Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan.
Saat ini kanker serviks menduduki urutan ke dua dari penyakit kanker yang
menyerang perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara
sedang berkembang. Dari data Badan Kesehatan Dunia (WHO), diketahui
terdapat 493.243 jiwa per tahun penderita kanker serviks baru di dunia dengan
angka kematian karena kanker ini sebanyak 273.505 jiwa per tahun (Emilia,
2010).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kanker serviks disebabkan
oleh infeksi virus HPV (Human Pappiloma Virus) yang tidak sembuh dalam
waktu yang lama. Jika kekebalan tubuh berkurang, maka infeksi ini bisa
mengganas dan menyebabkan terjadinya kanker serviks. Kanker serviks
mempunyai insiden yang tinggi di negara-negara yang sedang berkembang yaitu
menempati urutan pertama, sedang dinegara maju ia menempati urutan ke 10,
atau secara keseluruhan ia menempati urutan ke 5 (Ramli, 2005).
Berdasarkan data yang dirangkum dari Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI (2005), penyakit kanker merupakan salah satu
penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, sekitar 8,2 juta
kematian disebabkan oleh kanker. Salah satu penyakit kanker yang paling
mematikan tersebut yaitu kanker serviks. Di seluruh dunia, kasus kanker serviks
sudah dialami oleh 1,4 juta wanita. Menurut WHO, diketahui terdapat 493.243
jiwa pertahun penderita kanker serviks baru dengan angka kematian sebanyak
273.505 jiwa pertahun (Emilia, 2010).
Kanker serviks merupakan kanker yang terbanyak diderita wanita terutama
di Negara berkembang termasuk Indonesia. Angka kejadian dan kematiannya

4
cukup tinggi sehingga masih menjadi masalah kesehatan wanita. Kanker serviks
merupakan kanker ginekologis yang menempati urutan kedua tersering setelah
kanker payudara (Andrijono, 2004). Di Indonesia sendiri, sebagaimana
dirangkum dalam data Pusdatin Kementrian Kesehatan RI (2013), penyakit
kanker serviks dan payudara merupakan penyakit kanker dengan prevalensi
tertinggi di Indonesia pada tahun 2013, yaitu kanker serviks sebesar 0,8% dan
kanker payudara sebesar 0,5%. Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Maluku Utara,
dan Provinsi D.I. Yogyakarta memiliki prevalensi kanker serviks tertinggi yaitu
sebesar 1,5%. Sedangkan di wilayah Jawa Barat sendiri prevalensi kanker
serviksnya adalah 0,8 %.
Kanker serviks (kanker leher Rahim) merupakan ancaman penyakit yang
menakutkan bagi wanita. Penyakit ini disebabkan oleh Human Papilloma Virus
(HPV) yang ditularkan melalui hubungan seksual dan factor resiko lain seperti
perilaku seksual, kontrasepsi, nutrisi dan rokok (Jong, 2004). Resiko terkena
kanker serviks setiap tahun terjadi pada wanita di atas usia 35 – 55 tahun, insiden
puncak terjadi pada wanita antara usia 45 – 60 tahun.
Seringnya terjadi keterlambatan dalam pengobatan mengakibatkan
banyaknya penderita kanker serviks meninggal dunia, padahal kanker serviks
dapat diobati jika belum mencapai stadium lanjut, tentunya dengan mengetahui
terlebih dahulu apakah sudah terinfeksi atau tidak dengan menggunakan beberapa
metode deteksi dini lain metode Pap Smear, IVA (Inspeksi Visual dengan Asam
asetat), Thin Prep, dan Kolposkopi, vikografi, papnet (komputerisasi) (Nugroho,
2010).
Melihat perkembangan jumlah penderita dan kematian akibat kanker
serviks, diperkirakan bahwa sekitar 10 persen wanita di dunia telah terinfeksi
Human Papiloma Virus (HPV), muncul fakta bahwa semua perempuan
mempunyai resiko untuk terkena infeksi HPV. Jenis HPV tertentu merupakan
penyebab utama kanker serviks. Sementara itu, seseorang yang terkena infeksi ini

5
memiliki kemungkinan terkena kanker serviks hampir 20-100 kali lipat (Emilia,
2010).
Perjalanan dari infeksi HPV (Human Pappiloma Virus), tahap pra kanker
hingga menjadi kanker serviks memakan waktu 10 sampai 20 tahun. Disinilah
tujuan dari deteksi dini yaitu memutuskan perjalanan penyakit pada tahap pra
kanker dan mendapatkan pengobatan sesegera mungkin sehingga kanker serviks
diharapkan dapat sembuh sempurna (Widyastuti, 2009).
Faktor-faktor resiko terjadinya kanker serviks meliputi, hubungan seksual
pada usia dini (< 20 tahun), berganti-ganti pasangan seksual, merokok, trauma
kronis pada serviks uteri dan hygiene genetalia. Lebih dari separuh penderita
kanker serviks berada dalam stadium lanjut yang memerlukan fasilitas khusus
untuk pengobatan seperti peralatan radio terapi yang hanya tersedia dibeberapa
kota besar saja. Disamping mahal, pengobatan tehadap kanker stadium lanjut
memberikan hasil yang tidak memuaskan dengan harapan hidup 5 tahun yang
rendah (Ramli, 2005).
Mengingat beratnya akibat yang ditimbulkan oleh kanker serviks
dipandang dari segi harapan hidup, lamanya penderitaan, serta tingginya biaya
pengobatan, sudah sepatutnya apabila kita memberikan perhatian yang lebih besar
terhadap penyakit yang sudah terlalu banyak meminta korban itu, dan segala
aspek yang berkaitan dengan penyakit tersebut serta upaya-upaya preventif yang
dapat dilakukan. (Bustan, 2007).
Deteksi dini tidak hanya perlu dilakukan sekali seumur hidup tetapi perlu
dilakukan secara berkala setelah wanita berumur 40 tahun. Hal yang perlu diingat
adalah tidak ada kata terlambat untuk melakukan deteksi dini terhadap kanker
serviks, tetap perlu biarpun anda tidak lagi melakukan aktifitas seksual (Emilia,
2010).
Berdasarkan data diatas, mengingat betapa bahaya penyakit kanker serviks
bagi wanita, untuk itu kelompok kami melakukan roleplay tentang kasus kanker
serviks. Role play ini menggambarkan penyakit kanker serviks serta pentingnya

6
edukasi tentang kesehatan reproduksi di fasilitas kesehatan. Pendidikan kesehatan
ini ditujukan untuk meningkatkan wawasan dan pemahaman masyarakat untuk
menekan penderita kanker serviks serta keganasan yang akan timbul. Edukasi
yang diberikan ditekankan pada pencegahan dini dengan pemeriksaan IVA test
yang dapat dilakukan di fasilitas kesehatan terdekat

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep kanker serviksdan mampu melakukan
asuhan keperawatan pada kasus kanker serviks serta mengaplikasikan
pemeriksaan dini pada kasus kanker serviks.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam pembuatan makalah ini, antara lain:
a. Mahasiswa mampu memahami konsep asuhan keperawatan maternitas
tentang kanker serviks.
b. Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan
kanker serviks.
c. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan dini dan pencegahan kanker
serviks

C. Metode Penulisan
Dalam laporan ini, kami menggunakan beberapa teknik perngumpulan data
seperti:Studi kepustakaan, yaitu cara pengambilan data dengan mengumpulkan
data-data yang bersumber dari literatur atau buku – buku penunjang, karya tulis
ilmiah, serta pengambilan data dengan mengumpulkan data – data yang
bersumber dari media internet terkait kasus kanker serviks.

7
D. Sistematika Penulisan
Penulisan masalah ini terdiri dari 5 bab dengan sistematika sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, berisikan tentang latar belakang, tujuan, metode penulisan
dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Teoritis, Membahas tentang konsep
teori dan asuhan keperawatan tentang kanker serviks. Bab II Laporan Kasus,
berisikan tentang kasus yang ditemukan dan penerapan asuhan keperawatan pada
pasien dengan kanker serviks. Bab IV Naskah Roleplay , berisikan alur cerita dan
prolog dalam memainkan peran. Bab V Standar Operasional Prosedur, berisikan
standar operasional prosedur pemeriksaan IVA test.
Daftar Pustaka
Lampiran

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan
kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol
proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya
menyerang wanita berusia 35-55 tahun, 90% dari kanker serviks berasal dari sel
kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal menuju kedalam rahim (Sarjadi,
2011).
Kanker serviks adalah penyakit akibat dari tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan
merusak jaringan normal disekitarnya (Bobak, 2005).
Kanker servik adalah keganasan nomor tiga paling sering dari alat kandungan dan
manempati urutan ke delapan dari keganasan pada perempuan di Amerika (Yatim,
2005).
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan
bahwa kanker serviks adalah pertumbuhan sel yang abnormal yang terdapat pada
organ reproduksi wanita yaitu bagian terendah dari rahim yang menempel pada
puncak vagina

B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi


Menurut Bobak (2005), anatami fisiologi sistem reproduksi pada wanita
diantaranya yaitu:
1. Sistem Reproduksi Bagian Luar
Bagian reproduksi bagian luar terdiri dari:
a. Mons veneris : Bagian yang menonjol dibagian simfisis. Pada perempuan
dewasa di tutupi oleh rambut kemaluan

9
b. Labia mayora (bibir-bibir besar) terdiri dari bagian kanan dan kiri, lonjong
menegecil kebawah. Di sebelah bawah dan belakang kedua labia mayora
bertemu dan membentuk ksomisura posterior.
c. Labia minora (bibir-bibir kecil) adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah
dalam bibir besar. Kedepan kedua bibir kecil bertemu dan membentuk
preputium kklitoridis diatas klitoris dan frenulum klitoridis dibawah
klitoris. Kebelakang kedua bibir kecil bersatu dan membentuk fossa
navikulare. Kulit yang meliputi bibir kecil mengandung banyak kelenjar
lemak dan ujung-ujung urat saraf menyebabkan bibir kecil amat sensitif.
Jaringan ikatnya mengandung banyak pembuluh darah dan beberapa otot
polos yang menyebabkan bibir kecil dapat mengembang.
d. Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinderdan erektil terletek tepat di
bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang,bagian yang terlihat
kira-kira sebesar kacang hiaju, terdiri dari glans dan korpus klitoridis
membesar. Glans klitoridis mengandung banyak pembuluh darah dan
persarafan membuat klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan dan
sensasi tekanan. Fungsi utama klitoris adalah merangsang dan
meningkatkan ketegangan seksual.
e. Vulva berbentuk lonjong, memanjang dari muka ke belakang. Dimuka
dibatasi oleh klitoris, dikanan dan kiri dibatasi oleh kedua bibir kecil dan
di belakang oleh perinium. Kira-kira 1-1,5 cm di bawah klitoris terdapat
lubang kemih yang berbentuk membujur, kira-kira 4-5 mm. Lubang kemih
tertutup oleh lipatan-lipatan selaput vagina yang menyebabkan kadang-
kadang sukar ditemukan. Tidak jauh dari lubang kemih di kiri dan kanan
bawahnya terdapat kelenjar/ skene, di kiri dan dikanan bawah dekat fossa
navikulare terdapat kelenjar Bartholin. Pada waktu koitus kelenjar
bartholini mengeluarkan getah lendir.
f. Bulbus vestibuli kiri dan kanan terletak dibawah selaput lendir vulva,
menagndung banyak pembuluh darah. Pada waktu persalinan biasanya

10
kedua bulbus tertarik ke atas, kebawah arkus pubis, akan tetapi bagian
bawahnya yang melingkari vagina sering menaglami cedera, kadang-
kadang timbul hematoma vulva atau perdarahan
g. Introitus vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda pada
setiap individu. Pada wanita, introitus dilindungi oleh labia minora, baru
dapat dilihat jika bibir kacil dibuka, ditutupi oleh himen atau selaput dara.
h. Perineum, terletak antara vulva dan anus, ditutupi kulit. Panjangnya kira-
kira 4 cm

