Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI PADA KASUS MASTEKTOMI

OLEH:
DEDE KARMANA (220106272)
EDWAR (220106274)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


PROGRAM SARJANA TERAPAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar

Belakang ..................................................................................................1

B. Rumusan

Masalah .............................................................................................3

C. Tujuan ...........................................................................................................

....3

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Mastektomi ..........................................................................................4

B. Anestesi ...........................................................................................................10

C. Asuhan Keperawatan Anestesi Mastektomi .....................................................19

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .....................................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................41

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker payudara merupakan ancaman terganas yang banyak

menyerang wanita karena kejadian kanker payudara mengalami

peningkatan, bermula dari benjolan kecil yang kemudian tumbuh tidak

terkendali. Kanker Payudara merupakan keganasan yang berasal dari

kelenjer, saluran kelenjer dan jaringan penunjang tidak termasuk kulit

payudara. Sel kanker payudara dapat tumbuh menjadi tumor sebesar 1 cm

dalam waktu 8-12 tahun, sel tersebut diam di payudara dan tiba-tiba aktif

menjadi tumor ganas atau kanker (Mulyani, 2013).

Kanker payudara yang mengalami peningkatan mengakibatkan

kematian pada wanita, berdasarkan estimasi jumlah kasus dan jumlah

kematian pada wanita menurut American Cancer Society, tercatat 40.450

jiwa akibat kanker payudara (Handayani, 2016).

Prevalensi kanker payudara di Indonesia mengalami peningkatan,

berdasarkan pusat data dan informasi Kementerian Kesehatan tahun 2016

estimasi jumlah kasus baru dan jumlah kematian akibat kanker payudara

tahun 2010-2015 terus mengalami peningkatan yang signifikan setiap

tahunnya, pada tahun 2014 meningkat menjadi 1.290 kasus baru dengan

kematian 227 dan pada tahun 2015 menurun menjadi 1.114 kasus baru dan

meningkatnya kematian berjumlah 241. Estimasi jumlah penderita kanker

payudara di Sumatera Barat sebanyak 2.285 orang dan prevalensi yang

1
sudah di diagnosis dokter 0,9% (Kemenkes RI, 2016). Di Kota Padang

pada tahun 2016 tercatat penderita kanker payudara mencapai 438 jiwa

(Dinkes, 2016).

Kejadian kanker payudara mengalami peningkatan karena

kebanyakan dari wanita datang terlambat untuk melakukan pengobatan.

Kejadian ini menjadi keresahan tersendiri bagi wanita karena menurut

DVM et al. (2011) 68,6% wanita dengan kanker payudara berobat ke

dokter pada stadium lanjut lokal (IIIa dan IIIb), sedangkan stadium dini

(stadium I dan II) hanya 22,4%. Ini berarti banyak wanita yang

memeriksakan kesehatannya pada saat kanker payudara yang dideritanya

sudah parah.

Usaha yang dapat dilakukan wanita untuk menyembuhkan

penyakitnya dengan melakukan pengobatan. Jenis pengobatan yang dapat

dilakukan yaitu dengan pengobatan kemoterapi, radiasi dan tindakan

pembedahan. Tata laksana kanker payudara bertujuan mencegah terjadinya

kekambuhan dari kalenjer payudara, aksila dan metastasis jauh. Untuk

mencegah metastasis jauh dilakukan usaha pemberian kemoterapi, terapi

hormonal dan lain, sedangkan untuk mencegah terjadinya kekambuhan

lokal dan regional yaitu melalui teknik pembedahan dan radioterapi. Pada

stadium dini maka pembedahan yang dilakukan secara BCT ( Breast

Conservating Surgery), sedangkan stadium lanjut tindakan

pembedahannya dilakukan secara MRM (Mastektomi Radikal

Termodifikasi) sampai mastektomi radikal klasik (Harahap, 2015).

2
Penatalaksanaan pada pasien kanker payudara yang sering

digunakan adalah mastektomi (Kartikawati, 2013). Salah satu jenis

tindakan mastektomi adalah Modified Radical Mastectomy (MRM). MRM

adalah operasi pengangkatan seluruh payudara, yang terdiri dari seluruh

stroma dan parenkim payudara, areola dan puting susu serta kulit diatas

tumornya disertai diseksi kelenjar getah bening aksila ipsilateral level I,

II,III tanpa mengangkat pektoralis major dan minor (Kartikawati, 2013).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, dapat merumuskan

suatu masalah bagaimana penatalaksanaan asuhan keperawatan anestesi

pada kasus mastektomi.

C. Tujuan

Untuk mengetahui penatalakasanan asuhan keperawatan anestesi

pada kasus mastektomi,

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Mastektomi

1. Definisi

Mastektomi merupakan pembedahan yang di lakukan untuk

mengangkat payudara (Pamungkas, 2011). Mastektomi adalah operasi

pengangkatan payudar baik itu sebagian atau seluruh payudara (Suyatno &

Pasaribu, 2010). Mastektomi adalag pemotongan melintang dan

pengangkatan jaringan payudara dari tulang selangka (superior) ke batas

depan latissimus dorsi (lateral) ke rectus sheath (inferior) dan midline

(medial).

2. Syarat – Syarat Tindakan Mastektomi

Menurut Black dan Hawks (2014), mastektomi adalah terapi pilihan

jika terpenuhi hal-hal berikut :

a. Tumor meliputi seluruh putting-aerola

b. Tumor lebih besar 7 cm

c. Tumor memperlihatkan penyakit intraductal eksentif yang meliputi

beberapa kuadran payudara

3. Jenis-Jenis Mastektomi

Pengobatan atau terapi yang bisa di lakukan untuk mengatasi

kanker payudara antara lain pemberian kemoterapi (sitostatika), radio

terapi (penyinaran), hormone dan operasi pengangkatan payudara

(mastektomi). Tipe mastektomi dan penangan kanker payudara bergantung

4
pada beberapa faktor, yakni usia, kesehatan secara menyeluruh, status

menopause, dimensi tumor, tahapan tumor dan seberapa luas

penyebarannta, stadium tumor, apakah telah mencapai simpul limfe atau

belum (Pamungkas, 2011). Setelah mengetahui faktor penentu di

lakukannya jenis mastektomi tertentu, maka berikut ini adalah beberapa

jenis mastektomi yaitu :

a. Mastektomi Preventif

Mastektomi preventif di sebut juga prophylactic mastectomy.

