Anda di halaman 1dari 26

9

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Teori Agensi

Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan di dalam teori

agensi (agency theory) bahwa perusahaan merupakan kumpulan kontrak (nexus of

contract) antara pemilik sumber daya ekonomis (principal) dan manajer (agent)

yang mengurus penggunaan dan pengendalian sumber daya (Puspaningtyas 2007).

Masing-masing pihak akan bertindak sesuai dengan kepentingannya sendiri-sendiri

sehingga akan muncul kepentingan-kepentingan yang berlawanan. Dalam sebuah

perusahaan, manajer adalah seorang agen dimana bertugas untuk melaksanakan

kewajiban yang telah diberikan oleh pemegang saham.

Selanjutnya, Atmaja (2008) menyatakan “Teori agency merupakan hubungan

keagenan atau agency relationship muncul ketika satu atau lebih individu (majikan)

menggaji individu lain (agen/karyawan) untuk bertindak atas namanya serta

mendelegasikan kekuasaan untuk membuat keputusan pada karyawannya” (p.11).

Teori keagenan dapat muncul jika adanya pemberian amanah yang dilakukan oleh

individu lain pada seorang agen (manajer).

Jadi, dapat kita simpulkan bahwa teori agency merupakan komtrak di dalam

perusahaan dimana satu pihak disebut sebagai principial dan satu pihak lainnya

sebagai agen. Prinsipial adalah pemilik saham dalam perusahaan dan agen adalah

tim manajemen. Agen diberikan wewenang oleh principial untuk pengambilan

keputusan terkait dengan strategi perusahaan dimana tujuan akhirnya adalah untuk

meningkatkan nilai sebuah perusahaan dalam jangka panjang dan berkelanjutan.


10

2.1.1 Agency Problem dan Agency Cost


jesen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa agency problem akan terjadi

apabila proporsi kepemilikan manajerial atas saham perusahaan kurang dari 100%.

Banyak bukti yang menunjukan adanya perilaku manajer yang tidak sesuai dengan

kepentingan investor terutama pemagang saham. Masalah yang munvul adalah

bagaimana reaksi investor di pasar modal dengan adanya informasi tertentu yang

diumumkan perusahaan, seperti contohnya adanya penerbitan saham baru,

pengumuman besarnya deviden yang dibagikan. Jika harga saham turun setelah

manajer mengumumkan suatu kebijakan atau tindakan maka tindakan tersebut

dianggap lebih mengguntungkan bagi manajer dan merugikan investor.

Konflik juga dapat muncul disebabkan oleh proporsi kempelikan saham di

dalam perusahaan dimana pemegang saham (principal) memiliki saham yang lebih

kecil daripada manajer (agen). Karena kepemilikan saham dari principal kecil maka

sikap principal cenderung untuk tidak mengontrol secara detail dan biaya

pengontrolan yang dikeluarkan tidak sebanding dengan manfaat yang diterima.

Begitupun sebaliknya apabila kepemilikan manajer didalam perusahaan rendah

maka kecenderungan untuk meningkatkan nilai perusahaan juga rendah.

Agency Cost muncul dikarenakan adanya konflik didalam kepentingan

kepemilikan. Biaya-biaya agensi yang timbul dalam perusahaan adalah:

a. Biaya untuk pengwasan (monitoring cost): biaya yang dikeluarkan oleh

pemilik untuk mencegah tindakan agar manajer tetap sesuai dengan

kepentinganya.
b. Biaya yang dikeluarkan oleh principel untuk menjamin manajer tidak

mengambil keputusan dari fasilitas yang diberikan (bonding cost)


11

c. Biaya yang dikeluarkan oleh principal karena tindakan agen yang

menyimpang dari perusahaan.

2.1.2 Pengurangan Masalah Agensi


Pengurangan masalah agensi tidak cukup dengan perlindungan hukum saja.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi masalah agensi yang

terjadi di dalam perusahaan. Dengan adanya pengurangan masalah agensi maka

secara otomatis biaya agensi juga berkurang.

Jesen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa ada dua cara untuk

mengurangi kesempatan manajer melakukan tindakan yang merugikan investor,

yaitu (1) Investor luar melakukan pengawasan (monitoring). (2) manajer sendiri

melakukan pembatasan atas tindakan-tindakannya (bonding). Selanjutnya, terdapat

dua mekanisme yang dapat dilakukan untuk mengurangi masalah agensi yaitu:

1. Mekanisme Control dengan Monitoring


a. Pembentukan Dewan Komisaris
Salah satu mekanisme yang sering digunakan untuk mengawasi manajer adalah

dengan membentuk sebuah dewan komisaris. Dengan dibentukntya dewan

komisaris kinerja manajer dapat terus dipantau. Agar tercipta struktur dewan

komisaris yang optimal dewan didominasi oleh anggota dari luar dikarenakan

akan terdapat keefektifitasan dalam pengawasan.


b. Pemegang Saham Besar
Pengawasan ini biasanya dilakukan oleh pemegang saham besar (large outside

shareholder) yang biasanya adalah lembaga keuangan seperti perusahaan

asuransi, perusahaan dana pension, perusahaan reksa dana dan bank (investment

banking). Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukrini

(2012) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif

terhadap nilai perusahaan diterima.


c. Pasar Manajer
12

Dengan penilain kerja manajer yang dilakukan perusahaan dan dari luar

perusahaan, manaejer akan berusaha melakukan tindakan yang baik bagi

perusahaan. Apabila di dalam penilaian kinerja terdapat hasil yang buruk maka

pergantian manajer dapat dilaksanakan. Hal ini tentunya memacu seorang

manajer untuk bersaing dalam memberikan performa terbaiknya dan dapat

mengurangi masalah agensi dalam perusahaan.