2. Sistem Reproduksi Bagian Dalam


Bagian reproduksi bagian dalam (Bobak 2005) :
a. Vagina (liang kemaluan) ditemuakan setealah melewati introitus vagina
yang menghubungkan introitus dan uterus, terletak di belakag rektum dan
di belakng kandung kemih dan uretra. Dinding depan lebih pendek
(sekitar 9 cm) dan berdekatan satu sama lain. Bagian sebelah dalam
vagina berlipat-lipat disebut rugae, ditengahnya ada bagian yang lebih
keras disebut kolumna rugarum. Lipatan-lipatan tersebut memungkikan
vagina dapat melebar pada waktu persalinan. Mukosa vagian berespon
dengan cepat terhadap stimulasi estrogen dan perogestron. Sel-sel yang
diambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar
hormon seks steroid. Cairan vagina sedikit asam, berasal dari saluran
genetalia atau bawah. Intraksi antara laktobasilus vagina dan glikogen
mempertahankan keasaman (P.H. 4.5). apa bila cairan PH naik antara 5,
maka insiden infeksi vagina meningkat. Kebersihan relatif vagina
dipertahankan oleh cairan yang terus mengalir dari vagina. Fungsi vagina
adalah sebagai organ untuk koitus dan jalan lahir.
b. Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular dan pipih, tampak seperti
buah peer terbalik. Dalam keadaan fisiologis, posisi uterus adalah
anteversiofleksio (serviks ke depan dan membentuk sudut dengan vagina,

11
begitu juga dengan korpus uteri kedepan dan membentuk sudut denagan
serviks uteri). Uterus (rahim) merupakan organ yang memiliki peranan
besar dalam reproduksi wanita, yakni dari saat menstruasi hingga
melahirkan. Bentuknya seperti buah pear, berongga, dan berotot. Sebelum
hamil beratnya 30-50 gram dengan ukuran panjang 9 cm dan lebar 6 cm
kurang lebih sebesar telur ayam kampung. Tetapi saat hamil mampu
membesar dan beratnya mencapai 1000 gram. Uterus terdiri dari 3 lapisan,
yaitu:
a) Lapisan parametrium merupakan lapisan paling luar dan yang
berhubungan dengan rongga perut.
b) Lapisan myometrium merupakan lapisan yang berfungsi mendorong
bayi keluar pada proses persalinan (kontraksi)
c) Lapisan endometrium merupakan lapisan dalam rahim tempat
menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Lapisan ini terdiri dari
lapisan kelenjar yang berisi pembuluh darah.
Setelah menstruasi permukaan dalam uterus menjadi tebal karena
pengaruh hormon estrogen. Kemudian terjadi ovulasi diikuti dengan
keluarnya cairan karena pengaruh hormon progresteron. Bila tidak terjadi
pembuahan maka lapisan tadi bersama sel telur akan terlepas (meluruh)
dan keluar melalui vagina yang disebut sebagai menstruasi. Waktu antara
dua menstruasi disebut siklus menstruasi. Walaupun rata-rata periodenya
datang setiap 28 hari, hal ini dapat bervariasi pada setiap perempuan.
Periode ini juga sangat tidak teratur pada 2-3 tahun pertama mulai
menstruasi.
c. Tuba falopii adalah organ yang dikenal dengan istilah saluran telur.
Saluran telur adalah sepasang saluran yang berada pada kanan dan kiri
rahim sepanjang +10cm yang menghubungkan uterus dengan ovarium
melalui fimbria. Ujung yang satu dari tuba falopii akan bermuara di uterus
sedangkan ujung yang lain merupakan ujung bebas dan terhubung ke

12
dalam rongga abdomen. Ujung yang bebas berbentuk seperti umbai yang
bergerak bebas. Ujung ini disebut fimbria dan berguna untuk menangkap
sel telur saat dilepaskan oleh ovarium (indung telur). Dari fimbria, telur
akan digerakkan oleh rambut-rambut halus yang terdapat di dalam saluran
telur menuju ke dalam rahim.
d. Ovarium terletak pada kiri dan kanan ujung tuba (fimbria/umbai-umbai)
dan terletak di rongga panggul. Ovarium merupakan kelenjar yang
memproduksi hormon estrogen dan progresteron. Ukurannya 3×3×2 cm,
tiap ovarium mengandung 150.000-200.000 folikel primordial. Sejak
pubertas setiap bulan secara bergantian ovarium melepas satu ovum dari
folikel degraaf (folikel yang telah matang), peristiwa ini disebut ovulasi.

C. Etiologi
Menurut Rasjidi (2010) Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi
abnormal dan membelah secara tidak terkendali, jika sel-sel serviks terus
membelah, maka akan terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor yang
bisa bersifat jinak atau ganas, jika tumor tersebut ganas maka keadaannya disebut
kanker serviks. Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak diketahui
secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap
terjadinya kanker serviks yaitu:
1. HPV (Human Papiloma Virus)
HPV adalah virus penyebab kutil genetalis (Kandiloma Akuminata) yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah
HPV tipe 16, 18.
a. Timbulnya keganasan pada binatang yang diinduksi dengan virus
papiloma.
b. Dalam pengamatan terlihat adanya perkembangan menjadi karsinoma
pada kondilom akuminata.

13
c. Pada penelitian 45 dan 56, keterlibatan HPV pada kejadian kanker
dilandasi oleh beberapa faktor yaitu: epidemiologic infeksi HPV
ditemukan angka kejadian kanker serviks yang meningkat.
d. DNA HPV sering ditemukan pada Lis (Lesi Intraepitel Serviks)
2. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Umur merupakan indikator yang paling penting. Penelitian menunjukkan
bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar
mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu
muda
3. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin
sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
4. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan
mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
5. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus
kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks
6. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah
mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
7. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang
memiliki higiene genetourinari yang buruk serta pasangannya belum
disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkumsisi, higiene penis tidak
terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan segmen.

14
8. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian
AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi
diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus
menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.

D. Patofisiologi
Dari beberapa faktor menyebabkan timbulnya kanker sehingga menimbulkan
gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel-sel yang mengalamimutasi dapat
berkembang menjadi sel displasia. Apabila ser karsinogen telah mendesak pada
jaringan syaraf akan timbul masalah keperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel
karsinoma dapat mengganggu kerja sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau
hidrnefrosis yang menimbulkan masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi.
Keputihan yang berlebihan dari berbau busuk biasanya menjadi keluhan juga,
karena mengganggu pola seksual pasien dan dapat diambil masalah keperawatan
gangguan pola seksual. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut diantaranya
anemia hipovolemik yang menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga
timbul masalah keperawatan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
(Mitayani, 2009).
Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa efek
samping antara lain mual, muntah, sulit menelan bagi sluran pencernaan terjadi
diare gastritis, sulit membuka mulut, sariwan, penurunan nafsu makan (biasa
terdapat pada terapi ekternal radiasi). Efek samping tersebut menimbulkan
masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek
dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan
timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Semua tadi
akan berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan atau kelemahan
sehingga daya tahan tubuh berkurang dan resiko injury pun akan muncul. Tidak
sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker leher rahim ini merasa cemas

15
akan penyakit yang diderita. Kecemasan tersebut bisa dikarenakan dengan
kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos di
masyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan
kematian (Corwin, 2005).

E. Manifestasi Klinis
Gejala kanker serviks terdiri dari 6 indikasi (Cancer net, Cervical Cancer:
Symptoms and Signs, 2014), cermati tanda ini dan lakukan konsultasi lanjutan
jika anda mengalaminya.
1. Pendarahan Pada Vagina (ini tanda paling umum)
Perdarahan vagina yang tidak teratur atau tidak normal (bukan haid) adalah
ciri yang paling umum dari kanker serviks. Pendarahan dapat terjadi antara
periode menstruasi atau setelah berhubungan badan atau kapan pun selama
tidak berhubungan dengan masa atau siklus mens anda. Kadang-kadang
pendarahan pada vagina ini menunjukkan terdapat keputihan yang sedikit
bercampur dengan darah, selain itu pendarahan saat haid juga akan
berlangsung sedikit lebih lama dibandingkan biasanya. Pendarahan vagina
juga dapat terjadi pada wanita menopause yang tidak lagi memiliki periode
menstruasi. Ini adalah tanda peringatan utama kanker serviks atau masalah
lain yang harus anda konsultasikan dengan dokter. Ciri ciri pendarahan pada
vagina yang disebabkan oleh kanker serviks:
a. Datang tidak pada periode haid
b. Terjadi pada saat berhubungan badan
c. Terjadi setelah masa menopause
d. Terdapat campuran keputihan di darah
e. Masa haid yang jauh lebih lama dari pada biasanya.
2. Rasa sakit selama berhubungan suami istri
Jika anda tidak “seperti biasanya” saat melakukan hubungan suami istri dan
cenderung sangat sakit tanpa sebab yang berarti. Pastikan anda langsung

16
berkonsultasi dengan dokter terkait agar memeriksakan masalah terkait.
Kecenderungan rasa sakit selama berhubungan juga menjadi salah satu faktor
yang paling tinggi yang dapat menyebabkan kanker serviks.
3. Nyeri di sekitar pinggul
Nyeri pada pinggul juga dapat menjadi faktor penting yang harus diperhatikan
dalam hubungannya yang dapat menjadi salah satu ciri umum kanker serviks.
4. Pendarahan setelah menopause
Pendarahan setelah menopause pasti harus diperiksa oleh dokter kandungan
(Spog) untuk mengetahui penyebab pastinya. Jika tidak pasti lah akan menjadi
sesuatu yang mungkin berdampak serius, salah satunya adalah kanker serviks.
Ciri pendarahan setelah menopause merupakan salah satu yang sangat umum
terjadi pada penderita kanker serviks.
5. Keputihan yang abnormal (diluar biasanya)
Mungkin tidak masalah karena memang bukan gejala penyakit tertentu.
Namun jika jumlahnya sangat besar dan tidak seperti biasanya yang sangat
mengganggu tentu ada sesuatu yang terjadi. Salah satu yang mungkin anda
alami adalah kanker serviks.
6. Pendarahan menstruasi yang lebih panjang dan lebih berat dari biasanya
Mengalami masa menstruarsi yang ‘banyak’ pada haris pertama sampai
dengan hari ketiga. Namun Jika anda terus ‘banyak’ sampai beberapa hari
bahkan berminggu, anda sudah harus curiga dengan penyakit mematikan ini,
setidaknya anda mulai melakukan pemeriksaan untuk memastikan apakah itu
adalah salah satu gejala kanker serviks.

Ciri ciri kanker serviks stadium lanjut biasanya sangat terlihat mulai dari fisik
sampai dengan bentuk tubuh serta perasaan anda. Berikut adalah ciri cirinya :
Sakit Punggung
a. Nyeri tulang atau patah tulang
b. Kelelahan

17
c. Keluarnya urin atau feses dari vagina
d. Nyeri pada kaki
e. Kehilangan nafsu makan
f. Nyeri panggul
g. Kaki bengkak
h. Menurunnya berat badan

F. Klasifikasi
Klasfikasi yang digunakan adalah IFGO (international Federation of Gynecology
and Obstetrics, 2010) yaitu:
1. Tingkat klinik 0 : Karsinoma insitu atau karsinoma intraepitel:
membrana basalis masih utuh.
2. Tingkat klinik I : Proses terbatas pada serviks
a. Ia
Membarana basalis sudah rusak dan sel tumor ganas sudah memasuki
stroma, tetapi tidak melebihi 1 mm dan sel timor tidak terdapat dalam
pembuluh limfe atau pembuluh darah.
b. Ib.occ
(Ib, occult = Ib yang tersembunyi), secara klinis tumor ini belum tampak
sebagai karsinoma, tetapi pad pemeriksaan histolik ternyata tumor telah
mengadakan invasi stroma melebihi Ia.
c. Ib
Secara klinis sudah diduga adanya tumor ganas dan secara histolik
terdapat invasi ke stroma.
3. Tingkat klinik II : Proses sudah keluar dari serviks dan menjalar ke 23
bagian atasvagina dan atau ke parametrium tetapi tidak sampai ke dinding
panggul.
a. Iia
Penyebaran ke vagina, parametrium masih bebas dari proses.