Pembedahan di lakukan pada wanita yang mempunyai resiko tinggi

terkena kanker payudara akibat faktor genetika atau resiko keturunan

kanker payudara. Operasi ini dapat berupa total mastektomi,

pengangkatan seluruh payudara dan puting arau subcutaneous

mastectomy, pengangkatan payudara tetapi puting tetap di

pertahankan.

b. Mastektomi Sederhana atau total ( simpe or total mastectomy

Mastektomi sederhana atau total di lakukan dengan mengangkat

payudara berikut kulit dan putingnya, namun simpul limfe tetap di

pertahankan.

c. Mastektomi Radikal bermodifikasi (modified radical mastectomy)

Mastektomi radikal bermodifikasi adalah pengangkatan seluruh

payudara beserta simpul limfe di bawah ketiak, sedangkan otot

pectoral (mayor dan minor), akan di pertahankan kulit dada dapat di

5
angkat dan bisa pula di pertahankan, kemudian di ikuti dengan

rekontruksi payudara jika di inginkan.

d. Mastektomi Radikal

Mastektomi radikal adalah pengangkatan seluruh kulit payudara ,

otot di bawah payudara serta simpul limfe (getah bening).

e. Mastektomi Parsial atau Segmental (Lumpektomi)

Mastektomi parsial atau segmental dapat di lakukan pada wanita

dengan kanker payudara stadium I dan II. Mastektomi parsial adalah

terapi penyelamatan payudara atau breast conserving therapy yang

akan mengangkat bagian payudara dimana tumor berada, prosedur ini

biasanya akan di ikuti oleh terapi radiasi untuk mematikan sel kanker

pada jaringan payudara yang tersisa.

f. Kuadrantomi (Quadrantomy)

kuadrantomi adalah varian lain dari mastektomi parsial.

Mastektomi jenis ini akan mengangkat seperempat bagian payudara,

termasuk kulit dan jaringn konektif. Pengangkatan beberapa atau

seluruh simpul limfe akan di lakukan dengan prosedur terpisah, dengan

penyayatan simpul bawah ketiak dan biopsi simpul sentinel.menurut

(El Manan, 2011) jenis-jenis mastektomi ada 3 yaitu :

1) Mastektomi simplek, pengangkatan seluruh jaringan payudara

tetapi otot bawah payudara di biarkan utuh dan di sisakan kulit

yang cukup untuk menutup luka bekas operasi. Prosedur ini di

gunaka n untuk mengobati kanker invasive yang telah menyebar ke

6
dalam saluran air susu. Bila di lakukan pembedahan breast

conserving maka kanker akan sering sekali kambuh.

2) Mastektomi simplek dan diseksi kelenjar getah bening ataupun

modifikasi mastektomi radikal, pengangkatan seluruh jaringan

payudara dengan menyisakan otot dan kulit, serta pengangkatan

getah bening ketiak.

3) Mastektomi radikal, pengangkatan seluruh payudara, otot dada dan

jaringan lainnya diangkat.

Menurut (Olfah, Mendri & Badi’ah, 2013), jenis-jenis mastektomi adalah :

a. Lumpektomi

Lumpektomi adalah pemotongan kecil dan pengangkatan benjolan

serta kira-kira 1-2 cm jaringan yang sehat. Hanya bisa di lakukan jika

benjolannya kecil.

b. Mastektomi Sebagian

Mastektomi sebagian berarti pengangkatan benjolamm dan lebih

dari seperempat payudara.

c. Mastektomi Total

Mastektomi total yaitu pengangkatan seluruh payudara yang

tertinnggal hanya otot-otot dada dan benjolan getah bening.

d. Mastektomi Radikal

Mastektomi radikal adalah pengangkatan benjolan getah benig

yang ada di ketik, otot dada dan dalam suatu mastektomi yang di

perluas atau mastektomi superadikal, simpil getah bening dalam

7
payudara juga. Operasi ini telah di gantikan oleh mastektomi radikal

yang telah di modifikasi.

e. Mastektomi Subkutaneus

Pengangkatan payudara di bawah kulit dan di lakukan dengan

memakai implantasi silikon.

4. Rekontruksi Payudara post op mastektomi

Rekontruksi payudara adalah jenis pembedahan bagi wanita yang

telah menjalani pengangkatan payudara. Pembedahan dilakukan untuk

membuat payudara kembali seperti sebelumnya. Baik dalam bentuk atau

ukuran. Putting dan aerola juga bisa di tambahkan. Tujuan di lakukannya

rekontruksi payudara adalah :

a. Menjadikan payudara seimbang ketika menggunakan bra

b. Mendapatkan kembali kontur payudara secara permanen

c. Menghindari upaya prosthesis (upaya menyesuaikan diri dengan bra

eksternnal)

d. Meningkatkan rasa percaya diri sehingga dapat meningkatkan tingkat

kehidupan sosial

Rekontruksi dapat dilakukan secara bersamaan setelah mastektomi

atau bisa di lakukan di kemudian hari. Rekontruksi segera di lakukan saat

yang sama setelah mastektomi di laksanakan. Keuntungannya adalah jika

jaringan dada tidak akan ikut rusak pada saat menjalani terapi radiasi

terhadap area dada setelah mastektomi. Namun, terapi radiasi yang di

8
berikan setalah pembedahan rekontruksi payudara bisa menyebabkan

komplikasi.

Rekontruksi payudara bisa menggunakan implant silikon atau

salin, maupun jaringan yang di ambil daro bagian tubuh yang lain atau

kombinasi keduanya. Penutup jaringan tersebut adalah bagian dari kulit,

lemak dan otot yang di ambil dari punggung, perut, atau area lain pada

tubuh untuk di pasang di area dada.

5. Dampak post op mastektomi

Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara, dimana di

lakukan pembedahan untuk mengangkat sebagian atau keseluruhan

payudara yang terserang kanker payudara. Pembedahan paling utama di

lakukan pada kanker payudara stadium I dan stadium II. Pembedahan juda

dapat bersifat kuratif (menyembuhkan) maupun paliatif (menghilangkan

gejala-gejala penyakit). Dampak dari operasi mastektomi dapat

menghambat perkembangan sel kanker dan umumnya mempunyai taraf

kesembuhan 85% - 87%. Namun penderita akan kehilangn sebagian atau

seluruh payudara hal tersebut juga berdampak pada psikologis pasien

karena adanya rasa kehilang dan perubahan bentuk atau struktur pada

payudaranya. Reaksi psikis positif yang dapat muncul adalah menurunnya

self confidence (kepercayaan diri) sebagai perempuan karena kehilangan

payudara, stress, atau depresi ( Black dan Hawks, 2014 ).

9
B. Anestesi

1. Konsep General Anestesi

a. Definisi Anestesi Umum

Anestesi umum yaitu meniadakan nyeri secara sentral disertai

hilangnya kesadaran dan bersifat reversible. Dalam memberikan obat-

obat anestesi pada penderita yang akan menjalani operasi maka perlu

diperhatikan tujuannya yaitu sebagai premedikasi, induksi,

maintenance, dan lain-lain.

Anestesi umum meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya

kesadaran dan bersifat pulih kembali (reversibel). Komponen anestesi

yang ideal terdiri dari :

1) Hipnotik

2) Analgesia

3) Relaksasi otot.

Obat anestesi yang masuk ke pembuluh darah atau sirkulasi

kemudian menyebar ke jaringan. Yang pertama terpengaruh oleh obat

anestesi ialah jaringan kaya akan pembuluh darah seperti otak,

sehingga kesadaran menurun atau hilang, hilangnya rasa sakit, dan

sebagainya. Seseorang yang memberikan anestesi perlu mengetahui

stadium anestesi untuk menentukan stadium terbaik pembedahan itu

10
dan mencegah terjadinya kelebihan dosis. Tanda-tanda klinis anestesia

umum (menggunakan zat anestesi yang mudah menguap):

1) Stadium I : analgesia dari mulainya induksi anestesi hingga

hilangnya kesadaran.

2) Stadium II : excitement, dari hilangnya kesadaran hingga

mulainya respirasi teratur, mungkin terdapat batuk, kegelisahan

atau muntah.

3) Stadium III : dari mulai respirasi teratur hingga berhentinya

respirasi.

Dibagi 4 plane:

a) Plane 1 : dari timbulnya pernafasan teratur hingga berhentinya

pergerakan bola mata.

b) Plane 2 : dari tidak adanya pergerakan bola mata hingga

mulainya paralisis interkostal.

c) Plane 3 : dari mulainya paralisis interkostal hingga total

paralisis interkostal.

d) Plane 4 : dari kelumpuhan interkostal hingga paralisis

diafragma.

4) Stadium IV : overdosis, dari timbulnya paralysis diafragma hingga

cardiac arrest.

Dalam memberikan obat-obatan pada penderita yang akan

menjalani operasi maka perlu diperhatikan tujuannya yaitu sebagai

premedikasi, induksi, maintenance, dan lain-lain.

11
2. Persiapan Pra Anastesi

Kunjungan pra anestesi pada pasien yang akan menjalani operasi dan

pembedahan baik elektif dan darurat mutlak harus dilakukan untuk

keberhasilan tindakan tersebut. Adapun tujuan pra anestesi adalah :

a. Mempersiapkan mental dan fisik secara optimal.

b. Merencanakan dan memilih teknik serta obat-obat anestesi yang sesuai

dengan fisik dan kehendak pasien.

c. Menentukan status fisik dengan klasifikasi ASA (American Society

Anesthesiology):

1) ASA I : Pasien normal sehat, kelainan bedah terlokalisir, tanpa

kelainan faali, biokimiawi, dan psikiatris. Angka mortalitas 2%.

2) ASA II : Pasien dengan gangguan sistemik ringan sampai dengan

sedang sebagai akibat kelainan bedah atauproses patofisiologis.

Angka mortalitas 16%.

3) ASA III : Pasien dengan gangguan sistemik berat sehingga

aktivitas harian terbatas. Angka mortalitas 38%.

4) ASA IV : Pasien dengan gangguan sistemik berat yang mengancam

jiwa, tidak selalu sembuh dengan operasi. Misal : insufisiensi

fungsi organ, angina menetap. Angka mortalitas 68%.

5) ASA V : Pasien dengan kemungkinan hidup kecil. Tindakan

operasi hampir tak ada harapan. Tidak diharapkan hidup dalam 24

12
jam tanpa operasi / dengan operasi. Angka mortalitas 98%. Untuk

operasi cito, ASA ditambah huruf E (Emergency) tanda darurat.

