opioid respirasi
b) Induksi
(1) Pemberian obat induksi sedasi antara lain :
Nama Obat Dosis
Tiopental / Pentotal 3 – 5 mg/KgBB (IV)
Propofol 1 - 2,5 mg/KgBB (IV)
c) Pemeliharaan Anestesi
Jenis
Pemeliharaan
Anestesi
Anestesi 30-100% O2 + 0-70% N2O+ Halotan (MAC = 0,75%) titrasi
Inhalasi atau Isofluran (MAC = 1,1%) titrasi
Anestesi 30-100% O2 + 0-70% N2O+ Petidin 0,5-1,5 mg/kgBB/3-4
Balance jam (bolus intermiten) atau Fentanil 1-10 μg/kgBB sesuai
kebutuhan + Halotan atau anestetik inhalasi lainnya
(titrasi) atau Propofol 50-200 μg/kgBB/menit
Anestesi - O2 30 -100%
Intravena - Pethidine atau fentanyl bolus awal: 1-2 mg/kgBB
Total dilanjutkan pemeliharaan: 0,5-1,5 mg/kgBB/3-4 jam
(bolus intermiten)
- Ditambah propofol Induksi: 1-2,5
mg/kgBB ,pemeliharaan: 50-200 μg/kgBB/menit. (infus
dihentikan 5 menit sebelum operasi selesai)
- Selain propofol bisa menggunakan ketamin, Induksi: 1-
2 mg/kgBB pemeliharaan: 1-2 mg/kgBB/bolus
intermiten tiap 15 - 20 menit atau sesuai kebutuhan
d) Pengakhiran Anestesi
Pengakhiran
Tindakan
anestesi
Pemulihan dari Jika diperlukan dapat diberikan obat reversal sebagai
pelumpuh otot berikut:
Neostigmin 0,05-0,07 (dosis maksimum) mg/kgBB +
Sulfas atropin 0,015 mg/kgBB iv
Analgetik pasca Jika diperlukan analgetik pasca operasi diberikan
operasi sebelum pasien dibangunkan
Profilaksis mual Dapat diberikan metoklopramid (10 mg iv), atau
- muntah ondansetron (8 mg iv). Dapat dipertimbangkan
pemasangan pipa lambung dan irigasi cairan lambung.
Oksigen Pemberian N2O dan anestetik dihentikan dan diberikan
100% oksigen
Penghisapan Rongga orofaring dibersihkan dengan penghisap lendir
lender
Ekstubasi Ekstubasi dilakukan jika refleks proteksi jalan nafas
sudah berfungsi kembali, pasien bernafas spontan dan
mampu mengikuti perintah.
Lidocaine :
Merupakan senyawa aminoetilamida, dosis 0,5 % dapat menimbulkan kantuk. Dosis
untuk memblok plexus brachialis 225 sampai 300 mg (15 sampai 20 ml) dalam
larutan 1,5%, dosis 50mg (5 ml) untuk blok cervical dan 20 mg sampai 100 mg (5
sampai 10 ml) untuk blok lumbal. Larutan hiperbarik 1,5 % atau 5 % lidokain HCL
dalam glukosa 7,5 % tersedia untuk anestesi spinal.
Bupivakain :
Secara kimia dan farmakologis mirip lidokain. Toksisitas setaraf dengan tetrakain.
Untuk infiltrasi dan blok saraf perifer dipakai larutan 0.25 – 0.075 %. Dosisi maksimal
200 mg. Duration 3 – 8 jam, kosentrasi efekti minimal 0.125 %. Mulai kerja lebih
lambat dibanding lidokain. Setelah suntik kaudal, epidural, atau infiltrasi, kadar
plasma puncak dicapai dalam 45 menit. Kemudian menurun perlahan – lahan dalam
3 – 8 jam. Untuk anastesi Spinal 0.5 % volume antara 2 – 4 ml iso atau hiperbarik.
