Anda di halaman 1dari 111

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat penting yang dihadapi

oleh masyarakat kita saat ini. Semakin maju teknologi di bidang kedokteran,
semakin banyak macam penyakit yang mendera masyarakat. Hal tersebut
dipengaruhi oleh faktor tingkah laku manusia itu sendiri. Manusia terdiri dari satu
kesatuan yang menjadi karakteristik dan berakal, memiliki sifat-sifat yang unik
yang ditimbulkan oleh berbagai macam-macam kebudayaan karena antara
manusia dengan manusia lain memiliki beragai macam perbedaan, mempunyai
cara yang berbeda dalam upaya memenuhi kebutuhannya masing-masing.
Berbicara kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh metologi
Yunani yaitu Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut
Asclepius disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai
meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya,
tetapi dapat mengobati penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan
prosedur-prosedur tertentu dengan baik. Asclepius melakukan pendekatan
(pengobatan penyakit), setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang. Berbeda
dengan Higeia yang mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan masalah
kesehatan melalui hidup seimbang, seperti mengindari makanan/minuman yang
beracun, makan makanan yang bergizi (baik) cukup istirahat dan melakukan
olahraga. Apabila orang sudah jatuh sakit Higeia lebih menganjurkan melakukan
upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut, anatara
lain lebih baik dengan memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik,
daripada dengan pengobatan/pembedahan.
Manusia dalam konsep kesehatan masyarakat juga dituntut untuk berfikir
secara filsafat sejalan dengan berkembang teknologi di bidang kedokteran.
1

Filsafat adalah sekumpulan masalah yang langsung mendapat perhatian dari


manusia dan dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat. Muntasyir & Munir
mengatakan bahwa ciri-ciri berfikir kefilsafatan sebagai berikut, radikal artinya
berpikir sampai ke akar-akarnya, hingga sampai pada hakikat atau substansi yang
dipikirkan. Dengan demikian, kita sebagai tenaga kesehatan dapat mengetahui apa
yang menjadi akar permasalahan sehingga mampu merancang konsep kesehatan
dalam masyarakat mulai dari segi pendekatan sampai penanganan langsung
terhadap masalah kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana manusia dalam konsep kesehatan masyarakat?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui manusia dalam konsep kesehatan masyarakat
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Dapat menginterprestasikan dan mengidentifikasikan tentang manusia
konsep kesehatan masyarakat
2. Dapat mengidentifikasi diagnosa, masalah potensial yang mungkin
terjadi pada konsep kesehatan masyarakat
3. Dapat mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang diperlukan
dalam konsep kesehatan masyarakat
4. Dapat melakukan manusia dalam konsep kesehatan masyarakat
5. Dapat melakukan implementasi dari perencanaan yang telah dibuat
secara efisien dan aman dalam konsep kesehatan masyarakat

6. Dapat melakukan evaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan


dalam manusia dalam konsep kesehatan masyarakat
1.4 Manfaat
1.4.1. Bagi mahasiswa
1. Dapat menambah pengetahuan mahasiswa mengenai manusia dalam
konsep kesehatan masyarakat
2. Hasil dari laporan ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan
untuk mengetahui dan menambah wawasan khususnya dalam mata
kuliah filsafat

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dasar kesehatan Masyarakat


2.1.1 Sejarah Kesehatan Masyarakat
Berbicara kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh metologi
Yunani yaitu Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita Mitos Yunani tersebut
Asclepius disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai
meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya,
tetapi diceritakan bahwa ia telah dapat mengobati penyakit dan bahkan melakukan
bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu dengan baik.
Hegeia, seorang asistenya yang juga istrinya juga telah melakukan upaya
kesehatan.

Perbedaan

antara

Asclepius

dengan

Higeia

dalam

pendekatan/penanganan masalah kesehatan adalah


1. Asclepius melakukan pendekatan (pengobatan penyakit), setelah penyakit
tersebut terjadi pada seseorang.
2. Higeia mengajarkan kepada pengikutnya dalam pendekatan masalah
kesehatan

melalui

hidup

seimbang,

seperti

mengindari

makanan/minuman yang beracun, makan makanan yang bergizi (baik)


cukup istirahat dan melakukan olahraga. Apabila orang sudah jatuh sakit
Higeia lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya secara alamiah untuk
menyembuhkan penyakitnya tersebut, anatara lain lebih baik dengan
memperkuat tubuhnya dengan makanan yang baik, daripada dengan
pengobatan/pembedahan.

Dari cerita dua tokoh di atas, berkembanglah 2 aliran/pendekatan dalam


menangani masalah kesehatan.

Kelompok pertama cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit),


yang selanjutnya disebut pendekatan kuratif/pengobatan. Kelompok ini pada
umumnya terdiri terdiri atas dokter, dokter gigi, psikiater dan praktisi-praktisi
lain yang melakukan pengobatan fisik, mental maupun sosial.

Kelompok kedua, seperti halnya pendekatan Higeia, cenderung melakukan


upaya-upaya pencegahan penyakit dan meningkatkan kesehatan (promosi)
sebelum terjadi penyakit. Kelompok ini termasuk para petugas kesehatan
masyarakat lulusan-lulusan sekolah/institusi kesehatan masyarakat dari
berbagai jenjang.

a)

Pendekatan kuratif
1. Dilakukan terhadap sasaran secara individual.
2. Cenderung bersifat reaktif (menunggu masalah datang, misal dokter
menunggu pasien datang di Puskesmas/tempat praktek).
3. Melihat dan menangani klien/pasien lebih kepada sistem biologis
manusia/pasien hanya dilihat secara parsial (padahal manusia terdiri dari
bio-psiko-sosial yang terlihat antara aspek satu dengan lainnya.

b) Pendekatan preventif
1. Sasaran/pasien adalah masyarakat (bukan perorangan).
2. Menggunakan pendekatan proaktif, artinya tidak menunggu masalah
datang, tetapi mencari masalah. Petugas turun di lapangan/masyarakat
mencari dan mengidentifikasi masalah dan melakukan tindakan.
3. Melihat klien sebagai makhluk yang utuh, dengan pendekatan holistik.
Terjadiya penyakit tidak semata karena terganggunya sistem biologis tapi
aspek bio-psiko-sosial.
2.1.2

Periode perkembangan kesehatan masyarakat

Perkembangan ilmu kesehatan masyarakat dikelompokkan dalam 2


periode:
1. Periode sebelum ilmu pengetahuan
Pada periode ini masyarakat belum terlalu memahami arti pentingnya
kesehatan dalam kehidupannya dalam sehari-hari, ini ditandai dengan
adanya peraturan tertulis yang mengatur pembuangan limbah kotoran yang
tujuan awalnya tidak untuk kesehatan tetapi karena limbah menimbulkan
bau tidak sedap. Namun lama-lama mereka makin menyadari pentingnya
kesehatan masyarakat setelah timbulnya berbagai macam penyakit
menular menyerang sebagian penduduk dan menjadi epidemi bahkan telah
menjadi endemi. Contohnya kolera namun upaya pemecahan masalah
secara menyeluruh belum dilakukan.

2. Periode ilmu pengetahuan


Periode ini masalah penyakit merupakan masalah yang komplek,
sehingga jika pada periode sebelum ilmu pengetahuan belum ditemukan
pemecahan masalah, pada periode ini mulai ditemukann penyebabpenyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegah, ini dibuktikan Lous
Pasteur menemukan vaksin pencegah cacar. Josep Lister menemukan asam
karbol untuk sterilisasi ruang operasi dan William Marton menemukan
ether sebagai anestesi pada waktu operasi. Penyelidikan dan upaya-upaya
kesehatan masyarakat secara ilmiah pun mulai digalakkan. Ini dibukatikan
dengan telah dikembangkannya pendidikan tenaga kesehatan profesional
oleh seorang pedagang wiski dari baltimor Amerika dengan berdirinya
universitas serta pemerintah Amerika membentuk departemen kesehatan
untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi penduduk, juga
perbaikan dan pengawasan sanitasi lingkungan.

2.1.3. Perkembangan kesehatan masyarakat Indonesia

Abad Ke-16

Pemerintahan Belanda mengadakan upaya pemberantasan cacar dan


kolera yang sangat ditakuti masyarakat pada waktu itu. Sehingga
berawal dari wabah kolera tersebut maka pemerintah Belanda pada
waktu itu melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.

Tahun 1807

Pemerintahan Jendral Daendels, telah dilakukan pelatihan dukun bayi


dalam praktek persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka upaya
penurunan angka kematian bayi pada waktu itu, tetapi tidak
berlangsung lama, karena langkanya tenaga pelatih.

Tahun 1888

Berdiri pusat laboratorium kedokteran di Bandung, yang kemudian


berkembang pada tahun-tahun berikutnya di Medan, Semarang,
surabaya,

dan

Yogyakarta. Laboratorium

ini

menunjang

pemberantasan penyakit seperti malaria, lepra, cacar, gizi dan sanitasi.

Tahun 1925

Hydrich,

seorang

petugas

kesehatan

pemerintah

Belanda

mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan propaganda


(pendidikan) penyuluhan kesehatan di Purwokerto, Banyumas, karena
tingginya angka kematian dan kesakitan.

Tahun 1927

STOVIA (sekolah untuk pendidikan dokter pribumi) berubah menjadi


sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya UI tahun 1947
berubah menjadi FKUI. Sekolah dokter tersebut punya andil besar
dalam

menghasilkan

tenaga-tenaga

(dokter-dokter)

mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia

yang

Tahun 1930

Pendaftaran dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan

Tahun 1935

Dilakukan program pemberantasan pes, karena terjadi epidemi,


dengan penyemprotan DDT dan vaksinasi massal.

Tahun 1951

Diperkenalkannya konsep Bandung (Bandung Plan) oleh Dr.Y.


Leimena dan dr Patah (yang kemudian dikenal dengan PatahLeimena),

yang

intinya

bahwa

dalam

pelayanan

kesehatan

masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan.


konsep ini kemudian diadopsi oleh WHO. Diyakini bahwa gagasan
inilah yang kemudian dirumuskan sebagai konsep pengembangan
sistem pelayanan kesehatan tingkat primer dengan membentuk unitunit organisasi fungsional dari Dinas Kesehatan Kabupaten di tiap
kecamatan yang mulai dikembangkan sejak tahun 1969/1970 dan
kemudian disebut Puskesmas.

Tahun 1952

Pelatihan intensif dukun bayi dilaksanakan

Tahun 1956

Dr.Y.Sulianti

mendirikan

percontohan/model

Proyek

pelayanan

bagi

Bekasi

sebagai

pengembangan

proyek
kesehatan

masyarakat dan pusat pelatihan, sebuah model keterpaduan antara


pelayanan kesehatan pedesaan dan pelayanan medis.

Tahun 1967

Seminar membahas dan merumuskan program kesehatan masyarakat


terpadu sesuai dengan masyarakat Indonesia. Kesimpulan seminar ini
adalah disepakatinya sistem Puskesmas yang terdiri dari Puskesmas

tipe A, tipe B, dan C.

Tahun 1968

Rapat Kerja Kesehatan Nasional, dicetuskan bahwa Puskesmas adalah


merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian
dikembangkan oleh pemerintah (Depkes) menjadi Pusat Pelayanan
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas disepakati sebagai
suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif
dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau,
dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan di
kotamadya/kabupaten.

Tahun 1969

Sistem Puskesmas disepakati 2 saja, yaitu tipe A (dikepalai dokter)


dan tipe B (dikelola paramedis). Pada tahun 1969-1974 yang dikenal
dengan masa Pelita 1, dimulai program kesehatan Puskesmas di
sejumlah kecamatan dari sejumlah Kabupaten di tiap Propinsi.

Tahun 1979

Tidak dibedakan antara Puskesmas A atau B, hanya ada satu tipe


Puskesmas saja, yang dikepalai seorang dokter dengan stratifikasi
puskesmas ada 3 (sangat baik, rata-rata dan standard). Selanjutnya
Puskesmas dilengkapi dengan piranti manajerial yang lain, yaitu
Micro Planning untuk perencanaan, dan Lokakarya Mini (LokMin)
untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerjasama tim.

Tahun 1984

Dikembangkan program paket terpadu kesehatan dan keluarga


berencana di Puskesmas (KIA, KB, Gizi, Penaggulangan Diare,
Immunisasi)

awal tahun

Puskesmas

menjelma
9

menjadi

kesatuan

organisasi

kesehatan

1990-an

fungsional

yang

merupakan

pusat

pengembangan

kesehatan

masyarakat yang juga memberdayakan peran serta masyarakat, selain


memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok

2.1.4. Definisi kesehatan masyarakat


Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis (Pasal 1 butir 1 UU No. 36 Tahun 2009)
Menurut Ikatan Dokter Amerika (1948) Kesehatan Masyarakat adalah ilmu
dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat
melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat.
Dari batasan kedua di atas, dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu
meluas dari hanya berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif,
ilmu kedokteran pencegahan sampai dengan ilmu sosial, dan itulah cakupan ilmu
kesehatan masyarakat.

Definisi Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM)


Beberapa definisi Ilmu Kesehatan Masyarakat antara lain:
1. Menurut

Winslow

(1920)

seorang

ahli

kesehatan

masyarakat

mendefinisikan kesehatan masyarakat (public health) adalah ilmu dan seni


mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan
melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat untuk:
1.

meningkatkan sanitasi lingkungan

2.

mengendalikan infeksi menular

3.

pendidikan secara individual dalam hal hygiene perorangan


10

4.

mengorganisasikan

pelayanan

medis

dan

perawatan

untuk

tercapainya diagnosis dini dan terapi pencegahan terhadap penyakit.


5.

Pengembangan sosial kearah adanya jaminan hidup yang layak


dalam bidang kesehatan.
Dengan cara mengorganisasikan hal tersebut di atas, maka akan

memungkinkan setiap warga untuk menyadari dalam hidupnya di bidang


kesehatan dan kehidupan.
Menyimak difinisi tersebut di atas, maka terlihat bahwa ternyata Ilmu
Kesehatan Masyarakat itu menyangkut sebuah kompleksitas yang amat
dalam sekali, namun sebenarnya tidak tidak mudah bagi seseorang untuk
memahami Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Berdasarkan definisi IKM menurut Winslow dapat disimpulkan bahwa
kesehatan masyarakat mempunyai dua aspek teoritis (ilmu atau akademik)
dan praktis (aplikatif). Kedua aspek ini masing-masing mempunyai peran
dalam kesehatan masyarakat. Dari aspek teoritis kesehatan masyarakat
perlu didasari dan didukung dengan hasil-hasil penelitian. Artinya dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat (aplikasi) harus
didasarkan pada temuan-temuan (evident based) hasil kajian ilmiah
(penelitian). Sebaliknya kesehatan masyarakat juga harus terapan (applied)
artinya hasil-hasil studi kesehatan masyarakat harus mempunyai manfaat
bagi pengembangan program.

2. Menurut Prayitno (1994) dalam pandangan yang sempit mungkin dapat


dikatakan bahwa Ilmu Kesehatan Masyarakat itu adalah ilmu yang
mempelajari sehat dan sakit saja, dan dalam arti yang luas ternyata Ilmu
Kesehatan

Masyarakat

adalah

ilmu

yang

lebih

menitikberatkan

penanganan kasus-kasus pada upaya-upaya pencegahan, bukan pada upaya

11

kuratif, sebab dalam IKM dikenal adanya 5 tahap pencegahan (The Five
Level of Prevention) yang terdiri atas :
1. Upaya Promotive (meningkatkan pemahaman kesehatan)
2. Upaya Preventive (miningkatkat upaya pencegahan penyakit)
3. Upaya Protective (meningkatkan perlindungan terhadap penyakit)
4. Upaya Curative (upaya penyembuhan terhadap penyakit)
5. Upaya Rehabilitative (upaya pemulihan)
Dengan demikian bila menyimak 5 tahap tersebut di atas, maka
terlihat bahwa sebenarnya yang diutamakan adalah upaya-upaya non
kuratif atau upaya non medik, sebagai contoh adalah upaya promotif yang
secara nyata lebih mudah, lebih murah dan dapat dilakukan oleh siapa saja,
artinya tidak memerlukan dokter.
Kedua, upaya preventif atau upaya pencegahan, sebagai contoh adalah
anjuran mencuci tangan sebelum makan, anjuran mandi 2 kali sehari,
anjuran mengurangi konsumsi kolesterol pada penderita Hiperkolesterol,
dan sebagainya, maka terlihat adanya perbedaan yang nyata antara upaya
promotif dan preventif.
Ketiga, upaya protektif, adalah upaya perlindungan terhadap risiko
yang mengancam status kesehatan, diantaranya adalah pemakaian sabuk
pengaman, masker, baju kerja, celana kerja, helm atau topi kerja, dan
sejenisnya.
Keempat, Curative atau kuratif atau upaya pengobatan. Sebenarnya
terkait dalam hal-hal ini adalah istilah Early Detection and Prompt
Treatment yaitu deteksi dini terhadap adanya penyakit dan adanya
penanganan atau pengobatan yang setepat-tepatnya. Dengan demikian
dalam hal ini yang diharapkan adalah perlunya monitoring terhadap
pekerja atau penduduk atau calon penderita yang dilakukan jauh sebelum
12

yang bersangkutan menderita sakit secara klinis, sehingga penanganan


terhadap penyakit yang disandangnya itu tidak perlu diberikan saat
penderita telah parah penderitaannya.
Kelima, Rehabilitative atau rehabilitatif atau upaya pemulihan adalah
upaya tertentu yang dilakukan agar penderita dimungkinkan meng-alami
tahap kembali seperti semula sebelum menderita penyakit dan
dimungkinkan untuk dikembalikan ketengah-tengah masyarakat lagi,
contoh untuk tahap rehabilitasi adalah :
1. Lembaga Pemasyarakatan (Pembinaan Khusus untuk Narapidana)
2. Lokalisasi Wanita Tuna Susila (Pembinaan Khusus untuk Wanita
dengan Risiko Penyakit Menular Seksual)
3. Pembinaan ODHA (Pembinaan Khusus untuk Orang Dengan
HIV/AIDS)
4. Rumah Sakit Lali Jiwa, Pakem Yogyakarta (Pembinaan Khusus untuk
Penderita Sakit Jiwa) dan sejenisnya.

2.1.5. Pusat Kesehatan Masyarakat


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor

75

Tahun

Masyarakat,
pelayanan

2014

tentang

puskesmas
kesehatan

yang

Pusat

Kesehatan

adalah

fasilitas

menyelenggarakan

upaya

kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan


tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi tingginya di wilayah kerjanya.
Puskesmas juga merupakan suatu sarana pelayanan
kesehatan

yang

menjadi

andalan

atau

tolak

ukur

pembangunan kesehatan, sarana peran serta masyarakat,

13

dan pusat pelayanan pertama yang menyeluruh dari suatu


wilayah.
Sebagai

Unit

Pelaksana

Teknis

Dinas

kesehatan

kabupaten/kota

(UPTD),

puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari


tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten/kota
dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung
tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
Penyelenggaraan
upaya
kesehatan
sebagai

wujud

pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan


kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehatn bagi
setiap

orang

agar

tercapailah

derajat

kesehatan

masyarakat yang optimal.


Pada saat ini puskesmas telah didirikan di hampir seluruh
pelosok
air.

Untuk

tanah
menjangkau

seluruh

wilayah

kerjanya,

puskesmas diperkuat dengan Puskesmas Pembantu serta


Puskesmas Keliling. Selain itu untuk daerah yang jauh dari
sarana pelayanan rujukan, ada juga puskesmas yang
dilengkapi dengan fasilitas rawat inap.
Puskesmas didirikan untuk memberikan
kesehatan

pelayanan
dasar,

menyeluruh, paripurna, dan terpadu bagi seluruh penduduk


yang

tinggal

di

wilayah kerja puskesmas. program dan upaya kesehatan


yang diselenggarakan oleh puskesmas merupakan program
pokok (public health essential) yang wajib dilaksanakan
oleh

pemerintah

untuk

mewujudkan

kesejahteraan

masyarakat.
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan
dan

upaya

kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari

14

sistem

kesehatan

nasional

merupakan

pelayanan

kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut


menjadi kegiatan pokok puskesmas yang dikelompokkan
menjadi dua yakni :
1. Upaya kesehatan wajib
Upaya kesehatan wajib adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan
komitmen nasional, ragional dan global serta yang
mempunyai
kesehatan

daya

ungkit

masayarakat.

untuk

penigkatan

Upaya

kesehatan

derajat
wajib

meliputi program basic six yaitu :


a. Promosi kesehatan (promosi dalam dan luar gedung
b.
c.
d.
e.

puskesmas)
Kesehatan lingkungan
Kesehatan ibu dan anak
Upaya perbaikan gizi masyarakat
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit

menular
Upaya pengobatan
2. Upaya kesehatan pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan adalah upaya yang
f.

ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan
di

masyarakat

kemampuan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

serta

puskesmas.

yang

disesuaikan

Adapun

upaya

pengembangan di puskesmas meliputi :


Upaya kesehatan sekolah
Upaya kesehatan olah raga
Upaya perawatan kesehatan masyarakat
Upaya kesehatan kerja
Upaya kesehatan gigi dan mulut
Upaya kesehatan jiwa
Upaya kesehatan mata
Upaya kesehatan usia lanjut
Upaya pembinaan pengobatan tradisional

15

dengan
kesehatan

Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan


pengembangan

harus

menerapkan

azaz

penyelenggaraan

puskesmas

secara

terpadu. Azaz penyelenggaraan puskesmas terdiri dari empat


azaz

yaitu

(Keputusan MENKES Nomor 128 Tahun 2004) :


1.
2.
3.
4.