3. Premedikasi Anastesi

Premedikasi adalah pemberian obat-obat tertentu sebelum tindakan

anestesi, untuk membantu induksi anestesi, pemeliharaan, dan pemulihan

yang baik. Tujuan premedikasi adalah:

a. Mengurangi kegelisahan atau kecemasan

b. Mengurangi sekresi saliva

c. Mencegah refleks-refleks yang tidak diinginkan

d. Sebagai bagian dari anestesi :

1) Memudahkan induksi anestesi

2) Mengurangi dosis obat yang diperlukan untuk anestesi

e. Menghasilkan amnesia

f. Menghasilkan analgesia

g. Mencegah muntah post-operatif

Cara pemberian obat premedikasi:

a. Intravena (IV) : 5-10 menit sebelum anestesi/operasi

b. Intramuskuler (IM) : ½ - 1 jam sebelum anestesi/operasi

c. Per Oral : Malam sebelum operasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian obat premedikasi:

a. Umur

1) Anak-anak perlu obat sedatif

2) Dosis obat untuk anak dan manula kurang dari pada dewasa muda

13
b. Berat Badan

1) Dosis untuk anak dan bayi tergantung berat badan

c. Keadaan Fisik dan Psikis Penderita

1) Penderita febris jangan diberikan sulfas atropin

2) Penderita sakit berat dosis obat dikurangi

3) Penderita gelisah berikan obat sedatif

d. Tehnik Anestesi dan Pembedahan

1) Sectio caesaria, obat sedatif dihindarkan

2) Bedah otak, narkotik-analgetik dihindarkan kecuali dengan tehnik

anastesi balance

Jenis Obat Premedikasi:

a. Golongan Sedatif

1) Benzodiazepine

2) Diazepam

3) Midazolam

b. Golongan Narkotik-analgetik

1) Opium alkaloid : Morphine

2) Sintetik : Fentanyl, Meperidine ( Petidin )

c. Golongan Antikolinergik

1) Sulfas Atropin

2) Skopolamin

d. Golongan Neuroleptik : Droperidol ( dehydrobenzperidol )

4. Induksi Anestesi

14
Induksi anestesi adalah tindakan untuk membuat pasien dari sadar

menjadi tidak sadar, sehingga memungkinkan dimulainya anestesi dan

pembedahan. Induksi anestesi dapat dikerjakan secara intravena, inhalasi,

intramuskular atau rectal. Setelah pasien tidur akibat induksi anestesi

langsung dilanjutkan dengan pemeliharaan anestesia sampai tindak

pembedahan selesai. Sebelum memulai induksi diperlukan persiapan,

sehingga seandainya terjadi keadaan gawat dapat diatasi dengan lebih

cepat dan lebih baik.

5. Inhalasi ( Pemeliharaan)

Obat – obatan inhalasi diberikan sebagai uap melalui saluran nafas.

Keuntungannya adalah absorpsi yang cepat melalui paru – paru.

Pemberiannya mudah dipantau dan bila perlu setiap waktu dapat

dihentikan. Obat anestesi inhalasi umumnya digunakan untuk memelihara

anestesi.

6. Intubasi Endotracheal

Intubasi endotrakheal adalah tindakan untuk memasukan pipa

endostracheal kedalam trachea. Tujuannya adalah pembebasan jalan nafas,

pemberian nafas buatan dengan bag and mask, pemberian nafas buatan

secara mekanik (respirator) memungkinkan pengisapan secret secara

adekuat, mencegah aspirasi asam lambung dan pemberian oksigen dosis

tinggi.

15
Gambar 1. Intubasi Endotrakeal

Komplikasi intubasi endotrakeal adalah:

a. Ringan : Tenggorokan serak, kerusakan pharyng, muntah, aspirasi,

gigi copot/ rusak.

b. Serius : Laryngeal edema, obstruksi jalan nafas, rupture trachea,

perdarahan hidung, fistula trcheoesofagal granuloma, memar,

laserasi akan terjadi dysponia dan dyspagia, bradi kardi, aritmia,

sampai dengan cardiac arrest.

Penyulit intubasi endotrakeal adalah:

a. Leher pendek

b. Fraktur servical

c. Rahang bawah kecil

d. Osteoarthritis temporo mandibula joint

e. Trismus

f. Ada masa difaring dan laring

Persiapan pasien dan alat intubasi endotrakeal adalah:

16
Gambar 2. Alat Intubasi Endotrakeal

a. Persiapan pasien.

1) Beritaukan pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.

2) Minta persetujuan keluarga/ informed consent

3) Berikan support mental

4) Hisap cairan atau sisa makanan dari naso gastric tube

5) Yakinkan pasien terpasang IV line dan infuse menetes dengan

lancer

b. Persiapan alat.

1) Bag and mask + slang 02 dan 02

2) Laryngoscope lengkap dengan blade sesuai ukuran pasien dan

lampu harus menyala dengan terang

3) Alat-alat untuk suction (yakinkan berfungsi dengan baik)

4) Xillocain jelli/ xyllocain spraydan ky jelli

5) Naso/ orotracheal tube sesuai ukuran pasien : Laki-laki dewasa

no 7, 7.5, 8. Perempuan dewasa no 6.5, 7, 7.5

6) Anak-anak usia (dalam tahun) + 4 dibagi 4

17
7) Konektor yang cocok dengan tracheal tube yang disiapkan

8) Stilet/ mandarin

9) Magyll forcep

10) Oropharingeal tube (mayo tube)

11) Stethoscope

12) Spuit 10 cc untuk mengisi cuff

13) Flester untuk fiksasi

14) Gunting bantal kecil setinggi 12 cm

c. Perawatan intubasi adalah:

1) Fiksasi harus baik

2) Gunakan oropharing air way ( guedel )pada pasien yang tidak

kooperatif

3) Hati-hati pada waktu mengganti posisi pasien

4) Jaga kebersihan mulut dan hidung

5) Jaga patensi jalan nafas

6) Pantau tekanan balon

7) Observasi tanda-tanda vital dan suara paru-paru

8) Lakukan fisioterapi nafas tiap 4 jam

9) Lakukan suction setiap fisioterapi nafas dan sewaktu-waktu

bila ada suara lender

10) Yakinkan bahwa posisi konektor dalam posisi baik

11) Cek blood gas untuk mengetahui perkembangan

18
12) Lakukan foto thorak segera setelah intubasi dan dalam waktu-

waktu tertentu

13) Air dalam water trap harus sering terbuang

14) Pipa endotraceal tube ditandai diujung mulut/ hidung

C. Asuhan Keperawatan Anestesi Mastektomi

Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk

menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan

pengalaman pembedahan pasien. Istilah perioperatif adalah suatu istilah

gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan, yaitu

preoperatif phase (pra operasi), intraoperative phase (intra operasi) dan post

operative phase (pasca operasi).

Tahap- tahap di dalam keperawatan perioperatif :

a. Fase pra operasi

Fase pra operasi dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan

intervensi bedah dan diakhiri ketika pasien berada di meja operasi

sebelum pembedahan dilakukan. Lingkup aktivitas keperawatan

selama waktu tersebut dapat mencakup pengkajian dasar pasien di

Rumah Sakit, wawancara pra operasi dan menyiapkan pasien untuk

anestesi yang diberikan dan pembedahan.

19
Bagi perawat anestesi, perawatan pra anestesi dimulai saat pasien

berada di ruang perawatan, atau dapat juga dimulai pada saat pasien

diserah terimakan di ruang operasi dan berakhir saat pasien

dipindahkan ke meja operasi. Tujuan perawatan pra operasi:

1) Menciptakan hubungan yang dengan pasien, memberikan

penyuluhan tentang tindakan anestesi.

2) Mengkaji, merencanakan dan memenuhi kebutuhan pasien.

3) Mengetahui akibat tindakan anestesi yang akan dilakukan

4) Mengantisipasi dan menanggulangi kesulitan yang mungkin

timbul.

Dalam menerima pasien yang akan menjalani tindakan anestesia,

perawat anestesi wajib memeriksa kembali data dan persiapan anestesi,

diantaranya:

1) Memeriksa:

a) Identitas pasien dan keadaan umum pasien.

b) Kelengkapan status / rekam medik

c) Surat persetujuan operasi dari pasien / keluarga

d) Data laboratorium, rontgen, EKG, dan lain- lain.

e) Gigi palsu, lensa kontak, perhiasan, cat kuku, lipstik

dan lain – lain.

2) Mengganti baju pasien dengan baju operasi.

3) Membantu pasien untuk mengosongkan kandung kemih.

20
4) Mencatat timbang terima pasien serta catatan medis lainnya

yang menjdai pendukung data saat pasien akan dioperasi.

Perawat anestesi juga bertugas memberikan pre medikasi

berdasarkan instruksi Dokter Spesialis Anestesi atau dokter lain

yang berwenang. Hal – hal yang harus diperhatikan adalah:

1) Memeriksa kembali nama pasien sebelum memberikan obat.

2) Mengetahui riwayat penyakit yang pernah di derita

3) Mengetahui riwayat alergi terhadap obat- obatan

4) Memeriksa fungsi vital (tensi, nadi, suhu, pernafasan) sebelum

memberikan premedikasi dan sesudahnya.

Proses Keperawatan:

1) Pengkajian

Persiapan praoperasi

a) Persiapan fisik meliputi:

 Status kesehatan Fisik Umum

Pemeriksan kesehatan fisik secara umum ada 5 tahapan

yaitu:

- Identitas pasien

21
Pada identitas pasien, hal- hal yang harus dicatat

meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin,

pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, status,

keluhan penyakit dan siapa yang akan bertanggung

jawab pada biaya pengoperasian pasien nantinya.

- Riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu

Selain mencatat identitas pasien, data tentang

riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu pasien

juga perlu diketahui. Hal itu bertujuan untuk

memudahkan dalam proses meningkatkan koping

pasien.

- Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat tentang kesehatan keluarga juga penting,

karena bisa saja penyakit yang diderita pasien

menjadi salah satu faktor penyebab akibat penyakit

keturunan yang diderita keluarganya.

- Pemeriksaan fisik lengkap

Pada pemeriksaan fisik lengkap data yang harus

dicatat meliputi:

 Vital sign

 Analisi darah

 Radiologi

 Status kardiovaskuler

22
 Fungsi kardiovaskuler

 Fungsi Endokrin

 Fungsi imunologi

- Kondisi fisiologi pasien

Kondisi pasien juga menentukan apakah pasien

layak untuk dioperasi atau tidak. Pasien diharapkan

mempunyai stamina yang baik dimana pasien

dianjurkan istirahat dan tidur yang cukup bertujuan

agar pasien tidak mengalami stress fisik dan selain

itu tubuh pasien akan menjadi lebih rileks.

 Status nutrisi

Hal- hal yang dapat dicatat pada status nutrisi yaitu:

- Mengukur tinggi dan berat badan pasien

- Mengukur kadar protein darah (albumin dan

globulin

- Mengukur lingkar lengan atas

Pengukuran tersebut dilakukan sebelum pembedahan

untuk mengoreksi apakah pasien mengalami defisiensi

nutrisi atau tidak Jika pasien mengalami defisiensi

nutrisi segera beri asupan nutrisi yang cukup. Hal itu

bertujuan agar protein yang cukup nantinya dapat

memperbaiki jaringan.

 Keseimbangan cairan dan elektrolit

23
Cairan dan elektrolit pasien harus dalam keadaan yang

normal, dimana yang perlu diperhatikan yaitu intake

cairan yang masuk ketubuh pasien harus sama dengan

output cairan yang dikeluarkan pasien. Cara mengukur

intake dan output tubuh pasien adalah sebagai berikut:

- Intake

Pengukuran intake dapat diukur dengan mencatat

berapa banyak cairan (cc) yang masuk melalui oral

maupun intravena.

- Output

Cairan yang dikeluarkan bisa melaui urine, keringat

dan uap air pada pernafasan.

 Pengosongan lambung dan colon

Intervensi keperawatan yang diberikan diantaranya

pasien dipuasakan yaitu berkisar antara 7 -8 jam. Hal

itu bertu)uan untuk menghindari aspirasi (masuknya

cairanlambung ke paru- paru dan menghindari

kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga

menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan.

Jika pada pasien yang membutuhan pengoperasian

segera maka dapat dilakukan dengan cara pemasangan

NGT (Naso Gastric Tube)

 Personal hygiene

24
Sebelum melakukan pembedahan ada baiknya

memperhatikan personal hygine pasien yaitu dengan

cara memandikan pasien dan membersihkan bagian

tubuh yang akan dioperasi. Hal itu bertujuan agar

kuman atau bakteri yang melekat pada tubuh menjadi

berkurang atau bahkan mati dan itu merupakan salah

satu cara menjaga kesterilan sehingga mengurangi

resiko terinfeksi terhadap daerah yang dioperasi.

 Pencukuran daerah operasi

Pencukuran pada daerah operasi bertujuan untuk

menghindari terjadinya infeksi pada daerah yang akan

dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak

dicukur dapat menjadi tempat persembunyian kuman

dan juga dapat menghambat proses penyembunhan dan

perawatan luka. Sering kali pasien diberikan

kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa

lebih nyaman.

 Pengosongan kandung kemih

Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan

melakukan pemasangan kateter. Selain itu pengosongan

isi bladder tindakan kateterisasi juga diperlukan untuk

mengobservasi keseimbangan cairan.

25
Kondisi fisiologis akan mempengaruhi proses

pembedahan.

b) Persiapan mental, diperlukan karena:

Persiapan mental tidak kalah pentingnya dalam proses

persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau

labih dapat mempengaruhi terhadap kondisi fisiknya

dimana tindakan pembedahan merupakan ancaman

potensial maupun aktual yang dapat membangkitkan reaksi

stress fisiologis dan psikologis. Adapun penyebab

kecemasan pasien menghadapi pembedahan yaitu:

- Takut terhadap nyeri yang akan dialami

- Takut terhadap keganasan

- Takut menghadapi ruang operasi dan alat bedah

- Takut operasi gagal dan cacat

- Takut meninggal di meja operasi.

Hal - hal yang perlu digali untuk mengantisipasi masalah

kecemasan pasien antara lain:

 Pengalaman operasi pasien

 Pengertian pasien tentang tujuan operasi

Peran perawat membantu pasien mengetahui

tentang tindakan- tindakan yang akan di alami

pasien sebelum melakukan operasi, memberikan

informasi pada pasien tentang waktu operasi dan

26
hal- hal yang akan dialami pasien selama proses

operasi. Dengan mengetahui berbagai informasi

selama operasi maka diharapkan pasien menjadi

lebih siap menghadapi operasi.

 Pengetahuan pasien tentang kondisikamar operasi

Peran perawat memberikan informasi tentang

kondisi kamar operasi dengan menujukkan kamar

yang akan dijadikan ruangan untuk pembedahan

pasien.

c) Pendidikan Praoperatif

Pada persiapan ini pasien diberikan pendidikan berupa

pendidikan tentang langkah- langkah prosedur dan harus

mencakup sensasi yang akan pasien alami seperti

memberitahu pasien hanya medikasi praoperatif yang akan

membuatnya rileks sebelum operasi tidaklah seefektif bila

menyebutkan juga bahwa medikasi tersebut dapat

mengakibatkan kepala terasa melayang dan mengantuk.

Terdapat 2 cara medikasi praoperatif yaitu:

 Latihan nafas dalam

Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien

untuk mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat

membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih

mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat

27
meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini

juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan

oksigenasi darah setelah anastesi umum.

 Latihan batuk efektif

Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan bagi

klien terutama klien yang mengalami operasi

dengan ansietas general. Karena akan mengalami

pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi

terantesi. Sehingga ketika sadar pasien akan

mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan.

Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan.

Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien

stelah operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret

tersebut.

 Perubahan posisi dan gerakan tubuh aktif

 Kontrol dan medikasi nyeri

 Kontrol kognitif

 Pemeriksaan penunjang

d) Pemeriksaan penunjang

Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil

pemeriksaan penunjang, maka dokter tidak memungkinkan

bisa menentukan tindakan operasi yang harus dilakukan

28
pada pasien. Adapun yang meliputi pemeriksaan penunjang

antara lain:

- Hasil pemeriksaan radiologi:

 Thorax foto, foto abdomen

 USG

 CT Scan

 BOF, IVP

 ECK, ECHO

- Hasil pemeriksaan laboratorium:

 Hemoglobin

 Angka leukosit

 Limfosit

 Jumlah trombosit

 Protein total (albumin dan globulin)

 Elektrolit (kalium, natrium, chlorida

 Sreum kreatinin

 Pemeriksaan kadar gula darah

- Biopsi

Tindakan operasi berupa pengambilan bahan

jaringan tubuh untuk memastikan penyakit pasien

sebelum dioperasi

- Informed consent

29
Informed consent merupakan suatu pernyataan

tertulis yang dibuat secara sadar dan sukarela dari

pasien diperlukan sebelum surat pembedahan

dilakukan. Disini tanggung jawab perawat adalah

memastikan informed consent telah didapat sukarela

dari pasien olehd okter.

- Pemeriksaan status anestesi

Pemeriksaan status fisik untuk dilakukan pembiusan

dilkukan untuk keselamatan pasien selama

pembedahan. sebelum dilakukan anastesi demi

kepentingan pembedahn, pasien akan mengalami

pemeriksaan status fisik yang diperlukan untuk

menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri

pasien.

2) Diagnosa keperawatan pra operasi

Diagnosa keperawatan pada fase pra operasi adalah:

- Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar

informasi prosedur operasi dan anestesi.