2. Mekanisme Control dengan Bonding
Dalam hal ini masalah keagenan yang disorot adalah adanya free cash flow pada

perusahaan. Menurut Arifin (2005) “Free cash flow yaitu kelebihan dana yang ada

dalam perusahaan setelah semua proyek investasi yang menghasilkan net present

value positif dilaksanakan” (p.66). Manajer harus menunjukan bahwa dia telah

melakukan upaya menahan diri (bonding) guna tidak menciptakan peluang untuk

penyimpangan-penyimpangan dengan cara memperkecil cash flow. Upaya yang

dapat dilakukan manajer yaitu:

a. Bonding Melalui Peningkatan Hutang


Dalam hal ini manajer dapat meningkatkan jumlah hutang yang ada di

perusahaan. Semakin tinggi hutang yang dimiliki perusahaan maka semakin

banyak dana kas yang harus dikeluarkan untuk pembayaran. Penelitian

tanuwijaya (2013) menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara hutang

dengan nilai perusahaan.

b. Bonding Melalui Peningkatan Deviden


Meningkatkan pembagian deviden tunai pada pemegang saham juga dapat

dilakukan manajer. Hal ini dikarenakan semakin besar deviden yang dibayarkan

maka perusahaan akan mengeluarkan dana kas yang besar pula sehingga kas

tersisa di perusahaan menjadi kecil


13

2.2 Kebijakan Deviden

2.2.1 Pengertian Kebijakan Deviden


Menurut Widyawati, melani dan yusna (2014) “Deviden merupakan

distribusi kepada pemegang instrument ekuitas didebit oleh entitas secara langsung

ke ekuitas, setelah damapak pajak penghasilan terikat” (p.18). Sedangkan Pratt

(2011) menyebutkan “Deviden adalah distribusi uang tunai, properti, atau saham

kepada pemegang saham sebuah perusahaan” (p.561). Mereka dinyatakan oleh

resolusi resmi dewan direksi korporasi (biasanya triwulan), dan jumlahnya biasanya

diumumkan pada basis per-saham. Jadi dapat disimpulkan bahwa, deviden juga

dapat diartikan sebagai laba yang diperoleh pemegang saham yang dibagikan oleh

perusahaan dengan periode tertentu.

2.2.2 Macam-macam Deviden


Menurut Wasis (1983:193) dalam Rahman (2007), deviden dilihat dari alat
pembayarannya di bagi menjadi tiga jenis yaitu:

a. Deviden tunai (Cash Devidend)


Deviden tunai merupakan deviden yang dibagikan dalam bentuk yang tunai.

Tujuan dan pemberian deviden dalam bentuk tunai adalah untuk memacu kinerja

saham dibursa efek, yang juga merupakan return kepada para pemegang saham.

Deviden tunai merupakan bentuk pembayaran yang paling banyak diharapkan

oleh investor. Untuk membayarkan deviden dalam bentuk tunai diperlukan

likuiditas.

b. Deviden saham (Stock Devidend)


Deviden saham merupakan deviden yang dibagikan dalam bentuk saham, dengan

dibagikannya deviden dalam bentuk saham maka akan meningkatkan likuiditas

perdagangan di bursa efek. Kemungkinan perusahaan ingin menurunkan nilai


14

sahamnya dan dengan cara memperluas pemilikan dan posisi likuiditas

perusahaan yang tidak memungkinkan membagikan deviden dalam bentuk tunai.

c. Sertifikat deviden (Script Devidend)


Sertifikat deviden merupakan deviden yang dibayarkan dengan sertifikat atau

surat promes yang dikeluarkan oleh perusahann yang menyatakan bahwa suatu

waktu sertifikat itu dapat ditukarkan dalam bentuk uang. Jadi kalau perusahaan

ingin membagikan deviden dalam bentuk tunai akan tetapi sementara itu

penisahaan sedang mengalami kesulitan likuiditas, maka sebagai gantinya

perusahaan mengeluarkan sertifikat.

2.2.3 Prosedur Standar Pembayaran Deviden


Menurut Brigham dan Houston (2004: 84) dalam pembayaran deviden

terdapat beberapa tahapan atau prosedur yaitu sebagai berikut:

a. Declaration Date
Declaration date adalah tanggal keputusan untuk membagikan deviden pada

RUPS, atau tanggal pada saat direksi perusahaan mengumumkan rencana

pembayaran deviden

b. Date of record

Date of record merupakan tanggal keputusan bahwa para pemegang saham

pada tanggal tertentu dinyatakan berhak untuk menerima deviden, atau hari terakhir

untuk mendaftarkan diri sebagai pemegang saham agar berhak menerima deviden

yang akan dibagikan perusahaan.

c. Ex-devidend
15

Ex-devidend adalah tanggal pada saat mana hak atas deviden periode

berjalan dilepaskan dari sahamnya yaitu lima hari sebelum date of record. Pada

tanggal ini atau sesudahnya pembeli tidak berhak untuk memperoleh deviden yang

akan dibagikan.

d. Payment date

Payment date merupakan tanggal kapan deviden tersebut akan dibayarkan,

dan bagaimana cara pembayaranya. Kebijakan dividen mempengaruhi baik

pembelajaan jangka panjang ataupun penghasilan yang dibagikan kepada pemegang

saham, maka perusahaan memiliki dua kemungkinan sudut pandang untuk

membayar dividen Sebagai keputusan pembelanjaan jangka panjang dengan

pendekatan ini semua laba sesudah pajak yang diperoleh perusahaan dapat

dipandang sebagai sumber dana jangka panjang. Suatu pengumpulan dividen kas

mengurangi jumlah dana yang tersedia untuk membelanjai pertumbuhan, membatasi

pertumbuhan, atau memaksa perusahaan memperoleh sumber dana yang lain.