18
b. Iib
Penyebaran ke parametrium
4. Tingkat klinik III : Penyebaran telah sampai ke 1/3 distal vagina atau ke
parametrium sampai dinding panggul.
a. IIIa
Penyebaran ke vagina, proses i parametrium tidak menjadi persoalan, asal
tidak sampai pada dinding panggil
b. IIIb
Penyebaran ke parametrium sampai dinding panggul (tidak ditemukan
daerah bebas antara tumor dan dinding panggul), atau proses pada tingkat
klinik I dan II tetapi disertai gangguan fungsi ginjal.
5. Tingkat Klinik IV: Tumor telah mencapai mukosa rektum atau
kandung kencing atau telah terjadi metastasis ke luar panggul kecil
atau tempat-tempat jauh.
a. Iva
Proses sudah keluar dari panggul keil atau sudah sampai mukosa
rektum atau kandung kencing.
b. IV
Telah terjadi penyebaran jauh

G. Penatalaksanaan
Menurut Ratih (2010), beberapa penatalaksanaan untuk kanker serviks antara lain
yaitu:
1. Penatalaksanaan Medis
a. Penataaksanaan Ca. Cervic kanker non invasive, terbatas penatalaksanaan
kanker serviks yang terbatas hanya pada lapisan luar dari serviks
memerlukan penanganan untuk membuang area abnormal. Pada
kebanyakan wanita pada situasi ini, tidak diperlukan penanganan
tambahan. Prosedur untuk membuang kanker non invasive yaitu:

19
a) Biopsi Cone
Selama operasi ini, dokter menggunakan scalpel untuk mengambil
selembar jaringan serviks berbentuk cone dimana abnormalitas
ditemukan.
b) Operasi laser
Operasi ini menggunakan gelombang sempit pada cahaya laser untuk
membunuh sel kanker dan sel prekanter.
c) Loop electrosurgical excision procedur (LEEP)
Teknik ini menggunakan lintasan kabel untuk memberikan arus listrik,
yang memotong seprti pisau bedah, dan mengambil sel dari mulut
serviks.
d) Cryosurgery
Teknik yaitu dengan membekukan dan membunuh sel kanker dan
prekanker.
e) Hysterctomy
Operasi besar ini termasuk membuang jaringan dari area kanker dan
prekanker, serviks, dan uterus. Hysterectomi biasanya dilakukan pada
kasus yang dipilih dari kasus kanker servikal noninvasif.
2. Kanker invasif kanker servikal yang menginvasi lebih dalam dari lapisan luar
sel pada serviks disebut sebagai kanker invasive dan membutuhkan lebih
banyak penanganan. Penanganan untuk kanker serviks bergantung pada
beberapa faktor, termasuk stadium kanker, permasalahan medis lain yang
mungkin dimiliki, dan pilihan pasien sendiri. Operasi penatalaksanaan terdiri
dari:
a. Operasi
Operasi untuk mengambil uterus biasanya dilakukan untuk mengatasi
stadium dini dari kanker serviks. Hysterectomy sederhana yaitu dengan
membuang jaringan kanker dalam stadium yang dini ± Invasi kurang dari
3milimeter(mm) ke dalam serviks. Hysteretomyradial ± membuang

20
serviks, uterus, bagian vagina, dan nodus limfe pada area tersebut ±
merupakan operasi standar dimana terdapat invasi lebih besar dari 3 mm
kedalam serviks tidak ada bukti adanya tumor pada dinding pelvis.
Hysteretomy dapat mengobati kanker serviks stadium dini dan mencegah
kanker kembali lagi. Efek samping sementara dari hysterectomy termasuk
nyeri pelvis, dan kesulitan dalam pencernaan, dunarunasi
b. Radiasi
Terapi radiasi menggunakan energi tinggi untuk membentuk sel kanker.
Terapi radiasi dapat diberikan secara eksternal atau internal
(brachytheraphy) dengan menempatkana alat berisi dengan material radio
aktif yang akan ditempatkan di serviks. Terapi radiasi sama efektifnya
dengan operasi pada kanker serviks stadium dini. Bagi wanita dengan
kanker serviks lebih berat, radiasi merupkan penatalaksanaan terbaik.
Kedua metode radiasi ini dapat dikombinasi. Terai radiasi dapat diguakan
sendiri, dengan kemoterapi, sebelum operasi pengecilan tumor atau
setelah operasi untuk membunuh sel kanker lainnya yang masih hidup.
Efek samping dari radiasi terhadap area pelpis termsuk nyeri lambung,
nause, diare, iritsi kandung kemih, dan penyempitan vagina, dimana akan
menyebabkan hubungan seks akan lebih sulit dilakukan. Wanita
premenoupause dapat berhenti menstruasi sebagai akibat radiasi.
c. Kemoterapi
Kemoterapi engan agen tunggal digunakan untuk menagani pasien sekstra
pelvis sebagai mana juga digunakan pada tumor rekuren yang sebelum
telah ditangani dengan operasi atau radiasi dan bukan meruakan calon
exentrasi. Efek samping kemoterapi tergantung dari obat yang diberikan
namun secara umum dapat menyebabkan diare, lelah, mual, dan rambut
rontok. Beberapa obat kemoterapi dapat mengakibatkan infertilitas dan
menopause dini pada wanita premenaopause

21
d. Kemoradiasi
Pemakaian kemodisi telah diketahui secara luas akan memberikan harapan
hidup lebih tinggi dibandingkan pada radiasi saja pada penanganan kanker
serviks. Kombinasi antara kemoterapi dan kemoradiasi berdasarkan teori
pembunuhan sel sinergis efek terapeutk dari dumodalitas terapi digunakan
bersamaan lebih besar dibandingkan jika dua modalitas tersebut
digunakan tidak bersamaan. Bila dikombinasikan dengan radiasi,
penggunaan mingguan siplatin mengurangi resiko progresing selama 2
tahun sebesar 43% (harapan hidup 2 tahun =70%) untuk stadium II B
sampai staduim IV A pada keadaan ini, ciplatin sepertinya bekerja sebagai
radio sentrisen sentizer, dapat menurunkan kemingkinan dari rekurensi
lokal dan lebih mengurangi jumlah kejadian metastase jauh ( Ratih, 2010).

H. Kemungkinan Data Fokus


1. Wawancara
a. Data Pasien
1) Umur : biasanya terjadi pada usia 45-50 tahun tetapi
dapat juga terjadi pada usia muda akibat terlalu dini berhubungan
seksual.
2) Agama : diisi sesuai dengan kepercayaan klien
3) Suku bangsa : diisi sesuai dengan suku bangsa
4) Status : menikah atau belum menikah
5) Pekerjaan : diisi sesuai dengan pekerjan klien
6) Pendidikan terakhir : pendidikan ditayakan untuk mengetahui sejauh
mana pngetahuan klien mengenai penyakitnya.
7) Alamat : diisi sesuai dengan tempat tinggal klien
8) Diagnosa : Ca Serviks
9) No. RM : sesuaikan dengan medis di RS
10) Tanggal masuk : diisi sesuai dengan tangga pertama klien

22
masuk RS.
b. Data Penanggung Jawab
1) Penanggung jawab klien : diisi sesuai dengan siapa yang bertanggung
jawab
2) Umur : diisi sesuai umur penanggung jawab
3) Agama : diisi sesuai dengan kepercayaan
4) Pekerjaan terakhir: diisi sesuai dengan pekerjaan penanggung jawab
5) hubungan dengan klien: tanyakan hubungan klien apakah suami klien
atau keluarga terdekat klien.
6) Alamat : diisi sesuai dengan tempat tinggal, apakah tinggal serumah
atau terpisah dengan klien.
c. Keluhan Utama
Biasanya klien mengatakan ada keputihan yang berbau dan berwara hijau,
atau mengeluhkan adanya pendarahan pada vagina tetapi bukan pada
waktu haid atau perdarahan spontan pasca sengama. Ada nyeri di bagian
perut bawah.
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya terjadi keputihan yang tidak normal, terdapat bau dan warna
kehijauan serta dalam jumlah banyak, bisajuga terjadi pendarahan yang
berlebihan dan tidak pada waktu haid.
e. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Tanyakan kepada klien apakah pernah mengalami penyakit yang seperti
sebelumnya atau pernah dirawat untuk penyakit tertentu.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan kepada klien apakah ada keluarga yang memiliki penyakit yang
sama dengan klien, apakah ada keluarga yang memiliki penyakit
keturunan kanker atau penyakit penyerta lain.

23
g. Riwayat Kehamilan
Wanita dengan kehamilan dini, dan riwayat sering melahirkan merupakan
faktr resiko terjadinya kanker serviks
h. Riwayat Imnisasi
Tanyakan kepada klien apakah sebelumnya pernah diimunisasi untuk
HPV atau imunisasi lainnya
i. Riwayat KB
Penggunaan KB dengan homon terutama estrogen dapat memicu
berkembangnya masalah genital pada wanita. Kemungkinan pemakaian
alat kontrasepsi dalam rahim seperti IUD atau komplikasi dari tindakan
pemasangan sebagai salah satu penyebab kanker serviks.
j. Riwayat Kesehatan Reproduksi
Klien dengan ca serviks biasanya menarche pada usia < 12 tahun dan
menopause pada usia > 50 tahun, dengan siklus menstruasi > 28 hari dan
lama menstruasi biasanya 1-3 hari, namun pendarahan yang keluar
banyak.
k. Riwayat ekonomi, sosial, spritual
a) Riwayat Ekonomi
Biasanya terjadi pada keluarga dengan status ekonomi rendah karena
tidak mampu melakukan pengecekan rutin serta kurangya
pengetahuan tentang personal hygine
b) Riwayat Sosial
Biasanya klien dengan ca serviks cenderung malu terhadap
kondisinya, tampak kurang bersoalisasi dengan lingkungan sekitar,
dan sulit terbuka terhadap orang lain serta sering menarik diri dari
lingkungan.
c) Riwayat Spritual
Klien beribadah seperti biasa sesuai dengan kepercayaan yang dianut
oleh klien.

24
l. Kebiasaan Sehari-hari
Di Rumah Di Rumah Sakit
Nutrisi Biasanya klien makan Klien yang menggunakan
seperti biasa terapi kemotrapi biasanya
akan memiliki efek samping
mual, muntah sehingga
menurunkan nafsu makan
pada klien.
Eliminasi Klien dengan metastase Nyeri pada saat berkemih
dapat menyebabkan biasanya klien terpasang
gangguan eliminasi urine kateter dan urine berwarna
seperti nyeri pada saat kuning pekat.
berkemih.
Aktivitas Aktivitas biasa Biasanya pada klien kanker
serviks akan mengalami
anemia yang menyebabkan
klien mudah lelah meskipun
saat melakukan aktivitas
yang minimal, dan biasanya
klien hanya terbaring di
tempat tidur.
Istrahat Klien dengan nyeri biasanya Setelah di RS biasanya klien
Tidur akan terganggu istrahat dan akan lebih mudah untuk
tidurnya, klien akan lebih beristrahat karena sudah
sering terbangung pada mendapatkan obat anti nyeri
malam hari karena nyeri meskipun terkadang klien
yang dirasakan. masih bisa terbangun pada
malam hari.

