Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI

PRE INTRA POST ANESTESI PADA HISTEREKTOMI


Dosen pengampu :
Dr. Rahmaya Nova Handayani, S.Kep,.M.Sc

KELOMPOK 1 (3):

DEDE KARMANA (220106272)


DEDEN NOFYANTO (220106273)
EDWAR (220106274)
EDWIN TEGUH RAHMANTO (220106275)
Pengertian Histerektomi
Histerektomi adalah suatu prosedur pembedahan
mengangkat rahim yang dilakukan oleh ahli
kandungan. Dikatakan histerektomi total jika prosedur
pembedahan mengangkat seluruh rahim termasuk
serviks atau mulut rahim, korpus dan fundus uteri.
Dikatakan histerektomi parsial jika prosedur
pembedahan mengangkat rahim, tetapi meninggalkan
serviks uteri atau mulut rahim
(Rasjidi Imam, 2008).
Tujuan atau Kegunaan Histerektomi
Tujuan atau kegunaan histerektomi
adalah untuk mengangkat rahim
wanita yang mengidap penyakit
tertentu dan sudah menjalani berbagai
perawatan medis, namun kondisinya
tidak kunjung membaik
Alasan Melakukan Histerektomi
• Menorrhagia atau menstruasi berlebihan.
• Endometriosis yaitu kondisi yang terjadi ketika sel-sel yang melintang
di rahim ditemukan di luar dinding rahim.
• Penyakit radang panggul yaitu terinfeksinya sistem reproduksi oleh
bakteri bisa menyebabkan penyakit ini
• Fibroid atau tumor jinak yang tumbuh di area rahim.
• Kekenduran rahim yaitu terjadi ketika jaringan dan ligamen yang
menopang rahim menjadi lemah
• Adenomiosis atau penebalan rahim
• Kanker kewanitaan seperti: serviks, ovarium, tuba fallopi dan rahim.
ANESTESI

Pengertian
" Anestesi merupakan suatu tindakan untuk
menghilangkan rasa sakit ketika dilakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lain yang
menimbulkan rasa sakit, dalam hal ini rasa
takut perlu ikut dihilangkan untuk menciptakan
kondisi optimal bagi pelaksanaan pembedahan
(Sabiston, 2011) "
JENIS ANESTESI
1. General Anestesi / Anestesi Umum
" General anestesi merupakan tindakan
menghilangkan rasa sakit secara sentral disertai
hilangnya kesadaran (reversible) "

2. Regional Anestesi
" Anestesi regional memberikan efek mati rasa
terhadap saraf yang menginervasi beberapa bagian
tubuh, melalui injeksi anestesi lokal pada
spinal/epidural, pleksus, atau secara Bier block
(Mohyeddin, 2013)
Asuhan Keperawatan Anestesi
Pre Anestesi :
1. Pengkajian ( Biodata Pasien )
2. Anamnesa Pasien (“AMPLE” : Alergi, Medikasi, Past illness, Last
Meal, Exposure termasuk Informed concent)
3. Kaji pengetahuan pasien tentang tindakan pembiusan.
4. Pemeriksaan fisik Pasien ( Pemeriksaan Fisik meliputi B6 : Breath,
Blood, Brain, Bladder, Bowel, Bone ).
5. Menetapkan penilaian penampakan faring (LEMON: Look
externally, Evalaute, Mallampati, Obstruction, Neck mobility ).
6. Pemeriksaan penunjang ( Laboratorium, USG, Rontgen,
EKG ).
7. Menentukan Fisik ASA pasien ( ASA I - VI )
8. Pertimbangan Tindakan Anetesi ( GA atau RA )
9. Persiapan Obat - Obatan Anestesi
10. Persiapan Alat ( Mesin Anestesi, STATIC ).
11. Persiapan Team ( Team bedah dan Tean anestesi).
Masalah yang muncul pada tahap pre anestesi yaitu :
1. Kecemasan.
2. Kurang Pengetahuan.
3. Resiko Cidera Trauma Fisik.
4. Resiko cidera Agen anestesi

