kesimpangsiuran yang dapat membingungkan para pelaksana.

2. Adanya hubungan langsung antara pimpinan dengan bawahan,


artinya dengan pengarahan yang berupa petunjuk atau perintah
oleh atasan yang langsung kepada bawahan, tidak akan terjadi mis
komunikasi. Di samping itu pengarahan yang langsung ini dapat
mempercepat hubungan antara atasan dan bawahan.

3. Adanya umpan balik yang langsung: Pimpinan dengan cepat


memperoleh umpan balik terhadap kegiatan yang dilaksanakan.
Selanjutnya umpan balik ini dapat segera digunakan untuk
perbaikan.

E.   Sistem Pelayanan Kesehatan Masyarakat


Sistem adalah gabungan dari elemen-elemen (sub-sistem) di
dalam suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan
organisasi. Di dalam suatu sistem terdapat elemen-elemen atau bagian-
bagian di mana di dalamnya juga membentuk suatu proses di dalam
suatu kesatuan, maka disebut sub-sistem (bagian dari sistem).
Selanjutnya sub-sistem tersebut juga terjadi suatu proses berfungai
sebagai suatu kesatuan sendiri Sebagai bagian dari sub-sistem
tersebut.

Sistem terbentuk dari elemen atau bagian yang saling  


berhubungan dan saling mempengaruhi. Apabila salah satu bagian atau
sub-sistem tidak berjalan dengan baik, maka akan mempengaruhi
bagian yang lain. Secara garis besarnya elemen-elemen dalam sistem
itu adalah sebagai berikut:
a) Masukan (Input):

Adalah sub-elemen-sub-elemen yang diperlukan sebagai


masukan untuk berfungsinya sistem.

b) Proses:

Ialah suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah masukan


sehingga menghasilan sesuatu (keluaran) yang direncanakan.

c) Keluaran (out put), ialah hal yang dihasilkan oleh proses.

d) Dampak (impact), akibat yang dihasilkan oleh keluaran setelah


beberapa waktu lamanya.

e) Umpan balik (feed back), juga merupakan hasil dari proses yang
sekaligus sebagai masukan untuk sistem tersebut.

f) Lingkungan (enviroment), ialah dunia di luar sistem yang


mempengaruhi sistem tersebut.

Contoh: Di dalam pelayanan Puskesmas, yang menjadi input


adalah: dokter, perawat, obat-obatan, fasilitas lain, dan
sebagainya.Prosesnya adalah kegiatan pelayanan Puskesmas tersebut,
out put-nya adalah pasien sembuh/tidak sembuh, jumlah ibu hamil yang
dilayanani dan sebagainya, dampaknya adalah meningkatnya status
kesehatan masyarakat. Sedangkan umpan balik pelayanan Puskesman
antara lain keluhan-keluhan pasien terhadap pelayanan, sedangkan
lingkungan adalah masyarakat dan instansi-instansi di luar Puskesmas
tersebut.

Sistem pelayanan kesehatan mencakup pelayanan kedokteran


(medical services) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public health
services). Dalam buku ini hanya dibahas sistem pelayanan kesehatan
masyarakat saja. Secant umum pelayanan kesehatan masyarakat
merupakan sub-sistem pelayanan kesehatan, yang tujuan utamanya
adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan
kesehatan) dengan sasaran masyarakat. Meskipun demikian, tidak
berarti bahwa pelayanan kesehatan masyarakat tidak melakukan
pelayanan kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan).

F. Sistem Rujukan
Kesehatan atau sehat-sakit adalah suatu yang kontinum dimulai
dari sehat walafiat sampai dengan sakit parah. Kesehatan seseorang
berada dalam bentang tersebut. Secara umum dapat dibagi dalam tiga
tingkat, yakni: sakit. ringan (mild), saling sedang (moderate) dan sakit
parah (severe). Dengan ada 3 gradasi penyakit ini maka menuntut
bentuk pelayanan kesehatan yang berbeda pula. Untuk penyakit
ringantidak memerlukan pelayanan canggih. Namun sebaliknya, untuk
penyakit yang sudah parah tidak cukup hanya dengan pelayanan yang
sederhana saja, melainkan memerlukan pelayanan yang sangat
spesifik.

Hal yang dirujuk bukan hanya pasien saja, tetapi juga masalah-
masalah kesehatan lain, teknologi, sarana, bahan-bahan laboratorium,
dan sebagainya. Di samping itu, rujukan tidak berarti berasal dari
fasilitas yang lebih rendah ke fasilitas yang lebih tinggi, tetapi juga
dapat dilakukan di antara .fasilitas-fasilitas kesehatan yang setingkat.
Secara garis besar rujukan dibedakan menjadi dua, yakni:

a) Rujukan Medik

Rujukan ini berkaitan dengan upaya penyembuhan penyakit


dan pemulihan kesehatan pasien. Di samping itu juga mencakup
rujukan pengetahuan (konsultasi media), dan bahan-bahan
pemeriksaan.

b) Rujukan Kesehatan Masyarakat

Rujukan ini berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit


(preventif) dan peningkatan kesehatan (promosi). Rujukan ini
mencakup rujukan teknologi, sarana dan operasional.

G.  Monitoring dan Evaluasi Program Kesehatan


Monitoring dan evaluasi merupakan bagian yang penting dari
proses manajemen, karena dengan evaluasi akan diperoleh umpan
-balik (feed back) terhadap porgram atau pelaksanaan kegiatan. Tanpa
adanya monitoring dan evaluasi, sulit rasanya untuk mengetahui sejauh
manatujuan yang direncanakan itu telah mencapai tujuan atau belum.
Monitoring adalah kegiatan untuk memantau proses atau jalannya
suatu program atau kegiatan. Sedangkan evaluasi adalah kegiatan
untuk menilai hasil suatu program atau kegiatan.

Evaluasi adalah membandingkan antara hasil yang telah dicapai


oleh suatu program dengan tujuan yang direncanakan. Menurut kamus
istilah manajemen evaluasi ialah suatu proses bersistem dan objektif
menganalisis sifat dan ciri pekerjaan di dalam suatu organisasi atau
pekerjaan.
Dalam kegiatan evaluasi itu mencakup langkah-langkah, yaitu:

a. Menetapkan atau memformulasikan tujuan evaluasi, yakni tentang


apa yang akan dievaluasi terhadap program yang dievaluasi.

b. Menetapkan kriteria yang akan digunakan dalam menentukan


keberhasilan program yang akan dievaluasi.

c. Menetapkan cara atau metode evaluasi yang akan digunakan.

d. Melaksanakan evaluasi, mengolah dan menganalisis data atau


hasil pelaksanaan evaluasi tersebut.

e. Menentukan keberhasilan program yang dievaluasi berdasarkan


kriteria yang telah ditetapkan tersebut, serta memberikan
penjelasan-penjelasannya.

f. Menyusun rekomendasi atau saran-saran tindakan lebih lanjut


terhadap program berikutnya,berdasarkan hasil evaluasi tersebut.

Dilihat dari implikasi hasil evaluasi bagi suatu program, dibedakan


adanya jenis evaluasi, yakni evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi  formatif dilakukan  untuk-men diag nosis suatu program, yang
hasilnya digunakan untuk pengembangan atau perbaikan program.
Biasanya formatif dilakukan pada proses program (program masih
berjalan). Sedangkan evaluasi sumatif adalah suatu evaluasi yang
dilakukan untuk menilai hasil akhir dari suatu program. Biasanya
evaluasi sumatif ini dilakukan pada waktu program telah selesai (akhir
program). Meskipun demikian pada praktik evaluasi program sekaligus
mencakup kedua tujuan tersebut.
Evaluasi suatu program kesehatan masyarakat dilakukan terhadap tiga
hal :
a.             Evaluasi proses ditujukan terhadap pelaksanaan program, yang
menyangkut penggunaan sumber daya, seperti tenaga, dana, dan
fasilitas yang lain.

b.           Evaluasi hasil program ditujukan untuk menilai sejauh mana


program tersebut berhasil, yakni sejauh mana tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan tercapai. Misalnya, meningkatnya cakupan
imunisasi, meningkatnya ibu-ibu hamil yang memeriksakan
kehamilannya, dan sebagainya.

c.             Evaluasi dampak program ditujukan untuk menilai sejauhmana


program ini mempunyak dampak terhadap peningkatan kesehatan
masyarakat. Dampak program-program kesehatan ini tercermin
dari membaiknya atau meningkatnya indikator-indikator kesehatan
masyarakat. Misalnya, menurunnya angka kemati bayi (IMR),
meningkatnya status gizi anak balita, menurunnya angka kematian
ibu, dan sebagainya.

Dalam program kesehatan masyarakat, di samping evaluasi juga


dilakukan monitoring atau pemantauan program. Menitoring dilakukan
sejalan dengan evaluasi, dengan tujuan agar kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dalam rangka mencapai tujuan program tersebut berjalan
sesuai dengan yang direncanakan, baik waktunya maupun jenis
kegiatannya. Dalam monitoring tidak dilakukan penilaian seperti pada
evaluasi, tetapi hanya mengamati dan mencatat. Apabila terjadi
ketidaksesuaian antara kegiatan dengan yang direncanakan dilakukan
koreksi.
BAB 5
PENDIDIKAN DAN PERILAKU KESEHATAN

A.   Prinsip - prinsip Pendidikan Kesehatan


Pendidikan kesehatan itu penting untuk menunjang program-
program kesehatan yang lain. Akan tetapi program-program pelayanan
kesehatan kurang melibatkan pendidikan kesehatan. Pendidikan
kesehatan itu tidak segera membawa manfaat bagi masyarakat dan
yang mudah dilihat atau diukur, karena pendidikan merupakan
behavioral investmen jangka panjang.

Pengetahuankesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai


hasil jangka menengah dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku
kesehatan akan berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan
masyarakat sebagai keluaran pendidikan kesehatan.