Azaz
Azaz
Azaz
Azaz

pertanggunggjawaban wilayah
pemberdayaan masyarakat
keterpaduan
rujukan

Puskesmas bertanggung jawab hanya untuk sebagian upaya


pembangunan
kesehatan

yang

dibebankan

kabupaten/kota
kemampuannya.
puskesmas

oleh

dinas

kesehatan

sesuai
Secara

nasional,

dengan
standar

adalah

wilayah

kerja
satu

kecamatan.

1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak


Pelayanan kesehatan ibu dan anak adalah pelayanan kesehatan
dasar

yang

merupakan salah satu dari upaya kesehatan wajib pusksesmas.


Dalam

pelayanan

kesehatan ibu dan anak terdapat dua pelayanan secara umum


yaitu

pelayanan

kesehatan ibu yang mencakup pelayanan ibu hamil (antenatal),


ibu

bersalin,

ibu

nifas, dan kontrasepsi/KB. Kemudian pelayanan anak yang

16

mencakup

pelayanan

neonatal dan bayi. Pelayanan yang diberikan dilakukan oleh


tenaga

kesehatan

terampil seperti dokter, bidan, dan perawat.

a. Pelayanan Ibu Hamil


Untuk

menghindari

risiko

komplikasi

pada

kehamilan

dan

persalinan,
anjurkan setiap ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal
komprehensif
yang berkualitas minimal 4 kali, termasuk minimal 1 kali
kunjungan

diantara

suami/pasangan atau anggota keluarga. Distribusi pemberian


pelayanan

minimal

satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua
dan

dua

kali

pada

triwulan ketiga umur kehamilan.


Adapun

tatalaksana

asuhan

antenatal

pertrisemester

sebagai berikut :

1. Anamnesis
a. Riwayat medis lengkap
b. Catatan pada kunjungan sebelumnya
c. Keluhan yang mungkin dialami selama hamil

17

ialah

2. Pemeriksaan Fisik Umum


a. Pemeriksaan fisik umum lengkap
b. Keadaan umum
c. Tekanan darah
d. Suhu tubuh
e. Tinggi badan
f. Berat badan
g. LILA
h. Gejala anemia seperti pucat dan nadi cepat
i. Tanda bahaya lainnya seperti sesak nafas dan perdarahan
j. Pemeriksaan terkait masalah yang ditemukan pada kunjungan
sebelumnya

3. Pemeriksaan fisik obstetric


a. Vulva/perineum
b. Pemeriksaan inspekulo
c. Tinggi fundus
d. Pemeriksaan obstetric dengan maneuver Leopold
e. Denyut jantung janin

4. Pemeriksaan Penunjang
18

a. Golongan darah ABO dan rhesus


b. Kadar glukosa darah
c. Kadar HB

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Kadar protein urin
b. Tes BTA
c. Tes HIV
d. Tes malaria
e. Sifilis
f. USG jika diperlukan

6. Imunisasi, Suplementasi, dan KIE


a. Skrining status TT dan vaksin sesuai status
b. Tablet zat besi sebanyak 90 tablet selama kehamilan dan
asam folat
c. Aspirin
d. Kalsium
e. KIE sesuai materi

19

Jika terdasi kehamilan dengan kondisi diluar kehamilan normal,


maka
pelayanan rujukan dapat dilakukan dengan indikasi komplikasi
kebidanan

meliputi

Hb < 8 gr %, tekanan darah tinggi, eklampsia, perdarahan


pervaginam,

ketuban

kehamilan

>

32

pecah dini,

letak

minggu,

letak

lintang

pada

sungsang

usia
pada

primigradiva, infeksi berat/sepsis persalinan prematur. Ibu hamil


yang dirujuk adalah ibu hamil risiko tinggi atau komplikasi yang
ditemukan untk mendapat pertolongan pertama dan rujukan oleh
tenaga kesehatan.

b. Pelayanan Ibu Bersalin


Pertolongan persalinan adalah pertolongan ibu bersalin di
suatu

wilayah

kerja

puskesmas dalam kurun waktu tertentu yang mendapat


pelayanan
persalinan

pertolongan
oleh

tenaga

yang

kebidanan

berkompeten.

Kompetensi
adalah

keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kesehatan dalam


bidang pelayanan kebidanan (dokter dan bidan). Persalinan
dan kelahiran dikatakan normal jika usia kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), persalinan terjadi spontan, presentasi
belakang kepala, berlangsung tidak lebih dari 18 jam, dan
tidak ada komplikasi pada ibu maupun janin.
Tindakan dalam pelayanan persalinan normal didasari oleh
empat kala berikut :
1. Kala I dibagi menjadi 2, yaitu fase laten dan fase aktif. Fase
laten

dimana

pembukaan serviks 1 hingga 3 cm dan terjadi selama 8


jam.

Sedangkan
20

fase aktif yaitu pembukaan serviks 4 hingga 10 cm dan


terjadi

selama

jam.
2. Kala II yaitu pembukaan lengkap sampai bayi lahir, 1 jam
pada
primigravida dan 2 jam pasa multigravida.
3. Kala III yaitu segera setalah bayi lahir sampai plasenta lahir
lengkap

dan

terjadi selama 30 menit.


4. Kala IV yaitiu segera setelah lahirnya plasenta hingga 2
jam

post-partum.

c. Pelayanan Nifas
Nifas adalah periode mulai 6 jam sampai dengan 42 hari
pasca

persalinan.

Pelayanan nifas sesuai standar adalah pelayanan kepada ibu


nifas, sedikitnya tiga kali, pada 6 jam pasca persalinan sampai
dengan 3 hari, pada minggu kedua, dan pada minggu ke
enam termasuk pemberian vitamin A sebanyak dua kali serta
persiapan

pemasangan

pelaksanaan

pelayanan

KB

pasca

nifas

persalinan.

dilakukan

juga

Dalam

pelayanan

neonatus sesuai standar sedikitnya tiga kali, yaitu pada 6 24


jam setelah lahir, pada 3 7 hari dan pada 28 hari setelah
lahir

yang

dilakukan

pada

fasilitas

kesehatan

maupun

kunjungan ke rumah.
d. Pelayanan Neonatal
Pelayanan kesehatan neonatal adalah pelayanan kesehatan
dasar

yang

diberikan kepada bayi berumur 0 sampai 28 hari yang


meliputi

tindakan

resusitasi,

pencegahan

hipotermi,

pemberian ASI, Pencegahan infeksi berupa perawata mata,


tali pusat, kulit

serta

imunisasi,

21

pemberian

vitamin

K,

manajemen terpadu bayi muda (MTBM), dan penyuluhan


perawatan neonates di rumah menggunakan buku KIA. Setiap
neonates memperoleh pelayanan kesehatan minimal dua kali
yaitu pada umur 0 -8 hari dan pada umur 8 28 hari.
e. Pelayanan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi diberikan kepada bayi umur 1
12

bulan

oleh

petugas kesehatan. pelayanan tersebut meliputi deteksi


dini

kelainan

tumbuh

kembang bayi, stimulasi perkembangan bayi, manajemen


terpadu

bayi

muda

(MTBM), manajemen terpadu balita sakit (MTBS) dan

penyuluhan perawatan
kesehatan bayi di rumah menggunakan buku KIA. Setiap
bayi memperoleh pelayanan kesehatn minimal empat kali
yaitu pada umut 1 3 bulan, pada umur 3 6 bulan, pada
umur

-9

bulan,

dan

pada

umur

-12

bulan.

f. Pelayanan Kontrasepsi/KB
Prinsip pelayanan kontrasepsi saat ini adalah memberikan
kemandirian
pada

ibu

dan

pasangan

untuk

memilih

metode

diinginkan.

yang

Pemberi

pelayanan berperan sebagai konselor dan fasilitator, sesuai


langkah-langkah

di

bawah ini.
1. Jalin komunikasi yang baik dengan ibu.
2. Nilailah kebutuhan dan kondisi ibu dengan memberikan
pilihan

metode

kontrasepsi

berdasarkan

tujuan

pemakaiannya. Dimana terdapat pilihan metode untuk


fase menunda, fase menjarangkan (anak < 2), dan fase
tidak hamil lagi (anak > 3). Adapun metode kontrasepsi

22

tersebut ialah pil, AKDR, steril, suntikan, kondom, minipil,


dan
implant.
3. Memberikan

informasi

mengenai

pilihan

metode

kontrasepsi yang dapat digunakan ibu. Berikan informasi


yang

obyektif

dan

lengkap

tentang berbagai metode kontrasepsi: efektivitas, cara


kerja,

efek

samping, dan komplikasi yang dapat terjadi serta upayaupaya

untuk

menghilangkan atau mengurangi berbagai efek yang


merugikan
tersebut (termasuk sistem rujukan).
ibu menentukan pilihan terhadap metode

4. Membantu

kontrasepsi

yang

paling aman dan sesuai bagi dirinya.


5. Menjelaskan secara lengkap mengenai metode kontrasepsi

yang

telah

dipilih ibu.
6. Rujuk ibu bila diperlukan ke konselor yang lebih ahli

apabila
KB

ini

di
ibu

belum

mendapat

memuaskan,

klinik
informasi

yang

cukup
atau

rujuk ke fasilitas pelayanan kontrasepsi/kesehatan yang


lebih

lengkap

apabila klinik KB setempat tidak mampu mengatasi efek


samping/komplikasi atau memenuhi keinginan ibu. Berikan
pelayanan lanjutan setelah ibu dikirim kembali oleh
fasilitas

rujukan

ulang pasca pemasangan)


2. Promosi Kesehatan

23

(kunjungan

Promosi kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan


atau

usaha

menyampaikan

pesan

kesehatan

kepada

masyarakat,

kelompok atau individu.


Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut,
maka

masyarakat,

kelompok

atau

individu

dapat

memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih


baik. Pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan
dapat berpengaruh terhadap perilaku. Dengan kata lain
dengan adanya promosi kesehatan tersebut diharapkan
dapat

membawa

akibat

terhadap

perubahan

perilaku

kesehatan dari sasaran.


Menurut Notoatmodjo (2005) yang mengutip pendapat
Lawrence
berikut:

Green

(1984)

Promosi

merumuskan

Kesehatan

adalah

definisi

sebagai

segala

bentuk

kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait


dengan ekonomi, politik dan organisasi, yang dirancang
untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan
yang kondusif bagi kesehatan.
Promosi kesehatan mempunyai pengertian sebagai upaya
pemberdayaan
masyarakat
melindungi

untuk

memelihara,

kesehatan

diri

dan

meningkatkan
lingkungannya

dan

melalui

pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat,


agar

dapat

mengembangkan

menolong
kegiatan

dirinya
yang

sendiri,
bersumber

serta
daya

masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung


oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Depkes,
2005).
Promosi kesehatan juga merupakan proses pendidikan yang
tidak

lepas

dari

proses belajar. Seseorang dapat dikatakan belajar bila

24

dalam dirinya terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi


tahu, dari tidak dapat mengerjakan sesuatu menjadi dapat
mengerjakan sesuatu.
Di dalam kegiatan belajar terdapat tiga unsur pokok yang
saling
berkaitan, yakni masukan (input), proses, dan keluaran
(output). Dalam proses belajar, terjadi pengaruh timbal
balik antara berbagai faktor, antara lain subjek belajar,
pengajar atau fasilitator belajar, metode yang digunakan
dan materi atau bahan yang dipelajari. Sedangkan keluaran
merupakan hasil belajar itu sendiri, yang terdiri dari
kemampuan baru atau perubahan baru pada diri subjek
belajar (Notoatmodjo, 2007)
Metode Promosi Kesehatan
Di dalam suatu proses promosi kesehatan yang menuju
tercapainya

tujuan

promosi kesehatan yakni perubahan perilaku, dipengaruhi


oleh banyak faktor yaitu faktor metode, faktor materi atau
pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya, dan
alat-alat

bantu

atau

media

yang

digunakan

untuk

menyampaikan pesan.
Metode dan teknik promosi kesehatan, adalah dengan cara
dan

alat

bantu

apa

yang digunakan oleh pelaku promosi kesehatan untuk


menyampaikan

pesan-pesan

kesehatan

atau

mentransformasikan perilaku kesehatan kepada sasaran


atau masyarakat (Notoatmodjo, 2007).

25

a. Metode diskusi
Metode diskusi merupakan salah satu metode yang
sering digunakan dalam proses pendidikan. Harus ada
partisipasi yang baik dari peserta yang hadir.
Diskusi
diarahkan
pada
keterampilan
peningkatan

pengetahuan,

peningkatan

berdialog,
pemecahan

masalah secara efisien, dan untuk memengaruhi para


peserta agar mau mengubah sikap (Kartono, 1998).
Dalam suatu diskusi para pesertanya berpikir bersama
dan mengungkapkan pikirannya, sehingga menimbulkan
pengertian

pada

diri

sendiri, pada pandangan peserta diskusi dan juga pada


masalah yang didiskusikan (Lunandi, 1993).
Diskusi dipakai sebagai forum untuk bertukar informasi,
pendapat

dan

pengalaman dalam bentuk tanya-jawab yang teratur


dengan tujuan mendapatkan pengertian yang lebih luas,
kejelasan

tentang

suatu

permasalahan

dan

untuk

menentukan kebijakan dalam pengambilan keputusan


(Kartono, 1998).
Diskusi merupakan saluran yang paling baik untuk
menjaga

kredibilitas

pesan-pesan,

menyediakan

informasi, dan mengajarkan keterampilan yang kompleks


yang membutuhkan komunikasi dua arah antara individu
dengan

seseorang

sebagai

terpercaya

sumber

(Graeff,

informasi

yang
1996).

Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok


dapat

bebas

berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para


peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat
berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama
lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat.

26

Pimpinan diskusi juga duduk di antara peserta sehingga


tidak menimbulkan kesan ada yang lebih tinggi.
Dengan kata lain mereka harus merasa dalam taraf yang
sama

sehingga

tiap

kelompok

mempunyai

kebebasan/keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat


(Notoatmodjo, 2007). Selama berlangsungnya diskusi,
penilaian atau kritik tidak dibenarkan, sebab kritik akan
mematikan kreativitas (Effendi, 1992).
Keberhasilan metode diskusi banyak tergantung dari
pimpinan diskusi untuk memperkenalkan soal yang dapat
perhatian para peserta, memelihara perhatian yang terus
menerus dari para peserta, memberikan kesempatan
kepada

semua

orang

untuk

mengemukakan pendapatnya dan menghindari dominasi


beberapa orang saja, membuat kesimpulan pembicaraanpembicaraan dan menyusun saran - saran yang diajukan,
memberikan bahan-bahan informasi yang cukup agar
peserta sampai pada kesimpulan yang tepat.
Metode diskusi mempunyai kelemahan yaitu jika peserta
kurang

berpartisipasi

secara

aktif

untuk

bertukar

pengalaman dan pengetahuan serta adanya dominasi


pembicaraan oleh satu atau beberapa orang saja.
Diskusi membutuhkan perencanaan dan persiapan, serta
terdapat banyak cara untuk memicu dan mempersiapkan
stuktur

yang

akan

membantu

setiap

orang

untuk

berpartisipasi. Diskusi dapat dipicu dengan menyajikan


suatu pokok masalah, sebaiknya hal yang kontroversial.
Menurut Suprijanto (2008), ada beberapa teknik yang
dapat digunakan dalam diskusi kelompok, antara lain:
1. Kelompok buzz (Buzz Groups).

27

Pada teknik ini peserta dibagi menjadi kelompokkelompok

kecil,

hasil

diskusi

kelompok

kecil

ini

dilaporkan pada kelompok besar.


Caranya sekretaris kelompok kecil membuat catatan
tentang ide ide

yang disarankan oleh anggota

kelompok dan menyiapkan kesimpulan yang akan


disampaikan

kepada

kelompok

besar

setelah

diskusi kelompok buzz selesai. Biasanya sesi buzz


memerlukan waktu 10-20 menit tergantung pada topik
yang dibicarakan. Kelebihan teknik ini adalah mudah
dilakukan,

menjamin

partisipasi

semua

anggota

kelompok dan peserta dihadapkan pada suasana yang


tidak terlalu formal, sehingga peserta lebih mudah
mengeluarkan
pendapat secara spontan, selain itu teman-teman
sekitar dapat langsung memberi sambutan.
2. Diskusi mangkuk ikan (Fishbowl Discussion).
Pada teknik ini peserta dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu kelompok dalam dan kelompok luar. Kelompok
dalam bertugas mendiskusikan sesuatu, sedangkan
kelompok luar menyaksikan jalannya diskusi, tetapi
juga boleh berpartisipasi dalam diskusi.
Partisipasi tersebut dapat berupa pertanyaan atau
menyumbangkan gagasan.
3. Teknik urun pendapat.
Teknik ini digunakan

dalam

memecahkan

suatu

masalah dengan mengumpulkan gagasan atau saransaran dari semua peserta. Dalam teknik ini tidak ada
gagasan atau saran-saran dari semua peserta yang
disalahkan.
Semua peserta diberikan kesempatan yang leluasa
untuk berbicara, mengungkapkan gagasan maupun
28

saran sarannya. Gagasan tersebut dicatat ketika


muncul dari setiap peserta. Peserta kemudian dibagi
menjadi beberapa sub kelompok dan membahas
gagasan

tersebut.

Kesimpulan dari hasil diskusi ditentukan masingmasing

peserta

sesuai

dengan

pengalaman

dan

menurut sudut pandang mereka.

b. Metode ceramah
Metode ceramah merupakan metode pertemuan yang
sering digunakan. Metode ini baik untuk sasaran yang
berpendidikan tinggi maupun rendah (Notoatmodjo,
2007). Ceramah adalah suatu penyampaian informasi
yang sifatnya searah, yakni dari penceramah kepada
hadirin. Pada metode ini penceramah lebih banyak
memegang

peran

untuk

menyampaikan

dan

menjelaskan materi penyuluhannya dengan sedikit


memberikan

kesempatan

menyampaikan

kepada

tanggapannya

sasaran

(Lunandi,

untuk
1993).

Beberapa keuntungan menggunakan metode ceramah


adalah murah dari segi biaya, mudah mengulang
kembali jika ada materi yang kurang jelas ditangkap
peserta daripada proses membaca sendiri, lebih dapat
dipastikan

tersampaikannya

informasi

yang

telah

disusun dan disiapkan. Apalagi kalau waktu yang


tersedia sangat minim, maka metode inilah yang
dapat menyampaikan banyak pesan dalam waktu
singkat.

Selain

keuntungan

ada

juga

kelemahan

menggunakan metode ceramah, salah satunya adalah


pesan yang terinci mudah dilupakan setelah beberapa

29

lama (Lunandi, 1993). Ceramah akan berhasil apabila


penceramah itu sendiri menguasai materi apa yang
akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus
mempersiapkan

diri

dengan

mempelajari

materi

dengan sistematika yang baik, lebih baik lagi kalau


disusun

dalam

diagram

atau

skema

serta

mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya


makalah singkat, slide, transparan, sound system, dan
sebagainya.
Menurut Notoatmodjo, dkk (1989) ceramah akan
berhasil apabila teknik ceramah dimodifikasi dengan
melakukan tanya-jawab sesudah penyampaian materi.
Hal ini bertujuan agar peserta dapat bertanya tentang
hal-hal yang belum dipahaminya tentang materi yang
sudah diberikan penceramah. Kunci dari keberhasilan
pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah
tersebut dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk itu
penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut:
sikap dan penampilan yang menyakinkan, tidak boleh
bersikap ragu-ragu dan gelisah, suara hendaknya
cukup keras dan jelas, pandangan harus tertuju ke
seluruh

peserta

(dipertengahan),
menggunakan

ceramah,
seyogyanya

alat-alat

bantu

berdiri

di

tidak
lihat

depan
duduk,

semaksimal

mungkin (Notoatmodjo, 2007).


3. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat, yang dapat dilakukan dengan melalui
peningkatan sanitasi lingkungan, baik yang menyangkut tempat
maupun terhadap bentuk atau wujud substantifnya yang berupa fisik,
kimia, atau biologis termasuk perubahan perilaku. Keadaan lingkungan

30

dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek


kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak
penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang, atau di rangsang oleh
faktor-faktor lingkungan oleh karena itu lingkungan hidup sangat
berperan dalam mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta mahluk hidup. Interaksi manusia dengan
lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan
terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal
ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur-unsur
lingkungan

untuk

kelangsungan

hidupnya.

Udara,

air,

makanan,sandang, papan dan seluruh kebutuhan manusia harus


diambil dari lingkungan hidupnya.
Kualitas lingkungan yang sehat adalah keadaan lingkungan yang bebas
dari resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup
manusia, melalui pemukiman antara lain rumah tinggal dan asrama
atau yang sejenisnya, melalui lingkungan kerja antara perkantoran dan
kawasan industry atau sejenis. Sedangkan upaya yang harus dilakukan
dalam menjaga dan memelihara kesehatan lingkungan adalah obyek
sanitasi meliputi seluruh tempat kita tinggal/bekerja seperti: dapur,
restoran, taman, public area, ruang kantor, rumah dsb.
Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia)
Mengemukakan bahwa Kesehatan Lingkungan adalah Suatu kondisi
lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang
dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung
tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.
Menurut WHO (World Health Organization), bahwa Kesehatan
Lingkungan adalah Suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara
manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari
manusia.
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau
keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif
terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Kesehatan

31

lingungan juga meliputi penyehatan air dan udara, pengamanan limbah


padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian
faktor penyakit, dan penyehatan makanan.
Melihat luasnya ruang lingkup kesehatan, sangatlah diperlukan adanya
mutu disiplin kerja agar kegiatannya dapat berjalan dengan baik.
4. Gizi Masyarakat
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan
makanan

yang

dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan,


absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran

zat-zat

yang

tidak

digunakan

untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi


normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
(Supariasa, dkk, 2002).
Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status
keseimbangan
antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang
dibutuhkan (requirement) oleh tubuh untuk berbagai
fungsi biologis: (pertumbuhan fisik, perkembangan,
aktivitas,

pemeliharaan

kesehatan,

dan

lainnya).