Perusahaan akan menahan pendapatanya, bila, tersedia proyek-proyek yang

menguntungkan, struktur modal membutuhkan modal sendiri. Sudut pandang lainya

yaitu sebagai suatu keputusan kesejahteraan maksimum dengan pendekatan ini

pemsahaan inengakui bahwa pembayaran dividen mempunyai pengaruh terhadap

harga pasar saham biasa. Perusahaan hams memaksimumkan rasa kesejahteraan

dengan mendekiarasikan dividen yang eukup untuk memenuhi harapan investor dan

pemegang saham. Kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan yang

menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa

mendatang sehingga memaksimumkan harga saham.

2.2.4 Jenis-Jenis Deviden


16

Jenis-jenis dividen yang dibagikan oleh perusahaan kepada para pemegang saham

adalah :

a. Cash dividend, yaitu dividen yang dibagikan oleh perusahaan dalam bentuk

tunai atau kas.

b. Property dividend, dividen yang dibagikan oleh penisahaan dalam bentuk

aktiva selain kas, misalnya mesin, inventory, dan lain-lain.

c. Script dividend, yaitu dividen yang dibagikan oleh perusahann dalam dua

kali pembayaran atan lebih karena perusahaan dalam kesulitan likuiditas.

d. Liquidating dividend, yaitu dividen dibagikan dengan tidak berdasarkan

keuntungan yang diperoleh perusahaan tetapi merupakan pengurangan modal

perusahan.

e. Stock dividend, yaitu dividen yang dibagikan oleh perusahaan dalam bentuk
saham. Hal ini dimaksudkan untuk mengkapitalisasi pendapatan perusahaan
sehingga tidak ada aset yang diberikan.

2.2.5 Jenis Kebijakan Deviden

a. Kebijakan dividen yang stabil jumlah dividen per lembar yang dibayarkan setiap

tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per

lembar saham pertahurmya berfluktuasi.


b. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra

tertentu. Kebijakan ini menetapkan jumlah nipiah minimal dividen per lembar

saham tiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan

membayarkan dividen ekstra diatas jumlah minimal tersebut.


c. Kebijakan dividen dengan penetapan dividend payout ratio yang konstan.

Kebijakan ini membayarkan dividen berdasarkan persentase tertentu dari laba.

Ini berarti bahwa jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap
17

tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan neto yang

diperoleh setiap tahunnya.


d. Kebijakan dividen fleksibel. Pembayaran besarnya dividen setiap tahunnya

disesnaikan dengan posisi financial dan kebijakan financial perusahan tersebut.

2.2.6 Kebijakan Deviden yang Optimal


Kebijakan deviden yang optimal adalah kebijakan deviden yang menciptakan

keseimbangan antara deviden saat ini dan pertumbuhan dimasa mendatang sehingga

memaksimumkan harga saham perusahaan (Brigham dan Houston, 2001: 198).

Menurut Brigham dan Houston (2001: 198) menyebutkan terdapat 3 teori mengenai

kebijakan deviden yaitu:

a. Deviden irrelevance theory


Deviden irrelevance theory adalah suatu teori yang menyatakan bahwa

kebijakan deviden perusahaan tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai

perusahaan maupun biaya modalnya. Teori ini mengikuti pendapat Moldigliani dan

Miller yang menyatakan bahwa nilai perusahaan tidak ditentukan oleh besar

kecilnya dividend payout ratio. Tetapi ditentukan laba bersih sebelum pajak (EBIT)

dan reisiko bisnis dengan demikian deviden tidak relevan untuk dipersoalkan.

b. Bird in the hand-Theory


Bird in the hand-Theory diungkapkan etch Gordon dan Lintuer menyatakan

bahwa biaya modal sendiri akan naik jika deviden payout ratio rendah. Hal ini

dikarenakan investor lebih suka menerima deviden daripada capital gain.

c. Teed “Signaling Hypotesis”


Terdapat bukti empiris bahwa jilca ada kenaikan deviden sering diikuti

dengan kenaikan harga saham, sebaliknya penurunan deviden pada umumnya

menyebabkan harga saham turun. Fenomena ini dapat dianggap sebagai bukti bahwa

investor lebih menyukai deviden dari pada capital gain. Moldigliani dan Miller
18

berpendapat bahwa suata kenaikan deviden merupakan suatu sinyal kepada investor

bahwa menajemen perusahaan merupakan suatu penghasilan yang baik dimasa akan

datang

2.3 Hutang

Hanafi dan Halim (2009) Menyatakan bahwa:

Hutang didefinisikan sebagai pengorbanan ekonomis yang mungkin timbul


dimasa mendatang dari kewajiban organisasi masa sekarang untuk
mentransferkan asset atau memberikan jasa ke pihak lain di masa
mendatang. Sebagai akibat transaksi atau kejadian di masa lalu. Hutang
muncul terutama karena penundaan pembayaran untuk barang atau jasa yang
telah diterima organisasi dan dari dana yang dipinjam (p.29).