1.            Peran Pendidikan Kesehatan

Lingkungan yang mempunyai andil yang paling besar terhadap


kesehatan. Kemudian berturut disusul oleh perilaku pelayanan
kesehatan. Peranan pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi
faktor perilaku sehingga perilaku individu, kelompok atau masyarakat
sesuai dengan nilai kesehatan. Dengan kata lain, pendidikan kesehatan
adalah suatu usaha untuk menyediakan kondisi psikologis dan sasaran
agar mereka bererilaku sesuai dengan tuntunan nilai-nilai kesehatan.

Persoalan proses adalah mekanisme dan interaksi terjadinya


perubahan kemampuan pada diri subjek belajar. Keluaran adalah hasil
belajar itu sendiri, yaitu berapa kemampuan atau perubahan perilaku
dari subjek perilaku.
B.   Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai
dimensi antara lain dimensi sasaran pendidikan, dimensi tempat
pelaksanaan, dan dimensi tempat pelayanan kesehatan.

Dari dimensi sasarannya dapat, dapatdikelompokkan menjadi 3 yaitu:

1.            Pendidikan kesehatan individual, dengan sasaran individu

2.            Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok

3.                       Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat


luas.

Dimensi tempat pelaksanaannya, pendidikan dapat berlangsung


diberbagai tempat, dengan sendirinya sasarannya berbeda pula.
Dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapat
dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan:

1.            Promosi kesehatan, diperlukan misalnya dalam peningkatan gizi.

2.            Perlindungan khusus, misalnya program imunisasi.

3.            Diagnosis dini dan pengobatan segera

4.            Pembatasan cacat

5.                       Rehabilitasi, untuk memulihkan kecacatan dari suatu penyakit


tertentu.

C.   Sub Bidang Keilmuan Pendidikan Kesehatan


Pendidikan kesehatan sebagai usaha intervensi perilaku diarahkan
pada 3 faktor pokok, yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan
faktor pendorong. Dari perbedaan strategi dan pendekatan tersebut
berakibat dikembangkannya mata ajaran atau sub disiplin ilmu sebagai
bahan daripendidikan kesehatan. Mata ajaran tersebut : Komunikasi,
Dinamika kelompok, Pengembangan dan pengorganisasian masyarakat,
Pengembangan kesehatan masyarakat desa (PKMD), Pemasaran sosial,
Pengembangan organisasi, Pendidikan dan pelatihan, Pengembangan
media, Perencanaan dan evaluasi pendidikan kesehatan, Antropologi
kesehatan, Sosiologi kesehatan dan Psikologi kesehatan.

D.   Metode Pendidikan Perilaku


Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau
usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat,
kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan
tersebut mereka dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan
atau lebih baik dan pengetahuan tersebut dapat berpengaruh terhadap
perilakunya.

1. Metode Pendidikan Individual

Metode pendidikan yang bersifat individual ini digunakan untuk


membina perilaku baru, atau seseorang yang telah mulai tertarik pada
suatu perubahan perilaku atau inovasi.

Bentuk pendekatan metode individual antara lain:

· Bimbingan dan penyuluhan. Dengan cara ini kontak antara klien


dengan petugas lebih intensif

· Wawancara. Cara ini merupakan bagian dari bimbingan dan


penyuluhan.

2.            Metode Pendidikan Kelompok

Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus mengingat


besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada
sasaran.

·               Kelompok Besar.

Yang dimaksud kelompok besar adalah apabila peserta


penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode yang digunakan:

1) Ceramah. Metode ini baik untuk sasaran yang


         

berpendidikan tinggi maupun rendah.

2)       Seminar. Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok


besar denganpendidikan menengah atas.
3)     
·               Kelompok Kecil

Peserta kegiatan kurang dari 15 orang. Metode yang digunakan:

a.             Diskusi Kelompok. Agar semua anggota kelompok dapat


bebas berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para
peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat
berhadap-hadapan.

b. Curah Pendapat. Metode ini merupakan modifikasi


         

metodediskusi kelompok.

c.       Bola Salju.kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan.

d.      Kelompok kecil-kecil.

e.       Role Play (memainkan peranan)

f.       Permainan Simulasi, gambaran antara role play dengan diskusi


kelompok.

3.            Metode Pendidikan Massa

Untuk mengonsumsikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan


kepada masyarakat yang sifatnya massa atau publik, cara yang paling
tepat adalah pendekatan massa. Pesan-pesan kesehatan yang akan
disampaikan harus dirancangsedemikian rupa sehingga dapat
ditangkap oleh massa tersebut.

Contoh metode pendekatan massa :

a)      Ceramah umum

b)      Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media

c)      Simulasi

d)     Sinetron

e)           Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel


maupun dalam bentuk tanya jawab.

f)       Bill board yang dipasang di pinggir-pinggir jalan.

E.         Alat Bantu dan Media Kesehatan


1.            Alat bantu (peraga)
a. Pengertian

Yang dimaksud alat bantu peraga alat-alat yang digunakan oleh


pendidik dalam menyampaikan bahan pendidik atau pengajaran. Alat
peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada
pada setiap manusia itu diterima atau ditangkap oleh panca indera.

b.      Faedah Alat Bantu Pendidikan

1)      Menimbulkan minat sasaran pendidikan

2)      Mencapai sasaran yang lebih banyak

3)      Membantu mengatasi hambatan bahasa, dll.

c.       Macam-macam Alat Bantu Pendidikan

1)      Alat bantu lihat

2)      Alat bantu dengar

3)      Alat bantu lihat-dengar

Ciri-ciri alat peraga kesehatan yang sederhana:

1.                  Mudah dibuat

2.                  Bahan-bahan dapat diperoleh dari bahan-bahan lokal

3.                  Ditulis/digambar dengan sederhana, dll.


d.      Sasaran yang Dicapai Alat Bantu Pendidikan

Menggunakan alat peraga harus didasari pengetahuan tentang


sasaran pendidikan yang akan dicapai alat peraga tersebut.

Tempat memasang alat peraga:

1.            Di dalam keluarga

2.            Di masyarakat

3.            Di instansi-instansi.

Alat peraga tersebut sedapat mungkin dapat dipergunakan oleh:

1.            Petugas-petugas puskesmas

2.            Kader kesehatan

3.            Guru-guru sekolah dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya

4.            Pamong desa.

e.       Merencanakan dan Menggunakan Alat Peraga

Biasanya kita menggunakan alat peraga sebagai pengganti objek-


objek yang nyata sehingga dapat memberikan pengalaman yang tidak
langsung bagi sasaran.

Tujuan yang Hendak Dicapai:

·               Tujuan pendidikan

·               Tujuan penggunaan alat peraga

Persiapan penggunaan alat peraga

Semua alat peraga yang dibuat berguna sebagai alat bantu belajar dan
tetap harus diingat bahwa alat ini dapat berfungsi mengajar dengan
sendirinya.
Cara menggunakan alat peraga

Cara menggunakan alat peraga sangat tergantung pada alatnya. Dan


yang lebih penting bagi alat yang digunakan harus menarik, sehingga
menimbulkan minat para pesertanya.

2. Media Pendidikan Kesehatan

Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu


pendidikan. Alat-alat tersebut merupakan alat saluran (channel) untuk
menyampaikan kesehatan karena alat-alat tersebut digunakan untuk
mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat
atau klien.

a.       Media cetak, yaitu booklet, leaflet, flyer, flip chart, rubrik atau tulisan-
tulisan pada surat kabar atau majalah, poster, foto.

b.      Media elektronik, yaitu televis, radio, video, slide, film.

c.        Media papan, yaitu papan yang dipasang di tempat-tempat umum


dapat diisi dengan pesan-pesan kesehatan.

F.    Perilaku Kesehatan


1.            Konsep perilaku

Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme


tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan
lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan
lingkungan merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk
manusia. Hereditas atau faktor keturunan adalah konsepsi dasar atau
modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk
selanjutnya. Sedangkan lingkungan adalah kondisi atau lahan untuk
perkembangan perilaku. Suatu mekanisme pertemuan antara kedua
faktor dalam rangka terbentunya perilaku tersebut disebut proses
belajar.
Prosedur pembentukan perilaku

1.      Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat


berupa hadiah-hadiah bagi perilaku yang akan dibentuk.

2.           Melakukan analisis ntuk mengidetifikasi komponen-komponen


kecil yang membentuk perilakuyang dikehendaki.

3.           Menggunakan secara urutkomponen-komponen itu sebagai


tujuan-tujuan sementara.

4.       Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan


komponen yang telah tersusun itu.

2.            Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang


terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan.

Perilaku kesehatan itu mencakup:

(1)    Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit. Tingkat


pencegahan penyakit:

·         Perilaku peningkatan pemeliharaan kesehatan

·         Perilaku pencegahan penyakit

·         Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan

·         Perilaku pemulihan kesehatan

(2)   Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan.

(3)   Perilaku terhadap makanan

(4)   Perilaku terhadap lingkungan kesehatan

Perubahan-perubahan perilaku dalam diriseseorang dapat diketahui


melalui persepsi. Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan
melalui panca indera. Belajar adalah suatu perubahan perilakku yang
didasari oleh perilaku terdahulu.

Faktor intern mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi,


motivasi, dan sebagainya yang berfungsi untuk mangolah rangsangan
dari luar. Sedangan faktor ekstern meiputi lingkungan sekitar, baik fisik
maupun non-fisik seperti iklim, manusia, sosial-ekonomi, kebudayaan,
dan sebagainya.
G. Domain Perilaku Kesehatan
Tujuan suatu pendidikan adalah mengembangkan atau
meningkatkan ketiga domain perilaku yang terdiri dari ranah kognitif,
ranah afektif, dan ranah psikomotor. Domain kognitif dalam arti, subjek
tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materiatau objek
diluarnya.

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang


melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Dari
pengalaman dan penilitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan.

2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih


tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap mempunyai 3
komponen penting yaitu kepercayaan, kehidupan emisional, dan
kecenderunga untuk bertindak.

Sikap ini terdiri dari beberapa tingkatan yaitu menerima, merespon,


menghargai, bertanggung jawab.

