Anda di halaman 1dari 31

1.

Seorang anak (12 tahun) dengan riwayat PJB dibawa ke RS dengan keluhan sesak
dan nyeri dada sejak 2 jam sebelum masuk RS. Tekanan darah 140/70 mmHg,
frekuensi nadi 130x/menit, frekuensi napas 32x/menit. Perawat akan melakukan
perekaman EKG. Perawat telah melepaskan baju dan membersihkan area pemasangan
elektroda.
Apa tindakan selanjutnya yang dilakukan perawat?
a. Meminta orang tua untuk memegangi anak supaya anak tidak bergerak saat
diperiksa
b. Pasang semua elektrode (ekstremitas dan prekordial) pada dada klien dengan
menggunakan jelly
c. Menyambung kabel EKG dan memasang elektrode
d. Memonitor respons anak terhadap tindakan
e. Menentukan lokasi pemasangan elektrode

Jawaban *b*

Pembahasan :
"Prosedur Perekaman EKG

1. Jelaskan pada klien, prosedur yang akan dilakukan

2. Baringkan klien terlentang dengan tungkai lurus, lengan lurus tidak bersentuhan

3. Anjurkan klien tenang selama perekaman

4. Hubungkan kabel power, ground, kabel pasien pada alat EKG


5. Daerah yang akan dipasang elektrode dibersihkan dengan kasa lembab

6. Pasang semua elektrode (ekstremitas dan prekordial) pada dada klien dengan
menggunakan jelly.

Lead Ekstremitas
Merah (RA) lengan kanan

Kuning (LA) lengan kiri

Hijau (LF) tungkai kiri

Hitam (RF) tungkai kanan

Lead Pericordial (di dada)

VI : sela iga ke 4 garis sternal kanan

V2 : sela iga ke 4 pada garis sternal kiri

V3 : terletak diantara V2 dan V4

V4 : ruang sela iga ke 5 pada mid klavikula kiri

V5 : garis aksilla depan sejajar dengan V4

V6 : garis aksila tengah sejajar dengan V4.

7. Hubungkan kabel sandapan dengan elektrode yang telah dipasang sesuai dengan
label yang ada di kabel sandapan

8. Tekan tombol power untuk menghidupkan mesin

9. Sebelum mengaktifkan mesin, periksa tombol kertas (posisi instand/stop), tombol


selektor pada posisi standar, tombol sensitivity pada 1 mv, speed 25 mm/sec
7. Mesin diaktifkan, biarkan sebentar agar alat melakukan pemanasan
10. Buat kalibrasi dengan menekan tombol start/run, sambil menekan tombol 1 mV
(kalibrasi) sebanyak 3 kali berturut-turut
11. Lakukan perekaman EKG dengan tenang"
2. Seorang bayi baru lahir menangis kuat dengan spontan dan bernapas teratur. Pada
saat diberi stimulasi, bayi bersin dan menangis. Tampak tubuh bayi kemerahan, tangan
dan kaki kebiruan. Frekuensi jantung bayi 98x/menit. Gerakan bayi tampak cenderung
sedikit dan lemah.
Berdasarkan kasus, berapa skor APGAR bayi?
a. 5
b. 6
c. 7
d. 8
e. 9

Jawaban : *c*

Pembahasan :

Penilaian APGAR Score :

1. Appearance atau warna kulit :


0 : jika kulit bayi biru pucat atau sianosis
1 : jika tubuh bayi berwarna merah muda atau kemerah-merahan sedangkan
ekstremitas (tangan dan kaki) berwarna biru pucat.
2 : jika seluruh tubuh bayi berwarna merah muda atau kemerahan.

2. Pulse atau denyut jantung :


0 : jika bunyi denyut jantung tidak ada atau tidak terdengar
1 : jika bunyi denyut jantung lemah dan kurang dari 100 x/menit
2 : jika denyut jantung bayi kuat dan lebih dari 100 x/menit

3. Gremace atau kepekaan refleks bayi


0 : jika bayi tidak berespons saat diberi stimulasi
1 : jika bayi meringis, merintih atau menangis lemah saat diberi stimulasi.
2 : jika bayi menangis kuat saat bayi diberi stimulasi

4. Activity atau tonus otot


0 : jika tidak ada gerakan
1 : jika gerakan bayi lemah dan sedikit.
2 : jika gerakan bayi kuat

5. Respiration atau pernapasan


0 : jika tidak ada pernapasan
1 : jika pernapasan bayi lemah dan tidak teratur.
2 : jika pernapasan bayi baik dan teratur

Klasifikasi Penilaian APGAR Score :


0 – 3 : Asfiksia berat
Pada kasus ini bayi memerlukan perawatan yang lebih intensif dan memerlukan alat
bantu penapasan agar tidak terjadi gagal napas atau henti napas.

4 – 6 : Asfiksia sedang
Pada kasus ini bayi hanya membutuhkan tindakan pertolongan ringan, seperti
membersihkan lendir yang menutupi jalan pernapasan bayi.

7 – 10 : Normal/vigorous baby
Pada keadaan ini bayi lahir dengan score APGAR normal, itu berarti bayi sehat.

Pada kasus didapatkan data :


- bayi menangis saat diberikan stimulasi (2)
- Tampak seluruh warna tubuh bayi merah, ekstremitas biru (1)
- Frekuensi jantung bayi 98x/menit (1)
- upaya bernapas bayi baik (2)
- Gerakan bayi tampak lemah dan sedikit (1)

TOTAL APGAR SCORE = 7 (Opsi C)


3. Seorang bayi baru lahir sedang diperiksa oleh perawat. Bayi tidak berespons saat
diberi stimulasi taktil. Tampak tubuh bayi kemerahan, tangan dan kaki kebiruan. Nadi
bayi teraba lemah dengan frekuensi 101x/menit. Gerakan bayi tampak cenderung
sedikit dan lemah dan pernapasan kuat dan teratur.
Apakah klasifikasi skor APGAR bayi tersebut?
a. Gagal napas
b. Sianosis
c. Asfiksia berat
d. Asfiksia sedang
e. Asfiksia ringan

Jawaban : *d*

Pembahasan :

Penilaian APGAR Score :

1. Appearance atau warna kulit :


0 : jika kulit bayi biru pucat atau sianosis
1 : jika tubuh bayi berwarna merah muda atau kemerah-merahan sedangkan
ekstremitas (tangan dan kaki) berwarna biru pucat.
2 : jika seluruh tubuh bayi berwarna merah muda atau kemerahan.

2. Pulse atau denyut jantung :


0 : jika bunyi denyut jantung tidak ada atau tidak terdengar
1 : jika bunyi denyut jantung lemah dan kurang dari 100 x/menit
2 : jika denyut jantung bayi kuat dan lebih dari 100 x/menit

3. Gremace atau kepekaan refleks bayi


0 : jika bayi tidak berespons saat diberi stimulasi
1 : jika bayi meringis, merintih atau menangis lemah saat diberi stimulasi.
2 : jika bayi menangis kuat saat bayi diberi stimulasi

4. Activity atau tonus otot


0 : jika tidak ada gerakan
1 : jika gerakan bayi lemah dan sedikit.
2 : jika gerakan bayi kuat

5. Respiration atau pernapasan


0 : jika tidak ada pernapasan
1 : jika pernapasan bayi lemah dan tidak teratur.
2 : jika pernapasan bayi baik dan teratur

Klasifikasi Penilaian APGAR Score :


0 – 3 : Asfiksia berat
Pada kasus ini bayi memerlukan perawatan yang lebih intensif dan memerlukan alat
bantu penapasan agar tidak terjadi gagal napas atau henti napas.

4 – 6 : Asfiksia sedang
Pada kasus ini bayi hanya membutuhkan tindakan pertolongan ringan, seperti
membersihkan lendir yang menutupi jalan pernapasan bayi.

7 – 10 : Normal/vigorous baby
Pada keadaan ini bayi lahir dengan score APGAR normal, itu berarti bayi sehat.

Pada kasus didapatkan data :


- bayi tidak berespons saat diberikan stimulasi (0)
- Tampak seluruh warna tubuh bayi merah, ekstremitas biru (1)
- Frekuensi jantung bayi 101x/menit (2)
- upaya bernapas bayi baik (2)
- Gerakan bayi tampak lemah dan sedikit (1)

TOTAL APGAR SCORE = 6 = Asfiksia Sedang (Opsi D)


4. Seorang anak dibawa ke klinik tumbuh kembang untuk pemeriksaan DDST. Pada
saat pemeriksaan, anak berusia 1 tahun 9 minggu. Ibu mengatakan anak lahir dengan
usia gestasi 34 minggu.
Berapakah usia koreksi anak?
a. 1 tahun 1 minggu
b. 1 tahun 2 bulan
c. 1 tahun 3 minggu
d. 1 tahun 4 minggu
e. 1 tahun 5 bulan

Jawaban : *c*

Pada pemeriksaan DDST II, umur anak dihitung dengan cara tanggal pemeriksaan
dikurangi tanggal lahir. Bila anak lahir prematur, dilakukan koreksi faktor
prematuritas untuk anak yang lahir lebih dari 2 minggu sebelum tanggal perkiraan dan
berumur kurang dari 2 tahun.

Pada kasus, anak berusia 1 tahun 9 minggu, sehingga anak memerlukan koreksi usia.

Diketahui:
Usia anak : 1 tahun 9 minggu
Usia gestasi : 34 minggu

Ditanyakan:
Berapa usia koreksi anak ?

Jawaban:
Usia koreksi anak :
Usia kronologis anak - faktor koreksi

faktor koreksi prematuritasnya yaitu :


Faktor prematuritas = 40 minggu (konstanta) - usia gestasi
Faktor prematuritas = 40 minggu - 34 minggu = 6 minggu

sehingga usia koreksi anak untuk pemeriksaan DDST adalah


= 1 tahun 9 minggu - 6 minggu
= 1 tahun 3 minggu (Opsi C)
5. Seorang anak dibawa ke klinik pada tanggal 29 Desember 2018 untuk pemeriksaan
Denver II. Ibu mengatakan anak lahir prematur pada usia kehamilan 35 minggu.
Tanggal lahir anak 6 Februari 2017.
Berapa usia koreksi anak untuk pemeriksaan?
a. 1 tahun 1 bulan 26 hari
b. 1 tahun 5 bulan 11 hari
c. 1 tahun 3 bulan 22 hari
d. 1 tahun 9 bulan 18 hari
e. 1 tahun 6 bulan 12 hari

Jawaban : *d*

Pembahasan :
Usia koreksi adalah koreksi usia anak berdasarkan faktor prematuritasnya.

Usia koreksi = Usia kronologis - faktor prematuritas

Diketahui :
Tanggal periksa : 29 Desember 2018
Tanggal lahir : 6 Februari 2017
Usia gestasi : 35 minggu

Usia kronologis =
2018 (tahun) 12 (bulan) 29 (hari)
2017 (tahun) 02 (bulan) 06 (hari)
--------------------------------- -
1 (tahun) 10 (bulan) 23 (hari)

Faktor koreksi = 40 minggu (konstanta) - usia gestasi


Faktor koreksi = 40 minggu - 35 minggu
= 5 minggu = 35 hari
= 1 bulan 5 hari

Usia koreksi = Usia kronologis - faktor prematuritas


Usia koreksi =
1 tahun 10 bulan 23 hari
01 bulan 05 hari
------------------------------ -
1 tahun 9 bulan 18 hari (Opsi D)
6. Seorang anak (18 bulan) sedang diperiksa tumbuh kembangnya oleh perawat dengan
menggunakan Denver II. Perawat meminta anak untuk mengambil manik-manik yang
ditunjukan. Lalu anak melempar manik-manik tersebut Apakah sektor
perkembangan yang sedang diperiksa oleh perawat?
a. Personal Sosial
b. Motorik Kasar
c. Motorik Halus
d. Bahasa
e. Kognitif

Jawaban : *c*

Dalam metode Denver II, indikator yang diperiksa ada 4, di antaranya: personal sosial,
motorik halus, bahasa dan motorik kasar.