25
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala: bentuk kepala, kebersihan kulit kepala, ada luka / tidak, kulit
kepala halus dan statis atau tidak, keluhan yang dirasakan (sakit
kepala/tidak)
b. Rambut : warna rambut, kebersihan, distribusi, rontok/tidak.
c. Dahi : bentuk dahi, ada luka apa tidak.
d. Mata: kesimetrisan mata, konjungtiva, refleks pupil terhadap cahaya, funsi
penglihatan, pergerakan bola mata, ada nyeri tekan/tidak, pakai
kacamata/tidak, ada keluhan/tidak.
e. Muka: bentuk muka, ada luka/tidak, ada keluhan/tidak, ada colasma
gravidarum/tidak, ada udem/tidak.
f. Telinga: simetris/tidak, kebersihan, fungsi pendengaran, ada
keluhan/tidak.
g. Hidung: bentuk hidung, kebersihan, fungsi penciuman, ada keluhan/tidak.
h. Mulut: warna bibir, kebrsihan, keaadan gigi, mukosa bibir, kebersihan
lidah, ada keluhan/tidak.
i. Leher: peningkatan JVP, pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar betah
bening, ada keluhan/tidak.
j. Jantung dan paru: suara napas dan bunyi jantung, irama jantung dan
pernapasan, taktil premitus.
k. Dada: bentuk dada simetris, adakah retraksi dada, palpasi adakah nyeri
tekan atau pembengkakan,pada payudara adakah kebersihan, bentuk
areola mamae keadaan puting susu, pembesaran payudara, ada
benjolan/tidak, ada keluhan/tidak.
l. Abdomen : bentuk abdomen, warna kulit, bising usus, ada luka
operasi/tidak, adakah nyeri tekan/ pembengkakan. Adakah pembesaran
hati/ limpa.
m. Punggung: kebersihan, ada luka/tidak, ada keluhan/tidak.

26
n. Genetalia: keadaan perineum, tanda chendwich, kebersihan, lochea, ada
luka/tidak, ada kelainan/tidak, ada keluhan/tidak.
o. Ekstremitas: kelengkapan jari, kebersihan, warna, ada udem/tidak, refle,
ROM. Lihat CRT < 3 detik.

3. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Ninik (2014), pemeriksaan untuk menentukkan terjadinya kanker
serviks ada beberapa pemeriksaan, diantaranta yaitu:
a. IVA test (Inspeksi Visual Asam asetat test)
Prosedur metode sederhana non invasif dengan mengoleskan serviks atau
leher rahim dengan asam asetat, kemudian diamati perubahannya.
b. Sitologi/Pap smear (Prostalic Acid Phosphate)
Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan, tidak dapat menentukan lokalisasi.
c. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glykogen, tidak mengikat
yodium. Kalau korsio di beri yodium maka epitel karsinoma yang normal,
akan berwarna coklat tua, sedangkan yang terkena karsinoma tidak
berwarna.
d. Kolkostopi
memeriksa dengan mengunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu
dan di besarkan 10-40 kali.
- Keuntungan : dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga
mudah untuk melakukan byopsi.
- Kelemahan : hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu
porsio, sedang kelainan pada skuamosa columna juntion dan intra
servikal tidak terlihat.
e. Kolpomikroskopi
melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali.

27
f. Biopsi
Dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinoma.
g. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan
epitel gepeng dan kelenjar. Kolonisasi dilakukan bila hasil sitologi
meragukan dan para serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
h. Pemeriksaan secara radiologis (CT scan dan MRI) unuk mengetahui
apakah sudah ada penyebab lokal dari ca tersebut.
i. Servikografi
j. Gineskopi
k. Pap net/pemeriksaan terkomputerisai dengan hasil lebih sensitive.

I. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1. Data Subjektif : Vaskularisasi jaringan Harga diri rendah
- Klien mengatakan terganggu situasional, perubahan
malu akan bau dan seksualitas
keputihannya saat Peradangan endoserviks dan
berhubungan eksoserviks
seksual
- Klien mengatakan Nekrosis jaringan
menjadi tidak
percaya diri sebagai Keputihan dan bau busuk
istri
Data Objektif : Harga diri rendah situasional,
- Perdarahan perubahan seksualitas
pervagina
- Liang vagina kering

28
- Adanya kanker
serviks
- Keputihan berbau
busuk
- Adanya lesi pada
vagina
- Penurunan rasa
percaya diri klien
- Perilaku cenderung
tertutup dan
menghindar interaksi
sosial dengan
pasangan / keluarga
2. Data Subjektif : Penurunan kadar estrogen Nyeri saat senggama
- Klien mengatakan
nyeri saat Penurunan sekresi lendir
berhubungan serviks
- Klien mengatakan
sering menolak bila Penipisan liang vagina,
diajak berhubungan kering

Data Objektif : Nyeri saat senggama


- Tampak meringis
kesakitan
- Perdarahan
pervagina
- Liang vagina kering
- Adanya kanker

29
serviks
- Keputihan berbau
busuk
- Adanya lesi pada
vagina
3 Data Subjektif : Faktor etiologi karsinoma Ansietas
- Klien mengatakan serviks
takut akan
penyakitnya Displasia sel serviks
- Klien mengatakan
takut bila suami atau Pembesaran massa
keluarga tidak
menerima Ca serviks
penyakitnya
Data Objektif : Penatalaksanaan kurang
- IVA test positif pengetahuan tentang penyakit
- Diagnosis kanker
serviks Takut
- Perdarahan
pervagina Ansietas
- Keputihan berbau
busuk
- Ketakutan
- Gelisah
- Khawatir
- Wajah tegang
- Kesedihan
mendalam

30
4. Data Subjektif : Faktor etiologi karsinoma Perubahan eliminasi
- Klien mengatakan serviks urinarius
sulit buang air kecil
dan Displasia sel serviks
- Klien mengatakan
nyeri saat buang air Pembesaran massa
kecil
Data Objektif : Edema jaringan lokal
- Distensi kandung
kemih Penekanan vesika urinaria
- Frekuensi berkemih
menurun Perubahan eliminasi urinarius
- BAK tidak tuntas
- Adanya retensi
urine dalam
kandung kemih
- BAK sedikit dan
nyeri saat BAK
5. Data Subjektif : Faktor penyebab Ketidakseimbangan
- Bisanya klien nutrisi kurang dari
mengatakan tidak Mitosis sel eksoserviks dan kebutuhan tubuh
nafsu makan, dan endoserviks
terdapat mual dan
muntah Metaplasia skuamosa
- Biasanya klien
mengatakan badannya Kanker serviks invasif
lemas
- Biasanya klien Merusak struktur jaringan

31
mengatakan sebelum serviks
sakit BB 45 kg, dan
setelah sakit BB Menginvasi ke organ lain
menjadi 38kg.
Fistula rektum
6. Data Objektif :
- Biasanya didapatkan Infiltrasi ke saraf
setiap kali makan klien
hanya menghabiskan Proses non pembedahan
¼ porsi makanannya Kemoterapi
- Biasanya didapatkan
dari hasil antropometri Mual dan muntah
BB : 38kg, tinggi
badan:155cm, Penurunan BB
- Biasnya perhitungan
BMI didapatkan bahwa Ketidakseimbangan nutrisi
klien dalam kategori kurang dari kebutuhan
kurus <15,5
- Biasanya didapatkan
konjungtiva anemis
- Biasnaya dari data
didapatkan tekanan
darah 90/70mmHg,
Nadi teraba lemah
60x/menit, RR 18-20
x/menit
- Biasanya klien tampak
pucat dan lesu

32
DataSubjektif : Faktor penyebab Nyeri Akut
- Biasanya klien
mengatakan nyeri Mitosis sel eksoserviks dan
seperti di remas-remas endoserviks
pada perut bagian
bawah dengan skla Metaplasia skuamosa
nyeri > 5
Kanker serviks invasif
DataObjektif :
- Biasanya didapatkan Merusak struktur jaringan
hasil pemeriksaan fisik serviks
klien tampak lesu,
pucat dan tampak Menginvasi ke organ lain
meringis kesakitan
- Biasanya dari Fistula rektum
pemeriksaan TTV
didapatkan hasil Nyeri akut
tekanan darah 90/70
mmHg, RR 17
x/menit, Nadi teraba
lemah 60x/menit, dan
suhu 36 derajat celcius
7. Data Subjektif : Faktor penyebab Resiko terjadinya
- Biasanya klien kekurangan volume
mengatakan keluar Mitosis sel eksoserviks dan cairan
darah berlebihan atau endoserviks
abnormal pada bagian
vagina Metaplasia skuamosa

33
- Biasanya mengatakan
darahnya berwarna Kanker serviks invasif
merah, beku dan
berbau. Darah keluar Merusak struktur jaringan
tidak tentu waktunya serviks
- Biasanya klien
mengatakan darah Menginvasi ke organ lain
keluar semakin banyak
jika dia melakukan Vagina mengalami
aktivitas perdarahan

Data Objektif : Infiltrasi ke uretra


- Biasanya pada
pemeriksaan fisik Proses pembedahan
didapatkan klien
tampak lesu Radiasi
- Biasanya pada balance
cairan didapatkan Rusaknya jaringan
intake nya kurang dari
kebutuhan klien Kulit kering
- Biasanya turgor kulit
pada klien jelek >2 Resiko terjadi kekurangan
detik volume cairan
- Biasanya konjungtiva
anemis
- Biasanya mukosa bibi
kering
- Biasnya hasil

34
pemeriksaan TTV :
tekanan darah
90/70mmHg, RR
17x/menit, Nadi teraba
lemah 60x/menit, dan
suhu 36 derajat celcius.
8. Data Subjektif : Faktor penyebab Gangguan citra tubuh
- Biasanya klien
mengatakan malu Mitosis sel eksoserviks dan
dengan keadaannya endoserviks
sekarang
- Biasanya klien Metaplasia skuamosa
mengatakan takut dan
cemas terhadap Kanker serviks invasif
keadaannya yang
sekarang Vaskularisasi jaringan

Data Objektif : Peradangan endoserviks dan


- Biasanya klien tampak eksoserviks
cemas dan gelisah
- Biasanya wajah klien Nekrosis jaringan
tampak pucat
- Biasanya wajah klien Gangguan citra tubuh
tampak malu-malu

J. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri,
kehilangan femininitas dan perubahan bentuk tubuh.

35
2. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan penyakit, perubahan
seksualitas, hubungan dengan pasangan dan keluarga, gangguan fungsional.
3. Nyeri saat senggama berhubungan dengan penurunan sekresi lendir serviks
4. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis,
manipulasi bedah, adanya edema jaringan lokal, penekanan vesika urinaria.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan yang tidak adekuat
6. Nyeri berhubungan dengan agen biologis penekan kanker pada dinding
serviks
7. Resiko terjadinya kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare,
muntah, tidak adekuatnya masukan makanan dan cairan
8. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan, fungsi,
dan peran (kemoterapi).

36
K. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Ansietas Tujuan panjang : Anxiety Reduction 1. Menghilangkan keraguan dan
berhubungan dengan Setelah diberikan 1. Dorong pasien utnk meningkatkan dukungan.
diagnosis kanker, perawatan selama 3 x 24 mengungkapkan perasaan, 2. Bisa memodifikasi koping yang
takut akan rasa jam ansietas hilang atau ketakutan, dan persepsi. efektif kepada pasien
nyeri, kehilangan tidak cemas lagi. 2. Gali bersama pasien tentang 3. Penjelasan prosedur berfungsi untuk
femininitas dan Tujuan pendek : teknik yang berhasil atau mengurangi tingkat keraguan klien.
perubahan bentuk Setelah diberikan tidaknya menurunkan ansietas 4. Teknik relaksasi dapat memperbaiki
tubuh. perawatan selama 1 x 30 di masa lalau keseimbangan fisik dan psikologis
menit diharapkan ansietas 3. Jelaskan prosedur dan apa pasien.
berkurang. yang dirasakan selama 5. Memperbaiki keseimbangan fisik
Kriteria Hasil : prosedur. dan psikologis klien menghilangkan
1. Klien mampu 4. Anjurkan pasien untuk keraguan dan meningkatkan
mengidentifikasi dan melakukan teknik relaksasi. dukungan terhadap efektifitas
mengungkapkan gejala 5. Berikan kesempatan kepada pengobatan yang di jalani.
cemas. pasien untuk berdiskusi dengan 6. Pemberiann obat berfungsi untuk
2. Klien menunjukkan teknik orang lain yang pernah membantu klien rileks selama
untuk mengontrol cemas. mengalami hal yang sama periode ansietas berat.
3. Postur tubuh, ekspresi dengan pasien

37
wajah, dan tingkat aktivitas 6. Kolaborasi dengan dokter
menunjukkan dalam pemberian obat.
berkurangnya kecemasan.
2. Harga diri rendah Tujuan panjang : Self Esteem Enhancement 1. Meningkatkan daya titik diri dan
situasional Setelah diberikan tindakan 1. Kaji secara verbal dan non mendefenisikan masalah-masalah
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 verbal respon klien terhadap dan kemungkinan pemecahannya
penyakit, perubahan jam meningkatkan harga diri tubuhnya secara rasional
seksualitas, klien 2. Jelaskan tentang pengobatan, 2. Penjelasan akan meningkatkan rasa
hubungan dengan Tujuan pendek : perawatan dan penyakitnya percaya diri klien
pasangan dan Setela diberikan tindakan 3. Dorong klien dalam 3. Eksplorasi diri mendorong pasien
keluarga, gangguan keperawatan selama 1x30 mengungkapkan perasaannya untuk mempertimbangkan perubahan
fungsional. menit klien menerima diri di masa yang akan datang
dalam situasinya Counseling 4. Membantu menurunkan masalah
Kriteria Hasil : 4. Dorong diskusi yang mempengaruhi penerimaan
- Klien mengungkapkan tentang/pecahkan masalah pengobatan atau merangsang
pemahaman penyakitnya tentang efek kanker/pengobatan kemajuan penyakit
- Klien dapat menerima diri pada peran sebagai ibu rumah 5. Meskipun beberapa pasien
dan perubahan situasinya tangga, orang tua dan beradaptasi/menyesuaikan diri
saat ini sebagainya dengan efek kanker atau efek
- Body image positif samping terapi, banyak memerlukan
- Mendeskriptifkan secara Coping Enhancement dukungan tambahan selama periode

38
faktual perubahan fungsi 5. Berikan dukungan untuk ini
tubuh pasien/orang terdekat selama 6. Kelompok pendukung biasanya
- Mempertahankan interaksi tes diagnostik dan fase sangat menguntungkan baik untuk
sosial pengobatan. pasien/ orang terdekat, memberikan
6. Rujuk pasien/orang terdekat kontak dengan pasien dengan kanker
pada program kelompok pada berbagai tingkatan pengobatan
pendukung (bila ada). dan/atau pemulihan

3. Nyeri saat senggama Tujuan panjang : Pain Management 1. Membantu membedakan


berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan 1. Lakukan pengkajian nyeri menyebabkan nyeri dan memberikan
penurunan sekresi keperawatan selama 3x24 jam secara komperensif (catat informasi tentang kemajuan atau
lendir serviks nyeri berkurang s/d hilang keluhan lokasi nyeri, frekuensi perbaikan penyakit, komplikasi dan
Tujuan pendek : durasi dan intesitas skala 0-10) keefektifan intervensi
Setelah diberikan asuhan dan tindakan penghilang nyeri 2. Mengurangi kekeringan vagina yang
keperawatan 1x24 jam nyeri yang dilakukan dapat menimbulkan rasa sakit dan
berkurang dan pasien merasa 2. Diskusikan dengan klien iritasi
nyaman tentang penggunaan cara atau 3. Senam kegel bermanfaat untuk
Kriteria Hasil : teknik khusus saat menguatkan otot-otot kewanitaan
1. Klien melaporkan nyeri berhubungan 4. Memberikan rasa nyaman terhadap
hilang 3. Anjurkan klien untuk pasien, meningkatkan relaksasi, dan
2. Klien tidak menolak saat melakukan senam kegel membantu pasien untuk

39
berhubungan 4. dorong penggunaan memfokuskan kembali perhatiannya
ketrampilan menejemen nyeri 5. Memulihkan atrofi genetalia,
seprti teknik relaksi dan kekeringan vagina, uretra
distraksi, membaca buku dan
sentuhan terapeutik..
5. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat sesuai
indikasi, estrogen pengganti
4. Perubahan eliminasi Tujuan panjang : Urinary Retention Care 1. Dapat mengindikasikan retensi urine
urinarius Setelah diberikan tindakan 1. Perhatikan pola berkemih dan bila berkemih dengan sering dalam
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 awasi keluaran urine jumlah sedikit/kurang (< 100 ml)
trauma mekanis, jam eliminasi urine dapat 2. Palpasi kandung kemih, 2. Persepsi kandung kemih penuh,
manipulasi bedah, lancar mencaritahu keluhan distensi kandung kemih di atas
adanya edema Tujuan pendek : ketidaknyaman, simpisis pubis menunjukkan retensi
jaringan lokal, Setela diberikan tindakan ketidakmampuan berkemih urine
penekanan vesika keperawatan selama 1x30 3. Berikan tindakan berkemih 3. Meningkatkan relaksasi otot perineal
urinaria. menit tidak ada hambatan rutin, posisi normal, aliran air dan dapat mempermudah upaya
dalam eliminasi urine pada baskom, penyiraman air berkemih
Kriteria Hasil : hangat pada perineum 4. Meningkatkan kebersihan,
3. Tidak ada distensi 4. Berikan perawatan kebersihan menurunkan resiko ISK asenden
kandung kemih perineal dan perawatan kateter 5. Retensi urine, drainase vagina, dan

40
4. Tidak ada 5. Kaji karakteristik urine, kemungkinan adanya kateter
inkontinensia aliran perhatikan warna, kejernihan, intermitten/ tak menetap
berlebihan bau meningkatkan resiko infeksi,
5. Klien BAK dengan 6. Lakukan pemasangan kateter khususnya bila pasien mempunyai
tuntas bila diindikasikan jahitan parineal
6. Kandung kemih kosong 6. Edema atau pengaruh suplai saraf
secara teratur dapat menyebabkan atoni kandungan
kemih/retensi kandung kemih
memerlukan dekompresi kandung
kemih
5. Ketidakseimbangan Tujuan panjang : Nutrition Management & 1. Dengan mengurangi kondisi atau
nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan Monitoring gejala sehingga penyebab penurunan
kebutuhan tubuh 3x24 jam kebutuhan nutrisi 1. Mengurangi kondisi atau gejala nafsu makan akan berkurang
berhubungan klien dapat terpenuhi penyakit yang menyebabkan 2. Makanan yang disukai oleh klien
dengan asupan yang Tujuan pendek : penurunan nafsu makan akan meningkatkan keinginan klien
tidak adekuat Setelah dilakukan tindakan 2. Memberikan makanan yang untuk makan dan nafsu makan akan
keperawatan selama 1x24 jam disukai oleh klien sedikit tetapi meningkat
nutrisi dapat terpenuhi sering 3. Mengetahui keadekuatan dari nutrisi
Kriteria hasil: 3. Timbang berat badan klien yang sudah diberikan
- Adanya peningkatan BB 4. Menata ruangan senyaman 4. Menciptakan suasana makan yang
- BB klien idela dengan mungkin nyaman

41
tinggi badan klien 5. Menurunkan stress psikologis 5. Stres psikologi dapat menurunkan
- Tidak ada tanda-tanda 6. Sajikan makanan yang mudah nafsu makan sehingga dengan
malnutrisi dicerna mengatasi stress psikologi maka
- Menunjukkkan 7. Berikan pendidikan kesehan akan dapat meningkatkan nafsu
peningkatan fungsi tentang cara diet, serta makan klien
pengecapan dan menelan kebutuhan kalori 6. Memudahkan klien untuk menelan
- Tidak terjadi penurunan 8. Kolaborasi dalam pemberian makanan yang sudah disediakan
BB vitamin penambah nafsu 7. Mengatur pola diet yang seimbang
makan pada klien dan bergizi
8. Memberikan vitamin penambah
nafsu makan, klien akan merasakan
selalu ingin makan dan dapat
meningkatkan BB klien.
6. Nyeri berhubungan Tujuan Panjang: Pain Management 1. Memberikan dasar untuk mengkaji
dengan agen Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji karakteristik nyeri (lokasi, perubahan pada tingkat nyeri dan
biologis penekan 3x24 jam nyeri akut tidak kualitas, frekuensi, dan durasi) mengevaluasi intervensi
kanker pada dinding terjadi 2. Berikan dukungan emosional 2. Mengurangi ketakutan dan ansietas
serviks Tujuan Pendek: dan menentramkan kekuatiran akibat penyakit yang diderita.
Setalah dilakukan tindakan pasien Ketakutan dan ansietas akan
keperawatan selama 1x24 jam 3. Gunakan metode distraksi meningkatkan persepsi nyeri
nyeri akut dapat berkurang. seperti relaksasi. Teknik 3. Teknik mengalihkan perhatian atau

42
Kriteria Hasil: pernafasan dalam, distraksi dapat membuat nyeri
- Klien mampu mengontrol mendengarkan musik, dan berkurang, serta pasien tidak akan
nyeri imajinasi fokus terhadap nyeri yang sedang
- Melaporkan bahwa nyeri 4. Kolaborasi dalam pemberian dialami
berkurang mengggunakan terapi analgesik sesuai dengan 4. Analgesik merupakan agen
manajemen nyeri indikator dokter farmakologi yang berfungsi
- Mampu mengenali nyeri mengurangi rasa nyeri, analgesik
- Menyatakan rasa nyaman cenderung lebih efektif ketika
dan aman setalah nyeri diberikan secara dini pada siklus
berkurang nyeri, respon pasien memberikan
informasi tambahan tentang nyeri
klien
7. Resiko terjadinya Tujuan Panjang : Fluid Management 1. Mengetahui jumlah cairan yang
kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji secara akurat output keluar dan mengetahui
cairan berhubungan keperawatan 3x24 jam resiko fecces (warna, konsistensi, perkembangan penyakit
dengan diare, kurangnya volume cairan frekuensi) 2. Menentukkan tingkat kebutuhan
muntah, tidak kurang dari kebutuhan tidak 2. Kaji urine output (volume, cairan tubuh
adekuatnya terjadi warna, Ph, protein, berat jenis) 3. Mengetahui status nutrisi klien
masukan makanan Tujuan Pendek : 3. Timbang BB tiap hari dalam 4. Mengetahui keseimbangan cairan
dan cairan Setelah dilakukan tindakan waktu dan timbangan yang tubuh
keperawatan selama 1x24 jam sama 5. Sebagai indikator untuk tindakan

43
kebutuhan cairan dapat 4. Monitor intake-output lebih lanjut
terpenuhi 5. Monitor nilai-nilai elektrolit 6. Mempertahankan hidrasi pasien
Kriteria Hasil : dan laporkan jika terjadi secara adekuat
- Mempertahankan urine ketidakseimbangan elektrolit
output sesuai dengan usia 6. Monitor pemberian cairan dan
dan BB, BJ, urine normal, elektrolit
HT nornal
- Tekanan darah, nadi, suhu
tubuh dalam batas normal
- Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi, elastisitas turgor
kulit baik, membran
mukosa lembab, tidak ada
rasa haus yang berlebihan
8. Gangguan citra Tujuan Panjang : Body Image Enhancement 1. Memberikan dasar untuk mengkaji
tubuh berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji perasaan klien tentangan perubahan pada tingkat nyeri dan
dengan perubahan keperawatan 3x24 jam gambaran dan tingkat harga mengevaluasi intervensi
penampilan, fungsi, gangguan citra tubuh tidak diri 2. Memberikan motivasi
dan peran terjadi 2. Berikan motivasi untuk memungkinkan kontol kontinu
(kemoterapi) Tujuan Pendek : keikutsertaan yang kontinu terdapat kejadian dan kontrol diri
Setelah dilakukan tindakan dalam aktivitas dan pembuatan klien sendiri

44
keperawatan selama 1x24 jam, keputusan 3. Mengidentifikasi kekhawatiran
gangguan citra tubuh dapat 3. Berikan dukungan pada klien merupakan salah satu tahapan
diatasi dan berkurang untuk mengungkapkan penting dalam mengatasinya
Kriteria Hasil : kekhawatirannya 4. Kesejahteraan fisik meningkatkan
- Body image positif 4. Bantu klien dalam perawatan harga diri
- Mampu mengidentifikasi diri ketika keletihan 5. Memberikan kesempatan untuk
kekuatan personal 5. Berikan motivasi kepada klien mengekspresikan kekhawatirannya.
- Mendiskripsikan secara dan psangannya ataupun
faktual perubahan fungsi keluarga untuk saling berbagi
tubuh kekhawatiran mengenai
- Mempertahankan interaksi perubahan fungsi seksual
sosial

45
BAB III
LAPORAN KASUS

A. Tinjauan Kasus
Ny. H datang ke klinik Stikay untuk berkonsultasi dan melakukan pemeriksaan, Ny.
H datang dengan keluhan nyeri saat berhubungan seksual, disertai keluarnya lendir
dan cairan berbau amis sejak 1 bulan terakhir dan kemarin keluar darah setelah
bersenggama dari vagina. Ny. H menyatakan sebelumnya menggunakan alat
kontrasepsi IUD selama 8 tahun. Saat ini belum pernah melakukan pemeriksaan
laboratorium atau pemeriksaan lain. Hasil Tekanan darah 120/80mmHg, Nadi : 78
x/menit, Respirasi 18 x/menit, Suhu 36,6 C.

B. Pengkajian
Wawancara
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama : Ny. H
Tempat tanggal lahir : Tasik, 13 Juni 1979
Umur : 37 Tahun
Agama : Islam
Alamt : Kp. Kebon Jeruk RT 01 RW 07, hesawargi
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT
Tanggal masuk :27 Juni 2016
Tanggal kaji :27 juni 2016
Diagnosa : Ca Cerviks

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. M
Hubungan klien : Suami
Umur : 38 tahun
Agama : Islam
Alamat : Kp. Kebon Jeruk RT 01 RW 07, hesawargi
Pendidikan : SLTA

46
Pekerjaan : Wiraswasta

2. Keluhan Utama : Klien mengatakan nyeri saat berhubungan seksual.


3. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang dengan keluhan nyeri saat berhubungan seksual, disertai
keluarnya lendir dan cairan berbau amis sejak 1 bulan terakhir. Pasien merasakan
keluhan nyeri bertambah berat dari hari ke hari. Satu hari sebelumnya pasien
melakukan hubungan sekssual dan sempat ada perdarahan dan merasakan nyeri saat
berhubungan. Darah keluar dari liang vagina terus menerus setiap hari, darah yang
keluar berwarna merah segar, kadang-kadang disertai dengan lendir, dan berbau.
Selama mengalami perdarahan pasien tidak mau berobat karena pasien merasa takut.
Sehingga pasien bersama suami di priksa ke klinik, dengan pemeriksaan IVA test.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kesehatan dahulu ibu mengatakan sebelumnya belum pernah menderita penyakit
yang akut. Suami juga mengatakan ia tidak pernah menderita sakit tertentu. Intensitas
untuk pertemuan dengan suami menurut ibu hanya bertemu saat malam hari, dan pagi
hari karena suami seorang supir oto.
5. Riwayat Kesehatan Kelurga
Klien mngatakan tidak punya penyakit keturunan dan menular seperti AIDS/HIV,
hepatitis, DM, Hipertensi dalam kelurganya.

Genogram
Keluarga Ayah Keluarga Ibu

47
Keterangan :
: laki-laki

: perempuan
: klien
.......... : tinggal satu rumah
6. Riwayat kehamilan
Klien mngatakan sudah melahirkan dan punya dua orang anak, saat melahirkan
ditolong sama paraji.
7. Riwayat Imuninasi
Klien mngatakan tidak pernah imunisasi sebelumnya
8. Riwayat KB
Klien mengatakan pernah menggunakan IUD selama 8 tahun.
9. Riwayat kesehatan reproduksi
Menarche : 13 tahun, siklus haid 28 hari, lamanyahaid 5- 6 hari
10. Riwayat pernikahan, kehamilan, persalinan
Klien mengatakan hanya satu kali menikah dengan suaminya yang sekarang, lamanya
pernikahan 15 tahun.
Hamil Usia Riw. Lahir Penolong Cara BB bayi Jenis Keadaan
Kehamilan Pernikahan di… persalinan Bersalin saat lahir kelamin Saat ini
1 9 bulan 1 Paraji Paraji Sponta 3000 gr P Hidup,
n sehat
2 9 bulan 1 Paraji Paraji Sponta 3400 gr L Hidup,
n sehat

11. Riwayat psikologi, ekonomi, sosial dan spiritual


a. Riwayat psikologi
Klien mengatakan malu akan bau dan keputihan saat berhubungan seksual, jadi
tidak percaya diri sebagai istri jadi kadang sering menolak berhubungan seksual.
Klien juga mengatakan takut akan penyakitnya dan takut bila suami atau keluarga
tidak menerima penyakitnya.
b. Riwayat ekonomi

48
Klien mengatakan hanya kerja dirumah saja (IRT), penghasilan yang didapat
selama ini hanya dari hasil suami yang bekerja sebagai wiraswasta, penghasilan
dalam satu bulan dari gaji suami saja.
c. Riwayat sosial
- Hubungan klien dengan keluarga harmonis
- Hubungan dengan masyarakat harmonis
- Hubungan dengan teman suami baik
- Hubungan klien dengan teman sebaya baik
d. Riwayat spiritual
Klien mengatakan sudah pasrah semua kondisinya saat ini kepada Allah. Klien
hanya mencoba berusaha namun Allah yang menentukan.

Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum
- kesadaran : composmentis
- tanda-tanda vital :
 TD : 120/80 mmHg
 N : 78x/ menit
 RR : 19x/menit
 S :36,60C
 Skala nyeri :3 (0-10) nyeri sedang
2. Pemeriksaan fisik (Head to toe)
a. Kepala
Bentuk kepala bulat, kulit kepala bersih, ketombe tidak ada, lesi tidak ada, dan
tidak ada nyeri tekan atau lepas.
b. Rambut
Warna rambut hitam, rambut panjang tertata rapi, bersih, distribusi rabut merata,
dan tidak rontok dan tidak mudah dicabut.
c. Dahi
Bentuk dahi bulat, tidak ada luka, luas dahi simetris.
d. Mata

49
Bentuk dan letak mata simetris, sklera putih, konjungtiva tidak anemis, reflek
pupil terhadap cahaya kanan dan kiri +/+, fungsi penglihatan kanan dan kiri baik,
tidak ada nyeri tekan, pergerakan bola mata normal.

e. Wajah
Bentuk wajah bulat dan proporsional, tidak ada luka, tidak ada closma
gravidarum, tidak ada edema.
f. Telinga
Bentuk dan letak simetris, pinna lentur, telinga bersih, serumen tidak ada, fungsi
pendengaran baik, tidak ada keluhan.
g. Hidung
Bentuk hidung proporsional,septum hidung ditengah, cuping hidung -/-, sekret
tidak ada, polip tidak ada, kebersihan baik, lapang udara baik tidak ada hambatan,
fungsi penghidu normal.
h. Mulut
Bentuk bibir proporsional dan simetris, mukosa bibir lembab, kebersihan mulut
dan gigi baik, lidah berwarna merah muda, uvula berada ditengah, jumlah gigi
lengkap, karies gigi tidak ada.
i. Leher
Tidak ada deviasi trakea, pergerakkan leher bebas, tidak ada pembesaran KGB
dan tiroid, reflek menelan baik, tidak ada peningkatan JVP (JPV 3cm)
j. Dada
Bentuk dada simetris, pergerakan dinding dada simetris, buny paru vesikuler,
ronchi -/-, wheezing -/-, bunyi jantung reguler s1, s2, murmur tidak ada, buny
jantung tambahan s3, s4 tidak ada.
k. Payudara
Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan atau lepas,
letak puting simetris.
l. Abdomen
Bentuk cembung, tidak ada pembesaran, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran hati,
limfe dan ginjal, kandung kemih teraba penuh, distensi kandung kemih, bising
usus 11x/menit.

50
m. Punggung
Punggung tampak bersih, tidak ada lesi, taktil fremitus normal, deviasi tulang
belakang tidak ada, pembesaran dan kelainan tidak ada.

n. Genetalia & Anus


Terdapat perdarahan pervaginam, ada keputihan yang berbau, lesi pada vagina,
edema vagina, kebersihan kurang baik, keluhan nyeri saat bersenggama. keluhan
sulit berkemih dan tidak tuntas Anus tampak baik tidak ada keluhan.
o. Ekstermitas atas dan bawah
Bentuk ekstremitas atas dan bawah simetris, kekuatan otot penuh, rentang gerak
bebas, refleks patela +/+, refleks triceps +/+, refleks biceps +/+, , tidak ada
varises, tidak ada edema, fraktur tidak ada, clubbing foot tidak ada, CRT < 2
detik, deformitas tidak ada.

12. Pemeriksaan penunjang


IVA test dengan hasil pemeriksaan terdapat bercak putih
13. Therapi
Belum ada therapi karena dirujuk untuk periksa lanjut

C. Analisa Data
No Analisa Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1. Data Subjektif : Vaskularisasi jaringan Harga diri rendah
- Klien mengatakan terganggu situasional, perubahan
malu akan bau dan seksualitas
keputihannya saat Peradangan endoserviks dan
berhubungan eksoserviks
seksual
- Klien mengatakan Nekrosis jaringan
menjadi tidak
percaya diri sebagai Keputihan dan bau busuk

51
istri
Data Objektif : Harga diri rendah situasional,
- Perdarahan perubahan seksualitas
pervagina
- Liang vagina kering
- Adanya kanker
serviks
- Keputihan berbau
busuk
- Adanya lesi pada
vagina
- Penurunan rasa
percaya diri klien
- Perilaku cenderung
tertutup dan
menghindar interaksi
sosial dengan
pasangan / keluarga
2. Data Subjektif : Penurunan kadar estrogen Nyeri saat senggama
- Klien mengatakan
nyeri saat Penurunan sekresi lendir
berhubungan serviks
- Klien mengatakan
sering menolak bila Penipisan liang vagina,
diajak berhubungan kering

Data Objektif : Nyeri saat senggama


- Tampak meringis
kesakitan
- Perdarahan
pervagina
- Liang vagina kering
- Adanya kanker

52
serviks
- Keputihan berbau
busuk
- Adanya lesi pada
vagina

3 Data Subjektif : Faktor etiologi karsinoma Ansietas


- Klien mengatakan serviks
takut akan
penyakitnya Displasia sel serviks
- Klien mengatakan
takut bila suami atau Pembesaran massa
keluarga tidak
menerima Ca serviks
penyakitnya
Data Objektif : Penatalaksanaan kurang
- IVA test positif pengetahuan tentang penyakit
- Diagnosis kanker
serviks Takut
- Perdarahan
pervagina Ansietas
- Keputihan berbau
busuk
- Ketakutan
- Gelisah
- Khawatir
- Wajah tegang
- Kesedihan
mendalam
4. Data Subjektif : Faktor etiologi karsinoma Perubahan eliminasi
- Klien mengatakan serviks urinarius
sulit buang air kecil
dan Displasia sel serviks

53
- Klien mengatakan
nyeri saat buang air Pembesaran massa
kecil
Data Objektif : Edema jaringan lokal
- Distensi kandung
kemih Penekanan vesika urinaria
- Frekuensi berkemih
menurun Perubahan eliminasi urinarius
- BAK tidak tuntas
- Adanya retensi
urine dalam
kandung kemih
- BAK sedikit dan
nyeri saat BAK

D. Diagnosa Keperawatan (NANDA, 2011)


1. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan
femininitas dan perubahan bentuk tubuh.
2. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan penyakit, perubahan seksualitas,
hubungan dengan pasangan dan keluarga, gangguan fungsional.
3. Nyeri saat senggama berhubungan dengan penurunan sekresi lendir serviks
4. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi
bedah, adanya edema jaringan lokal, penekanan vesika urinaria.

54
E. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


1. Ansietas berhubungan Tupan : Anxiety Reduction 1. Menghilangkan keraguan dan
dengan diagnosis kanker, Setelah diberikan 1. Dorong pasien utnk meningkatkan dukungan.
takut akan rasa nyeri, perawatan selama 3 x 24 mengungkapkan perasaan, 2. Bisa memodifikasi koping
kehilangan femininitas dan jam ansietas hilang atau ketakutan, dan persepsi. yang efektif kepada pasien
perubahan bentuk tubuh. tidak cemas lagi. 2. Gali bersama pasien tentang 3. Penjelasan prosedur
Tupen : teknik yang berhasil atau berfungsi untuk mengurangi
Setelah diberikan tidaknya menurunkan ansietas tingkat keraguan klien.
perawatan selama 1 x 30 di masa lalau 4. Teknik relaksasi dapat
menit diharapkan ansietas 3. Jelaskan prosedur dan apa yang memperbaiki keseimbangan
berkurang. dirasakan selama prosedur. fisik dan psikologis pasien.
Dengan KH : 4. Anjurkan pasien untuk 5. Memperbaiki keseimbangan
1. Klien mampu melakukan teknik relaksasi. fisik dan psikologis klien
mengidentifikasi dan 5. Berikan kesempatan kepada menghilangkan keraguan dan
mengungkapkan gejala pasien untuk berdiskusi dengan meningkatkan dukungan
cemas. orang lain yang pernah terhadap efektifitas
2. Klien menunjukkan teknik mengalami hal yang sama pengobatan yang di jalani.
untuk mengontrol cemas. dengan pasien 6. Pemberiann obat berfungsi
3. Postur tubuh, ekspresi 6. Kolaborasi dengan dokter dalam untuk membantu klien rileks
wajah, dan tingkat aktivitas pemberian obat. selama periode ansietas berat.
55
menunjukkan
berkurangnya kecemasan.
2. Harga diri rendah situasional Tupan : Self Esteem Enhancement 1. Meningkatkan daya titik diri
berhubungan dengan Setelah diberikan tindakan 1. Kaji secara verbal dan non dan mendefenisikan masalah-
penyakit, perubahan keperawatan selama 3x24 verbal respon klien terhadap masalah dan kemungkinan
seksualitas, hubungan jam meningkatkan harga diri tubuhnya pemecahannya secara rasional
dengan pasangan dan klien 2. Jelaskan tentang pengobatan, 2. Penjelasan akan
keluarga, gangguan Tupen : perawatan dan penyakitnya meningkatkan rasa percaya
fungsional. Setela diberikan tindakan 3. Dorong klien dalam diri klien
keperawatan selama 1x30 mengungkapkan perasaannya 3. Eksplorasi diri mendorong
menit klien menerima diri pasien untuk
dalam situasinya Counseling mempertimbangkan
Dengan KH : 4. Dorong diskusi perubahan di masa yang akan
1. Klien mengungkapkan tentang/pecahkan masalah datang
pemahaman penyakitnya tentang efek kanker/pengobatan 4. Membantu menurunkan
2. Klien dapat menerima diri pada peran sebagai ibu rumah masalah yang mempengaruhi
dan perubahan situasinya tangga, orang tua dan penerimaan pengobatan atau
saat ini sebagainya merangsang kemajuan
3. Body image positif penyakit
4. Mendeskriptifkan secara Coping Enhancement 5. Meskipun beberapa pasien
faktual perubahan fungsi 5. Berikan dukungan untuk beradaptasi/menyesuaikan

56
tubuh pasien/orang terdekat selama tes diri dengan efek kanker atau
5. Mempertahankan interaksi diagnostik dan fase pengobatan. efek samping terapi, banyak
sosial 6. Rujuk pasien/orang terdekat memerlukan dukungan
pada program kelompok tambahan selama periode ini
pendukung (bila ada). 6. Kelompok pendukung
biasanya sangat
menguntungkan baik untuk
pasien/ orang terdekat,
memberikan kontak dengan
pasien dengan kanker pada
berbagai tingkatan
pengobatan dan/atau
pemulihan

3. Nyeri saat senggama Tupan : Pain Management 1. Membantu membedakan


berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan 1. Lakukan pengkajian nyeri menyebabkan nyeri dan
penurunan sekresi lendir keperawatan selama 3x24 jam secara komperensif (catat memberikan informasi
serviks nyeri berkurang s/d hilang keluhan lokasi nyeri, frekuensi tentang kemajuan atau
Tupen : durasi dan intesitas skala 0-10) perbaikan penyakit,
Setelah diberikan asuhan dan tindakan penghilang nyeri komplikasi dan keefektifan
keperawatan 1x24 jam nyeri yang dilakukan intervensi

57
berkurang dan pasien merasa 2. Diskusikan dengan klien tentang 2. Mengurangi kekeringan
nyaman penggunaan cara atau teknik vagina yang dapat
Dengan KH : khusus saat berhubungan menimbulkan rasa sakit dan
1. Klien melaporkan nyeri 3. Anjurkan klien untuk melakukan iritasi
hilang senam kegel 3. Senam kegel bermanfaat
2. Klien tidak menolak saat 4. dorong penggunaan ketrampilan untuk menguatkan otot-otot
berhubungan menejemen nyeri seprti teknik kewanitaan
relaksi dan distraksi, membaca 4. Memberikan rasa nyaman
buku dan sentuhan terapeutik.. terhadap pasien,
5. Kolaborasi dengan dokter dalam meningkatkan relaksasi, dan
pemberian obat sesuai indikasi, membantu pasien untuk
estrogen pengganti memfokuskan kembali
perhatiannya
5. Memulihkan atrofi genetalia,
kekeringan vagina, uretra
4. Perubahan eliminasi Tupan : Urinary Retention Care 1. Dapat mengindikasikan
urinarius berhubungan Setelah diberikan tindakan 1. Perhatikan pola berkemih dan retensi urine bila berkemih
dengan trauma mekanis, keperawatan selama 3x24 awasi keluaran urine dengan sering dalam jumlah
manipulasi bedah, adanya jam eliminasi urine dapat 2. Palpasi kandung kemih, sedikit/kurang (< 100 ml)
edema jaringan lokal, lancar mencaritahu keluhan 2. Persepsi kandung kemih
penekanan vesika urinaria. Tupen : ketidaknyaman, penuh, distensi kandung

58
Setela diberikan tindakan ketidakmampuan berkemih kemih di atas simpisis pubis
keperawatan selama 1x30 3. Berikan tindakan berkemih menunjukkan retensi urine
menit tidak ada hambatan rutin, posisi normal, aliran air 3. Meningkatkan relaksasi otot
dalam eliminasi urine pada baskom, penyiraman air perineal dan dapat
Dengan KH : hangat pada perineum mempermudah upaya
1. Tidak ada distensi kandung 4. Berikan perawatan kebersihan berkemih
kemih perineal dan perawatan kateter 4. Meningkatkan kebersihan,
2. Tidak ada inkontinensia 5. Kaji karakteristik urine, menurunkan resiko ISK
aliran berlebihan perhatikan warna, kejernihan, asenden
3. Klien BAK dengan tuntas bau 5. Retensi urine, drainase
4. Kandung kemih kosong 6. Lakukan pemasangan kateter vagina, dan kemungkinan
secara teratur bila diindikasikan adanya kateter intermitten/
tak menetap meningkatkan
resiko infeksi, khususnya bila
pasien mempunyai jahitan
parineal
6. Edema atau pengaruh suplai
saraf dapat menyebabkan
atoni kandungan
kemih/retensi kandung kemih

59
BAB IV
NASKAH ROLE PLAY

Narator : Diceritakan ada pasangan suami istri yang bernama Ny. H dan Tn. M yang
sudah menikah sekitar 10 tahun. Sebelumnya Ny. H menggunakan alat kontrasepsi IUD
selama 8 tahun. Ny. H datang ke klinik Stikay untuk berkonsultasi dan melakukan
pemeriksaan, Ny. H datang dengan keluhan nyeri setelah berhuTantengan seksual, disertai
keluarnya lendir dan cairan berbau amis sejak 1 Tantelan terakhir. Ny. H belum pernah
melakukan pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan lain. 3 hari sebelumnya Ny. H dan
Tn. M melakukan huTantengan seksual dan sempat ada keluaran darah dan merasakan nyeri
setelah berhuTantengan, Ny. H merasa cemas akan kondisinya, akhirnya Tn.M dan tante Ny.
H menyuruh Ny. H untuk melakukan pemeriksaan dulu ke klinik Stikay.

Suatu hari dirumah Ny. H, Ny. H sedang duduk dan berjalan modar – mandir tampak gelisah
dan cemas. Ny. H duduk menghampiri iTantenya.

Ny H : Tante, aku takut Tante... kenapa ya akhir-akhir ini setiap aku


berhuTantengan sama suamiku kok terasa sakit ya Tante? terus ada
darah keluar jugs Tante.
Tante : dari kapan memang nak? Kok bisa begitu?
Ny H : aku juga gak tau Tante, makanya aku tanya iTante, sudah 2
Tantelanan ini Tante. Kadang aku juga banyak keputihan terus bau
juga Tante.
Tante : aduh nak, periksa saja ke klinik dulu. Takut ada apa-apa kamunya
nak.
Ny. H : aku takut Tante, aku juga malu sama suamiku.
Tante : kan biar tahu penyakitnya apa, kamu ceritakan saja sama suamimu
dulu, atau sekalian ajak juga ke klinik mengantar kamu ya. Daripada
ditunda nanti takutnya parah kan bahaya.

60
Narator : Ny. H pun akhirnya memutuskan untuk bercerita dengan suaminya
dan memintanya untuk mengantarnya ke klinik Stikay besok pagi.
Keesokan harinya Ny. H ditemani suaminya Tn. M datang ke klinik
Stikay :

Perawat 1 : Selamat pagi Tante, pak. Ada yang bisa dibantu? Silahkan duduk, ini
siapa yang sakit?
Ny. H : saya suster, saya mau periksa soalnya sejak 2 Tantelan terakhir ini
keluar cairan berbau amis dari kelamin saya. Kemarin sempat ada
perdarahan setelah berhuTantengan seksual dan saya juga merasa
nyeri.
Tn. M : kira- kira istri saya kenapa ya sus ? Kemarin kelihatannya banyak
juga darah yang keluar.
Perawat 1 : Sebentar ya pak saya periksa dulu dan lengkapi data iTante ya pak.
(sambil dilakukan pemeriksaan fisik oleh perawat welinda)
(Setelah melakukan pemeriksaan fisik oleh perawat)

Perawat 1 : ITante setelah saya lakukan pemeriksaan fisik, tekanan darah,


pernafasan, suhu, dan nadi iTante dalam keadaan baik, tetapi untuk
daerah kewanitaan iTante kelihatannya ada bengkak, keputihan cukup
banyak dan ada sedikit luka. Kalau seperti ini iTante disarankan dulu
untuk melakukan pemeriksaan awal Tante,yaitu IVA test. Kebetulan
diklinik kami bisa dilakukan IVA test.
Ny. H : IVA test itu apa suster ? pemeriksaannya sakit ga?
Perawat 1 : ITante tadi juga kan mengeluh nyeri pada liang senggama, dsertai
keputihan cukup banyak dan ada sedikit luka, sehingga disarankan
untuk IVA test, Inspeksi Visual Asam Asetat, pemeriksaan awal untuk
deteksi dini kanker serviks atau mulut rahim iTante, mungkin akan
sedikit sakit tetapi bila iTante mau bekerjasama saat pemeriksaan
mungkin tidak terlalu sakit.
Tn. M : Pemeriksaannya mahal tidak sus? Kira-kira berapa lama?
Perawat 1 : Kurang lebih sekitar 20 riTante saja pak, hanya 10-15 menit hasilnya
sudah ada pak. Apa ada pertanyaan lain pak, Tante?