3. Praktik dan Tindakan

Tingkat-tingkat praktik:

1. Persepsi

2. Respon terpimpin

3. Mekanisme

4. Adaptasi
H.  Perubahan-perubahan Perilaku
Perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan atau
penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan
lainnnya.

1.   Teori Stimulus-Organisme-Respon

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa peyebab terjadinya


perubahan perilaku tergantung pada kualitas rangsang (stimulus) yang
berkomunikasi dengan organisme.

Selanjutnya teori ini mengartikan bahwa perilaku dapat berubah


hanya apabila stimulus yang diberikan benar-benar melebihi dari
stimulus semula.

2.   Teori Festinger (Dissonance Theory)

Teori ini berarti bahwa keadaan kognitif dissonance merupakan


keadaan   ketidak seimbangan psikologis yang yang diliputi oleh
ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali.
Apabila terjadi keseimbangan dalam diri individu, maka berarti sudah
tidak terjadi ketegangan diri lagi, dan keadaan ini disebut
keseimbangan.

3.       Teori Fungsi

Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu


tergantung kepada keutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat
mengakibatkan perubahan perilaku seseorang apabila stimulus tersebut
dapat mengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Katz
berasumsi bahwa:

1.           Perilaku itu memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi


dan memberikan pelayanan terhadap kebutuhan.

2.           Perilaku dapat berfungsi sebagai pertahanan diri dalam


menghadapi lingkungannya.

3.      Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti.

4.           Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dalam diri seseorang


dalam menjawab suatu situasi.

4.       Teori Kurt Lewin

Kurt Lewin berpendapat bahwa perilaku manusia itu adalah suatu


keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong dan
kekuatan-kekuatan penahan. Ada 3 kemungkinan terjadinya perubahan
perilaku dalam diri seseorang yaitu :

a. Kekuatan pendorong meningkat

b. Kekuatan penahan menurun

c. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan pendorong menurun

I. Perubahan Perilaku dan Proses Belajar


Terbentuknya perilaku dapat terjadi karena proses kematangan
dan dari proses interaksi dengan lingkungan. Teori proses belajar:

1. Teori Stimulus dan Transformasi

Perkembangan teori proses belajar yang ada dapat dikelompokkan


kedalam 2 kelompok besar, yaitu stimulus respon yang kurang
memperhitungkan faktor internal dan teori transformasi yang telah
memperhitungkan faktor internal.

Kelompok teori proses belajar yang kedua sudah


memperhitungkan faktor internal antara lain :

a. Teori transformasi yang berlandaskan pada psikologi kognitif


seperti yang dirumuskan oleh Neiser

b. Teori Gestalt yang mendasarkan pada teori belajar pada


psikologi gestalt

2. Teori-teori Belajar Sosial

Untuk melangsungkan kehidupan manusia perlu belajar. Dalam hal


ini ada 2 macam belajar yaitu belajar secara fisik dan psikis. Dalam
belajar psikis ini termasuk juga belajar sosial, dimana seseorang
mempelajari perannya dan peran-peran orang lain dalam kontek sosial.
1        Teori belajar sosial dan tiruan dari Millers dan Dollard

Prinsip belajar ini terdiri dari 4 yaitu dorongan, isyarat, tingkah laku
balas, dan ganjaran. Keempat prinsip ini saling engkait satu sama lain,
yaitu dorongan menjadi isyarat, isyarat menjadi ganjaran, dst.

Dorongan adalah rangsangan yang sangat kuat terhadap manusia


untuk berlaku isyarat adalah rangsangan yang membutuhkan “bila” dan
“dimana” suatu respon akan timbul dan terjadi. Anjaran adalah
rangsangan yang menetapkan apakah tingkh laku balas diulang atau
tidak dalam kesempatan yang lain.

Mekanisme tingkah laku tiruan, yaitu:

a.             Tingkah laku sama

b.            Tingkah laku tergantung

c.             Tingkah laku salinan

2        Teori belajar sosial dari Bandura dan Walter

Teori ini menyatakan bahwa tingkah laku tiruan adalah suatu bentuk
asosiasi dari rangsang dengan rangsang lainnya. Pengaruh tingkah laku
model terhadap tingkah laku peniru:

a.             Efek modeling

b.            Efek menghambat

c.             Efek kemudahan

J.     Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku


1.            Perubahan alamiah

Perilaku manusia selalu berubah, dimana sebagian perubahan itu


disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat
sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau social budaya
dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat didalamnya akan
mengalami perubahan.

2.            Perubahan rencana

Terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh objek.

3.            Kesediaan untuk berubah


Apabila terjadi suatu inovasipembangunan di dalam masyarakat.
Maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat
menerima perubahan tersebut, tetapi sebagian lagi sangat lambat.

Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku oleh WHO


dikelompokkan menjadi 3 yaitu:

1. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan

Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan pada sasaran


sehingga ia mau melakukan seperti yang diharapkan.

2. Pemberian Informasi

Dengan memberikan informasi tentang sesuatu hal maka akan


menimbulkan kesadaran masyarakat untuk melakukan atau
berperilaku sesuai informasi yang diterima.

3. Diskusi dan Partisipasi

Cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua.


BAB 6
KESEHATAN LINGKUNGAN

A.   Pengertian dan Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan


Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau
keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positiv
terhadap terwujudnya status kesehatan lingkungan tersebut antara lain
mencakup perumahan, pembuatan kotoran manusia, penyediaan air
bersih, pembuangan sampah, dll. Adapun yang dimaksud dengan usaha
kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau
mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar menjadi media yang
baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang
hidup didalamnya.

B.   Perumahan (Housing)


Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membangun sebuah rumah

1)            Faktor lingkngan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

2)            Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat

3)            Teknik yang dimiliki oleh masyarakat

4)                       Kebijaksanaan (peraturan) pemerintah yang menyangkut tata


guna tanah.

C.   Penyediaan Air Bersih


Air adalah sangat penting bai kehidupan manusia. Manusia akan
lebih cepat meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan
makanan.

Syarat-syarat air minum yang sehat:

a.       Syarat fisik, yaitu air harus bening, tidak berasa, suhu dibawah
suhu udara diluarnya

b.       Bakteriologis, yaitu harus bebas dari segala bakteri terutama


bakteri patogen

c.        Kimia, yaitu harus mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah


yang tertentu pula
Pengolahan air minum secara sederhana

1. Pengolahan secara alamiah yaitu dalam bentuk penyimpangan

2. Pengolahan air dengan menyaring

3. Pengolahan air dengan menambahkan zat kimia

4. Pengolahan air dengan mengalirkan udara

5. Pengolahan air dengan memanaskan sampai mendidih

D.   Pembuangan Kotoran Manusia


Yang dimaksud dengan kotoran manusia adalah semua benda
atau zat yang sudah tidak dipakai lagi oleh tubuh dan harus dikeluarkan
oleh tubuh.

Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh kotoran manusia yaitu


tifus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing, schistosomiasis, dan
sebagainya. Pembuangan kotoran harus disuatu tempat tertentu atau
jamban yang sehat.

Teknologi pembuangan kotoran manusia secara sederhana

1.            Jamban cemplung, kakus

2.            Jamban cemplung berventilasi

3.            Jamban empang

4.            Jamban pupuk

5.            Septik tank

E.   Pengolahan Sampah


Sampah mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut

1.            Adanya suatu benda atau benda padat

2.                       Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan


manusia

3.            Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi

Pengelolaan Sampah

a.             Pengumpulan dan pengangkutan sampah

Pengumpulan sampah adalah menjadi tanggung jawab dari


masing-masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan
sampah.
b. Pemusnahan dan pengelolaan sampah dengan ditanam, dibakar,
dan dijadikan pupuk.

F.          Pengolahan Air Limbah


Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang
berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat umum lainnya yang
pada umumnya mengandung zat-zat yang dapat membahayakan bagi
kesehatan manusia serta menganggu lingkungan hidup. Sumber-
sumber air limbah:

1.            Air buangan yang bersumber dari rumah tangga

2.            Air buangan industri

3.            Air buangan kotapraja

1)            Karakteristik Air Limbah

a.            Karakteristik fisik.

Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-
bahan padat dan suspensi

b.            Karakteristik kimiawi.

·         Gabungan yang mengandung nitrogen

·         Gabungan yang tidak mengandung nitrogen

c.             Karakteristik bakteriologi.

Kandungan bakteri patogen terdapat juga dalam air limbah.

Gangguan kesehatan akibat air limbah

a.        Menjadi transmisi atau media penyebaran penyakit terutama


tifus, kolera, dll

b.      Menjadi media berkembang biaknya mikro-organisme patogen

c.       Menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk

d.      Menimbulkan bau yang tidak enak

e.       Merupakan sumber pencemaran air permuakaan, tanah

f.       Mengurangi produktifitas manusia.


2) Cara Pengolahan Air Limbah

a. Pengeceran

b. Kolam oksidasi (pemanfaatan sinar matahari)

c. Irigasi
BAB 7
KESEHATAN KERJA
A.   Batasan
Kesehatan kerja adalah aplikasi kesehatan masyarakat dalam
suatu tempat kerja, dan yang menjadi pasien dari kesehatan kerja
adalah masyarakat pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan
tersebut. Dalam kesehatan masyarakat ciri pokoknya adalah upaya
preventif (pencegahan penyakit) dan promotif (peningkatan kesehatan),
maka kedua hal tersebut juga menjadi ciri pokok dalam kesehatan kerja.
Pedoman dalam kesehatan kerja ialah: ‘ penyakit dan kecelakaan
akibat kerja dapat dicegah’, maka upaya pokok kesehatan kerja ialah
pencegahan kecelakaan akibat kerja. Sedangkan upaya promotif
berpedoman bahwa dengan meningkatnya kesehatan pekerja, akan
meningkatkan juga produktivitas kerja.

Meskipun fokus kegiatannya pada preventif dan promotif, tetapi tidak


berarti meninggalkan sama sekali upaya-upaya kuratif. Hal ini berarti
kesehatan kerja dalam suatu perusahaan perlu dilengkapi dengan
pelayanan pemeriksaan dan pengobatan penyakit atau kecelakaan pada
pekerja atau keluarganya. Tujuan akhir dari kesehatan kerja adalah
untuk meningkatkan produktivitas seoptimal mungkin.

Tujuan utama kesehatan kerja adalah sebagai berikut:


a.       Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-
kecelakaan akibat kerja

b.      Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja.

c.             Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan produktivitas tenaga


kerja.

d.      Pemberantasan kelelahan kerja dan meningkatkan kegairahan serta


kenikmatan kerja.

e.             Perlindungan bagi masyarakat sekitar perusahaan agar terhindar


dari bahaya-bahaya pencemaran yang ditimbulkan oleh perusahaan
tersebut.

f.             Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin


ditimbulkan oleh produk-produk perusahaan.
Tujuan akhir dari kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan tenaga
kerja yag sehat dan produktif.

B. Determinan kesehatan kerja


Determinan kesehatan kerja mencakup tiga faktor utama, yakni:

1. Beban kerja

Beban ini dapat berupa beban fisik, beban mental, ataupun beban
sosial sesuai dengan jenis pekerjaan. Tingkat ketepatan penempatan
seseorang pada suatu pekerjaan, di samping didasarkan pada beban
optimum juga dipengaruhi oleh pengalaman, keterampilan, motivasi dan
sebagainya. Kesehatan kerja berusaha mengurangi atau mengatur
beban kerja para karyawan dengan cara merencanakan suatu alat yang
dapat mengurangi beban kerja.

2. Beban tambahan

Beban tambahan adalah berupa kondisi atau lingkungan yang tidak


menguntungkan bagi pelaksanaan pekerjaan. Disebut beban tambahan
karena lingkungan tersebut mengganggu pekerjaan, dan harus diatasi
oleh pekerja yang bersangkutan. Beban tambahan ini dapat
dikelompokkan menjadi 5 faktor, yaitu:

a. Faktor fisik: penerangan yang tidak cukup, suhu udara panas dll.

b. Faktor kimia: bau gas, bau asap, debu dll.

c. Faktor biologi: nyamuk, lalat, kecoa, lumut dll.

d. Faktor fisiologis: peralatan kerja yang tidak sesuai.

e. Faktor sosial-psikologis: adanya klik, gosip, cemburu dll.

Agar faktor-faktor tersebut tidak menjadi beban tambahan kerja, maka


lingkungan kerja harus ditata secara sehat atau lingkungan kerja yang
sehat. Lingkungan kerja yang tidak sehat akan menjadi beban tambahan
bagi pekerja atau karyawan, misalnya:

a. Penerangan atau pencahayaan uang kerja yang tidak cukup dapat


menyebabkan kelelahan mata.

b. Kegaduhan dan bising dapat mengganggu konsentrasi,


mengganggu daya ingat, dan dapat menyebabkan kelelahan
psikologis.

c. Gas, uap, asap, dan debu yang terhirup lewat pernapasan dapat
mempengaruhi berfungsinya berbagai jaringan tubuh, yang akhirnya
menurunkan daya kerja.
d. Binatang, khususnya serangga (nyamuk, kecoa, lalat, dan
sebagainya) disamping mengganggu konsentrasi kerja, juga
merupakan pemindahan (vektor) dan penyebab penyakit.

e. Alat-alat bantu kerja yang tidak ergonomis (tidak sesuai dengan


ukuran tubuh) akan menyebabkan kelelahan dalam bekerja yang
cepat.

f. Hubungan atau iklim kerja yang tidak harmonis dapat menimbulkan


kebosanan, tidak betah kerja dan sebagainya, yang akhirnya
menurunkan produktivitas kerja.

3.            Kemampuan kerja

Kemampuan seseoarang dalam melakukan pekerjaan berbeda


dengan seseorang yang lain, meskipun pendidikan dan pengalamannya
sama, dan bekerja pada suatu pekerjaan atau tugas yang sama.
Perbedaan ini disebabkan karena kapasitas orang tersebut berbeda.
Kapasitas adalah kemampuan yang dibawa dari lahir oleh seseorang
yang terbatas. Artinya kemampuan tersebut dapatberkembang karena
pendidikan atau pengalaman, tetapi sampai pada batas-batas tertentu
saja.

Pekerja yang ketrampilannya rendah akan menambah beban kerja


mereka, sehingga berpengaruh pada kesehatan mereka. Oleh karena
kebugaran, pendidikan, dan pengalaman mempengaruhi tingkat
ketrampilan pekerja maka ketrampilan atau kemampuan pekerja
senantiasa harus ditingkatkan melalui program-program pelatihan,
kebugaran, dan promosi kesehatan.

Peningkatan kemampuan tenaga kerja ini akan berdampak


terhadap peningkatan produktivitas kerja. Program perbaikan gizi
melalui pemberian makanan tambahan bagi pekerja kasar merupakan
faktor yang sangat penting untuk meningkatkan produktivitas kerja.

C.   Faktor Fisik Dalam Kesehatan Kerja


Lingkungan dan kondisi kerja yang tidak sehat merupakan beban
tambahan kerja bagi karyawan atau tenaga kerja. Sebaliknya,
lingkungan yang higienis tidak menjadi beban tambahan juga
meningkatkan gairah dan motivasi kerja. Lingkungan kerja ini dibedakan
menjadi dua, yakni lingkungan fisik dan lingkungan sosial, keduanya
sangat berpengaruh terhadap kesehatan kerja. Lingkungan fisik
mencakup: pencahayaan, kebisingan, dan kegaduhan kondisi bangunan,
dan sebagainya.

D.   Faktor Kesehatan Manusia Dalam Kesehatan Kerja


1.            Ergonomi

Ergonomi bersal dari bahasa Yunani, ergon yang artinya kerja, dan
nomos artinya peraturan atau hukum. Sehingga secara herfiah
ergonomi diartikan sebagai peraturan tentang bagaimana melakukan
kerja, termasuk menggunakan peralatan kerja. Batasan ergonomi
adalah ilmu penyesuaian peralatan dan perlengkapan kerja dengan
kondisi dan kemampuan manusia, sehingga mencapai kesehatan
tenaga kerja dan produktivitas karja yang optimal.
Dua misi pokok ergonomi adalah:

a.             Penyesuaian antara peralatan kerja dengan kondisi tenaga


kerja yang digunakan.

b.      Apabila peralatan kerja dan manusia atau tenaga kerja tersebut
sudah cocok maka kelelahan dapat dicegah dan hasilnya lebih
efisien.

Tujuan ergonomi ialah: mencegah kecelakaan kerja (meningkatkan


produksi kerja). Disamping itu, ergonomi juga dapat mengurangi beban
kerja karena apabila peralatan kerja tidak sesuai dengan kondisi dan
ukuran tubuh pekerja akan menjadi beban tambahan kerja.

Cara mengangkat beban secara ergonomis, dapat dilakukan


menurut prosedur sebagai berikut:

a.       Beban yang akan diangkat harus dipegang tepat dengan semua jari-
jari.

b.           Panggung harus diluruskan, beban harus diambil otot tungkai


keseluruhan.

c.             Kaki diletakkan pada jarak yang tepat, sebelah kaki di belakang


beban sekitar 60 derajat ke sebelah, dan kaki yang satunya
diletakkan di samping beban menuju ke arah beban yang akan di
angkat.

d.      Dagu di tarik ke belakang agar punggung dapat tegak lurus.

e.       Berat badan digunakan untuk mengimbangi berat badan.

f.       Lengan harus dekat dengan badan.

2.            Psikologi Kerja

Pekerjaan apapun akan menimbulkan reaksi psikologis bagi yang


melakukan pekerjaan itu. Reaksi ini dapat bersifat positif, misalnya
senang, bergairah, dan merasa sejahtera, atau reaksi yang bersifat
negatif, misalnya bosan, acuh, tidak serius, dan sebagainya. Seorang
pekerja atau keayawan yang bersikap bosan, acuh, dan tidak bergairah
melakukan pekerjaannya ini banyak faktor yang menyebabkannya,
antara lain tidak cocok dengan pekerjaan ini, tidak tau melakukan
pekerjaan yang baik, kurangnya insentif,lingkungan kerja yang tidak
menyenangkan, dan lain-lainnya.
Cara ergonomis yang sesuai dengan teori psikologis antara lain: (
Silalahi,1985 )

a. Memberikan pengarahan dan pelatihan tentang tugas dan para


pekerja, sebelum melaksanakan tugas barunya.

b. Memberikan uraian tugas tertulis yang jelas kepada pekerja atau


karyawan.

c. Melengkapi karyawan/pekerja dengan peralatan yang tidak


sesuai/cocok dengan ukurannya.

d. Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman.

Aspek lain dari psikologi kerja sering menjadi masalah kesehatan


kerja adalah ‘stres’. Stres terjadi hampir pada semua pekerja baik
tingkat pimpinan maupun pelaksana. Stres dilingkungan kerja memang
tidak dapat dihindarkan yang dapat dilakukan adalah bagaimana
mengelolanya,mengatasi atau mencegah terjadinya/stres tersebut,
sehingga tidak mengganggu kesehatan.

E.   Kecelakaan Kerja


Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh kedua faktor utama
seperti telah diuraikan diatas, yakni faktor fisik dan faktor manusia. Oleh
sebab itu, kecelakaan kerja juga merupakan bagian dari kesehatan
kerja. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak
diharapkan akibat dari kerja. Sumakmur(1989) membuat batasan
bahwa kecelakan kerja adalah suatu kecelakaan yang berkaitan dengan
hubungan kerja atau perusahaan.
BAB 8
GIZI MASYARAKAT

A.   Gizi Dan Fungsinya


Dalam kehidupan manusia sehari – hari, orang tidak terlepas dari
makanan karena makanan adaalah salah satu persyaratan pokok untuk
mausia, disamping udara (oksigen). Empat fungsi pokok makanan bagi
kehidupan manusia adalah untuk :
a.             Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan/ perkembangan
serta mengganti jaringan tubuh yang rusak

b.      Memperoleh energi guna melakukan kegiatan sehari – hari

c.             Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan


air,mineral, dan cairan tubuh yang lain.

d.       Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai


penyakit

Agar makanan dapat berfungsi seperti itu maka maakanan yang


kita makan sehari-hari tidak hanya sekedar makanan. Makanan harus
mengandung zat-zat tertentu sehingga memenuhi fungsi tersebut, dan
zat-zat ini disebut gizi.