(Suyatno, 2009).
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan
dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari
nutrisi dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, dkk,
2001).
Metode Untuk Mengetahui Keadaan Gizi :
1. Survey:

Digunakan untuk menentukan data dasar (database) gizi


dan/atau
menentukan status gizi kelompok populasi tertentu atau
menyeluruh, dengan cara survei cross-sectional.

32

2. Surveillence

Dengan ciri khas yaitu monitoring berkelanjutan dari status


gizi populasi tertentu, dimana data dikumpulkan, dianalisis
dan digunakan untuk jangka waktu yang panjang, sehingga
dapat mengidentifikasi penyebab malnutrisi.

3. Penapisan (screening)

Untuk

mengidentifikasi

individu

malnutrisi

yang

memerlukan intervensi, dengan cara membandingkan


hasil pengukuran-pengukuran individu dengan baku
rujukan (cut off point).

Jenis Parameter Status Gizi


Ada beberapa jenis parameter yang dilakukan untuk mengukur
tubuh
manusia yaitu: umur, berat badan, panjang badan, lingkar lengan
atas,

lingkar

kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak bawah kulit.

1. Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi.
Kesalahan

yang

terjadi karena kesalahan ini akan menyebabkan interpretasi


status

gizi

menjadi

salah. Hasil pengukuran berat badan dan panjang tidak akan


berarti

kalau

penentuan umur yang salah.

33

Berdasarkan Puslitbang Gizi Bogor (1980), batasan umur yang


digunakan
adalah tahun penuh dan untuk anak 0-24 bulan digunakan
bulan

penuh.

Contoh:

Bulan usia penuh, Umur: 4 bulan 5 hari dihitung 4 bulan, dan


3

bulan

27

hari

dihitung 3 bulan.
2. Berat Badan
Berat badan merupakan pengukuran yang terpenting pada
bayi

baru

lahir.

Dan hal ini digunakan untuk menentukan apakah bayi


termasuk normal atau tidak (Supariasa,dkk, 2002).
Berat badan merupakan hasil peningkatan/penurunan semua
jaringan

yang

ada

pada tubuh antara tulang, otot, lemak, cairan tubuh, dll. Berat
badan

dipakai

sebagai indikator yang terbaik pada sat ini untuk mengetahui


keadaa gizi dan tumbuh kembang anak. (Soetjiningsih 1998).
Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang.
Alat

yang

digunakan

sebaiknya

memenuhi

persyaratan

sebagai berikut: (1) Mudah digunakan dan dibawa dari satu


tempat
ke tempat lain, (2) Mudah diperoleh dan relatif murah
harganya, (3) Ketelitian penimbangan maksimum 0,1 kg, (4)
Skalanya mudah dibaca, (5) Aman untuk menimbang balita.
3. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan ukuran antropometrik kedua yang
cukup

penting.

Keistimewaannya bahwa ukuran tinggi badan akan meningkat


terus

pada

34

waktu

pertumbuhan sampai mencapai tinggi yang optimal. Di


samping

itu

tinggi

badan

dapat dihitung dengan dibandingkan berat badan dan dapat


mengesampingkan umur.
Cara mengukur panjang badan usia 0-24 bulan yaitu: (1) alat
pengukur
diletakkan di atas meja atau tempat yang datar, (2) bayi
ditidurkan lurus di dalam alat pengukur, (3) bagian bawah alat
pengukur sebelah kaki digeser sehingga tepat menyinggung
telapak kaki bayi dan skala pada sisi alat ukur dapat dibaca.
4. Lingkar Kepala
Lingkar kepala dipakai untuk mengetahui volume intrakranial
dan

dipakai

untuk menaksir pertumbuhan otak. Apabila kepala tumbuh


tidak

normal

maka

kepala akan mengecil dan menunjukkan retardasi mental


sebaliknya

bila

membesar

kemungkinan

ada

kepala
penyumbatan

serebrospinal

aliran
seperti

hidrosefalus yang akan meningkatkan volume kepala.


5. Lingkar Lengan Atas
Pengukuran ini mencerminkan tumbuh kembang jaringan
lemak

dan

otot

yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh


dibandingkan

berat

badan.
6. Lipatan Kulit

Tebalnya

lipatan

kulit

bagian

triseps

dan

subskapular

menggambarkan
refleksi tubuh kembang jaringan lemak di bawah kulit, yang

35

mencerminkan
kecukupan energi (Soetjiningsih, 1998).
5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan tidak menular yaitu
program pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan mengendalikan
penular penyakit menular/infeksi (misalnya TB, DBD, Kusta dll).
Tujuan program: menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat
penyakit menular dan penyakit tidak menular. Prioritas penyakit menular yang
akan ditanggulangi adalah Malaria, demam berdarah dengue, diare, polio,
filaria, kusta tuberkulosis paru, HIV/AIDS, pneumonia, dan penyakitpenyakit yang

dapat

dicegah

dengan

imunisasi.

Prioritas

penyakit

tidak menular yang ditanggulangi adalah penyakit jantung dan gangguan


sirkulasi, diabetes mellitus, dan kanker.
Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi:
a. Pencegahan dan penanggulangan faktor risiko:
Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundangundangan, dan kebijakan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko

dan diseminasinya;
Menyiapkan materi dan menyusun rencana kebutuhan untuk pencegahan

dan penanggulangan faktor resiko;


Menyediakan kebutuhan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko

sebagai stimulam;
Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman

pencegahan dan penanggulangan faktor risiko;


Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian

melakukan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko;


Melakukan bimbingan, pemantauan dan evaluasi kegiatan pencegahan dan

penanggulangan faktor risiko;


Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi

dan konsultasi teknis pencegahan dan penanggulangan faktor risiko;


Melakukan kajian program pencegahan dan penanggulangan faktor risiko;
Membina dan mengembangkan UPT dalam pencegahn dan
penanggulangan faktor risiko;

36

penyakit

untuk

Melaksanakan

dukungan administrasi

dan

operasional

pelaksanaan

pencegahan dan pemberantasan penyakit.


b. Peningkatan imunisasi:
Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang

undangan, dan kebijakan peningkatan imunisasi, dan diseminasinya;


Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan

imunisasi;
Menyediakan kebutuhan

peningkatan

imunisasi

sebagai

stimulan

yang ditujukan terutama untuk masyarakat miskin dan kawasan khusus

sesuai dengan skala prioritas;


Menyiapkan materi
dan

juklak/juknis/protap program imunisasi;


Menyiapkan dan mendistribusikan sarana dan prasarana imunisasi;
Meningkatkan kemampuan
tenaga
pengendalian
penyakit

untuk melaksanakan program imunisasi


Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan imunisasi;
Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi

dan konsultasi teknis peningkatan imunisasi;


Melakukan kajian upaya peningkatan imunisasi;
Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya

imunisasi;
Melaksanakan dukungan administrasi

menyusun

rancangan

peningkatan

dan operasional pelaksanaan

imunisasi.
c. Penemuan dan tatalaksana penderita:

Menyiapkan materi

dan

menyusun

rancangan

peraturan

dan

perundangundangan, dan kebijakan penemuan dan tatalaksana penderita

dan diseminasinya;
Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan penemuan

dan tatalaksana penderita;


Menyediakan kebutuhan penemuan dan tatalaksana penderita sebagai

stimulan;
Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman
program penemuan dan tatalaksana penderita;

37

Meningkatkan

melaksanakan program penemuan dan tatalaksana penderita;


Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan penemuan dan

tatalaksana penderita;
Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi

dan konsultasi teknis penemuan dan tatalaksana penderita;


Melakukan kajian upaya penemuan dan tatalaksana penderita;
Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya penemuan dan

tatalaksana penderita;
Melaksanakan dukungan administrasi

kemampuan

tenaga pengendalian

penyakit

untuk

dan operasional pelaksanaan

penemuan dan tatalaksana penderita.

d. Peningkatan surveilens epidemiologi dan penanggulangan wabah:

Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundangundangan, dan

kebijakan

peningkatan

surveilans

epidemiologi

dan penanggulangan KLB/wabah dan diseminasinya;


Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan

surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah;


Menyediakan kebutuhan peningkatan surveilans epidemiologi

penanggulangan KLB/wabah sebagai stimulan;


Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman

program surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah;


Meningkatkan sistem kewaspadaan dini dan menanggulangi KLB/Wabah,

termasuk dampak bencana;


Meningkatkan kemampuan
untuk melaksanakan

tenaga
program

pengendalian
surveilans

dan

penyakit
epidemiologi

dan penanggulangan KLB/wabah;


Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan surveilans

epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah;


Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi
dan konsultasi

teknis

peningkatan

dan penanggulangan KLB/wabah;

38

surveilans

epidemiologi

Melakukan kajian upaya peningkatan surveilans epidemiologi dan

penanggulangan KLB/wabah;
Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan surveilans

epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah.


Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan
surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah.

e. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan


dan pemberantasan penyakit:

Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundangundangan, dan kebijakan peningkatan komunikasi informasi dan edukasi
(KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit dan diseminasinya;

Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan


komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan
penyakit.

Menyediakan kebutuhan

peningkatan

komunikasi

informasi

dan

edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit sebagai stimulan;

Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman


program komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan
pemberantasan penyakit;

Meningkatkan
melaksanakan

kemampuan
program

tenaga

komunikasi

pengendalian
informasi

penyakit untuk

dan edukasi

(KIE)

pencegahan dan pemberantasan penyakit;

Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan komunikasi


informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit;

39

Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi


dan konsultasi teknis peningkatan komunikasi informasi dan edukasi
(KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit;

Melakukan kajian upaya peningkatan komunikasi informasi dan edukasi


(KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit;

Membina

dan

mengembangkan

UPT

dalam upaya

peningkatan

komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan


penyakit;

Melaksanakan dukungan

administrasi

dan

operasional

pelaksanaan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan


dan pemberantasan penyakit.
6. Pengobatan

Upaya Pengobatan Rasional di Puskesmas bertujuan untuk meningkatkan


mutu dan efisiensi upaya pelayanan pengobatan yang rasional di Puskesmas
melalui pembinaan secara fungsional dengan melibatkan unit-unit yang terkait
di berbagai tingkat administrasi.
Pengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh dokter
berdasarkan

temuan-temuan

yang

diperoleh

selama

anamnesis

dan

pemeriksaan. Dalam proses pengobatan terkandung keputusan ilmiah yang


dilandasi oleh pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan intervensi
pengobatan yang memberi manfaat maksimal dan resiko sekecil mungkin bagi
pasien. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan pengobatan yang
rasional. Pengobatan rasional menurut WHO 1987 yaitu pengobatan yang
sesuai indikasi, diagnosis, tepat dosis obat, cara dan waktu pemberian, tersedia
setiap saat dan harga terjangkau. Salah satu perangkat untuk tercapainya
penggunaan obat rasional adalah tersedia suatu pedoman atau standar
pengobatan yang dipergunakan secara seragam pada pelayanan kesehatan
dasar atau puskesmas. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas pertama kali
diterbitkan pada tahun 1985 dan mendapat tanggapan yang sangat
40

menggembirakan bagi pelaksana pelayanan kesehatan dasar. Telah pula


dicetak ulang beberapa kali dan terakhir tahun 2002 tanpa merubah isinya.
Oleh karena kemajuan yang pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran maupun farmasi menuntut tersedianya suatu pedoman yang
mengikuti perkembangan, sehingga perlu merevisi pedoman tersebut (Depkes,
2007).
Tujuan dan Manfaat Pengobatan
1. Tujuan Pengobatan
Meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan masyarakat di Indonesia
Terhentinya proses perjalanan penyakit yang diderita oleh seseorang
Berkurangnya penderitaan karena sakit
Tercegahnya dan berkurangnya kececetan
Merujuk penderita ke fasilitas diagnosa dan pelayanan yang lebih
canggih bila perlu
2. Tujuan Pedoman Pengobatan.
Tujuan Pedoman Pengobatan dikelompokkan dalam beberapa hal:
Mutu Pelayanan Pengobatan. Oleh karena Pedoman Pengobatan hanya

memuat obat yang terpilih untuk masing-masing penyakit / diagnosis.


Standar Profesi. Senantiasa menjadi standar profesi setinggi-tingginya

karena disusun dan diputuskan atas kesepakatan para ahli.


Pengamanan Hukum. Merupakan landasan hukum dalam menjalankan
profesi karena disusun dan disepakati para ahli dan diterbitkan oleh

pemerintah.
Kebijakan dan Manajemen Obat. Perencanaan obat yang digunakan
akan lebih tepat, secara langsung dapat mengoptimalkan pembiayaan
pengobatan

3. Manfaat Pedoman Pengobatan. Beberapa manfaat dengan adanya pedoman


pengobatan:
Untuk pasien. Pasien hanya memperoleh obat yang benar dibutuhkan.
Untuk Pelaksana Pengobatan. Tingkat profesionalisme tinggi karena

sesuai dengan standar.


Untuk Pemegang Kebijakan Kesehatan dan Pengelolaan Obat.
Pengendalian biaya obat dan suplai obat dapat dilaksanakan dengan baik

41

Jenis-jenis Pengobatan Dasar


1. Pengobatan Dalam Gedung :
Poli Umum
Poli Gigi (Rawat Jalan)
Apotek
Unit Gawat Darurat (UGD)
Perawatan Penyakit (Rawat Inap)
Pertolongan Persalinan (Kebidanan)
2. Pengobatan Luar Gedung :
Rujukan Kasus
Pelayanan Puskesmas Keliling (Puskel)

Pelayanan Kesehatan di Puskesmas dan Jaringannya


Kegiatan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) yang dilaksanakan dalam
gedung meliputi pelayanan: (Pendaftaran;Pemeriksaan dan konsultasi
kesehatan; Pelayanan pengobatan dasar, umum dan gigi; Tindakan medis
sederhana; Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak termasuk pemeriksaan Ibu
Hamil dan Ibu Nifas; Imunisasi; Pelayanan KB; Pelayanan laboratorium
sederhana dan penunjang lainya)
Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP), dilaksanakan pada Puskesmas
Perawatan, meliputi pelayanan: (Pelayanan perawatan pasien; Persalinan
normal dan perawatan Nifas; Tindakan medis yang dibutuhkan; Pemberian
obat-obatan (generik); Pemeriksaan Laboratorium dan penunjang medis
lainnya; Perawatan perbaikan gizi buruk)
Pelayanan gawat darurat (emergency) merupakan bagian kegiatan
puskesmas termasuk penangan Obstetri-Neonatal
Pelayanan kesehatan Luar Gedung yang dilaksanakan oleh Puskesmas
dan jaringanya, meliputi kegiatan: (Pelayanan rawat jalan melalui
Puskesmas Keliling roda empat, Pusling perairan maupun roda dua;
Pelayanan kesehatan di Posyandu, Polindes/Poskesdes dan Poskestren;

42

Pelayanan kesehatan melalui knjungan rumah bagi pasien pasca rawat inap
(home care); Penyuluh kesehatan; Imunisasi; Pelayanan ibu hamil melalui
berbagai kegiatan/program; Pelayanan Nifas; Surveilans penyakit dan
surveilans gizi; Kegiatan sweeping; Fogging (pengasapan), Pemberantasan
sarang nyamuk (PSN); Pelayanan kesehatan lainnya yang menjadi tugas
dan fungsi Puskesmas)

Program kerja pengobatan


1. Melaksanakan diagnosa sedini mungkin melalui:
Mendapatkan riwayat penyakit
Mengadakan pemeriksaan fisik
Mengadakan pemeriksaan laboratorium
Menbuat diagnosa
2. Melaksanakan tindakan pengobatan
3. Melakukan upaya rujukan bila dipandang perlu, rujukan tersebut dapat berupa:
Rujukan diagnostik
Rujukan pengobatan atau rehabilitasi
Rujukan lain, Program ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan,
pemerataan, mutu, keterjangkauan obat, perbekalan kesehatan rumah tangga
dan kosmetika.

Kegiatan Pokok yang dilakukan antara lain:


a. Peningkatan ketersediaan dan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan
diseluruh puskesmas dan jaringannya
b. Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan
c. Peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan terutama
untuk penduduk miskin
d. Peningkatan mutu pelayanan farmasi, komunitas dan rumah sakit.

Sasaran Pengobatan Dasar


Pengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh dokter
berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan.
Dalam proses pengobatan terkandung keputusan ilmiah yang dilandasi oleh
43

pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan intervensi pengobatan yang


memberi manfaat maksimal dan resiko sekecil mungkin bagi pasien. Hal tersebut
dapat dicapai dengan melakukan pengobatan yang rasional. Sehingga sasaran dari
pengobatan dasar adalah :

1. Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan atau keperawatan karena ketidakmampuan
merawat dirinya sendiri oleh sesuatu hal dan sebab, maka akan dapat
mempengaruih anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun
sosial.

2. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat. Terdiri atas kepala
keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam
suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau
adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah
satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan atau
keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota-anggota keluarga
yang lain dan keluarga-keluarga yang ada di sekitarnya

Target Pengobatan Dasar


Pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat dilakukan melalui beberapa tahapan
yang mencakup dalam proses keperawatan dengan menggunakan pendekatan
pemecahan

masalah

(problem

solving

approach)

yang

dinamis

dalam

memperbaiki dan memelihara kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan


mesyarakat sampai ke tahap optimum melalui suatu pendekatan yang sistematis
untuk mengenal masalah kesehatan dan keperawatan serta membantu memenuhi
kebutuhan-kebutuhan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

44

Target dari pengobatan dasar pada suatu puskesmas adalah memberikan pelayanan
kesehatan pada masyarakat sesuai dengan program pemerintah dalam keputusan
menteri kesehatan republik Indonesia nomor : 296/menkes/sk/iii/2008 tentang
pedoman pengobatan dasar di puskesmas menteri kesehatan republik indonesia.
Untuk melaksanakan praktek perawatan kesehatan masyarakat dengan berhasil
guna dan berdaya guna, diperlukan berbagai strategi yang ditempuh, terutama
yang menyangkut tenaga, pengelolaan dan partisipasi masyarakat secara aktif
melalui pengetahuan dan keterampilan, kemampuan manajemen, kerja sama lintas
program dan lintas sektoral, dan membantu masyarakat mulai dari tahap indikasi
masalah perencanaan, pelaksanaan dan penilaian, serta pembinaan keluarga
binaan atau masyarakat binaan dan mengadakan kordinasi.

Alur Pelayanan Pengobatan Dasar


Secara umum alur pelayanan pasien di Puskesmas adalah sebagai berikut :
1. Pasien berkunjung ke puskesmas, ada beberapa Puskesmas yang
menyediakan nomer antrian baik berupa kertas bertuliskan nomer urut atau
yang sudah digital. Namun ada juga puskesmas yang percaya pada
kesadaran pasien sendiri untuk antri sehingga tidak perlu menyerobot
urutan Pasien lainnya.
2. Pasien dipanggil sesuai nomor urutan untuk didaftar di loket pendaftaran.
Pada proses ini, dicatat nomer Rekam Medis Pasien atau dibuatkan nomer
rekam medis untuk Pasien yang baru pertama kali berkunjung.
3. Pasien menunggu sementara petugas akan mencari Rekam Medis Pasien
yang bersangkutan di ruang catatan medis, untuk diberikan ke unit
Pelayanan atau Poli dimana tempat Pasien ingin berobat.
4. Pasien dipanggil oleh petugas bisa juga oleh perawat.
5. Pasien diperiksa, dicatat Anamnesis, Terapi, Diagnosa dan lain-lain,
termasuk obat yang diberikan dan tindakan medis kalau ada.
6. Pasien keluar, sementara dari unit pelayanan membuat resep untuk
diberikan ke ruang obat.
45

7. Pasien dipanggil untuk membayar (di beberapa daerah sudah gratis),


kemudian dipanggil lagi untuk menerima obat.
8. Pasien pulang.
Berkunjung ke pusat pelayanan kesehatan masyarakat (puskesmas) terdekat, tentu
ada perbedaan alur pelayanan yang harus diikuti, khususnya antara puskesmas
rawat jalan dan puskesmas rawat inap (perawatan). Perbedaan utama alur
pelayanan tergantung pada kasus yang bersifat darurat (emergency) seperti:
serangan penyakit akut, kecelakaan lalu lintas. Kondisi seperti ini kemungkinan
tidak mengikuti alur baku, bisa langsung menuju ruang gawat darurat atau ruang
tindakan yang terdapat di puskesmas. Bila keadaannya normal dan wajar saja,
maka pada umumnya, pengunjung puskesmas, harus mengikuti prosedur alur
pelayanan standar rawat jalan, seperti paparan ringkas berikut ini.
1. Mendaftarkan identitas pasien di ruang loket/kartu
Pengunjung harus mendaftarkan diri di loket/kartu agar tercatat dalam
kartu kunjungan pasien, dengan menunjukkan kartu identitas (KTP, askes,
jamkesmas,jamkesmasda) yang masih berlaku
2. Menunggu giliran panggilan di ruang tunggu
Silahkan menuju ruang tunggu puskesmas, menanti giliran panggilan
pelayanan yang diperlukan

3. Menuju ruang periksa pelayanan rawat jalan


Setelah mendapatkan giliran dipanggil oleh petugas, pasien diarahkan
langsung menuju tempat pemeriksaan dokter (poli umum,poli gigi atau
poli KIA) sesuai keluhan yang dialaminya.
4. Mengambil resep obat di ruang apotek
Pengunjung yang mendapatkan resep obat, setelah diperiksa dokter,
dimohon menunggu dengan sabar, pelayanan obat yang bisa ditebus
langsung di ruangan apotek puskesmas.
5. Meninggalkan ruangan puskesmas

46

Para pengunjung mengecek kembali perlengkapan yang dibawa dan


diwajibkan selalu berpartisipasi aktif menjaga kebersihan dan keasrian
ruangan pelayanan dan halaman puskesmas.

