BAB I
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (IKM) DAN
ILMU KESEHATAN LINGKUNGAN (IKL)
A. PENDAHULUAN
Materi ini merupakan mata kuliah lanjut yang menekankan pada
pemahaman mengenai konsep dasar ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu
kesehatan lingkungan. Konsep dasar tersebut meliputi sejarah perkembangan,
pengertian, bidang-bidang ilmu, serta peranan kedua ilmu tersebut dalam ranah
kesehatan.
Tujuan Instruksional:
a. Tujuan Instruksional umum
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan tentang pengantar ilmu kesehatan masyarakat dan lingkungan.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan:
1) Ilmu kesehatan masyarakat (IKM)
2) Ilmu kesehatan lingkungan (IKL)
B. MATERI PEMBELAJARAN
1. ILMU KESEHATAN MASYARAKAT (IKM)
a. Sejarah Kesehatan Masyarakat di Dunia
Membicarakan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh
metologi Yunani, yakni Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita mitos
Yunani tersebut Asclepius disebutkan sebagai seorang dokter pertama
yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau
pendidikan yang telah ditempuhnya, tetapi diceritakan bahwa ia dapat
mengobati penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-
prosedur tertentu (surgical procedure) dengan baik.
Higeia, seorang asistennya, yang kemudian diceritakan sebagai
istrinya, juga telah melakukan upaya-upaya kesehatan. Beda antara
Asclepius dengan Higeia dalam pendekatan/ penanganan masalah
kesehatan sebagai berikut: 1) Asclepius melakukan pendekatan
(pengobatan penyakit) setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang.
2) Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan masalah
kesehatan malalui ‘hidup seimbang’, yaitu menghindari makanan/minuman
beracun, makan makanan yang bergizi (baik), cukup istirahat, dan
melakukan olahraga. Apabila orang sudah jatuh sakit, Higeia lebih
menganjurkan melakukan upaya-upaya secara alamiah untuk
menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain lebih baik dengan
dilakukan dalam rangka penurunan angka kematian bayi yang tinggi pada
waktu itu. Akan tetapi upaya ini tidak berlangsung lama, karena langkanya
tenaga pelatih kebidanan, kemudian baru pada tahun 1930 dimulai lagi
dengan didaftarkannya para dukun bayi sebagai penolong dan perawatan
persalinan. Selanjutnya baru pada tahun 1952 pada zaman kemerdekaan
pelatihan secara cermat dukun bayi tersebut dilaksanakan lagi.
Pada tahun 1922 pes masuk Indonesia dan pada tahun 1934 dan
1935 terjadi epidemi di beberapa tempat, pertama di pulau Jawa.
Kemudian mulai tahun 1935 dilakukan pemberantasan pes ini, dengan
melakukan penyemprotan DDT terhadap rumah-rumah penduduk dan juga
imunisasi massal.
Pada tahun 1925 Kydrich seorang petugas kesehatan pemerintah
Belanda melakukan pengamatan terhadap masalah tingginya angka
kematian dan kesakitan di Banyumas-Purwokerto pada waktu. Dari hasil
pengamatan dan analisisnya ia menyimpulkan bahwa penyebab tingginya
angka kematian dan kesakitan itu adalah karena jeleknya kondisi sanitasi
lingkungan. Masyarakat pada waktu itu membuang kotorannya di
sembarang tempat, seperti di kebun, di kali, di selokan, bahkan di pinggir
jalan, padahal mereka mengambil air minum juga dari kali. Selanjutnya ia
berkesimpulan bahwa kondisi sanitasi lingkungan ini disebabkan karena
perilaku penduduk. Oleh sebab itu, untuk memulai upaya kesehatan
masyarakat Kydrich mengembangkan daerah percontohan dengan
melakukan 'propaganda' pendidikan penyuluhan kesehatan. Sampai
sekarang usaha Kydrich ini dianggap sebagai awal kesehatan masyarakat di
Indonesia.
Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak penting
perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia adalah
diperkenalkannya Konsep Bandung pada tahun 1951 oleh Dr. Y. Leimena
yang selanjutnya dikenal dengan Patah-Leimena. Konsep ini mulai
diperkenalkan bahwa dalam pelayanan kesehatan masyarakat, aspek
kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan. Hal ini berarti dalam
mengembangkan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia kedua aspek ini
tidak boleh dipisahkan, baik di rumah sakit maupun di Puskesmas.
Pada tahun 1968 dalam rapat kerja kesehatan nasional, dicetuskan
bahwa Puskesmas merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang
kemudian dikembangkan oleh pemerintah (Departemen Kesehatan)
menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyakarat (Puskesmas). Puskemas
disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan
pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah
dijangkau, dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan di
kota madya atau kabupaten.
Kegiatan pokok Puskesmas mencakup:
1) Kesehatan ibu dan anak.
2) Keluarga berencana.
3) Gizi.
4) Kesehatan lingkungan.
5) Pencegahan penyakit menular.
3) Kesehatan lingkungan.
4) Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku
5) Administrasi kesehatan masyarakat.
6) Gizi masyarakat.
7) Kesehatan kerja.
Keturunan
Lingkungan
Pelayanan Status (fisik, sosial,
kesehatan Kesehatan ekonomi,
budaya
Perilaku
bertumpu pada upaya sanitasi semata yang lebih menekankan pada tindakan
pencegahan penyakit dengan memutus mata rantai penularan penyakit. Akan
tetapi diperlukan konsep baru tentang penanganan penyakit yang
komprehensif dengan pendekatan “Environmental Health”, yang lebih
menekankan pada upaya pengendalian faktor-faktor dalam lingkungan fisik
manusia, dan menimbulkan atau mungkin menimbulkan pengaruh negatif
pada perkembangan jasmani, kesehatan dan ketahanan hidup.
Dalam Bassett (1995), World Health Organization (WHO)
mendefinisikan kesehatan lingkungan, yaitu: ”Environmental health, is as being
the control of all factors in man’s physical environmental which exercise or may
exercise, a deleterious effect on his physical development, health or survival.”
Makna esensial dari kegiatan kesehatan lingkungan adalah upaya
pencegahan, deteksi dan pengendalian bahaya lingkungan dan dapat
berpengaruh terhadap kesehatan.
Perkembangan kondisi lingkungan yang semakin kompleks,
pengertian sanitasi dan kesehatan lingkungan tidak terlalu mudah untuk
membedakannya. Keduanya memiliki bentuk intervensi yang sama dan
tersirat makna esensial yang sangat mendasar yaitu bersih. Bersih merupakan
kondisi inti untuk tercapainya derajat sehat bagi masyarakat. Kondisi bersih
diciptakan lebih dulu, sebelum kondisi saniter di dalam lingkungan yang sehat.
Lingkungan yang sehat dapat mewujudkan derajat kesehatan, keamanan,
kebanggaan dan kebahagiaan. Keadaan bersih harus diciptakan dan dimulai
dari penduduk secara individu, kelompok yang terus merambah keberbagai
usaha dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Pan American Health Organization (PAHO) (dalam WHO, 2002)
menggambarkan efek yang mungkin timbul dari upaya kesehatan lingkungan
yang tidak sehat atau saat terjadi bencana, untuk 5 (lima) sanitasi dasar
sebagaimana pada tabel di bawah ini:
Tabel 1. Efek yang terjadi pada Upaya Kesehatan Lingkungan (5 Sanitasi
Dasar yang Tidak Sehat)
Upaya Kesehatan
No. Efek yang Terjadi
Lingkungan
1 Water supplay and Kerusakan struktur bangunan, kerusakan
waste water disposal pipa saluran, kerusakan sumber air,
kehilangan sumber energi, pencemaran
secara biologi dan kimia, kerusakan alat
transport, kekurangan tenaga,bertambahnya
beban pada sistem, kekurangan persediaan
dan pengganti peralatan.
2 Solid waste handling Kerusakan struktur bangunan, kerusakan alat
transport, kerusakan peralatan, kekurangan
tenaga, pencemaran air, tanah dan udara
3 Food handling Kerusakan pada makanan, kerusakan
peralatan makanan, gangguan alat
transportasi, kehilangan sumber energi,
membanjirnya fasilitas.
C. PENUTUP
Kesehatan masyarakat (public health) adalah ilmu dan seni: mencegah
penyakit memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui usaha-
usaha Pengorganisasian Masyarakat. Dari perkembangan batasan kesehatan
masyarakat tersebut dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas
dari hanya berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu
kedokteran pencegahan sampai dengan ilmu sosial, dan itulah cakupan ilmu
kesehatan masyarakat. Ilmu kesehatan lingkungan merupakan salah satu bidang
ilmu yang terdapat dalam bidang kesehatan masyarakat. Pengertian dari ilmu
kesehatan lingkungan adalah ilmu multidisipliner yang mempelajari dinamika
hubungan interaktif antara sekelompok manusia atau masyarakat dengan
berbagai perubahan komponen lingkungan hidup manusia yang diduga dapat
menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat dan mempelajari upaya
untuk penanggulangan dan pencegahannya
REFERENSI
1. Notoatmodjo, S. Ilmu kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar Rineka Cipta.
Jakarta, 2003.
2. Chandra, B. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran, 2007.
3. Achmadi, Umar, Fahmi. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah, Buku Kompas,
Jakarta, 2005.
4. Blum, HL. Planning for Health Development and Aplication of Social Change
Theory, Human Sciencie Press, New York, 1974.
5. Wijono, D. Manajemen Kepemimpinan dan Organisasi Kesehatan, Airlangga
University Press, Surabaya, 1999.
6. Effendy, N. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, EGG, Jakarta, 1998.
7. Ehlers, V.M, dan Steel, E.W. Municipal and Rural Sanitation, Kogakusha, Tokyo,
1958.
8. Depkes. Buku Pedoman Sanitasi Tempat -Tempat Umum, Pusat Pendidikan
Tenaga Kesehatan, Jakarta, 1996.
9. Basset, W.H.O, Clay’s Handbook of Enviromental Health, Chopman & Hall,
London, 1995.
10. World Health Organization. Linking Program Evaluation to User Needs, The
Politics of Program Evaluation, Sage, USA, 2002.
11. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
BAB II
DINAMIKA KESEHATAN LINGKUNGAN
A. PENDAHULUAN
Materi ini merupakan mata kuliah lanjut yang menekankan pada
pemahaman mengenai dinamika kesehatan lingkungan. Berkaitan dengan
masalah penyakit dan hubungannya dengan faktor lingkungan maupun agen
penyakit. Selain itu dijelaskan pula mengenai teori simpul kejadian penyakit, dari
adanya sumber penyakit, media penularan (khususnya pada aspek lingkungan),
penularan ke manusia, hingga terjadinya penyakit.
Tujuan Instruksional:
a. Tujuan Instruksional umum
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan tentang dinamika kesehatan lingkungan.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan:
1) Hubungan interaksi host-agent-environtment
2) Teori simpul pengamatan kesehatan lingkungan
B. MATERI PEMBELAJARAN
Kesehatan dan lingkungan merupakan wacana yang berkaitan satu
dengan yang lainnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa keadaan lingkungan
berpengaruh terhadap kesehatan suatu komunitas bahkan ekosistem lingkungan
tersebut. Begitu pula dengan kesehatan, kesehatan juga berpengaruh terhadap
dinamika lingkungan terutama bila dipandang dalam sudut biologis yang akan
berdampak pada perubahan aspek sosialnya.