Ilmu yang mempelajari atau mengkaji masalah makanan yang


dikaitkan dengan kesehatan ini disebut gizi. Batasan klasik mengatakan
bahwa ilmu gizi ialah ilmu yang mempelajari nasib makanan sejak
ditelan sampai diubah menjadi bagian tubuh dan energi serta
diekresikan sebagai sisa (Achmad Djaeni, 1987). Dalam perkembangan
selanjutnya ilmu gizi mulai dari pengadaan, pemilihan, pengolahan,
sampai dengan penyajian makanan tersebut.

Untuk mencapai kesehatan yang optimal diperlukan makanan


bukan sekedar makanan, tetapi makanan yang mengandung gizi atau
zat-zat gizi. Zat-zat yang diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan
kesehatan ini dikelompokkan menjadi 5 macam, yakni protein, lemak,
karbohidrat, vitamin, dan mineral. Fungsi-fungsi zat makanan itu antara
lain:

a.             Protein, diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh-


tumbuhan(protein nabati), dan makanan dari hewan (protein
hewani). Fungsi protein bagi tubuh antara lain:

· Membangun sel-sel yang rusak

· Membentuk zat-zat pengatur, seperti enzim dan hormon

· Membentuk zat inti energi (1 gram energi kira-kira akan


menghasilkan 4,1 kalori).

b. Lemak berasal dari minyak goreng, daging, margarin, dan


sebagainya. Fungsi pokok lemak bagi tubuh ialah:

· Menghasilkan kalori terbesar dalam tubuh manusia (1 gram


lemak menghasilkan sekitar 9,3 kalori).

· Sebagi pelarut vitamin A, D, E, K.

· Sebagai pelindung terhadap bagian-bagian tubuh tertentu dan


pelindung bagian tubuh pada temperatur rendah.

c. Karbohidrat, berdasarkan gugus penyusun gulanya dapat dibedakan


menjadi monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Fungsi
karbohidrat adalah salah satu pembentuk energi yang paling murah
karena pada umumnyasumber karbohidrat ini berasal dari tumbuh-
tumbuhan(beras jagung, singkong, dan sebagainya) yang merupakan
makanan pokok.

d. Vitamin-vitamin, yang diberikan menjadi dua, yakni vitamin yang


larut dalam air (vitamin A dan B), dan vitamin yang larut dalam lemak
(vitmin A, D, E, dan K).

Fungsi masing-masing vitamin ini antara lain:

· Vitamin A berfungsi bagi pertumbuhan sel-sel epitel dan sebagai


pengatur kepekaan rangsang sinar pada saraf dan mata.

· Vitamin B1 berfungsi untuk metabolisme karbohidrat,


keseimbangan air dalam tubuh, dan membantu penyerapan zat
lemak oleh usus.

· Vitamin B2 berfungsi dalam pemindahan rangsang sinar ke saraf


mata dan enzim berfungsi dalam proses oksidasi dalam sel-sel.

· Vitamin B6 berfungsi dalam pembuatan sel-sel darah dan dalam


proses pertumbuhan serta pekerjaan urat saraf.

· Vitamin C berfungsi sebagai aktivtor macam-macam fermen


perombak protein dan lemak dalam oksidasi dan dehidrasi dalam
sel, penting dalam pembentukan trombosit.
· Vitamin D berfungsi mengatur kadar kapur dan fostor dalam
bersama-bersama kelenjar anak gondok, memperbesar kadar
penyerapan kapur dan fosfor dari usus, dan mempengaruhi kerja
kelenjar endoktrin.

· Vitamin E berfungsi mencegah pendarahan bagi wanita hamil


serta mencegah keguguran dan diperlukan keguguran dan
diperlukan pada sel-sel sedang membelah.

· Vitamin K berfungsi dalam pembentukan protombin yang berarti


penting dalam proses pembekuan darah.

· Mineral, terdiri dari zat kapur (Ca), zat besi (Fe), zat flour (F),
natrium (Na) dan chlor (Cl), kalium (K), dan iodium (I). Secara
umum fungsi mineral adalah sebagai bagian dari zat yang aktif
dalam metabolisme atau sebagai bagian penting dari struktur
dan sel jaringan.

B.   Gizi Klinik Dan Gizi Masyarakat


Dilihat dari segi sifatnya ilmu gizi dibedakan menjadi dua, yakni gizi
kesehatan perorangan yang disebut gizi kesehatan perorangan dan gizi
yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat yang disebut gizi
kesehatan masyarakat (public health nutrition). Kedua sifat keilmuan ini
akhirnya masing-masing berkembang menjadi cabang ilmu sendiri,
yakni cabang ilmu gizi kesehatan perorangan atau disebut gizi klinik
(clinik clinical nutrition) dan cabang ilmu gizi kesehatan masyarakat
atau gizi masyarakat (comunity nutrition).

Penanganan gizi masyarakat tidak cukup dengan upaya terapi


pada penderita saja karena apabila mereka sudah sembuh akan kembali
ke masyarakat. Oleh karena itu, terapi penderita gangguan gizi
masyarakat tidak saja ditunjukkan kepada penderitanya saja, tetapi
seluruh masyarakat tersebut.

Masalah gizi masyarakat bukan menyangkut aspek kesehatan


saja,melainkan aspek-aspek terkait yang lain, seperti ekonomi, sosial-
budaya, pendidikan, kependudukan, dan sebagainya. Oleh sebab itu,
penanganan atau perbaikan gizi sebagai upaya terpai tidak hanya
diarahkan pada gangguan gizi atau kesehatan saja,melainkan juga ke
arah-arah bidang yang lain. Misalnya, penyakit gizi KKP ( Kekurangan
Kalori dan Protein) pada anak-anak balita, tidak cukup dengan hanya
pemberian makanan tambahan saja (PMT), tetapi juga dilakukan
perbaikan ekonomi keluarga, peningkatan pengetahuan, dan sebagainya

C.   PENYAKIT-PENYAKIT KEKURANGAN GIZI


Konsumsi gizi makanan pada seseorang dapat menentukan
tercapainya tingkat kesehatan, atau sering disebut status gizi. Apabila 
konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan
kebutuhan tubuh maka akan terjadi kesalahan akibat gizi (malnutrition).
Malnutrition ini mencakup kelebihan nutrisi gizi lebih (overnutrition), dan
kekurangan gizi (undernutrition).

Penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan akibat dari


kelebihan atau kekurangan zat gizi, dan yang merupakan masalah
kesehatan masyarakat, khususnya di  Indonesia, antara lain:

1.            Penyakit kurang kalori dan protein  (KKP)

Penyakit ini terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi


kalori atau karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi, atau
terjadinya defisiensi dan defisi energi dan protein. Apabila konsumsi
makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori maka akan terjadi
defisiensi tersebut (kurang kalori dan protein).

2.            Penyakit kegemukan (obesitas)

Penyakit ini terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi


kalori dan kebutuhan energi, yakni konsumsi kalori terlalu berlebih
dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi

Pada pendeita obesitas ini organ-organ tubuhnya dipaksa untuk


bekerja lebih berat, karena harus membawa kelebihan berat badan. Oleh
sebab itu, pada umumnya lebih cepat gerah, capai,dan mempunyai
kecenderungan untuk membuat kekeliruan dalam bekerja. Akibat dari
penyakit obesitas ini, para penderitanya cenderung menderita penyakit-
penyakit: kardio-vaskuler, hipertensi, dan diabetes melitus.

3.            Anemia (penyakit kurang darah)

Penyakit ini karena kurang konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh tidak
seimbang atau urang dari kebutuhan tubuh.  Zat besi merupakan mikro
elemen yang esensial bagi tubuh, yang sangat diperlukan dalam
pembentuk darah, yakni dalam bentuk hemoglobin (Hb).

Defisiensi Fe atau anemia besi di Indonesia jumlahnya besar


sehingga sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat. Program
penanggulangan anemia besi, khususnya untuk ibu hamil sudah
dilakukan dengan pemberian Fe secara cuma-cuma melalui puskesmas
dan posyandu. Akan tetapi karena masih rendahnya pengetahuan
sebagian besar ibu-ibu hamil masih rendah maka program ini tampak
berjalan lambat.

4. Zerophthalmia (defisiensi vitamin A)

Penyakit ini disebabkan karena kekurangan konsumsi vitamin A


dalam tubuh. Gejala-gejala penyakit ini adalah kekurangan epithel biji
mata dan kornea, karena glandula lacrimalis menurun. Terlihat bola
mata keriput dan kusam bila biji mata bergerak. Fungsi mata berkurang
menjadi hemeralopia atau nictalpia, yang oleh awam disebut buta senja
atau buta ayam, tidak sanggup melihat pada cahaya remang-remang.
Pada stadium lanjut mata mengoreng karena sel-selnya menjadi lunak
yang disebut keratomalacia dan dapat menimbulkan kebutaan.

Fungsi vitamin A sebenarnya mencakup 3 fungsi, yakni: fungsi


dalam proses melihat, dalam proses metabolisme, dan proses
reproduksi. Gangguan yang diakibatkan karena kekurangan vitamin A
yang menonjol, khususnya di Indonesia adalah gangguan dalam
peroses melihat yang disebut zerophalmia. Oleh sebab itu,
penanggulangan defisiensi kekurangan vitamin A yang penting disini
ditunjukkan pada pencegahan kebutaan pada anak balita.program
penanggulangan zerophalmia ditunjukkan pada anak balita dengan
pemberian vitamin A secara Cuma-Cuma melalui puskesmas dan
posyandu. Disamping itu, program pencegahan dapat dilakukan melalui
penyuluhan gizi masyarakat tentang makanan-makanan yang bergizi,
khususnya makanan sebagaj sumber vitamin.