2.1.6 Ruang lingkup kesehatan masayarakat


Disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masyarakat antara lain,
mencakup :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)

Ilmu biologi
Ilmu kedokteran
Ilmu kimia
Fisika
Ilmu Lingkungan
Sosiologi
Antropologi (ilmu yang mempelajari budaya pada masyarakat)
Psikologi
Ilmu pendidikan

Oleh karena itu ilmu kesehatan masyarakat merupakan ilmu yang


multidisiplin. Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan
masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama Ilmu Kesehatan Masyarakat
ini antara lain sbb:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Epidemiologi.
Biostatistik/Statistik Kesehatan.
Kesehatan Lingkungan.
Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Administrasi Kesehatan Masyarakat.
Gizi Masyarakat.
Kesehatan Kerja.

1. Epidemiologi
Jika ditinjau dari asal kata Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang
terdiri dari 3 kata dasar yaitu EPI yang berarti pada atau tentang, demosyang

47

berati

penduduk

dan

kata

terakhir

adalalah

logos

yang

berarti

ilmupengetahuan. Jadi epidemilogi adalah ilmu yang mempelajari tentang


penduduk.Sedangkan

dalam

pengertian

modern

pada

saat

ini

EPIDEMIOLOGI adalah :Ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan


distribusi (Penyebaran) sertadeterminat masalah kesehatan pada sekelompok
orang/masyarakat

serta

determinannya

(Faktor

faktor

yang

Mempengaruhinya).
Suatu ilmu yang awalnya mempelajari timbulnya, perjalanan,
danpencegahan pada penyakit infeksi menular. Tapi dalam perkembangannya
hingga saat ini masalah yang dihadapi penduduk tidak hanya penyakit
menular saja, melainkan juga penyakit tidak menular, penyakit degenaratif,
kanker, penyakit jiwa, kecelakaan lalu lintas, dan sebagainya. Oleh karena
itu, epidemiologi telahmenjangkau hal tersebut.

4. Pengertian Epidemiologi Menurut Pendapat Para Ahli


Sebagai

ilmu

yang

selalu

berkembang,

Epidemiologi

senantiasa

mengalami

modifikasi

mengalami
perkembangan

pengertian

dan

karena

itu

pula

dalambatasan/definisinya. Beberapa definisi telah dikemukakan oleh para


pakarepidemiologi,
beberapa diantaranya adalah :

1. Greenwood ( 1934 )
Mengatakan bahwa Epidemiologi mempelajari tentang penyakit dan
segalamacam

kejadian

yang

mengenai

kelompok

herd

penduduk.Kelebihannya adalah adanya penekanan pada Kelompok


Penduduk yangmengarah kepada Distribusi suatu penyakit.

48

2. Brian Mac Mahon ( 1970 )


Epidemiology is the study of the distribution and determinants of
diseasefrequency in man. Epidemiologi adalah Studi tentang penyebaran
dan penyebabfrekwensi penyakit pada manusia dan mengapa terjadi
distribusi semacam itu. Disini sudah mulai menentukan Distribusi
Penyakit dan mencari Penyebabterjadinya Distribusi dari suatu penyakit.

3. Wade Hampton Frost ( 1972 )


Mendefinisikan Epidemiologi

sebagai

Suatu

pengetahuan

tentang

fenomenamassal ( Mass Phenomen ) penyakit infeksi atau sebagai riwayat


alamiah (Natural History ) penyakit menular.Di sini tampak bahwa pada
waktu itu perhatian epidemiologi hanya ditujukankepada masalah penyakit
infeksi yang terjadi/mengenai masyarakat/massa.
4. Anders Ahlbom & Staffan Norel ( 1989 )
Epidemiologi adalah Ilmu Pengetahuan mengenai terjadinya penyakit
padapopulasi manusia.

5. Gary D. Friedman ( 1974 )


Epidemiology is the study of disease occurance in human populations.
6. Abdel R. Omran ( 1974 )
Epidemiologi adalah suatu ilmu mengenai terjadinya dan distribusi
keadaankesehatan, penyakit dan perubahan pada penduduk, begitu juga
determinannyaserta akibat akibat yang terjadi pada kelompok penduduk.
7. Barbara Valanis
Epidemiology is term derived from the greek languang ( epid = upon ;
demos = people ; logos = science )
8. Last ( 1988 )Epidemiology is study of the distribution and determinants of
health - relatedstates or events in specified population and the application
of this study to controlof problems.
9. Elizabeth Barrett

49

Epidemiology is study of the distribution and causes of diseases.

10. Hirsch ( 1883 )


Epidemiologi adalah suatu gambaran kejadian, penyebaran dari jenis
-jenispenyakit pada manusia pada saat tertentu di berbagai tempat di bumi
danmengkaitkan dengan kondisi eksternal
11. Judith S. Mausner ; Anita K. Bahn
Epidemiology is concerned with the extend and types of illness and
injuries ingroups of people and with the factors which influence their
distribution.
12. Robert H. Fletcher ( 1991 )
Epidemiologi adalah disiplin riset yang membahas tentang distribusi
dandeterminan penyakit dalam populasi.
13. Lewis H. Rohf ; Beatrice J. Selwyn
Epidemiology is the description and explanation of the differences in
accurence ofevents of medical concern in subgroup of population, where
the population hasbeen subdivided according to some characteristic
believed to influence of theevent.
14. Lilienfeld ( 1977 )
Epidemiologi adalah suatu metode pemikiran tentang penyakit yang
berkaitandengan penilaian biologis dan berasal dari pengamatan suatu
tingkat kesehatanpopulasi.

50

15. Moris ( 1964 )


Epidemiologi adalah suatu pengetahuan tentang sehat dan sakit dari
suatupenduduk.
16. Mac Mohan(1986) : ilmu yg mempelajari distribusi dan determinan
penyakit.
17. Gerstman (1998) : The core science of public health bahwa
epidemiologiadalah inti dari disiplin ilmu Public Health(kesehatan
masyarakat).

5. Pengertian Epidemiologi menurut center of disease control (cdc) 2002


Adapun definisi Epidemiologi menurut CDC 2002, Last 2001, Gordis2000
menyatakan bahwa EPIDEMIOLOGI adalah : Studi yang mempelajari
Distribusi dan Determinan penyakit dan keadaan kesehatan pada populasi serta
penerapannya untuk pengendalian masalah masalah kesehatan . Dari
pengertian ini, jelas bahwa Epidemiologi adalah suatu Studi ; dan Studi itu adalah
Riset.
Menurut Leedy (1974), Riset adalah a systematic quest forundiscovered
truth. ( Artinya : Pencarian sistematis terhadap kebenaran yang belum
terungkap).

6. Pengertian Epidemiologi Menurut WHO


Studi ttg distribusi dan determinan kesehatan yg berkaitan dgnkejadian di
populasi danaplikasi dari studi utk pemecahan masalah kesehatan.Secara
etimologis

epidemiologi

adalah

ilmu

yang

mempelajari

faktor-faktor

yangberhubungan dengan peristiwa yang banyak terjadi pada rakyat, yakni


51

penyakit dan kematian yang diakibatkannya yang disebut epidemi. Kata


epidemiologidigunakan pertama kali pada awal abad kesembilanbelas (1802)
oleh seorang dokter Spanyol bernama Villalba dalam tulisannya bertajuk
Epidemiologa Espaola (Buck et al., 1998). Tetapi gagasan dan praktik
epidemiologi untuk mencegah epidemi penyakit sudah dikemukakan oleh Bapak
Kedokteran Hippocrates sekitar 2000 tahun yang lampau di Yunani. Hippocrates
mengemukakan bahwa faktor lingkungan mempengaruhi terjadinya penyakit.
Dengan menggunakan Teori Miasma Hippocrates menjelaskan bahwa penyakit
terjadi karena keracunan oleh zat kotor yang berasal dari tanah, udara, dan air.
Karena itu upaya untuk mencegah epidemi penyakit dilakukan dengan cara
mengosongkan air kotor, membuat saluran air limbah, dan melakukan upaya
sanitasi (kebersihan). Teori Miasma terus digunakan sampai dimulainya era
epidemiologi modern pada paroh pertama abad kesembilanbelas (Susser dan
Susser, 1996a)
Mula-mula epidemiologi hanya mempelajari epidemi penyakit infeksi.Kini
epidemiologi tidak hanya mendeskripsikan dan meneliti kausa penyakit epidemik
(penyakit yang berkunjung secara mendadak dalam jumlah banyak melebihi
perkiraan normal) tetapi juga penyakit endemik (penyakit yang tinggal di dalam
populasi secara konstan dalam jumlah sedikit atau sedang). Epidemiologitidak
hanya mempelajari penyakit infeksi tetapi juga penyakit non-infeksi. Menjelang
pertengahan abad keduapuluh, denganmeningkatnya kemakmuran dan perubahan
gaya hidup, terjadi peningkataninsidensi penyakit kronis di negara-negara Barat.
Sejumlah riset epidemiologi laludilakukan untuk menemukan kausa epidemi
penyakit kronis. Epidemiologipenyakit kronis menggunakan paradigma Black
box, yakni meneliti hubunganantara paparan di tingkat individu (kebiasaan
merokok, diet) dan risiko terjadinyapenyakit kronis, tanpa perlu mengetahui
variabel antara atau patogenesis dalammekanisme kausal antara paparan dan
terjadinya penyakit. Upaya pencegahan penyakit meramalkan terjadinya penyakit,
dan menemukan strategi yang tepatuntuk mengontrol terjadinya penyakit pada
populasi sehingga tidak menjadimasalah kesehatan masyarakat yang penting

52

(Slattery, 2002). Metode ilmiahmeliputi perumusan masalah penelitian, pengujian


hipotesis, pengumpulan datamelalui pengamatan dan eksperimentasi, penafsiran
data, dan penarikankesimpulan yang logis. Metode ilmiah berguna untuk menarik
kesimpulan yangbenar (valid) dan dapat diandalkan dalam jangka panjang
(reliable, consistent,reproducible).

2.

Biostatistik

Biostatistik merupakan ilmu statistika terapan yang mengenalkan perhitungan


statistik kehidupan, baik konsep dasarnya, penyajian data, pemusatandan
penyebaran data, kemiringan dan distribusinya dalam kurve normal sertakonsep
estimasi, sampling, uji hipotesis dan uji-uji statistik deskriptif, korelasimaupun
komparasi. Hal-hal tersebut akan sangatlah berguna dalam melakukananalisis data
penelitian kuantitatif.

3. Kesehatan Lingkungan
1. Menurut WHO (World Health Organization)
Kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada
antaramanusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.

2. Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia)


Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu
menopangkeseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya
untukmendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.

3. Prof.Dr. Umar Fahmi Achmadi, MPH, Ph.D

53

Kesehatan

lingkungan

adalah

ilmu

yang

mempelajari

dinamika

hubunganinteraktif antara kelompok penduduk atau masyarakatdengan segala


macam perubahan komponen lingkungan hidup seperti berbagai spesies
kehidupan, bahan, zat atau kekuatan di sekitar manusia, yang menimbulkan
ancaman atauberpotensi menimbulkan ganggua terhadap kesehatan masyarakat
serta mencariupaya-upaya pencegahannya.

4. Menurut dr. Azrul Azwar, MPH


Ilmu Kesehatan lingkungan merupakan bagian ilmu dari kesehatan
masyarakatyang

menitikberatkan

perhatiannya

pada

perencanaan,

pengorganisasian,pengarahan, pengawasan, pengkoordinasian dan penialaian dari


semua faktoryang ada pada lingkungan fisik manusia yang diperkirakan ada
hubungan atauberhubungan dengan perkembangan fisik, kesehatan ataupun
kelangsungan hidupmanusia, sedemikian rupa sehingga derajat kesehatan dapat
lebih ditingkatkan.

5. Menurut Slamet Riyadi


Ilmu

Kesehatan

Lingkungan

adalah

bagian

integral

dari

ilmu

kesehatanmasyarakat yang khusus mempelajari dan menangani hubungan manusia


dengan lingkungannya dalam keseimbangan ekologi dengan tujuan membina dan
meningkatkan derajat kesehatan maupun kehidupan sehat yang optimal.

6. Menurut H.J. Mukono


Ilmu Kesehatan Lingkungan merupakan ilmu yang mempelajari hubungan
timbalbalik antara faktor kesehatan dan faktor lingkungan.

54

4. Pendidikan Kesehatan dan Perilaku


Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakanuntuk
mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau masyarakatsehingga
mereka melakukan apa yang diharap kan oleh pelaku pendidikan. Daribatasan ini
tersirat unsur-unsur pendidikan yakni:
1. Input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat), dan
pendidik (pelaku pendidik)
2. Proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain)
3. Output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku).
Sedangkan

pendidikan

kesehatan

adalah

aplikasi

atau

penerapanpendidikan didalam bidang kesehatan.


PERILAKU

KESEHATAN

Yaitu

suatu

respon

seseorang

(organisme)terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem


pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Perilaku kesehatan mencakup 4
(empat) :

a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia


merespons, baik pasif (mengetahui, mempersepsi penyakit danrasa sakit yang
ada pada dirinya maupun di luar dirinya, maupun aktif(tindakan) yang
dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakittersebut. Perilaku terhadap
sakit dan penyakit ini dengan sendirinyasesuai dengan tingkatan-tingkatan
pencegahan penyakit, misalnya :perilaku pencegahan penyakit (health
prevention behavior), adalahrespons untuk melakukan pencegahan penyakit,
misalnya : tidur dengankelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria,
imunisasi,dll. Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui
panca indra.
b. Perilaku terhadap pelayanan kesehatan, baik pelayanan kesehatan tradisional
maupun modern. Perilaku ini mencakup respons terhadapfasilitas pelayanan,

55

cara pelayanan, petugas kesehatan, dan obat-obatan, yang terwujud dalam


pengetahuan, persepsi, sikap dan pengguanaanfasilitas, petugas dan obatobatan.

c. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni respons seseorang


terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan,meliputi
pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek kita terhadapmakanan serta unsurunsur yang terkandung di dalamnya/zat gizi,pengelolaan makanan, dll.

d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behavior)


adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagaideterminan kesehatan
manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkupkesehatan lingkungan itu sendiri
(dengan air bersih, pembuangan airkotor, dengan limbah, dengan rumah yang
sehat, dengan pembersihansarang-sarang nyamuk (vektor), dan sebagainya.

Masalah kesehatan masyarakat adalah multi kausal, makapemecahannya


harus secara multidisiplin. Oleh sebab itu kesehatan masyaakatsebagai seni atau
prakteknya mempunyai bentangan yang luas. Semua kegiatanbaik yang langsung
maupun tidak langsung untuk mencegah penyakit (preventif),meningkatkan
kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik, mental dan sosial) ataukuratif, maupun
pemulihan (rehabilitative) kesehatan (fisik, mental, sosial) adalahupaya kesehatan
masyarakat. Misalnya pembersihan lingkungan, penyediaan airbersih, pengawasan
makanan, perbaikan gizi, penyelenggaraan pelayanankesehatan masyarakat, cara
pembuangan tinja, pengelolaan sampah dan airlimbah, pengawasan sanitasi
tempat-tempat umum, pemberantasan sarangnyamuk, lalat, kecoa dan sebagainya.
Secara garis besar, upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seniatau
penerapan ilmu kesehatan masyarakat antara lain sebagai berikut :
1. Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular.

56

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
a.

Perbaikan sanitasi lingkungan


Perbaikan lingkungan permukiman
Pemberantasan vector
Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan ibu dan anak
Pembinaan gizi masyarakat
Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum
Pengawasan obat dan minuman
10.Pembinaan peran serta masyarakat dan sebagainya.

2.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Masyarakat

Dari skema yang digambarkan oleh Blum, maka dapat dijelaskan bahwa
kesehatan manusia terdiri dari 3 dimensi yaitu : fisik, mental dan sosial.Ketiga
dimensi di atas bersifat integrative, artinya ketika salah satu dimensi di atas tidak
dimiliki

oleh

seseorang

maka

orang

tersebut

tidak

dapat

dikatakan

sehatsepenuhnya. Dari paparan di atas maka Blum menyatakan bahwa


derajatkesehatan seseorang / masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu

57

1. Environment (lingkungan)
Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik (baik natural atau
buatanmanusia), dan sosiokultur (ekonomi, pendidikan, pekerjaan dll).
Pada lingkunganfisik, kesehatan akan dipengaruhi oleh kualitas sanitasi
lingkungan dimanamanusia itu berada. Hal ini dikarenakan banyak
penyakit yang bersumber dariburuknya kualitas sanitasi lingkungan,
misalnya ; ketersediaan air bersih padasuatu daerah akan mempengaruhi
derajat kesehatan karena air merupakankebutuhan pokok manusia dan
manusia selalu berinteraksi dengan air dalamkehidupan sehari-hari.
Sedangkan lingkungan sosial berkaitan dengan kondisiperekonomian suatu
masyarakat.
Semakin

miskin

individu/masyarakat

maka

akses

untuk

mendapatkanderajat kesehatan yang baik maka akan semakin sulit.


Contohnya : manusiamembutuhkan makanan dengan gizi seimbang untuk
mejaga kelangsungan hidup,jika individu/masyarakat berada pada garis
kemiskinan maka akan sulit untukmemenuhi kebutuhan makanan dengan
gizi

seimbang.

Demikian

individu/masyarakat,

juga

dengantingkat

semakin

pendidikan

tinggi

tingkat

pendidikanindividu/masyarakat maka pengetahuan untuk hidup sehat akan


semakin baik.
2. Life Styles
Gaya hidup individu/masyarakat sangat mempengaruhi derajatkesehatan.
Contohnya : dalam masyarakat yang mengalami transisi darimasyarakat
tradisional menuju masyarakat modern, akan terjadiperubahan gaya hidup
pada masyarakat tersebut yang akan mempengaruhi derajatkesehatan.
Misalnya ; pada masyarakat tradisonal dimana sarana transportasimasih
sangat

minim

maka

beraktivitas,sehingga

masyarakat

terbiasa

individu/masyarakat

berjalan

senantiasa

kaki

dalam

menggerakkan

anggota tubuhnya(berolah raga).


Pada masyarakat modern dimana sarana transportasi sudah
semakinmaju, maka individu/masyarakat terbiasa beraktivitas dengan
menggunakan

transportasi

seperti

58

kendaraan

bermotor

sehingga

individu/masyarakat kurang menggerakkan anggota tubunya (berolah


raga). Kondisi ini dapat beresiko mengakibatkan obesitas pada masyarakat
modern karena kurang berolah raga ditambah lagi kebiasaan masyarakat
modern mengkonsumsi makanan cepat saji yang kurang mengandung
serat. Fakta di atas akan mengakibatkan transisi epidemiologis dari
penyakit menular ke penyakit degeneratif.
3. Heredity
Faktor genetic ini sangat berpengaruh pada derajat kesehatan. Hal
inikarena ada beberapa penyakit yang diturunkan lewat genetic, seperti
leukemia.Faktor hereditas sulit untuk diintervensi karena hal ini
merupakan bawaan darilahir dan jika dapat diintervensi maka harga yang
dibayar sangat mahal.
4. Health Care Sevices
Pelayanan kesehatan juga mempengaruhi derajat kesehatan.
Pelayanankesehatan disini adalah pelayanan kesehatan yang paripurna dan
intregatif antarapromotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Semakin
mudah aksesindividu/masyarakat terhadap pelayanan kesehatan maka
derajat kesehatanmasyarakat akan semakin baik.

59

Contoh 4 Faktor yamg mempengaruhi Derajat Kesehatan :Environment.


1. Adanya sanitasi lingkungan yang baik akan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
2. Semakin tinggi tingkat pendidikan individu/masyarakat maka pengetahuan
akan cara hidup sehat akan semakin baik.
3. Ada norma agama pada umat Islam tentang konsep haram terhadap
alkohol akan menurunkan tingkat konsumsi alkohol.

Menurut Hendrick L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi


derajat kesehatan masyarakat, yaitu: faktor perilaku, lingkungan, keturunan dan
pelayanan kesehatan.
Dari ke 4 faktor di atas ternyata pengaruh perilaku cukup besar diikutioleh
pengaruh faktor lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Ke empatfaktor
di atas sangat berkaitan dan saling mempengaruhi.
Perilaku yang sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan, hal
ini dapat dilihat dari banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup.
Kebiasaan pola makan yang sehat dapat menghindarkan diri kita dari banyak
penyakit, diantaranya penyakit jantung, darah tinggi, stroke, kegemukan, diabetes
mellitus dan lain-lain. Perilaku atau kebiasaan mencuci tangan sebelum makan
juga dapat menghindarkan kita dari penyakit saluran cerna.
Lingkungan yang mendukung gaya hidup bersih juga berperan
dalammeningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dalam kehidupan disekitar
kita dapat kita rasakan, daerah yang kumuh dan tidak dirawat biasanya banyak
penduduknya yang mengidap penyakit sperti gatal-gatal, infeksi saluran saluran
pernafasan, dan infeksi saluran pencernaan. Penyakit Demam Berdarah juga
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan tidak bersih, banyaknya tempat
penampungan airyang tidak pernah dibersihkan menyebabkan perkembangkan
nyamuk

aedesaegypti

penyebab

demam

60

berdarah

meningkat.