Intervensi :
1. Lakukan pengkajian sejauh mana tingkat kecemasan yang dialami
pasien.
2. Lakukan Pendidikan kesehatan terhadap pasien dan keluarga.
3. Hindari hal hal yang akan menyebakan cidera trauma fisik pada pasien.
4. Tentukan obat-obatan anestesi yang aman bagi pasien
( Kolaboratif )
Implementasi :
1. Menanyakan kepada pasien bagaimana kondisi perasaan pasien
saat ini, bila dirasa cemas berlebihan ( kolaboratif dengan
Dokter anestesi pertimbangkan pemberian Premedikasi
Sedatif ).
2. Memberikan informasi tentang Prosedur pembedahan dan
prosedur Tindakan anestesi.
3. Memberikan rasa aman dan nyaman terkait posisi pasien saat
diruang persiapan sampai pemindahan ke Meja operasi.
4. Menyiapkan obat - obatan anestesi yang sudah ditentukan, yang
akan digunakan untuk tindakan anestesi.
Evaluasi :
1. Memastikan pasien dalam keadaan tenang.
2. Pastikan pasien dan keluarga memahami prosedur anestesi
dan pembedahan.
3. Pastikan pasien dalam kondisi dan posisi yang aman.
4. Pastikan obat2 an anestesi siap untuk digunakan
Intra Anestesi
Masalah keperawatan Anestesi :
1. Resiko Trauma pembedahan.
2. Tidak efektif Fungsi napas ( tidak efektif pola napas, asfirasi, henti
napas ).
3. Disfungsi Respirasi ( Hipoksia, bronkho spasme, edema laryng ).
4. Resiko ketidak seimbangan cairan tubuh ( kekurangan atau
kelebihan ).
5. Perdarahan ( syok hipovolemik ).
6. disfungsi thermoregulasi ( Hipothermi/ hiperthermi).
7. Resiko kegagalan Spinal Anestesi
Intra Anestesi
Intervensi :
1. Monitoring area pembedahan selama jalannya operasi.
2. lakukan tindakan intubasi, bila pasien teranestesi RA.
3. Hentikan semua gas anestesi, hanya menggunakan oksigen murni.
4. Lakukan pengukuran intake/output cairan tubuh.
5. Monitoring sistem kardiovaskuler, bila terjadi syok lakukan resusitasi cairan
( Koloid, darah ) ,kolaboratif therapi obat2an vasokontriksi.
6. Pantau suhu tubuh pasien melalui monitor pengukur Suhu tubuh pasien selama
operasi berjalan.
7. Persiapkan untuk Spinal kedua atau siapkan untuk tindakan anestesi Umum
Intra Anestesi

Implementasi :
1. Melakukan monitoring terhadap pembedahan.
2. melakukan tindakan Intubasi.
3. Menghentikan semua gas anestesi dan hanya menggunakan oksigen
murni ( Bila Pasien NU ).
4. Melakukan pengecekan dan pengukuran cairan yang masuk maupun
yang keluar ( darah, urin ).
5. Mengobservasi TTV, meresusitasi cairan dan obat2an saat terjadi
Syok hipovolemik.
6. Selalu mengukur suhu tubuh selama operasi berjalan.
7. Mempersiapkan dan melakukan pendampingan Spinal anestesi yang
kedua.
Intra Anestesi

Evaluasi :
1. Memastikan bahwa pembedahan berjalan baik.
2. Pastikan jalan napas terkuasai dengan baik.
3. Pastikan saturasi oksigen diatas 98 persen.
4. pastikan selama operasi penggunaan caiaran sesuai kebutuhan.
5. Pastikan TTV dalam batas normal.
6. Pastikan suhu tubuh pasien dalam batas normal.
7. Pastikan Spinal yang kedua berjalan dengan baik yang ditandai
dengan Bromge Score 3.
Post Anestesi
Masalah keperawatan Anestesi :

1. Pasien Belum sadarkan diri.


2. Gangguan jalan napas.
3. Nyeri.
4. Shevering / menggigil.
5. Mual dan muntah / PONV
Post anestesi

Intervensi :

1. Pemantauan TTV selama Di Ruang pemulihan.


2. Periksa Posisi pasien terutama kepala.
3. Kaji tingkat nyeri.
4. Berikan selimut hangat, Kolaboratif untuk pemberian Obat Anti
Shevering ( pethidin, tramadol).
5. Persiapkan aroma therapy dan kolaboratif mempersiapkan obat anti
emetik.
Post Anestesi

Implementasi :
1. Melakukan pemantauan TTV selama di RR, kaji Aldrete Score.
2. Memposisikan pasien head Up (RA), Memberikan bantal dibawah
pundak untuk posisi head tilt jaw thrust.
3. melakukan pengkajian nyeri. bila pasien merasakan adanya nyeri,
kolaboratif untuk pemberian obat analgetik post op.
4. Memasangkan selimbut diseluruh tubuh dan kolaboratif dengan
dokter anestesi untuk pemberian obat anti shevering ( pethidin 25mg
atau tramadol 50mg ).
5. Pemberian aroma therapy disaat munculnya tanda2 PONV.
6. Mendokumentasikan semua kegiatan dari pre sampai post anestesi.
Post Anestesi

EVALUASI :

1. Pastikan Aldrete Score diatas 8.


2. Pastikan jalan napas pasien Teratasi dengan baik yang ditandai dengan
tidak adanya tanda tanda sesak napas.
3. Pastikan pasien mersa nyaman dan tidak tampak kesakitan.
4. Pastikan pasien nyaman, tidak menggigil lagi.
5. Pastikan mual muntah sudah reda / menghilang.
6. Pastikan semua dokumen terisi dengan lengkap dan ditanda tangani.
7. Pastikan Pasien siap dipindakan ke Ruang rawat inap.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai