Anda di halaman 1dari 64

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan.
Saat ini kanker serviks menduduki urutan ke dua dari penyakit kanker yang
menyerang perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara
sedang berkembang.

Dari data Badan Kesehatan Dunia (WHO), diketahui

terdapat 493.243 jiwa per tahun penderita kanker serviks baru di dunia dengan
angka kematian karena kanker ini sebanyak 273.505 jiwa per tahun (Emilia,
2010).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kanker serviks disebabkan
oleh infeksi virus HPV (Human Pappiloma Virus) yang tidak sembuh dalam
waktu yang lama. Jika kekebalan tubuh berkurang, maka infeksi ini bisa
mengganas dan menyebabkan terjadinya kanker serviks. Kanker serviks
mempunyai insiden yang tinggi di negara-negara yang sedang berkembang yaitu
menempati urutan pertama, sedang dinegara maju ia menempati urutan ke 10,
atau secara keseluruhan ia menempati urutan ke 5 (Ramli, 2005).
Berdasarkan data yang dirangkum dari Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI (2005), penyakit kanker merupakan salah satu
penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, sekitar 8,2 juta
kematian disebabkan oleh kanker. Salah satu penyakit kanker yang paling
mematikan tersebut yaitu kanker serviks. Di seluruh dunia, kasus kanker serviks
sudah dialami oleh 1,4 juta wanita. Menurut WHO, diketahui terdapat 493.243
jiwa pertahun penderita kanker serviks baru dengan angka kematian sebanyak
273.505 jiwa pertahun (Emilia, 2010).
Kanker serviks merupakan kanker yang terbanyak diderita wanita terutama
di Negara berkembang termasuk Indonesia. Angka kejadian dan kematiannya
cukup tinggi sehingga masih menjadi masalah kesehatan wanita. Kanker serviks
4

merupakan kanker ginekologis yang menempati urutan kedua tersering setelah


kanker payudara (Andrijono, 2004). Di Indonesia sendiri, sebagaimana
dirangkum dalam data Pusdatin Kementrian Kesehatan RI (2013), penyakit
kanker serviks dan payudara merupakan penyakit kanker dengan prevalensi
tertinggi di Indonesia pada tahun 2013, yaitu kanker serviks sebesar 0,8% dan
kanker payudara sebesar 0,5%. Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Maluku Utara,
dan Provinsi D.I. Yogyakarta memiliki prevalensi kanker serviks tertinggi yaitu
sebesar 1,5%. Sedangkan di wilayah Jawa Barat sendiri prevalensi kanker
serviksnya adalah 0,8 %.
Kanker serviks (kanker leher Rahim) merupakan ancaman penyakit yang
menakutkan bagi wanita. Penyakit ini disebabkan oleh Human Papilloma Virus
(HPV) yang ditularkan melalui hubungan seksual dan factor resiko lain seperti
perilaku seksual, kontrasepsi, nutrisi dan rokok (Jong, 2004). Resiko terkena
kanker serviks setiap tahun terjadi pada wanita di atas usia 35 55 tahun, insiden
puncak terjadi pada wanita antara usia 45 60 tahun.
Seringnya terjadi keterlambatan dalam pengobatan mengakibatkan
banyaknya penderita kanker serviks meninggal dunia, padahal kanker serviks
dapat diobati jika belum mencapai stadium lanjut, tentunya dengan mengetahui
terlebih dahulu apakah sudah terinfeksi atau tidak dengan menggunakan beberapa
metode deteksi dini lain metode Pap Smear, IVA (Inspeksi Visual dengan Asam
asetat), Thin Prep, dan Kolposkopi, vikografi, papnet (komputerisasi) (Nugroho,
2010).
Melihat perkembangan jumlah penderita dan kematian akibat kanker
serviks, diperkirakan bahwa sekitar 10 persen wanita di dunia telah terinfeksi
Human Papiloma Virus (HPV), muncul fakta bahwa semua perempuan
mempunyai resiko untuk terkena infeksi HPV. Jenis HPV tertentu merupakan
penyebab utama kanker serviks. Sementara itu, seseorang yang terkena infeksi ini
memiliki kemungkinan terkena kanker serviks hampir 20-100 kali lipat (Emilia,
2010).

Perjalanan dari infeksi HPV (Human Pappiloma Virus), tahap pra kanker
hingga menjadi kanker serviks memakan waktu 10 sampai 20 tahun. Disinilah
tujuan dari deteksi dini yaitu memutuskan perjalanan penyakit pada tahap pra
kanker dan mendapatkan pengobatan sesegera mungkin sehingga kanker serviks
diharapkan dapat sembuh sempurna (Widyastuti, 2009).
Faktor-faktor resiko terjadinya kanker serviks meliputi, hubungan seksual
pada usia dini (< 20 tahun), berganti-ganti pasangan seksual, merokok, trauma
kronis pada serviks uteri dan hygiene genetalia. Lebih dari separuh penderita
kanker serviks berada dalam stadium lanjut yang memerlukan fasilitas khusus
untuk pengobatan seperti peralatan radio terapi yang hanya tersedia dibeberapa
kota besar saja. Disamping mahal, pengobatan tehadap kanker stadium lanjut
memberikan hasil yang tidak memuaskan dengan harapan hidup 5 tahun yang
rendah (Ramli, 2005).
Mengingat beratnya akibat yang ditimbulkan oleh kanker serviks
dipandang dari segi harapan hidup, lamanya penderitaan, serta tingginya biaya
pengobatan, sudah sepatutnya apabila kita memberikan perhatian yang lebih besar
terhadap penyakit yang sudah terlalu banyak meminta korban itu, dan segala
aspek yang berkaitan dengan penyakit tersebut serta upaya-upaya preventif yang
dapat dilakukan. (Bustan, 2007).
Deteksi dini tidak hanya perlu dilakukan sekali seumur hidup tetapi perlu
dilakukan secara berkala setelah wanita berumur 40 tahun. Hal yang perlu diingat
adalah tidak ada kata terlambat untuk melakukan deteksi dini terhadap kanker
serviks, tetap perlu biarpun anda tidak lagi melakukan aktifitas seksual (Emilia,
2010).
Berdasarkan data diatas, mengingat betapa bahaya penyakit kanker serviks
bagi wanita, untuk itu kelompok kami melakukan roleplay tentang kasus kanker
serviks. Role play ini menggambarkan penyakit kanker serviks serta pentingnya
edukasi tentang kesehatan reproduksi di fasilitas kesehatan. Pendidikan kesehatan
ini ditujukan untuk meningkatkan wawasan dan pemahaman masyarakat untuk
menekan penderita kanker serviks serta keganasan yang akan timbul. Edukasi

yang diberikan ditekankan pada pencegahan dini dengan pemeriksaan IVA test
yang dapat dilakukan di fasilitas kesehatan terdekat
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep kanker serviksdan mampu melakukan
asuhan keperawatan pada kasus kanker serviks serta mengaplikasikan
pemeriksaan dini pada kasus kanker serviks.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam pembuatan makalah ini, antara lain:
a. Mahasiswa mampu memahami konsep asuhan keperawatan maternitas
tentang kanker serviks.
b. Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan
kanker serviks.
c. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan dini dan pencegahan kanker
serviks
C. Metode Penulisan
Dalam laporan ini, kami menggunakan beberapa teknik perngumpulan data
seperti:Studi kepustakaan, yaitu cara pengambilan data dengan mengumpulkan
data-data yang bersumber dari literatur atau buku buku penunjang, karya tulis
ilmiah, serta pengambilan data dengan mengumpulkan data data yang
bersumber dari media internet terkait kasus kanker serviks.

D. Sistematika Penulisan
Penulisan masalah ini terdiri dari 5 bab dengan sistematika sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, berisikan tentang latar belakang, tujuan, metode penulisan
dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Teoritis, Membahas tentang konsep
teori dan asuhan keperawatan tentang kanker serviks. Bab II Laporan Kasus,
berisikan tentang kasus yang ditemukan dan penerapan asuhan keperawatan pada
pasien dengan kanker serviks. Bab IV Naskah Roleplay , berisikan alur cerita dan

prolog dalam memainkan peran. Bab V Standar Operasional Prosedur, berisikan


standar operasional prosedur pemeriksaan IVA test.
Daftar Pustaka
Lampiran

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan
kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol

proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya
menyerang wanita berusia 35-55 tahun, 90% dari kanker serviks berasal dari sel
kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal menuju kedalam rahim (Sarjadi,
2011).
Kanker serviks adalah penyakit akibat dari tumor ganas pada daerah mulut rahim
sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan
merusak jaringan normal disekitarnya (Bobak, 2005).
Kanker servik adalah keganasan nomor tiga paling sering dari alat kandungan dan
manempati urutan ke delapan dari keganasan pada perempuan di Amerika (Yatim,
2005).
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan
bahwa kanker serviks adalah pertumbuhan sel yang abnormal yang terdapat pada
organ reproduksi wanita yaitu bagian terendah dari rahim yang menempel pada
puncak vagina
B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi
Menurut Bobak (2005), anatami fisiologi sistem reproduksi pada wanita
diantaranya yaitu:
1. Sistem Reproduksi Bagian Luar
Bagian reproduksi bagian luar terdiri dari:
a. Mons veneris : Bagian yang menonjol dibagian simfisis. Pada perempuan
dewasa di tutupi oleh rambut kemaluan
b. Labia mayora (bibir-bibir besar) terdiri dari bagian kanan dan kiri, lonjong
menegecil kebawah. Di sebelah bawah dan belakang kedua labia mayora
bertemu dan membentuk ksomisura posterior.
c. Labia minora (bibir-bibir kecil) adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah
dalam bibir besar. Kedepan kedua bibir kecil bertemu dan membentuk
preputium kklitoridis diatas klitoris dan frenulum klitoridis dibawah
klitoris. Kebelakang kedua bibir kecil bersatu dan membentuk fossa
navikulare. Kulit yang meliputi bibir kecil mengandung banyak kelenjar
lemak dan ujung-ujung urat saraf menyebabkan bibir kecil amat sensitif.

Jaringan ikatnya mengandung banyak pembuluh darah dan beberapa otot


polos yang menyebabkan bibir kecil dapat mengembang.
d. Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinderdan erektil terletek tepat di
bawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang,bagian yang terlihat
kira-kira sebesar kacang hiaju, terdiri dari glans dan korpus klitoridis
membesar. Glans klitoridis mengandung banyak pembuluh darah dan
persarafan membuat klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan dan
sensasi tekanan. Fungsi utama klitoris adalah merangsang dan
meningkatkan ketegangan seksual.
e. Vulva berbentuk lonjong, memanjang dari muka ke belakang. Dimuka
dibatasi oleh klitoris, dikanan dan kiri dibatasi oleh kedua bibir kecil dan
di belakang oleh perinium. Kira-kira 1-1,5 cm di bawah klitoris terdapat
lubang kemih yang berbentuk membujur, kira-kira 4-5 mm. Lubang kemih
tertutup oleh lipatan-lipatan selaput vagina yang menyebabkan kadangkadang sukar ditemukan. Tidak jauh dari lubang kemih di kiri dan kanan
bawahnya terdapat kelenjar/ skene, di kiri dan dikanan bawah dekat fossa
navikulare terdapat kelenjar Bartholin. Pada waktu koitus kelenjar
bartholini mengeluarkan getah lendir.
f. Bulbus vestibuli kiri dan kanan terletak dibawah selaput lendir vulva,
menagndung banyak pembuluh darah. Pada waktu persalinan biasanya
kedua bulbus tertarik ke atas, kebawah arkus pubis, akan tetapi bagian
bawahnya yang melingkari vagina sering menaglami cedera, kadangkadang timbul hematoma vulva atau perdarahan
g. Introitus vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda pada
setiap individu. Pada wanita, introitus dilindungi oleh labia minora, baru
dapat dilihat jika bibir kacil dibuka, ditutupi oleh himen atau selaput dara.
h. Perineum, terletak antara vulva dan anus, ditutupi kulit. Panjangnya kirakira 4 cm
2. Sistem Reproduksi Bagian Dalam
Bagian reproduksi bagian dalam (Bobak 2005) :