Pada kasus, perawat hanya menginstruksikan anak untuk mengambil manik-manik,


aktivitas ini merupakan aktivitas yang diujikan pada sektor motorik halus (Opsi C).
Sedangkan anak yang melempar manik-manik adalah aktivitas spontan anak yang
tidak diinstruksikan oleh pemeriksa dan tidak termasuk dalam item pengujian.

Opsi "Motorik halus” (tepat) , karena pemeriksaan motorik halus menguji koordinasi
mata-tangan, memainkan dan menggunakan benda-benda kecil.

Tinjauan opsi lain:


Opsi “Personal sosial” (tidak tepat), karena personal sosial menilai penyesuaian diri
dengan masyarakat dan perhatian terhadap kebutuhan perorangan.

Opsi “Motorik kasar” (tidak tepat), karena motorik kasar menilai duduk, jalan,
melompat, gerakan umum otot besar.

Opsi “Bahasa” (tidak tepat), karena indikator pemeriksaan bahasa menguji


kemampuananak dalam mendengar, mengerti dan menggunakan bahasa.
Opsi “Kognitif” (tidak tepat), karena tidak termasuk indikator yang dinilai pada
pemeriksaan Denver II.
7. Seorang anak (1 tahun) dibawa ke puskesmas dengan keluhan demam sejak 4 hari
lalu. Ibu mengatakan anak menolak makan minum sejak pagi. Saat pemeriksaan,
perawat melihat ada luka yang luas pada bagian mulut. Tampak ruam kemerahan di
seluruh kulit anak. Kulit teraba hangat, suhu 38,9 C, frekuensi nadi 122x/menit,
pernapasan 24x/menit.
Apakah interpretesi masalah yang tepat sesuai dengan MTBS?
a. Campak
b. Campak dengan komplikasi pada mata dan/atau mulut
c. Campak dengan komplikasi berat
d. Malaria
e. DBD

Jawaban : *c*

Seorang anak (1 tahun) dibawa ke puskesmas dengan keluhan demam sejak 2 hari yang
lalu. Ibu mengatakan anak menolak makan dan minum. Pada saat pemeriksaan,
perawat melihat ada luka pada bagian mulut yang luas dan cukup dalam. Tampak
ruam kemerahan di seluruh kulit anak. Suhu : 38,9 C, Nadi : 122 x/menit, pernapasan :
24 x/menit.

DS :
- Ibu mengatakan anak demam sudah 4 hari

DO :
- Ruam merah di kulit yang menyeluruh
- Luka di mulut yang luas
- Kulit teraba hangat
- Suhu : 38,9 C

Jawaban : C. Campak dengan komplikasi berat


Pengertian campak menurut WHO adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan
berbentuk mukolo papular selama tiga hari atau lebih yang disertai panas 38oC atau
lebih dan disertai salah satu gejala batuk, pilek, dan mata merah.

Menurut MTBS 2015, klasifikasi campak:


- Campak : Campak sekarang atau dalam 3 bulan terakhir
- Campak dengan komplikasi pada mata dan/atau mulut : Ada nanah pada mata atau
ada luka pada mulut
- Campak dengan komplikasi berat : ada tanda bahaya umum atau adanya kekeruhan
pada kornea mata atau ada luka di mulut yang dalam atau luas

Tinjauan Opsi lain :


- Demam berdarah dengue, tidak tepat, karena pada demam berdarah dengue ditandai
dengan adanya salah satu/beberapa tanda :
- Ada tanda tanda syok atau gelisah
- Muntah bercampur darah/seperti kopi
- Berak berwarna hitam
- Perdarahan dari hidung atau gusi
- Bintik-bintik perdarahan di kulit (petekie) dan uji torniket positif
- Sering muntah

- Malaria, tidak tepat karena membutuhkan data risiko malaria dan riwayat bepergian
ke daerah malaria. Selain itu dibutuhkan data mikroskopis RDT positif untuk
menegakan diagnosis malaria.
8. Seorang anak (6 bulan) dibawa dengan keluhan BAB cair lebih dari 5 kali sejak
kemarin. Turgor kulit kembali dalam waktu < 3 detik. Suhu 36,7 C, pernapasan
33x/menit, frekuensi nadi 120x/menit, bising usus 36x/menit.
Apakah masalah keperawatan yang tepat?
a. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b. Risiko keetidakefektifan perfusi jaringan perifer
c. Diare
d. Kekurangan volume cairan
e. Hipertermia
Jawaban : *c*

Pembahasan :
DS :
- Ibu mengatakan keluhan BAB cair lebih dari 5 kali sejak kemarin.

DO :
- Turgor kulit kembali dalam waktu < 3 detik.
- Suhu 36,7 C
- anak menangis tanpa air mata
- Nadi frekuensi 120 kali/menit
- Bising usus 36 kali/menit

MK yang tepat : Diare (opsi C)


Diare adalah pengeluaran feses yang sering, lunak, dan tidak berbentuk.
Tanda dan gejala mayor :
- Defekasi > 3 kali dalam 24 jam
- feses lembek atau cair

Tanda dan gejala minor :


- Urgency
- Nyeri/kram abdomen
- Frekuensi peristaltik meningkat
- BU hiperaktif

Tinjauan opsi lain:


- Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh : Pada kasus, belum
tampak adanya gangguan nutrisi yang ditandai dengan penurunan berat badan, dan
intake yang tidak adekuat dengan ditandai adanya hasil pemeriksaan IMT.

- Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer : Pada kasus, belum ada data yang
menunjukan penurunan perfusi perifer.
- Kekurangan volume cairan : Pada kasus, belum ada tanda dan gejala yang
menunjukan terjadinya penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau
intraselular yang diakibatkan oleh diare pada anak. Hipovolemia harus ditandai
dengan perubahan TTV, tanda dehidrasi, penurunan volume urin, atau penurunan BB
secara tiba-tiba.

- Hipertermia : Pada kasus, tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.


9. Seorang bayi (6 bulan) dirawat dengan keluhan BAB cair lebih dari 10x sejak 4 hari
lalu. Ibu mengatakan anak menolak menyusu dan cenderung mengantuk sejak pagi.
Turgor kulit kembali dalam 3 detik, CRT 4 detik, suhu 38,7 C, frekuensi napas
36x/menit, nadi teraba lemah dengan frekuensi nadi 166x/menit. Saat akan dipasang
infus, perawat melihat bayi menangis tanpa air mata.
Apakah masalah keperawatan utama yang tepat?
a. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b. Risiko keetidakefektifan perfusi jaringan perifer
c. Diare
d. Kekurangan volume cairan
e. Hipertermia

Jawaban : *d*

Pembahasan :

DS :
- Ibu mengatakan keluhan BAB cair lebih dari 10 kali sejak 4 hari sebelum masuk RS.
- Ibu mengatakan anak menolak menyusu dan cenderung mengantuk sejak pagi

DO :
- Turgor kulit kembali dalam waktu 3 detik = turgor buruk
- CRT 4 detik = memanjang
- anak menangis tanpa air mata
- Nadi lemah = 166 kali/menit
- Suhu = 38,7 C
MK yang tepat : Kekurangan volume cairan (opsi D)

Kekurangan volume cairan/hipovolemia adalah penurunan cairan intravaskular,


interstisial, dan/atau intraselular. Penyebab :
- Kehilangan cairan aktif
- Kegagalan mekanisme regulasi
- Peningkatan permeabilitas kapiler
- kekurangan intake cairan
- Evaporasi

Tanda dan Gejala Mayor


- Frekuensi nadi meningkat
- Nadi teraba lemah
- Tekanan darah menurun
- Tekanan nadi menyempit
- Turgor kulit menurun
- Membran mukosa kering
- Volume urin menurun
- Hematokrit menurun

Tanda dan gejala minor


- Merasa lemah
- Mengeluh haus
- Pengisian vena menurun
- Perubahan status mental
- Suhu tubuh meningkat
- Konsentrasi urin meningkat
- BB turun tiba-tiba

Tinjauan opsi lain:


- Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh : Pada kasus, belum
tampak adanya gangguan nutrisi yang ditandai dengan penurunan berat badan, dan
intake yang tidak adekuat dengan ditandai adanya hasil pemeriksaan IMT.
- risiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer : Pada kasus, belum ada data yang
menunjukan penurunan perfusi perifer. CRT yang memanjang pada kasus disebabkan
oleh kondisi hipovolemia, dan belum menjadi indikasi ganggaun perfusi pada jaringan
perifer.

- Diare : Diare adalah pengeluaran feses yang sering, lunak, dan tidak berbentuk. Pada
kasus, diare pada anak telah menyebabkan kondisi dehidrasi pada anak, sehingga
perawat harus mengintervensi masalah kekurangan volume cairan dan mengembalikan
hidrasi anak terlebih dahulu hingga ke keadaan yang tidak mengancam nyawa.

- Hipertermia : Pada kasus, terjadinya peningkatan suhu tubuh diakibatkan oleh


dehidrasi berat yang dialami oleh anak. Apabila anak mengalami dehidrasi, maka
metabolisme di hipotalamus anterior yang menjaga keseimbangan termoregulasi akan
terganggu, sehingga volume cairan tubuh yang turun mengakibatkan tubuh tidak
mampu mengendalikan suhu tubuh untuk tetap normal.
10. Seorang anak (3 tahun) di bawa ke Puskesmas dengan keluhan menceret sejak 3
hari yang lalu. Hasil pengkajian: anak tampak kurus, bising usus normal, lingkar
lengan 11 cm, grafik BB/PB anak di bawah -3 SD. Ibu mengatakan anak telah minum
oralit dan tablet zink, anak malas makan, dan BB turun 1,5 kg dalam 7 hari. Frekuensi
napas 30x/menit, frekuensi nadi 97x/menit, suhu 37,5 C.
Apakah masalah keperawatan yang tepat?
a. Diare
b. Kekurangan volume cairan
c. Hipertermi
d. Defisit nutisi
e. Inkontinensia fekal

Jawaban : *d*

Pembahasan :

Jawaban tepat: D. Defisit Nutrisi


Data fokus masalah : Anak dengan keluhan mencret sejak 3 hari yang lalu, anak
tampak kurus, bising usus normal, lingkar lengan 11 cm, grafik BB/PB anak dibawah -
3 SD. Ibu mengatakan anak telah minum oralit dan tablet zink, anak malas makan, dan
BB turun 1,5 kg dalam 7 hari. Frekuensi napas 30 x/menit, frekuensi nadi 97 x/menit,
suhu 37,5 C.

Masalah keperawatan yang tepat : Defisit nutrisi. Menurut SDKI, 2016 defisit nutrisi
adalah asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
Pada kasus ditemukan anak mengalami penurunan BB 5 kg dalam 7 hari, anak tampak
kurus, lingkar lengan 11 cm, grafik BB/PB anak dibawah -3 SD.
Berdasarkan MTBS (2015), anak tampak kurus, lila < 11,5 cm atau BB/PB < -3 SD
termasuk kategori gizi buruk tanpa komplikasi.