Adapun intervensi yang bisa dilakukan adalah:

Tujuan dan kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan

keperawatan dalam waktu 1 jam tingkat ansietas menurun,

dengan kriteria hasil:

30
1. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang di hadapi

menurun

2. Perilaku gelisah menurun

3. Perilaku tegang menurun

4. Frekuensi pernafasan menurun

5. Frekuensi nadi menurun

6. Tekanan darah menurun

7. Diaforesis menurun

b. Fase Intra operasi

Fase inta operasi dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke

meja operasi dan berakhir saat pasien di pindahkan ke ruang

pemulihan (recovery room). Pada fase ini ruang lingkup aktivitas

keperawatan mencakup pemasangan intravena kateter, pemberian

medikasi intravena, melakukan pemantauan kondisi menyeluruh

sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.

Perawatna selama anestesi dimulai sejak pasien berada diatas meja

operasi sampai dengan pasien dipindahkan ke ruang pulih sadar.

Tujuan :

Mengupayakan fungsi vital pasien selama anestesi berada dalam

kondisi optimal agar pembedahan dapat berjalan lancar. Sebelum

dilakukan tindakan anestesi, perawat anestesi wajib:

1) Melakukan pemeriksaan kembali nama pasien, data, diagnosa

dan rencana operasi

31
2) Mengenalkan pasien kepada dokter Spesialis anestesi, dokter

bedah, dokter asistan, dan perawat instrumen.

3) Memberikan dukungan moril, menjelaskan tindakan induksi

yang akan dilakukan dan menjelaskan fasilitas yang ada di

sekitas meja operasi.

4) Memasang alat – alat pemantau (tensimeter, ECK, dan alat

lainnya sesuai kebutuhan).

5) Mengatur posisi pasien bersama-sama perawat bedah sesuai

posisi yang dibutuhkan untuk tindakan pembedahan.

6) Mendokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan.

Selama tindakan anestesi perawat anestesi wajib:

1) Mencatat semua tindakan anestesi

2) Berespon dan mendokumentasikan semua perubahan fungsi

vital tubuh pasien selam anestesi / pembedahan. Pemantauan

meliputi sistem pernafasan, sirkulasi, suhu, keseimbangan

cairan, perdarahan dan produksi urine dan lain- lain.

3) Berespon dan melaporkan pada dokter Spesialis Anestesi bila

terdapat tanda- tanda kegawatan fungsi vital tubuh pasien agar

dapat dilakukan tindakan segera.

4) Melaporkan kepada dokter yang melakukan pembedahan

tentang perubahan fungsi vital tubuh pasien dan tindakan yang

diberikan selama anestesi.

32
5) Mengatur dosis obat anestesi atas pelimpahan wewenang

dokter.

6) Menanggulangi keadaan gawat darurat.

Pengakhiran anestesi:

a. Memantau tanda- tanda vital secara lebih intensif

b. Menjaga jalan nafas supaya tetap bebas

c. Menyiapkan alat-alat dan obat- obat untuk pengakhiran

anestesi dan atau ekstubasi

d. Melakukan pengakhiran anestesi dan atau ekstubasi sesuai

dengan kewenangan yang diberikan.

Proses Keperawatan:

1) Pengkajian

Gunakan data dari pasien dan catatan pasien untuk

mengidentifikasi variable yang dapat mempengaruhi perawatan

dan yang berguna sebagai pedoman untuk mengembangkan

rencana perawatan pasien individual.

a) Identifikasi pasien

b) Validasi data yang dibutuhkan dengan pasien

c) Telaah catatan pasien:

- Informed concenst yang benardan tanda tangan pasien

- Kelengkapan catatan riwayat kesehatan dan

pemeriksaan fisik

- Hasil pemeriksaan diagnostik

33
- Kelengkapan riwayat dan pengkajian kesehatan

pasien

- Cheklist operasi

d) Lengkapi pengkajian keperawatan praoperatif segera

- Status fisiologis (tingkat kesadaran)

- Staus psikososial (tingkat ansietas)

- Status fisik (tempat operasi, kondisi kulit dan

efektivitas persiapan, pencukuran, atau obat

penghilang rambut, sendi tidak bergerak).

2) Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada fase intra operasi:

- Gangguan ventilasi spontan

- Resiko perdarahan

- Hipotermi

Adapun intervensi yang bisa dilakukan adalah:

Tujuan dan kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan

keperawatan dalam waktu 60 menit ventilasi spontan

meningkat, dengan kriteria hasil:

 Volume tidal meningkat

 Apneu menurun

Intervensi yang dilakukan:

Manajemen Jalan Nafas:

 Observasi

34
1. Monitor pola nafas (frekuensi, kedaaman , usaha nafas)

2. Monitor bunyi nafas tambahan (misal. Gurgling, wheezing,

ronchi)

 Terapeutik

3. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head tilt dan

chin lift (jaw thrust jika curiga trauma servikal)

4. Posisikan semi fowler atau fowler

5. Berikan oksigen, jika perlu

Dukungan Ventilasi:

 Observasi

1. Monitor status respirasi dan oksigenasi

 Terapeutik

2. Pertahankan kepatenan jalan nafas

3. Berikan posisi semi fowler atau fowler

4. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan

5. Gunakan bag-valve mask, jika perlu

Manajemen Jalan Nafas Buatan:

 Observasi

1. Monitor posisi selang endotrakeal (ETT), terutama setelah

mengubah posisi

2. Monitor tekanan balon ETT setiap 4-8 jam

 Terapeutik

35
3. Pasang Oropharingeal airway (OPA) untuk mencegah ETT

tergigit

4. Cegah ETT terlipat (kingking)

 Edukasi

5. Jelaskan pasien dan / atau keluarga prosedur pemasangan

jalan nafas buatan

Manajemen Ventilasi Mekanik:

 Observasi

1. Monitor efek ventilator terhadap status oksigenasi

2. Monitor kriteria perlunya penyapihan ventilator

3. Monitor gejala peningkatan pernafasan

4. Monitor kondisi yang meningkatkan konsumsi oksigen

 Terapeutik

5. Sedia bag valve mask di samping tempat tidur pasien untuk

antisipasi malfungsi mesin

 Kolaborasi

6. Kolaborasi pemilihan mode ventilator

7. Kolaborasi pemberian agen pelumpuh otot, analgesik,

sedatif sesuai kebutuhan

c. Fase Pasca Operasi

Fase pasca operasi dimulai dengan masuknya pasien ke ruang

pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada ruang

perawatan bedah atau di rumah. Pada fase ini fokus pengkajian

36
meliputi efek agen atau obat anestesi dan memantau fungsi vital serta

mencegah komplikasi. Aktivitas keperawatan kemudian berfokus pada

peningkatan penyembuhan pasien dan melalukan penyuluhan,

perwatan tindak lanjut dan rujukan yang penting untuk penyembuhan

dan rehabilitasi serta pemulangan pasien.

Proses Keperawatan

1) Pengkajian

Setelah laporan pemindahan dai ruang operasi ke unit

perawatan pasca anastesia perawat unit melakukan pengkajian

awal dan melanjutkan intervensi keperawatan segera. Tindakan

ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang tingkat

kenyamanan dan mental pasien. Dengan mengatahui hal ini,

maka perawat akan lebih gampang menentukan tindakan yang

akan diberikan kepada pasien sesuai kebutuhan pasien.

yang perlu dikaji segera setelah pasien dioperasi:

- Diagnosis medis dan jenis pembedahan yang dilakukan

- Kondisi umum pasien, kepatenan jalan nafas, tanda-

tanda vital

- Anesthetik dan medikasi lain yang digunakan (misal:

narkotik, relaksanotot, antibiotik)

- Segala masalah yang terjadi selama fase pembedahan

yang sekiranya dapat mempengaruhi perawatan pasca

operatif (misal : hemorrhagi, syok, dan henti jantung)

37
- Patologi yang dihadapi (pemberitahuan kepada keluarga

apabila ditemukan adanya keganasan)

- Cairan yang diberikan, kehilangan darah dan

penggantian cairan

- Segala selang, drain, kateter atau alat bantu pendukung

lainnya

- Informasi spesifik tentang siapa ahli bedah atau ahli

anestesi yang akan diberitahu.

- Evaluasi saturasi oksigen dengan oksimetri, pengkajian

nadi

- Evaluasi pernafasan, kedalaman, frakuensi, sifat

pernafasan

- Kaji status kesadaran, warna kulit dan kemampuan

berespon terhadap perintah.

- Kenyamanan: Tipe nyeri, intensitas, dan loksi nyeri,

mual dan muntah dan perubahan posisi yang dibutuhkan

- Psikologi: sifat dari pertanyaan pasien, kebutuhan akan

istirahat, gangguan oleh kebisingan.

- Keselamatan: kebutuhan akan pagar tempat tidur,

drainase selang tidak tersumbat, cairan infuse terpsang

dengan tepat

- Peralatan: diperiksa apakah alat-alat masih berfungsi

dengan baik atau tidak.

38
2) Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada fase pasca operatif

- Nyeri akut

- Nausea

- Hipotermi

Adapun intervensi yang isa dilakukan untuk diagnosa nyeri aku

adalah:

Tujuan dan kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan

keperawatan dalam waktu 2 jam, tingkat nyeri menurun dengan

kriteria hasil:

1. Keluhan nyeri menurun

2. Meringis /menangis menurun

3. Frekuensi nadi membaik (80-95x/menit)

Intervensi:

Manajemen Nyeri

 Observasi

1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri

2. Identifikasi skala nyeri

 Terapeutik

3. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa

nyeri

 Edukasi

39
4. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri

 Kolaborasi

5. Kolaborasi pemberian analgetik

40
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mastektomi merupakan pembedahan yang di lakukan untuk mengangkat

payudara (Pamungkas, 2011). Mastektomi adalah operasi pengangkatan

payudar baik itu sebagian atau seluruh payudara (Suyatno & Pasaribu, 2010).

Asuhan keperawatan anestesi pra, intra, dan post operasi yang maksimal

dapat mengurangi resiko yang tidak diharapkan, yang memungkinkan terjadi

selama tindakan anestesi. Pengetahuan penata anestesi yang memadai terhadap

tindakan asuhan keperawatan anestesi, merupakan bekal bagi penata anestesi

agar asuhan keperawatan yang diberikan tepat guna dengan resiko seminimal

mungkin.

41
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2014). Keperawatan medikal Bedah Brunner & Suddarth. EGC.
Departemen Kesehatan RI. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan.
Carpenito,L.J.(2013). Diagnosa Keperawatan : Aplikasi pada Praktek Klinik (Terjemahan).
Edisi 6. Jakarta: EGC
Drs. H. Syaifuddin, A. (2011). buku anfis (S. K. Monica Ester, Ed.). Penerbit Buku
Kedokteran.
Latief, Said A, dkk. (2010). Petunjuk Praktik Anestesiologi: Edisi Kedua. Jakarta: FKUI
Mangku Gde & Senephati, Tjokorda GA. (2010). Buku Ajar Ilmu Anestesia Reanimasi.
Jakarta: indeks
Jaffe Richard A. Anesthesiologist’s Manual of Surgical Procedures. 5th Ed. Schmiesing C
A, Golianu Breanda. Philadelpia: Lippincott Willian & Walkins, 2014. 820p
Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ, Kleinman W, Nitti GJ, Nitti JT, Raya J, Bedford RF,
Bion JF, Butterworth J, Cohen NH. Clinical anesthesiology. 5th Ed. New York:
McGraw-hill; 2002.
Mangku G, Senapathi TG. Buku ajar ilmu anestesia dan reanimasi. Jakarta: Indeks. 2010.

42

Anda mungkin juga menyukai