10

a. Vagina (liang kemaluan) ditemuakan setealah melewati introitus vagina


yang menghubungkan introitus dan uterus, terletak di belakag rektum dan
di belakng kandung kemih dan uretra. Dinding depan lebih pendek (sekitar
9 cm) dan berdekatan satu sama lain. Bagian sebelah dalam vagina
berlipat-lipat disebut rugae, ditengahnya ada bagian yang lebih keras
disebut kolumna rugarum. Lipatan-lipatan tersebut memungkikan vagina
dapat melebar pada waktu persalinan. Mukosa vagian berespon dengan
cepat terhadap stimulasi estrogen dan perogestron. Sel-sel yang diambil
dari mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon seks
steroid. Cairan vagina sedikit asam, berasal dari saluran genetalia atau
bawah. Intraksi antara laktobasilus vagina dan glikogen mempertahankan
keasaman (P.H. 4.5). apa bila cairan PH naik antara 5, maka insiden
infeksi vagina meningkat. Kebersihan relatif vagina dipertahankan oleh
cairan yang terus mengalir dari vagina. Fungsi vagina adalah sebagai
organ untuk koitus dan jalan lahir.
b. Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular dan pipih, tampak seperti
buah peer terbalik. Dalam keadaan fisiologis, posisi uterus adalah
anteversiofleksio (serviks ke depan dan membentuk sudut dengan vagina,
begitu juga dengan korpus uteri kedepan dan membentuk sudut denagan
serviks uteri). Uterus (rahim) merupakan organ yang memiliki peranan
besar dalam reproduksi wanita, yakni dari saat menstruasi hingga
melahirkan. Bentuknya seperti buah pear, berongga, dan berotot. Sebelum
hamil beratnya 30-50 gram dengan ukuran panjang 9 cm dan lebar 6 cm
kurang lebih sebesar telur ayam kampung. Tetapi saat hamil mampu
membesar dan beratnya mencapai 1000 gram. Uterus terdiri dari 3 lapisan,
yaitu:
a) Lapisan parametrium merupakan lapisan paling luar dan yang
berhubungan dengan rongga perut.
b) Lapisan myometrium merupakan lapisan yang berfungsi mendorong
bayi keluar pada proses persalinan (kontraksi)
11

c) Lapisan endometrium merupakan lapisan dalam rahim tempat


menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Lapisan ini terdiri dari
lapisan kelenjar yang berisi pembuluh darah.
Setelah menstruasi permukaan dalam uterus menjadi tebal karena
pengaruh hormon estrogen. Kemudian terjadi ovulasi diikuti dengan
keluarnya cairan karena pengaruh hormon progresteron. Bila tidak terjadi
pembuahan maka lapisan tadi bersama sel telur akan terlepas (meluruh)
dan keluar melalui vagina yang disebut sebagai menstruasi. Waktu antara
dua menstruasi disebut siklus menstruasi. Walaupun rata-rata periodenya
datang setiap 28 hari, hal ini dapat bervariasi pada setiap perempuan.
Periode ini juga sangat tidak teratur pada 2-3 tahun pertama mulai
menstruasi.
c. Tuba falopii adalah organ yang dikenal dengan istilah saluran telur.
Saluran telur adalah sepasang saluran yang berada pada kanan dan kiri
rahim sepanjang +10cm yang menghubungkan uterus dengan ovarium
melalui fimbria. Ujung yang satu dari tuba falopii akan bermuara di uterus
sedangkan ujung yang lain merupakan ujung bebas dan terhubung ke
dalam rongga abdomen. Ujung yang bebas berbentuk seperti umbai yang
bergerak bebas. Ujung ini disebut fimbria dan berguna untuk menangkap
sel telur saat dilepaskan oleh ovarium (indung telur). Dari fimbria, telur
akan digerakkan oleh rambut-rambut halus yang terdapat di dalam saluran
telur menuju ke dalam rahim.
d. Ovarium terletak pada kiri dan kanan ujung tuba (fimbria/umbai-umbai)
dan terletak di rongga panggul. Ovarium merupakan kelenjar yang
memproduksi hormon estrogen dan progresteron. Ukurannya 332 cm,
tiap ovarium mengandung 150.000-200.000 folikel primordial. Sejak
pubertas setiap bulan secara bergantian ovarium melepas satu ovum dari
folikel degraaf (folikel yang telah matang), peristiwa ini disebut ovulasi.
C. Etiologi

12

Menurut Rasjidi (2010) Kanker serviks terjadi jika sel-sel serviks menjadi
abnormal dan membelah secara tidak terkendali, jika sel-sel serviks terus
membelah, maka akan terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor yang
bisa bersifat jinak atau ganas, jika tumor tersebut ganas maka keadaannya disebut
kanker serviks. Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak diketahui
secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap
terjadinya kanker serviks yaitu:
1. HPV (Human Papiloma Virus)
HPV adalah virus penyebab kutil genetalis (Kandiloma Akuminata) yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah
HPV tipe 16, 18.
a. Timbulnya keganasan pada binatang yang diinduksi dengan virus
papiloma.
b. Dalam pengamatan terlihat adanya perkembangan menjadi karsinoma
pada kondilom akuminata.
c. Pada penelitian 45 dan 56, keterlibatan HPV pada kejadian kanker
dilandasi oleh beberapa faktor yaitu: epidemiologic infeksi HPV
ditemukan angka kejadian kanker serviks yang meningkat.
d. DNA HPV sering ditemukan pada Lis (Lesi Intraepitel Serviks)
2. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Umur merupakan indikator yang paling penting. Penelitian menunjukkan
bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar
mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu
muda
3. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin
sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
4. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan
mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
5. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus
kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks
6. Sosial Ekonomi
13

Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah


mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
7. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang
memiliki higiene genetourinari yang buruk serta pasangannya belum
disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkumsisi, higiene penis tidak
terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan segmen.
8. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian
AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi
diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus
menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.
D. Patofisiologi
Dari beberapa faktor menyebabkan timbulnya kanker sehingga menimbulkan
gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel-sel yang mengalamimutasi dapat
berkembang menjadi sel displasia. Apabila ser karsinogen telah mendesak pada
jaringan syaraf akan timbul masalah keperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel
karsinoma dapat mengganggu kerja sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau
hidrnefrosis yang menimbulkan masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi.
Keputihan yang berlebihan dari berbau busuk biasanya menjadi keluhan juga,
karena mengganggu pola seksual pasien dan dapat diambil masalah keperawatan
gangguan pola seksual. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut diantaranya
anemia hipovolemik yang menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga
timbul masalah keperawatan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
(Mitayani, 2009).
Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa efek
samping antara lain mual, muntah, sulit menelan bagi sluran pencernaan terjadi
diare gastritis, sulit membuka mulut, sariwan, penurunan nafsu makan (biasa
14

terdapat pada terapi ekternal radiasi). Efek samping tersebut menimbulkan


masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek
dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan
timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Semua tadi
akan berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan atau kelemahan
sehingga daya tahan tubuh berkurang dan resiko injury pun akan muncul. Tidak
sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker leher rahim ini merasa cemas
akan penyakit yang diderita. Kecemasan tersebut bisa dikarenakan dengan
kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos di
masyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan
kematian (Corwin, 2005).
E. Manifestasi Klinis
Gejala kanker serviks terdiri dari 6 indikasi (Cancer net, Cervical Cancer:
Symptoms and Signs, 2014), cermati tanda ini dan lakukan konsultasi lanjutan
jika anda mengalaminya.
1. Pendarahan Pada Vagina (ini tanda paling umum)
Perdarahan vagina yang tidak teratur atau tidak normal (bukan haid) adalah
ciri yang paling umum dari kanker serviks. Pendarahan dapat terjadi antara
periode menstruasi atau setelah berhubungan badan atau kapan pun selama
tidak berhubungan dengan masa atau siklus mens anda. Kadang-kadang
pendarahan pada vagina ini menunjukkan terdapat keputihan yang sedikit
bercampur dengan darah, selain itu pendarahan saat haid juga akan
berlangsung sedikit lebih lama dibandingkan biasanya. Pendarahan vagina
juga dapat terjadi pada wanita menopause yang tidak lagi memiliki periode
menstruasi. Ini adalah tanda peringatan utama kanker serviks atau masalah
lain yang harus anda konsultasikan dengan dokter. Ciri ciri pendarahan pada
vagina yang disebabkan oleh kanker serviks:
a. Datang tidak pada periode haid
b. Terjadi pada saat berhubungan badan
c. Terjadi setelah masa menopause
d. Terdapat campuran keputihan di darah
15

e. Masa haid yang jauh lebih lama dari pada biasanya.


2. Rasa sakit selama berhubungan suami istri
Jika anda tidak seperti biasanya saat melakukan hubungan suami istri dan
cenderung sangat sakit tanpa sebab yang berarti. Pastikan anda langsung
berkonsultasi dengan dokter terkait agar memeriksakan masalah terkait.
Kecenderungan rasa sakit selama berhubungan juga menjadi salah satu faktor
yang paling tinggi yang dapat menyebabkan kanker serviks.
3. Nyeri di sekitar pinggul
Nyeri pada pinggul juga dapat menjadi faktor penting yang harus diperhatikan
dalam hubungannya yang dapat menjadi salah satu ciri umum kanker serviks.
4. Pendarahan setelah menopause
Pendarahan setelah menopause pasti harus diperiksa oleh dokter kandungan
(Spog) untuk mengetahui penyebab pastinya. Jika tidak pasti lah akan menjadi
sesuatu yang mungkin berdampak serius, salah satunya adalah kanker serviks.
Ciri pendarahan setelah menopause merupakan salah satu yang sangat umum
terjadi pada penderita kanker serviks.
5. Keputihan yang abnormal (diluar biasanya)
Mungkin tidak masalah karena memang bukan gejala penyakit tertentu.
Namun jika jumlahnya sangat besar dan tidak seperti biasanya yang sangat
mengganggu tentu ada sesuatu yang terjadi. Salah satu yang mungkin anda
alami adalah kanker serviks.
6. Pendarahan menstruasi yang lebih panjang dan lebih berat dari biasanya
Mengalami masa menstruarsi yang banyak pada haris pertama sampai
dengan hari ketiga. Namun Jika anda terus banyak sampai beberapa hari
bahkan berminggu, anda sudah harus curiga dengan penyakit mematikan ini,
setidaknya anda mulai melakukan pemeriksaan untuk memastikan apakah itu
adalah salah satu gejala kanker serviks.
Ciri ciri kanker serviks stadium lanjut biasanya sangat terlihat mulai dari fisik
sampai dengan bentuk tubuh serta perasaan anda. Berikut adalah ciri cirinya :
Sakit Punggung
a. Nyeri tulang atau patah tulang
b. Kelelahan
c. Keluarnya urin atau feses dari vagina

16

d.
e.
f.
g.
h.

Nyeri pada kaki


Kehilangan nafsu makan
Nyeri panggul
Kaki bengkak
Menurunnya berat badan

F. Klasifikasi
Klasfikasi yang digunakan adalah IFGO (international Federation of Gynecology
and Obstetrics, 2010) yaitu:
1. Tingkat klinik 0
: Karsinoma

insitu

atau

karsinoma

intraepitel:

membrana basalis masih utuh.


2. Tingkat klinik I
: Proses terbatas pada serviks
a. Ia
Membarana basalis sudah rusak dan sel tumor ganas sudah memasuki
stroma, tetapi tidak melebihi 1 mm dan sel timor tidak terdapat dalam
pembuluh limfe atau pembuluh darah.
b. Ib.occ
(Ib, occult = Ib yang tersembunyi), secara klinis tumor ini belum tampak
sebagai karsinoma, tetapi pad pemeriksaan histolik ternyata tumor telah
mengadakan invasi stroma melebihi Ia.
c. Ib
Secara klinis sudah diduga adanya tumor ganas dan secara histolik
terdapat invasi ke stroma.
3. Tingkat klinik II : Proses sudah keluar dari serviks dan menjalar ke 23
bagian atasvagina dan atau ke parametrium tetapi tidak sampai ke dinding
panggul.
a. Iia
Penyebaran ke vagina, parametrium masih bebas dari proses.
b. Iib
Penyebaran ke parametrium
4. Tingkat klinik III
: Penyebaran telah sampai ke 1/3 distal vagina atau ke
parametrium sampai dinding panggul.
a. IIIa
Penyebaran ke vagina, proses i parametrium tidak menjadi persoalan, asal
tidak sampai pada dinding panggil
b. IIIb

17

Penyebaran ke parametrium sampai dinding panggul (tidak ditemukan


daerah bebas antara tumor dan dinding panggul), atau proses pada tingkat
klinik I dan II tetapi disertai gangguan fungsi ginjal.
5. Tingkat Klinik IV: Tumor telah mencapai mukosa rektum atau
kandung kencing atau telah terjadi metastasis ke luar panggul kecil
atau tempat-tempat jauh.
a. Iva
Proses sudah keluar dari panggul keil atau sudah sampai mukosa
rektum atau kandung kencing.
b. IV
Telah terjadi penyebaran jauh
G. Penatalaksanaan
Menurut Ratih (2010), beberapa penatalaksanaan untuk kanker serviks antara lain
yaitu:
1. Penatalaksanaan Medis
a. Penataaksanaan Ca. Cervic kanker non invasive, terbatas penatalaksanaan
kanker serviks yang terbatas hanya pada lapisan luar dari serviks
memerlukan penanganan untuk membuang area abnormal. Pada
kebanyakan wanita pada situasi ini, tidak diperlukan penanganan
tambahan. Prosedur untuk membuang kanker non invasive yaitu:
a) Biopsi Cone
Selama operasi ini, dokter menggunakan scalpel untuk mengambil
selembar jaringan serviks berbentuk cone dimana abnormalitas
ditemukan.
b) Operasi laser
Operasi ini menggunakan gelombang sempit pada cahaya laser untuk
membunuh sel kanker dan sel prekanter.
c) Loop electrosurgical excision procedur (LEEP)
Teknik ini menggunakan lintasan kabel untuk memberikan arus listrik,
yang memotong seprti pisau bedah, dan mengambil sel dari mulut
serviks.
d) Cryosurgery