Tinjauan opsi lain :


Opsi “Diare” (Tidak tepat), karena pasien sudah mendapatkan intervensi dengan
pemberian oralit dan tablet zink serta pemeriksaan bising usus normal maka
berdasarkan data pengkajian diagnosis prioritas pasien yaitu defisit nutrisi

Opsi “Kekurangan volume cairan” (Tidak tepat), karena tidak ada data penguat
diangkatnya diagnosis, seperti : penurunan TTV, urin sedikit, turgor kulit menurun
dan membran mukosa kering.

Opsi “Hipertermi” (Tidaak tepat), karena pada data pengkajian suhu masih dalam
rentang normal yaitu 37,5 C. Nilai normal suhu tubuh menurut Depkes RI yaitu 36 C -
37,5 C

Opsi “Inkontinensia fekal” (Tidak tepat), karena tidak ada data penguat diangkatnya
diagnosis, inkontinensia fekal adalah ketidakmampuan klien untuk menahan sensasi
BAB yang disebabkan oleh kerusakan susunan saraf motorik bawah, penurunan tonus
otot dan penyalahgunaan laksatif yang ditandai dengan tidak mampu mengontrol BAB,
tidak mampu menunda defekasi dan feses keluar sedikit-sedikit dan sering.
11. Seorang bayi perempuan (10 bulan) dibawa ke RS dengan keluhan BAB cair
dengan frekuensi BAB 6x sehari. Hasil pengkajian: BB 7 kg, bayi rewel dan sering
menyusu, mata cekung, cubitan kulit perut kembali lambat, frekuensi nadi 157x/menit,
frekuensi napas 49 x/menit, suhu 36,2 C.
Apakah tindakan yang tepat diberikan?
a. Rujuk segera
b. Berikan paracetamol
c. Berikan larutan oralit
d. Berikan kompres hangat
e. Beri cairan intravena

Jawaban : *c*

Pembahasan :

Jawaban Tepat: C. Berikan Larutan oralit

Data fokus masalah : BAB cair dengan frekuensi BAB 6 kali dalam sehari, bayi rewel
dan sering menyusu, mata cekung, cubitan kulit perut kembali lambat.

Diare menurut SDKI, 2016 adalah pengeluaran feses yang sering, lunak dan tidak
bebentuk dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Penyebab diare tersering
adalah virus, bakteri dan parasit. Diare tanpa peradangan, biasanya feses bersifat cair,
tanpa darah dan lendir ataupun demam. Seringkali mengenai usus halus dan tidak
menyebabkan kerusakan mukosa usus (Penuntun diet anak, 2015).

Tindakan yang tepat yaitu : berikan larutan oralit. Pada kasus, pasien mengalami diare
dehidrasi ringan/sedang dengan gejala bayi rewel, mata cekung, cubitan kulit perut
kembali lambat.

Menurut MTBS, 2015 tindakan yang tepat diberikan pada bayi dengan diare dehidrasi
ringan/sedang yaitu :
1. Memberikan oralit 3 jam pertama sesuai BB
2. Memberikan tablet ZINC selama 10 hari
3. Nasihati ibu agar ASI tetap diberikan jika memungkinkan
4. Kunjungan ulang 2 hari jika belum membaik

Tinjauan opsi lain :


Opsi “Rujuk segera” (Tidak tepat), karena tindakan ini dilakukan pada bayi yang
mengalami diare dehidrasi berat dengan gejala bergerak hanya jika dirangsang atau
tidak bergerak sama sekali, mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat
lambat.

Opsi “Berikan paracetamol” (Tidak tepat), karena paracetamol adalah obat analgesik
(pereda nyeri ringan hingga sedang) dan antipiretik ( penurun demam). Pada kasus
suhu pasien masih normal 36,2 C.

Opsi “Kompres hangat” (Tidak tepat), karena pada pengkajian suhu pasien normal
36,2 C

Opsi “Beri cairan intravena” (Kurang tepat), karena tindakan ini dilakukan pada bayi
yang mengalami diare dehidrasi berat yang membutuhkan penggantian cairan segera
yang tidak mampu lagi diberikan secara peroral dengan gejala bergerak hanya jika
dirangsang atau tidak bergerak sama sekali, mata cekung dan cubitan kulit perut
kembali sangat lambat
12. "Seorang bayi baru lahir dirawat di ruang NICU dengan keluhan sesak napas yang
diikuti tubuh membiru. Ibu mengatakan bayinya langsung tersedak dan muntah
setelah diberikan ASI pertama kali. Hasil pengkajian: penggunaan otot bantu napas
meningkat, pernapasan cuping hidung, frekuensi napas 66x/menit, pH 7,40, PCO2 52
mmHg, PO2 71 mmHg, HCO3 24 mmol/L dan SaO2 87 %.

"
Apakah masalah keperawatan yang tepat?
a. Menyusui tidak efektif
b. Pola napas tidak efektif
c. Risiko aspirasi
d. Gaangguan ventilasi spontan
e. Gangguan pertukaran gas

Jawaban : *D. Gangguan Ventilasi Spontan*

Pembahasan:
Data fokus masalah : penggunaan otot bantu napas meningkat, pernapasan cuping
hidung, pH 7,40, PCO2 52 mmHg, PO2 71 mmHg, HCO3 24 mmol/L dan SaO2 87 %.
Masalah keperawatan yang tepat : Gangguan ventilasi spontan. Menurut SDKI, 2016
gangguan ventilasi spontan adalah penurunan cadangan energi yang mengakibatkan
individu tidak mampu bernapas secara adekuat. Pada kasus ditemukan bayi sesak
napas dibarengi dengan adanya penggunaan otot bantu napas, peningkatan PCO2 52
mmHg, penurunan PO2 71 mmHg dan penurunan SaO2 87 % yang merupakan tanda
dan gejala mayor dari gangguan ventilasi spontan.