Hal

ini

menyebabkan penduduk disekitar memiliki risiko tergigit nyamuk dan tertular


demam berdarah.
Banyak penyakit-penyakit yang dapat dicegah, namun sebagianpenyakit
tidak dapat dihindari, seprti penyakit akibat dari bawaan atau keturunan.Semakin
besar penduduk yang memiliki risiko penyakit bawaan akan semakinsulit upaya
meingkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu perluadanya konseling
perkawinan yang baik untuk menghindari penyakit bawaanyang sebenarnya dapat
dicegah munculnya. Akhir-akhir ini teknologi kesehatandan kedokteran semakin
maju. Teknologi dan kemampuan tenaga ahli harusdiarahkan untuk meningkatkan
upaya mewujudkan derajat kesehatan yangsetinggi-tingginya.
Ketersediaan fasilitas dengan mutu pelayanan yang baik akanmempercepat
perwujudan
pelayanan

derajat

kesehatan

kesehatan

yang

akanmeningkatkan

akses

masyarakat.
bermutu

masyarakat

Dengan

secara
ke

menyediakanfasilitas

merata

fasilitas

dan

terjangkau

pelayanan

kesehatan.

Ketesediaan fasilitas tentunya harus ditopang dengan tersedianya tenaga


kesehatan yang merata dan cukup jumlahnya serta memiliki kompetensi di
bidangnya.
Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang sangatterkait
dengan upaya pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi ketersediaantasilitas
pelayanan kesehatan dengan membangun Puskesmas, Polindes, Pustu dan jejaring
lainnya. Pelayanan rujukan juga ditingkatkan dengan munculnya rumahsakitrumah sakit baru di setiap kabupaten/kota.
Upaya meningkatkan akses masyarakat ke fasilitas pelayanankesehatan
secara langsung juga dipermudah dengan adanya program jaminankesehatan
(Jamkesmas) bagi masyarakat kurang mampu. Program ini berjalansecara sinergi
dengan program pemerintah laiinya seperti Program bantuanlangsung tunai
(BLT), Wajib belajar dan ain-lain.
Untuk menjamin agar fasilitas pelayanan kesehatan dapat memberi
pelayanan yang efektif bagi masyarakat, maka pemerintah melaksanakan program
61

jaga mutu. Untuk pelayanan di rumah sakit program jaga mutu dilakukan dengan
melaksanakan akreditasi rumah sakit.
Ke empat faktor yang mempengaruhi kesehatan di atas tidak dapat berdiri
sendiri, namun saling berpengaruh. Oleh karena itu upaya pembangunanharus
dilaksanakn secara simultan dan

saling mendukung.

Upaya

kesehatan

yangdilaksanakan harus bersifat komperhensif, hal ini berarti bahwa upaya


kesehatan harus mencakup upaya preventif/promotif, kuratif dan rehabilitatif.
Dengan berbagi upaya di atas, diharapkan peran pemerintah sebagai
pembuat regulasi, dan pelaksana pembangunan dapat dilaksanakan. Dengan
menerapkan pelayanan kesehatan 24 Jam untuk masyarakat dengan penuh ikhlas
dan tangggungjawab, diusahakan jangan sampai menghilangkan culture atau
budaya bangsa Indonesia dimana mahluk hidup saling membutuhkan satu sama
lain.
Sumber: Hendrick L. Blumm;dengan bukunya The Environment of Health.

2.3 Sasaran kesehatan masyarakat


2.3.1 Sasaran
Sasaran

adalah

merupakan

penjabaran

dari

tujuan

organisasi

danmenggambarkan hal-hal yang ingin dicapai melalui tindakan tindakan yang


akan dilakukan secara operasional. Oleh karenanya rumusan sasaran yang
ditetapkan diharapkan dapat memberikan fokus pada penyusunan program
operasional dan kegiatan pokok organisasi yang bersifat spesifik, terinci, dapat
diukur dan dapat dicapai.
Sasaran organisasi yang ditetapkan pada dasarnya merupakan bagiandari
proses perencanaan strategis dengan focus utama berupa tindakanpengalokasian
sumberdaya organisasi kedalam strategi organisasi. Oleh karenanyapenetapan
sasaran harus memenuhi criteria specific, measurable, agresive butattainable,

62

result oriented dan time bond. Guna memenuhi criteria tersebut maka penetapan
sasaran harus disertai dengan penetapan indikator sasaran, yakniketerangan, gejala
atau penanda yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkatkeberhasilan upaya
pencapaian sasaran atau dengan kata lain disebut sebagai tolokukur keberhasilan
pencapaian sasaran.
Berdasarkan makna penetapan sasaran tersebut maka sampai dengan akhir
tahun 2010, dinkes menetapkan sasaran sebagai berikut :
1. Meningkatnya pelayanan kesehatan ibu dan bayi dengan indikator
sasaransebagai berikut :
a. Meningkatnya kunjungan ibu hamil K4.
b. Meningkatnya pertolongan persalinan oleh bidan/tenaga kesehatanyang
c.
d.
e.
f.

memiliki kompetensi kebidanan.


Meningkatnya ibu hamil resiko tinggi dirujuk.
Meningkatnya kunjungan neonatus / KN2.
Meningkatnya kunjungan bayi dan balita.
Meningkatnya bayi berat badan lahir rendah yang ditangani

2. Meningkatnya pelayanan kesehatan anak pra sekolah dan usia sekolah,dengan


indikator sasaran sebagai berikut :
a. Meningkatnya deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah.
b. Meningkatnya pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh
tenaga kesehatan atau tenaga terlatih/guru UKS / dokter kecil.
c. MeningkatnyapemeriksaankesehatansiswaSDdansetingkatkelas 1 oleh
tenaga kesehatan atau tenaga terlatih/guru UKS / dokterkecil.
d. Meningkatnya pelayanan kesehatan remaja.
3. Pelayanan keluarga berencana, dengan indikator sasaran sbagai berikut :
a. Meningkatnya peserta KB aktif.
4. Meningkatnyapelayananimunisasi,denganindikatorsasaransebagaiberikut:
a. Meningkatnya desa atau kelurahan Universal Child Immunizationhingga
100%.
5. Meningkatnya pelayanan pengobatandanperawatan, dengan indikatorsasaran
sebagai berikut :
a. Meningkatnya pelayanan kesehatan rawat jalan.
b. Meningkatnya pelayanan kesehatan rawat inap.

63

6. Meningkatnya

pelayanan

kesehatan

jiwa,

dengan

indikator

sasaran

sebagaiberikut :
a. Meningkatnya pelayanan kesehatan gangguan jiwa disaranapelayanan
kesehatan umum.
7. Meningkatnya pelayanankesehatan kerja,dengan indikator sasaransebagai
berikut :
a. Meningkatnya pelayanan kesehatan kerja pada pekerja formal.
8. Meningkatnya pelayanan kesehatan usia lanjut, dengan indikator sasaran
sebagai berikut :
a. Meningkatnya pelayanan kesehatan pra usia lanjut dan usia lanjut.
9. Meningkatnya pemantauan pertumbuhan balita, dengan indikator
sasaransebagai berikut :
a. Meningkatnya balita yang naik berat badannya ( N/D ).
b. Menurunnya balita bawah garis merah ( BGM ).
10. Meningkatnya pelayanan gizimasyarakat, dengan indikator sasaransebagai
berikut :
a. Meningkatnya ibu hamil mendapat 90 tablet Fe.
b. Meningkatnya balita mendapat kapsul Vitamin A 2 (dua) kali pertahun.
c. SeluruhbayiBGMdarikeluargamiskindiberimakananpendamping ASI.
d. Seluruh balita gizi buruk mendapat perawatan kesehatan.
e. Meningkatnyawanitausiasuburyangmendapatkankapsulyodium.
11. Meningkatnya pelayanan obstetrik dan neonatal emergensi dasar dan
komprehensif, dengan indikator sasaran sebagai berikut :
a. Meningkatnya akses terhadap ketersediaan darah dan komponenyang
aman untuk menangani rujukan ibu hamil dan neonates
b. Meningkatnya ibu hamil resiko tinggi / komplikasi yang ditangani.
c. Meningkatnya neonatal resiko tinggi / komplikasi yang ditangani.
12. Meningkatnya

pelayanan

gawat

darurat,

dengan

indikator

sasaran

sebagaiberikut :
a. Meningkatnyasaranakesehatandengankemampuanpelayanankegawatdaru
ratan yang dapat diakses masyarakat.
13. Meningkatnya
penanggulangan

penyelenggaraan
KLB

danGizi

sebagaiberikut :

64

penyelidikan

epidemiologi

Buruk,dengan

dan

indikatorsasaran

a. Meningkatnya desa/kelurahan yang mengalami KLB ditangani <dari 24


jam.
b. Meningkatnya kecamatan bebas rawan gizi.
14. Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit polio, dengan
indikator sasaran sebagai berikut :
a. Tercapainya penemuan seluruh penderita Acute Flacid Paralysis(AFP)
rate per 100.000 penduduk usia < 15 tahun.
15. Meningkatnya

pencegahan

dan

pemberantasan

penyakit

TB

Paru,

denganindikator sasaran sebagai berikut :


a. Meningkatnya angka kesembuhan penderita TB Paru BTA positif.
16. Meningkatnya

pencegahan

dan

pemberantasan

penyakit

ISPA,denganindikator sasaran sebagai berikut :


a. Seluruh balita penderita pneumonia mendapat penanganan pelayanan
kesehatan.
17. Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit HIV/AIDS, dengan
indikator sasaran sebagai berikut :
a. Seluruh darah donor disekrening terhadap HIV/AIDS.
b. SeluruhpenderitaHIV/AIDSmendapatpenangananpelayanankesehatan.
c. Seluruh penderita Infeksi Menular Seksual ( IMS ) diobati.
d. Seluruh lokalisasi mewajibkan penggunaan kondom.
18. Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD,dengan
indikator sasaran sebagai berikut :
a. Seluruh penderita DBD mendapat penanganan pelayanan kesehatan.
19. Meningkatnya pencegahan dan pemberantasan penyakit diare, dengan
indikator sasaran sebagai berikut :
a. Seluruh
balita
penderita

Diare

mendapat

penanganan

pelayanankesehatan.
20. Meningkatnya

pencegahan

dan

pemberantasan

penyakit

Malaria

denganindikator sasaran sebagai berikut :


a. Seluruh penderita malaria mendapat penanganan pelayanan kesehatan.
21. Meningkatnya

pencegahan

dan

pemberantasan

denganindikator sasaran sebagai berikut :

65

penyakit

Kusta

a. Meningkatnya penderita Kusta yang selesai berobat ( RFT Rate ).


22. Meningkatnya

pencegahan

dan

pemberantasan

penyakit

Filaria

denganindikator sasaran sebagai berikut :


a. SeluruhpenderitaFilariamendapatpenangananpelayanankesehatan.
23. Meningkatnya pelayanan kesehatan lingkungan, dengan indikator sasaran
sebagai berikut :
a. Meningkatnya institusi yang dibina kesehatan lingkungannya.
24. Meningkatnya pelayanan pengendalian vektor, dengan indikator sasaran
sebagai berikut :
a. Meningkatnya rumah/bangunan yang bebas jentik nyamuk aedes.
25. Meningkatnya

pelayanan

hygiene

sanitasi

tempat-

tempat

umum

denganindikator sasaran sebagai berikut :


a. MeningkatnyaTempat-tempatumumyangmemenuhisyaratkesehatan.
26. Meningkatnya penyuluhan perilaku sehat,dengan indikatorsasaransebagai
berikut :
a. Meningkatnya rumah tangga sehat.
b. Meningkatnya bayi yang mendapat ASI Eksklusif.
c. Meningkatnya desa dengan garam beryodium baik.
d. Meningkatnya posyandu purnama
e. Meningkatnya desa dengan program PHBS
f. Meningkatnya peserta dana sehat / JPKM
Sasaran kesehatan masyarakat
1.Terpelihara dan meningkatnya status kesehatan keluarga.
2.Terpelihara dan meningkatnya status kesehatan komunitas.
3.Terpelihara dan meningkatnya status gizi masyarakat.
4.Terpelihara dan meningkatnya status kesehatan jiwa masyarakat.
5.Meningkatnya jumlah dan cakupan pemeliharaan kesehatan dengan
pembiayaan pra upaya.

66

2.1.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan


Health is not everything but without health everything is nothing artinya
Kesehatan bukanlah segalanya tetapi tanpa kesehatan segalanya bukan apa-apa.
Slogan di atas sangatlah tepat untuk menjadi cerminan perilaku kita sehari-hari,
karena betapa ruginya kita semua jika dalam keadaan sakit. Waktu produktif kita
menjadi berkurang, belum lagi biaya berobat yang semakin mahal menjadi beban
bagi keluarga dan sanak saudara kita.
Menurut Hendrik L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat, yaitu: faktor perilaku, lingkungan, keturunan dan
pelayanan kesehatan.

a. Faktor Genetik
Faktor ini paling kecil pengaruhnya terhadap kesehatan perorangan atau
masyarakat dibandingkan dengan faktor yang lain. Pengaruhnya pada status
kesehatan perorangan terjadi secara evolutif dan paling sukar di deteksi.
Untuk itu perlu dilakukan konseling genetik. Untuk kepentingan kesehatan
masyarakat atau keluarga, faktor genetik perlu mendapat perhatian dibidang
pencegahan penyakit. Misalnya seorang anak yang lahir dari orangtua
penderita diabetas melitus akan mempunyai resiko lebih tinggi dibandingkan
anak yang lahir dari orang tua bukan penderita DM. Untuk upaya
pencegahan, anak yang lahir dari penderita DM harus diberi tahu dan selalu
mewaspadai faktor genetik yang diwariskan orangtuanya .Olehkarenanya, ia
harus mengatur dietnya, teratur berolahraga dan upaya pencegahan lainnya
sehingga tidak ada peluang faktor genetiknya berkembang menjadi faktor
resiko terjadinya DM pada dirinya. Jadi dapat di umpamakan, genetik adalah
peluru (bullet) tubuh manusia adalah pistol (senjata), dan lingkungan/prilakun
manusia adalah pelatuknya (trigger).
Semakin besar penduduk yang memiliki resiko penyakit bawaan akan
semakin sulit upaya meningkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu perlu
adanya konseling perkawinan yang baik untuk menghindari penyakit bawaan
67

yang sebenarnya dapat dicegah munculnya. Akhir-akhir ini teknologi


kesehatan dan kedokteran semakin maju. Teknologi dan kemampuan tenaga
ahli harus diarahkan untuk meningkatkan upaya mewujudkan derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
b. Faktor Pelayanan Kesehatan
Ketersediaan pelayanan kesehatan, dan pelayanan kesehatan yang berkualitas
akan berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Pengetahuan dan
keterampilan petugas kesehatan yang diimbangi dengan kelengkapan
sarana/prasarana, dan dana akan menjamin kualitas pelayanan kesehatan.
Pelayanan seperti ini akan mampu mengurangi atau mengatasi masalah
kesehatan yang berkembang di suatu wilayah atau kelompok masyarakat.
Misalnya, jadwal imunisasi yang teratur dan penyediaan vaksin yang cukup
sesuai dengan kebutuhan, serta informasi tentang pelayanan imunisasi yang
memadai kepada masyarakat akan meningkatkan cakupan imunisasi.
Cakupan imunisasi yang tinggi akan menekan angka kesakitan akibat
penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi. Saat ini pemerintah telah
berusaha memenuhi 3 aspek yang sangat terkait dengan upaya pelayanan
kesehatan, yaitu upaya memenuhi ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan
dengan membangun Puskesmas, Pustu, Bidan Desa, Pos Obat Desa, dan
jejaring lainnya. Pelayanan rujukan juga ditingkatkan dengan munculnya
rumah sakit-rumah sakit baru di setiap Kab/Kota
c. Faktor Prilaku Masyarakat
Faktor ini terutama di negara berkembang paling besar pengaruhnya terhadap
munculnya gangguan kesehatan atau masalah kesehatan i masyarakat
.Tersedianya jasa pelayanan kesehatan (health service) tanpa disertai
perubahan tingkah laku (peran serta) masyarakat akan mengakibatkan
masalah kesehatan tetap potensial berkembang di masyarakat. Misalnya,
Penyediaan fasilitas dan imunisasi tidak akan banyak manfaatnya apabila
ibu-ibu tidak datang ke pos-pos imunisasi. Perilaku ibu-ibu yang tidak
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang sudah tersedia adalah akibat
kurangnya pengetahuan ibu-ibu tentang manfaat imunisasi dan efek

68

sampingnya. Pengetahuan ibu-ibu akan meningkat karena adanya penyuluhan


kesehatan tentang imunisasi yang di berikan oleh petugas kesehatan. Perilaku
individu atau kelompok masyarakat yang kurang sehat juga akan berpengaruh
pada faktor lingkungan yang memudahkan timbulnya suatu penyakit.
Perilaku yang sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan, hal ini
dapat dilihat dari banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup.
Kebiasaan pola makan yang sehat dapat menghindarkan diri kita dari banyak
penyakit, diantaranya penyakit jantung, darah tinggi, stroke, kegemukan,
diabetes mellitus dan lain-lain. Perilaku/kebiasaan memcuci tangan sebelum
makan juga dapat menghindarkan kita dari penyakit saluran cerna seperti
diare dan lainnya.
d. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang mendukung gaya hidup bersih juga berperan dalam
meningkatkan derajat kesehatan. Dalam kehidupan di sekitar kita dapat kita
rasakan, daerah yang kumuh dan tidak dirawat biasanya banyak penduduknya
yang mengidap penyakit seperti: gatal-gatal, infeksi saluran pernafasan, dan
infeksi saluran pencernaan. Penyakit demam berdarah juga dipengaruhi oleh
faktor lingkungan. Lingkungan yang tidak bersih, banyaknya tempat
penampungan

air

yang

tidak

pernah

dibersihkan

memyebabkan

perkembangan nyamuk aedes aegypti penyebab demam berdarah meningkat.


Hal ini menyebabkan penduduk si sekitar memiliki resiko tergigit nyamuk
dan tertular demam berdarah.
Untuk menganalisis program kesehatan dilapangan, paradigma H.L.Blum
dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan masalah sesuai
dengan faktor-faktor yang berpengaruh pada status kesehatan masyarakat.
Analisis ke 4 faktor tersebut perlu dilakukan secara cermat sehingga masalah
kesmas dan masalah program dapat di rumuskan dengan jelas. Analisis ke 4 faktor
ini adalah bagian dari analisis situasi (bagian dari fungsi perencnaan)untuk
pengembangan program kesehatan di suatu wilayah tertentu.

69

21.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat

1)

Lingkungan
Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik (baik natural ataubuatan
manusia), dan sosiokultur (ekonomi, pendidikan,pekerjaan dll). Pada
lingkungan fisik, kesehatan akandipengaruhi oleh kualitas sanitasi
lingkungan dimana manusiaitu berada.
Hal ini dikarenakan banyak penyakit yang bersumberdari buruknya
kualitas sanitasi lingkungan, misalnya ;ketersediaan air bersih pada suatu
daerah akan mempengaruhiderajat kesehatan karena air merupakan
kebutuhan pokokmanusia dan manusia selalu berinteraksi dengan air
dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan

lingkungan

sosial

berkaitandengan

kondisi

perekonomian suatu masyarakat. Semakin miskin individu/ masyarakat


maka akses untuk mendapatkanderajat kesehatan yang baik maka akan
semakin sulit.

2)

Perilaku/Gaya hidup
Gaya hidup individu/masyarakat sangat mempengaruhiderajat
kesehatan. Contohnya : dalam masyarakat yang mengalami transisi dari
masyarakat

tradisionalmenuju

masyarakat

modern,

akan

terjadi

perubahangaya hidup pada masyarakat tersebut yang akanmempengaruhi


derajat kesehatan

2.1.7

Sasaran kesehatan masyarakat


70

1.
2.
3.
4.
5.

Terpelihara dan meningkatnya status kesehatan keluarga.


Terpelihara dan meningkatnya status kesehatan komunitas.
Terpelihara dan meningkatnya status gizi masyarakat.
Terpelihara dan meningkatnya status kesehatan jiwa masyarakat.
Meningkatnya jumlah dan cakupan pemeliharaan kesehatan dengan
pembiayaan pra upaya.