Untuk blok sensorik epidural 0.375 % dan pembedahan 0.075 %.
a) Anestesi Regional Spinal
Indikasi :
(1) Pembedahan daerah lower abdomen
(2) Pembedahan daerah ekstremitas bawah
(3) Pembedahan daerah urogenitalia
Kontra indikasi :
(1) Gangguan faal koagulasi
(2) Kelainan Tulang belakang
(3) Pasien menolak
(4) Syok
Persiapan :
(1) Pasien :
(a) Penjelasan rencana dan resiko komplikasi tindakan spinal anestesi
(b) Izin persetujuan tindakan spinal anestesi
(c) Puasa
(d) Medikasi sesuai resiko anestesiPremedikasi pra anestesi
(e) Kelengkapan pemeriksaan penunjang
(2) Alat, Bahan dan Obat :
(a) Kelengkapan jarum Spinal 25/26/27 G (1 buah)
(b) Lidokain 2 % (1 ampul)
(c) Bupivacain 0,5 % (1 ampul)
(d) Lidodex 5 % (1ampul)
(e) Spuit 5 cc (1 buah)
(f) Spuit 3 cc (1 buah)
(g) Kassa steril (5 lembar)
(h) Doeck steril (1 buah)
(i) Betadine (10cc)
(j) Efedrine (1 ampul)
(k) Midazolam (1 ampul)
(l) Sulfast atropin 0,25 mg (2 ampul)
(m) Oksigen
(n) Kanula oksigen
(o) Mesin anestesi
(3) Dokter :
(a) Visite perioperatif
(b) Penentuan klasifikasi ASA PS
(c) Check list kesiapan anestesi
(d) Pengelolaan nyeri pasca bedah
Tatalaksana :
(1) Pasang monitor standar berupa, tekanan darah, EKG, daturasi oksigen
(2) Loading menggunakan cairan kristaloid sebanyak 500 cc
(3) Posisikan Pasien duduk atau tidur miring
(4) Indentifikasi tempat insersi jarum Spinal dan diberikan penanda
(5) Desinfeksi daerah insersi jarum Spinal, injeksi anestesi lokal lidokain 2% 40
mg
(6) Insersi jarum spinal ditempat yang telah ditandai
(7) Pastikan LCS keluar
(8) Barbotage cairan LCS yang keluar
(9) Injeksikan Bupivacain 0,5% 5-20 mg atau lidodex 5% 50-100 mg
dikombinasikan dengan fentanyl 25 µg dan atau morfin 0,1-0,2 mg
intratekal atau adrenalin 0,1 mg
(10) Check level ketinggian block
(11) Maintanance dengan oksigen 2 lt/mnt, sedasi dengan midazolam 2 mg.
Jika terjadi hipotensi, lakukan prosedur terapi hipotensi
Pasca prosedur tindakan :
(1) Observasi tanda vital di kamar pemulihan
(2) Observasi tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial
(3) Oksigenasi menggunakan oksigen via simple mask
(4) Atasi komplikasi yang terjadi
b) Anestesi Regional Epidural
Indikasi :
(1) Pembedahan di daerah abdomen
(2) Pembedahan di daerah thoraks
(3) Pembedahan di daerah ekstremitas bawah
(4) Pembedahan di daerah urogenital
(5) Penatalaksanaan nyeri peri dan post operatif
Kontra indikasi :
(1) Gangguan faal koagulasi
(2) Kelainan Tulang belakang
(3) Terdapat inefeksi ditempat insersi kateter epidural
(4) Pasien menolak
(5) Syok
Persiapan :
(1) Pasien :
(a) Mendapat penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan dan
resiko yang dapat terjadi
(b) Puasa
(c) Penjelasan rencana dan resiko komplikasi tindakan anestesi Spinal /
epidural
(d) Izin persetujuan tindakan anestesi spinal / epidural
(e) Medikasi sesuai resiko anestesi
(f) Premedikasi pra anestesi
(g) Kelengkapan pemeriksaan penunjang
(2) Alat, Bahan dan Obat :
(a) Epidural set (1 buah)
(b) Hipafix sebagai fiksassi kateter epidural
(c) Lidokain 2 % (4 ampul)
(d) Epinefrin 1:1000 (1 ampul)
(e) Bupivacain 0,5% 20 cc isobarik (1 vial)