Penyebab masalah yang ada di lingkungan antara lain yaitu:
1. Dinamika penduduk
2. Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya yang kurang bijaksana
3. Pemanfaatan teknologi yang berorientasi pasar
4. Dampak negatif yang sering timbul dari kemajuan ekonomi yang seharusnya
positif
5. Benturan tata ruang
Ditinjau dari sudut ekologis, ada tiga faktor yang dapat menimbulkan
suatu kesakitan, kecacatan, ketidakmampuan, atau kematian pada manusia.
Tiga faktor itu disebut sebagai ecological atau epidemiological triad yang
terdiri atas agen penyakit, manusia, dan lingkungannya. Dalam keadaan
normal, ketiga komponen tersebut atau dengan kata lain orang disebut sehat.
Pada suatu keadaan saat keseimbangan dinamis tersebut terganggu,
misalnya saat kualitas lingkungan hidup menurun sampai tingkatan tertentu,
agen penyakit dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh manusia dan
menimbulkan sakit.
a. Penyakit
Riwayat alamiah perjalanan penyakit atau sering disebut dengan
natural history of disease merupakan riwayat alamiah perjalanan penyakit
pada manusia yang terdiri atas:
1) Fase Prepatogenesis
Pada fase ini mulai terjadi gangguan keseimbangan antara agen
penyakit, manusia, dan lingkungan. Di sini, kondisi lingkungan lebih
menguntungkan agen penyakit dan merugikan manusia. Contoh,
pencemaran udara akibat pembakaran hutan oleh peladang di musim
kemarau akan menimbulkan asal tebal atau smog yang menguntungkan
agen penyakit dan merugikan manusia.
2) Fase Patogenesis
Bila keadaan lingkungan yang menguntungkan agen penyakit
berlangsung terus-menerus dalam waktu yang cukup lama, akan timbul
gejala dan tanda-tanda klinis. Manusia menjadi sakit yang selanjutnya
dapat menjadi sembuh atau penyakit berjalan terus menyebabkan
ketidakmampuan, cacat kronis, atau kematian. Proses perjalanan suatu
penyakit terjadi dimulai sejak adanya gangguan keseimbangan antara
agen penyakit, host, dan lingkungan sampai terjadinya suatu kesakitan.
b. Agen Penyakit
Agen penyakit dapat berupa benda hidup atau mati dan faktor
mekanis. Kadang-kadang penyebab untuk penyakit tertentu tidak
diketahui, misalnya penyebab untuk penyakit ulkus peptikum, penyakit
jantung koroner, dan lain-lain. Agen penyakit dapat diklasifikasikan menjadi
lima kelompok, antara lain:
1) Agen biologis, contoh: virus, bakteri, fungi, ricketsiae, protozoa, dan
metazoa
c. Manusia (Host)
Faktor manusia sangat kompleks dalam proses terjadinya penyakit.
Faktor tersebut bergantung pada karakteristik yang dimiliki masing-masing
individu, antara lain:
1) Usia
Usia menyebabkan adanya perbedaan penyakit yang diderita,
seperti penyakit smallpox pada usia kanak-kanak, penyakit kanker pada
usia pertengahan, dan penyakit arterosklerosis pada usia lanjut.
2) Jenis kelamin (seks)
Frekuensi penyakit pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan
dengan frekuensi penyakit pada perempuan. Sementara itu, penyakit
tertentu, seperti risiko kehamilan dan persalinan hanya dijumpai pada
perempuan, sedangkan penyakit hipertrofi prostat hanya dijumpai pada
laki-laki.
3) Ras
Hubungan antara ras dan penyakit bergantung pada
perkembangan adat-istiadat dan kebudayaan di samping terdapat
penyakit yang hanya dijumpai pada ras tertentu seperti anemia sickle
cell pada ras Negro.
4) Genetik
Ada penyakit tertentu yang diturunkan secara herediter, seperti
mongolisme, fenilketonuria, buta warna, hemophilia, dan lain-lain.
5) Pekerjaan
Status pekerjaan mempunyai hubungan erat dengan penyakit
akibat pekerjaan, seperti keracunan, kecelakaan kerja, silikosis,
asbestosis, dan lain-lain.
6) Nutrisi
Gizi buruk mempermudah seseorang menderita penyakit infeksi,
seperti TBC dan kelainan gizi seperti obesitas, kolesterol tinggi, dan lain-
lain.
7) Status kekebalan
Reaksi tubuh terhadap penyakit bergantung pada status
kekebalan yang dimiliki sebelumnya seperti kekebalan terhadap
penyakit virus yang tahan lama dan seumur hidup.
8) Adat
Ada beberapa adat-istiadat yang dapat menimbulkan penyakit.
Contoh, kebiasaan makan ikan mentah dapat menyebabkan penyakit
cacing hati.
9) Gaya hidup
Kebiasaan minum alkohol, narkoba, dan merokok dapat
menimbulkan gangguan pada kesehatan.
10)Psikis
Faktor kejiwaan seperti stres dapat menyebabkan terjadinya
penyakit hipertensi, ulkus peptikum, depresi, insomnia, dan lainnya.
d. Lingkungan
Lingkungan hidup manusia pada dasarnya terdiri dari dua bagian,
internal dan eksternal. Lingkungan hidup internal merupakan suatu
keadaan yang dinamis dan seimbang yang disebat dengan homeostatis,
sedangkan lingkungan hidup eksternal merupakan lingkungan di luar
tubuh manusia yang terdiri atas tiga komponen, antara lain:
1) Lingkungan fisik
Lingkungan fisik bersifat abiotik atau benda mati seperti air,
udara, tanah, cuaca, makanan, rumah, panas, sinar, radiasi, dan lain-lain.
Lingkungan fisik ini berinteraksi secara konstan dengan manusia
sepanjang waktu dan masa serta memegang peranan penting dalam
proses terjadinya penyakit pada masyarakat. Contoh, kekurangan
persediaan air bersih terutama dalam musim kemarau dapat
menimbulkan penyakit diare di mana-mana.
2) Lingkungan biologis
Lingkungan biologis bersifat biotik atau benda hidup, misalnya
tumbuh-tumbuhan, hewan, virus, bakteri, jamur, parasit, serangga, dan
lain-lain yang dapat berperan sebagai agen penyakit, reservoir infeksi,
vektor penyakit, dan hospes intermediat. Hubungan manusia dengan
lingkungan biologisnya bersifat dinamis dan pada keadaan tertentu saat
terjadi ketidakseimbangan di antara hubungan tersebut, manusia akan
menjadi sakit.
3) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial berupa kultur, adat-istiadat, kebiasaan,
kepercayaan, agama, sikap, standar dan gaya hidup, pekerjaan,
kehidupan kemasyarakatan, organisasi sosial dan politik. Manusia
dipengaruhi oleh lingkungan sosial melalui berbagai media seperti
radio, TV, pers, seni, literatur, cerita, lagu, dan sebagainya. Bila manusia
tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosial, akan
terjadi konflik kejiwaan dan menimbulkan gejalan psikosomatik seperti
stres, insomnia, depresi, dan lain-lain.
c. Roda
C. PENUTUP
Konsep dasar terjadinya penyakit, suatu penyakit timbul akibat dari
beroperasinya berbagai faktor baik dari agen, induk semang atau lingkungan.
Ditinjau dari sudut ekologis, ada tiga faktor yang dapat menimbulkan suatu
kesakitan, kecacatan, ketidakmampuan, atau kematian pada manusia. Tiga faktor
itu disebut sebagai ecological atau epidemiological triad yang terdiri atas agen
penyakit, manusia, dan lingkungannya. Dalam keadaan normal, ketiga komponen
tersebut atau dengan kata lain orang disebut sehat. Pada suatu keadaan saat
keseimbangan dinamis tersebut terganggu, misalnya saat kualitas lingkungan
hidup menurun sampai tingkatan tertentu, agen penyakit dapat dengan mudah
masuk ke dalam tubuh manusia dan menimbulkan sakit.
REFERENSI
1. Pulungan, SR. Higiene dan sanitasi serta perilaku karyawan yang berkaitan
dengan kesehatan lingkungan Terminal Pelabuhan Roro Kota Dumai Tahun
2012. Skripsi. Medan: Universitas Sumatra Utara, 2013.
2. Chandra, B. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC, 2006.
3. Ibrahim DP. Prospek Pendidikan Kesehatan Lingkungan pada Masa Depan.
4. Suyono dan Budiman. Kesehatan Lingkungan dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat
dalam Konteks Kesehatan Lingkungan. (online) (e-journal.kopertis4.or.id).
5. Kementerian Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 82 TAHUN 2014 tentang Penanggulangan Penyakit Menular. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI, 2014.
BAB III
ISSUE STRATEGIS KESEHATAN LINGKUNGAN
A. PENDAHULUAN
Materi ini merupakan mata kuliah lanjut yang menekankan pada
pemahaman mengenai permasalahan kesehatan lingkungan, khususnya yang
ada di Indonesia. Permasalahan lingkungan yang dipaparkan antara lain yang
sedang terjadi sekarang ataupun prediksi di masa datang.
Tujuan Instruksional:
a. Tujuan Instruksional umum
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan tentang issue strategis kesehatan lingkungan.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan:
1) Issue strategis
2) Permasalahan kesehatan lingkungan
B. MATERI PEMBELAJARAN
1. ISSUE STRATEGIS
Isu strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau
dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya yang
signifikan bagi entitas (daerah/masyarakat) di masa datang. Suatu
kondisi/kejadian yang menjadi isu strategis adalah keadaan yang apabila tidak
diantisipasi akan menimbulkan kerugian yang lebih besar atau sebaliknya
dalam hal tidak dimanfaatkan akan menghilangkan peluang untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang.
Isu lingkungan hidup (environmental problems) saat ini sedang
menjadi isu global terutama dua dekade terakhir ini sehingga baik pemerintah
maupun masyarakat di negara-negara maju maupun negara-negara sedang
berkembang telah memberikan perhatian yang serius pada masalah tersebut.
Isu lingkungan hidup dihembuskan oleh negara-negara maju kepada negara-
negara sedang berkembang ditujukan bukan saja untuk demi kelangsungan
hidup bersama, tetapi yang lebih penting lagi yaitu demi kenyamanan hidup
masyarakat di negara-negara maju. Dimana seperti yang diketahui bahwa
masalah lingkungan itu sangat kompleks dan multidimensional, sebab kajian
lingkungan hampir menyentuh semua bidang ilmu pengetahuan dari kimia,
biologi, ekonomi, sampai politik.
kerugian waktu akibat mencari tempat sanitasi, dampak pada nilai lahan,
serta kehilangan pendapatan dari wisatawan dan investasi langsung dari
luar negeri.
e. Hutan
1) Sejak masa 1970-an hingga 1990-an, transmigrasi memindahkan sekitar
2.5 juta jiwa menuju daerah yang jarang penduduk. Di tempat baru itu,
warga pendatang kerapkali membuka hutan untuk perumahan dan
C. PENUTUP
Isu lingkungan hidup (environmental problems) saat ini sedang menjadi
isu global terutama dua dekade terakhir ini sehingga baik pemerintah maupun
masyarakat di negara-negara maju maupun negara-negara sedang berkembang.
Beberapa contoh permasalahan maupun issue kesehatan lingkungan yaitu
kekeringan, banjir, longsor, erosi pantai, instrusi air laut, kebakaran hutan,
pencemaran minyak lepas pantai, pemanasan global/global warming, penipisan
lapisan ozon, hujan asam, pertumbuhan populasi, desertifikasi, penurunan
keaneragaman hayati, dan pencemaran limbah B3.
REFERENSI
BAB IV
KEBIJAKAN KESEHATAN LINGKUNGAN
(ENVIRONMENTAL HEALTH POLICY)
A. PENDAHULUAN
Materi ini merupakan mata kuliah lanjut yang menekankan pada
pemahaman mengenai kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan
permasalahan kesehatan lingkungan. Kebijakan tersebut meliputi peraturan
perundang-undangan tentang kesehatan lingkungan, tugas dan fungsi
pemerintah pusat dan daerah terhadap permasalahan kesehatan lingkungan,
serta program-program penanggulangan permasalahan kesehatan lingkungan.
Tujuan Instruksional:
a. Tujuan Instruksional umum
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan tentang kebijakan kesehatan lingkungan.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan:
1) Tantangan dan peluang
2) Pendekatan pemecahan masalah pelayanan kesehatan lingkungan
3) Prospek pendidikan tenaga kesehatan lingkungan pada masa depan
4) Kebijakan kesehatan lingkungan
5) Program dan kebijakan sektoral
6) Kerangka kerja lembaga untuk pengelolaan lingkungan
7) Peraturan terbaru untuk memperkuat pengelolaan lingkungan daerah
8) Kemajuan pengelolaan lingkungan di tingkat daerah
B. MATERI PEMBELAJARAN
1. TANTANGAN DAN PELUANG
a. Tantangan Situasional
1) Tantangan Global
Adanya perobahan pada suatu belahan dunia akan memberi
pengaruh pada belahan dunia lainnya. Demikian pula halnya
pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan yang titik akhirnya akan
dipengaruhi oleh perkembangan di dunia perdagangan. Perdagangan
global seperti kerjasama eknomi Asia Pasifik (APEC), AFTA, WTO,
wilayah regional (ASEAN), wilayah bilateral (MALINDO), semuanya
bermuara kearah pasar bebas. Hal ini menuntut adanya regulasi dan
deregulasi dalam upaya memberi keamanan kepada para investor,
konsumen, upah buruh dan perlindungan lingkungan (ISO 9000, ISO
14000 dll)
3) Otonomi Daerah
Amanat UU Dasar th.1945 Pasal 18, diikuti dengan UU No.1
Th.1945, UU No.22 th. 1948, UU. No.1 th. 1957, Pempres No.6 th. 1969,
Penpres No.5 th. 1960, UU. No.18 th. 1965 dan 1974 (UU.No.5) tentang
Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. UU. No. 22 th. 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan UU No.25 th. 1999 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Pasal 11 (2) UU No.22 th.1999, dinyatakan bahwa Bidang
pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh Daerah Kabupaten dan
Daerah Kota meliputi pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan
kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan,
penanaman modal, lingkungan hidup, perumahan, koperasi, dan tenaga
kerja.
Pelaksanaan otonomi daerah dipengaruhi oleh perkembangan
lingkungan strategis, baik nasional maupun internasional, dan
gerakannya sangat cepat dan sifatnya dinamis. Perkembangan ini
4) Konsumen
Batasan konsumen bukan saja pada masyarakat umum, tetapi
juga masyarakat khusus seperti industri jasa (transportasi, tempat-
tempat umum), industri produksi dan manufaktur, instansi pemerintah,
dan lainnya. Untuk itu diperlukan teknologi produktif, yang berorientasi
pada lingkungan dan kesehatan masyarakat, maka dikembangkan
Bapedal, Meneg PPLH, Komosi-komisi AMDAL dan berbagai upaya
swasta yang memberi perhatian pada masalah dampak terhadap
lingkungan.
b. Peluang
1) Visi, misi, sasaran dan arah kebijakan Departemen Kesehatan
Visi; Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan (2010-2014). Misi
Depkes RI (2010-2014)
a) Meningkatkan derjat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan
masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani
b) Melindungi ksehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya
upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan
c) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan dan
d) Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik
ke Sehat
Dari Sakit
ke Paradigma Sehat
Dari Paradigma Sakit
ke Bisnis Sehat
Dari Bisnis Sakit
the Law of the Sea; dan International Convention for the Prevention of
Pollution from Ships.
C. PENUTUP
Permasalahan kesehatan lingkungan merupakan permasalahan yang
dampak berdampak kepada kesehatan masyarakat, sehingga diperlukan
peraturan pemerintah untuk mencegah maupun menanggulangi permasalahan
kesehatan lingkungan tersebut. Selain peraturan, diperlukan juga kejelasan
terhadap peranan tugas dan fungsi pemerintah pusat dan pemerintah daerah
terkait permasalahan kesehatan lingkungan.
REFERENSI
BAB V
PENYAKIT AKIBAT PENCEMARAN TANAH, AIR, DAN UDARA
A. PENDAHULUAN
Materi ini merupakan mata kuliah lanjut yang menekankan pada
pemahaman mengenai dampak akibat pencemaran tanah, air, dan udara yang
berupa timbulnya kejadian penyakit di masyarakat. Pencemaran merupakan
suatu ketidakseimbangan unsur yang ada di lingkungan, baik lingkungan tanah,
air, dan udara, sehingga dapat menyebabkan adanya dampak negatif baik ke
kesehatan maupun lingkungan.
Tujuan Instruksional:
a. Tujuan Instruksional umum
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan tentang penyakit akibat pencemaran tanah, air, dan udara.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan:
1. Pengertian pencemaran lingkungan
2. Indikator pencemaran lingkungan
3. Penyakit akibat pencemaran lingkungan
B. MATERI PEMBELAJARAN
1. PENGERTIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
Pencemaran lingkungan hidup menurut Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi
dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup adalah ukuran batas perubahan
sidat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup yang dapat ditenggang
oleh lingkungan hidup untuk dapat tetap melestarikan fungsinya. Berikut
adalah jenis pencemaran berdasarkan objek lingkungan tempat tersebarnya
polutan-polutan yang dapat dibagi menjadi tiga jenis pencemaran, yaitu:
a. Pencemaran tanah
Tanah merupakan tempat hidup berbagai jenis tumbuhan dan
makhluk hidup lainnya termasuk manusia. Kualitas tanah dapat berkurang
karena proses erosi oleh air yang mengalir sehingga kesuburannya akan
berkurang. Selain itu, menurunnya kualitas tanah juga dapat disebabkan
limbah padat yang mencemari tanah.
Menurut sumbernya, limbah padat dapat berasal dari sampah rumah
tangga (domestik), industri, dan alam (tumbuhan). Adapun menurut
jenisnya, sampah dapat dibedakan menjadi sampah organic dan sampah
anorganik. Sampah organik berasal dari sisa-sisa makhluk hidup, seperti
dedaunan, bangkai binatang, dan kertas. Adapun sampah anorganik
biasanya berasal dari limbah industri, seperti plastik, logam, dan kaleng.
b. Pencemaran Air
Pencemaran adalah suatu penyimpangan dari keadaan normalnya.
Jadi pencemaran air adalah suatu keadaan air tersebut telah mengalami
penyimpangan dari keadaan normalnya. Keadaan normal air masih
tergantung pada faktor penentu, yaitu kegunaan air itu sendiri dan asal
sumber air. Cottam (1969) mengemukakan bahwa pencemaran air adalah
bertambahnya suatu material atau bahan dan setiap tindakan manusia
yang mempengaruhi kondisi perairan sehingga mengurangi atau merusak
daya guna perairan.
Industri pertambangan dan energi mempunyai pengaruh besar
terhadap perubahan lingkungan karena mengubah sumber daya alam
menjadi produk baru dan menghasilkan limbah yang mencemari
lingkungan. Kumar (1977) berpendapat bahwa air dapat tercemar jika
kualitas atau komposisinya baik secara langsung atau tidak langsung
berubah oleh aktivitas manusia sehingga tidak lagi berfungsi sebagai air
minum, keperluan rumah tangga, pertanian, rekreasi atau maksud lain
seperti sebelum terkena pencemaran.
Hal-hal yang umumnya menjadi penyebab pencemaran di dalam
perairan yaitu perkembangan penduduk dan kegiatan manusia telah
meningkatkan pencemaran sungai-sungai, terutama sungai-sungai yang
c. Pencemaran Udara
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang
mengelilingi bumi. Komponen yang konsentrasinya paling bervariasi
adalah air dalam bentuk uap H2O dan karbondioksida (CO2). Jumlah uap air
yang terdapat di udara bervariasi tergantung dari cuaca dan suhu (Fardiaz,
1992). Komposisi normal udara terdiri atas gas nitrogen (N 2) 78,1%, oksigen
b. Partikel
Partikel dalam atmosfer mempunyai karakteristik spesifik,
dapat berupa zat padat maupun suspensi aerosol cair. Bahan
partikel tersebut dapat berasal dari proses kondensasi, proses
dispersi (misalnya proses menyemprot) maupun proses erosi bahan
tertentu. Yang termasuk partikel adalah: asap (smoke) seringkali
dipakai untuk menunjukkan campuran bahan partikulat (particulat
matter), uap (fumes), gas dan kabut (mist). Adapun yang dimaksud
dengan:
a. Asap, adalah partikel karbon yang sangat halus (sering disebut
sebagai jelaga) dan merupakan hasil dari pembakaran yang tidak
sempurna
b. Debu, adalah partikel padat yang dapat dihasilkan oleh manusia
atau alam dan merupakan hasil dari proses pemecahan suatu
bahan
c. Uap, adalah partikel padat yang merupakan hasil dari proses
sublimasi, distilasi atau reaksi kimia
d. Kabut, adalah partikel cair dari reaksi kimia dan kondensasi uap
air
2) Polutan Sekunder
Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau
lebih bahan kimia di udara, misalnya reaksi foto kimia. Polutan sekunder
ini mempunyai sifat fisik dansifat kimia yang tidak stabil. Termasuk
dalam polutan ini adalah ozon, Peroxy Acyl Nitrat (PAN) dan
Formaldehid.
yang hebat
> 1300 ppm 1 jam Lebih hebat sampai kematian
Sumber: Wardhana, 2004
asam nitrat (HNO3) vyang merusak jaringan mucous. Kadar gas nitrogen
dioksida antara 50-100 ppm dapat menyebabkan peradangan paru-paru
pada orang yang terpapar beberapa menit saja. Namun gangguan
kesehatan itu dapat sembuh dalam waktu 6-8 minggu. Jika kadarnya
mencapai 150-200 ppm, gangguan kesehatannya berupa pemampatan
bronchioli. Karena gangguan itu seseorang dapat meninggal dalam
waktu 3-5 minggu setelah pemaparan. Jika kadar pencemar NO 2 lebih
dari 500 ppm, gangguan yang timbul adalah kematian dalam waktu
antara 2-10 hari. Apabila bereaksi dengan uap air dalam udara atau larut
pada tetesan air, polutan NOx di dalam udara juga dapat berperan
sebagai sumber nitrit atau nitrat di lingkungan. Kedua senyawa itu
dalam jumlah besar dapat menimbulkan gangguan pada saluran
pencernaan, diare campur darah disusul oleh konvulsi, koma dan bila
tidak tertolong akan meninggal. Keracunan kronis akan menyebabkan
depresi umum, sakit kepala dan gangguan mental.
Di dalam tubuh manusia, nitrit terutama akan bereaksi dengan
hemoglobin membentuk methemoglobin (metHb). Apabila jumlahnya
melebihi kadar normal, akan menyebabkan methemoglobineamia. Pada
bayi sering dijumpai karena pembentukan enzim yang dapat
menguraikan metHb menjadi Hb masih belum sempurna. Akibat dari
gangguan ini, tubuh bayi akan kekurangan oksigen sehingga mukanya
akan tampak membiru atau sering dikenal dengan bayi biru.
Menurut Mukono (1997), pencemaran udara oleh NO2 dapat
mengakibatkan terjadinya radang paru dan jika hal ini berlangsung
terus-menerus dapat mengakibatkan kelainan faal paru obstruktif, yang
disebut Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM).
3) CFC
CFC atau biasa disebut gas chloro fluoro carbon merupakan salah
satu gas yang berbahaya dalam pencemaran udara. Gas CFC digunakan
sebagai gas pengembang karena tidak beraksi, tidak berbau, tidak
berasa, dan tidak berbahaya. Gas ini digunakan misalnya untuk
pembuatan busa kursi, untuk AC atau Freon, pendingin pada almari es,
dan penyemprot rambut (hair spray). Gas CFC yang membumbung
tinggi dapat mencapai stratosfer terdapat lapisan gas ozon (O 3). Jika
gas CFC mencapai ozon, akan terjadi reaksi antara keduanya, sehingga
lapisan ozon tersebut “berlubang” yang disebut sebagai lubang ozon.
Lapisan ozon ini merupakan pelindung bumi dari pengaruh cahaya
ultraviolet. Kalau tidak ada lapisan ozon, radiasi cahaya ultraviolet
mencapai permukaan bumi, menyebabkan kematian organisme,
tumbuhan menjadi kerdil, menimbulkan mutasi genetic, menyebabkan
kanker kulit atau kanker retina mata. Karena itu penggunaan zat CFC
harus dibatasi dan digunakan sebaik mungkin.
4) SO, SO2
Gas belerang atau SO dan gas belerang oksida atau SO 2 di udara
dihasilkan oleh pembakaran fosil baik minyak maupun batubara. Gas
tersebut dapat bereaksi dengan gas nitrogen oksida dan air hujan, yang
menyebabkan air hujan menjadi asam. Maka terjadilah hujan asam.
Hujan asam mengakibatkan tumbuhan dan hewan-hewan tanah mati.
Produksi pertanian merosot, besi dan logam mudah berkarat, bangunan
kuno seperti candi menjadi cepat aus dan rusak, serta bangunan
gedung dan jembatan juga cepat rusak.
5) Asap Rokok
Zat yang mencemari udara dan berbahaya bagi kesehatan manusia
adalah asap rokok. Asap rokok mengandung berbagai bahan pencemar
yang dapat menyebabkan batuk kronis, kanker paru-paru, mempengaruhi
janin dalam kandungan, dan berbagai gangguan kesehatan lainnya.
Perokok dapat dibedakan menjadi dua yaitu perokok aktif dan perokok
pasif. Perokok aktif adalah mereka yang merokok secara langsung.
Perokok pasif adalah orang yang tidak merokok tetapi menghirup asap
rokok di suatu ruangan. Baik perokok aktif maupun perokok pasif,
keduanya memiliki risiko yang tinggi. Jadi merokok di dalam ruangan
bersama orang lain yang tidak merokok dapat mengganggu kesehatan
orang lain. Akibat yang ditimbulkan rokok adalah terganggunya
kesehatan manusia, seperti batyk dan penyakit pernafasan (bronchitis,
asma, dan kemungkinan kanker paru-paru).
b. Secara Kimia
1) Pencemaran udara: indeks standar pencemar udara (ISPU) memberi
informasi tingkat pencemaran udara yang merupakan hasil pemantauan
konsentrasi rata-rata berbagai polutan udara selama periode 24 jam.
Jenis polutan yang dipantau antara lain karbon monoksida (CO), sulfur
dioksida (SO2), nitrogen oksida (NO), ozon (03), da¬materi partikulat
(debu). Peningkatan konsentrasi senyawa-senyawa polutan di udara
merupakan indikator bagi tingkat polusi udara
2) Pencemaran air: kandungan senyawa-senyawa kimia dalam air dapat
menjad. indikator terjadinya pencemaran/polusi air. Contohnya:
a) Kandungan nutrisi: nutrisi yang terlarut di air seperti unsur nitrogen,
fosfor, dan karbon dibutuhkan untuk pertumbuhan organisme
fotosintetik di perairan.
b) Kandungan logam berat: timbal, merkuri, sanida, dan kadmium,
menunjukkan telah terjadi polusi air.
c) Oksigen terlarut (dissolved oxygen/DO): Pengukuran oksigen terlarut
akan menunjukkan volume oksigen yang terlarut di air. Masuknya
zat polutan, seperti buangan pupuk atau sampah organik, dapat
menurunkan volume oksigen terlarut. Jumlah oksigen terlarut di air
sebaiknya antara 4,0 hingga 12,0 rng/L.
d) Kebutuhan oksigen biokimia (Biochemical Oxygen Demand/ BOD) :
BOD berhubungan dengan DO, Semakin rendah kadar oksigen
terlarut DO) dalam air, semakin tinggi kadar BOD dalam air
tersebut.pengukuran terhadap BOD secara tidak langsung
menunjukkan kadar DO.
e) pH/ tingkat keasaman: pH air yang normal adalah antara 6,5 hingga
9,0. Masuknya polutan yang bersifat asam dapat menurunkan nilai
pH air dengan ekstrim (sangat asam atau sangat basa).
3) Pencemaran tanah: pH, salinitas, kandungan senyawa kimia organik,
fosfor nitrogen, logam berat, dan radioaktif merupakan contoh
indikate¬kimia bagi tingkat polusi tanah.
c. Secara Biologi
1) Pencemaran udara: makhluk hidup yang rentan pada perubahan
konsentrasi zat polutan di udara dapat dijadikan indikator
biologi.Contoh indikator biologi untuk mengamati tingkat polusi udara
adalah lumut kerak (Lichenes). Lumut kerak merupakan simbiosis antara
algae fotosintetik atau cyanobakteria dengan fungi. Lumut kerak terdiri
atas beberapa kelompok yang masing-masing memiliki tingkat
sensitivitas berbeda terhadap polutan udara. Oleh karena itu,
keberadaan kelompok lumut kerak tertentu di suatu wilayah dapat
menjadi indikator bagi tingkat polusi udara di wilayah. lumut kerak
Usnea sp. dan Evernia sp. tidak akan dapat bertahan hidup Iiikit
konsentrasi sulfur dioksida di udara terlalu tinggi.
2) Pencemaran air: jumlah dan susunan organisme dalam air sangat
berhubungan dengan tingkat polusi air. Beberapa fitoplankton, seperti
diatom dan dinoflagelata, dan zooplankton dari kelompok rotifera,
3) Penyakit malaria
Penyakit malaria ditularkan oleh nyamuk anopheles.
Penyebabnya adalah mikroba patogen jenis protozoa, yaitu
plasmodium malariae yang mempunyai empat spesies penyebab
malaria, yaitu, Plasmodium vivax, penyebab malaria tertiana,
Plasmodium malariae, penyebab malaria quartana, Plasmodium
falciparum, penyebab malaria Tropicana, dan Plasmodium ovale,
penyebab malaria ovale. Dari keempat macam penyakit malaria
tersebut yang paling berbahaya adalah malaria tropicana karena dapat
menimbulkan kematian. Angka kematian penyakit ini mencapai 10%.
Sedangkan ketiga macam penyakit malaria lainnya relatif lebih ringan
meskipun tetap merugikan karena dapat melemahkan tubuh si
disertai rasa mual dan muntah. Hati penderita menjadi bengkak, bola
mata pun menjadi kuning. Warna kuning ini bisa menjalar ke
permukaan kulit. Orang awam sering menyebutnya sebagai
penyakit kuning. Sebutan sakit kuning harus dibedakan dengan
penyakit demam kuning atau Yellow fever yang banyak berjangkit di
Afrika dan di Amerika Selatan. Yellow fever sejauh ini tidak terdapat di
Indonesia. Hepatitis A yang telah parah akan merusak hati. Kerusakan
hati ini memang tidak nampak dari luar. Namun akibatnya bisa dilihat
dari melemahnya tubuh penderita. Tubuh menjadi kurus dan perut
membesar (bengkak). Dengan rusaknya hati maka aliran dari
venaporta tersumbat dan cairan tubuh terkumpul di rongga perut
sehingga menimbulkan oedema atau pembengkakan. Kekurangan
gizi akan mempercepat tingkat penularan dan keparahan penyakit
ini. Daerah berpenduduk padat, lingkungan kumuh, kebersihan
lingkungan tidak diperhatikan, air bersih tidak memadai,
pembuangan limbah dan kotoran (termasuk tinja) secara
sembarangan, yang kesemuanya itu menyebabkan pencemaran air
lingkungan, akan memudahkan penularan penyakit ini. Oleh karena
itu tindakan preventif berupa kebersihan lingkungan perlu
disadari oleh segenap lapisan masyarakat.
2) Polliomyelitis
Penyakit yang sering disebut sebagai penyakit polio ini sering
menyerang anak- anak dan menyebabkan kelumpuhan. Masa
inkubasinya sekitar 1 - 3 minggu setelah terkena infeksi virus polio.
Gejala polio sangat bervariasi; dapat berupa demam ringan seperti
pada influensa sampai pada kelumpuhan ringan dan berat yang
menyebabkan cacat pada tungkai bawah. Kelumpuhan karena polio
seringkali tidak sama pada anggota badan atau asimetris. Kematian
karena penyakit polio relatif rendah, namun keparahan penyakit polio
akan meningkat dengan meningkatnya umur penderita. Virus polio ini
tersebar di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Kebersihan lingkungan
dan keadaan gizi yang baik akan sangat membantu dalam
menangkal penyakit polio, terutama pada anak-anak. Vaksinasi polio
sudah barang tentu sangat berguna untuk membentuk ketahanan
tubuh terhadap penyakit polio ini.
3) Cholera
Penyakit Cholera (kolera) adalah penyakit menular yang
menyerang usus halus yang kemudian dapat mengakibatkan kematian
dalam waktu singkat. Penyakit ini akan menjadi wabah apabila tidak
ditangani secara sungguh-sungguh. Angka kematian karena penyakit
kolera relatif sangat tinggi, sekitar 50%, terutama pada saatbelum
ditemukannya antibiotika dan chemoterapeutika.
Masa inkubasi penyakit kolera sangat cepat, dari hanya
beberapa jam sampai beberapa hari setelah penderita terinfeksi oleh
bakteri kolera. Penyakit kolera ditandai dengan muntah-muntah dan
berak terus-menerus (muntaber) yang menyebabkan dehidrasi parah
sehingga penderita menjadi kolaps dan akhirnya meninggal. Kematian
ini dapat terjadi dalam waktu singkat, sekitar setengah sampai dua
jam apabila dehidrasi sudah demikian parah.
Walaupun saat ini sudah ditemukan vasinasi untuk
pencegahan penyakit kolera dan juga sudah ditemukan antibiotika
untuk penyembuhannya, akan tetapi penyakit ini masih sering
dijumpai sebagai wabah, terutama di Afrika dan Asia. Hal ini
disebabkan masih rendahnya kesadaran akan arti pentingnya
kebersihan lingkungan, masalah vaksinasi, masalah gizi dan pangan,
dan lain sebagainya. Penularan bisa secara langsung melalui orang
ke orang, dapat pula melalui lalat, air, makanandan minuman.
4) Typhus Abdominalis
Typhus adalah penyakit menular yang menyerang usus halus
seperti halnya kolera. Penyakit ini masih sering menjadi wabah. Angka
kematian akibat penyakit ini masih lebih rendah dari angka kematian
akibat kolera. Masalah pemberantasan penyakit typhus seringkali
dihadapkan pada persoalan adanya pembawa (carier) bakteri typhus.
Bakteri ini untuk sementara waktu bersembunyi atau tinggal pada
batu ginjal, batu kandung kemih atau pada batu kandung empedu.
Pada waktu buang air besar atau buang air kecil, bakteri tersebut
mungkin akan ikut keluar dan menyebar ke lingkungan. Bakteri typhus
dapat bertahan lama di luar tubuh manusia karena daya tahan bakteri
ini sangat kuat. Pencegahan penyakit typhus dapat dilakukan dengan
melalui vaksinasimanakala sedangterjadi wabah, walaupun vaksinasi
tiphus hanya dapat memberikan kekebalan sementara saja, yaitu tidak
lebih dari 6 bulan.
5) Dysenteri Amoeba
Penyakit dysenteri amoeba adalah penyakit menular yang
menyerang perut. Penyakit ini tersebar ke seluruh dunia. Penyakit ini
bukan disebabkan oleh bakteri maupun virus, namun disebabkan oleh
protozoa yang dapat membentuk kista. Mikroba patogen jenis
protozoa ini disebut entamoeba histolitica. Gejala penyakit
dysenteri amoeba adalah buang air besar yang disertai dengan
lendir dan darah. Penderita penyakit ini tidak mengalami dehidrasi,
kecuali pada disenteri basilaris.
Adakalanya penyakit dysenteri amoeba tidak disertai dengan
gejala yang nyata sehingga seringkali menjadi kronis. Kalau tidak segera
diobati penyakit ini akan menyebabkan komplikasi, antara lain abses
pada hati, radang otak dan lain sebagainya. Penularan penyakit
dysenteri sangat mudah, dapat melalui jalur air lingkungan,
makanan dan minuman yang telah terkontaminasi oleh kotoran yang
mengandung kista amoeba yang dibawa oleh lalat. Amoeba ini dapat
bertahan lama di luar tubuh manusia, karena terbentuknya kista yang
dapat melindungi diri sehingga daya tahannya kuat sekali. Masalah
yang ada pada pemberantasan penyakit ini adalah adanya pembawa
atau carier pada tubuh penderita yang telah sembuh. Oleh karena
gejalanya seringkali tidak nyata maka penyakit ini kurang begitu
diperhatikan sehingga tahu-tahu keadaan penderita sudah kronis.
6) Ascariasis
Ascariasis atau penyakit cacingan (cacing gelang) dapat
terjadi karena lingkungan yang kotor dan tercemar. Penyakit ini
menyerang orang di segala usia, terutama pada anak-anak. Cacing
gelang hidup pada usus manusia. Penyakit ini telah menyebar di
seluruh dunia. Penyakit ini dengan cepat dapat menular karena cacing
betinanya mampu bertelur banyak sekali, sekitar 200.000 butir
telur sehari. Telur ini akan ikut keluar dari usus pengidap penyakit
cacingan bersama tinja. Manusia terkena infeksi cacing ini karena
menelan telur cacing yang terdapat pada makanan atau minuman,
atau melalui sayuran dan buah-buahan yang terkontaminasi telur
cacing ascaris. Telur cacing yang sampai pada usus akan menetas dan
menjadi tempayak (larva) yang akan menembus dinding perut dan
masuk ke pembuluh darah. Melalui pembuluh darah ini larva akan
menuju ke hati, kemudian ke dinding jantung kanan terus ke paru-paru.
Melalui paru-paru larva cacing masuk ke saluran pernafasan terus ke
tenggorokan, dan akhirnya kembali ke rongga perut (usus) dan
selanjutnya menjadi : dewasa di dalam usus. Di dalam usus ini
cacing berkembang biak.
Gejala penyakit cacing gelang ini ditandai dengan batuk ringan
karena masuknya larva ke dalam sistem pernafasan, dan berak yang
disebabkan adanya cacing dewasa. Penderita penyakit cacing gelang
pada umumnya akan menurun kondisi tubuhnya karena cacing gelang
yang ada di dalam usus ikut menyerap makanan. Sifat parasit cacing
gelang ini sudah barang tentu sangat merugikan. Dalam keadaan yang
parah maka mungkin akan timbul komplikasi karena adanya
penyumbatan rongga usus oleh cacing tersebut. Penderita pun jadi
mudah untuk terkena penyakit lainnya karena daya tahan
tubuhnya yang lemah. Kebersihan diri dan kebersihan lingkungan serta
persyaratan jamban keluarga yang baik akan membantu
pemberantasan penyakit cacing gelang ini.
7) Trachoma
Penyakit ini timbul terutama karena kurangnya persediaan air
bersih. Trachoma adalah penyakit mata yang menyerang selaput lendir
dan selaput bening mata. Penyebab penyakit trachoma adalah virus
trachoma. Penyakit ini pada keadaan awal hampir tidak menimbulkan
keluhan pada penderitanya, namun pada keadaan yang agak lanjut
akan mengakibatkan peradangan pada mata. Pengobatan penyakit ini
hendaknya segera dilakukan karena terlambat diobati mungkin akan
mengakibatkan cacat. Cacat ini dapat terjadi pada selaput lendir mata
dan selaput bening mata. Cacat ini dapat mengakibatkan kornea mata
menjadi keruh sehingga sangat mengganggu penglihatan. Kalau terjadi
4) Penyakit bisinosis
Penyakit Bisinosis adalah penyakit pneumokoniosis yang
disebabkan oleh pencemaran debu kapas atau serat kapas di udara
yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas atau serat
kapas ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil,
perusahaan dan pergudangan kapas serta pabrik atau pekerja lain yang
menggunakan kapas atau tekstil; seperti tempat pembuatan kasur,
pembuatan jok kursi dan lain sebagainya.
Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5
tahun. Tanda-tanda awal penyakit bisinosis ini berupa sesak nafas,
terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin (yaitu hari awal
kerja pada setiap minggu). Secara psikis setiap hari Senin pekerja
yang menderita penyakit bisinosis merasakan beban berat pada dada
serta sesak nafas. Reaksi alergi akibat adanya kapas yang masuk ke
dalam saluran pernafasan juga merupakan gejala awal bisinosis.
Pada bisinosis yang sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut
biasanya juga diikuti dengan penyakit bronkitis kronis dan mungkin
juga disertai dengan emphysema.
5) Penyakit antrakosis
Penyakit Antrakosis adalah penyakit saluran pernafasan yang
disebabkan oleh debu batubara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada
pekerja-pekerja tambang batubara atau pada pekerja-pekerja yang
banyak melibatkan penggunaan batubara, seperti pengumpan
batubara pada tanur besi, lokomotif {stoker) dan juga pada kapal
laut bertenaga batubara, serta pekerja boiler pada pusat Listrik Tenaga
Uap berbahan bakar batubara. Masa inkubasi penyakit ini antara 2-4
tahun. Seperti halnya penyakit silikosis dan juga penyakit-penyakit
pneumokoniosis lainnya, penyakit antrakosis juga ditandai dengan
adanya rasa sesak nafas. Karena pada debu batubara terkadang juga
terdapat debu silikat maka penyakit antrakosis juga sering disertai
dengan penyakit silikosis. Bila hal ini terjadi maka penyakitnya disebut
silikoantrakosis.
Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu penyakit antrakosis
murni, penyakit silikoantrakosis dan penyakit tuberkulosilikoantrakosis.
Penyakit antrakosis murni disebabkan debu batubara. Penyakit ini
memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadi berat, dan relatif
tidak begitu berbahaya. Penyakit antrakosis menjadi berat bila disertai
dengan komplikasi atau emphysema yang memungkinkan terjadinya
kematian. Kalau terjadi emphysema maka antrakosis murni lebih
berat daripada silikoantrakosis yang relatif jarang diikuti oleh
emphysema. Sebenarnya antara antrakosis murni dan silikoantrakosis
sulit dibedakan, kecuali dari sumber penyebabnya. Sedangkan penyakit
tuberkulosilikoantrakosis lebih mudah dibedakan dengan kedua
penyakit antrakosis lainnya. Perbedaan ini mudah dilihat dari fototorak
yang menunjukkan kelainan pada paru-paru akibat adanya debu
batubara dan debu silikat, serta juga adanya baksil tuberkulosis yang
menyerang paru-paru.
6) Penyakit beriliosis
Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang
berupa logam murni, oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida,
dapatmenyebabkan penyakit saluran pernafasan yang disebut
beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan nasoparingitis,
bronkitis dan pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam,
batuk kering dan sesak nafas. Penyakit beriliosis dapat timbul pada
pekerja-pekerja industri yang menggunakan logam campuran
beriliumtembaga, pekerja pada pabrik fluoresen, pabrik pembuatan
tabung radio dan juga pada pekerja pengolahan bahan penunjang
industri nuklir. Selain dari itu, pekerjaan-pekerjaan yang banyak
menggunakan seng (dalam bentuk silikat) dan juga mangan, dapat juga
menyebabkan penyakit berilioisis yang tertunda atau delayed berryliosis
yang disebut juga dengan beriliosis kronis. Efek tertunda ini bisa
berselang 5 tahun setelah berhenti menghirup udara yang tercemar
oleh debu logam tersebut. Jadi lima tahun setelah pekerja tersebut
tidak lagi berada di lingkungan yang mengandung debu logam
tersebut, penyakit beriliosis mungkin saja timbul. Penyakit ini ditandai
dengan gejala mudah lelah, beratvbadan yang menurun dan sesak
nafas. Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi
pekerja-pekerja yang terlibat dengan pekerjaan yang menggunakan
logam tersebut perlu dilaksanakan terus-menerus.
C. PENUTUP
Pencemaran lingkungan yang terjadi merupakan peristiwa masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu
lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Kriteria baku kerusakan lingkungan
hidup adalah ukuran batas perubahan sidat fisik, kimia, dan/atau hayati
lingkungan hidup yang dapat ditenggang oleh lingkungan hidup untuk dapat
tetap melestarikan fungsinya. Pencemaran lingkungan dapat terjadi pada
daratan, udara, dan air yang menyebabkan baik ke lingkungan maupun
kesehatan manusia dan makhluk hidup lain.
REFERENSI
1. Suprapto. Hubungan antara Jenjang Pendidikan dan Pendapatan dengan Sikap
Kepala Keluarga terhadap Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Desa Candisari
Kabupaten Grobogan. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2010.