18

Teknik yaitu dengan membekukan dan membunuh sel kanker dan


prekanker.
e) Hysterctomy
Operasi besar ini termasuk membuang jaringan dari area kanker dan
prekanker, serviks, dan uterus. Hysterectomi biasanya dilakukan pada
kasus yang dipilih dari kasus kanker servikal noninvasif.
2. Kanker invasif kanker servikal yang menginvasi lebih dalam dari lapisan luar
sel pada serviks disebut sebagai kanker invasive dan membutuhkan lebih
banyak penanganan. Penanganan untuk kanker serviks bergantung pada
beberapa faktor, termasuk stadium kanker, permasalahan medis lain yang
mungkin dimiliki, dan pilihan pasien sendiri. Operasi penatalaksanaan terdiri
dari:
a. Operasi
Operasi untuk mengambil uterus biasanya dilakukan untuk mengatasi
stadium dini dari kanker serviks. Hysterectomy sederhana yaitu dengan
membuang jaringan kanker dalam stadium yang dini Invasi kurang dari
3milimeter(mm) ke dalam serviks. Hysteretomyradial membuang
serviks, uterus, bagian vagina, dan nodus limfe pada area tersebut
merupakan operasi standar dimana terdapat invasi lebih besar dari 3 mm
kedalam serviks tidak ada bukti adanya tumor pada dinding pelvis.
Hysteretomy dapat mengobati kanker serviks stadium dini dan mencegah
kanker kembali lagi. Efek samping sementara dari hysterectomy termasuk
nyeri pelvis, dan kesulitan dalam pencernaan, dunarunasi
b. Radiasi
Terapi radiasi menggunakan energi tinggi untuk membentuk sel kanker.
Terapi

radiasi

dapat

diberikan

secara

eksternal

atau

internal

(brachytheraphy) dengan menempatkana alat berisi dengan material radio


aktif yang akan ditempatkan di serviks. Terapi radiasi sama efektifnya
dengan operasi pada kanker serviks stadium dini. Bagi wanita dengan
kanker serviks lebih berat, radiasi merupkan penatalaksanaan terbaik.
Kedua metode radiasi ini dapat dikombinasi. Terai radiasi dapat diguakan

19

sendiri, dengan kemoterapi, sebelum operasi pengecilan tumor atau


setelah operasi untuk membunuh sel kanker lainnya yang masih hidup.
Efek samping dari radiasi terhadap area pelpis termsuk nyeri lambung,
nause, diare, iritsi kandung kemih, dan penyempitan vagina, dimana akan
menyebabkan hubungan seks akan lebih sulit dilakukan. Wanita
premenoupause dapat berhenti menstruasi sebagai akibat radiasi.
c. Kemoterapi
Kemoterapi engan agen tunggal digunakan untuk menagani pasien sekstra
pelvis sebagai mana juga digunakan pada tumor rekuren yang sebelum
telah ditangani dengan operasi atau radiasi dan bukan meruakan calon
exentrasi. Efek samping kemoterapi tergantung dari obat yang diberikan
namun secara umum dapat menyebabkan diare, lelah, mual, dan rambut
rontok. Beberapa obat kemoterapi dapat mengakibatkan infertilitas dan
menopause dini pada wanita premenaopause
d. Kemoradiasi
Pemakaian kemodisi telah diketahui secara luas akan memberikan harapan
hidup lebih tinggi dibandingkan pada radiasi saja pada penanganan kanker
serviks. Kombinasi antara kemoterapi dan kemoradiasi berdasarkan teori
pembunuhan sel sinergis efek terapeutk dari dumodalitas terapi digunakan
bersamaan lebih besar dibandingkan jika dua modalitas tersebut
digunakan tidak bersamaan. Bila dikombinasikan dengan radiasi,
penggunaan mingguan siplatin mengurangi resiko progresing selama 2
tahun sebesar 43% (harapan hidup 2 tahun =70%) untuk stadium II B
sampai staduim IV A pada keadaan ini, ciplatin sepertinya bekerja sebagai
radio sentrisen sentizer, dapat menurunkan kemingkinan dari rekurensi
lokal dan lebih mengurangi jumlah kejadian metastase jauh ( Ratih, 2010).
H. Kemungkinan Data Fokus
1. Wawancara
a. Data Pasien

20

1) Umur

: biasanya terjadi pada usia 45-50 tahun tetapi

dapat juga terjadi pada usia muda akibat terlalu dini berhubungan
2)
3)
4)
5)
6)

seksual.
Agama
Suku bangsa
Status
Pekerjaan
Pendidikan terakhir

: diisi sesuai dengan kepercayaan klien


: diisi sesuai dengan suku bangsa
: menikah atau belum menikah
: diisi sesuai dengan pekerjan klien
: pendidikan ditayakan untuk mengetahui sejauh

mana pngetahuan klien mengenai penyakitnya.


7) Alamat
: diisi sesuai dengan tempat tinggal klien
8) Diagnosa
: Ca Serviks
9) No. RM
: sesuaikan dengan medis di RS
10) Tanggal masuk : diisi sesuai dengan tangga pertama klien
masuk RS.
b. Data Penanggung Jawab
1) Penanggung jawab klien : diisi sesuai dengan siapa yang bertanggung
2)
3)
4)
5)

jawab
Umur : diisi sesuai umur penanggung jawab
Agama : diisi sesuai dengan kepercayaan
Pekerjaan terakhir: diisi sesuai dengan pekerjaan penanggung jawab
hubungan dengan klien: tanyakan hubungan klien apakah suami klien

atau keluarga terdekat klien.


6) Alamat : diisi sesuai dengan tempat tinggal, apakah tinggal serumah
atau terpisah dengan klien.
c. Keluhan Utama
Biasanya klien mengatakan ada keputihan yang berbau dan berwara hijau,
atau mengeluhkan adanya pendarahan pada vagina tetapi bukan pada
waktu haid atau perdarahan spontan pasca sengama. Ada nyeri di bagian
perut bawah.
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya terjadi keputihan yang tidak normal, terdapat bau dan warna
kehijauan serta dalam jumlah banyak, bisajuga terjadi pendarahan yang
berlebihan dan tidak pada waktu haid.
e. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Tanyakan kepada klien apakah pernah mengalami penyakit yang seperti
sebelumnya atau pernah dirawat untuk penyakit tertentu.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
21

Tanyakan kepada klien apakah ada keluarga yang memiliki penyakit yang
sama dengan klien, apakah ada keluarga yang memiliki penyakit
keturunan kanker atau penyakit penyerta lain.
g. Riwayat Kehamilan
Wanita dengan kehamilan dini, dan riwayat sering melahirkan merupakan
faktr resiko terjadinya kanker serviks
h. Riwayat Imnisasi
Tanyakan kepada klien apakah sebelumnya pernah diimunisasi untuk HPV
atau imunisasi lainnya
i. Riwayat KB
Penggunaan KB dengan homon terutama estrogen dapat memicu
berkembangnya masalah genital pada wanita. Kemungkinan pemakaian
alat kontrasepsi dalam rahim seperti IUD atau komplikasi dari tindakan
pemasangan sebagai salah satu penyebab kanker serviks.
j. Riwayat Kesehatan Reproduksi
Klien dengan ca serviks biasanya menarche pada usia < 12 tahun dan
menopause pada usia > 50 tahun, dengan siklus menstruasi > 28 hari dan
lama menstruasi biasanya 1-3 hari, namun pendarahan yang keluar
banyak.
k. Riwayat ekonomi, sosial, spritual
a) Riwayat Ekonomi
Biasanya terjadi pada keluarga dengan status ekonomi rendah karena
tidak

mampu

melakukan

pengecekan

rutin

serta

kurangya

pengetahuan tentang personal hygine


b) Riwayat Sosial
Biasanya klien dengan ca serviks cenderung malu terhadap
kondisinya, tampak kurang bersoalisasi dengan lingkungan sekitar,
dan sulit terbuka terhadap orang lain serta sering menarik diri dari
lingkungan.
c) Riwayat Spritual
Klien beribadah seperti biasa sesuai dengan kepercayaan yang dianut
oleh klien.
l. Kebiasaan Sehari-hari
22

Nutrisi

Di Rumah
Biasanya
klien

makan Klien

seperti biasa

Di Rumah Sakit
yang menggunakan

terapi

kemotrapi

biasanya

akan memiliki efek samping


mual,

muntah

menurunkan
Eliminasi

Klien

dengan

dapat

sehingga

nafsu

makan

pada klien.
metastase Nyeri pada saat berkemih

menyebabkan biasanya

klien

terpasang

gangguan eliminasi urine kateter dan urine berwarna


seperti
Aktivitas

nyeri

pada

berkemih.
Aktivitas biasa

saat kuning pekat.


Biasanya pada klien kanker
serviks

akan

mengalami

anemia yang menyebabkan


klien mudah lelah meskipun
saat

melakukan

aktivitas

yang minimal, dan biasanya


klien

hanya

terbaring

di

Istrahat

tempat tidur.
Klien dengan nyeri biasanya Setelah di RS biasanya klien

Tidur

akan terganggu istrahat dan akan lebih mudah untuk


tidurnya, klien akan lebih beristrahat
sering

terbangung

sudah

pada mendapatkan obat anti nyeri

malam hari karena nyeri meskipun


yang dirasakan.

karena
terkadang

klien

masih bisa terbangun pada


malam hari.

2. Pemeriksaan Fisik

23

a. Kepala: bentuk kepala, kebersihan kulit kepala, ada luka / tidak, kulit
kepala halus dan statis atau tidak, keluhan yang dirasakan (sakit
kepala/tidak)
b. Rambut : warna rambut, kebersihan, distribusi, rontok/tidak.
c. Dahi : bentuk dahi, ada luka apa tidak.
d. Mata: kesimetrisan mata, konjungtiva, refleks pupil terhadap cahaya, funsi
penglihatan, pergerakan bola mata, ada nyeri tekan/tidak, pakai
kacamata/tidak, ada keluhan/tidak.
e. Muka: bentuk muka, ada luka/tidak, ada keluhan/tidak, ada colasma
gravidarum/tidak, ada udem/tidak.
f. Telinga: simetris/tidak, kebersihan,

fungsi

pendengaran,

ada

keluhan/tidak.
g. Hidung: bentuk hidung, kebersihan, fungsi penciuman, ada keluhan/tidak.
h. Mulut: warna bibir, kebrsihan, keaadan gigi, mukosa bibir, kebersihan
lidah, ada keluhan/tidak.
i. Leher: peningkatan JVP, pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar betah
bening, ada keluhan/tidak.
j. Jantung dan paru: suara napas dan bunyi jantung, irama jantung dan
pernapasan, taktil premitus.
k. Dada: bentuk dada simetris, adakah retraksi dada, palpasi adakah nyeri
tekan atau pembengkakan,pada payudara adakah kebersihan, bentuk
areola mamae keadaan puting susu, pembesaran payudara, ada
benjolan/tidak, ada keluhan/tidak.
l. Abdomen : bentuk abdomen, warna kulit, bising usus, ada luka
operasi/tidak, adakah nyeri tekan/ pembengkakan. Adakah pembesaran
hati/ limpa.
m. Punggung: kebersihan, ada luka/tidak, ada keluhan/tidak.
n. Genetalia: keadaan perineum, tanda chendwich, kebersihan, lochea, ada
luka/tidak, ada kelainan/tidak, ada keluhan/tidak.
o. Ekstremitas: kelengkapan jari, kebersihan, warna, ada udem/tidak, refle,
ROM. Lihat CRT < 3 detik.
3. Pemeriksaan Diagnostik

24

Menurut Ninik (2014), pemeriksaan untuk menentukkan terjadinya kanker


serviks ada beberapa pemeriksaan, diantaranta yaitu:
a. IVA test (Inspeksi Visual Asam asetat test)
Prosedur metode sederhana non invasif dengan mengoleskan serviks atau
leher rahim dengan asam asetat, kemudian diamati perubahannya.
b. Sitologi/Pap smear (Prostalic Acid Phosphate)
Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan, tidak dapat menentukan lokalisasi.
c. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glykogen, tidak mengikat
yodium. Kalau korsio di beri yodium maka epitel karsinoma yang normal,
akan berwarna coklat tua, sedangkan yang terkena karsinoma tidak
berwarna.
d. Kolkostopi
memeriksa dengan mengunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu
dan di besarkan 10-40 kali.
- Keuntungan : dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga
-

mudah untuk melakukan byopsi.