Tinjauan opsi lain :


Opsi “Menyusui tidak efektif” (Tidak tepat), karena tidak ada data penguat
diangkatnya diagnosis, seperti : bayi tidak mau melekat pada payudara ibu, ASI tidak
menetes/memancar, bayi menangis dan rewel saat disusui dan menolak untuk
menghisap.

Opsi “Pola napas tidak efektif” (Kurang tepat), pada pengkajian memang ada
gangguan pola napas seperti : mengalami penggunaan otot bantu napas meningkat,
pernapasan cuping hidung, namun pada pengkajian adanya peningkatan PCO2 52
mmHg, penurunan PO2 71 mmHg dan penurunan SaO2 87 % yang diakibatkan oleh
penurunan cadangan energi, sehingga gangguan ventilasi spontan lebih aktual untuk
masalah keperawatan pasien.

Opsi ”risiko aspirasi” (Tidak tepat), karena tidak ada data penguat diagnosis, seperti
berisiko mengalami masuknya sekresi gastrointestinal, sekresi orofaring, benda cair
atau padat ke dalam saluran trakeobronkial akibat disfungsi mekanisme protektif
saluran napas. Pada pengkajian pasien sudah terjadi penurunan oksigenasi secara
aktual yaitu penurunan PO2 71 mmHg, penurunan SaO2 87 % dan peningkatan PCO2
52 mmHg.

Opsi “Gangguan pertukaran gas” (Kurang tepat), pada pengkajian memang terjadi
beberapa keabnormalan komponen nilai AGD yaitu peningkatan PCO2 52 mmHg,
penurunan PO2 71 mmHg dan penurunan SaO2 87 % namun pH masih normal 7,40
dan HCO3 masih normal 24 mmol/L, sehingga diagnosis yang tepat berdasarkan data
pengkajian pasien yaitu gangguan ventilasi spontan.
13. Seorang anak (2 tahun) dibawa ke Klinik dengan keluhan demam sejak 2 hari yang
lalu. Hasil pengkajian: kulit teraba hangat dan tampak merah, frekuensi nadi
150x/menit, frekuensi napas 41x/menit, suhu 38,2 C.
Apakah tindakan pertama yang dilakukan perawat?
a. Memberikan paracetamol
b. Memberikan cairan intravena
c. Memberikan kompres hangat
d. Memantau TTV
e. Memberikan antibiotik

Jawaban : C. Memberikan kompres hangat

Pembahasan:
Data fokus masalah : kulit teraba hangat dan tampak merah, suhu 38,2 C. frekuensi
nadi 150 x/menit, frekuensi napas 41x/menit,

Hipertermi menurut SDKI, 2016 adalah suhu tubuh meningkat di atas rentang normal.
Nilai normal suhu tubuh menurut Depkes RI yaitu 36 C - 37,5 C. Tindakan
keperawatan pada pasien dengan hipertermi yaitu perawatan demam (NIC, 2010).

Kompres hangat adalah salah satu tindakan mandiri yang dilakukan oleh perawat.
Kompres adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh anak yang
mengalami demam. Pemberian kompres hangat pada pembuluh darah besar
merupakan upaya memberikan rangsangan pada area preoptik hipotalamus agar
menurunkan suhu tubuh. Sinyal hangat yang dibawa oleh darah ini menuju
hipotalamus akan merangsang area preoptik mengakibatkan pengeluaran sinyal oleh
sistem efektor. Sinyal ini akan menyebabkan pengeluaran panas tubuh yang lebih
banyak melalui dua mekanisme yaitu dilatasi pembuluh darah dan berkeringat (Potter
& Perry, 2005).

Tinjauan opsi lain :


Opsi “Memberikan paracetamol” (kurang tepat), paracetamol memang merupakan
salah satu terapi penurun panas namun ini merupakan tindakan kolaborasi perawat
dengan dokter
Opsi “Memberikan cairan intravena” (Tidak tepat), karena ini merupakan tindakan
kolaborasi dokter dan perawat. Tujuan pemberian terapi intra vena untuk
menggantikan kehilangan cairan dan zat-zat makanan dari tubuh dan pada kasus
belum terdapat tanda bahwa anak mengalami kekurangan cairan

Opsi “Memantau TTV" (Kurang tepat), karena pada pengkajian suhu tubuh pasien
mengalami peningkatan 38,2 C, maka tindakan pertama diberikan yaitu
mengembalikan suhu tubuh dalam rentang normal setelah itu baru memantau TTV

Opsi “Memberikan
antibiotik” (Tidak tepat), karena antibiotik digunakan untuk menekan atau
menghentikan perkembangan bakteri atau mikroorganisme berbahaya yang berada di
dalam tubuh
14. Seorang anak (4 tahun) dibawa ke RS dengan keluhan demam. Hasil pemeriksaan :
kulit teraba panas dan tampak merah, hasil mikroskopis RDT positif, frekuensi nadi
139x/menit, frekuensi napas 30x/menit, suhu 38,7 C.
Apakah interpretasi masalah yang tepat sesuai MTBS?
a. Mungkin DBD
b. Demam mungkin malaria
c. Malaria
d. Demam berdarah dangue
e. Campak

Jawaban : *C. Malaria*

Pembahasan:
Data fokus masalah : kulit teraba panas dan tampak merah, hasil mikroskopis RDT
positif, suhu 38,7 C, frekuensi nadi 139 x/menit, frekuensi napas 30 x/menit,
Tanda dan gejala malaria menurut MTBS, 2015 yaitu :
1. Demam (pada anamnesis atau teraba panas atau suhu 37, 5 C)
2. Mikroskopis RDT positif

Tinjauan opsi lain :