61
Ny H : bagaimana ini pah? Mamah jadi makin takut.
Tn. M : udah mamah tenang aja, mamah periksa aja dulu. Nanti papah
tungguin, biar jelas penyakitnya apa ya.
Ny. H : ya udah sus, periksanya dimana?
Perawat 1 : iTante kedepan nanti ke menunggu di depan, ruangannya disebelah
Tante, jadi Tante nanti tunggu dipanggil saja ya.
Ny. H : baik sus, terimakasih ya.
Tn. M : terimakasih sus, mari sus.
(Ny. H dan Tn. M meninggalkan ruang periksa dan menunggu antrian
diruang tunggu)

Narator : Ny. H dan Tn. M meninggalkan ruang periksa dan menunggu antrian
untuk pemeriksaan IVA test diruang tunggu. Sambil Ny A menunggu,
kebetulan sedang berlangsung penyuluhan mengenai kesehatan
reproduksi tentang kanker serviks. Ny A dan Tn B pun akhirnya
menunggu sambil mengikuti penyuluhan terseTantet.
Penyuluhan tentang dari mahasiswa profesi ners (Yarnen & Kartika)
pun berlangsung sekitar 15 menit. Setelah penyuluhan selesai, Ny A
tertarik dan mengajukan pertanyaan.

Ny H : adek, boleh saya bertanya?


Mahasiswa 1 :oh iya bu, boleh, silahkan.
Ny H : kalo test IVA hasilnya positif kanker, harus gimana ya dek
selanjutnya. Bisa semTanteh ga?
Mahasiswa 1 : oh iya bu... biasanya bisa ditangani di klinik dulu Tante, seperti
dilakukan krioterapi yaitu pembekuan sel postif di leher rahim, sampai
terlepas. Tetapi bila tidak lepas atau sel + banyak, biasanya harus
dirujuk untuk pengobatan di rumah sakit.
Ny H : oh begitu ya dek, makasih ya dek infonya.
Mahasiswa 2 : iya bu sama sama (sambil menutup acara penyuluhan dan kembali
keruang periksa untuk bertugas).

62
Narator : setelah menunggu, Ny H dipanggil untuk melakukan pemeriksaan
IVA test.
Mahasiswa 2 : Ny. H
Ny H : iya saya , saya mau periksa IVA test.
Mahasiswa 2 : iya Tante masuk dulu ya. Suster ini ibu mau periksa IVA test.
Perawat 1 : oh iya, bu silahkan ke toilet dulu, buang air kecil dan jangan lupa
cebok ya bu...
Ny H : oh iyaiya sus.....

Narator : Ketika ibu sedang ke toilet, perawat dan mahasiswa menyiapkan


peralatan untuk pemeriksaan IVA test dan perawat mempersiapkan diri
seperti cuci tangan sebelum tindakan dan penggunaan alat pelindung
diri.

Ny H : sus, saya sudah selesai.


Perawat 1 : oh iya bu, silahkan bu tiduran dulu ya, celana dalam ibu di buka dulu
ya. Saya akan melakukan pemeriksaan IVA test yaitu pemeriksaan
dengan mengoleskan cairan asam pada leher rahim ibu untuk
mendeteksi dini kanker rahim. Pemeriksaan ini sekitar 10 sampai 15
menit. Nanti ibu mengikuti aba-aba saya ya.
Ny. H : baik sus.
Perawat 1 : ibu yuk dibuka dulu kakinya ya, relaks ya bu jangan
dikeraskan atau tegang ya, biar tidak sakit. Saya bersihkan dulu ya.

(perawat menggunakan sarung tangan sambil membersihkan genetalia eksterna dengan


cairan fisiologis. Perawat menginspeksi dan palpasi genitalia eksterna.
Kemudian mengaplikasikan gel pada spekulum kemudian masukkan
spekulum sampai serviks terlihat jelas. Perawat membersihkan serviks
dari cairan, darah dan sekret dengan kapas lidi bersih. Lalu perawat
mengoleskan asam asetat 5% pada serviks dengan kapas lidi. Perawat
menunggu hasil IVA selama 1 menit. Setelah 2 menit kemudian :

63
Perawat 1 : bu, hasil pemeriksaannya tampak ada bercak putih, dari tandanya ada
kemungkinan kanker mulut rahim. Tetapi ini baru kemungkinan saja
bu, ibu harus menjalani pemeriksaan lanjut seperti pap smear dan
laboratorium. Ibu tidak usah khawatir, ini baru satu hasil pemeriksaan
saya lapor dokter dulu ya
Ny. H : (tampak kaget) hah? Ini bahaya suster?
Perawat 1 : bu tidak usah khawatir nanti biar dokter jelaskan kepada ibu dan
suami ya, biar lebih jelas lagi. (sambil merapihkan pasien,
membereskan lingkungan pasien dan alat-alat yang telah digunakan)

(Narator : perawat memanggil dokter dan melaporkan hasil pemeriksaan IVA


test. Dokter masuk keruang periksa dan perawat memanggil Tn. M
suami Ny. H untuk masuk ke ruang periksa.

Dokter Jo : Ibu ini hasil pemeriksaan testnya kan tampak positif, tetapi belum
bisa dipastikan, jadi ibu harus melakukan pemeriksaan tahap
berikutnya. Yaitu pemeriksaan Pap Smear dan Laboratorium.
Kebetulan disini belum ada pemeriksaan untuk Pap Smear dan
laboratorium untuk deteksi sel kanker serta penyebaran kanker. Jadi
saya buatkankan suratnya dulu ya.
Ny. H : saya jadi takut dok, bisa sembuh gak dok?
Dokter Jo : Kalau ibu mengikuti pemeriksaan lanjutan dan mengikuti saran dari
pengobatan nanti, pasti bisa sembuh Tante. Ibu harus segera
melakukan pemeriksaan lanjutan ya bu, kalau tidak nanti takutnya
makin berat dan menyebar ke organ lain.
Narator : dan akhirnya Ny. H dan suaminya meninggalkan ruang periksa untuk
pergi ke laboratorium untuk pemeriksaan Pap Smear dan darah.

Role Play ini menggambarkan penyakit kanker serviks serta pentingnya edukasi tentang
kesehatan reproduksi di fasilitas kesehatan. Pendidikan kesehatan ini ditujukan untuk
meningkatkan wawasan dan pemahaman masyarakat untuk menekan penderita kanker serviks
serta keganasan yang akan timbull. Edukasi yang diberikan ditekankan pada pencegahan dini
dengan pemeriksaan IVA test yang dapat dilakukan di fasilitas kesehatan terdekat.

64
BAB V
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEMERIKSAAN IVA (INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT)


Pengertian Pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA test) adalah
metode sederhana non invasif dengan mengoleskan serviks
atau leher rahim dengan asam asetat, kemudian diamati
perubahannya.
Tujuan pemeriksaan dan deteksi dini kanker serviks
Persiapan Klien 1. Menyapa dan memperkenalkan diri perawat
2. Menanyakan kesiapan klien untuk diperiksa IVA
3. Memastikan identitas, memeriksa status dan
kelengkapan informed consent klien
4. Klien diminta untuk mengosongkan kandung kemih dan
membersihkan daerah genitalia
5. Klien diposisikan senyaman mungkin dengan posisi
litotomi
Persiapan Perawat 1. Menyiapkan dan memastikan alat dan seluruh
instrumen yang diperlukan sudah tersedia
2. Menjelaskan tujuan dari pemeriksaan IVA pada klien
3. Melakukan informed consent pada klien
Persiapan Alat 1. Air DTT (klorin 0,5%)
2. Kapas cebok
3. Botol cebok
4. NaCl 0,9%
5. Asam Asetat 3-5%
6. Stik laken
7. Spekulum vagina
8. Kapas lidi
9. Kom
10. Bak instrumen
11. Pengalas

65
12. Headlight
13. Sarung tangan 2 buah
14. Bengkok
15. Tissu
16. Selimut
Prosedur 1. Klien diminta untuk menanggalkan paikaian bawah,
dari pinggang hingga lutut dan diposisikan litotomi
2. Tutup area pinggang hingga lutut dengan kain
3. Cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air
mengalir, keringkan dengan tissu
4. Gunakan sarung tangan
5. Bersihkan genetalia eksterna dengan cairan fisiologis /
air DTT
6. Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna
7. Aplikasikan gel pada spekulum kemudian masukkan
spekulum sampai servks terlihat jelas
8. Bersihkan serviks dari cairan, darah dan sekret dengan
kapas lidi bersih
9. Lakukan pemeriksaan serviks
a. Bila terdapat kecurigaan kanker atau tidak :
Jika ya, klien dirujuk, pemeriksaan tidak dilanjutkan
b. Jika tidak, identifikasi sambungan skuamo
kolumnar (SSK)
Jika SSK tampak, lakukan IVA dengan
mengoleskan kapas lidi yang sudah dicelupkan ke
dalam asam asetat 3-5% keseluruh permukaan
serviks
Jika SSK tidak tampak, maka :
Dilakukan pemeriksaan mata telanjang tanpa asam
asetat (down staging)
Klien disarankan melakukan pemeriksaan pap
smear maksimal 6 bulan sekali
c. Tunggu hasil IVA selama 1 menit, perhatikan

66
apakah ada bercak putih (acetowhite epthellium)
atau tidak
Jika tidak ada (IVA negatif), jelaskan kepada klien
kapan harus kembali untuk mengulangi
pemeriksaan IVA
d. Jika ada (IVA positif), tentukan apakah lesi tersebut
dapat dilakukan krioterapi atau perlu rujukan untuk
pengobatan
10. Keluarkan spekulum perlahan sambil anjurkan klien
tarik nafas panjang
11. Bereskan alat, rapihkan klien dan lingkungannya
12. Buang sarung tangan, kapas dan bahan sekali pakai
lainnya kedalam tempat sampah, sedangkan untuk alat
yang dapat digunakan kembali, rendam dalam larutan
klorin 0,5 % sela 10 menit untuk dekontaminasi
13. Cuci tangan dan dokumentasikan.
14. Lakukan konseling post pemeriksaan IVA dan berikan
kesempatan kepada klien untuk bertanya hingga
mengerti dan berikan edukasi pencegahan kanker
serviks

67
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, dkk. 2005 Keperawatan maternitas. Edisi 4. Jakarta : EGC


Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, J. Mc.Closkey. 2012.
Nursing Interventions Classification (NIC). Fifth Edition. Iowa : Mosby
Elsevier
Chang, Dkk. 2009. Patofisiologi dan Aplikasi dalam Keperawatan. Jakarta : EGC
Judith,dkk. 2012. Buku saku diagnosis Keperawatan Nanda Nic Noc. Jakarta : EGC
Kusumah & Nuratif. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis
Medis & NANDA, NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 3. Yogyakarta : Mediaction
Publishing
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta: EGC.
Sarwono. 2008. Keperawatan Maternitas.Jakarta: EGC
Taylor & Ralph. 2010. Diagnosis Keperawatan dengan Rencana asuhan . Jakarta :
EGC
Prawihardjo. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Price, Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:
EGC

68

Anda mungkin juga menyukai