Kelemahan : hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu
porsio, sedang kelainan pada skuamosa columna juntion dan intra

servikal tidak terlihat.


e. Kolpomikroskopi
melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali.
f. Biopsi
Dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinoma.
g. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan
epitel gepeng dan kelenjar. Kolonisasi dilakukan bila hasil sitologi
meragukan dan para serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
h. Pemeriksaan secara radiologis (CT scan dan MRI) unuk mengetahui
apakah sudah ada penyebab lokal dari ca tersebut.
i. Servikografi
j. Gineskopi
k. Pap net/pemeriksaan terkomputerisai dengan hasil lebih sensitive.
I. Analisa Data

25

No.
1.

Data
Data Subjektif :
-

Klien

Etiologi
Vaskularisasi jaringan

Masalah
Harga diri rendah

terganggu

situasional, perubahan

mengatakan

seksualitas

malu akan bau dan


keputihannya

saat

Peradangan endoserviks dan


eksoserviks

berhubungan
-

seksual
Klien mengatakan
menjadi

Nekrosis jaringan

tidak

percaya diri sebagai

Keputihan dan bau busuk

istri
Data Objektif :

Harga diri rendah situasional,

Perdarahan

pervagina
Liang vagina kering
Adanya kanker

serviks
Keputihan berbau

busuk
Adanya lesi pada

vagina
Penurunan rasa

percaya diri klien


Perilaku cenderung

perubahan seksualitas

tertutup dan
menghindar
interaksi sosial
dengan pasangan /
2.

keluarga
Data Subjektif :
-

Klien

Penurunan kadar estrogen

mengatakan

26

Nyeri saat senggama

nyeri
-

saat

Penurunan sekresi lendir

berhubungan
Klien mengatakan

serviks

sering menolak bila


diajak berhubungan

Penipisan liang vagina,


kering

Data Objektif :

Tampak meringis

kesakitan
Perdarahan

pervagina
Liang vagina kering
Adanya kanker

serviks
Keputihan berbau

busuk
Adanya lesi pada

vagina
Data Subjektif :
-

Faktor etiologi karsinoma

Klien

mengatakan

takut

akan

penyakitnya
Klien mengatakan
takut bila suami atau
keluarga

Nyeri saat senggama

serviks
Displasia sel serviks
Pembesaran massa

tidak

menerima

Ca serviks

penyakitnya
Data Objektif :
-

IVA test positif


Diagnosis kanker

serviks
Perdarahan

Penatalaksanaan kurang
pengetahuan tentang penyakit
Takut
27

Ansietas

4.

pervagina
Keputihan berbau

busuk
Ketakutan
Gelisah
Khawatir
Wajah tegang
Kesedihan

mendalam
Data Subjektif :
-

Ansietas

Faktor etiologi karsinoma

Perubahan eliminasi

serviks

urinarius

Klien mengatakan
sulit buang air kecil

dan
Klien mengatakan
nyeri saat buang air

Displasia sel serviks


Pembesaran massa

kecil
Data Objektif :

Edema jaringan lokal

Distensi kandung

kemih
Frekuensi berkemih

menurun
BAK tidak tuntas
Adanya retensi

Penekanan vesika urinaria


Perubahan eliminasi urinarius

urine dalam
5.

kandung kemih
BAK sedikit dan

nyeri saat BAK


Data Subjektif :
- Bisanya
klien
mengatakan
nafsu
terdapat
muntah

tidak

makan,

dan

mual

dan

Faktor penyebab
Mitosis sel eksoserviks dan
endoserviks
Metaplasia skuamosa
Kanker serviks invasif
28

Ketidakseimbangan
nutrisi

kurang

kebutuhan tubuh

dari

Biasanya

klien

mengatakan badannya
-

serviks

lemas
Biasanya

klien

mengatakan
6.

Merusak struktur jaringan

sebelum

sakit BB 45 kg, dan


setelah

Menginvasi ke organ lain

sakit

BB

menjadi 38kg.
Data Objektif :
- Biasanya didapatkan

Fistula rektum
Infiltrasi ke saraf
Proses non pembedahan
Kemoterapi
Mual dan muntah

setiap kali makan klien


hanya
-

menghabiskan

porsi makanannya
Biasanya didapatkan

Penurunan BB
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan

dari hasil antropometri


BB
-

38kg,

tinggi

badan:155cm,
Biasnya perhitungan
BMI didapatkan bahwa
klien dalam kategori

kurus <15,5
Biasanya didapatkan

konjungtiva anemis
Biasnaya dari data
didapatkan
darah
Nadi

tekanan

90/70mmHg,
teraba

lemah

60x/menit, RR 18-20
-

x/menit
Biasanya klien tampak

29

pucat dan lesu


DataSubjektif :
- Biasanya

Faktor penyebab
klien

mengatakan

nyeri

Mitosis sel eksoserviks dan


endoserviks

seperti di remas-remas
pada

perut

bawah

Nyeri Akut

bagian

dengan

skla

Metaplasia skuamosa
Kanker serviks invasif

nyeri > 5
Merusak struktur jaringan
DataObjektif :
- Biasanya didapatkan
hasil pemeriksaan fisik

klien

tampak

pucat

dan

lesu,

serviks
Menginvasi ke organ lain
Fistula rektum

tampak
Nyeri akut

meringis kesakitan
Biasanya
dari
pemeriksaan

TTV

didapatkan

hasil

tekanan darah 90/70


mmHg,

RR

17

x/menit, Nadi teraba


lemah 60x/menit, dan
7.

suhu 36 derajat celcius


Data Subjektif :
- Biasanya
klien
mengatakan

keluar

Faktor penyebab
Mitosis sel eksoserviks dan
endoserviks

darah berlebihan atau

abnormal pada bagian

Metaplasia skuamosa

vagina
Biasanya mengatakan

Kanker serviks invasif

darahnya

berwarna

Merusak struktur jaringan

30

Resiko
kekurangan
cairan

terjadinya
volume

merah,

beku

dan

berbau. Darah keluar


-

tidak tentu waktunya


Biasanya
klien
mengatakan
dia

perdarahan
Infiltrasi ke uretra
Proses pembedahan
Radiasi

Data Objektif :
- Biasanya

pada

pemeriksaan

fisik

didapatkan

klien

tampak lesu
Biasanya pada balance
cairan

Vagina mengalami

melakukan

aktivitas

Menginvasi ke organ lain

darah

keluar semakin banyak


jika

serviks

Rusaknya jaringan
Kulit kering
Resiko terjadi kekurangan
volume cairan

didapatkan

intake nya kurang dari


-

kebutuhan klien
Biasanya turgor kulit
pada klien jelek >2

detik
Biasanya konjungtiva

anemis
Biasanya mukosa bibi

kering
Biasnya
pemeriksaan
tekanan
90/70mmHg,

hasil
TTV

darah
RR

17x/menit, Nadi teraba


lemah 60x/menit, dan

31

8.

suhu 36 derajat celcius.


Data Subjektif :
- Biasanya
klien
mengatakan
dengan
-

malu

Faktor penyebab
Mitosis sel eksoserviks dan
endoserviks

keadaannya

sekarang
Biasanya

Metaplasia skuamosa
klien

mengatakan takut dan


cemas
keadaannya

Gangguan citra tubuh

terhadap
yang

Kanker serviks invasif


Vaskularisasi jaringan
Peradangan endoserviks dan

sekarang
Data Objektif :
- Biasanya klien tampak
-

cemas dan gelisah


Biasanya wajah klien

tampak pucat
Biasanya wajah klien

eksoserviks
Nekrosis jaringan
Gangguan citra tubuh

tampak malu-malu
J. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri,
kehilangan femininitas dan perubahan bentuk tubuh.
2. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan penyakit, perubahan
seksualitas, hubungan dengan pasangan dan keluarga, gangguan fungsional.
3. Nyeri saat senggama berhubungan dengan penurunan sekresi lendir serviks
4. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis,
manipulasi bedah, adanya edema jaringan lokal, penekanan vesika urinaria.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan yang tidak adekuat
6. Nyeri berhubungan dengan agen biologis penekan kanker pada dinding
serviks
7. Resiko terjadinya kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare,
muntah, tidak adekuatnya masukan makanan dan cairan
32

8. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan, fungsi,


dan peran (kemoterapi).

33

K. Rencana Asuhan Keperawatan


1.
No.
6.
1.

2.

Diagnosa

3.

Tujuan dan Kriteria

Keperawatan
7. Ansie

Hasil
9. Tujuan

tas
berhu

10.

bunga

selama

denga

ansietas hilang atau tidak

cemas lagi.

diagn
osis
kanke
r,
takut
akan
rasa
nyeri,
kehila
ngan
femin
initas

Setela
3

perawatan
x

Intervensi

14.

panjang :
diberikan

4.

24

jam

5.

Anxiety

Reduction
1. Dorong

1. Menghilangkan

perasaan,

ketakutan, dan persepsi.


2. Gali bersama pasien tentang
teknik

yang

keraguan

dan

meningkatkan dukungan.
utnk 2. Bisa memodifikasi koping yang

pasien

mengungkapkan

Rasional

berhasil

atau

tidaknya menurunkan ansietas

11. Tujuan

efektif kepada pasien


3. Penjelasan prosedur berfungsi untuk
mengurangi tingkat keraguan klien.
4. Teknik relaksasi dapat memperbaiki
keseimbangan fisik dan psikologis

pasien.
di masa lalau
5. Memperbaiki keseimbangan fisik
pendek :
3. Jelaskan prosedur dan apa
dan psikologis klien menghilangkan
12.
Setela
yang
dirasakan
selama
keraguan
dan
meningkatkan
h diberikan perawatan
prosedur.
4. Anjurkan
pasien
untuk
dukungan
terhadap
efektifitas
selama 1 x 30 menit
melakukan teknik relaksasi.
pengobatan yang di jalani.
diharapkan
ansietas
5. Berikan kesempatan kepada 6. Pemberiann obat berfungsi untuk
berkurang.
pasien
untuk
berdiskusi
membantu klien rileks selama
13. Kriteria Hasil :
dengan orang lain yang pernah
periode ansietas berat.
1. Klien

mampu

mengidentifikasi

dan

mengungkapkan

gejala

mengalami hal yang sama


dengan pasien
6. Kolaborasi dengan
dalam pemberian obat.
34

dokter

dan
perub
ahan
bentu
k
tubuh

cemas.
2. Klien menunjukkan teknik
untuk mengontrol cemas.
3. Postur tubuh, ekspresi
wajah, dan tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya kecemasan.

.
8.
15.

16. Harga

2.

diri
renda
h

17. Tujuan

22.

panjang :
18.

Setelah

Self

Esteem 1. Meningkatkan daya titik diri dan

Enhancement
1. Kaji secara verbal dan non

mendefenisikan
dan

masalah-masalah

kemungkinan

pemecahannya

verbal respon klien terhadap

diberikan

tindakan

denga

secara rasional
tubuhnya
2. Penjelasan akan meningkatkan rasa
keperawatan selama 3x24
2. Jelaskan tentang pengobatan,
percaya diri klien
jam meningkatkan harga diri
perawatan dan penyakitnya
3. Eksplorasi diri mendorong pasien
klien
3. Dorong
klien
dalam
untuk mempertimbangkan perubahan
19. Tujuan
mengungkapkan perasaannya
di masa yang akan datang
23.
pendek :
4. Membantu menurunkan masalah
24.
Counseling
20.
Setela
4. Dorong
diskusi
yang mempengaruhi penerimaan

diberikan

tindakan

penya

keperawatan selama 1x30

tentang

kit,

menit klien menerima diri

kanker/pengobatan pada peran

perub

dalam situasinya

sebagai

situas
ional
berhu
bunga
n

tentang/pecahkan

35

masalah
efek

ibu rumah

tangga,

pengobatan

atau

merangsang

kemajuan penyakit
5. Meskipun
beberapa
beradaptasi/menyesuaikan

pasien
diri

ahan

21. Kriteria Hasil :

seksu -

Klien

alitas,

pemahaman penyakitnya
Klien dapat menerima diri

hubu

mengungkapkan

dan perubahan

ngan

situasinya

saat ini
Body image positif
Mendeskriptifkan

secara

pasan

faktual

fungsi

gan

tubuh
Mempertahankan

denga
n

dan
kelua

orang tua dan sebagainya


25.
26.
Coping
Enhancement
5. Berikan
dukungan

interaksi

sosial

diagnostik

dan

program

kanker

atau

efek

dukungan tambahan selama periode


untuk
fase

pengobatan.
6. Rujuk pasien/orang terdekat
pada

efek

samping terapi, banyak memerlukan

pasien/orang terdekat selama


tes

perubahan

dengan

kelompok

pendukung (bila ada).