Menurut Riyanto (2008) “Hutang adalah modal yang berasal dari luar

perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di perusahaan dan bagi perusahaan yang

bersangkutan modal tersebut merupakan “utang” yang pada saatnya harus dibayar

kembali” (p.227). Jadi akan mengurangi kas dari perusahaan serta pada jatuh

temponya harus dibayarkan kembali. Selain itu hutang merupakan tanggung jawab

yang timbul akibat transaksi kejadian di masa lalu dikarenakan penundaan

pembayaran.

2.3.1 Jenis-Jenis Hutang


Terdapat dua jenis hutang perusahaan berdasarkan pelunasan waktu jatuh
temponya adalah sebagai berikut:

a. Hutang jangka panjang

Hutang jangka panjang adalah hutang dimana jangka waktu pelunasanya

lebih dari 1 tahun. Kewajiban jangka panjang meliputi: hutang hipotik (kewajiban

dengan pihak luar yang dijaminkan dengan aktiva tetap) dan hutang obligasi

(kewajiban jangka panjang dari suatu perusahaan atau pemerintahan disertai dengan
19

sertifikat tanda berutang) dan kewajiban lainnya yang jatuh temponya lebih dari satu

tahun.

b. Hutang jangka pendek

Hutang jangka pendek adalah hutang yang dimana jangka waktu pelunasanya

kurang dari satu tahun atau sesuai kontrak yang di sepakati dengan kreditur

kewajiban jangka pendek meliputi: pinjaman bank dan pinjaman lainnya, pinjaman

bank dan hutang lain-lain dimana jatuh temponya kurang dari satu tahun

2.3.2 Teori Struktur Modal

Modal merupakan eleman penting didalam pendanaan perusahaan. Struktur

modal (capital structure) adalah kombinasi antara hutang dan ekuitas dalam struktur

jangka panjang keuangan perusahaan. Struktur modal merupakan gambaran dari

target komposisi hutang dan modal dalam jangka panjang perusahaan. Berikut ini

merupakan teori struktur modal yang ada.

1. Menurut Brighman dan Houston (2011 p. 179-186)


a. Teori pertukaran (Trade-Off Theory)
Teori ini menyatakan bahwa perusahaan menukar manfaat pajak dari pendanaan

hutang dengan masalah yang ditimbulkan oleh potensi kebangkrutan. Penggunaan

hutang oleh perusahaan dipercaya dapat meningkatkan nilai perusahaan hingga

titik tertentu, namun disisi lain, hutang akan menurunkan nilai sebuah perusahaan

diakibatkan karena penggunaan yang berlebihan akan menimbulkan kebangkrutan

dengan biaya yang besar.


b. Teori Sinyal (Signaling Theory)
20

Modilgani dan Miler (MM) berasumsi bahwa setiap orang baik investor maupun

manajer memiliki informasi yang sama tentang prospek perusahaan. Namun pada

kenyataannya manajer memiliki informasi yang lebih baik mengenai perusahaan

disbanding dengan investor, sehingga menimbulkan asimetri informasi serta

memiliki pengaruh penting pada struktur modal. Investor akan menilai prospek dari

suatu perusahaan berdasarkan sinyal yang diberikan oleh perusahaan (manajemen)

melalui keputusan pendanaannya. Inti dari teori ini adalah prosedur yang ditempuh

manajemen untuk mendapatkan dana eksternal melalui alternative hutang atau

penerbitan saham baru. Dengan adanya asimetri informasi akan menimbulkan

presepsi apabila perusahaan menggunakan penerbitan saham baru sebagai sumber

pendanaan maka investor akan menyimpulkan bahwa keadaan keuangan

perusahaan mengalami kondisi yang buruk dikarenakan lebih memilih pendanaan

eksternal daripada modal internal perusahaan. Perusahaan dianggap tidak mampu

oleh pasar dalam mencukupi kebutuhan pendanaannya.

Selanjutnya Modilgani dan Miller (MM) mengungkapkan dua konsep dalam

teori struktur modal adalah sebagai berikut (Brigham dan Houston ,2006, p.33)

a. Model MM Tanpa Pajak


Menurut Modilgani dan Miller Menyimpulkan bahwa nilai perusahaan tidak

diperngaruhi oleh struktur modalnya. Hal ini dapat kita artikan bahwa dengan atau

tanpa menggunakan hutang nilai perusahaan tidak terpengaruh. Asumsi-asumsi yang

diberikan dalam model tanpa pajak dinilai tidak realisitis. Berikut asumsi-asumsi yang

diberikan:
1. Tidak ada biaya pialang
2. Tidak ada pajak
3. Tidak ada biaya kebangkrutan
4. Investor dapat meminjamkan pada tingkat yang sama dengan perusahaan
5. Semua investor memiliki informasi yang sama dengan manajemen tentang

peluang-peluang investasi dimasa depan


21

6. Earning Before Interest and Tax (EBIT) tidak terpengaruh oleh penggunaan hutang
b. Model MM Dengan Pajak
Model ini menyimpulkan bahwa hutang berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Semakin besar hutang yang digunakan oleh perusahaan maka akan meningkatkan nilai

perusahaan. Hal ini disebabkan adanya penghematan pajak yang dilakukan dan

berakibat pada nilai perusahaan yang meningkat sesuai dengan sebarapa besar

penggunaan hutang.