(f) Xylocaine 2% 20 cc isobaric (1 vial)
(g) Naropin 7,5% 200cc hypobaric (1 vial)
(h) Spuit 1 cc (1 buah)
(i) Spuit 5 cc (1 buah)
(j) Spuit 3 cc (1 buah)
(k) Spuit 10 cc (1 buah)
(l) Kassa steril (10 lembar)
(m) Doeck steril (1 buah)
(n) Betadine (10 cc)
(o) Efedrine (1 ampul)
(p) Midazolam (1 ampul)
(q) Sulfast atropin 0,25 mg (2 ampul)
(r) Oksigen
(s) Kanula oksigen
(3) Dokter :
(a) Visite perioperatif
(b) Perencanaan kesiapan anestesi dan pasca bedah
Tatalaksana :
(1) Lakukan prosedur premedikasi
(2) Loading menggunakan cairan kristaloid sebanyak 500 cc
(3) Posisikan pasien duduk atau tidur miring
(4) Identifikasi tempat insersi jarum touhy epidural dan berikan penanda
(5) Lakukan tindakan asepsis dan antisepsis pada daerah insersi jarum touhy
(6) Lakukan penyuntikan anestesia local lidocain 2% di tempat insersi
(7) Insersi jarum epidural ditemoat yang telah ditandai dengan teknik ‘Loss Of
Resistance’ atau ‘Hanging Drop’
(8) Tarik penuntun pada jarum touhy dan pastikan LCS tidak keluar
(9) Insersikan kateter epidural menuju ruang epidural melalui jarum touhy
(10) Diberikan anestesi lokal berupa lidocain 2% 60 mg+epineprin 1:200.000
sebagai dosis test untuk mengetahui kemungkinan masuknya obat
anestesia lokal ke intravena maupun ruang sub arachnoid
(11) Fiksasi kateter epidural
(12) Maintance anestesi menggunakan obat anestesi lokal yang disuntikan ke
ruang epidural sesuai dermatom tubuh yang akan di blok dan dapat
dikombinasikan dengan prosedur anestesi spinal atau prosedur anestesi
umum dengan intubasi endotrakheal
(13) Setelah anestesia dinyatakan berjalan, maka operasi bisa dimulai
Pasca tindakan :
(1) Observasi tanda vital di kamar pemulihan
(2) Prosedur terapi oksigen di kamar pemulihan
(3) Atasi komplikasi yang terjadi
c) Anestesi Local
Anastesi lokal yang digunakan di RSAU dr. M. Salamun adalah : senyawa ester
(tetracain Hcl tetes mata), senyawa amida (lidokain, pehacain, bupivacaine),
Lainnya (ethylchloride)
Indikasi :
(1) Bedah minor
(2) Luka kecil
(3) Diagnostik
Jenis Anestesi
Indikasi Tindakan Obat
lokal
Analgesia Endoskopi, kateterisasi saluran Lidokain, Xilokain
topikal kemih, analgesia lokal pada luka spray, pasta/ jelly,
memar, cabut gigi, tindakan tetes mata
diagnostik pada mata tetrakain
Pernafasan Pernafasan
Dapat bernafas dalam dan Batuk 2 Batuk, menangis 2
Dangkal namun pertukaran Udara
1 Pertahankan jalan nafas 1
adekuat
Apnoe atau Obstruksi 0 Perlu bantuan 0
Sirkulasi Kesadaran
Tekanan darah < 20% dari normal 2 Menangis 2
Tekanan darah 20 - 50% dari
1 Bereaksi terhadap rangsang 1
normal
Tekanan darah > 50% dari normal 0 Tidak bereaksi 0
Kriteria Nilai
Jika jumlahnya > 8, Pasien dapat di Jika Bromage Score 2 dapat pindah
pindah ke ruangan ruangan
Bila dari kriterita di atas tidak dapat terpenuhi dalam 6 jam di ruang pemulihan maka
pasien dipindahkan ke ruang intensif (HCU atau ICU).
11) Pasien dapat dipindahkan ke ruang rawat bila sudah sadar penuh dan dapat
berkomunikasi serta sesuai kriteria pemulihan di atas
12) Tim pengelola anestesi bertanggung jawab atas pengeluaran pasien dari ruang pulih