27.

ini
6. Kelompok

pendukung

biasanya

sangat menguntungkan baik untuk


pasien/ orang terdekat, memberikan
kontak dengan pasien dengan kanker
pada berbagai tingkatan pengobatan
dan/atau pemulihan

rga,
gangg
uan
fungs
28.

ional.
29. Nyeri
saat
sengg

31. Tujuan
panjang :
32. Setelah

ama

diberikan

berhu

asuhan

bunga

keperawatan

37. Pain Management


1. Lakukan pengkajian
secara

komperensif

1. Membantu
nyeri
(catat

keluhan lokasi nyeri, frekuensi


durasi dan intesitas skala 0-10)

membedakan

menyebabkan nyeri dan memberikan


informasi tentang kemajuan atau
perbaikan penyakit, komplikasi dan

keefektifan intervensi
dan tindakan penghilang nyeri 2. Mengurangi kekeringan vagina yang
36

selama

3x24

denga

jam

nyeri

berkurang

penur

hilang

unan

s/d

si

dapat menimbulkan rasa sakit dan


klien

iritasi
tentang penggunaan cara atau 3. Senam
teknik

33. Tujuan pendek

sekre

yang dilakukan
2. Diskusikan
dengan

bermanfaat

untuk

khusus

saat

berhubungan
3. Anjurkan
klien

menguatkan otot-otot kewanitaan


4. Memberikan rasa nyaman terhadap

untuk

pasien, meningkatkan relaksasi, dan

melakukan senam kegel


4. dorong
penggunaan

34. Setelah

kegel

membantu

pasien

untuk

lendir

diberikan

memfokuskan kembali perhatiannya


ketrampilan menejemen nyeri 5. Memulihkan
atrofi
genetalia,

servik

asuhan

seprti

keperawatan

distraksi, membaca buku dan

1x24 jam nyeri

30.

berkurang
pasien

dan

merasa

teknik

relaksi

sentuhan terapeutik..
5. Kolaborasi dengan

dan

kekeringan vagina, uretra

dokter

dalam pemberian obat sesuai


indikasi, estrogen pengganti

nyaman
35. Kriteria Hasil :
1. Klien

melaporkan

nyeri

hilang
2. Klien tidak menolak saat
berhubungan

38.

39. Perub
ahan

36.
41. Tujuan
panjang :

47. Urinary Retention Care


1. Dapat mengindikasikan retensi urine
1. Perhatikan pola berkemih dan
bila berkemih dengan sering dalam
37

elimi

42.

Setelah

nasi

diberikan

tindakan

urinar

keperawatan selama 3x24

ius

jam eliminasi urine dapat

berhu

lancar

bunga

43. Tujuan

diberikan

traum

keperawatan selama 1x30

menit tidak ada hambatan

meka

dalam eliminasi urine

Setela

hangat pada perineum


tindakan 4. Berikan perawatan kebersihan

45. Kriteria Hasil :


3. Tidak

pulasi

kandung kemih
4. Tidak ada inkontinensia

a
edem
a

ada

perineal dan perawatan kateter


5. Kaji
karakteristik
urine,
perhatikan warna, kejernihan,

mani

adany

ketidaknyaman,

pada baskom, penyiraman air

44.

keluhan

rutin, posisi normal, aliran air

pendek :

denga

bedah

mencaritahu

jumlah sedikit/kurang (< 100 ml)


kemih, 2. Persepsi kandung kemih penuh,
distensi kandung kemih di atas
simpisis pubis menunjukkan retensi

ketidakmampuan berkemih
urine
3. Berikan tindakan berkemih 3. Meningkatkan relaksasi otot perineal

nis,

awasi keluaran urine


2. Palpasi
kandung

distensi

bau
6. Lakukan pemasangan kateter
bila diindikasikan

dan dapat mempermudah upaya


berkemih
4. Meningkatkan

kebersihan,

menurunkan resiko ISK asenden


5. Retensi urine, drainase vagina, dan
kemungkinan

adanya

intermitten/

tak

meningkatkan

resiko

kateter
menetap
infeksi,

khususnya bila pasien mempunyai


jahitan parineal
6. Edema atau pengaruh suplai saraf
dapat menyebabkan atoni kandungan

aliran berlebihan
5. Klien BAK dengan

kemih/retensi

tuntas
6. Kandung kemih kosong

kandung

kemih

memerlukan dekompresi kandung


kemih

secara teratur
46.

jaring
38

an
lokal,
penek
anan
vesik
a
urinar
ia.
40.
48.
5.

49.

Ketidakseim

bangan

nutrisi

kurang

dari

kebutuhan
berhubungan

tubuh

50.
51.

Tujuan panjang :
Setelah
dilakukan

Monitoring
tindakan 3x24 jam kebutuhan 1. Mengurangi kondisi atau gejala
nutrisi klien dapat terpenuhi
52.
Tujuan pendek :
53.
Setelah
dilakukan

dengan asupan yang tindakan keperawatan selama


tidak adekuat

55. Nutrition Management & 1. Dengan mengurangi kondisi atau

1x24

jam

nutrisi

gejala sehingga penyebab penurunan

nafsu makan akan berkurang


penyakit yang menyebabkan 2. Makanan yang disukai oleh klien

penurunan nafsu makan


2. Memberikan makanan yang
disukai oleh klien sedikit tetapi

dapat

akan meningkatkan keinginan klien


untuk makan dan nafsu makan akan
meningkat
3. Mengetahui keadekuatan dari nutrisi

sering
terpenuhi
3. Timbang berat badan klien
yang sudah diberikan
54.
Kriteria hasil:
4. Menata ruangan senyaman
4. Menciptakan suasana makan yang
- Adanya peningkatan BB
mungkin
- BB klien idela dengan
nyaman
5. Menurunkan stress psikologis
5. Stres psikologi dapat menurunkan
tinggi badan klien
6. Sajikan makanan yang mudah
- Tidak ada tanda-tanda
nafsu makan sehingga dengan
dicerna
malnutrisi
7. Berikan pendidikan kesehan
mengatasi stress psikologi maka
39

Menunjukkkan
peningkatan

tentang
fungsi

pengecapan dan menelan


Tidak terjadi penurunan
BB

cara

diet,

serta

akan

dapat

meningkatkan

nafsu

kebutuhan kalori
makan klien
8. Kolaborasi dalam pemberian 6. Memudahkan klien untuk menelan
vitamin

penambah

makan pada klien

nafsu

makanan yang sudah disediakan


7. Mengatur pola diet yang seimbang
dan bergizi
8. Memberikan

vitamin

penambah

nafsu makan, klien akan merasakan


selalu
56.
6.

ingin

makan

dan

dapat

meningkatkan BB klien.
Tujuan Panjang:
63. Pain Management
1. Memberikan dasar untuk mengkaji
Setelah
dilakukan 1. Kaji karakteristik nyeri (lokasi,
berhubungan
perubahan pada tingkat nyeri dan
tindakan 3x24 jam nyeri akut
kualitas, frekuensi, dan durasi)
dengan
agen
mengevaluasi intervensi
2. Berikan dukungan emosional
tidak terjadi
2. Mengurangi ketakutan dan ansietas
biologis
penekan
60.
Tujuan Pendek:
dan menentramkan kekuatiran
akibat penyakit yang diderita.
kanker
pada 61.
Setalah
dilakukan
pasien
Ketakutan dan ansietas akan
dinding serviks
tindakan keperawatan selama 3. Gunakan metode distraksi
meningkatkan persepsi nyeri
1x24 jam nyeri akut dapat
seperti
relaksasi.
Teknik
3. Teknik mengalihkan perhatian atau
berkurang.
pernafasan
dalam,
distraksi dapat membuat nyeri
62.
Kriteria Hasil:
mendengarkan musik, dan
- Klien mampu mengontrol
berkurang, serta pasien tidak akan
imajinasi
nyeri
fokus terhadap nyeri yang sedang
4. Kolaborasi dalam pemberian
- Melaporkan bahwa nyeri
dialami
terapi analgesik sesuai dengan
berkurang mengggunakan
4. Analgesik
merupakan
agen
indikator dokter
manajemen nyeri
farmakologi
yang
berfungsi
57.

Nyeri

58.
59.

40

Mampu mengenali nyeri


Menyatakan rasa nyaman

mengurangi rasa nyeri, analgesik


cenderung

dan aman setalah nyeri

lebih

efektif

ketika

diberikan secara dini pada siklus

berkurang

nyeri, respon pasien memberikan


informasi tambahan tentang nyeri

64.
7.

65.

Resiko

66.
67.

terjadinya
kekurangan volume
cairan berhubungan
dengan

diare,

muntah,

tidak

adekuatnya

Tujuan Panjang :
71. Fluid Management
Setelah
dilakukan 1. Kaji secara akurat output

tindakan

keperawatan

3x24

jam resiko kurangnya volume


cairan kurang dari kebutuhan
tidak terjadi
68.
Tujuan Pendek :
69.
Setelah
dilakukan

fecces

konsistensi,

frekuensi)
2. Kaji urine output (volume,

keluar

dan

perkembangan penyakit
2. Menentukkan tingkat

waktu dan timbangan yang

kebutuhan

tubuh
5. Sebagai indikator untuk tindakan

sama
4. Monitor intake-output
lebih lanjut
1x24 jam kebutuhan cairan
5. Monitor nilai-nilai elektrolit 6. Mempertahankan
dapat terpenuhi
dan laporkan jika terjadi
secara adekuat
70.
Kriteria Hasil :
- Mempertahankan
urine
ketidakseimbangan elektrolit
6. Monitor pemberian cairan dan
output sesuai dengan usia
elektrolit
dan BB, BJ, urine normal,
-

mengetahui

cairan tubuh
warna, Ph, protein, berat jenis) 3. Mengetahui status nutrisi klien
3. Timbang BB tiap hari dalam 4. Mengetahui keseimbangan cairan

masukan makanan tindakan keperawatan selama


dan cairan

(warna,

klien
1. Mengetahui jumlah cairan yang

HT nornal
Tekanan darah, nadi, suhu
tubuh dalam batas normal
41

hidrasi

pasien

Tidak

ada

tanda-tanda

dehidrasi, elastisitas turgor


kulit

baik,

membran

mukosa lembab, tidak ada


72.

73.

8.

citra

Gangguan
tubuh

berhubungan dengan

rasa haus yang berlebihan


74.
Tujuan Panjang :
75.
Setelah
dilakukan
tindakan
jam

perubahan

keperawatan

79. Body

Image 1. Memberikan dasar untuk mengkaji

Enhancement
3x24 1. Kaji perasaan klien tentangan

gangguan citra tubuh

mengevaluasi intervensi
gambaran dan tingkat harga 2. Memberikan

(kemoterapi)

motivasi

tidak terjadi
diri
memungkinkan
kontol
kontinu
76.
Tujuan Pendek :
2. Berikan
motivasi
untuk
terdapat kejadian dan kontrol diri
peran 77.
Setelah
dilakukan
keikutsertaan yang kontinu
klien sendiri
tindakan keperawatan selama
dalam aktivitas dan pembuatan 3. Mengidentifikasi
kekhawatiran
1x24 jam, gangguan citra
keputusan
merupakan salah satu tahapan
tubuh dapat diatasi dan 3. Berikan dukungan pada klien
penting dalam mengatasinya
berkurang
untuk
mengungkapkan 4. Kesejahteraan fisik meningkatkan
78.
Kriteria Hasil :
kekhawatirannya
harga diri
- Body image positif
4. Bantu klien dalam perawatan 5. Memberikan kesempatan untuk
- Mampu mengidentifikasi
diri ketika keletihan
mengekspresikan kekhawatirannya.
kekuatan personal
5. Berikan motivasi kepada klien
- Mendiskripsikan
secara
dan
psangannya
ataupun
faktual perubahan fungsi
keluarga untuk saling berbagi
tubuh
- Mempertahankan interaksi
kekhawatiran
mengenai

penampilan, fungsi,
dan

perubahan pada tingkat nyeri dan

sosial

perubahan fungsi seksual


42

80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.