2. Pangaribuan RS. Analisa Kadar Karbon Monoksida (CO) Dan Nitrogen Dioksida
(NO2) Di Dalam Ruangan Rental Game Online Di Sekitar Kelurahan Padang Bulan
Kecamatan Medan Baru Tahun 2012. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara,
2014.
BAB VI
PENGARUH PENCEMARAN LINGKUNGAN
TERHADAP MANUSIA DAN EKOLOGI
A. PENDAHULUAN
Materi ini merupakan mata kuliah lanjut yang menekankan pada
pemahaman mengenai pengaruh pencemaran lingkungan terhadap manusia dan
ekologi. Seperti yang sudah diketahui, bahwa pencemaran lingkungan dapat
berdampak negatif baik kepada kesehatan dan lingkungan itu sendiri. Dalam bab
ini akan dibahas, khususnya mengenai dampak pencemaran lingkungan baik oleh
radiasi, sampah, dan logam berat.
Tujuan Instruksional:
a. Tujuan Instruksional umum
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan tentang pengaruh pencemaran lingkungan terhadap manusia
dan ekologi.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan:
1) Dampak kesehatan akibat radiasi elektromagnetik
2) Sampah di masyarakat dan dampak kesehatan masyarakat yang timbul
3) Dampak kesehatan akibat logam berat
B. MATERI PEMBELAJARAN
1. DAMPAK KESEHATAN AKIBAT RADIASI ELEKTROMAGNETIK
Radiasi adalah proses hantaran energi yang luas pengertiannya.
Berdasarkan watak penghantarnya ada dua jenis radiasi, yaitu radiasi
gelombang elektromagnektik dan radiasi partikel. Beda kedua jenis radiasi itu
sudah jelas, radiasi gelombang elektromagnektik adalah pancaran energi
dalam bentuk gelombang elektromagnetik, termasuk didalamnya radiasi
energi matahari yang kita terima sehari-hari di permukaan bumi, kemudian
gelombang radio, gelombang mikro, inframerah, cahaya tampak, dan sinar
kosmik. Sedangkan radiasi partikel adalah pancaran energi dalam bentuk
energi kinetik yang dibawa oleh partikel bermassa seperti elektron yang
disebut sebagai sinar–X, partikel beta (β), partikel alfa (α), sinar gamma (γ), p,
partikel neutron.
Jika ditinjau dari "muatan listrik"nya, radiasi dapat dibagi menjadi
radiasi pengion dan radiasi non-pengion. Radiasi pengion adalah radiasi yang
apabila menumbuk atau menabrak sesuatu, akan muncul partikel bermuatan
listrik yang disebut ion. Peristiwa terjadinya ion ini disebut ionisasi. Ion ini
kemudian akan menimbulkan efek atau pengaruh pada bahan, termasuk
benda hidup. Termasuk ke dalam radiasi pengion adalah sinar-X, partikel alfa
(α), partikel beta (β), sinar gamma (γ), partikel neutron. Partikel beta (β),
partikel alfa (α), dan neutron dapat menimbulkan ionisasi secara langsung.
Meskipun tidak memiliki massa dan muatan listrik, sinar-X, sinar gamma dan
sinar kosmik juga termasuk ke dalam radiasi pengion karena dapat
menimbulkan ion isasi secara tidak langsung. Radiasi non-pengion adalah
radiasi yang tidak dapat menimbulkan ionisasi. Termasuk ke dalam radiasi
non-pengion adalah gelombang radio, gelombang mikro, inframerah, cahaya
tampak dan ultraviolet.
Sedangkan dilihat dari jenis radiasi terdiri dari ; radiasi
elektromagnetik, radiasi pengion, radiasi thermal, radiasi Cerenkov, radiasi sel
hidup, radiasi matahari, radiasi nuklir, radiasi benda hitam, radiasi non-
ionisasi,radiasi cosmic. Beberapa bahan kimia yang terdiri dari unsur-unsur
kimia inti yang tidak stabil. Sebagai akibat dari ketidakstabilan ini, atom
memancarkan partikel subatomik dan aleatoria.
Tanpa kita sadari, sebenarnya kita hidup dalam lingkungan yang
penuh dengan radiasi. Radiasi telah menjadi bagian dari lingkungan kita
semenjak dunia ini diciptakan, bukan hanya sejak ditemukan tenaga nuklir
setengah abad yang lalu,yang mana terdapat lebih dari 60 radionuklida.
Berdasarkan asalnya radiasi yang dapat dibedakan pada dua garis besar:
a. Sumber radiasi alam
Radiasi alam dapat berasal dari sinar kosmos, sinar gamma dari
kulit bumi, hasil peluruhan radon dan thorium di udara, serta berbagai
Radionuklida alamiah: radionuklida yang terbentuk secara alami.
b. Radiasi buatan
Radiasi buatan (radionuklida) adalah radiasi yang timbul karena atau
berhubungan dengan kegiatan manusia; seperti penyinaran di bidang
medik, jatuhan radioaktif, radiasi yang diperoleh pekerja radiasi di fasilitas
nuklir, radiasi yang berasal dari kegiatan di bidang industri : radiografi,
logging, pabrik lampu.
b. Sumber Sampah
Informasi tentang komposisi sampah sangat diperlukan dalam
mengevaluasi peralatan alternatif yang dibutuhkan, system, serta program
dan rencana manajemen pengelolaan sampah. Menurut Peavy (1985),
komposisi sampah dapat diuraikan menjadi komposisi fisik, komposisi
kimia, dan komposisi biologis. Menurut Gilbert dkk.(1996), sumber-sumber
timbulan sampah adalah sebagai berikut :
1) Sampah dari pemukiman penduduk
Pada suatu pemukiman biasanya sampah dihasilkan oleh suatu
kluarga yang tinggal disuatu bangunan atau asrama. Jenis sampah yang
dihasilkan biasanya cendrung organik, seperti sisa makanan atau
sampah yang bersifat basah, kering, abu plastik dan lainnya.
2) Sampah dari tempat-tempat umum dan perdagangan
Tempat-tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan
banyaknya orang berkumpul dan melakukan kegiatan. Tempat-tempat
tersebut mempunyai potensi yang cukup besar dalam memproduksi
sampah termasuk tempat perdagangan seperti pertokoan dan pasar.
Jenis sampah yang dihasilkan umumnya berupa sisa – sisa makanan,
sampah kering, abu, plastik, kertas, dan kaleng- kaleng serta sampah
lainnya.
3) Sampah dari sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah
Yang dimaksud di sini misalnya tempat hiburan umum, pantai,
masjid, rumah sakit, bioskop, perkantoran, dan sarana pemerintah
lainnya yang menghasilkan sampah kering dan sampah basah.
4) Sampah dari industri
Dalam pengertian ini termasuk pabrik – pabrik sumber alam
perusahaan kayu dan lain – lain, kegiatan industri, baik yang termasuk
distribusi ataupun proses suatu bahan mentah. Sampah yang dihasilkan
dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering abu, sisa – sisa
makanan, sisa bahan bangunan.
5) Sampah Pertanian
Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang daerah pertanian,
misalnya sampah dari kebun, kandang, ladang atau sawah yang
dihasilkan berupa bahan makanan pupuk maupun bahan pembasmi
serangga tanaman.
c. Jenis– Jenis Sampah
Jenis sampah yang ada di sekitar kita cukup beraneka ragam, ada
yang berupa sampah rumah tangga, sampah industri, sampah pasar,
sampah rumah sakit, sampah pertanian, sampah perkebunan, sampah
peternakan, sampah institusi/kantor/sekolah, dan sebagainya. Berdasarkan
asalnya, sampah padat dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu sebagai
berikut :
1) Sampah Organik
Sampah organik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan
hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat
biodegradable. Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan melalui
proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan
organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa-
sisa makanan, pembungkus (selain kertas, karet dan plastik), tepung,
sayuran, kulit buah, daun dan ranting.
2) Sampah Anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-
bahan non-hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil proses
teknologi pengolahan bahan tambang. Sampah anorganik dibedakan
menjadi : sampah logam dan produk – produk olahannya, sampah
plastik, sampah kertas, sampah kaca dan keramik, sampah detergen.
Sebagian besar anorganik tidak dapat diurai oleh alam/mikroorganisme
secara keseluruhan (unbiodegradable). Sementara, sebagian lainnya
hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini pada
tingkat rumah tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik,
dan kaleng.
ini masih bisa dipisahkan lagi atas sampah yang mudah terbakar,
contohnya seperti kertas dan kayu, dan sampah tak mudah lapuk
yang tidak bisa terbakar, seperti kaleng dan kawat.
d. Dampak Sampah
Menurut Gelbert dkk (1996) ada tiga dampak sampah terhadap
manusia dan lingkungan yaitu:
1) Dampak Terhadap Kesehatan
Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai
(pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang
cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang
seperti, lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit. Potensi
bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut :
kelangsungan hidup dari setiap mahluk hidup. Karena dibutuhkan dalam tubuh
maka disebut logam esensial, logam beresensial ini adalah tembaga (Cu), seng
(Zn) dan nikel (Ni).
Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar
dari 5 gr/cm3, terletak di sudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai
afinitas yang tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomor atom 22 sampai
92 dari perioda 4 sampai 7 (Miettinen, 1977 dalamPurnomo, 2008). Sebagian
logam berat seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), dan merkuri (Hg) merupakan
zat pencemar yang berbahaya. Afinitas yang tinggi terhadap unsur S
menyebabkan logam ini menyerang ikatan belerang dalam enzim, sehingga
enzim bersangkutan menjadi tak aktif. Gugus karboksilat (-COOH) dan amina (-
NH2) juga bereaksi dengan logam berat. Kadmium, timbal, dan tembaga terikat
pada sel-sel membran yang menghambat proses transpormasi melalui dinding
sel. Logam berat juga mengendapkan senyawa fosfat biologis atau mengkatalis
penguraiannya.
Berdasarkan daya hantar panas dan listriknya, semua unsur kimia yang
terdapat dalam susunan berkala unsur-unsur dapat dibagi atas dua golongan
yaitu logam dan non logam. Golongan logam mempunyai daya hantar panas
dan listrik yang tinggi, sedangkan golongan non logam mempunyai daya hantar
panas dan listrik yang rendah. Berdasarkan densitasnya, golongan logam di
bagi atas dua golongan, yaitu golongan logam ringan dan logam berat.
Golongan logam ringan (light metals) mempunyai densitas <5, sedangkan
logam berat (heavymetal) mempunyai densitas >5.
Menurut Palar (2008) karakteristik dari logam berat adalah sebagai
berikut:
a. Memiliki spesifikasi gravitasi yang sangat besar (>4).
b. Mempunyai nomor atom 22-34 dan 40-50 serta unsur lantinada dan
aktanida.
c. Mempunyai respon biokimia (spesifik) pada organisme hidup.
b. Timbal (Pb)
Timah hitam (Pb) adalah jenis logam yang lunak dan berwarna
coklat kehitaman, serta mudah di murnikan. Dalam pertambangan logam ini
berbentuk sulfide logam (Pbs) yang sering disebut galena. Timbal masuk
keperairan melalui pengendapan, jatuhan debu yang mengandung Pb yaitu
dari hasil pembakaran bensin yang mengandung tetra etil, erosi dan limbah
industri. Pada hewan dan manusia timbal dapat masuk ke dalam tubuh
melalui makanan dan minuman yang di komsumsi serta melalui pernafasan
dan penetrasi pada kulit. Di dalam tubuh manusia, di dalam tubuh manusia,
dapat menghambat aktivitas enzim yang terlibat dalam pembentukan
haemoglobin yang dapat menyebabkan anemia. Gejala yang di akaibatkan
dari keracunan logam timbal adalah kurangya nafsu makan, kejang-kejang,
muntah dan pusing-pusing. Timbal dapat juga menyerang susunan saraf dan
mengganggu system reproduksi, kelainan ginjal dankelainan jiwa.
C. PENUTUP
Dampak pencemaran lingkungan, baik dari pencemaran yang disebabkan
oleh radiasi, pengelolaan sampah yang tidak baik, serta kandungan logam berat
di lingkungan dapat mempengaruhi, khususnya pada kesehatan manusia, serta
estetika di lingkungan. Dengan adanya informasi dan pemahaman mengenai
pencemaran lingkungan yang dapat terjadi, maka diharapkan dapat dilakukan
upaya pencegahan terhadap pencemaran lingkungan tersebut.
REFERENSI
BAB VII
FAKTOR GENETIK, FISIOLOGI, DAN PSIKOLOGIK YANG
BERPENGARUH PADA KEPEKAAN KESEHATAN MANUSIA
TERHADAP PAPARAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
A. PENDAHULUAN
Materi ini merupakan mata kuliah lanjut yang menekankan pada
pemahaman mengenai faktor genetik, fisiologi, dan psikologik yang berpengaruh
pada kepekaan kesehatan manusia terhadap paparan pencemaran lingkungan.
Kepekaan kesehatan manusia terkait dengan daya tahan tubuh manusia
(imunitas tubuh) yang dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal berupa
rangsangan-rangsangan yang ada di lingkungan serta faktor internal, berupa
faktor genetik, fisik, dan psikologis yang ada di dalam diri manusia itu sendiri.
Tujuan Instruksional:
a. Tujuan Instruksional umum
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan tentang faktor genetik, fisiologi, dan psikologik yang
berpengaruh pada kepekaan kesehatan manusia terhadap paparan
pencemaran lingkungan.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan:
1. Stimuli lingkungan
2. Daya tahan tubuh
3. Faktor yang mempengaruhi kepekaan kesehatan manusia
B. MATERI PEMBELAJARAN
1. STIMULI LINGKUNGAN
Manusia dapat bereaksi terhadap berbagai jenis stimuli lingkungan.
Secara garis besar berbagai stimuli tersebut dapat dikelompokkan menjadi
dua bagian berdasarkan asalnya sebagai berikut:
a. Stimuli dari dalam tubuh manusia sendiri dan disebut stimuli endogenous.
Stimuli endogenous dapat berupa stimuli dari kadar-kadar hormon
yang diproduksi kelenjar-kelenjar hormon tubuh sendiri, ataupun segala
4) Kegiatan fisik
Kegiatan fisik sangat mempengaruhi semua komponen
kesegaran jasmani. Latihan yang bersifat aerobik yang dilakukan akan
meningkatkan daya tahan kardiorespirasi dapat mengurangi lemak
tubuh.
c. Faktor psikologis
1) Pola Hidup
Pola hidup sehat secara umum akan berdampak pada
kesehatan. Kebiasaan olahraga yang teratur, istirahat yang cukup,
konsumsi makanan yang bergizi, kehidupan yang bahagia dan tidak
stres, secara langsung dan tidak langsung akan membuat imunitas
tubuhnya berkembang sempurna sehingga bermacam penyakit tidak
berani mendekat.
2) Nutrisi
Gaya hidup sehat dan diet tepat merupakan landasan
terpenting untuk meningkatkan sistem imun. Pemenuhan gizi yang
seimbang berkorelasi langsung dengan pembentukan sistem imun
tubuh anak. Makin baik gizinya, makin baik pula imunitas tubuhnya.
Konsep 4 sehat 5 sempurna adalah contoh pemberian nutrisi seimbang
yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3) Stres dan sistem kekebalan
Sistem kekebalan adalah sistem pertahanan tubuh untuk
melawan penyakit. Stres membuat kita rentan terkena penyakit, adanya
sumber stres fisik akan dapat mengurangi fungsi kekebalan. Dukungan
sosial tampaknya akan mengurangi efek stres dalam sistem kekebalan
tubuh. Pemaparan terhadap stres dikaitkan dengan peningkatan dan
risiko berkembangnya influenza. Dalam penelitian lain, pemaparan stres
kronis yang parah dan berlangsung lama serta terkait pekerjaan yang
tidak menentu, pengangguran, atau masalah pribadi lainnya
diasosiasikan dengan risiko berkembangnya influenza yang lebih besar.
4) Depresi
Depresi adalah respon normal terhadap banyaknya kejadian
stres dalam kehidupan seseorang. Situasi yang sering mencetuskan
depresi adalah kegagalan di sekolah/pekerjaan, kehilangan orang yang
dicintai, menyadari bahwa penyakit/penuaan sedang menghabiskan
kekuatan seseorang. Depresi dianggap abnormal apabila tidak
sebanding dengan penyebab dari peristiwa yang dialami dan akan terus
berlangsung sampai titik dimana sebagian besar orang mulai pulih.
Walaupun depresi kebanyakan ditandai oleh gangguan mood,
sesungguhnya terdapat empat kelompok gejala. Selain gejala
emosional (mood), terdapat gejala kognitif, motivasional, dan fisik.
Seorang individu tidak harus memiliki keempat gejala tersebut untuk
bisa didiagnosis sebagai penderita depresi, tetapi lebih banyak gejala
yang dimilikinya, semakin kuat gejalanya, maka akan semakin pasti kita
dapat yakin bahwa individu itu mengalami depresi.
Untungnya, sebagian besar episode depresif berlangsung
singkat. Orang yang mengalami depresi sedikit demi sedikit akan pulih,
dengan atau tanpa terapi. Sekitar seperempat episode depresif
berlangsung kurang dari 1 bulan, separuh berlangsung kurang dari 3
bulan, dan seperempatnya berlangsung 1 tahun atau lebih. Hanya
sekitar 10% kelompok terakhir yang tidak pulih dan tetap dalam kondisi
depresi yang kronis (Lewinsohn, Fenn, & Franklin, 1982). Sayangnya,
episode depresif cenderung akan timbul kembali. Sekitar separuh
individu yang pernah mengalami episode depresif akan mengalami
episode lainnya. Pada umumnya, semakin stabil seseorang sebelum
episode pertamanya, maka akan semakin kecil kemungkinan depresi
akan timbul kembali. Berikut ini adalah ciri-ciri umum dari depresi:
a) Perubahan pada kondisi emosional, yaitu perubahan pada mood.
b) Perubahan dalam motivasi, yaitu perasaan tidak termotivasi atau
memiliki kesulitan untuk memulai kegiatan, menurunnya tingkat
partisipasi sosial atau minat pada aktivitas sosial, kehilangan
kenikmatan, menurunnya minat dalam seks, dan gagal untuk
merespon pada pujian/reward.
c) Perubahan dalam fungsi dan perilaku motorik, yaitu
bergerak/berbicara dengan lebih perlahan daripada biasanya,
perubahan dalam kebiasaan tidur, perubahan dalam selera makan,
perubahan dalam berat badan, dan berfungsi kurang efektif
daripada biasanya.
d) Perubahan kognitif, yaitu kesulitan berkonsentrasi, berpikir negatif
mengenai diri sendiri dan masa depan, perasaan bersalah/menyesal,
dan berpikir akan kematian/bunuh diri.
5) Kecemasan
Gangguan kecemasan adalah sekelompok gangguan di mana
kecemasan merupakan gejala utama atau dialami jika seseorang
berupaya mengendalikan perilaku maladaptif tertentu. Beberapa ciri
fisik dari kecemasan:
a) Gelisah dan gugup
b) Tangan dan anggota tubuh bergetar
c) Mulut atau kerongkongan terasa kering
d) Sulit berbicara
e) Sulit bernafas
f) Telapak tangan yang berkeringat
g) Suara yang bergetar
h) Panas dingin
i) Banyak keringat
j) Sulit menelan
k) Sering buang air kecil
l) Bernafas pendek
m) Wajah terasa memerah
n) Mudah marah
o) Pusing
p) Pening atau pingsan
q) Merasa lemas atau mati rasa
Ciri-ciri kognitif dari kecemasan:
a) Khawatir tentang sesuatu
b) Perasaan terganggu atau ketakutan terhadap sesuatu yang akan
terjadi masa depan
c) Terpaku pada sensasi ketubuhan
d) Ketakutan akan kehilangan kontrol
e) Berpikir bahwa dunia mengalami keruntuhan
f) Berpikir bahwa semuanya sudah tidak bisa dikendalikan
g) Khawatir terhadap hal-hal yang sepele
h) Kebingungan
i) Merasa terancam oleh orang lain
j) Tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran terganggu
k) Sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran
C. PENUTUP
Tingkat kepekaan (stage of susceptibility) adalah tingkat dimana suatu
penyakit belum nampak, tetapi telah ada suatu hubungan antara host (induk
semang), agent (penyebab penyakit), dan environment (lingkungan). Hal
tersebut berkaitan dengan daya tahan tubuh (imunitas) terhadap keadaan yang
tidak seimbang di antara ketiga komponen tersebut. Daya tahan tubuh
seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal (lingkungan) dan faktor
internal (genetik, fisik, psikologis).
REFERENSI
BAB VIII
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT, CAIR, DAN GAS
A. PENDAHULUAN
Materi ini merupakan mata kuliah lanjut yang menekankan pada
pemahaman mengenai pengelolaan limbah padat, cair, dan gas. Dalam bab ini
akan dijelaskan mengenai cara atau metode pengelolaan limbah agar tidak
mencemari lingkungan. Metode pengelolaan limbah tersebut khususnya pada
tempat-tempat umum, seperti tempat pelayanan masyarakat (public service) dan
pelayanan kesehatan. kemudian di industri, karena industri merupakan salah satu
tempat yang paling banyak memproduksi limbah, serta pengelolaan limbah di
daerah pasca bencana.
Tujuan Instruksional:
a. Tujuan Instruksional umum
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan tentang pengelolaan limbah padat, cair, dan gas.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan:
1) Pengelolaan di industri
2) Pengelolaan di public service
3) Pengelolaan di pelayanan kesehatan
4) Pengelolaan pasca bencana
B. MATERI PEMBELAJARAN
1. PENGELOLAAN DI INDUSTRI
a. Limbah Padat
Limbah padat industri, adalah hasil buangan industri berupa
padatan, lumpur, atau bubur yang berhasil dari suatu proses pengolahan.
Dalam konsep lingkungan didefinisikan limbah padat dibagi menurut
jenisnya, yaitu:
1) Municipal, yaitu limbah perkotaan dihasilkan oleh perumahan dan
perkantoran, biasa disebut sebagai “sampah” (trash), berupa; kertas,
sampah taman, gelas, logam, plastik, sisa makanan, serta bahan lain
seperti karet, kulit, dan tekstil
2) Non-municipal, yaitu limbah yang berasal kegiatan industri, pertanian,
pertambangan, dengan jumlah yang jauh lebih besar dari pada sampah
perkotaan.