2.4 Profitabilitas

Sartono (2010:122) menyatakan bahwa profitabilitas adalah kemampuan

perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva

maupun modal sendiri.

Bambang Riyanto (2008:35) menyatakan bahwa profitabilitas adalah:

“kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama perode tertentu,


perusahaan dengan kemampuan menghasilkan laba yang baik menunjukan
kinerja perusahaan yang baik sebab profitabilitas sering dijadikan sebagai
ukuran untuk menilai kinerja perusahaan”

Berdasarkan pengertian profitabilitas yang telah disampaikan diatas dapat

disimpulkan bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan dalam periode tertentu yang diperoleh dari penjualan

ataupun aktiva yang dapat menghasilkan keuntungan dengan tingkat profitabilitas

yang semakin tinggi maka menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba semakin tinggi.

2.5 Ukuran perusahaan


Ukuran perusahaan dapat menggambarkan sebarapa besar sebuah perusahaan

yang sedang dijalankan. Semakin besar sebuah perusahaan maka total dari aktiva

yang dimiliki oleh perusahaan juga semakin besar pula. Kemampuan dalam
22

menghasilkan nilai perusahaan. Ukuran perusahaan sering dijadikan indicator bagi

kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi suatu perusahaan, dimana perusahaan

dalam ukuran lebih besar dipandang lebih maupun menghadapi krisis dalam

menjalankan usahanya (Sartono,2008)


Dalam perolehan pendanaan perusahaan besar dinilai lebih mampu

memperoleh dana dan kepercayaan kreditor. Sehingga hal ini dapat memberikan

dukungan bagi perusahaan dalam mengembangkan bisnis dan memperoleh profit

yang lebih besar. Hal ini berkebalikan dengan perusahaan berskala kecil dimana

dalam urusan pendanaan sering terlambat. Sinyal positif ini akan berdampak pada

meningkatnya nilai perusahaan dan investor dapat menanamkan saham pada

perusahaan.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh kusumastuti

(2013) , Tanuwijaya (2013) dan Mashita (2016) menyatakan bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

2.6 Nilai perusahaan

Nilai perusahaan dapat dilihat dari harga saham yang dikeluarkan lewat pasar

modal. Nilai perusahaan yang tinggi tentunya akan menarik para investor untuk

menanamkan investasi saham. Kesejahteraan dapat digambarkan secara eksplisit

dalam nilai perusahaan saat itu juga.

Sunariyah (2003) menyatakan “pengertian nilai perusahaan dicerminkan

pada kekuatan tawar menawar saham” (p.54). Apabila perusahaan diperkirakan

sebagai perusahaan mempunyai prospek pada masa yang akan dating, maka nilai

sahamnya menjadi tinggi. Sebaliknya, apabila perusahaan dinilai kurang memiliki

prospek maka harga saham menjadi rendah. Nilai jual sebuah perusahaan sebagai

suatu bisnis yang sedang beroprasi (Sartono,2006).


23

Dapat kita simpulkan bahwa nilai perusahaan merupakan nilai jual suatu

perusahaan yang menggambarkan kesejahteraan pemiliknya dan penulaian suatu

perusahaan dicerminkan melalui harga saham. Nilai perusahaan dapat dinilai

menggunakan Tobins Q. Tobins Q mebandingkan antara saham yang beredar

ditambah dengan total hutang dibagi dengan total asset (Wolfe, 2003)

2.7 Penelitian terdahulu

Penelitian yang membahas mengenai pengaruh variable kebijakan deviden,

hutang, profitabilitas dan ukuran perusahaan pada nilai perusahaan telah banyak

dilakukan sebelumnya. Dengan adanya penelitian terdahulu, dapat membantu

peneliti di dalam pelaksanaan penelitian dengan bidang kajian yang sama. Berikut

ini daftar penelitian terdahulu yang telah dilaksanakan:


25

Tabel 3

Daftar Penelitian Terdahulu

Penelitian dan Variabel Variabel


NO tahun penelitian Judul Penelitian Hasil
Bebas Terikat
1 Tanuwijaya (2013) Pengaruh Kebijakan  Kebijakan  Nilai  Variabel kebijakan deviden, Laverage dan ukuran
Deviden, Laverage, dan Deviden Perusahaan perusahaan secara parsial berpengaruh positif dan
Ukuran Perusahaan  Laverage signifikan terhadap nilai perusahaan.
Terhadap Nilai  Ukuran  Secara simultan ketiga Variabel kebijakan deviden,
Perusahaan Sektor perusahaan laverage dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh
Property dan Real Astate positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
di Bursa Efek Indonesia
2 Yustitianingrum Pengaruh Deviden,  Kebijakan  Nilai  Secara Parsial kebijakan deviden tidak berpengaruh
(2013) Kebijakan Hutang, Deviden Perusahaan pada nilai perusahaan.
Profitabilitas, dan Ukuran  Kebijakan  Sedangkan kebijakan hutang, profitabilitas, dan
perusahaan Terhadap hutang ukuran perusahaan berpengaruh pada nilai
Nilai Perusahaan Pada  Profitabilita
perusahaan.
Perusahaan Manufaktur di s
 Secara simultan terdapat pegaruh deviden. Kebijakan
Bursa Efek Indonesai  Ukuran
hutang, profitabilitas, dan ukuran perusahaan
perusahaan
terhadap nilai perusahaan manufaktur di BEI