43

87. BAB III


88. LAPORAN KASUS
89.
A. Tinjauan Kasus
90.

Ny. H datang

ke klinik Stikay untuk berkonsultasi dan melakukan

pemeriksaan, Ny. H datang dengan keluhan nyeri saat berhubungan seksual, disertai
keluarnya lendir dan cairan berbau amis sejak 1 bulan terakhir dan kemarin keluar
darah setelah bersenggama dari vagina. Ny. H menyatakan sebelumnya menggunakan
alat kontrasepsi IUD selama 8 tahun. Saat ini belum pernah melakukan pemeriksaan
laboratorium atau pemeriksaan lain. Hasil Tekanan darah 120/80mmHg, Nadi : 78
x/menit, Respirasi 18 x/menit, Suhu 36,6 C.
91.
B. Pengkajian
92.

Wawancara

1. Identitas
a. Identitas Klien
93.
Nama
: Ny. H
94.
Tempat tanggal lahir : Tasik, 13 Juni 1979
95.
Umur
: 37 Tahun
96.
Agama
: Islam
97.
Alamt
: Kp. Kebon Jeruk RT 01 RW 07, hesawargi
98.
Pendidikan
: SLTA
99.
Pekerjaan
: IRT
100. Tanggal masuk
:27 Juni 2016
101. Tanggal kaji
:27 juni 2016
102. Diagnosa
: Ca Cerviks
103.
b. Identitas Penanggung Jawab
104. Nama
: Tn. M
105. Hubungan klien
: Suami
106. Umur
: 38 tahun
107. Agama
: Islam
108. Alamat
: Kp. Kebon Jeruk RT 01 RW 07, hesawargi
109. Pendidikan
: SLTA
110. Pekerjaan
: Wiraswasta
111.
2. Keluhan Utama : Klien mengatakan nyeri saat berhubungan seksual.
3. Riwayat penyakit sekarang :
112. Pasien datang dengan keluhan nyeri saat berhubungan seksual, disertai
keluarnya lendir dan cairan berbau amis sejak 1 bulan terakhir. Pasien merasakan
keluhan nyeri bertambah berat dari hari ke hari. Satu hari sebelumnya pasien
44

melakukan hubungan sekssual dan sempat ada perdarahan dan merasakan nyeri saat
berhubungan. Darah keluar dari liang vagina terus menerus setiap hari, darah yang
keluar berwarna merah segar, kadang-kadang disertai dengan lendir, dan berbau.
Selama mengalami perdarahan pasien tidak mau berobat karena pasien merasa takut.
Sehingga pasien bersama suami di priksa ke klinik, dengan pemeriksaan IVA test.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
113.
Kesehatan dahulu ibu mengatakan sebelumnya belum pernah
menderita penyakit yang akut. Suami juga mengatakan ia tidak pernah
menderita sakit tertentu. Intensitas untuk pertemuan dengan suami menurut
ibu hanya bertemu saat malam hari, dan pagi hari karena suami seorang supir
oto.
5. Riwayat Kesehatan Kelurga
114.
Klien mngatakan tidak punya penyakit keturunan dan menular seperti
AIDS/HIV, hepatitis, DM, Hipertensi dalam kelurganya.
115.
116.
Genogram
117.
Keluarga Ayah
118.
119.
120.
121.
122.
123.
124.
125.
126.
127.
128.
129.
Keterangan :
130.

: laki-laki

131.
132.
133.
134.

: perempuan
: klien
..........

6. Riwayat kehamilan

45

: tinggal satu rumah

Keluarga Ibu

135.

Klien mngatakan sudah melahirkan dan punya dua orang anak, saat

melahirkan ditolong sama paraji.


7. Riwayat Imuninasi
136.
Klien mngatakan tidak pernah imunisasi sebelumnya
8. Riwayat KB
137.
Klien mengatakan pernah menggunakan IUD selama 8 tahun.
9. Riwayat kesehatan reproduksi
138.
Menarche : 13 tahun, siklus haid 28 hari, lamanyahaid 5- 6 hari
10. Riwayat pernikahan, kehamilan, persalinan
139.

Klien mengatakan hanya satu kali menikah dengan suaminya yang

sekarang, lamanya pernikahan 15 tahun.


140.
Hamil

141.
Usia

142.

143.

144.

Riw.

Lahir

Penolong

di

persalinan Bersalin saat lahir

Kehamilan Pernikahan
150.

151.

9 bulan

159.

160.

9 bulan

152.
1
161.
1

145.
Cara

146.

147.

148.

BB bayi

Jenis

Keadaan
149.

153.

154.

155.

156.

Paraji

Paraji

Sponta 3000 gr

162.

163.

n
164.

Paraji

Paraji

Sponta 3400 gr

165.

kelamin
157.

Saat ini
158.

Hidup,

166.
L

sehat
167.
Hidup,
sehat

168.
11. Riwayat psikologi, ekonomi, sosial dan spiritual
a. Riwayat psikologi
169.
Klien mengatakan malu akan bau dan keputihan saat berhubungan
seksual, jadi tidak percaya diri sebagai istri jadi kadang sering menolak
berhubungan seksual. Klien juga mengatakan takut akan penyakitnya dan takut
bila suami atau keluarga tidak menerima penyakitnya.
b. Riwayat ekonomi
170.
Klien mengatakan hanya kerja dirumah saja (IRT), penghasilan yang
didapat selama ini hanya dari hasil suami yang bekerja sebagai wiraswasta,
penghasilan dalam satu bulan dari gaji suami saja.
c. Riwayat sosial
- Hubungan klien dengan keluarga harmonis
- Hubungan dengan masyarakat harmonis
- Hubungan dengan teman suami baik
- Hubungan klien dengan teman sebaya baik
d. Riwayat spiritual
171.
Klien mengatakan sudah pasrah semua kondisinya saat ini kepada
Allah. Klien hanya mencoba berusaha namun Allah yang menentukan.
172.
46

173.

Pemeriksaan fisik

1. Keadaan Umum
- kesadaran : composmentis
- tanda-tanda vital :
TD : 120/80 mmHg
N : 78x/ menit
RR : 19x/menit
S :36,60C
Skala nyeri :3 (0-10) nyeri sedang
2. Pemeriksaan fisik (Head to toe)
a. Kepala
174.
Bentuk kepala bulat, kulit kepala bersih, ketombe tidak ada, lesi
tidak ada, dan tidak ada nyeri tekan atau lepas.
b. Rambut
175.
Warna rambut hitam, rambut panjang tertata rapi, bersih, distribusi
rabut merata, dan tidak rontok dan tidak mudah dicabut.
c. Dahi
176.
Bentuk dahi bulat, tidak ada luka, luas dahi simetris.
d. Mata
177.
Bentuk dan letak mata simetris, sklera putih, konjungtiva tidak
anemis, reflek pupil terhadap cahaya kanan dan kiri +/+, fungsi penglihatan kanan
dan kiri baik, tidak ada nyeri tekan, pergerakan bola mata normal.
178.
179.
e. Wajah
180.
Bentuk wajah bulat dan proporsional, tidak ada luka, tidak ada
closma gravidarum, tidak ada edema.
f. Telinga
181.
Bentuk dan letak simetris, pinna lentur, telinga bersih, serumen tidak
ada, fungsi pendengaran baik, tidak ada keluhan.
g. Hidung
182.
Bentuk hidung proporsional,septum hidung ditengah, cuping hidung
-/-, sekret tidak ada, polip tidak ada, kebersihan baik, lapang udara baik tidak ada
hambatan, fungsi penghidu normal.
h. Mulut
183.
Bentuk bibir proporsional dan simetris, mukosa bibir lembab,
kebersihan mulut dan gigi baik, lidah berwarna merah muda, uvula berada
ditengah, jumlah gigi lengkap, karies gigi tidak ada.
i. Leher
184.
Tidak ada deviasi trakea, pergerakkan leher bebas, tidak ada
pembesaran KGB dan tiroid, reflek menelan baik, tidak ada peningkatan JVP (JPV
3cm)
j. Dada
47

185.

Bentuk dada simetris, pergerakan dinding dada simetris, buny paru

vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-, bunyi jantung reguler s1, s2, murmur tidak ada,
buny jantung tambahan s3, s4 tidak ada.
k. Payudara
186.
Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada massa, tidak ada nyeri
tekan atau lepas, letak puting simetris.
l. Abdomen
187.
Bentuk cembung, tidak ada pembesaran, tidak ada lesi, tidak ada
pembesaran hati, limfe dan ginjal, kandung kemih teraba penuh, distensi kandung
kemih, bising usus 11x/menit.
188.
m. Punggung
189.
Punggung tampak bersih, tidak ada lesi, taktil fremitus normal, deviasi
tulang belakang tidak ada, pembesaran dan kelainan tidak ada.
190.
191.
192.
n. Genetalia & Anus
193.
Terdapat perdarahan pervaginam, ada keputihan yang berbau, lesi pada
vagina, edema vagina, kebersihan kurang baik, keluhan nyeri saat bersenggama.
keluhan sulit berkemih dan tidak tuntas Anus tampak baik tidak ada keluhan.
o. Ekstermitas atas dan bawah
194.
Bentuk ekstremitas atas dan bawah simetris, kekuatan otot penuh,
rentang gerak bebas, refleks patela +/+, refleks triceps +/+, refleks biceps +/+, ,
tidak ada varises, tidak ada edema, fraktur tidak ada, clubbing foot tidak ada, CRT
< 2 detik, deformitas tidak ada.
195.
12. Pemeriksaan penunjang
196.
IVA test dengan hasil pemeriksaan terdapat bercak putih
13. Therapi
197.
Belum ada therapi karena dirujuk untuk periksa lanjut
198.
C. Analisa Data
199.

200.

201.

nalisa Data

Etiol

202.

ogi

M
asalah

203.

eperawat
an
204.

208.

Data

210.

Subjektif :

Vask
ularisasi

48

219.

H
arga diri

205. -

Klien

206.

malu akan bau dan

207.

keputihannya

mengatakan

terganggu

situasion
al,

212.

Pera

seksual
Klien mengatakan
menjadi

rendah

211.

saat

berhubungan
-

jaringan

dangan

endoserviks

seksualita

dan

tidak

percaya diri sebagai

perubaha

eksoserviks

istri

213.
209.

Data

214.

Nekr

Objektif :
-

Perdarahan

pervagina
Liang vagina kering
Adanya kanker

serviks
Keputihan berbau

busuk
Adanya lesi pada

vagina
Penurunan rasa

percaya diri klien


Perilaku cenderung

osis jaringan
215.
216.

Kep

utihan dan bau


busuk
217.
218.

Harg
a diri rendah
situasional,
perubahan
seksualitas

tertutup dan
menghindar
interaksi sosial
dengan pasangan /
keluarga
221.

220.
-

Data

225.

Penuru

232.

Subjektif :

nan kadar

yeri saat

Klien

mengatakan

estrogen

senggam

nyeri

saat

berhubungan
Klien mengatakan

226.
227.

Penuru

sering menolak bila

nan sekresi

diajak berhubungan

lendir serviks

49

222.
223.

228.
Data

229.

Penipis

Objektif :
-

Tampak meringis

kesakitan
Perdarahan

pervagina
Liang vagina kering
Adanya kanker

serviks
Keputihan berbau

busuk
Adanya lesi pada
vagina
224.
234.

233.
-

an liang
vagina, kering
230.

Data

231.

Nyeri

saat senggama

236.

Fakt

Subjektif :

or etiologi

Klien

mengatakan

karsinoma

takut

akan

penyakitnya
Klien mengatakan

serviks
237.
238.

Disp

takut bila suami atau


keluarga

lasia sel

tidak

serviks

menerima

239.

penyakitnya
235.

240.
Data

besaran massa

Objektif :
-

IVA test positif


Diagnosis kanker

serviks
Perdarahan

pervagina
Keputihan berbau

busuk
Ketakutan
Gelisah
Khawatir
Wajah tegang
Kesedihan

Pem

241.
242.

Ca
serviks

243.
244.

Pena
talaksanaan
kurang
pengetahuan
tentang
penyakit

50

249.

A
nsietas

mendalam

245.
246.

Taku
t

247.
248.

Ansi
etas

250.

251.
-

Data

253.

Fakt

Subjektif :

or etiologi

erubahan

Klien mengatakan

karsinoma

eliminasi

serviks

urinarius

sulit buang air kecil


-

dan
Klien mengatakan

254.
255.

Disp

nyeri saat buang air

lasia sel

kecil

serviks

252.

Data

Objektif :
-

Distensi kandung

kemih
Frekuensi berkemih

menurun
BAK tidak tuntas
Adanya retensi

256.
257.

kandung kemih
BAK sedikit dan

Pem

besaran massa
258.
259.

Ede
ma jaringan
lokal

urine dalam
-

264.

260.
261.

Pene
kanan vesika

nyeri saat BAK

urinaria
262.
263.

Peru
bahan
eliminasi
urinarius

265.
D. Diagnosa Keperawatan (NANDA, 2011)
1. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan
femininitas dan perubahan bentuk tubuh.