1) Material teknik: adalah jenis material yang banyak dipakai dalam proses
rekayasa dan industri. Material teknik dikelompokkan menjadi 6
golongan, aantara lain; (i) Logam: baja, besi cor, titanium, logam
paduan, dll (ii) Polimer: polietilan, polipropilen, polikarbonat, dll (iii)
Karet: isopren, neopren, karet alam, dll, (iv) Gelas : gelas soda, gelas
silika, gelas borosilikat, (v) Keramik: alumina, karbida silikon, nitrida
silikon dll, (vi) Hibrida: komposit, sandwich, foam
2) Logam: Dalam bidang astronomi, istilah logam seringkali dipakai untuk
menyebut semua unsur yang lebih berat dari pada helium, misalnya,
paduan logam, logam mulia, logam berat.
a) Paduan logam, merupakan pencampuran dari dua jenis logam atau
lebih untuk mendapatkan sifat fisik, mekanik, listrik dan visual yang
lebih baik. Contoh paduan logam yang populer adalah baja tahan
karat yang merupakan pencampuran dari baja (Fe) dengan Krom
(Cr).
b) Logam mulia, berarti logam-logam termasuk paduannya yang biasa
dijadikan perhiasan, antara lain emas, perak, perunggu dan platina.
Logam-logam tersebut memiliki warna yang bagus, tahan karat,
lunak dan terdapat dalam jumlah yang sedikit di alam.
c) Logam berat (heavy metal), adalah logam dengan massa jenis lima
atau lebih, dengan nomor atom 22 sampai dengan 92. Logam berat
dianggap berbahaya bagi kesehatan bila terakumulasi secara
berlebihan di dalam tubuh. Beberapa di antaranya bersifat
membangkitkan kanker (karsinogen).
Bagi limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis dapat ditangani
dengan berbagai cara antara lain ditimbun pada suatu tempat, diolah
kembali kemudian dibuang dan dibakar. Perlakuan limbah padat yang tidak
punya nilai ekonomis sebagian besar dilakukan sebagai berikut:
1) Ditumpuk pada Areal Tertentu
Penimbunan limbah padat pada areal tertentu membutuhkan
areal yang luas dan merusakkan pemandangan di sekeliling
penimbunan. Penimbunan. ini mengakibatkan pembusukan yang
menimbulkan bau di sekitarnya, karena adanya reaksi kimia yang
rnenghasilkan gas tertentu. Dengan penimbunan, permukaan tanah
menjadi rusak dan air yang meresap ke dalam tanah mengalami
kontaminasi dengan bakteri tertentu yang mengakibatkan turunnya
kualitas air tanah. Pada musim kemarau timbunan mengalami
kekeringan dan ini mengundang bahaya kebakaran.
2) Pembakaran
Limbah padat yang dibakar menimbulkan asap, bau dan debu.
Pembakaran ini menjadi sumber pencemaran melalui udara dengan
timbulnya bahan pencemar baru seperti, hidrokarbon, karbon
monoksida, bau, partikel dan sulfur dioksida.
3) Pembuangan
Pembuangan tanpa rencana sangat membahayakan lingkungan.
Di antara beberapa pabrik membuang limbah padatnya ke sungai
karena diperkirakan larut ataupun membusuk dalam air. Ini adalah
perkiraan yang keliru, sebab setiap pembuangan bahan padatan apakah
namanya lumpur atau buburan, akan menambah total solid dalam air
sungai.
b. Limbah Cair
Pengolahan limbah bertujuan untuk menetralkan air dari bahan-
bahan tersuspensi dan terapung, menguraikan bahan organik
biodegradable, meminimalkan bakteri patogen, serta memerhatikan
estetika dan lingkungan. Pengolahan air limbah dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu : (1) secara alami dan, (2) secara buatan.
10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom
heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida
[Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan
membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5).
Salah satu public service adalah Bandar udara. Bandar Udara adalah
kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang
digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik
turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan
antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan
keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.
Badan Usaha Bandar Udara adalah badan usaha milik negara, badan usaha
milik daerah, atau badan hukum Indonesia berbentuk perseroan terbatas atau
koperasi, yang kegiatan utamanya mengoperasikan Bandar Udara untuk
pelayanan umum. Pemrakarsa adalah Pemerintah, Pemerintah Daerah, badan
usaha milik negara, badan usaha milik daerah atau badan hukum Indonesia
yang mempunyai hak untuk pelaksanaan pembangunan, mengoperasikan dan
mengusahakan Bandar Udara.
Dalam rangka mewujudkan bandar udara yang bersih dan sehat,
diperlukan suatu pengelolaan limbah padat/sampah serta limbah B3 secara
terpadu dan terintegrasidengan baik sehingga tidak menimbulkan dampak
negatif seperti bau, penyakit,kotor, dan dampak lainnya. Salah satu
komponen lingkungan yang menjadi perhatian dalam mewujudkan eco airport
adalah pengelolaan limbah padat termasuk di dalamnya limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (limbah B3).
Limbah padat/sampah merupakan salah satu dampak pengoperasian
bandar udara. Sampah yang dihasilkan bandar udara dikategorikan sebagai
sampah sejenis rumah tangga dalam kawasan khusus. Tahapan Pengelolaan
Limbah Bandar Udara:
a. Tahap 1 – Pemilahan. Melakukan pemilahan paling sedikit terhadap 5 (lima)
jenis sampah antara lain: sampah mengandung B3 serta limbah B3, sampah
mudah terurai, sampah yang dapat digunakan kembali, sampah yang dapat
didaur ulang, dan sampah lainnya.
b. Tahap 2 – Pengumpulan. Menyediakan TPS, TPS 3R (Reduce, Reuse,
Recycle), dan menyediakan alat pengumpul untuk sampah terpilah.
c. Tahap 3 – Pengangkutan. Pengangkutan sampah dari TPS atau TPS 3R ke
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).
d. Tahap 4 – Pengolahan. Pengolahan berupa: pemadatan sampah,
pengomposan sampah, pendaurulangan materi sampah, mengubah
sampah menjadi energi.
e. Tahap 5 – Hasil Akhir. Limbah/Sampah Bandar Udara dikelompokkan dalam
4 (empat) kategori antara lain:
1) Limbah/Sampah Landside (Terminal, Kargo, Perkantoran, Landscape,
Parkir)
2) Limbah/Sampah Airside (Pesawat, Landscape)
3) Limbah/Sampah B3 (Limbah Airside, Limbah Landside, Kendaraan,
Genset)
4) Limbah/Sampah Proyek Pengembangan Bandar udara
c. Limbah padat adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat
sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat
dan limbah padat non medis.
Tabel 6. Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategori
Warna
Kategori container/kantong Lambang Keterangan
plastik
Radioakti Merah Kantong boks
f timbal dengan
simbol
radioaktif
d. Transportasi
1) Kantong limbah medis padat sebelum dimasukkan ke kendaraan
pengangkut harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup.
2) Kantong limbah medis padat harus aman dari jangkauan manusia
maupun binatang.
3) Petugas yang menangani limbah, harus menggunakan alat pelindung
diri yang terdiri: Topi, Masker, Pelindung amta, pakaian panjang
(coverall), apron untuk industri, pelindung kaki/sepatu boot, dan sarung
tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty gloves).
2) Limbah Farmasi
Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan insinerator
pirolitik (pyrolitik incinerator), rotary klin, dikubur secara aman, sanitary
landfill, dibuang ke sarana air limbah atau insinerasi. Tetapi dalam
jumlah besar harus menggunakan fasilitas pengolahan yang khusus
seperti rotarykli, kapsulisasi dalam drum logam, dan inersisasi.
3) Limbah Sitotoksik
a) Limbah Sitotoksik sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang
dengan penimbunan (landfiil) atau saluran limbah umum.
b) Bahan yang belum dipakai dan kemasannya masih utuh karena
kadaluarsa harus dikembalikan ke distributor apabila tidak ada
insinerator dan diberi keterangan bahwa obat tersebut sudah
kadaluarsa atau tidak dipakai lagi.
6) Kontainer Bertekanan
Cara yang terbaik untuk menangani limbah kontainer bertekanan
adalah dengan daur ulang atau pengunaan kembali. Apabila masih
dalam kondisi utuh dapat dikembalikan ke distributor untuk pengisian
ulang gas. Agen halogenida dalam bentuk cair dan dikemas dalam botol
harus di perlakukan sebagai limbah bahan kimia berbahaya untuk
pembuangannya.
7) Limbah radioaktif
Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus diatur dalam kibijakan
dan strategi nasional yang menyangkut perturan, infrastruktur,
organisasi pelaksana dan tenaga yang terlatih. (Permenkes RI No.
1204/Menkes/SK/X/2004, Depkes RI, 2004).
Sesuai dengan debit air buangan dari rumah sakit yang juga tergantung
dari besar kecilnya rumah sakit, atau jumlah tempat tidur, maka
kontruksi Anaerobic Filter Treatment System dapat disesuaikan dengan
kebutuhan tersebut, misalnya :
1) Volume septic tank
2) Jumlah anaerobic filter
3) Volume stabilization tank
4) Jumlah chlorination tank
5) Jumlah sludge drying bed
6) Perkiraan luas lahan yang diperlukan
a. Gempa Bumi
b. Letusan Gunung Berapi
c. Tsunami (Gelombang Pasang)
d. Angin Puyuh (Putting Beliung)
e. Banjir (Akibat Cuaca Ekstrim/Dampak La Nina)
f. Tanah Longsor
g. Kebakaran Hutan/Asap (Haze)
h. Kekeringan (Cuaca Ekstrim/Dampak El Nino)
i. KLB (Kejadian Luar Biasa/Wabah Penyakit Menular)
j. Kecelakaan Transportasi/Industri
k. Konflik Dengan Kekerasan Akibat Kerusuhan Sosial
C. PENUTUP
Limbah merupakan hasil buangan dari suatu proses, dalam hal ini adalah
dari tempat pelayanan umum, pelayanan kesehatan, industri, dan pada keadaan
sesudah bencana. Tempat-tempat tersebut dinilai berpotensi dalam
menghasilkan limbah, dan jika tidak terdapat pengelolaan yang baik akan
berdampak buruk bagi kesehatan.
REFERENSI
1. Arief, LM. Pengelolaan Limbah Padat di Industri. Jakarta: Universitas Esa Unggul,
2012.
2. Esa Unggul. Pengolahan Limbah Cair. Jakarta: Universitas Esa Unggul.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2012 Tentang
Pembangunan Dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandara.
4. Angkasa Pura. Improving the sustainability performance. Jakarta: PT Angkasa
Pura, 2014.
5. Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004
6. Chandra, B., 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta. EGC.
7. Depkes RI 2001. Karakteristik Limbah Rumah Sakit dan Pengaruhnya terhadap
kesehatan dan lingkungan, Jakarta. Edisi Cermin Dunia Kedokteran No.130.
Depkes RI.
8. Kesehatan Masyarakat. Standar Sanitasi Darurat pada Daerah Bencana. (online)
(http://www.indonesian-publichealth.com/2013/10/sanitasi-bencana.html)