Disusun oleh :
DIV TRO-3A
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
Membicarakan kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh metologi Yunani,
yakni Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita mitos Yunani tersebut asclepius disebutkan
sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah
atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya, tetapi diceritakan bahwa ia dapat mengobati
penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu (surgical
procedure) dengan baik. Dalam perkembangan selanjutnya, seolah-olah timbul garis pemisah
antara kedua kelompok profesi, yakni pelayanan kesehatan kuratif (curative health care).
Kedua pencegahan atau preventif ( preventive health care). Kedua kelompok ini dapat dilihat
perbedaan pendekatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut. Pertama, pendekatan
kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara individual, kontak terhadap sasaran
(pasien) pada umumnya hanya sekali saja. Jarak antara petugas kesehatan (dokter, drg, dan
sebagainya) dengan pasien atau sasaran cenderung jauh. Sedangkan pendekatan preventif,
sasaran atau pasien adalah masyarakat (bukan perorangan) masalah-masalah yang ditangani
pada umumnya juga masalah-masalah yang menjadi masalah masyarakat, bukan masalah
individu. Hubungan antara petugas kesehatan dengan masayarakat (sasaran) lebih bersifat
kemitraan, tidak seperti dokter-pasien.
Dari kebudayaan di Babilonia, Mesir, Yunani, dan Roma manusia telah melakukan usaha
untuk menanggulangi masalah-masalah kesehatan masyarakat dan penyakit. Telah ditemukan
pula bahwa pada zaman tersebut tercatat dokumen-dokumen tertulis, bahkan peraturan-
peraturan tertulis yang mengatur pembuangan air limbah atau drainase pemukiman
pembangunan kota dan pengaturan air minum.
2
1.2 Rumusan Masalah
3
BAB II
PEMBAHASAN
Cerita tentang Kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh mitologi Yunani yaitu
Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita Mitos Yunani tersebut Asclepius disebutkan
sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah
atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya, tetapi diceritakan bahwa ia telah dapat
mengobati penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu
dengan baik. Hegeia, seorang asistenya yang juga istrinya juga telah melakukan upaya
kesehatan. Bedanya antara Asclepius dengan Higeia dalam pendekatan/penanganan masalah
kesehatan adalah:
Dari kedua tokoh itulah akhirnya muncul dan berkembang 2 ilmu kesehatan yang berbeda,
meskipun saling melengkapi:
Dari tokoh Asclepius berkembang ilmu kedokteran (pengobatan dan pemulihan atau
kuratif dan rehabilitatif)
Dari tokoh Hegiea berkembang ilmu kesehatan masyarakat (pencegahan dan
peningkatan atau preventif dan promotif )
4
masalah kesehatan melalui “hidup seimbang”, menghindari makanan/minuman beracun,
makan makanan yang bergizi (baik), cukup istirahat dan melakukan olahraga. Apabila orang
yang jatuh sakit Hygeia lebih menganjurkan melakukan upaya-upaya alamiah untuk
menyembuhkan penyakitnya tersebut, antara lain dengan lebih baik memperkuat tubuhnya
dengan makanan yang baik daripada dengan pengobatan/pembedahan.
Dari cerita mitos Aesculapius dan Hygeia tersebut, akhirnya muncul 2 (dua) aliran
atau pendekatan dalam menangani masalah-masalah kesehatan. Kelompok atau aliran
pertama cenderung menunggu terjadinya penyakit (setelah sakit), yang selanjutnya disebut
pendekatan kuratif (pengobatan). Kelompok ini pada umumnya terdiri dari dokter, dokter
gigi, psikiater, dan praktisi-praktisi lain yang melakukan pengobatan penyakit baik fisik,
psikis, mental maupun sosial.
Filsuf Yunani bernama Hippocrates (460-377 SM), yang dikenal sebagai Bapak Ilmu
Kedokteran, dalam salah satu tulisannya berspekulasi tentang peran makanan dalam
“pemeliharaan kesehatan dan penyembuhan penyakit” yang menjadi dasar perkembangan
ilmu dietetika yang belakangan dikenal dengan “Terapi”.
Periode sebelum ilmu pengetahuan (Zaman Yunani serta Zaman pertengahan). Pada
periode ini masyarakat belum terlalu memahami arti pentingnya kesehatan dalam
kehidupannya dalam sehari-hari, ini ditandai dengan adanya peraturan tertulis yang mengatur
pembuangan limbah kotoran yang tujuan awalnya tidak untuk kesehatan tetapi karena limbah
menimbulkan bau tidak sedap. Namun lama-lama mereka makin menyadari pentingnya
kesehatan masyarakat setelah timbulnya berbagai macam penyakit menular menyerang
sebagian penduduk dan menjadi epidemi bahkan telah menjadi endemi. Contohnya kolera
namun upaya pemecahan masalah secara menyeluruh belum dilakukan.
Telah ditemukan pula bahwa pada zaman tersebut tercatat dokumen-dokumen tertulis,
bahkan peraturan-peraturan tertulis yang mengatur tentang pembuangan air limbah atau
drainase pemukiman pembangunan kota, pengaturan air minum, dan sebagainya.
Pada zaman ini juga diperoleh catatan bahwa telah dibangun tempat pembuangan
kotoran (latrin) umum, meskipun alasan dibuatnya latrine tersebut bukan karena kesehatan.
5
Dibangunnya latri umum pada saat itu bukan karena tinja atau kotoran manusia dapat
menularkan penyakit tetapi tinja menimbulkan bau tak enak dan pandangan yang tidak
menyedapkan.
Demikian juga masyarakat membuat sumur pada waktu itu dengan alasan bahwa
minum air kali yang mengalir sudah kotor itu terasa tidak enak, bukan karena minum air kali
dapat menyebabkan penyakit (Greene, 1984).
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
7
DAFTAR PUSTAKA
https://ilmukesehatanmasyarakatblog.wordpress.com/2016/04/15/pengertian-ilmu-kesehatan-
masyarakat-2/
http://ridchoandrian.blogspot.com/2013/03/sejarah-ilmu-kesehatan-masyarakat.html
https://www.academia.edu/8833466/Sejarah_Perkembangan_Kesehatan_Masyarakat
http://kisahinspirasii.blogspot.com/2013/02/metologi-yunani-tentang-kesehatan.html