51

2. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan penyakit, perubahan seksualitas,


hubungan dengan pasangan dan keluarga, gangguan fungsional.
3. Nyeri saat senggama berhubungan dengan penurunan sekresi lendir serviks
4. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma mekanis, manipulasi
bedah, adanya edema jaringan lokal, penekanan vesika urinaria.
266.

52

267.
268.

E. Rencana Asuhan Keperawatan


269.

Diagn

270.

Tujuan

277.

Tupan :

271.

Intervensi

272. Rasional

osa
Keperawata
273.
1.

274.

n
Ansiet

as

278.

Setelah

berhubungan

diberikan

dengan

selama

diagnosis

ansietas hilang atau tidak

kanker, takut

cemas lagi.

akan

rasa

perawatan
3

24

kehilangan

280.

femininitas

diberikan

dan

selama

perubahan

diharapkan

bentuk tubuh.

berkurang.

275.

30

menit
ansietas

perasaan,

ketakutan, dan persepsi.


2. Gali bersama pasien tentang
yang

berhasil

atau

tidaknya menurunkan ansietas

dirasakan selama prosedur.


4. Anjurkan
pasien
untuk
melakukan teknik relaksasi.
5. Berikan kesempatan kepada
pasien untuk berdiskusi dengan

281.

276.

meningkatkan dukungan.
utnk 2. Bisa memodifikasi koping

di masa lalau
Setelah 3. Jelaskan prosedur dan apa yang
perawatan

1. Menghilangkan keraguan dan

pasien

mengungkapkan

jam

Tupen

Anxiety

Reduction
1. Dorong

teknik

279.

nyeri,

282.

Dengan

orang

KH :
1. Klien
mengidentifikasi

lain

mengalami
mampu

yang
hal

yang

berfungsi untuk mengurangi


tingkat keraguan klien.
4. Teknik
relaksasi
dapat
memperbaiki

keseimbangan

fisik dan psikologis pasien.


5. Memperbaiki keseimbangan
fisik dan psikologis klien
menghilangkan keraguan dan
meningkatkan

dukungan

terhadap

efektifitas

pernah

pengobatan yang di jalani.


sama 6. Pemberiann obat berfungsi

dengan pasien
dan 6. Kolaborasi dengan dokter dalam
53

yang efektif kepada pasien


3. Penjelasan
prosedur

untuk membantu klien rileks


selama periode ansietas berat.

mengungkapkan

gejala

pemberian obat.

cemas.
2. Klien menunjukkan teknik
untuk mengontrol cemas.
3. Postur tubuh, ekspresi
wajah, dan tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya kecemasan.
283.
2.

284.
diri

Harga

286.

rendah

situasional
berhubungan

287.

Tupan
Setelah

Self

Esteem 1. Meningkatkan daya titik diri

Enhancement
1. Kaji secara verbal dan non

dan mendefenisikan masalahmasalah dan kemungkinan

verbal respon klien terhadap

keluarga,

pemecahannya secara rasional


tubuhnya
2. Penjelasan
akan
keperawatan selama 3x24
2. Jelaskan tentang pengobatan,
meningkatkan rasa percaya
jam meningkatkan harga diri
perawatan dan penyakitnya
diri klien
klien
3. Dorong
klien
dalam
3. Eksplorasi diri mendorong
288.
Tupen :
mengungkapkan perasaannya
pasien
untuk
292.
289.
Setela
293.
Counseling
mempertimbangkan
diberikan
tindakan 4. Dorong
diskusi
perubahan di masa yang akan
keperawatan selama 1x30
tentang/pecahkan
masalah
datang
menit klien menerima diri
tentang efek kanker/pengobatan 4. Membantu
menurunkan

gangguan

dalam situasinya

dengan
penyakit,
perubahan
seksualitas,
hubungan
dengan
pasangan dan

fungsional.

diberikan

291.

290.

tindakan

Dengan
54

pada peran sebagai ibu rumah

masalah yang mempengaruhi

tangga,

penerimaan pengobatan atau

orang

tua

dan

285.

KH :
1. Klien

mengungkapkan

pemahaman penyakitnya
2. Klien dapat menerima diri
dan perubahan

secara

perubahan

tubuh
5. Mempertahankan

merangsang

untuk

pasien/orang terdekat selama tes


diagnostik dan fase pengobatan.
6. Rujuk pasien/orang terdekat
pada

fungsi

program

kelompok

pendukung (bila ada).


296.

interaksi

kemajuan

penyakit
5. Meskipun beberapa pasien

Coping

Enhancement
5. Berikan
dukungan

situasinya

saat ini
3. Body image positif
4. Mendeskriptifkan
faktual

sebagainya
294.
295.

beradaptasi/menyesuaikan
diri dengan efek kanker atau
efek samping terapi, banyak
memerlukan

dukungan

tambahan selama periode ini


6. Kelompok
pendukung
biasanya

sangat

menguntungkan baik untuk

sosial

pasien/

orang

terdekat,

memberikan kontak dengan


pasien dengan kanker pada
berbagai

298.
3.

299.

Nyeri

saat

301.

Tupan :

302.

Setelah

senggama

diberikan

berhubungan

asuhan

dengan

keperawatan

307.
Pain Management
1. Lakukan
pengkajian
nyeri
secara

komperensif

(catat

keluhan lokasi nyeri, frekuensi


durasi dan intesitas skala 0-10)
55

tingkatan

pengobatan

dan/atau

pemulihan
297.
1. Membantu

membedakan

menyebabkan
memberikan
tentang
perbaikan

nyeri

dan

informasi

kemajuan

atau

penyakit,

penurunan

selama

3x24

sekresi lendir

jam

nyeri

serviks

berkurang

s/d

dan tindakan penghilang nyeri

yang dilakukan
intervensi
2. Diskusikan dengan klien tentang 2. Mengurangi
penggunaan cara atau teknik

hilang

300.

303.

Tupen :

304.

Setelah

diberikan
asuhan
keperawatan
1x24 jam nyeri
berkurang
pasien

dan

dapat

buku dan sentuhan terapeutik..


5. Kolaborasi dengan dokter dalam

terhadap

iritasi
senam kegel
3. Senam kegel bermanfaat
4. dorong penggunaan ketrampilan
untuk menguatkan otot-otot
menejemen nyeri seprti teknik
kewanitaan
relaksi dan distraksi, membaca 4. Memberikan rasa nyaman

pemberian obat sesuai indikasi,

merasa

estrogen pengganti

Dengan

melaporkan

yang

menimbulkan rasa sakit dan

pasien,

meningkatkan relaksasi, dan


membantu

pasien

memfokuskan

untuk
kembali

perhatiannya
5. Memulihkan atrofi genetalia,

KH :
1. Klien

vagina

kekeringan

khusus saat berhubungan


3. Anjurkan klien untuk melakukan

nyaman
305.

komplikasi dan keefektifan

kekeringan vagina, uretra

nyeri

hilang
2. Klien tidak menolak saat
berhubungan

308.
4.

309.
ahan

Perub

306.
311.

Tupan

317.

Care
56

Urinary

Retention 1. Dapat

mengindikasikan

retensi urine bila berkemih

eliminasi

312.

Setelah

1. Perhatikan pola berkemih dan

urinarius

diberikan

tindakan

berhubungan

keperawatan selama 3x24

awasi keluaran urine


2. Palpasi
kandung

dengan

jam eliminasi urine dapat

trauma

lancar

mekanis,

mencaritahu

sedikit/kurang (< 100 ml)


kemih, 2. Persepsi kandung kemih
keluhan

ketidaknyaman,
313.

Tupen :

manipulasi

314.

Setela

bedah,

diberikan

tindakan

adanya

keperawatan selama 1x30

dengan sering dalam jumlah

penuh,

distensi

kandung

kemih di atas simpisis pubis

ketidakmampuan berkemih
menunjukkan retensi urine
3. Berikan tindakan berkemih 3. Meningkatkan relaksasi otot
rutin, posisi normal, aliran air

perineal

pada baskom, penyiraman air

mempermudah

upaya

edema

hangat pada perineum


berkemih
menit tidak ada hambatan 4. Berikan perawatan kebersihan 4. Meningkatkan

kebersihan,

jaringan

dalam eliminasi urine

lokal,
penekanan

315.

Dengan

1. Tidak ada distensi kandung

urinaria.

kemih
2. Tidak ada

menurunkan

asenden
perhatikan warna, kejernihan, 5. Retensi

KH :

vesika
310.

perineal dan perawatan kateter


5. Kaji
karakteristik
urine,

bau
6. Lakukan pemasangan kateter
bila diindikasikan

inkontinensia

aliran berlebihan
3. Klien BAK dengan tuntas
4. Kandung kemih kosong

dan

vagina,

dapat

resiko

urine,
dan

ISK

drainase

kemungkinan

adanya kateter intermitten/


tak menetap meningkatkan
resiko infeksi, khususnya bila
pasien mempunyai

jahitan

parineal
6. Edema atau pengaruh suplai

secara teratur
316.

saraf
atoni
57

dapat

menyebabkan
kandungan

kemih/retensi kandung kemih


318.

58

319.
320.

BAB IV

NASKAH ROLE PLAY

321.
322.
323.
324.

Narator

: Diceritakan ada pasangan suami istri yang bernama

Ny. H dan Tn. M yang sudah menikah sekitar 10 tahun. Sebelumnya Ny. H
menggunakan alat kontrasepsi IUD selama 8 tahun. Ny. H datang ke klinik
Stikay untuk berkonsultasi dan melakukan pemeriksaan, Ny. H datang dengan
keluhan nyeri setelah berhuTantengan seksual, disertai keluarnya lendir dan
cairan berbau amis sejak 1 Tantelan terakhir. Ny. H belum pernah melakukan
pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan lain. 3 hari sebelumnya Ny. H dan
Tn. M melakukan huTantengan seksual dan sempat ada keluaran darah dan
merasakan nyeri setelah berhuTantengan, Ny. H merasa cemas akan
kondisinya, akhirnya Tn.M dan tante Ny. H menyuruh Ny. H untuk melakukan
pemeriksaan dulu ke klinik Stikay.
325.
326.

Suatu hari dirumah Ny. H, Ny. H sedang duduk dan berjalan modar

mandir tampak gelisah dan cemas. Ny. H duduk menghampiri iTantenya.


327.
328.

Ny H : Tante, aku takut Tante... kenapa ya akhir-akhir ini setiap aku


berhuTantengan sama suamiku kok terasa sakit ya Tante? terus ada
darah keluar jugs Tante.

329.

Tante : dari kapan memang nak? Kok bisa begitu?

330.

Ny H : aku juga gak tau Tante, makanya aku tanya iTante, sudah 2
Tantelanan ini Tante. Kadang aku juga banyak keputihan terus bau juga
Tante.

331.

Tante : aduh nak, periksa saja ke klinik dulu. Takut ada apa-apa
kamunya nak.

332.

Ny. H : aku takut Tante, aku juga malu sama suamiku.

333.

Tante : kan biar tahu penyakitnya apa, kamu ceritakan saja sama
suamimu dulu, atau sekalian ajak juga ke klinik mengantar kamu ya.
Daripada ditunda nanti takutnya parah kan bahaya.

334.
59

335.

Narator

: Ny. H pun akhirnya memutuskan untuk bercerita

dengan suaminya dan memintanya untuk mengantarnya ke klinik


Stikay besok pagi. Keesokan harinya Ny. H ditemani suaminya Tn. M
datang ke klinik Stikay :
336.
337.

Perawat 1

: Selamat pagi Tante, pak. Ada yang bisa dibantu?

Silahkan duduk, ini siapa yang sakit?


338.

Ny. H : saya suster, saya mau periksa soalnya sejak 2 Tantelan


terakhir ini keluar cairan berbau amis dari kelamin saya. Kemarin
sempat ada perdarahan setelah berhuTantengan seksual dan saya juga
merasa nyeri.

339.

Tn. M : kira- kira istri saya kenapa ya sus ? Kemarin kelihatannya


banyak juga darah yang keluar.

340.

Perawat 1

: Sebentar ya pak saya periksa dulu dan lengkapi data

iTante ya pak. (sambil dilakukan pemeriksaan fisik oleh perawat


welinda)
341.

(Setelah melakukan pemeriksaan fisik oleh perawat)

342.
343.

Perawat 1

: ITante setelah saya lakukan pemeriksaan fisik,

tekanan darah, pernafasan, suhu, dan nadi iTante dalam keadaan baik,
tetapi untuk daerah kewanitaan iTante kelihatannya ada bengkak,
keputihan cukup banyak dan ada sedikit luka. Kalau seperti ini iTante
disarankan dulu untuk melakukan pemeriksaan awal Tante,yaitu IVA
test. Kebetulan diklinik kami bisa dilakukan IVA test.
344.

Ny. H : IVA test itu apa suster ? pemeriksaannya sakit ga?

