BERDUKA
STASE KEPERAWATAN JIWA
Oleh :
Ni Made Cahyani Dama Pratiwi (224291517124)
Ekawati Emila Monawaroh (224291517099)
Dwi Marlena Puspadewi (224291517113)
Clara Ega Ayu Rutiani (224291517116)
Nurhikmah Pratiwi (224291517107)
Novi Andini (224291517109)
Zainah Tamami (224291517110)
Fina Riyanti (224291517108)
Diah Prahesti (224291517125)
B. Rentang Respon
Respon berduka seseorang terhadap kehilangan dapat melalui tahap – tahap
berikut (Menurut Kubler – Ross, dalam Potter dan Perry, 1997). Tahap
pengingkaran : marah, tawar – menawar , depresi, penerimaan
Rentang Respon Emosi
Situasi emosi sebagai respons kehilangan dan berduka seorang individu berada
dalam rentang yang fluktuatif, dari tingkatan yang adaptif sampai dengan
maladaptif.
Adaptif
Maladaptif
Menangis, menjerit, menyangkal,
Diam/tidak menangis
menyalahkan diri sendiri, menawar,
Menyalahkan diri berkepanjangan.
bertanya- tanya.
Rendah diri.
Membuat rencana untuk yang akan
datang. Mengasingkan diri.
Berani terbuka tentang kehilangan. Tak berminat hidup.
2. Menurut Schulz (1978), proses berduka meliputi tiga tahapan, yaitu fase
awal, pertengahan, dan pemulihan.
a. Fase awal
Pada fase awal seseoarang menunjukkan reaksi syok, tidak yakin, tidak
percaya, perasaan dingin, perasaan kebal, dan bingung. Perasan tersebut
berlangsung selama beberapa hari, kemudian individu kembali pada
perasaan berduka berlebihan. Selanjutnya, individu merasakan konflik
dan mengekspresikannya dengan menangis dan ketakutan. Fase ini akan
berlangsung selama beberapa minggu.
b. Fase pertengahan
Fase kedua dimulai pada minggu ketiga dan ditandai dengan adanya
perilaku obsesif. Sebuah perilaku yang yang terus mengulang-ulang
peristiwa kehilangan yang terjadi.
c. Fase pemulihan
Fase terakhir dialami setelah tahun pertama kehilangan. Individu
memutuskan untuk tidak mengenang masa lalu dan memilih untuk
melanjutkan kehidupan. Pada fase ini individu sudah mulai
berpartisipasi kembali dalam kegiatan sosial.
F. Mekanisme Koping
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antara lain : Denial,
Represi, Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, Supresi dan proyeksi yang digunakan
untuk menghindari intensitas stress yang dirasakan sangat menyakitkan. Regresi
dan disosiasi sering ditemukan pada pasien depresi yang dalam. Dalam keadaan
patologis mekanisme koping tersebut sering dipakai secara berlebihan dan tidak
tepat (Prabowo, 2014 : 117 – 118).
1. Denail
Dalam psikologi, terma “denail” artinya penyangkalan dikenakan pada
seseorang yang dengan kuat menyangkal dan menolak serta tak mau melihat
fakta-fakta yang menyakitkan atau tak sejalan dengan keyakinan, pengharapan,
dan pandangan-pandangannya. Denialisme membuat seorang hidup dalam
dunia ilusifnya sendiri, terpangkas dari kehidupan dan nyaris tidak mampu
keluar dari cengkeramannya. Ketika seseorang hidup dalam denial “backfire
effect” atau “efek bumerang” sangat mungkin terjadi pada dirinya. Orang yang
hidup dalam denial tentu saja sangat ridak berbahagia. Dirinya sendiri tidak
berbahagia, dan juga membuat banyak orang lain tidak berbahagia (Prabowo,
2014 : 118).