(lanjutan)
26

Penelitian dan Variabel Variabel


NO tahun penelitian Judul Penelitian Hasil
Bebas Terikat
3 Mashita (2016) Pengaruh Kebijakan  Kebijakan  Nilai  Variabel kebijakan deviden, Hutang dan ukuran
Deviden, Hutang dan Deviden Perusahaan perusahaan secara parsial berpengaruh positif dan
Ukuran Perusahaan  Hutang signifikan terhadap nilai perusahaan.
Terhadpa Nilai  Ukuran  Secara simultan ketiga Variabel kebijakan deviden,
Perusahaan pada perusahaan Hutang dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh
Perusahaan Perbankan Di positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan
BEI Sebesar %59,4% Kebijakan Deviden.
4 Prastuti dan Pengaruh Struktur Modal,  Struktur  Nilai  Variabel Struktur modal dan kebijakan deviden
Sudiartha Kebijakan Deviden, Modal Perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
(2015) Profitabilitas, dan Ukuran  Kebijakan perusahaan manufaktur.
perusahaan Terhadap Deviden  Sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh negatif.
Nilai Perusahaan Pada  Ukuran
Perusahaan Manufaktur di perusahaan
Bursa Efek Indonesai
5 Putra (2014) Pengaruh Profitabilitas,  Pofitabilitas  Nilai  Berpengaruh negative dan tidak terdapat pengaruh
Sturktur Modal, Ukuran  Struktur Perusahaan yang signifikan antara ukuran perusahaan dengan
Perusahaan dan Likuiditas Modal nilai perusahaan
Terhadap Nilai  Ukuran
Perusahaan pada Perusahaan
Perusahaan Asuransi di  Likuiditas
BEI
(lanjutan)

Penelitian dan Variabel Variabel


NO tahun penelitian Judul Penelitian Hasil
Bebas Terikat
6 Kusumastuti (2013) Pengaruh Ukuran  Ukuran  Nilai  Secara parsial Variabel SIZE berpengaruh positif dan
27

Perusahaan, Laverage, Perusahaan Perusahaan Signifikan.


Profitabilitas dan  Laverage  Variabel Der berpengaruh negative dan tidak
Kebijakan Deviden  Profitabilita signifikan. DPR berpengaruh Positif tidak SIgnifikan.
Terhadap Nilai s  Secara simultan seluruh variable berpengaruh
Perusahaan. (Studi pada  Kebijakan signifikan terhadap nilai perusahaan manufaktur
perusahaan manufaktur Deviden
yang terdaftar di BEI
tahun 2009-2011)
7 Anggi et.al Analisis Kebijakan  Kebijakan  Nilai  Secara Parsial kebijakan deviden berpengaruh secara
(2015) deviden, Kebijakan Deviden Perusahaan negative dan signifikan terhadap nilai perusahaan
Hutang dan Nilai  Kebijakan  Kebijakan hutang tidak Berpengaruh positif tetapi
perusahaan pada hutang signifikan terhadapt nilai perusahaan.
Perusahaan Sektor
Pertambangan Yang
terdaftar di BEI Periode
2009-2013
8 Sofyaningsih dan Struktur Kepemilikan,  Struktur  Nilai  Kebijakan deviden tidak terbukti mempengaruhi nilai
Hardianingsih Kebijakan Deviden, Kepemilikan perusahaan perusahaan
(2007) Kebijakan Utang dan  Kebijakan  Kebijakan utang tidak terbukti berpengaruh terhadap
Nilai Perusahaan Deviden nilai perusahaan
 Kebijakan
Hutang

(lanjutan)
28

Penelitian dan Variabel Variabel


NO tahun penelitian Judul Penelitian Hasil
Bebas Terikat
9 Astuti (2014) Analisis Pengaruh  Profitabilita  Nilai  Kebijakan deviden tidak berpengaruh signifikan
Profitabilitas, Kebijakan s Perusahaan terhadap nilai perusahaan.
Deviden, Kebijakan  Kebijakan  Kebijakan Hutang tidak berpengaruh signifikan
Hutang, dan Kepemilikan Deviden terhadap nilai perusahaan.
Manajerial Terhadap Nilai  Kebijakan  Profitabilitas, Kebijakan Deviden, Kebijakan Hutang,
Perusahaan Manufaktur di Hutang secara bersama-sama berpengaruh terhadap nilai
Bursa Efek Indonesia  Kepemilikan perusahaan.
Periode 2010-2012 Manajerial
10 Sartini dan Pengaruh Keputusan  Keputusan  Nilai  Kebijakan deviden berpengaruh positif signifikan
Purbawangsa Investasi, Kebijakan Investas Perusahaan terhadap nilai perusahaan
(2013) Deviden, Serta Keputusan  Kebijakan
Pendanaan Terhadap Nilai Deviden
Perusahaan Manufaktur di  Keputusan
Bursa Efek Indonesai pendanaan
29

2.8 Hipotesis

Secara etimologis, hipotesis dibentuk dari dua kata, yaitu hypo yang berarti

kurang dan kata thesis yang artinya pendapat. Menurut Sugiyono (2003) “Hipotesis

merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang diajukan”

(p.306). Jadi dapat kita artikan bahwa hipotesis merupakan pendapat yang mampu

menjelaskan hubungan sementara antara variable-variabel yang ada di penelitian

sebelum dilaksanakannya penelitian.