Opsi A (Tidak tepat). Menurut MTBS, klasifikasi "Mungkin DBD" yaitu demam
mendadak tinggi dan terus menerus, nyeri ulu hati atau gelisah, bintik-bintik
perdarahan di kulit dan uji torniket (-). Sementara pada kasus, hasil mikroskopis RDT
positif

Opsi B (Tidak tepat). Menurut MTBS, klasifikasi "Demam mungkin bukan malaria"
yaitu demam dan RDT negatif. Sementara pada kasus, hasil mikroskopis RDT positif

Opsi D (Tidak tepat). Menurut MTBS, klasifikasi "Demam berdarah dangue” yaitu
demam mendadak tinggi dan terus menerus, nyeri ulu hati atau gelisah, perdarahan
dari hidung atau gusi, ada tanda-tanda syok atau gelisah, bintik-bintik perdarahan di
kulit dan uji torniket (+)

Opsi E (Tidak tepat). Menurut MTBS, klasifikasi "Campak” yaitu demam, batuk,
pilek, mata merah, diare ruam makulopapular menyeluruh
15. Seorang bayi (7 minggu) dibawa ibunya ke poliklinik tumbuh kembang. Perawat
memeriksa refleks bayi dengan suara kejutan tiba-tiba bayi mengayunkan lengan dan
kaki seolah-olah meraih sesuatu dan bayi melengkungkan punggung serta
melemparkan kepala ke belakang.
Apakah jenis refleks yang diperiksa oleh perawat?
a. Refleks babinski
b. Refleks sucking
c. Refleks glabela
d. Refleks grasping
e. Refleks moro

Jawaban Tepat: E. Refleks moro

DO :
1. Perawat memeriksa refleks bayi dengan suara kejutan
2. Bayi mengayunkan lengan dan kaki seolah-olah meraih sesuatu dan bayi
melengkungkan punggung serta melemparkan kepala kebelakang
Reflek moro merupakan respons tiba-tiba pada bayi yang baru lahir terjadi akibat
suara atau gerakan yang mengejutkan. Ketika dikagetkan seluruh tubuhnya bereaksi
dengan gerakan kaget yaitu gerakan mengayun/merentangkan lengan dan kaki seolah
ia akan meraih sesuatu dengan posisi tubuh melengkungkan punggungnya dan
melempar kepalanya kebelakang.

Tinjauan opsi lain :


Opsi “Reflek babinski” ( Tidak tepat), karena refleks babinski merupakan refleks
primitif pada bayi berupa gerakan jari-jari mencengkram ketika bagian bawah kaki
disuap, indikasi syaraf berkembang dengan normal. Hilang usia 4 bulan

Opsi “Refleks sucking” (Tidak tepat), karena merupakan refleks menghisap terjadi
ketika bayi baru lahir secara otomatis menghisap benda dan ditempatkan di mulut
bayi. Refleks menghisap memudahkan bayi baru lahir untuk memperoleh makanan
sebelum bayi mengasosiasikan puting susu dengan makanan. Reflek ini merupakan
rute bayi menuju pengenalan akan makanan

Opsi “Refleks glabela” (Tidak tepat), karena merupakan refleks untuk menilai
kontraksi singkat pada kedua otot orbikularis okuli dengan cara mengetuk halus pada
glabela (bagian dahi antar 2 alis mata) refleks normal jika mata menutup dengan rapat

Opsi “Refleks grasping” (Tidak tepat), karena refleks pada bayi baru lahir dengan
menggenggam/merenggut jari ibu jika ibu menyenyuh telapak tangannya. Genggaman
tangan ini sangat kuat hingga bayi bisa menopang seluruh berat badan jika ibu
mengangkatnya dengan satu jari tergenggan dengan dalam setiap tangannya gerakan
refleks ini juga terdapat ditelapak kaki yang melengkung saat disentuh. Gerakan
refleks ini menurun setelah 10 hari dan biasanya menghilang setelah 1 bulan. Untuk
gerakan kaki berlanjut hingga 8 bulan
16. Seorang anak (5 tahun) dirawat dengan diagnosis penyakit jantung bawaan. Hasil
pengkajian: anak tampak tirah baring. Setelah dibantu berganti pakaian, anak
mengeluh lelah dan sesak napas. Perawat memeriksa dan didapatkan frekuensi napas
24x/menit, frekuensi nadi 100x/menit dan suhu tubuh 36,5 C.
Apakah masalah keperawatan yang tepat pada anak?
a. Pola napas tidak efektif
b. Intoleransi aktivitas
c. Penurunan curah jantung
d. Risiko infeksi
e. Gangguan rasa nyaman

DO:
- Anak tampak tirah baring
- Anak tampak lelah setelah ganti baju
- Anak sesak napas
- Suhu 36,5 C
- frekuensi napas 24x/menit
- frekuensi nadi 100x/menit

Jawaban tepat: b. Intoleransi aktivitas

Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi fisiologis dan/atau psikologis untuk


melakukan aktivitas sehari-hari yang ditandai dengan mengeluh lelah, frekuensi
jantung meningkat saat, sesak setelah beraktivitas, merasa lemah dan merasa tidak
nyaman setelah beraktivitas.

Tinjauan opsi lain:


- Pola napas tidak efektif (tidak tepat) karena merupakan Inspirasi dan/atau ekspirasi
yang tidak memberikan ventilasi adekuat yang ditandai dengan sesak napas,
penggunaan otot bantu napas, fase ekspirasi memanjang dan pola napas abnormal,
pernapasan anak normal dengan frekuensi 24x/menit.

- Penurunan curah jantung (tidak tepat) karena merupakan ketidakadekuatan jantung


memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh yang ditandai
dengan bradikardi/takikardi, gambaran EKG aritmia, tekanan darah
meningkat/menurun, nadi perifer teraba lemah, kulit pucat, CRT < 3 detik, dan
dispnea.