2. Represi
Represi merupakan bentuk paling dasar diantara mekanisme lainnya. Suatu cara
pertahanan untuk menyingkirkan dari kesadaran pikiran dan perasaan yang
mengancam. Represi adalah mekanisme yang dipakai untuk menyembuhkan
hal-hal yang kurang baik pada diri kita ke alam bawah sadar kita. Dengan
mekanisme ini kita akan terhindar dari situasi tanpa kehilangan wibawa kita
(Prabowo, 2014 : 118).
3. Intelektualisasi
Intelektualisasi adalah pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk
menghindari pengalaman yang menganggu perasaannya. Dengan
intelektualisasi, manusia dapat mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak
menyenangkan, dan memberikan kesempatan untuk meninjau permasalahan
secara objektif (Prabowo, 2014 : 118).
4. Regresi
Yaitu menghadapi stress dengan perilaku, perasaan dan cara berfikir mundur
kembali ke ciri tahap perkembangan sebelumnya (Prabowo, 2014 : 118).
5. Disosiasi
Beban emosi dalam suatu keadaan yang menyakitkan diputus atau diubah.
Mekanisme dimana suatu kumpulan proses-proses mental dipisahkan atau
diasingkan dari kesadaran dengan bekerja secara merdeka atau otomatis, afek
dan emosi terpisah, dan terlepas dari ide, situasi, objek, misalnya pada selektif
amnesia (Prabowo, 2014 : 118).
6. Supresi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi
sebenarnya merupakan analog dari represi yang disadari. Perbedaan supresi
dengan represi yaitu pada supresi seseorang secara sadar menolak pikirannya
keluar alam sadarnya dan memikirkan yang lain. Dengan demikian supresi
tidak begitu berbahaya terhadap kesehatan jiwa, Karena terjadinya dengan
sengaja, sehingga ia mengetahui apa yang dibuatnya (Prabowo, 2014 : 118).
7. Proyeksi
Proyeksi merupakan usaha untuk menyalahkan orang lain mengenai
kegagalannya, kesulitannya atau keinginan yang tidak baik. Dolah dan
Holladay (1967) berpendapat bahwa proyeksi adalah contoh dari cara untuk
memungkiri tanggung jawab kita terhadap impuls-impuls dan pikiran-pikiran
dengan melimpahkan kepada orang lain dan tidak pada kepribadian diri sendiri
(Prabowo, 2014 : 118).
G. Penatalaksanaan
Belum terdapat penatalaksanaan medis pada klien dengan masalah psikososial
kehilangan dan berduka. Kehilangan dan berduka merupakan peristiwayang umum
terjadi dikehidupan sehari-hari. Kehilangan dan berduka berkaitandengan kondisi
sosial seseorang dengan kesehatannya akibat dari kahilangan dan berduka. $erlu
dukungan dari orang-orang terdekat terutama keluarga untuk melewati fase
kehilangan agar tidak berdampak serius. Perlu pendampingan yang baik agar dapat
menimbulkan ketenangan bagi klien dalam beradaptasi menerima kehilangan dan
berduka.
H. Diagnosis Keperawatan
Masalah keperawatan yang sering timbul pada pasien kehilangan adalah sebagai
berikut.
1. Berduka berhubungan dengan kehilangan aktual.
2. Berduka disfungsional.
3. Berduka fungsional.
I. Intervensi Keperawatan
Prinsip intervensi
1. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap penyangkalan (denial) adalah
memberi kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya dengan
cara berikut.
a. Dorong pasien mengungkapkan perasaan kehilangan.
b. Tingkatkan kesadaran pasien secara bertahap tentang kenyataan
kehilangan pasien secara emosional.
c. Dengarkan pasien dengan penuh pengertian. Jangan menghukum
dan menghakimi.
d. Jelaskan bahwa sikap pasien sebagai suatu kewajaran pada individu
yang mengalami kehilangan.
e. Beri dukungan secara nonverbal seperti memegang tangan, menepuk
bahu, dan merangkul.
f. Jawab pertanyaan pasien dengan bahasan yang sederhana, jelas, dan
singkat.
g. Amati dengan cermat respons pasien selama bicara.
2. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap marah (anger) adalah dengan
memberikan dorongan dan memberi kesempatan pasien untuk
mengungkapkan marahnya secara verbal tanpa melawan kemarahannya.
Perawat harus menyadari bahwa perasaan marah adalah ekspresi frustasi dan
ketidakberdayaan.
a. Terima semua perilaku keluarga akibat kesedihan (marah, menangis).
b. Dengarkan dengan empati. Jangan mencela.
c. Bantu pasien memanfaatkan sistem pendukung.
3. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap tawar-menawar (bargaining)
adalah membantu pasien mengidentifikasi perasaan bersalah dan perasaan
takutnya.
a. Amati perilaku pasien.
b. Diskusikan bersama pasien tentang perasaan pasien.
c. Tingkatkan harga diri pasien.
d. Cegah tindakan merusak diri.
4. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap depresi adalah mengidentifikasi
tingkat depresi, risiko merusak diri, dan membantu pasien mengurangi rasa
bersalah.
a. Observasi perilaku pasien.
b. Diskusikan perasaan pasien.
c. Cegah tindakan merusak diri.
d. Hargai perasaan pasien.
e. Bantu pasien mengidentifikasi dukungan positif.
f. Beri kesempatan pasien mengungkapkan perasaan.
g. Bahas pikiran yang timbul bersama pasien.
5. Prinsip intervensi keperawatan pada tahap penerimaan (acceptance) adalah
membantu pasien menerima kehilangan yang tidak dapat dihindari dengan
cara berikut.
a. Menyediakan waktu secara teratur untuk mengunjungi pasien.
b. Bantu pasien dan keluarga untuk berbagi rasa.
J. Tindakan Keperawatan
Tindakan Keperawatan pada Pasien
1. Tujuan
a. Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
b. Pasien dapat mengenali peristiwa kehilangan yang dialami pasien.
c. Pasien dapat memahami hubungan antara kehilangan yang dialami
dengan keadaan dirinya.
d. Pasien dapat mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang
dialaminya.
e. Pasien dapat memanfaatkan faktor pendukung.
2. Tindakan
a. Membina hubungan saling percaya dengan pasien.
b. Berdiskusi mengenai kondisi pasien saat ini (kondisi pikiran, perasaan,
fisik, sosial, dan spiritual sebelum/sesudah mengalami peristiwa
kehilangan serta hubungan antara kondisi saat ini dengan peristiwa
kehilangan yang terjadi).
c. Berdiskusi cara mengatasi berduka yang dialami.
1) Cara verbal (mengungkapkan perasaan).
2) Cara fisik (memberi kesempatan aktivitas fisik).
3) Cara sosial (sharing melalui self help group).
4) Cara spiritual (berdoa, berserah diri).
d. Memberi informasi tentang sumber-sumber komunitas yang tersedia
untuk saling memberikan pengalaman dengan saksama.
e. Membantu pasien memasukkan kegiatan dalam jadwal harian.
f. Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa di puskesmas.