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memberikan dugaan sementara

mengenai pengaruh kebijakan deviden, hutang, profitabilitas dan ukuran perusahaan

terhadap nilai perusahaan. Tujuan dilakukannya perumusan hipotesis adalah

memberikan pernyataan terkait permasalahan yang ada. Setelah dilaksanakan

perumusan hipotesis maka selanjutnya diuji kebenaranya.

2.8.1 Hubungan Kebijakan Deviden dan Nilai Perusahaan


Hubungan kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan adalah semakin

tinggi deviden yang dibayarkan maka akan meningkatkan nilai perusahaan. Apabila

laba yang dibagikan meningkat maka akan meningkatkan nilai perusahaan. Apabila

laba yang dibagikan meningkat maka akan memberikan kesan yang baik pada

perusahaan bahwa terdapat perolehan pendapatan yang besar serta keberhasilan

manajemen dalam mengelola modal yang ada. Kondisi tersebut menyebabkan

investor cenderung menyukai pembagian deviden dalam jumlah yang besar. Deviden

adalah laba yang diterima investor setelah melakukan investasi dalam modal saham.

Semakin tinggi deviden yang dibagikan maka akan meningkatkan kesejahteraan

investor dikarenakan pendapatan yang diperoleh melalui deviden. Ketika pemberian

deviden besar investor cenderung memberikan penilaian yang posotif terhadap


30

perusahaan serta tidak membuka peluang bagi perusahaan dalam mendapatkan

modal saham dalam jumlah yang lebih bb esar. Namun, ketika pembayaran deviden

yang dilakukan oleh perusahaan tidak sesuai dengan harapan investor, maka

tentunya investor tidak akan segan-segan menarik dana dari perusahaan serta

berpindah pada perusahaan yang dianggap mampu meberikan return yang sesuai

dengan harapan investor. Hal ini didukung dengan penelitian terdahulu yang

dilakukan Sartini dan Purbawangsa (2011) dan Tanuwijaya (2014) menemukan

bahwa adanya pengaruh dari kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan logika dan penelitian terdahulu maka hipotesis yang muncul adalah:

H 1 : Kebijakan deviden berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

2.8.2 Hubungan Hutang dan Nilai Perusahaan


Semakin besar skala perusahaan yang dijalankan maka akan membutuhkan

modal yang semakin besar pula. Modal yang diperoleh dapat berupa modal internal

maupun eksternal. Hutang merupakan dana eksternal yang diperoleh perusahaan.

Hubungan hutang terhadap nilai perusahaan adalah semakin tinggi proporsi hutang

maka semakin tinggi harga saham. Hal ini dikarenakan hutang akan meningkatkan

produktivitas serta aktivitas operasional perusahaan. Selain itu apabila terdapat pajak

penghasilan dalam perusahaan akan menaikkan nilai perusahaan dikarenakan akibat

dari beban bunga hutang yang dibayarkan dapat mengurangi pajak. Manfaat yang

diberikan oleh hutang tentunya memberikan daya Tarik tersendiri bagi perusahaan

dalam menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan kegiatan operasional dan

produktivitas. Penggunaan hutang di dalam perusahaan dapat dilaksanakan selama

hutang yang digunakan mampu menghasilkan laba yang diharapkan oleh

perusahaan. Hutang tentunya memiliki resiko yang harus ditanggung serta


31

kewajiban yang harus dibayarkan serta dapat menimbulkan kewajiban yang harus

dibayar oleh perusahaan dimana akan mengurangi laba yang diperoleh. Hutang yang

dimanfaatkan sebagai sumber pendanaan akan berakibat pada penggunaan

keuntungan perusahaan sebagi kewajiban untuk pelunasan hutang daripada

pembagian deviden (Bringham dan Houston, 2006). Penggunaan hutang yang tinggi

akan mengakibatkan nilai Debt Equity Ratio (DER) yang semakin tinggi. Hal ini

tentunya perlu diperhatikan oleh investor karena apabila DER tinggi maka rasio

yang ada juga tinggi. Investor cenderung menghindari perusahaan dengan nilai DER

yang tinggi dikarenakan laba yang dimiliki perusahan belum tentu dibagikan

deviden melainkan sebagai pembayaran kewajiban hutang yang dimiliki perushaan

serta resiko yang mengarah pada kebangkrutan. Penelitian yang dilakukan oleh

Tanuwijaya (2014), Mashita (2016) dan Yustianingrum (2013) menyatakan bahwa

adanya hubungan yang timbul terhadap hutang dan nilai perusahaan. Bedasarkan

logika dan penelitian terdahulu maka hipotesis yang muncul adalah:

H 2 : Hutang berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

2.8.3 Hubungan Profitabilitas dan Nilai Perusahaan


Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Laba

diperoleh perusahaan berasal dari penjualan dan investasi yang dilakukan

perusahaan. Profitabilitas juga merupakan gambaran kinerja manajemen dalam

mengelola perusahaan. Profitabilitas perusahaan dapat dihitung menggunakan ROA

(return on asset), dengan membagi laba bersih setelah pajak (earnings after tax)

dengan total aset.

Semakin tinggi ROA maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan keuntungan dan akan membuat profitabilitas perusahaan tinggi.


