Seorang anak (12 tahun) dengan riwayat PJB dibawa ke RS dengan keluhan sesak
dan nyeri dada sejak 2 jam sebelum masuk RS. Tekanan darah 140/70 mmHg,
frekuensi nadi 130x/menit, frekuensi napas 32x/menit. Perawat akan melakukan
perekaman EKG. Perawat telah melepaskan baju dan membersihkan area pemasangan
elektroda.
Apa tindakan selanjutnya yang dilakukan perawat?
a. Meminta orang tua untuk memegangi anak supaya anak tidak bergerak saat
diperiksa
b. Pasang semua elektrode (ekstremitas dan prekordial) pada dada klien dengan
menggunakan jelly
c. Menyambung kabel EKG dan memasang elektrode
d. Memonitor respons anak terhadap tindakan
e. Menentukan lokasi pemasangan elektrode
Jawaban *b*
Pembahasan :
"Prosedur Perekaman EKG
2. Baringkan klien terlentang dengan tungkai lurus, lengan lurus tidak bersentuhan
6. Pasang semua elektrode (ekstremitas dan prekordial) pada dada klien dengan
menggunakan jelly.
Lead Ekstremitas
Merah (RA) lengan kanan
7. Hubungkan kabel sandapan dengan elektrode yang telah dipasang sesuai dengan
label yang ada di kabel sandapan
Jawaban : *c*
Pembahasan :
4 – 6 : Asfiksia sedang
Pada kasus ini bayi hanya membutuhkan tindakan pertolongan ringan, seperti
membersihkan lendir yang menutupi jalan pernapasan bayi.
7 – 10 : Normal/vigorous baby
Pada keadaan ini bayi lahir dengan score APGAR normal, itu berarti bayi sehat.
Jawaban : *d*
Pembahasan :
4 – 6 : Asfiksia sedang
Pada kasus ini bayi hanya membutuhkan tindakan pertolongan ringan, seperti
membersihkan lendir yang menutupi jalan pernapasan bayi.
7 – 10 : Normal/vigorous baby
Pada keadaan ini bayi lahir dengan score APGAR normal, itu berarti bayi sehat.
Jawaban : *c*
Pada pemeriksaan DDST II, umur anak dihitung dengan cara tanggal pemeriksaan
dikurangi tanggal lahir. Bila anak lahir prematur, dilakukan koreksi faktor
prematuritas untuk anak yang lahir lebih dari 2 minggu sebelum tanggal perkiraan dan
berumur kurang dari 2 tahun.
Pada kasus, anak berusia 1 tahun 9 minggu, sehingga anak memerlukan koreksi usia.
Diketahui:
Usia anak : 1 tahun 9 minggu
Usia gestasi : 34 minggu
Ditanyakan:
Berapa usia koreksi anak ?
Jawaban:
Usia koreksi anak :
Usia kronologis anak - faktor koreksi
Jawaban : *d*
Pembahasan :
Usia koreksi adalah koreksi usia anak berdasarkan faktor prematuritasnya.
Diketahui :
Tanggal periksa : 29 Desember 2018
Tanggal lahir : 6 Februari 2017
Usia gestasi : 35 minggu
Usia kronologis =
2018 (tahun) 12 (bulan) 29 (hari)
2017 (tahun) 02 (bulan) 06 (hari)
--------------------------------- -
1 (tahun) 10 (bulan) 23 (hari)
Jawaban : *c*
Dalam metode Denver II, indikator yang diperiksa ada 4, di antaranya: personal sosial,
motorik halus, bahasa dan motorik kasar.
Opsi "Motorik halus” (tepat) , karena pemeriksaan motorik halus menguji koordinasi
mata-tangan, memainkan dan menggunakan benda-benda kecil.
Opsi “Motorik kasar” (tidak tepat), karena motorik kasar menilai duduk, jalan,
melompat, gerakan umum otot besar.
Jawaban : *c*
Seorang anak (1 tahun) dibawa ke puskesmas dengan keluhan demam sejak 2 hari yang
lalu. Ibu mengatakan anak menolak makan dan minum. Pada saat pemeriksaan,
perawat melihat ada luka pada bagian mulut yang luas dan cukup dalam. Tampak
ruam kemerahan di seluruh kulit anak. Suhu : 38,9 C, Nadi : 122 x/menit, pernapasan :
24 x/menit.
DS :
- Ibu mengatakan anak demam sudah 4 hari
DO :
- Ruam merah di kulit yang menyeluruh
- Luka di mulut yang luas
- Kulit teraba hangat
- Suhu : 38,9 C
- Malaria, tidak tepat karena membutuhkan data risiko malaria dan riwayat bepergian
ke daerah malaria. Selain itu dibutuhkan data mikroskopis RDT positif untuk
menegakan diagnosis malaria.
8. Seorang anak (6 bulan) dibawa dengan keluhan BAB cair lebih dari 5 kali sejak
kemarin. Turgor kulit kembali dalam waktu < 3 detik. Suhu 36,7 C, pernapasan
33x/menit, frekuensi nadi 120x/menit, bising usus 36x/menit.
Apakah masalah keperawatan yang tepat?
a. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b. Risiko keetidakefektifan perfusi jaringan perifer
c. Diare
d. Kekurangan volume cairan
e. Hipertermia
Jawaban : *c*
Pembahasan :
DS :
- Ibu mengatakan keluhan BAB cair lebih dari 5 kali sejak kemarin.
DO :
- Turgor kulit kembali dalam waktu < 3 detik.
- Suhu 36,7 C
- anak menangis tanpa air mata
- Nadi frekuensi 120 kali/menit
- Bising usus 36 kali/menit
- Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer : Pada kasus, belum ada data yang
menunjukan penurunan perfusi perifer.
- Kekurangan volume cairan : Pada kasus, belum ada tanda dan gejala yang
menunjukan terjadinya penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau
intraselular yang diakibatkan oleh diare pada anak. Hipovolemia harus ditandai
dengan perubahan TTV, tanda dehidrasi, penurunan volume urin, atau penurunan BB
secara tiba-tiba.
Jawaban : *d*
Pembahasan :
DS :
- Ibu mengatakan keluhan BAB cair lebih dari 10 kali sejak 4 hari sebelum masuk RS.
- Ibu mengatakan anak menolak menyusu dan cenderung mengantuk sejak pagi
DO :
- Turgor kulit kembali dalam waktu 3 detik = turgor buruk
- CRT 4 detik = memanjang
- anak menangis tanpa air mata
- Nadi lemah = 166 kali/menit
- Suhu = 38,7 C
MK yang tepat : Kekurangan volume cairan (opsi D)
- Diare : Diare adalah pengeluaran feses yang sering, lunak, dan tidak berbentuk. Pada
kasus, diare pada anak telah menyebabkan kondisi dehidrasi pada anak, sehingga
perawat harus mengintervensi masalah kekurangan volume cairan dan mengembalikan
hidrasi anak terlebih dahulu hingga ke keadaan yang tidak mengancam nyawa.
Jawaban : *d*
Pembahasan :
Masalah keperawatan yang tepat : Defisit nutrisi. Menurut SDKI, 2016 defisit nutrisi
adalah asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
Pada kasus ditemukan anak mengalami penurunan BB 5 kg dalam 7 hari, anak tampak
kurus, lingkar lengan 11 cm, grafik BB/PB anak dibawah -3 SD.
Berdasarkan MTBS (2015), anak tampak kurus, lila < 11,5 cm atau BB/PB < -3 SD
termasuk kategori gizi buruk tanpa komplikasi.
Opsi “Kekurangan volume cairan” (Tidak tepat), karena tidak ada data penguat
diangkatnya diagnosis, seperti : penurunan TTV, urin sedikit, turgor kulit menurun
dan membran mukosa kering.
Opsi “Hipertermi” (Tidaak tepat), karena pada data pengkajian suhu masih dalam
rentang normal yaitu 37,5 C. Nilai normal suhu tubuh menurut Depkes RI yaitu 36 C -
37,5 C
Opsi “Inkontinensia fekal” (Tidak tepat), karena tidak ada data penguat diangkatnya
diagnosis, inkontinensia fekal adalah ketidakmampuan klien untuk menahan sensasi
BAB yang disebabkan oleh kerusakan susunan saraf motorik bawah, penurunan tonus
otot dan penyalahgunaan laksatif yang ditandai dengan tidak mampu mengontrol BAB,
tidak mampu menunda defekasi dan feses keluar sedikit-sedikit dan sering.
11. Seorang bayi perempuan (10 bulan) dibawa ke RS dengan keluhan BAB cair
dengan frekuensi BAB 6x sehari. Hasil pengkajian: BB 7 kg, bayi rewel dan sering
menyusu, mata cekung, cubitan kulit perut kembali lambat, frekuensi nadi 157x/menit,
frekuensi napas 49 x/menit, suhu 36,2 C.
Apakah tindakan yang tepat diberikan?
a. Rujuk segera
b. Berikan paracetamol
c. Berikan larutan oralit
d. Berikan kompres hangat
e. Beri cairan intravena
Jawaban : *c*
Pembahasan :
Data fokus masalah : BAB cair dengan frekuensi BAB 6 kali dalam sehari, bayi rewel
dan sering menyusu, mata cekung, cubitan kulit perut kembali lambat.
Diare menurut SDKI, 2016 adalah pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak
bebentuk dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Penyebab diare tersering
adalah virus, bakteri dan parasit. Diare tanpa peradangan, biasanya feses bersifat cair,
tanpa darah dan lendir ataupun demam. Seringkali mengenai usus halus dan tidak
menyebabkan kerusakan mukosa usus (Penuntun diet anak, 2015).
Tindakan yang tepat yaitu : berikan larutan oralit. Pada kasus, pasien mengalami diare
dehidrasi ringan/sedang dengan gejala bayi rewel, mata cekung, cubitan kulit perut
kembali lambat.
Menurut MTBS, 2015 tindakan yang tepat diberikan pada bayi dengan diare dehidrasi
ringan/sedang yaitu :
1. Memberikan oralit 3 jam pertama sesuai BB
2. Memberikan tablet ZINC selama 10 hari
3. Nasihati ibu agar ASI tetap diberikan jika memungkinkan
4. Kunjungan ulang 2 hari jika belum membaik
Opsi “Berikan paracetamol” (Tidak tepat), karena paracetamol adalah obat analgesik
(pereda nyeri ringan hingga sedang) dan antipiretik ( penurun demam). Pada kasus
suhu pasien masih normal 36,2 C.
Opsi “Kompres hangat” (Tidak tepat), karena pada pengkajian suhu pasien normal
36,2 C
Opsi “Beri cairan intravena” (Kurang tepat), karena tindakan ini dilakukan pada bayi
yang mengalami diare dehidrasi berat yang membutuhkan penggantian cairan segera
yang tidak mampu lagi diberikan secara peroral dengan gejala bergerak hanya jika
dirangsang atau tidak bergerak sama sekali, mata cekung dan cubitan kulit perut
kembali sangat lambat
12. "Seorang bayi baru lahir dirawat di ruang NICU dengan keluhan sesak napas yang
diikuti tubuh membiru. Ibu mengatakan bayinya langsung tersedak dan muntah
setelah diberikan ASI pertama kali. Hasil pengkajian: penggunaan otot bantu napas
meningkat, pernapasan cuping hidung, frekuensi napas 66x/menit, pH 7,40, PCO2 52
mmHg, PO2 71 mmHg, HCO3 24 mmol/L dan SaO2 87 %.
"
Apakah masalah keperawatan yang tepat?
a. Menyusui tidak efektif
b. Pola napas tidak efektif
c. Risiko aspirasi
d. Gaangguan ventilasi spontan
e. Gangguan pertukaran gas
Pembahasan:
Data fokus masalah : penggunaan otot bantu napas meningkat, pernapasan cuping
hidung, pH 7,40, PCO2 52 mmHg, PO2 71 mmHg, HCO3 24 mmol/L dan SaO2 87 %.
Masalah keperawatan yang tepat : Gangguan ventilasi spontan. Menurut SDKI, 2016
gangguan ventilasi spontan adalah penurunan cadangan energi yang mengakibatkan
individu tidak mampu bernapas secara adekuat. Pada kasus ditemukan bayi sesak
napas dibarengi dengan adanya penggunaan otot bantu napas, peningkatan PCO2 52
mmHg, penurunan PO2 71 mmHg dan penurunan SaO2 87 % yang merupakan tanda
dan gejala mayor dari gangguan ventilasi spontan.
Opsi “Pola napas tidak efektif” (Kurang tepat), pada pengkajian memang ada
gangguan pola napas seperti : mengalami penggunaan otot bantu napas meningkat,
pernapasan cuping hidung, namun pada pengkajian adanya peningkatan PCO2 52
mmHg, penurunan PO2 71 mmHg dan penurunan SaO2 87 % yang diakibatkan oleh
penurunan cadangan energi, sehingga gangguan ventilasi spontan lebih aktual untuk
masalah keperawatan pasien.
Opsi ”risiko aspirasi” (Tidak tepat), karena tidak ada data penguat diagnosis, seperti
berisiko mengalami masuknya sekresi gastrointestinal, sekresi orofaring, benda cair
atau padat ke dalam saluran trakeobronkial akibat disfungsi mekanisme protektif
saluran napas. Pada pengkajian pasien sudah terjadi penurunan oksigenasi secara
aktual yaitu penurunan PO2 71 mmHg, penurunan SaO2 87 % dan peningkatan PCO2
52 mmHg.
Opsi “Gangguan pertukaran gas” (Kurang tepat), pada pengkajian memang terjadi
beberapa keabnormalan komponen nilai AGD yaitu peningkatan PCO2 52 mmHg,
penurunan PO2 71 mmHg dan penurunan SaO2 87 % namun pH masih normal 7,40
dan HCO3 masih normal 24 mmol/L, sehingga diagnosis yang tepat berdasarkan data
pengkajian pasien yaitu gangguan ventilasi spontan.
13. Seorang anak (2 tahun) dibawa ke Klinik dengan keluhan demam sejak 2 hari yang
lalu. Hasil pengkajian: kulit teraba hangat dan tampak merah, frekuensi nadi
150x/menit, frekuensi napas 41x/menit, suhu 38,2 C.
Apakah tindakan pertama yang dilakukan perawat?
a. Memberikan paracetamol
b. Memberikan cairan intravena
c. Memberikan kompres hangat
d. Memantau TTV
e. Memberikan antibiotik
Pembahasan:
Data fokus masalah : kulit teraba hangat dan tampak merah, suhu 38,2 C. frekuensi
nadi 150 x/menit, frekuensi napas 41x/menit,
Hipertermi menurut SDKI, 2016 adalah suhu tubuh meningkat di atas rentang normal.
Nilai normal suhu tubuh menurut Depkes RI yaitu 36 C - 37,5 C. Tindakan
keperawatan pada pasien dengan hipertermi yaitu perawatan demam (NIC, 2010).
Kompres hangat adalah salah satu tindakan mandiri yang dilakukan oleh perawat.
Kompres adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh anak yang
mengalami demam. Pemberian kompres hangat pada pembuluh darah besar
merupakan upaya memberikan rangsangan pada area preoptik hipotalamus agar
menurunkan suhu tubuh. Sinyal hangat yang dibawa oleh darah ini menuju
hipotalamus akan merangsang area preoptik mengakibatkan pengeluaran sinyal oleh
sistem efektor. Sinyal ini akan menyebabkan pengeluaran panas tubuh yang lebih
banyak melalui dua mekanisme yaitu dilatasi pembuluh darah dan berkeringat (Potter
& Perry, 2005).
Opsi “Memantau TTV" (Kurang tepat), karena pada pengkajian suhu tubuh pasien
mengalami peningkatan 38,2 C, maka tindakan pertama diberikan yaitu
mengembalikan suhu tubuh dalam rentang normal setelah itu baru memantau TTV
Opsi “Memberikan
antibiotik” (Tidak tepat), karena antibiotik digunakan untuk menekan atau
menghentikan perkembangan bakteri atau mikroorganisme berbahaya yang berada di
dalam tubuh
14. Seorang anak (4 tahun) dibawa ke RS dengan keluhan demam. Hasil pemeriksaan :
kulit teraba panas dan tampak merah, hasil mikroskopis RDT positif, frekuensi nadi
139x/menit, frekuensi napas 30x/menit, suhu 38,7 C.
Apakah interpretasi masalah yang tepat sesuai MTBS?
a. Mungkin DBD
b. Demam mungkin malaria
c. Malaria
d. Demam berdarah dangue
e. Campak
Pembahasan:
Data fokus masalah : kulit teraba panas dan tampak merah, hasil mikroskopis RDT
positif, suhu 38,7 C, frekuensi nadi 139 x/menit, frekuensi napas 30 x/menit,
Tanda dan gejala malaria menurut MTBS, 2015 yaitu :
1. Demam (pada anamnesis atau teraba panas atau suhu 37, 5 C)
2. Mikroskopis RDT positif
Opsi B (Tidak tepat). Menurut MTBS, klasifikasi "Demam mungkin bukan malaria"
yaitu demam dan RDT negatif. Sementara pada kasus, hasil mikroskopis RDT positif
Opsi D (Tidak tepat). Menurut MTBS, klasifikasi "Demam berdarah dangue” yaitu
demam mendadak tinggi dan terus menerus, nyeri ulu hati atau gelisah, perdarahan
dari hidung atau gusi, ada tanda-tanda syok atau gelisah, bintik-bintik perdarahan di
kulit dan uji torniket (+)
Opsi E (Tidak tepat). Menurut MTBS, klasifikasi "Campak” yaitu demam, batuk,
pilek, mata merah, diare ruam makulopapular menyeluruh
15. Seorang bayi (7 minggu) dibawa ibunya ke poliklinik tumbuh kembang. Perawat
memeriksa refleks bayi dengan suara kejutan tiba-tiba bayi mengayunkan lengan dan
kaki seolah-olah meraih sesuatu dan bayi melengkungkan punggung serta
melemparkan kepala ke belakang.
Apakah jenis refleks yang diperiksa oleh perawat?
a. Refleks babinski
b. Refleks sucking
c. Refleks glabela
d. Refleks grasping
e. Refleks moro
DO :
1. Perawat memeriksa refleks bayi dengan suara kejutan
2. Bayi mengayunkan lengan dan kaki seolah-olah meraih sesuatu dan bayi
melengkungkan punggung serta melemparkan kepala kebelakang
Reflek moro merupakan respons tiba-tiba pada bayi yang baru lahir terjadi akibat
suara atau gerakan yang mengejutkan. Ketika dikagetkan seluruh tubuhnya bereaksi
dengan gerakan kaget yaitu gerakan mengayun/merentangkan lengan dan kaki seolah
ia akan meraih sesuatu dengan posisi tubuh melengkungkan punggungnya dan
melempar kepalanya kebelakang.
Opsi “Refleks sucking” (Tidak tepat), karena merupakan refleks menghisap terjadi
ketika bayi baru lahir secara otomatis menghisap benda dan ditempatkan di mulut
bayi. Refleks menghisap memudahkan bayi baru lahir untuk memperoleh makanan
sebelum bayi mengasosiasikan puting susu dengan makanan. Reflek ini merupakan
rute bayi menuju pengenalan akan makanan
Opsi “Refleks glabela” (Tidak tepat), karena merupakan refleks untuk menilai
kontraksi singkat pada kedua otot orbikularis okuli dengan cara mengetuk halus pada
glabela (bagian dahi antar 2 alis mata) refleks normal jika mata menutup dengan rapat
Opsi “Refleks grasping” (Tidak tepat), karena refleks pada bayi baru lahir dengan
menggenggam/merenggut jari ibu jika ibu menyenyuh telapak tangannya. Genggaman
tangan ini sangat kuat hingga bayi bisa menopang seluruh berat badan jika ibu
mengangkatnya dengan satu jari tergenggan dengan dalam setiap tangannya gerakan
refleks ini juga terdapat ditelapak kaki yang melengkung saat disentuh. Gerakan
refleks ini menurun setelah 10 hari dan biasanya menghilang setelah 1 bulan. Untuk
gerakan kaki berlanjut hingga 8 bulan
16. Seorang anak (5 tahun) dirawat dengan diagnosis penyakit jantung bawaan. Hasil
pengkajian: anak tampak tirah baring. Setelah dibantu berganti pakaian, anak
mengeluh lelah dan sesak napas. Perawat memeriksa dan didapatkan frekuensi napas
24x/menit, frekuensi nadi 100x/menit dan suhu tubuh 36,5 C.
Apakah masalah keperawatan yang tepat pada anak?
a. Pola napas tidak efektif
b. Intoleransi aktivitas
c. Penurunan curah jantung
d. Risiko infeksi
e. Gangguan rasa nyaman
DO:
- Anak tampak tirah baring
- Anak tampak lelah setelah ganti baju
- Anak sesak napas
- Suhu 36,5 C
- frekuensi napas 24x/menit
- frekuensi nadi 100x/menit
- Risiko infeksi (tidak tepat) karena tidak adanya peningkatan serangan organisme
patogenik pada kasus.
- Gangguan rasa nyaman (tidak tepat) karena merupakan perasaan kurang senang,
lega dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial yang
ditandai dengan gelisah dan mengeluh tidak nyaman.
17. Seorang anak (2 tahun) datang ke Puskesmas dengan keluhan mual, merasa ingin
muntah dan tidak nafsu makan. Hasil pengkajian: anak tampak lemah dan pucat
dengan suhu 36 C, frekuensi napas 32x/menit dan frekuensi nadi 104x/menit. Anak
menolak makan sejak kemarin dan hanya minum air putih.
Apakah masalah keperawatan yang tepat pada anak?
a. Defisit nutrisi
b. Mual
c. Intoleransi Aktivitas
d. Kekurangan volume cairan
e. Hipotermi
DS:
- Anak mengeluh mual
- Anak mengeluh merasa ingin muntah
- Anak mengeluh tidak nafsu makan
DO:
- Suhu 36 C
- Frekuensi napas 32x/menit
- Frekuensi nadi 104x/menit.
Mual adalah perasaan tidak nyaman pada bagian belakang tenggorok atau lambung
yang dapat mengakibatkan muntah. Hal ini ditandai dengan keluhan mual, merasa
ingin muntah, tidak nafsu makan dan peningkatan saliva (SDKI,2016).
- Hipotermi (tidak tepat) karena merupakan kondisi dimana suhu tubuh berada di
bawah rentang normal. Suhu tubuh pada anak normal dengan suhu 36 C.
18. Seorang pasien inpartu, baru saja melahirkan seorang bayi laki-laki 1 menit yang
lalu secara spontan. Hasil pengkajian: bayi menangis lemah, warna kulit kemerahan
ekstremitas biru, nadi teraba 101x/menit. Pernapasan lemah dan irama napas tidak
teratur serta gerakan tonus otot lemah.
Apakah klasifikasi nilai skor APGAR pada bayi tersebut?
a. Asfiksia Ringan
b. Asfiksia Sedang
c. Asfiksia Berat
d. Gagal Napas
e. Normal
Pembahasan:
DO:
1. bayi menangis lemah
2. warna kulit kemerahan ekstremitas biru
3. nadi teraba 101x/menit
4. Pernapasan lemah dan irama napas tidak teratur
5. Gerakan tonus otot lemah.
APGAR Score adalah metode penilaian yang digunakan setelah bayi baru lahir sampai
lima menit setelah lahir. Untuk mendapatkan nilai APGAR tersebut, diperlukan
perhitungan saat melakukan penilaian sebagai berikut (Sari, H, 2010):
4 – 6 : Asfiksia sedang
Skor APGAR 4-6 pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung > 100x/menit,
tonus otot kurang baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada.
7 – 10 : Normal
Vigorous baby. Skor APGAR 7-10. Dalam hal ini bayi dianggap sehat tidak
memerlukan tindakan istimewa.
Pada kasus : Bayi menangis lemah nilai skor 1, warna kulit kemerahan ekstremitas
biru nilai skor 1, denyut nadi teraba 101x/menit nilai skor 2. Pernapasan lemah dan
irama napas tidak teratur nilai skor 1 serta gerakan tonus otot lemah nilai skor 1.
Maka nilai apgar pada bayi adalah 6 dengan klasifikasi asfiksia sedang.