Tingkat berduka
Berduka Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam
diharapkan keluarga dapat menerima kehilangan Dukungan Proses Berduka
D.0081
Kriteria Hasil: Observasi:
Pengertian : Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun Identifikasi kehilangan yang dihadapi
1
Meningkat Meningkat Identifikasi proses berduka yang alami
Respon psikososial yang
ditunjukkan oleh klien Identifikasi sifat keterikatan pada benda yang hilang atau orang yang
Verbalisasi perasaan sedih
akibat kehilangan (orang, meninggal
objek, fumgsi, status, 2 1 2 3 4 5 Identifikasi reaksi awal terhadap kehilangan
bagian tubuh atau Terapeutik:
hubungan) Verbalisasi perasaan bersalah atau menyalahkan orang lain
Tunjukkan sikap menerima dan empati
3 1 2 3 4 5 Motivasi agar mau mengungkapkan perasaan kehilangan
Motivasi untuk menguatkan dukungan keluarga atau orang terdekat
Menangis Fasilitasi melakukan kebiasaan sesuai dengan budaya, agama dan norma
sosial
1 2 3 4 5 Fasilitasi mengekspresilan perasaan dengan cara yang nyaman
(mis.membaca buku,menulis,menggambar atau bermain)
Diskusikan strategi kopig yang dapat digunakan
Edukasi
Cukup Cukup Meningka
4 Menurun Sedang Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa sikap mengingkari, marah, tawar
menurun meningkat t
menawar, sepresi dan menerima adalah wajar dalam menghadapi kehilangan
verbalisasi Anjurkan mengidentifikasi ketakutan terbesar pada kehilangan
Anjurkan mengekspresikan perasaan tentang kehilangan
5 1 2 3 4 5 Ajarkan melewati proses berduka secara bertahap
verbalisasi
1 2 3 4 5
K. Evaluasi
1. Pasien mampu mengenali peristiwa kehilangan yang dialami.
2. Memahami hubungan antara kehilangan yang dialami dengan keadaan dirinya.
3. Mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialaminya.
4. Memanfaatkan faktor pendukung.
5. Keluarga mengenal masalah kehilangan dan berduka.
6. Keluarga memahami cara merawat pasien berduka berkepanjangan.
7. Keluarga mempraktikkan cara merawat pasien berduka disfungsional.
8. Keluarga memanfaatkan sumber yang tersedia di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Ilmu.
Keliat, BA., Helena, N.C.D., dan Farida P. 2007. Manajemen Keperawatan Psikosisial
Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan, Kematian
Stuart dan Laraia. 2005. Principles and Pratice of Psychiatric Nursing, 8th Edition.
St.Loius: Mosby.
Stuart, G. W, dan Sundeen, S. J. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta:
EGC.
Suliswati, dkk. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
WHO. 2001. The World Health Reports 2001, Mental Health: New Understanding, New
30-05- DS : Ansietas
2023 - Pasien mengatakan cemas apakah setelah
(Kecemasan)
dikuret, dalam waktu dekat bisa hamil
kembali
- Pasien merasa merasa susah untuk
memulai tidur karena gelisah
-
- DO :
- Pasien tampak cemas
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak tidak bersemangat
- Pasien tampak bertanya-tanya mengenai
keadaannya setelah kuret
- :
30-05- DS Koping individu Ketidakcuku
2023 tidak efektif pan persiapan
- Pasien mengatakan tidak mampu mengatasi untuk
masalah yang dihadapi saat ini menghadapi
- Pasien mengatakan khawatir akan keadaan stresor
yang sedang terjadi
DO :
30-05- DS : Ansietas
2023 - Pasien mengatakan cemas apakah setelah
(Kecemasan)
dikuret, dalam waktu dekat bisa hamil
kembali
- Pasien merasa merasa susah untuk
memulai tidur karena gelisah
-
- DO :
- Pasien tampak cemas
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak tidak bersemangat
- Pasien tampak bertanya-tanya mengenai
keadaannya setelah kuret
-
30-05- DS : Koping individu Ketidakcuku
2023 tidak efektif pan persiapan
- Pasien mengatakan tidak mampu mengatasi untuk
masalah yang dihadapi saat ini menghadapi
- Pasien mengatakan khawatir akan keadaan stresor
yang sedang terjadi
DO :
ANSIETAS (KECEMASAN)
KEHILANGAN DAN
BERDUKA
Tgl DX Implementasi
Tgl DX Evaluasi
31/05/2023 Berduka S : Pasien mengatakan bahwa kematian sudah
kehendak tuhan
O:
- Pasien tampak lebih tenang
- Pasien tampak tidak menangis
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
31/05/2023 Ansietas S : Pasien sudah tidak cemas lagi
O:
- Pasien tampak terlihat berbicara dengan
pasien atau perawat lain
A : Masalah Teratasi
P : Intervensi dihentikan