2.2 Filsafat
2.2.1. Pengertian Filsafat Ilmu
Kata-kata filsafat diucapkan falsafah dalam bahasa Arab, dan berasal
dari bahasa Yunani philosophia yang berarti cinta kepada pengetahuan, dan
terdiri dari dua kata, yaitu Philos yang berarti cinta dan Sophia yang berarti
pengetahuan (hikmah). Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut
Philosophos atau Failasuf dalam ucapan arabnya. Mencintai pengetahuan
adalah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai usaha dan tujuan hidupnya,
atau dengan perkataan lain orang yang mengabdikan kepada pengetahuan.
Dalam buku Filsafat Umum karangan Dr. Ahmad Tafsir, dikatakan bahwa
Philosophia merupakan kata majemuk yang terdiri dari atas philo dan sopiha.
Philo berarti cinta dalam arti yang luas, yaitu ingin, dan karena itu lalu berusaha
mencapai yang diinginkan itu. Sophia artinya bijaksana yang artinya pandai,
pengertian yang dalam. Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa dari
segi bahasa, filsafat ialah keinginan yang mendalam untuk mendapat kebijakan,
atau keinginan yang mendalam untuk menjadi bijak. Dari berbagai sumber yang
penulis baca semua filosof sepakat bahwa filsafat atau philosophia terdiri dari dua
kata seperti yang telah penulis uraikan di atas. Dengan demikian pengertian
filsafat menurut bahasa ialah cinta pengetahuan atau kebijaksanaan.
Perkataan filsafat memang berasal dari perkataan Yunani, yang
digunakan oleh orang Arab dalam masa keemasan Islam, yang biasa dinamakan
juga zaman terjemah, yaitu antara tahun 878 950 M. Seperti yang dikatakan
oleh al-Farabi seorang filosof muslim terbesar sebelum Ibnu Sina, bahwa

71

perkataan filsafat itu berasal dari bahasa Yunani, ia masuk dan digunakan
sebagai bahasa Arab. Perkataan asal ialah Philosophia, yang terdiri dari dua
perkataan yaitu Philo yang berarti cinta dan Sophia yang berarti hikmah atau
kebenaran. Plato menyebut Socrates sebagai seorang Philosophos (filosof) dalam
pengertian seorang pencinta kebijaksanaan. Oleh karena itu, kata falsafah
merupakan hasil Arabisasi, suatu masdar yang berarti kerja atau pencarian yang
dilakukan oleh para filosof. Dalam bahasa Belanda didapati perkataan
Wijsbegeerte. Wijs berarti cakap, pandai atau bijaksana. Begeerte adalah nama
benda atau pekerjaan. Begeren, mengandung arti menghendaki sekali atau
ingin sekali.

Jadi wijs begeerte berarti kemauan yang keras untuk

mendapatkan kecakapan seseorang yang bijaksana, yang biasanya dinamakan


wijs (orang yang bijaksana). Menurut sejarah filsafat, istilah philosophi
pertama kali digunakan dalam sekolah Socrates, kemudian Plato menanamkan
suatu ilmu pengetahuan tentang kegiatan jiwa manusia[2].
Sebelum Socrates ada satu kelompok yang menyebut diri mereka Sophist
(kaum sophis) yang berarti para cendekiawan. Mereka menjadikan persepsi
manusia sebagai ukuran realitas (kebenaran, hakikat) dan menggunakan hujahhujah yang keliru dalam kesimpulan- kesimpulan mereka. Secara bertahap kata
sophis kehilangan arti aslinya dan kemudian menjadi berarti seseorang yang
menggunakan hujah-hujah yang keliru. Dengan demikian, kita mempunyai kata
sophistry ( cara berfikir yang menyesatkan), yang mempunyai asal kata sama
dalam bahasa Arab dengan kata Fatsathah dengan arti yang sama. Socrates karena
kerendahan hati dan kemungkinan juga keinginan untuk menghindarkan
pengidentifikasian dengan kaum sophis, melarang orang menyebut dirinya
seorang sophis, seorang cendekiawan. Ia menyebut dirinya seorang filosof
(philosophos), pencinta kebijaksanaan, pencinta kebenaran, menggantikan
sophistes yang berarti sarjana dan gelar yang terakhir ini merosot derajatnya
menjadi seorang yang menggunakan penalaran yang salah. Filsafat (philosophia)
kemudian menjadi sama artinya dengan kebijaksanaan (kearifan). Oleh sebab itu,
philosophia ( filosof) sebagai satu istilah teknis tidak dipakaikan pada seorang

72

segera setelahnya. Istilah philosophia juga tidak mempunyai arti yang definitif
pada zaman itu; diceritakan bahwa Aristoteles sendiri tidak menggunakannya.
Belakangan, penggunaan istilah philosophia (filsafat) dan philosophos (filosof)
semakin meluas. Secara etimologi kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, para
ilmuwan dan filosof sepakat memberi arti yang sama tentang filsafat tersebut.
Filsafat menurut istilah
Pengertian filsafat menurut istilah yang diberikan oleh beberapa ahli yang
terkadang jauh lebih luas dibandingkan dengan arti menurut bahasa. Plato (427
347 SM), filosof Yunani yang termashur murid Socrates, menyatakan bahwa
Filsafat itu tidaklah lain daripada pengetahuan tentang segala yang ada. Sementara
Al Farabi ( wafat 950 M) filosof muslim terbesar sebelum Ibnu Sina berkata:
Filsafat itu ialah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan
menyelidiki hakekatnya yang sebenarnya. Sedangkan Thomas Hobbes (1588
1679 M), seorang filosof Inggris mengemukakan: Filsafat ialah ilmu
pengetahuan yang menerangkan perhubungan hasil dan sebab atau sebab dari
hasilnya, dan oleh karena itu senantiasa adalah suatu perubahan[3].
Dari definisi di atas dapat dilihat adanya perbedaan dalam mendefinisikan
filsafat antara tokoh yang satu dengan tokoh yang lain. Perbedaan definisi ini
menurut Abu Bakar Atjeh disebabkan oleh berbedaan konotasi filsafat pada tokohtokoh itu karena perbedaan keyakinan hidup yang dianut mereka. Perbedaan itu
juga dapat muncul karena perkembangan filsafat itu sendiri yang menyebabkan
beberapa pengetahuan khusus memisahkan diri dari filsafat. Di sini dapat diambil
kesimpulan bahwa perbedaan definisi filsafat antara satu tokoh dengan tokoh
lainnya disebabkan oleh perbedaan konotasi filsafat pada mereka masing-masing.

2.2.2.

Ruang Lingkup Filsafat Ilmu

73

Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponenkomponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi,
epistemologi, dan aksiologi.
a. Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan
kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas
dari persepsi filsafat tentang apa dan bagaimana yang ada itu. Paham
monisme yang terpecah menjadi idealisme atau spiritualisme, paham dualisme, pluralisme dengan berbagai nuansanya, merupakan paham ontologik
yang pada akhimya menentukan pendapat bahkan keyakinan kita masingmasing mengenai apa dan bagaimana yang ada sebagaimana manifestasi
kebenaran yang kita cari.
b. Epistemologi ilmu meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan
sarana tersebut untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal
pilihan landasan ontologik akan dengan sendirinya mengakibatkan
perbedaan dalam menentukan sarana yang akan kita pilih. Akal, akal budi
pengalaman, atau komunikasi antara akal dan pengalaman, intuisi,
merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologik, sehingga dikenal
adanya model-model epistemologik seperti rasionalisme, empirisme,
kritisisme atau rasionalisme kritis, positifisme, fenomenologi dengan
berbagai variasinya. Ditunjukkan pula bagaimana kelebihan dan kelemahan
sesuatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan
(ilmiah) itu seped teori koherensi, korespondesi, pragmatis, dan teori
intersubjektif.
c.

Akslologi llmu meliputi nilai-nilal (values) yang bersifat normatif dalam


pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita
jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti
kawasan sosial, kawasansimbolik atau pun fisik material. Lebih dari itu nilainilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine qua non
yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian

74

maupun di dalam menerapkan ilmu. Dalam perkembangannya filsafat ilmu


juga mengarahkan pandangannya pada strategi pengembangan ilmu, yang
menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampal pada dimensi kebudayaan
untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti
maknanya bagi kehidupan[4].

2.2.3. Objek Filsafat Ilmu


Isi filsafat ditentukan oleh objek apa yang dipikirkan, objek yang
dipikirkan oleh filsafat ialah segala yang ada dan yang mungkin ada. Jadi luas
sekali. Objek filsafat ilmu meliputi segala pengetahuan manusia serta segala
sesuatu yang ingin diketahui manusia.Oleh karena itu manusia memiliki pikiran
atau akal yang aktif, maka manusia sesuai dengan tabiatnya, cenderung untuk
mengetahui segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada menurut akal
pikirannya. Jadi objek filsafat ialah mencari keterangan sedalam-dalamnya.
Objek filsafat ada dua yaitu Objek Material dan Objek Formal, tentang
objek material ini banyak yang sama dengan objek material sains. Sains memiliki
objek material yang empiris. Filsafat menyelidiki objek itu juga, tetapi bukan
bagian yang empiris melainkan bagian yang abstrak. Sedang objek formal filsafat
tiada lain ialah mencari keterangan yang sedalam-dalamnya tentang objek materi
filsafat yakni segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada.
Dari uraian tertera di atas jelaslah, bahwa :
1.

Objek material filsafat ialah Sarwa yang ada, yang pada garis besarnya
dapat dibagi atas tiga persoalan pokok
a. Hakekat Tuhan
b. Hakekat Alam
c. Hakekat Manusia.

75

2.

Objek formal filsafat ialah usaha mencari keterangan secara radikal


(sedalam-dalamnya sampai ke akarnya) tentang objek materi filsafat
(sarwa yang ada).

Dalam buku Filsafat Agama, Titik Temu Akal dengan Wahyu karangan Dr.
H. Hamzah Yaqub dikatakan bahwa objek filsafat ialah mencari keterangan
sedalam-dalamnya. Di sinilah diketahui bahwa sesuatu yang ada atau yang
berwujud inilah yang menjadi penyelidikan dan menjadi pembagian filsafat
menurut objeknya ialah :

a. Ada Umum yakni menyelidiki apa yang ditinjau secara umum. Dalam
realitanya terdapat bermacam-macam yang kesemuanya mungkin adanya.
Dalam bahasa Eropa, Ada Umum ini disebut Ontologia yang berasal dari
perkataan Yunani Onontos yang berarti ada, dalam Bahasa Arab sering
menggunakan Untulujia dan Ilmu Kainat.
b. Ada Mutlak, sesuatu yang ada secara mutlak yakni zat yang wajib adanya,
tidak tergantung kepada apa dan siapapun juga. Adanya tidak berpermulaan
dan tidak berpenghabisan ia harus terus menerus ada, karena adanya dengan
pasti. Ia merupakan asal adanya segala sesuatu. Ini disebut orang Tuhan
dalam Bahasa Yunani disebut Theodicea dan dalam Bahasa Arab disebut
Ilah atau Allah.
c. Comologia, yaitu filsafat yang mencari hakekat alam dipelajari apakah
sebenarnya alam dan bagaimanakah hubungannya dengan Ada Mutlak.
Cosmologia ini ialah filsafat alam yang menerangkan bahwa adanya alam
adalah tidak mutlak, alam dan isinya adanya itu karena dimungkinkan Allah.
Ada tidak mutlak, mungkin ada dan mungkin lenyap sewaktu-waktu
pada suatu masa.

76

d. Antropologia (Filsafat Manusia), karena manusia termasuk ada yang tidak


mutlak maka juga menjadi objek pembahasan. Apakah manusia itu
sebenarnya, apakah kemampuan-kemampuannya dan apakah pendorong
tindakannya? Semua ini diselidiki dan dibahas dalam Antropologia.

e. Etika, filsafat yang menyelidiki tingkah laku manusia. Betapakah tingkah


laku manusia yang dipandang baik dan buruk serta tingkah laku manusia
mana yang membedakannya dengan lain-lain makhluk.
f. Logika, filsafat akal budi dan biasanya juga disebut mantiq. Akal budi adalah
akal yang terpenting dalam penyelidikan manusia untuk mengetahui
kebenaran. Tanpa kepastian tentang logika, maka semua penyelidikan tidak
mempunyai kekuatan dasar. Tegasnya tanpa akal budi takkan ada
penyelidikan. Oleh karena itu dipersoalkan adakah manusia mempunyai akal
budi dan dapatkah akal budi itu mencari kebenaran? Dengan segera timbul
pula soal, apakah kebenaran itu dan sampai dimanakah kebenaran dapat
ditangkap oleh akal budi manusia. Maka penyelidikan tentang akal budi itu
disebut Filsafat Akal Budi atau Logika[5].

Penyelidikan tentang bahan dan aturan berpikir disebut logica minor, adapun
yang menyelidiki isi berpikir disebut logica mayor. Filsafat akal budi ini disebut
Epistimologi dan adapula yang menyebut Critica, sebab akal yang menyelidiki
akal.
Adapun objek Filsafat Islam ialah objek kajian filsafat pada umumnya yaitu
realitas, baik yang material maupun yang ghaib. Perbedaannya terletak pada
subjek yang mempunyai komitmen Quranik[6].
Dalam hubungan ini objek kajian filsafat islam dalam tema besar adalah
Tuhan, alam, manusia dan kebudayaan. Tema besar itu hendaknya dapat
dijabarkan lebih spesifik sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga dapat

77

ditarik benang merah dari perkembangan sejarah pemikiran kefilsafatan yang


hingga sekarang. Setiap zaman mempunyai semangatnya sendiri-sendiri.
Dari keterangan di atas dapat dikatakan bahwa objek filsafat itu sama dengan
objek ilmu pengetahuan bila ditinjau secara material dan berbeda bila secara
formal. Sedangkan objek kajian filsafat islam itu sendiri mencakup Tuhan, alam,
manusia dan kebudayaan.

2.2.4. Implikasi dari Filsafat Ilmu


Filsafat ilmu sebagai suatu cabang khusus filsafat yang membicarakan
tentang sejarah perkembangan ilmu, metode-metode ilmiah, sikap etis yang harus
dikembangkan para ilmuwan secara umum memiliki tujuan-tujuan sebagai
berikut:
a. Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi
kritis terhadap kegiatan ilmiah. Sikap seorang ilmuwan mesti kritis pada
bidang ilmunya, sehingga terhindar dari sikap solipsistic (tak ada pendapat
yang paling benar).
b. Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan
metode keilmuan. Satu sikap yang diperlukan disini yakni menerapkan
metode sesuai atau cocok dengan struktur ilmu pengetahuan, karena metode
merupakan sarana berfikir, bukan merupakan hakikat ilmu pengetahuan.
c. Ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan, secara logis atau
rasional pengembangan metode dapat dipertanggungjawabkan, agar dapat
dipahami dan dipergunakan secara umum. Validnya suatu metode ditentukan
dengan diterimanya metode tersebut secara umum.
Implikasi dalam mempelajari filsafat ilmu diperlukan pengetahuan dasar
yang memadai tentang ilmu, baik ilmu alam maupun ilmu sosial, supaya para
ilmuan dapat memiliki landasan berpijak yanga kuat, ilmu alam secara garis besar

78

mesti dikuasai, demikian pula halnya dengan ilmu sosial, sehingga antara ilmu
yang satu dengan yang lain saling menyapa, bahkan mencipta suatu harmoni yang
dapat memecahkan persoalan-persoalan kemanusiaan. Kesadaran seorang
ilmuwan tidak semata berfikir murni pada bidangnya saja, tanpa mengaitkan
dengan kenyataan di luar dirinya ini akan terlihat seperti menara gading, setiap
aktivitas keilmuwan tidak terlepas dari konteks kehidupan sosial kemasyarakatan.

2.2.5.

Sejarah Filsafat Ilmu dan Aliran-Alirannya


Filsafat

ilmu

berkembang

dari

masa

ke

masa

sejalan

dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta realitas sosial. Dimulai


dengan aliran rasionalisme-empirisme , kemudian kritisisme dan positifisme.
Rasionalisme adalah paham yang menyatakan kebenaran haruslah ditentukan
melalui pembuktian, logika, dan dan analisis yang berdasarkan fakta. Paham ini
menjadi salah satu bagian dari renaissance atau pencerahan dimana timbul
perlawanan terhadap gereja yang menyebar ajaran dengan dogma-dogma yang
tidak bisa diterima oleh logika. Filsafat Rasionalisme sangat menjunjung tinggi
akal sebagai sumber dari segala pembenaran. Segala sesuatu harus diukur dan
dinilai berdasarkan logika yang jelas. Titik tolak pandangan ini didasarkan kepada
logika matematika. Pandangan ini sangat popular pada abad 17. Tokoh-tokohnya
adalah Rene Descartes (1596-1650), Benedictus de Spinoza - biasa dikenal:
Barukh Spinoza (1632-1677), G.W. Leibniz (1646-1716), Blaise Pascal (16231662).
Empirisisme adalah pencarian kebenaran melalui pembuktian-pembukitan
indrawi. Kebenaran belum dapat dikatakan kebenaran apabila tidak bisa
dibuktikan secara indrawi, yaitu dilihat, didengar dan dirasa. Francis Bacon
(1561-1624) seorang filosof Empirisme pada awal abad pencerahan menulis
dalam salah satu karyanya Novum Organum. Segala kebenaran hanya diperoleh
secara induktif, yaitu melalui pengalamn dan pikiran yang didasarkan atas
empiris, dan melalui kesimpulan dari hal yang khusus kepada hal yang umum.

79

Empirisisme muncul sebagai akibat ketidakpuasan terhadap superioritas akal.


Paham ini bertolak belakang dengan Rasionalisme yang mengutamakan akal.
Tokoh-tokohnya adalah John Locke (1632-1704); George Berkeley (1685-1753);
David Hume (1711-1776). Kebenaran dalam Empirisme harus dibuktikan dengan
pengalaman. Peranan pengalaman menjadi tumpuan untuk memverifikasi sesuatu
yang dianggap benar. Kebenaran jenis ini juga telah mempengaruhi manusia
sampai sekarang ini, khususnya dalam bidang Hukum dan HAM[7].
Kedua aliran ini dibedakan lewat caranya untuk mencari kebenaran
rasionalisme didominasi akal sementara empirisisme didominasi oleh pengalaman
dalam pencarian kebenaran. Kedua aliran ini secara ekstrim bahkan tidak
mengakui realitas di luar akal, pengalaman atau fakta. Superioritas akal
menyebabkan agama dilempar dari posisi yang seharusnya. Agama didasarkan
pada doktrin-dokrtin yang tidak bisa diterima oleh rasio sehingga tidak diterima
oleh para pemegang paham rasionalisme dan empirisisme. Bukan berarti dogma
yang diajarkan agama itu tidak benar, tapi rasio manusia masih terbatas untuk
menguji kebenaran dogma Tuhan. Munculah aliran kritisisme sebagai jawaban
dari rasionalisme dan empirisisme untuk menyelamatkan agama.
Kritisisme

merupakan

filsafat

yang

terlebih

dahulu

menyelidiki

kemampuan dan batas-batas rasio sebelum melakukan pencarian kebenaran.


Tokoh yang terkenal dari aliran ini adalah Immanuel Kant (1724-1804).
Filsafatnya dikenal dengan Idealisme Transendental atau Filsafat Kritisisme.
Menurutnya, pengetahuan manusia merupakan sintesa antara apa yang secara
apriori sudah ada dalam kesadaran dan pikiran dengan impresi yang diperoleh dari
pengalaman (aposteriori). Filsafat positifisme membatasi kajian filsafat ke hal-hal
yang dapat dijustifikasi (diuji) secara empirik. Hal-hal tersebut dinamakan hal-hal
positif. Positifisme digunakan untuk merumuskan pengertian mengenai relaita
sosial dengan Penjelasan ilmiah, prediksi dan control seperti yang dipraktekan
pada fisika, kimia, dan biologi. Tahap penelitian positifisme dimulai dengan
pengamatan, percobaan, generalisasi, produksi, manipulasi.

80

2.3 Konsep Manusia


Konsep manusia dibagi menjadi tiga bagian:
1. Manusia sebagai sistem
Manusia ditinjau sebagai sistem, artinya manusia terdiri dari beberapa
unsur/ sistem yangmembentuk suatu totalitas yakni sistem adaptif, sistem
personal, sistem interpersonal, dan sistem sosial.
Manusia sebagai sistem adaptif, disebabkan:

Setiap individu dapat berubah


Setiap individu merespon terhadap perubahan

Manusia sebagai sistem personal, disebabkan:

Setiap manusia memiliki proses persepsi


Setiap manusia bertumbuh kembang

Manusia sistem interpersonal, disebabkan:

Setiap manusia berinteraksi dengan yang lain


Setiap manusia memiliki peran dalam masyarakat
Setiap manusia berkomunikasi terhadap orang lain

Manusia sebagai sistem sosial, disebabkan:

Setiap individu memiliki kekuatan dan wewenang dalam pengambilan


keputusan dalamlingkungannya; keluarga, masyarakat, dan tempat kerja

Manusia sebagai sistem terbuka yang terdiri dari berbagai sub sistem yang saling
berhubungansecara terintegrasi untuk menjadi satu total sistem.
Terdiri dari beberapa komponen :
81

a.
b.
c.
d.
e.

Komponen biologis adalah anatomi tubuh


Komponen psikologis adalah kejiwaan
Komponen sosial adalah lingkungan
Komponen kultural adalah nilai budaya
Komponen spiritual adalah kepercayaan agama

Individu
( Sistem personal )
Perawat harus mengerti

Keluarga
( Sistem interpersonal )
Perawat harus mengerti

Masyarakat
( Sistem social )
Perawat harus mengerti

tentang konsep self,

tentang konsep interaksi,

tentang konsep

persepsi, dan tumbuh

peran, dan komunikasi.

organisasi, power,

kembang.

otoritas,
dan pengambilan
keputusan.

2. Manusia sebagai adaptif


Adaptasi adalah proses perubahan yang menyertai individu dalam
berespon terhadap perubahan lingkungan mempengaruhi integritas atau keutuhan.
Lingkungan adalah seluruhkondisi keadaan sekitar yang mempengaruhi
perkembangan organisme atau kelompokorganisme. Model konsep adaptasi
pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista Roy (1969).
Konsep ini dikembangkan dari konsep individu dan proses adaptasi seperti
diuraikan di bawah ini.
Terdapat tingkatan dan respon fisiologik untuk memudahkan adaptasi:

Respon takut (mekanisme bertarung)


Respon inflamasi
Respon stress
Respon sensori

Asumsi dasar model adaptasi Roy adalah :

82

Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus-

menerus berinteraksi dengan lingkungan.


Manusia menggunakan mekanisme pertahanan

perubahan-perubahanbiopsikososial.
Setiap orang memahami bagaimana

individu

untuk

mengatasi

mempunyai

batas

kemampuan untuk beradaptasi.Pada dasarnya manusia memberikan respon

terhadap semua rangsangan baik positif maupunnegatif.


Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang
lainnya, jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka
ia mempunyai kemampuan untuk menghadapi rangsangan baik positif

maupun negatif.
Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari dari
kehidupan manusia.

3. Manusia sebagai holistik


Manusia sebagai makhluk holistik mengandung pengertian, manusia
makhluk yangterdiri dari unsur biologis, psikologis, sosial dan spritual, atau
sering disebut juga sebagai makhluk bio-psiko-sosial-spritual. Di mana, keempat
unsur ini tidak dapat terpisahkan, gangguan terhadap salah satu aspek merupakan
ancaman terhadap aspek atau unsur yang lain.

Banyaknya definisi tentang manusia, membuktikan bahwa


manusia

adalah

makhluk multi dimensional, manusia memiliki banyak wajah.


Lalu, wajah yang manakah yang mau kita ikuti? Apakah wajah
manusia menurut kacamata seorang biolog? Apakah wajah
manusia menurut kacamata seorang psikolog? Apakah wajah
manusia menurut kacamata seorang antropolog? Atau yang
lainnya?

83

1. Manusia menurut pola pemikiran biologis


Menurut pola pemikiran ini, manusia dan
kreatifnya

kemampuan

dikaji

dari

struktur fisiologisnya. Salah satu tokoh dalam pola ini adalah


Portmann

yang

berpendapat bahwa

kehidupan

manusia

merupakan sesuatu yang bersifat sui generis meskipun


terdapat kesamaan-kesamaan tertentu dengan kehidupan
hewan atau binatang.
Dia menekankan aktivitas
bahasanya,

posisi

manusia

vertikal

yang

tubuhnya,

khas,

yakni

dan

ritme

pertumbuhannya. Semua sifat ini timbul dari kerja sama


antara proses keturunan dan proses sosial-budaya. Aspek
individualitas manusia bersama sifat sosialnya membentuk
keterbukaan manusia yang berbeda dengan ketertutupan dan
pembatasan deterministis binatang oleh lingkungannya.
Manusia tidak membiarkan dirinya ditentukan oleh alam
lingkungannya, Menurut pola ini, manusia dipahami dari sisi
internalitas, yaitu manusia sebagai pusat kegiatan intern yang
menggunakan

bentuk

lahiriah

tubuhnya

untuk

mengekspresikan diri dalam komunikasi dengan sesamanya.


2. Manusia menurut pola psikolgis
Kekhasan pola ini adalah perpaduan antara metode-metode
psikologi
eksperimental

dan

suatu

pendekatan

filosofis

tertentu,

misalnya fenomenologi. Tokoh - tokoh yang berpengaruh


besar pada pola ini antara lain Ludwig Binswanger, Erwin
Straus dan Erich Fromm. Binswanger mengembangkan suatu
analisis eksistensial yang bertitik tolak dari psikoanalisisnya
Freud.

Namun

pendirian

Binswanger

bertolak

belakang

dengan pendirian Freud tentang kawasan bawah sadar

84

manusia
dalam

yang
mimpi,

nafsu

dan

terungkap

dorongan

seksual.

Menurut

Binswanger, analisis Freud sangat berat sebelah karena dia


mengabaikan aspek-aspek budaya dari eksistensi manusia
seperti

agama,

seni,

etika

dan

mitos.

Freud

menurut

Binswanger, memahami kebudayaan secara negatif, yakni


lebih sebagai penjinakan dorongan - dorongan alamiah
daripada sebagai ungkapan potensi manusia untuk memberi
arah pada hidupnya. Penelitian psikologis harus diarahkan
pada kemampuan manusia untuk mengatasi dirinya sendiri
dalam
penggunaan kebebasannya yang menghasilkan keputusankeputusan dasar.
Freud dengan psikoanalisisnya berpendapat bahwa manusia
pada

dasarnya

digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang


bersifat

instinktif.

Tingkahlaku

individu

ditentukan

dan

dikontrol oleh kekuatan psikhis yang sejak semula memang


sudah ada pada diri individu itu. Individu dalam hal ini tidak
memegang kendali atas nasibnya sendiri, tetapi tingkah
lakunya semata-mata diarahkan untuk memuaskan kebutuhan
dan instink biologisnya.
Pandangan Freud tersebut

ditentang

oleh

pandangan

humanistik tentang manusia. Pandangan humanistik menolak


pandangan Freud yang mengatakan bahwa manusia pada
dasarnya tidak rasional, tidak tersosialisasikan dan tidak
memiliki kontrol terhadap nasib dirinya sendiri. Sebaliknya,
pandangan humanistik yang salah satu tokohnya adalah
Rogers

mengatakan

bahwa

manusia

itu

rasional,

tersosialisasikan dan untuk berbagai hal dapat menentukan


nasibnya sendiri.

85

Hal ini menunjukkan bahwa manusia memiliki kemampuan


untuk mengarahkan, mengatur, dan mengontrol diri sendiri.
Pandangan behavioristik pada dasarnya menganggap bahwa
manusia sepenuhnya adalah makhluk reaktif yang tingkah
lakunya dikontrol atau dikendalikan oleh faktorfaktor yang
datang dari luar. Penentu tunggal dari tingkah laku manusia
adalah lingkungan. Dengan demikian, kepribadian individu
dapat dikembalikan semata-mata kepada hubungan antara
individu dan lingkungannya. Hubungan itu diatur oleh hukum
hukum belajar seperti teori pembiasaan (conditioning) dan
peniruan.
Salah satu tokoh dari pandangan ini adalah Skinner. Dari
ketiga pandangan yang disebut terakhir, dapat disimpulkan
bahwa Freud dengan psikoanalisisnya lebih menekankan
faktor internal manusia, sementara pandangan behaviorisme
lebih menekankan faktor eksternal. Sedangkan pandangan
psikologi
humanistik lebih menekankan kemampuaan manusia untuk
mengarahkan dirinya, baik karena pengaruh faktor internal
maupun eksternal. Hal ini menunjukkan bahwa manusia tidak
serta

merta

atau

otomatis

melakukan

suatu

tindakan

berdasarkan desakan faktor internal, karena desakan faktor


internal bisa saja ditangguhkan pelaksanaannya. Buktinya
orang berpuasa, meskipun dorongan rasa laparnya kuat,
tetapi

manusia

bisa

mengarahkan

dirinya dalam arti bisa menangguhkan desakan atau dorongan


itu, yakni pada saatnyaberbuka di sore hari. Begitu juga,
manusia tidak serta merta atau otomatis melakukan tidakan
karena mendapat rangsangan dari luar (eksternal). Dia dapat
mengabaikannnya, bahkan dia dapat memutuskan sesuatu
yang berbeda dengan desakan faktor eksternal. Buktinya,

86

manusia

dapat

menolak

iming-iming

sesuatu

yang

menggiurkan dari pihak lain.


3. Manusia menurut pola pemikiran sosial-budaya
Manusia menurut pola pemikiran ini tampil dalam dimensi
sosial dan kebudayaannya, dalam hubungannya dengan
kemampuannya untuk membentuk sejarah.
Menurut pola ini, kodrat manusia tidak hanya mengenal satu
bentuk yang uniform melainkan berbagai bentuk. Salah satu
tokoh yang termasuk dalam pola ini adalah Erich Rothacker.
Dia berupaya memahami kebudayaan setiap bangsa melalui
suatu proses yang dinamakan reduksi pada jiwa-jiwa nasional
dan melalui mitos-mitos. Yang dimaksud reduksi pada jiwajiwa nasional adalah proses mempelajari suatu kebudayaan
tertentu dengan mengembalikannya pada sikap-sikap dasar
serta watak etnis yang melahirkan pandangan bangsa yang
bersangkutan tentang dunia, atau weltanschauung.
Pengalaman purba itu dapat direduksi lagi. Dengan demikian,
meskipun orang menciptakan dan mengembangkan lingkup
kebudayaan

nasionalnya,

pelaksanaan

dan

kemungkinan

pengembangannya

sudah

kemungkinan
ditentukan,

karena semuanya itu sudah terkandung dalam warisan ras.


Tokoh lain yang dapat dimasukkan dalam pola ini adalah Ernst
Cassirer seorang filsuf kebudayaan abad 20. Dia merumuskan
manusia

sebagai

animal

symbolicum, makhluk yang pandai menggunakan symbol.


Menurut Cassirer, definisi manusia dari Aristoteles, yakni zoon
politicon, manusia adalah makhluk sosial memang memberi
pengertian umum tetapi bukan ciri khasnya.
Begitu pula definisi manusia sebaai animal rationale dianggap
tidak memadai, karena rasio tidak memadai untuk memahami
bentuk-bentuk kehidupan budaya manusia dalam seluruh
kekayaan dan bermacam-macamnya. Itulah mengapa dia

87

menawarkan definisi manusia sebagai animal symbolicum


yakni makhluk

yang pandai membuat, memahami dan

menggunakan

symbol

Pada

bagian

berpendapat

bahwa

ciri

utama

lain
atau

Cassirer
ciri

juga
khas

manusia bukanlah kodrat fisik atau kodrat metafisiknya,


melainkan

karyanya.

Karyanyalah,

sistem-sistem

kegiatan

manusiawilah

yang

menentukan dan membatasi dunia.


4. Manusia menurut pola pemikiran Religius
Pola pemikiran ini bertolak dari pandangan manusia sebagai
homo

religiosus.

Salah satu tokohnya adalah Mircea Eliade. Pandangan Eliade


dapat dilihat pada tulisan Mangunhardjono dalam buku
Manusia Multi Dimensional: Sebuah renungan filsafat.
Menurut Eliade, homo religiosus adalah tipe manusia yang
hidup

dalam

suatu

alam yang sakral, penuh dengan nilai-nilai religius dan dapat


menikmati sakralitas yang ada dan tampak pada alam
semesta, alam materi, alam tumbuh-tumbuhan, dan manusia.
Pengalaman dan penghayatan akan Yang Suci ini selanjutnya
mempengaruhi,
membentuk, dan ikut menentukan corak serta cara hidupnya.
Eliade mempertentangkan homo religiosus dengan alam
homo non-religiosus, yaitu manusia yang tidak beragama,
manusia

modern

yang

hidup

di

alam

yang

sudah

didesakralisasikan, bulat-bulat alamiah, apa adanya, yang


dirasa atau yang dialami tanpa sakralitas. Bagi manusia yang
nonreligiosus, kehidupan ini tidak sakral lagi, melainkan
profane saja.
Menurut Soerjanto Poespowardojo sebagaimana dimuat dalam
Sekitar Manusia: Bunga Rampai tentang Filsafat Manusia
(1978: 3) bahwa untuk memahami manusia bukan dari
88

kacamata seorang antropolog, biolog atau psikolog, karena


hal itu lebih merupakan interpretasi perorangan. Titik tolak
pembahasan tentang manusia sebaiknya dari kondisi manusia
yang sewajarnya dan keaslian hidupnya. Jadi, manusia yang
ditempatkan dalam konteks kenyataan yang riil. Apakah yang
dimaksud

manusia

wajar?

Menurut pelopor eksistensialisme Soren Kierkegaard dalam


karyanya Either/Or sebagaimana dikutip oleh Poespowardojo
dalam buku tersebut, bahwa manusia wajar adalah manusia
konkret, seperti yang kita saksikan dalam kehidupan seharihari.

Oleh

karena

itu,

manusia

yang

demikian,

harus

disaksikan dan dihayati: semakin mendalam penghayatan kita


perihal

manusia,

maka

akan

semakin

bermaknalah

kehidupannya.
Dengan membuka lingkup yang sewajarnya, seharusnya kita
melihat

manusia

sebagai makhluk alamiah, naturwesen yang merupakan


bagian dari alam dan oleh karena itu memiliki sifat-sifat dan
tunduk kepada hukum yang alamiah pula. Sebagai makhluk
alamiah, maka manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan
tertentu. Ia membutuhkan makanan agar badannya tetap
segar dan sehat. Ia membutuhkan hiburan agar hidupnya
menarik dan tidak membosankan. Ia pun perlu belajar dsb.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa manusia adalah
makhluk
fisik

dan

yang
rohani.

serba
Adanya

butuh

hal-hal

yang

kebutuhan-kebutuhan

tersebut

menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang belum


selesai, artinya untuk memenuhi segala kebutuhannya ia
harus bekerja dan berkarya. Jelaslah di sini bahwa kerja dan
berkarya mempunyai arti yang manusiawi. Dalam kerjalah
tercermin mutu serta martabat manusia.

89

2.3.1

Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow


Setiap

makhluk

hidup

mempunyai

kebutuhan,

tidak

terkecuali
manusia.

Manusia

mempunyai

kebutuhan

yang

beragam.

Namun,

pada

hakikatnya setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar yang


sama.
Kebutuhan tersebut bersifat manusiawi dan menjadi syarat untuk
keberlangsungan

hidup

manusia.

Siapapun

orangnya

pasti

memerlukan
pemenuhan kebutuhan dasar (Asmadi, 2008).
Kegagalan pemenuhan kebutuhan dasar menimbulkan
kondisi
tidak

yang
seimbang,

sehingga

diperlukan

bantuan

terhadap

pemenuhannya
kebutuhan dasar tersebut. Disinilah pentingnya peranan perawat
sebagai
profesi

kesehatan

dimana

salah

satu

tujuan

pelayananan

keperawatan

adalah

membantu klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Jenisjenis

kebutuhan

dasar manusia yang menjadi lingkup pelayanan keperawatan


bersifat

holistik

yang mencakup kebutuhan biologis, psikologis, sosial, dan


spiritual

(Asmadi

2008).
Manusia

memiliki

kebutuhan

heterogen.

dasar

yang

bersifat
Setiap

90

orang pada dasarnya memiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi


karena
terdapat perbedaan budaya, maka kebutuhan tersebutpun ikut
berbeda.

Dalam

memenuhi kebutuhannya, manusia menyesuaikan diri dengan


prioritas

yang

ada. Lalu jika gagal memenuhi kebutuhannya, manusia akan


berpikir

lebih

keras dan bergerak untuk berusaha mendapatkannya (Hidayat,


2000)
Dalam pemenuhan kebutuhan dasar, dapat dipengaruhi
oleh

faktor-faktor

yang terjadi pada seseorang sehingga kebutuhan dasarnya


terpenuhi
terpenuhi.

atau
Faktor-faktor

yang

tidak

mempengaruhi

pemenuhan

kebutuhan

dasar

adalah sebagai berikut :


1. Penyakit.

adanya

penyakit

didalam

tubuh

dapat

menyebabkan
perubahan

pemenuhan

kebutuhan,

baik

secra

fisiologis

maupun
psikologis, karena beberapa fungsi organ tubuh memerlukan
pemenuhan kebutuhan lebih besar dari biasanya.
2. Hubungan Keluarga. Hubungan keluarga yang baik dapat
meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar karena adanya
saling
percaya, merasakan kesenangan hidup, tidak ada rasa curiga,
dan lainlain.
3. Konsep diri. Konsep diri manusia memiliki peran dalam
pemenuhan

91

kebutuhan dasar. Konsep diri yang positif memberikan makna


dan
keutuhan(wholeness) bagi seseorang. Konsep diri yang sehat
menghasilkan perasaan positif terhadap diri. Orang yang
merasa

positif

terhadap dirinya akan mudah berubah, mudah mengenali


kebutuhan
dan mengembangkan cara hidup yang sehat, sehingga mudah
memenuhi kebutuhan dasarnya.
4. Tahap Perkembangan. Sejalan dengan meningkatnya usia,

manusia
mengalami

perkembangan.

Setiap

tahap

perkembangan

tersebut
memiliki kebutuhan yang berbeda, baik kebutuhan biologis,
psikologis, sosial, maupun spiritual mengingat berbagai fungsi
organ
tubuh juga mengalami proses kematangan dengan aktivitas
yang
berbeda.
Manusia mempunyai kebutuhan dasar (kebutuhan pokok)
untuk
mempertahankan

kelangsungan

hidupnya.

Walaupun

setiap

individu
mempunyai karakteristik yang unik, kebutuhan dasarnya sama.
Perbedaannya
hanya dalam pemenuhan kebutuhan dasar tersebut.
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang
dibutuhkan
oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis
maupun

psikologis,

yang

tentunya

mempertahankkan

kehidupan

92

bertujuan

untuk
dan

kesehatan. Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow


dalam

teori

hierarki kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki


lima
kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan fisiologis (makan, minum),
keamanan,
cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Potter & Patricia, 1997)
Menurut Maslow pemenuhan berbagai kebutuhan tersebut
didorong
oleh

dua

kekuatan

(motivasi)

yakni

motivasi

kekurangan

(deficiency
motivation) dan motivasi pertumbuhan atau perkembangan
(growth
motivation). Motivasi kekurangan bertujuan untuk mengatasi
masalah
ketegangan manusia karena berbagai kekurangan yang ada.
Misalnya,

lapar

akan mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan nutrisi;


haus

untuk

memenuhi kekurangan cairan dan elektrolit tubuh; sesak nafas


untuk
memenuhi kekurangan memenuhi oksigen di tubuh; takut dan
cemas
merupakan kebutuhan untuk memenuhi kekurangan rasa aman;
dan
sebagainya. (Asmadi, 2008)
Kebutuhan Maslow harus memenuhi kebutuhan yang paling
penting
dahulu kemudian meningkat ke yang tidak terlalu penting. Untuk
dapat
merasakan nikmat suatu tingkat kebutuhan perlu dipuaskan

93

dahulu

kebutuhan

yang berada pada tingkat di bawahnya.


Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow meliputi lima kategori
kebutuhan dasar,yakni sebagai berikut :

1. Kebutuhan fisiologis (Physiologic Needs)


Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow.
Seorang yang beberapa kebutuhannya tidak terpenuhi secara umum akan
melakukan berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya
terlebih

dahulu.

Misalnya,

seorang

yang

kekurangan

makanan,

keselamatan, dan cinta biasanya akan mencari makanan terlebih dahulu


daripada mencari cinta. Kebutuhan fisiologis hal yang penting untuk
bertahan hidup. Manusia memiliki delapan macamkebutuhan fisiologis,
yaitu kebutuhan akan oksigen dan pertukaran gas, kebutuhan cairan dan
elektrolit, kebutuhan nutrisi, kebutuhan eliminasi urin dan fekal,
kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan tempat tinggal, kebutuhan
temperatur, serta kebutuhan seksual. Penting untuk mempertahankan
kebutuhan tersebut guna kelangsungan umat manusia.

2. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman (Safety and Security Needs)


Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah keselamatan
dan rasa aman dari berbagai aspek, baik fisiologis maupun psikologis.
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin,
panas, kecelakaan dan infeksi, bebas dari rasa takut dan cemas, serta bebas
dari ancaman keselamatan dan psikologi pada pengalaman yang baru atau
tidak dikenal.
3. Kebutuhan rasa cinta, memiliki, dan dimiliki (Love and Belonging Needs)
Kebutuhan ini meliputi memberi dan menerima kasih sayang, perasaan
dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain, kehangatan,

94

persahabatan, serta mendapat tempat atau diakui dalam keluarga,


kelompok dan lingkungan sosialnya.
4. Kebutuhan harga diri (Self Esteen Need)
Kebutuhan ini meliputi perasaan tidak bergantung pada orang lain,
kompeten, serta penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain.
5. Kebutuhan aktualisasi diri (Need for Self Actualization)
Kebutuhan ini meliputi kemampuan untuk dapat mengenal diri dengan
baik (mengenal danmemahami potensi diri), belajar memenuhi kebutuhan
sendiri sendiri, tidak emosional, mempunyai dedikasi yang tinggi,
kreatif, serta mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan sebagainya.
Dengan mengetahui konsep kebutuhan dasar menurut Maslow, kita perlu
memahamibahwa :

Manusia senantiasa berkembang, sehingga dapat mencapai potensi diri

yang maksimal.
Kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi tidak akan terpenuhi dengan

baik sampai kebutuhan di bawahnya penuhi.


Jika kebutuhan dasar pada tiap tingkatan tidak terpenuhi, pada akhirnya

akan muncul sesuatu kondisi patologis.


Setiap orang mempunyai kebutuhan dasar yang sama dan setiap kebutuhan

tersebut dimodifikasi sesuai dengan budaya masing.


Setiap orang memenuhi kebutuhan dasarnya menurut prioritas.
Walaupun kebutuhan pada umumnya harus dipenuhi, tetapi beberapa

kebutuhan sifatnyadapat ditunda.


Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan menyebabkan ketidakseimbangan

homeostasis.Lebih lanjut kondisi ini dapat menimbulkan penyakit.


Kebutuhan dapat menyebabkan seseorang berpikir dan bergerak
memenuhinya. Inidisebabkan oleh rangsangan yang berasal dari faktor

eksternal dan internal.


Seseorang dapat merasakan adanya kebutuhan sehingga dapat berespon

melalui berbagaicara.
Kebutuhan dasar sifatnya saling berkaitan, beberapa kebutuhan yang tidak
terpenuhi akanmempengaruhi kebutuhan lainnya.

95

Untuk beralih ke tingkat kebutuhan yang lebih tinggi, kebutuhan dasar di


bawahnya harusterpenuhi dulu. Artinya, terdapat sesuatu jenjang kebutuhan yang
lebih penting yang harusdipenuhi sebelum kebutuhan yang lain dipenuhi.
Sebagai contoh, jika kebutuhan fisiologisseseorang seperti makan, cairan,
istirahat, dan lain sebagainya belum terpenuhi, tidak mungkinbaginya untuk
memenuhi

kebutuhan

harga

diri

mengabaikankebutuhan yang pertama.

96

atau

aktualisasi

diri

dengan

2.3.2

Wujud Sifat Hakekat Manusia


Menurut kaum eksistensialis wujud sifat hakekat manusia

melputi:
1. Kemampuan menyadari diri: yakni bahwa manusia itu
berbeda dengan makhluk lain, karena manusia mampu
mengambil jarak dengan obyeknya termasuk mengambil
jarak terhadap dirinya sendiri.
Dia bisa mengambil jarak terhadap obyek di luar
maupun ke dalam diri sendiri. Pengambilan jarak
terhadap

obyek

di

menegmbangkan
pengambilan

luar

aspek
jarak

memungkinkaan

memungkinkan
sosialnya.

terhadap

manusia

manusia

Sedangkan

diri

mengembangkan

sendiri,
aspek

individualnya.
2. Kemampuan

bereksistensi:

dengan

kemampuan

mengambil jarak dengan obyekya, berarti manusia mampu


menembus atau menerobos dan mengatasi batas-batas
yang membelenggu dirinya. Kemampuan menerobos ini
bukan hanya dalam kaitannya dengan soal ruang melainkan
juga soal waktu.
Manusia tidak terbelenggu oleh ruang (di ruang ini atau
di sini), dia juga tidak terbelenggu oleh waktu (waktu ini
atau

sekarang

ini),

tetapi

mampu menembus ke masa depan atau ke masa


lampau. Kemampuan menempatkan diri dan menembus
inilah yang disebut kemampuan bereksistensi.
Justru karena mampu bereksistensi inilah, maka dalam
dirinya terdapat unsure kebebasan.
3. Kata

hati

(geweten

atau

conscience

yang

artinya

pengertian yang ikut serta): kata hati adalah kemampuan


membuat keputusan tentang yang baik dan yang buruk
bagi manusia sebagai manusia. Orang yang tidak memiliki
97

pertimbangan

dan

kemampuan

untuk

mengambil

keputusan tentang yang baik atau yang buruk, atau pun


kemampuannya
dalam mengambil keputusan tersebut dari sudut pandang
tertentu saja, misalnya dari sudut kepentingannya sendiri
dikatakan bahwa kata hatinya tidak cukup tajam.
Manusia memiliki pengertian yang menyertai tentang
apa yang akan yang sedang dan yang telah dibuatnya,
bahkan mengerti pula akibat keputusannya baik atau
buruk bagi manusia sebagai manusia..
4. Tanggung jawab: adalah kesediaan untuk menanggung
akibat

dari

perbuatan

yang

menuntut

jawab.

Wujud

tanggung jawab bermacam-macam. Ada tanggung jawab


kepada diri sendiri, kepada masyarakat dan kepada Tuhan.
Tanggung

jawab

kepada

diri

sendiri

berarti menanggung tuntutan kata hati, misalnya dalam


bentuk penyesalan yang mendalam.
Tanggung
jawab
kepada
masyarakat

berarti

menanggung tuntutan normanorma social, yang berarti


siap menanggung sangsi social manakala tanggung
jawab social itu tidak dilaksanakan. Tanggung jawab
kepada Tuhan berarti menanggung tuntutan norma norma agama, seperti siap menanggung perasaan
berdosa, terkutuk dsb.
5. Rasa

kebebasan:

adalah

perasaan

yang

dimiliki

oleh

manusia untuk tidak terikat oleh sesuatu, selain terikat


(sesuai) dengan tuntutan kodrat manusia.
Manusia bebas berbuat sepanjang tidak bertentangan
(sesuai) dengan tuntutan kodratnya sebagai manusia.
Orang hanya mungkin merasakan adanya kebebasan
batin

apabila

ikatan-ikatan

98

yang

ada

telah

menyatu

dengan

dirinya,

dan

menjiwai

segenap

perbuatannya.
6. Kewajiban dan hak adalah dua macam gejala yang timbul

sebagai manifestasi dari manusia sebagai makhluk social.


Keduanya tidak bisa dilepaskan satu sama lain, karena yang
satu mengandaikan yang lain.
Hak tak ada tanpa kewajiban, dan sebaliknya. Dalam
kenyataan sehari-hari, hak sering diasosiasikan dengan
sesuatu

yang

sedangkan

kewajiban

menyenangkan,

sering

diasosiasikan

dengan

beban. Ternyata, kewajiban itu suatu keniscayaan,


artinya, selama seseorang menyebut dirinya manusia
dan mau dipandan sebagai manusia, maka wajib itu
menjadi suatu keniscayaan, karena jika mengelaknya
berarti

dia

mengingkari

kemanusiaannya

sebagai

makhluk social.
7. Kemampuan

menghayati

kebahagiaan:

bahwa

kebahagiaan manusia itu tidak terletak pada keadaannya


sendiri secara factual, atau pun pada rangkaian prosesnya,
maupun pada perasaan yang diakibatkannya, tetapi terletak
pada

kesanggupannya

atau

kemampuannya

menghayati

semuanya itu dengan keheningan jiwa, dan mendudukkan halhal tersebut dalam rangkaian atau ikatan tiga hal, yaitu:
usaha, norma-norma dan takdir.

Unsur-unsur Hakekat Manusia


Menurut

Notonagoro,

manusia

monopluralis,

adalah

makhluk
maksudnya

makhluk yang memiliki banyak unsur kodrat (plural), tetapi

99

merupakan satu kesatuan yang utuh (mono). Jadi, manusia


terdiri dari banyak unsur kodrat yang merupakan satu
kesatuan yang utuh. Tetapi dilihat dari segi kedudukannya,
susunannya,

dan

sifatnya

masing

masing

bersifat

monodualis.
Riciannya

sebagai

berikut:

dilihat

dari

kedudukan

kodratnya manusia adalah makhluk monodualis: terdiri dari


dua

unsur

(dualis),

tetapi

merupakan satu kesatuan (mono), yakni sebagai makhluk


pribadi berdiri sendiri sekaligus sebagai makhluk Tuhan
Dilihat dari susunan kodratnya, manusia sebagai makhluk
monodualis, maksudnya terdiri dari dua unsur yakni unsur
raga dan unsur jiwa (dualis), tetapi merupakan satu
kesatuan yang utuh (mono).
Dilihat dari sifat kodratnya, manusia juga sebagai makhluk
monodualis, yakni terdiri dari unsur individual dan unsur
sosial (dualis), tetapi merupakan satu kesatuan yang utuh
(mono). Secara keseluruhan, manusia adalah makhluk
monopluralis seperti disebutkan di depan.

Dimensi-dimensi Kemanusiaan
Untuk melengkapi uraian tentang hakekat manusia, berikut
disajikan pandangan pandangan lain yang diambil dari
sumber lain pula. Manusia adalah makhluk berdimensi
banyak, yakni dimensi keindividualan, dimensi kesosialan,
dimensi kesusilaan, dan dimensi keberagamaan.

100

Jose Ortega Y. Gasset sebagaimana dimuat dalam Manusia


Multi Dimensional; Sebuah renungan filsafat, mengusulkan
dimensi kesejarahan manusia.

1. Dimensi Keindividualan
Bahwa setiap individu memiliki keunikan. Setiap anak
manusia

sebagai

individu

ketika

dilahirkan

telah

dikaruniai potensi untuk menjadi diri sendiri yang


berbeda dari yang lain. Tidak ada diri individu yang
identik dengan orang lain di dunia ini.
Bahkan dua anak yang kembar sejak lahir tidak bisa
dikatakan identik. Karena adanya individualitas ini maka
setiap orang memiliki kehendak, perasaan, cita-cita,
kecenderungan, semangat, daya tahan yang berbeda.
2. Dimensi Kesosialan
Bahwa setiap manusia
potensi

untuk

hidup

dilahirkan

bersama

telah

dengan

dikaruniai
orang

lain.

Manusia dilahirkan memiliki potensi sebagai makhluk


social. Menurut Immanuel Kant, manusia hanya menjadi
manusia

jika

berada

di

antara

manusia.

Apa

yang dikatakan Kant cukup jelas, bahwa hidup bersama


dan di antara

manusia

lain, akan

memungkinkan

seseorang dapat mengembangkan kemanusiaannya.


Sebagai makhluk social, manusia saling berinteraksi.
Hanya dalam berinteraksi dengan sesamanya, dalam
saling menerima dan memberi seseorang menyadari
dan menghayati kemanusiaannya.

3. Dimensi Kesusilaan
Manusia ketika dilahirkan

bukan

hanya

dikaruniai

potensi individualitas dan sosialitas, melainkan juga


101

potensi moralitas atau kesusilaan. Dimensi kesusialaan


atau moralitas maksudnya adalah bahwa dalam diri
manusia ada kemampuan untuk berbuat

kebaikan

dalam arti susila atau moral, seperti bersikap jujur, dan


bersikap/berlaku adil.
Manusia susila menurut Drijarkara adalah manusia yang
memiliki nilai-nilai, menghayati, dan melaksanakan nilainilai tersebut. Agar anak dapat berkembang dimensi
moralitasnya, diperlukan upaya pengembangan dengan
banyak diberi kesempatan untuk melakukan kebaikan,
seperti memberikan uang pada peminta - minta, bakti
social dsb.
4. Dimensi Keberagamaan
Pada dasarnya manusia
sebagaimana

telah

adalah

disinggung

di

makhluk

religius,

depan.

Sebagai

makhluk religius, manusia sadar dan meyakini akan


adanya kekuatan supranatural di luar dirinya. Sesuatu
yang disebut supranatural itu dalam sejarah manusia
disebut

dengan

antaranya

berbagai

adalah

nama

sebutan

sebutan,

satu

di

Tuhan.

Sebagai

orang yang beragama, manusia meyakini bahwa Tuhan


telah mewahyukan kepada manusia pilihan yang disebut
rasul yang dengan wahyu Tuhan tersebut, manusia
dibimbing ke arah yang lebih baik, lebih sempurna dan
lebih bertaqwa.
5. Dimensi Kesejarahan
Dunia manusia, kata Ortega Y. Gasset, bukan sekedar
suatu dunia vital seperti pada hewan-hewan. Manusia
tidak identik dengan sebuah organisme. Kehiduannya
lebih dari sekedar peristiwa biologis semata.

102

Berbeda

dengan

kehidupan

hewan,

manusia

menghayati hidup ini sebagai hidupku dan hidupmusebagai

tugas

bagi

sang

aku

dalam masyarakat tertentu pada kurun sejarah tertentu.


Keunikan hdup manusia ini tercermin dalam keunikan
setiap biografi dan sejarah.
Dimensi kesejarahan ini bertolak dari pandangan bahwa
manusia adalah makhluk historis, makhluk yang mampu
menghayati hidup di masa lampau, masa kini, dan
mampu membuat rencana-rencana kegiatan - kegiatan
di masa yang akan dating. Dengan kata lain, manusia
adalah mekhluk yang menyejarah. Mengenai hal ini
sudah

dibahas

di

depan

yakni ketika membiacarakan pandangan Drijarkara.


Semua unsur hahekat manusia yang monopluralis atau
dimensi-dimensi
kemanusiaan tersebut memerlukan pengembangan agar
dapat

lebih

meyempurnakan

Pengembangan
kemanusiaan

semua
itu

manusia

potensi

dilakukan

melalui

itu

atau
dan

sendiri.
dimensi
dengan

pendidikan.
Atas dasar inilah maka antara pedidikan dan hakekat
manusia ada kaitannya. Dengan dan melalui pendidikan,
semua
dimensi

potensi
kemanusiaan

dapat

atau
berkembang

secara

optimal. Arah pengembangan yang baik dan benar yakni


ke arah pengembangan yang utuh dan komprehensif..
2.3.3

Konsep Sehat-Sakit
Berdasarkan rentang sehat sakit tersebut, maka paradigma keperawatan

dalam konsep sehat sakit memandang bahwa bentuk pelayanan keperawatan yang
akan diberikan selama rentang sehat dan sakit, akan melihat terlebih dahulu status
103

kesehatan dalam rentang sehat sakit tersebut, apakah statusnya dalam tahap
setengah sakit, sakit akut atau sakit kronis, sehingga akan diketahui tingkatan
asuhan keperawatan yang akan diberikan serta tujuan yang ingin diharapkan
dalam meningkatkan status kesehatannya. Rentang ini merupakan suatu alat ukur
dalam menilai status kesehatan yang bersifat dinamis dan selalu berubah dalam
setiap waktu. Melalui rentang ini dapat diketahui batasan perawat dalam
melakukan praktek keperawatan dengan jelas.

1. Rentang Sehat
Rentang ini diawali dari status kesehatan sehat normal, sehat sekali, dan
sejahtera.Dikatakan sehat bukan hanya bebas dari penyakit akan tetapi juga
meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi,
sosial, dan spiritual. Batasan sehat itu dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang
sempurna baik secara fisik, mental, dan serta tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan (WHO, 1947).
Faktor pengaruh status kesehatan:

Perkembangan
Perubahan status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam
hal

ini

adalahpertumbuhan

dan

perkembangan,

mengingat

proses

perkembangan itu dimulai dari usia bayi sampai usia lanjut yang memiliki
pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda.
Respon dan pemahaman itulah yang dapat mempengaruhi status kesehatan
seseorang. Apabila seseorang merespon dengan baik terhadap perubahan
kesehatannya, makaakan memiliki kesehatan yang baik sehingga, mencapai
kesehatan yang optimal, demikian sebaliknya apabila seseorang yang
merespon dengan tidak baik terhadap perubahan status kesehatan bagi
dirinya, maka dapat menimbulkan perubahan status kesehatan yang kurang.

Sosial dan kultural

104

Sosial dan kultural dapat juga mempengaruhi proses perubahan


status kesehatan seseorang karena akan mempengaruhi pemikiran atau
keyakinan sehingga dapat menimbulkan perubahan dalam perilaku
kesehatan.

Pengalaman masa lalu


Hal ini dapat diketahui jika ada pengalaman kesehatan yang tidak
diinginkan ataupengalaman kesehatan yang buruk sehingga berdampak
besar dalam status kesehatanselanjutnya.

Harapan seseorang tentang diri


Harapan dapat menghasilkan status kesehatan ke tingkat yang lebih
baik secara fisik maupunpsikologis, karena melalui harapan akan timbul
motivasi bergaya hidup sehat dan selalumenghindari hal-hal yang dapat
mempengarui status kesehatan dirinya.

Keturunan
Potensi perubahan status kesehatan telah dimiliki melalui faktor
genetik, walaupun tidak terlalu besar teteapi akan mempengaruhi respon
terhadap berbagai penyakit.

Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik seperti sanitasi
lingkungan, kebersihandiri, tempat pembuangan air limbah atu kotoran serta
rumah yang kurang memenuhi persyaratankesehatan sehingga dapat
mempengaruhi perilaku hidup sehat yang dapat merubah statuskesehatan.

Pelayanan
Pelayanan kesehatan dapat berupa tempat pelayanan atau sistem
pelayanan yang dapatmempengaruhi status kesehatan.

105

2. Rentang Sakit
Rentang ini dimulai dari keadaan setengah sakit, sakit, sakit kronis, dan
kematian. Sakitpada dasarnya merupakan keadaan terganggunya seseorang dalam
proses tumbuh kembang fungsi tubuh secara keseluruhan atau sebagian, serta
terganggunya proses penyesuaian diri manusia, sakit juga bisa dikatakan sebagai
gangguan dalam fungsi yang normal di mana individu sebagai totalitas dari
keadaan organisme sebagai sistem biologis dan adaptasi sosial (Parsons, 1972).
Sakit dapat diketahui dari adanya suatu gejala yang dirasakan serta
terganggunyakemampuan individu untuk melaksanaka aktivitas sehari-hari.
Tahapan proses sakit:

1. Tahap gejala
Merupakan tahap awal seseorang mengalami proses sakit dengan ditandai
adanya perasaan tidak nyaman terhadap dirinya karena timbulnya suatu
gejala yang dapat meliputi gejala fisik seperti adanya perasaan nyeri,
panas, dan lain-lain.
2. Tahap asumsi terhadap peran sakit (sick rok)
Penerimaan terhadap sakit.
Individu mencari kepastian sakitnya dari keluarga atau teman

menghasilkan peran sakit


Mencari pertolongan dari profesi kesehatan yang lain mengobati

sendiri, mengikutinasehat teman / keluarga.


Akhir dari tahap ini dapat ditentukan bahwa gejala telah berubah dan
merasa lebih buruk.Individu masih mencari penegasan dari keluarga
tentang sakitnya. Rencana pengobatandipenuhi/ dipengaruhi oleh
pengetahuan dan pengalaman.

3. Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan

106

Individu yang sakit meminta nasehat dari profesi kesehatan atas inisiatif
sendiri. Ada 3 tipe informasi :
Validasi keadaan sakit.
Penjelasan tentang gejala yang tidak dimengerti.
Keyakinan bahwa mereka akan baik.
Jika tidak ada gejala, individu mempersepsikan dirinya sembuh, jika ada
gejala kembali padaposisi kesehatan.

4. Tahap ketergantungan
Jika profesi kesehatan menvalidasi (menetapkan) bahwa seseorang sakit
menjadi pasien yangtergantungan untuk memperoleh bantuan.Setiap orang
mempunyai ketergantungan yang berbedasesuai dengan kebutuhan.
5. Tahap Penyembuhan
Pasien belajar untuk melepaskan peran sakit dan kembali pada aktivitas
seperti biasanya.Perilaku pada orang sakit:
1. Adanya perasaan ketakutan
2. Menarik diri
3. Egosentris
4. Sensitif terhadap persoalan kecil
5. Reaksi emosional tinggi
6. Perubahan persepsi

Sejarah Ilmu Kesehatan Masyarakat


Tokoh sejarah lahirnya ilmu kesehatan masyarakat yaitu Asclepius dan
Higieea. Berdasarkan cerita mitos Yunani Asclepius adalah sebagai seorang dokter
pertama yang tampan dan pandai yang telah dapat mengobati penyakit atau kuratif
bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur tertentu (surgical procedure).
Higiea adalah seorang asisten Asclepius yang pada akhirnya menjadi istrinya.
Higiea aktif dalam kegiatan upaya-upaya untuk pencegahan penyakit atau
preventif dengan memberikan pendidikan kepada masyarakat untuk berperilaku
hidup sehat dan bersih seperti mengajarkan sanitasi makanan, higiene personal,
mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, dan cukup istirahat. Apabila ada
107

orang yang jatuh sakit, Higiea melakukan upaya-upaya secara alamiah seperti
memperkuat imunitas tubuh dengan makanan daripada melakukan kuratif atau
pengobatan. Cerita mitos Yunani Asclepius dan Higiea tersebut melahirkan dua
aliran ilmu kesehatan yang berbeda yaitu ilmu kedokteran dan ilmu kesehatan
masyarakat.

108

BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah
masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain kesehatan
masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya untuk memperbaiki dan
meningkatkan sanitasi lingkungan adalah merupakan kegiatan kesehatan
masyarakat.

Ruang lingkup kesehatan masyarakat meliputi :


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Epidemiologi
Biostatistik
Kesehatan Lingkungan
Pendidikan Kesehatan dan Perilaku
Administrasi Kesehatan Masyarakat
Gizi Masyarakat
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Kesehatan Reproduksi masyarakat
Sistem Informasi Kesehatan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Masyarakat


1.
2.
3.
4.

Environment (lingkungan)
Life Styles
Heredity
Health Care Sevices

3.2 Saran

109

3.2.1 Bagi penulis selanjutnya


Kepada penulis selanjutnya diharapkan agar dapat lebih melengkapi lagi materi
tentang makalah konsep dasar kesehatan masyarakat.

3.2.2 Bagi institusi pendidikan


Hasil penulisan makalah ini bisa menjadi bacaan bagi mahasisswa Bina Husada
sehingga menjadi bahan acuan bagi mahasiswayang akan melakukan penulisan
makalah selanjutnya.

110

DAFTAR PUSTAKA

http://soepritjahjono.wordpress.com/2009/10/22/kesehatan-masyarakat/
http://bushido02.wordpress.com/2011/03/15/ruang-lingkup-kesehatanmasyarakat/
http://definisimu.blogspot.com/2012/08/definisi-epidemiologi.html
http://irenejeshikap.blogspot.com/2012/09/pengertian-epidemiologi-menurutpara.html
http://idahceris.wordpress.com/2012/04/10/faktor-yang-mempengaruhi-kesehatan/
Bakhtiar, Amsal. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarat : PT. Raja Grafindo Persada.
Gie, Liang. 1999. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Liberty.
Bakry, Hasbullah. 1986. Sistematika Filsafat. Jakarta : FA Widjaya.
Muntasyir, Rizal. 2001. Filsafat Ilmu. Jakarta : Pustaka Pelajar.
HA. Dardiri, Humaniora. 1986. Filsafat dan Logika. Jakarta : Rajawali.
Asyari, Musa. 2005. Filsafat Islam. Yogyakarta : Lesfi.
Hendrik, Jan. 1996. Pengantar Filsafat. Yogyakarta : Kanisius.
Wibisono, Koento dkk. 1997. Filsafat Ilmu sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Pengetahuan. Klaten : Intan Pariwara.

111

Anda mungkin juga menyukai