19. Seorang anak (2 tahun) dibawa ke IGD dengan keluhan sesak napas, demam sejak
5 hari yang lalu, batuk pilek, dan menolak menyusu. Hasil pemeriksaan: adanya
tarikan dinding dada dengan frekuensi napas 48x/menit, suhu 38,2 C, frekuensi nadi
110x/menit
Apakah tindakan prioritas yang dilakukan perawat untuk meringankan pneumonia
pada anak tersebut?
a. Beri oksigen 2-3 liter
b. Rujuk segera
c. Beri amoksisilin 2x sehari selama 3 hari
c. Beri cairan oralit
d. Beri kompres hangat
DS:
- ibu mengatakan anak sesak napas
- ibu mengatakan anak batuk pilek
- ibu mengatakan anak menolak menyusu
- ibu mengatakan anak demam sejak 5 hari yang lalu
DO:
- adanya tarikan dinding dada
- suhu 38, 2 C
- frekuensi napas 48x/menit
- frekuensi nadi 110 x/menit
Klasifikasi penyakit pada kasus di atas yaitu Pneumonia berat. Maka untuk mengatasi
masalah tersebut, tindakan yang dilakukan perawat adalah beri oksigen 2-3 liter.
Berdasarkan (MTBS, 2015) anak dikatakan pneumonia apabila memiliki ciri khas
seperti napas cepat. Sedangkan anak dikatakan pneumonia berat apabila memiliki
tanda adanya tarikan dinding dada, dan saturasi oksigen < 90 %. Anak dikatakan
batuk bukan pneumonia apabila tidak memiiki tanda-tanda penumonia dan pneumonia
berat.
- Beri amoksisilin 2x sehari selama 3 hari (tidak tepat) karena merupakan penanganan
untuk pneumonia.
- Beri cairan oralit (tidak tepat) karena beri cairan oralit merupakan penanganan
untuk diare.
- Beri kompres hangat (tidak tepat) karena beri kompres hangat merupakan
penanganan untuk anak dengan demam.
20. Seorang anak (5 tahun) dibawa ke IGD dengan keluhan demam tinggi, nafsu makan
menurun, mual muntah dengan frekuensi 3x/hari, badan lemah dan nyeri di
persendian. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital: suhu 39,2 C, frekuensi pernapasan
28x/menit, frekuensi nadi 96x/menit. Terdapat bintik-bintik perdarahan (petekie) di
lengan kanan setelah dilakukan pemeriksaan uji tourniquet. Apakah klasifikasi
demam pada anak tersebut?
a. Malaria
b. Demam mungkin bukan malaria
c. Campak
d. Demam berdarah dengue
e. Mungkin demam berdarah dengue
DS:
-ibu mengatakan anak demam tinggi
-ibu mengatakan nafsu makan anak menurun
-ibu mengatakan anak mual muntah
-ibu mengatakan badan anak lemah
-ibu mengatakan anak nyeri di persendian
DO:
-Suhu 39,2 C
-Frekuensi pernapasan 28x/menit
-Frekuensi nadi 196x/menit
-Uji tourniquet (+)
Klasifikasi demam pada anak adalah demam berdarah dengue. Demam Berdarah
Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan
oleh nyamuk Aedes aegypti yang ditandai dengan: Demam tinggi mendadak, tanpa
sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari, manifestasi perdarahan,
termasuk uji Tourniquet positif, trombositopeni (jumlah trombosit ? 100.000/?l),
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit ? 20%), disertai dengan atau tanpa
perbesaran hati. (Depkes RI, 2005).
Berdasarkan (MTBS,2015) Demam berdarah dengue ditandai dengan gejala gelisah,
sering muntah, muntah bercampur darah, berak berwarna hitam, perdarahan dari
hidung atau gusi, bintik-bintik perdarahan di kulit (petekie) dan uji tourniquet positif
serta adanya tanda-tanda syok.
Opsi Demam mungkin bukan malaria (tidak tepat), karena demam mungkin bukan
malaria ditandai dengan RDT negatif.
Opsi Campak (tidak tepat), karena campak ditandai dengan batuk pilek, mata merah
dan ruam kemerahan dikulit yang menyeluruh .
Opsi Mungkin demam berdarah dengue (tidak tepat), karena mungkin demam
berdarah ditandai dengan demam mendadak tinggi terus-menerus, nyeri ulu hati,
gelisah, bintik-bintik perdarahan namun uji tourniquet (-).