5. Penyakit gondok endemik

Zat Iodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh karena


merupakan komponen dari hormon thyroxin. Zat Iodium ini
dikonsentrasikan dalam kelenjar gondok (glandula thyroidea) ditimbun
dalam folikel kelenjar gondok, teronjugasi dengan protein (globulin)
maka disebut thyroglubolin. Apabila diperlukan thyroglubolin ini dipecah
dan terlepas hormon thyroxin yang dikeluarkan oleh folikel kelenjar ke
dalam aliran darah.

Kekurangan zat iodium ini berakibat kondisi hypothyroidisme


(kekurangan iodium) dan tubuh mencoba untuk mengonpesasi dengan
menambah jaringan kelenjar gondok. Akhirnya tercapai hypertrophi
(membesarnya kelenjar thyroid), yang kemudian disebut penyakit
gondok. Apabila kelebihan za iodium maka akan mengakibatkan gejala-
gejala pada kulit yang disebut iodium dermatis. Penyakit gondok ini di
Indonesia merupakan endemik terutama di daerah terpencil di
pegunungan, yang air minumnya kekurangan zat iodium. Oleh sebab itu,
penyakit kekurangn iodium ini disebut gondok endemik.

D. Kelompok Rentan Gizi


Kelompok rentan gizi adalah suatu kelompok dalam masyarakat
yang paling mudah menderita gangguan kesehatannya atau rentan
kekurangan gizi. Biasanya kelompok rentan gizi ini berhubungan dengan
proses kehidupan manusia. Oleh sebab itu, apabila kekurangan zat gizi 
aka akan terjadi gangguan gizi atau kesehatannya. Kelompok-kelompok
rentan gizi ini  terdiri dari:

a. Kelompok bayi umur 0-1 tahun

b. Kelompok di bawah lima tahun (balita): 1-5 tahun

c. Kelompok anak sekolah umur 6-12 tahun

d. Kelompok remaja umur 13-20 tahun

e. Kelompok ibu hamil dan menyusui

f. Kelompok usia (usia lanjut)

Kelompok usia lanjut termasuk kelompok rentan gizi, meskipun


kelompok ini tidak dalam proses pertumbuhan dn perkembangan. Hal
ini disebabakan karena pada usia lanjut terjadi proses degenerasi yang
menyebabkan kelompok usia ini mengalami kelainan gizi.

Kelompok usia lanjut termasuk kelompok rentan gizi, meskipun


kelompok ini tidak dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Hal
ini disebabkan karena pada usia lanjut terjadi proses degenerasi yang
menyebabkan kelompok usia ini mengalami kelainan gizi.

1. Kelompok bayi.

Dalam siklus kehidupan manusia, bayi berada dalam masa


pertumbuhan dan perkembangan yang lebih pesat. Ayi yang dilahirkan
dengan sehat, pada umur 6 bulan akan mencapai pertumbuhan atau
berat badan 2 kali lipat dari berat badan pada waktu dilahirkan. Untuk
pertumbuhan bayi dengan baik zat-zat gizi yang diperlukan ialah:

a. Protein, dibutuhkan 3-4 gram/kilogram berat badan.

b. Calsium (CI)

c. Vitamin D, tetapi karena Indonesia berada di daerah tropis maka


hal ini tidak begitu menjadi masalah.

d. Vitamin A dan K yang harus diberikan sejak post natal.

e. Fe (zat besi) diperlukan karena dalam proses kelahiran sebagian


Fe ikut terbuang.

Secara alamiah sebenarnya zat-zat gizi tersebut sudah terkandung


dalam ASI (Air Susu Ibu). Oleh sebab itu, apabila gizi makan ibu cukup
baik, dan anak diberi ASI pada umur sampai 4 bulan, zat-zat gizi
tersebut sudah dapat mencukupi. Disamping itu Asi juga mempunyai
keunggulan,   yakni mengandung immunoglobolin yang memberi daya
tahan tubuh pada bayi, yang berasal dari tubuh ibu. Immunoglobolin ini
dapat bertahan pada nak sampai dengan bayi berumur 6 bulan.

Peralihan ASI pada makanan tambahan (PMT) harus disesuaikan


dengan kondisi anatomi dan fungsional alat pencernaan bayi. Setelah
masa pemberian ASI eksklusif berakhir, maka mulai umur 4 bulan bayi
diberi makanan tambahan, itu pun makanan yang sangat halus.
Kemudian mulai umur 9 bulan sudah dapat diberikan makanan
tambahan yang lunak, sampai dengan umur 18 bulan. Asi tetap
diteruskan, dan mulai berumur 18 bulan dapat diberikan makanan
tambahan agak keras (semi solid), sampai dengan umur 2 tahun.
Akhirnya pada umur 2 tahun ASI dihentikan (anak disapih, dan sudah
dapat diberi makanan seperti makana orang dewasa).

2. Kelompok anak balita.

Anak balita juga merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan
rawan penyakit. Kelompok ini yang merupakan kelompok umur yang
paling menderita akibat gizi (KKP), dan jumlahnya dalam populasi besar.
Beberapa kondisi atau anggapan yang menyebabkan anak balita ini
rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain:

a. Anak balita baru berada dalam transisi dari makanan bayi ke


makanan orang dewasa.

b. Biasanya anak balita ini sudah mempunyai adik, atau ibunya sudah
bekerja penuh sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

c. Anak balita sudah mulai main di tanah, dan sudah dapat main di
luar rumahnya sendiri, sehingga lebih terpapar dengan lingkungan
yang kotor dan kondisi yang memungkinkan untuk terinfeksi
dengan berbagai macam penyakit.

d. Anak balita belum bisa mengurus dirinya sendiri, termasuk dalm


memilih makanan.   Dipihak lain ibunya sudah tidak begitu
memperhatikan lagi makanan anak balita, karena dianggap sudah
dapat makanan sendiri

Dengan adanya Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), yang sasaran


utamanya adalah anak balita sangat tepat untuk meningkatkan gizi dan
kesehatan anak balita.

3. Kelompok anak sekolah.

Pada umumnya kelompok umur ini mempunyai kesehatan yang


lebih baik dibandingkan dengan kesehatan anak balita. Masalah-
masalah yang timbul pada kelompok ini antara lain: berat badan rendah,
defisiensi Fe (kurang darah), dan defisiensi vitamin E. Masalah ini timbul
karena pada umur-umur ini anak sangat aktif bermain dan banyak
kegiatan, baik disekolah maupun di lingkungan rumah/tetangganya. Di
pihak lain anak kelompok ini kadang-kadang nafsu makan mereka
menurun, sehingga konsumsi makanan tidak seimbang dengan kalori
yang diperlukan.

4. Kelompok remaja.

Pertumbuhan anak remaja pada umur ini juga sangat pesat,


kemudian juga kegiatan-kegiatan jasmani termasuk olah raga juga pada
kondisi puncaknya. Oleh sebab itu, apabila konsumsi makanan tidak
seimbang dengan kebutuhan kalori untuk perumbuhan dan kegiatan-
kegiatannya, maka akan terjadi difesiensi yang akhirnya dapat
menghambat pertumbuhannya.

Upaya untuk membina kesehatan dan gizi kelompok ini juga dapat
dilakukan melalui sekolah (UKS), karena pada kelompok ini pada
umumnya berada di bangku sekolah menengah pertama maupun atas
(SMP atau SMA).   Disamping itu, pembinaan melalui organisasi-
organisasi kemasyarakatan misalnya: karang taruna, remaja/pemuda
gereja, remaja masjid, dan sebagainya juga tepat. Karena kelompok
padaremaja ini sudah mulai tertarik untuk berorganisasi, atau senang
berorganisasi.

5. Kelompok ibu hamil.

Ibu hamil sebenarnya juga berhubungan dengan proses


pertumbuhan, yakni pertumbuhan janin yang dikandungnya dan
pertumbuhan berbagai organ tubuhnya sebagai pendukung proses
kehamilan tersebut, misalnya mammae.

Apabila kebutuhan kalori, protein, vitamin, dan mineral yang


meningkat ini tidak dapat dipenuhi melalui konsumsi makanan oleh ibu
hamil, akan terjadi kekurangan gizi. Kekurangan gizi pada ibu hamil
dapat berakibat:

a. Berat badan bayi pada waktu lahir rendah atau sering disebut
Berat Badan Bayi Rendah (BBLR).

b. Kelahiran prematur (lahir belum cukup umur kehamilan).

c. Lahir dengan berbagai kesulitan, dan lahir mati.

6. Ibu menyusui.

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan utama bayi oleh sebab itu,
maka untuk menjamin kecukupan ASi bagi bayi, ibu yang sedang
menyusui harus diperhatikan. Dalam batas-batas tertentu kebutuhan
bayi akan zat-zat gizi ini diambil dari tubuh ibunya, tanpa menghiraukan
apakah ibunya mempunyai persediaan cukup atau tidak. Apabila
konsumsi makanan ibu tidak mencukupi, zat-zat dalam ASI akan
terpengaruh.

7. Kelompok usia lanjut.

Meskipun pada usia ini sudah tidak mengalami penurunan


fungsinya maka sering terjadi gangguan gizi. Contohnya, pada usila
beberapa gigi-geligi, bahkan semunya tanggal, sehingga terjadi
kesulitan saat mengunyah makanan. Oleh sebab itu, apabila makanan
tidak diolah sedemikain rupa sehingga tidak memerlukan pengunyahan,
maka akan terjadi gangguan dalam pencernaan dan penyerapan oleh
usus.

E.   Pengukuran Status Gizi Masyarakat


Di antara kelompok yang rentan terhadap penyakit-penyakit
kekurangan gizi adalah kelompok bayi dan anak balita.oleh sebab itu,
indikator yang paling baik untuk mengukur status gizi masyarakat
adalah melalui status gizi balita ( bayi dan anak balita). Selama ini telah
banyak dihasilkan berbagai pengukuran status gizi tersebut, dan
masing-masing ahli mempunyai argumentsi sendiri dalam
mengembangkan pengukuran tersebut.