345.

Perawat 1

: ITante tadi juga kan mengeluh nyeri pada liang

senggama, dsertai keputihan cukup banyak dan ada sedikit luka,


sehingga disarankan untuk IVA test, Inspeksi Visual Asam Asetat,
pemeriksaan awal untuk deteksi dini kanker serviks atau mulut rahim
iTante, mungkin akan sedikit sakit tetapi bila iTante mau bekerjasama
saat pemeriksaan mungkin tidak terlalu sakit.
346.

Tn. M : Pemeriksaannya mahal tidak sus? Kira-kira berapa lama?

60

347.

Perawat 1

: Kurang lebih sekitar 20 riTante saja pak, hanya 10-15

menit hasilnya sudah ada pak. Apa ada pertanyaan lain pak, Tante?
348.

Ny H : bagaimana ini pah? Mamah jadi makin takut.

349.

Tn. M : udah mamah tenang aja, mamah periksa aja dulu. Nanti papah
tungguin, biar jelas penyakitnya apa ya.

350.

Ny. H : ya udah sus, periksanya dimana?

351.

Perawat 1

: iTante kedepan nanti ke menunggu di depan,

ruangannya disebelah Tante, jadi Tante nanti tunggu dipanggil saja ya.
352.

Ny. H : baik sus, terimakasih ya.

353.

Tn. M : terimakasih sus, mari sus.

354.

(Ny. H dan Tn. M meninggalkan ruang periksa dan menunggu


antrian diruang tunggu)

355.
356.

Narator

: Ny. H dan Tn. M meninggalkan ruang periksa dan

menunggu antrian untuk pemeriksaan IVA test diruang tunggu. Sambil


Ny A menunggu, kebetulan sedang berlangsung penyuluhan mengenai
kesehatan reproduksi tentang kanker serviks. Ny A dan Tn B pun
akhirnya menunggu sambil mengikuti penyuluhan terseTantet.
357.

Penyuluhan tentang dari mahasiswa profesi ners (Yarnen &


Kartika) pun berlangsung sekitar 15 menit. Setelah penyuluhan selesai,
Ny A tertarik dan mengajukan pertanyaan.

358.
359.

Ny H : adek, boleh saya bertanya?

360.

Mahasiswa 1 :oh iya bu, boleh, silahkan.

361.

Ny H : kalo test IVA hasilnya positif kanker, harus gimana ya dek


selanjutnya. Bisa semTanteh ga?

362.

Mahasiswa 1 : oh iya bu... biasanya bisa ditangani di klinik dulu


Tante, seperti dilakukan krioterapi yaitu pembekuan sel postif di leher
rahim, sampai terlepas. Tetapi bila tidak lepas atau sel + banyak,
biasanya harus dirujuk untuk pengobatan di rumah sakit.

363.

Ny H : oh begitu ya dek, makasih ya dek infonya.

364.

Mahasiswa 2 : iya bu sama sama (sambil menutup acara penyuluhan


dan kembali keruang periksa untuk bertugas).

61

365.
366.

Narator

: setelah menunggu, Ny H dipanggil untuk melakukan

pemeriksaan IVA test.


367.

Mahasiswa 2 : Ny. H

368.

Ny H : iya saya , saya mau periksa IVA test.

369.

Mahasiswa 2 : iya Tante masuk dulu ya. Suster ini ibu mau periksa
IVA test.

370.

Perawat 1

: oh iya, bu silahkan ke toilet dulu, buang air kecil dan

jangan lupa cebok ya bu...


371.

Ny H : oh iyaiya sus.....

372.
373.

Narator

: Ketika ibu sedang ke toilet, perawat dan mahasiswa

menyiapkan peralatan untuk pemeriksaan IVA test dan perawat


mempersiapkan diri seperti cuci tangan sebelum tindakan dan
penggunaan alat pelindung diri.
374.
375.

Ny H : sus, saya sudah selesai.

376.

Perawat 1

: oh iya bu, silahkan bu tiduran dulu ya, celana dalam

ibu di buka dulu ya. Saya akan melakukan pemeriksaan IVA test yaitu
pemeriksaan dengan mengoleskan cairan asam pada leher rahim ibu
untuk mendeteksi dini kanker rahim. Pemeriksaan ini sekitar 10 sampai
15 menit. Nanti ibu mengikuti aba-aba saya ya.
377.

Ny. H

378.

Perawat 1

: baik sus.
: ibu yuk dibuka dulu kakinya ya, relaks ya bu

jangan dikeraskan atau tegang ya, biar tidak sakit. Saya bersihkan dulu
ya.
379.
380.

(perawat menggunakan sarung tangan sambil membersihkan genetalia


eksterna dengan cairan fisiologis. Perawat menginspeksi dan palpasi
genitalia eksterna. Kemudian mengaplikasikan gel pada spekulum
kemudian masukkan spekulum sampai serviks terlihat jelas. Perawat
membersihkan serviks dari cairan, darah dan sekret dengan kapas lidi
bersih. Lalu perawat mengoleskan asam asetat 5% pada serviks dengan

62

kapas lidi. Perawat menunggu hasil IVA selama 1 menit. Setelah 2


menit kemudian :
381.
382.

Perawat 1

: bu, hasil pemeriksaannya tampak ada bercak putih,

dari tandanya ada kemungkinan kanker mulut rahim. Tetapi ini baru
kemungkinan saja bu, ibu harus menjalani pemeriksaan lanjut seperti
pap smear dan laboratorium. Ibu tidak usah khawatir, ini baru satu
hasil pemeriksaan saya lapor dokter dulu ya
383.

Ny. H : (tampak kaget) hah? Ini bahaya suster?

384.

Perawat 1

: bu tidak usah khawatir nanti biar dokter jelaskan

kepada ibu dan suami ya, biar lebih jelas lagi. (sambil merapihkan
pasien, membereskan lingkungan pasien dan alat-alat yang telah
digunakan)
385.
386.

(Narator

: perawat memanggil dokter dan melaporkan hasil

pemeriksaan IVA test. Dokter masuk keruang periksa dan perawat


memanggil Tn. M suami Ny. H untuk masuk ke ruang periksa.
387.
388.

Dokter Jo

: Ibu ini hasil pemeriksaan testnya kan tampak positif,

tetapi belum bisa dipastikan, jadi ibu harus melakukan pemeriksaan


tahap berikutnya. Yaitu pemeriksaan Pap Smear dan Laboratorium.
Kebetulan disini belum ada pemeriksaan untuk Pap Smear dan
laboratorium untuk deteksi sel kanker serta penyebaran kanker. Jadi
saya buatkankan suratnya dulu ya.
389.

Ny. H : saya jadi takut dok, bisa sembuh gak dok?

390.

Dokter Jo

: Kalau ibu mengikuti pemeriksaan lanjutan dan

mengikuti saran dari pengobatan nanti, pasti bisa sembuh Tante. Ibu
harus segera melakukan pemeriksaan lanjutan ya bu, kalau tidak nanti
takutnya makin berat dan menyebar ke organ lain.
391.

Narator

: dan akhirnya Ny. H dan suaminya meninggalkan ruang

periksa untuk pergi ke laboratorium untuk pemeriksaan Pap Smear dan


darah.
392.

63

393.

Role Play ini menggambarkan penyakit kanker serviks serta

pentingnya edukasi tentang kesehatan reproduksi di fasilitas kesehatan.


Pendidikan kesehatan ini ditujukan untuk meningkatkan wawasan dan
pemahaman masyarakat untuk menekan penderita kanker serviks serta
keganasan yang akan timbull. Edukasi yang diberikan ditekankan pada
pencegahan dini dengan pemeriksaan IVA test yang dapat dilakukan di
fasilitas kesehatan terdekat.
394.
395.

BAB V

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

396.
397.
398.

PEMERIKSAAN IVA (INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT)

399.

400.

Pengerti

Pemeriksaan inspeksi visual asam

asetat (IVA test) adalah metode sederhana

an

non invasif dengan mengoleskan serviks


atau leher rahim dengan asam asetat,
kemudian diamati perubahannya.
402.
pemeriksaan dan deteksi dini kanker

401.
Tujuan
403.
Persiap
an
Klie
n

404.
Persiap
an

serviks
1. Menyapa dan memperkenalkan diri perawat
2. Menanyakan kesiapan klien untuk diperiksa IVA
3. Memastikan identitas, memeriksa status

kelengkapan informed consent klien


4. Klien diminta untuk mengosongkan kandung kemih
dan membersihkan daerah genitalia
5. Klien diposisikan senyaman mungkin dengan posisi
litotomi
1. Menyiapkan dan memastikan alat dan seluruh
instrumen yang diperlukan sudah tersedia
2. Menjelaskan tujuan dari pemeriksaan IVA pada klien
3. Melakukan informed consent pada klien

Pera
wat
405.
Persiap
an
Alat

dan

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Air DTT (klorin 0,5%)


Kapas cebok
Botol cebok
NaCl 0,9%
Asam Asetat 3-5%
Stik laken
64

406.
Prosedu
r

7. Spekulum vagina
8. Kapas lidi
9. Kom
10. Bak instrumen
11. Pengalas
12. Headlight
13. Sarung tangan 2 buah
14. Bengkok
15. Tissu
16. Selimut
1. Klien diminta untuk menanggalkan paikaian bawah,
dari pinggang hingga lutut dan diposisikan litotomi
2. Tutup area pinggang hingga lutut dengan kain
3. Cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air
mengalir, keringkan dengan tissu
4. Gunakan sarung tangan
5. Bersihkan genetalia eksterna dengan cairan fisiologis /
air DTT
6. Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna
7. Aplikasikan gel pada spekulum kemudian masukkan
spekulum sampai servks terlihat jelas
8. Bersihkan serviks dari cairan, darah dan sekret dengan
kapas lidi bersih
9. Lakukan pemeriksaan serviks
a. Bila terdapat kecurigaan kanker atau tidak :
407. Jika ya, klien dirujuk, pemeriksaan tidak
dilanjutkan
b. Jika tidak,

identifikasi

sambungan

skuamo

kolumnar (SSK)
408. Jika SSK tampak, lakukan IVA dengan
mengoleskan kapas lidi yang sudah dicelupkan ke
dalam asam asetat 3-5% keseluruh permukaan
serviks
409. Jika SSK tidak tampak, maka :
410. Dilakukan pemeriksaan mata telanjang
tanpa asam asetat (down staging)
411. Klien disarankan melakukan pemeriksaan
pap smear maksimal 6 bulan sekali
c. Tunggu hasil IVA selama 1 menit, perhatikan
apakah ada bercak putih (acetowhite epthellium)
atau tidak
412. Jika tidak ada (IVA negatif), jelaskan kepada

65

klien kapan harus kembali untuk mengulangi


pemeriksaan IVA
d. Jika ada (IVA positif), tentukan apakah lesi tersebut
dapat dilakukan krioterapi atau perlu rujukan untuk
pengobatan
10. Keluarkan spekulum perlahan sambil anjurkan klien
tarik nafas panjang
11. Bereskan alat, rapihkan klien dan lingkungannya
12. Buang sarung tangan, kapas dan bahan sekali pakai
lainnya kedalam tempat sampah, sedangkan untuk alat
yang dapat digunakan kembali, rendam dalam larutan
klorin 0,5 % sela 10 menit untuk dekontaminasi
13. Cuci tangan dan dokumentasikan.
14. Lakukan konseling post pemeriksaan IVA dan berikan
kesempatan kepada klien untuk bertanya hingga
mengerti dan berikan edukasi pencegahan kanker
serviks
413.
414.
415.
416.
417.
418.
419.
420.
421.
422.
423.
424.
425.
426.
427.

DAFTAR PUSTAKA

428.
429.
430.

Bobak, dkk. 2005 Keperawatan maternitas. Edisi 4. Jakarta : EGC

66

431.

Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, J. Mc.Closkey. 2012.


Nursing Interventions Classification (NIC). Fifth Edition. Iowa : Mosby
Elsevier

432.

Chang, Dkk. 2009. Patofisiologi dan Aplikasi dalam Keperawatan. Jakarta :


EGC

433.

Judith,dkk. 2012. Buku saku diagnosis Keperawatan Nanda Nic Noc. Jakarta :
EGC

434.

Kusumah & Nuratif. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosis Medis & NANDA, NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 3. Yogyakarta :
Mediaction Publishing

435.

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

436.

NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2012-2014. Jakarta: EGC.

437.

Sarwono. 2008. Keperawatan Maternitas.Jakarta: EGC

438.

Taylor & Ralph. 2010. Diagnosis Keperawatan dengan Rencana asuhan .


Jakarta : EGC

439.

Prawihardjo. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan kesehatan maternal dan


neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

440.

Price, Anderson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Jakarta: EGC

67

Anda mungkin juga menyukai