32

Profitabilitas yang tinggi akan memberikan sinyal positif bagi investor bahwa

perusahaan berada dalam kondisi yang menguntungkan. Hal ini menjadi daya tarik

investor untuk memiliki saham perusahaan. Semakin tinggi profitabilitas maka

return yang diterima oleh investor juga akan semakin meningkat, karena return yang

diterima oleh investor meningkat penilaian investor pada perusahaan tersebut juga

akan meningkat, yang mengakibatkan nilai perusahaan juga meningkat. Seperti

penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Astuti (2014), Yustianingrum (2013) dan

Kusumastuti (2013) Maka hipotesis pada penelitian ini diajukan sebagai berikut:

H 3 : Hutang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

2.8.4 Hubungan Ukuran Perusahaan dan Nilai Perusahaan


Sujoko dan Soebiantoro (2007) menemukan bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Perusahaan yang mampu

meningkatkan laba perusahaannya, maka akan mempunyai peluang untuk

melakukan ekspansi. Ekspansi merupakan suatu tindakan aktif untuk memperluas

dan memperbesar perusahaan.

Perusahaan yang berukuran besar akan lebih mudah mengakses pendanaan

melalui pasar modal. Kemudahan ini merupakan informasi baik bagi pengambilan

keputusan investasi dan juga dapat me-refleksikan nilai perusahaan di masa

mendatang. Semakin besar total aktiva maupun penjualan, maka semakin besar pula

ukuran suatu perusahaan dan akan menggambarkan meningkatnya nilai perusahaan

dari ukuran laba yang dihasilkanya.

Perusahaan yang besar akan lebih mudah mendapatkan dana dari pasar

modal Karena investor lebih menanamkan modalnya pada perusahaan yang besar

karena mereka beranggapan bahwa berinvestasi pada yang besar akan mendapatkan
33

pengembalian yang besar juga. Hal ini yang membuat ukuran perusahaan

berpengaruh pada nilai perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Kusumastuti (2013) dan Tanuwijaya (2013) maka hipotesis yang

diajukan sebagai berikut:

H 4 : Hutang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

2.8.5 Hubungan Kebijakan Deviden, Hutang, Profitabilitas dan Ukuran


Perusahaan TerhadapNilai Perusahaan
Kinerja keuangan dapat dipengaruhi oleh kebijakan deviden, hutang,

profitabilitas dan ukuran perusahaan. Kinerja yang baik akan menimbulkan nilai

saham yang baik. Dana dalam perusahaan dapat dimanfaatkan sebagai pembagian

deviden, pembayaran hutang maupun pembelian asset perusahaan. Deviden

merupakan hal yang selalu menarik bagi para pemodal saham. Semakin tinggi

deviden yang dibayarkan maka akan meningkatkan kepuasan investor serta

pemberian nilai yang positif dari investor kepada perusahaan yang besangkutan.

Hutang merupakan dana yang diperoleh berdasarkan sumber eksternal serta

digunakan sebagai dana pengembangan operasional yang dapat digunakan sebagai

sarana peningkatan laba, pendapatan dan asset. Semakin tinggi hutang maka

berpengaruh nilai perusahaanya ketika menggunakan hutang dapat diperoleh

manfaat dalam penghematan pajak perusahaan.

Tingginya aset yang dimiliki perusahaan menggambarakan seberapa besar

usaha yang sedang dijalankan. Namun ketika jumlah aset yang dimiliki oleh

perusahaan tinggih, kita harus tetap mewaspadai apakah pendanaan yang digunakan

dalam kepemilikan aset berasal dari modal sendiri atau hutang. Ketika sumber

pendanaannya dari hutang makan ada kemungkinan laba yang dimiliki oleh

perusahaan cenderung digunakan sebagai dana pembayaran bunga hutang daripada


34

pembagian sebagai deviden. Hal ini yang menjadi perhatian bagi pemodal saham.

Perusahaan dengan skala besar menggunakan dananya sebagai dana reinvestasi aset

serta mampu membayar bunga hutang dan tetap membagikan deviden pada

pemegang saham. Kondisi ini dapat diartikan bahwa perusahaan tetap mampu

memberikan kinerja keuangan yang baik, pemenuhan kewajibannya serta

kemampuan dalam mengatasi pembayaran bunga akibat penggunaan hutang. Ketika

perusahaan mampu memenuhi kewajibannya yaitu pembayaran hutang dan

pembagian deviden maka investor tentunya memberikan penilaian yang baik serta

image positif perusahaan. Penelitian terdahulu yang dilakukana oleh Tanuwijaya

(2013), Kusumastuti (2013) dan Mashita (2016) ditemukan bahwa secara silmutan

kebijakan deviden, hutang, profitabilitas dan Ukuran perusahaan berpengaruh

terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan penelitian terdahulu dan alasan pemikiran

logis maka hipotesis yang muncul adalah:

H 5 : Kebijakan Deviden, Hutang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan

berpengaruh terhadap nilai perusahaan.


35

Berdasarkan rumusan masalah serta hipotesis yang ada maka kerangka

pemikiran yang terbentuk adalah sebagai berikut:

Gambar 1

Kerangka Pemikiran Pengaruh Kebijakan Deviden, Hutang, Profitabilitas dan

Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan

Kebijakan Deviden
(Devidend Payout Ratio)

Hutang
(Debt Equity Ratio)
Nilai Perusahaan
(Tobins Q)
Profitabilitas
(Retrun On Assets)

Ukuran Perusahaan
(SIZE)

Sumber data: Diolah

Keterangan:

Secara Parsial

Secara Simultan

Anda mungkin juga menyukai