Wattelow (1973) menyarankan, untuk pengukuran status gizi pada


saat ini digunakan ukuran berat badan per tinggi badan. Sedangkan
tinggi badan per umur hanya cocok mengukur status gizi pada saat
yang lalu. Ia menyebutkan pula bahwa berat badan per umur berguna
bagi pengukuran seri untuk anak dibawah 1 tahun.
Throwbridge, F. (1970) dari hasila studinya menyimpulkan bahwa
ukuran berat badan per umur tidak atau kurang mampu membedakan
antara malnutrisi akut dengan malnutrisi kronik. Oleh sebab itu, ia
menyarankan berat badan per tinggi badan dann lingkar lengan atas
adalah indikator yang paling baik untuk mengetahui prevalensi
malnutrisi akut pada anak. sedangkan prevalensi malnutrisi kronik
dipergunakan ukuran tinggi badan per umur.

Zetlin, N.F. (1673) menyarankan, untuk anak berumur kurang dari 2


tahun sebagai indikator pertumbuhan anak cukup menggunakan ukuran
berat badan per umur saja. Dari hasil pengamatan, untuk anak berumur
2-5 tahun yang mempunyai berat badan rendah menunjukan adanya
gejala malnutrisi yang berat. Selanjutnya, ia menyarankan bahwa berat
badan per umur saja sudah dapat digunakan untuk mengukur status gizi
pada anak di bawah 5 tahun, bahkan anak yang lebih tua pun dapat
mempergunakan ukuran tersebut.

Morley, D. (1971) membahas bahwa pengukuran berat dan tinggi


badan mempunyai beberapa kelemahan, antara lain kurang akuratnya
dalam pelaksanaan pengukuran oleh para petugas. Tetapi ia
menyatakan bahwa ukuran lain pun tidak mempunyai wilayah dinamis
untuk pertumbuhan anak. Akhirnya ia berkesimpulan bahwa berat dan
tinggi badan per umur dapat mencerminkan status gizi anak, baik pada
waktu yang lampau maupun status pada saat ini.

Dan akhirnya untuk berat dan tinggi per umur sebagai indikator
status gizi anak, pada umumnya para peneliti cenderung mengadu pada
standar Harvard dengan berbagai modifikasi. Di bawah ini akan
diuraikan 4 macam cara pengukuran yang sering digunakan di bidang
gizi masyarakat serta klasifikasinya:

1. Berat badan per umur

Berdasarkan klasifikasi dari universitas harvard, keadaan gizi anak


diklasifikasikan menjadi 3 tingkat, yakni:

· Gizi lebih (over weight)

· Gizi baik (well nourished)

· Gizi kurang (under weight), yang mencakup kekurangan kalori


dan protein (KKP) tingkat I dan II.

· Klasifikasi dari standar harvard yang sudah dimodifikasi tersebut


adalah:

· Gizi baik, adalah apabila berat badan bayi/anak menurut


umurnya lebih dari 89% standar Harvard.

· Gizi kurang, adalah apabila berat badan bayi/anak menurut umur


berada di antara 60,1% - 80% standar Harvard

· Gizi buruk, adalah apabila berat badan bayi/anak menurut


umurnya 60% atau kurang dari standar harvard.

2. Tinggi badan menurut umur

Pengukuran status gizi bayi dan anak balita berdasarkan tinggi badan
menurut umur, juga menggunakan modifikasi standar harvard, dengan
klasifikasinya adalah:

· Gizi baik, yakni apabila panjang tinggi badan bayi/ anak menurut
umurnya lebih dari 80% standar Harvard.

· Gizi kurang, yakni apabila panjang tinggi badan bayi/anak


menurut umurnya berada diantara 70,1% - 80% dari standar
Harvard.

· Gizi buruk, yakni apabila panjang tinggi badan bayi/anak menurut


umurnya 70% atau kurang dari standar Harvard.

3. Berat badan menurut tinggi

Pengukuran berat badan menurut tinggi badan ini diperoleh dengan


mengombinasikan berat badan dan tinggi badan per umur menurut
standar harvard. Klasifikasinya adalah:

· Gizi baik, apabila berat badan bayi/anak menurut


panjang/tingginya leih dari 90% dari standar Harvard.

· Gizi kurang, apabila berat badan bayi/anak menurut


panjang/tingginya berada diantara 70,1% - 90% dari standar
Harvard.

· Gizi buruk, apabila berat badan bayi/anak menurut


panjang/tingginya 70% atau kurang dari standar Harvard.
BAB 9
MENCERMATI GIZI BAYI,
AWAL KESEHATAN MASYARAKAT

A.   Pendahuluan
Bayi atau anak balita yang kekurangan gizi sangat rentan terhadap
penyakit-penyakit infeksi, termasuk diare dan infeksi saluran akut,
utamanya pneumonia. Oleh sebab itu, perbaikan gizi masyarakat yang
difokuskan pada perbaikan bayi dan anak balita merupakan awal dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sebaliknya kekurangan
gizi pada bayi akan berakibat terhadap munculnya masalah kesehatan
yang lain, dan akhirnya akan berdampak terhadap menurunnya derajat
kesehatan masyarakat.

Kekurangan zat-zat gizi pada makanan bayi dapat mengakibatkan


terganggunya pertumbuhan dan perkembangan. Di samping itu, bayi
menjadi lebih rentan terhadap penyakit infeksi dan selanjutnya bahkan
dapat mengakibatkan kematian bayi tersebut. Oleh karena itu,
pemenuhan kebutuhan gizi bayi sangat perlu mendapat perhatian yang
serius. Gizi untuk bayi yang paling sempurna dan paling murah bagi bayi
adalah Air Susu Ibu (ASI). Manfaat ASI saat ini sudah tidak dapat di‐
ragukan lagi dan pemerintah juga telah menggalakkan pemberian ASI
secara ekslusif. Namun, setelah sekurang-kurangnya bayi berumur di
atas 4 bulan, untuk memenuhi kebutuhan akan zat gizi, bayi biasanya
diberikan susu formula atau makanan tambahan lainnya. Pada
kenyataannya, kaum ibu khususnya di kota-kota besar, dewasa ini
cenderung memilih memberikan susu formula baik sebagai pengganti
ataupun pendamping ASI dalam memenuhi kebutuhan gizi bagi bayi
mereka.

Secara teoretis maupun praktis berdasarkan pengalaman ibu-ibu di


lapangan, susu formula memang sangat dibutuhkan untuk
menggantikan gizi makanan pada bayi. Namun, pada kenyataannya
susu formula memang masih mahal, terutama bagi ibu-ibu dari
kalangan ekonomi menengah ke bawah. Oleh sebab itu, tantangan bagi
praktisi kesehatan masyarakat adalah menciptakan makanan lokal yang
kaya akan protein, vitamin, dan mineral yang dapat menggantikan susu
formula.

B. Pentingnya Gizi bagi Bayi


Bayi memerlukan gizi pada makanan yang berbeda-beda sesuai
dengan umurnya. Misalnya, pada bayi yang berumur kurang dari 4 bulan,
kebutuhannya akan zat-zat gizi berbeda dengan bayi yang berumur di
atas 4 bulan.

Menurut Karjadi (1986) banyak para peneliti yang menaruh


perhatian terhadap perkembangan Otak di mana sangat erat
hubungannya dengan perkembangan mental dan kemampuan berpikir.
Jaringan otak anak yang tumbuh normal akan mencapai 80% berat otak
orang dewasa sebelum berumur 8 tahun, sehingga dengan demikian
apabila pada masa ini terjadi gangguan gizi kurang dapat menimbulkan
kelainankelainan fisik maupun mental.

Sementara Stoch & Smythe (1963) mengemukakan dalam


buku yang sama bahwa gizi kurang pada masa bayi dan anak-anak
mengakibatkan kelainan yang sulit atau tidak dapat disembuhkan dan
menghambat perkembangan selanjutnya. Pek Hiem Liang, dkk. dalam
Suhardjo (1986) dari basil penelitian terhadap kecerdasan (IQ) anak-
anak usia 5-15 tahun (yang pernah mengalami gizi kurang diri)
perkembangan intelektual Berta perkembangan fisiknya banyak
dipengaruhi oleh status gizinya selama masa bayi sampai prasekolah.
Dobbing (1974) menyatakan bahwa terdapat 'masa kritis' dalam
perkembangan otak manusia di mana pada masa otak berkembang
tepat akan sangat rawan terhadap gizi kurang dan ini berada sejak 2
bulan &lam kandungan sampai dengan umur 2 tahun.

Pengaruh gizi kurang pada waktu bayi yang diteliti di kalangan


anak-anak Jamaica menunjukkan bahwa setelah umur 6-10 tahun, IQ
anak-anak yang menderita gizi kurang pada waktu bayi lebih rendah
daripada IQ anak-anak yang cukup gizi pada masa bayinya.

Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh mempunyai cukup


kemampuan untuk mempertahankan din terhadap penyakit infeksi. Jika
keadaan gizi menjadi buruk maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun
yang berarti kemampuan tubuh mempertahankan diri terhadap
serangan infeksi menjadi turun. Oleh karena itu, setiap bentuk gangguan
gizi sekalipun dengan gejala defisiensi yang ringan merupakan pertanda
awal dari terganggunya kekebalan tubuh terhadap penyakit infeksi.
Penelitian yang dilakukan dj berbagai negara menunjukkan bahwa
infeksi protozoa pada anak-anak yang tingkat gizinya buruk akan jauh
lebih parah dibandingkan dengan anak-anak yang gizinya baik.

Gizi buruk mengakibatkan terjadinya gangguan terhadap produksi


antibodi dalam tubuh. Penurunan produksi antibodi tertentu akan
mengakibatkan mudahnya bibit penyakit masuk ke dalam tubuh seperti
dinding usus. Dinding usus dapat mengalami kemunduran dan. juga
dapat mengganggu produksi berbagai enzim untuk pencernaan
makanan. Makanan tidak dapat dicerna dengan baik dan ini akan
menyebabkan terganggunya penyerapan zat gizi sehingga dapat
memperburuk keadaan gizi (Pudjiadi, 1990).

Meskipun data penyebab kematian bayi dan anak jarang


menyebutkan secara eksplisit peranan ragam gizi pada bayi, tetapi
banyak para ahli gizi masyarakat menekankan pentingnya gizi sebagai
salah satu upaya untuk menurunkan AKB (Angka Kematian Bayi) dan
anak serta meningkatkan mutu hidup. Dengan kata lain dalam
kebijaksanaan pembangunan kesehatan, ragam gizi diakui sebagai
salah satu penyebab penting tingginya mobilitas dan mortalitas bayi di
Indonesia khususnya, dan di negara-negara berkembang pada
umumnya.

Telah banyak bukti penelitian yang menunjukkan bahwa penyebab


utama dari kematian, penyakit dari terlambatnya pertumbuhan anak
(retarted growth) di negara-negara belum maju merupakan
kompleksitas hubungan timbal balik yang saling mendorong atau
sinergisme antara status gizi dan infeksi (Schrimshaw, dkk. 1968; Chen
& Schimshaw, 1981).

C.   Gizi Bayi dan Susu Formula


Semua orang telah mengakui bahwa air susu ibu (ASI) tidak perlu
diragukan lagi sebagai makanan bayi yang paling baik. Akan tetapi
kadang-kadang oleh suatu sebab tertentu ibu harus menambah atau
mengganti ASI ini dengan makanan lain. Keadaan yang mengaharuskan
ibu menggantikan ASI kepada bayi atau anaknya antara lain:

a.       Air susu ibu (ASI) tidak keluar.

b.           Ibu meninggal sewaktu melahirkan atau waktu bayi masih


memerlukan ASI.

c.       ASI keluar tetapi jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan bayi.

d.           ASI keluar tetapi ibu tidak dapat terus menerus menyusui


bayinya karena ibu berada di luar rumah (bekerja di kantor, kebun
atau tugas lainnya).

European Society for Paediatric Gactroenterdogy and Nutrition


(ESPGAN) Committe on Nutrition dalam publikasinya pada tahun 1977
membagi formula bayi (infant formula) dalam 2 jenis, formula awal
(starting formula) dan formula lanjutan (follow-up formula). Starting
formula dalam bentuk bubuk (di Amerika Serikat dan Eropa dipasarkan
pula dalam bentuk cair) setelah ditambah dengan sejumlah air sesuai
dengan petunjuk produsennya dan jika pemberian sehari-harinya cukup,
harus dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat-zat gizi esensial bagi
bayi sampai umur 4-6 bulan, dan bersama-sama dengan makanan
tambahannya seperti buah, bubur susu, dan nasi tim sampai umur 1
tahun. Starting formula dibagi lagi dalam 2 golongan formula adaptasi
(adapted formula) dan formula awal lengkap (complete starting
formula).

1. Formula Adaptasi

Adapted berarti disesuaikan dengan kebutuhan bayi baru lahir.


Formula adaptasi ini untuk bayi baru lahir sampai umur 6 bulan.
Susunan formula adaptasi sangat mendekati susunan ASI dan sangat
baik bagi bayi baru lahir sampai umur 4 bulan. Pada umur di bawah 3-4
bulan fungsi saluran pencemaan dan ginjal belum sempurna hingga
pengganti ASI-nya harus mengandung zat-zat gizi yang mudah dicerna
dan tidak mengandung mineral yang berlebihan.

Komposisi yang dianjurkan oleh ESPGAN (1977) setelah bubuk


formula tersebut dicairkan sesuai petunjuk produsennya ialah:

a. Lemak

Kadar lemak disarankan antara 2,4-4,1 gr tiap 100 ml. Komposisi


asam lemaknya harus sedemikian hingga bayi umur 1 bulan dapat
menyerap sedikitnya 8,5%. Disarankan juga bahwa 3-6% dari kandungan
energi harus terdiri dari asam linoleat.

b. Protein

Kadar protein harus berkisar antara 1,2 dan 1,9 gr/100 ml dengan
rasio whey/kasein 60/40 oleh karena kandungan protein pada formula
ini relatif rendah maka komposisi asam aminonya harus identik atau
hampir identik dengan yang terdapat dalam protein ASI.

c. Karbohidrat

Disarankan untuk formula ini kandungan karbohidratnya antara 5,4


dan 8,2 gram bagi tiap 100 ml. Dianjurkan supaya hampir seluruhnya
memakai laktosa, selebihnya glukosa atau dekstrin-maltosa. Hal ini
karena laktosa mudah dipecah menjadi glukosa dan galaktosa dengan
bantuan enzim laktase yang sudah ada dalam mukosa saluran
pencernaan sejak lahir. Laktosa juga merangsang pertumbuhan
laktobasilus bificfus.

d. Mineral

Konsentrasi sebagian besar mineral dalam susu sapi seperti


natrium, kalsium, kalium, fosfor, magnesium, dan klorida, lebih tinggi 3-4
kali dibandingkan dengan yang terdapat pada ASI. Pada pembuatan
formula adaptasi kandungan berbagai mineral harus diturunkan hingga
jumlahnya berkisar antara 0,25 dan 0,34 gram tiap 100 ml. Kandungan
mineral dalam susu formula adaptasi memang rendah dan mendekati
yang terdapat pada ASI. Penurunan kadar mineral diperlukan oleh bayi
karena dapat mengganggu keseimbangan air dan dehidrasi hipertonik.

2. Formula AwaL Lengkap

Berbeda dengan formula adaptasi, pada formula ini terdapat kadar


protein yang lebih tinggi dan rasio antara fraksifraksi proteinnya tidak
disesuaikan dengan rasio yang terdapat dalam susu ibu. Selain itu kadar
sebagian mineralnya lebih tinggi dibandingkan dengan formula
adaptasi. Keuntungan dari formula ini terletak pada harganya.
Berhubung pembuatannya tidak begitu rumit maka ongkos
pembuatannya juga lebih murah sehingga dapat dipasarkan dengan
harga yang lebih rendah. Susu formula awal lengkap ini diberikan untuk
bayi berusia 4-6 bulan.

3. Formula Lanjutan

Formula ini diperuntnkkan bagi bayi berumur 6 bulan ke atas. Telah


diuraikan bahwa formula adaptasi dibuat sedemikian, sehingga tidak
memberatkan fungsi pencernaan dan ginjal yang pada waktu lahir
belum sempurna. Maka dari itu dalam formula adaptasi zat-zat gizinya
cukup untuk pertumbuhan yang normal dan mencegah timbulnya
penyakit- penyakit gizi yang disebabkan oleh kekurangan maupun
kelebihan masukan zat-zat gizi tersebut. Oleh karena pada umur 4-5
bulan fungsi organ-organ sudah memadai maka kelebihan zat gizi dapat
dikeluarkan lagi oleh ginjal. Di samping itu, dengan pertumbuhan yang
cepat dan aktivitas fisik yang bertambah maka formula adaptasi tidak
cukup lagi untuk memenuhi kebutuhan bayi di atas 6 bulan,
pertumbuhan yang cepat memerlukan protein ekstra untuk
perkembangan dan juga lebih banyak mineral. Formula lanjutan dapat
diberikan pada anak dari usia 6 bulan - 3 tahun.

D.               Makanan Tambahan


ASI dalam jumlah yang cukup memang merupakan makanan
terbaik dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4-6 bulan
pertama. Namun, setelah umur 4 bulan, kebutuhan gizi bayi meningkat
sehingga bayi memerlukan makanan tambahan yang tidak seluruhnya
dapat dipenuhi oleh ASI saja. Setelah bayi berumur 4 bulan secara
berangsur-angsur perlu diberikan makanan tambahan berupa sari buah
atau buah-buahan segar, makanan lumat, dan akhirnya makanan
lembek.

1.            Pentingnya pemberian makanan tambahan

Tujuan dan pentingnya pemberian makanan tambahan menurut


Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi: 1992) antara lain:

a.       Melengkapi zat-zat gizi yang kurang terdapat dalam ASI

b.           Mengembangkan kemampuan bayi-untuk menerima, bermacam-


macam makanan dengan berbagai rasa dan tekstur.

c.             Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan


menelan.

d.       Melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar


energi yang tinggi.

2.            Cara memberikan makanan tambahan

Agar makanan tambahan dapat diberikan dengan efisien,


sebaiknya diperhatikan cara-cara pemberiannya sebagai berikut.

a.                         Diberikan secara berhati-hati, sedikit demi sedikit, dari: bentuk


encer secara berangsur-angsur ke bentuk yang lebih kental.

b.            Makanan baru diperkenalkan satu persatu dengan memperhatikan


bahwa makanan betul-betul dapat diterima dngan baik.

c.              Makanan yang menimbulkan alergi, yaitu sumber protein hewani


diberikan terakhir.

d.            Makanan jangan dipaksakan, sebaiknya diberikan pada waktu bayi


lapar.

E.   Kebutuhan Gizi pada Bayi


Pemberian makanan tambahan sebagai makanan pendamping ASI
harusdisesuaikan dengan umur bayi. Karena itu alternative pemenuhan
gizi bayi pun harus disesuaikan dengan umur bayi.

ika putriey di 12.57

Berbagi

4 komentar:

Rifqo Shomell 1 Maret 2015 07.36


Terima kasiha atas infonya :D
Balas

The Wonderfull Science 3 Maret 2015 18.40


alhamdulillah postingan Anda bermanfaat sekali bagi penyususnan tesis
saya...
terima kasih banyak
Balas

tapai celok 23 April 2015 23.26


bermanfaat banget postingan nya mbk..
Balas

Maswan Daulay 31 Oktober 2015 18.24


Sangat bagus
Balas

Tambahkan komentar

Link ke posting ini


Buat sebuah Link
‹ Beranda ›
Lihat versi web

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

ika putriey
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah 2011 di FKIP UNIVERSITAS NEGERI
JEMBER
Lihat profil lengkapku

Anda mungkin juga menyukai