- Risiko infeksi (tidak tepat) karena tidak adanya peningkatan serangan organisme
patogenik pada kasus.
- Gangguan rasa nyaman (tidak tepat) karena merupakan perasaan kurang senang,
lega dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial yang
ditandai dengan gelisah dan mengeluh tidak nyaman.
17. Seorang anak (2 tahun) datang ke Puskesmas dengan keluhan mual, merasa ingin
muntah dan tidak nafsu makan. Hasil pengkajian: anak tampak lemah dan pucat
dengan suhu 36 C, frekuensi napas 32x/menit dan frekuensi nadi 104x/menit. Anak
menolak makan sejak kemarin dan hanya minum air putih.
Apakah masalah keperawatan yang tepat pada anak?
a. Defisit nutrisi
b. Mual
c. Intoleransi Aktivitas
d. Kekurangan volume cairan
e. Hipotermi

DS:
- Anak mengeluh mual
- Anak mengeluh merasa ingin muntah
- Anak mengeluh tidak nafsu makan

DO:
- Suhu 36 C
- Frekuensi napas 32x/menit
- Frekuensi nadi 104x/menit.

Jawaban yang tepat: b. Mual

Mual adalah perasaan tidak nyaman pada bagian belakang tenggorok atau lambung
yang dapat mengakibatkan muntah. Hal ini ditandai dengan keluhan mual, merasa
ingin muntah, tidak nafsu makan dan peningkatan saliva (SDKI,2016).

Tinjauan opsi lain:


- Defisit nutrisi (tidak tepat) karena merupakan asupan nutrisi tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme yang ditandai dengan berat badan dibawah rentang
ideal. pasien memang kehilangan nafsu makan, tampak pucat dan menolak makan
sejak kemarin. namun tanda-tanda terjadinya defisit nutrisi tidak tampak pada kasus

- Intoleransi Aktivitas (tidak tepat) karena merupakan ketidakcukupan energi fisiologis


dan/atau psikologis untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang ditandai dengan
mengeluh lelah, frekuensi jantung meningkat saat, sesak setelah beraktivitas, merasa
lemah dan merasa tidak nyaman setelah beraktivitas.

- Kekurangan volume cairan (tidak tepat) karena tidak terjadi dehidrasi/kehilangan


cairan pada anak.

- Hipotermi (tidak tepat) karena merupakan kondisi dimana suhu tubuh berada di
bawah rentang normal. Suhu tubuh pada anak normal dengan suhu 36 C.
18. Seorang pasien inpartu, baru saja melahirkan seorang bayi laki-laki 1 menit yang
lalu secara spontan. Hasil pengkajian: bayi menangis lemah, warna kulit kemerahan
ekstremitas biru, nadi teraba 101x/menit. Pernapasan lemah dan irama napas tidak
teratur serta gerakan tonus otot lemah.
Apakah klasifikasi nilai skor APGAR pada bayi tersebut?
a. Asfiksia Ringan
b. Asfiksia Sedang
c. Asfiksia Berat
d. Gagal Napas
e. Normal

Jawaban yang benar: *b. Asfiksia Sedang*

Pembahasan:
DO:
1. bayi menangis lemah
2. warna kulit kemerahan ekstremitas biru
3. nadi teraba 101x/menit
4. Pernapasan lemah dan irama napas tidak teratur
5. Gerakan tonus otot lemah.
APGAR Score adalah metode penilaian yang digunakan setelah bayi baru lahir sampai
lima menit setelah lahir. Untuk mendapatkan nilai APGAR tersebut, diperlukan
perhitungan saat melakukan penilaian sebagai berikut (Sari, H, 2010):

1. Appearance (warna kulit)


Normalnya warna kulit bayi setelah lahir adalah kemerahan atau tidak pucat. Jika saat
bayi lahir warna kulitnya pucat, maka diberi nilai 0. Jika hanya pada ekstremitas
(tangan atau kaki) pucat atau biru, maka diberi nilai 1. Sedangkan jika warna kulitnya
kemerahan, diberikan nilai 2.

2. Pulse / heart rate (frekuensi jantung)


Ketika tidak terdengar suara jantung bayi maka penilaian APGAR adalah 0 (Nol). Saat
suara detak jantung bayi terdengar, namun tidak mencapai 100 x/menit nilai APGAR
adalah 1. Normalnya jantung bayi berdetak di atas 100 kali per menit, maka nilai
APGAR adalah 2.

3. Grimace (refleks terhadap rangsangan)


Refleks yang dihasilkan bayi umumnya adalah menangis, batuk atau bersin. Jika
refleks tersebut ada maka nilai APGAR adalah 2. Apabila saat distimulasi
(memberikan rangsang taktil atau yang lainnya) bayi tidak merespons. Maka nilai
APGAR adalah 0. Sedangkan, nilai 1 diberikan apabila saat distimulasi, hanya terlihat
pergerakan pada wajah bayi.

4. Activity (tonus otot)


Saat bayi lahir, bagian kaki dan tangan secara spontan akan bergerak. gerakan
tersebut berupa fleksi (menekuk ke arah diri sendiri) atau ekstensi (seperti gerak
meluruskan). Jika gerakan bayi aktif maka penilaian APGAR adalah 2. Apabila bagian
ekstremitas hanya sedikit yang fleksi atau seperti lunglai, maka nilainya 1. Sedangkan
nila 0 diberikan apabila tidak ada tonus otot yang terjadi.

5. Respiration (usaha napas)


Apabila bayi menangis kuat tentu usaha napas bayi baik (nilai APGAR 2). Sedangkan
jika hanya terdengar suara seperti merintih maka usaha napasnya kurang baik (nilai
APGAR 1). Jika bayi tidak menangis sama sekali ini pertanda bahwa tidak ada usaha
napas pada bayi (nilai APGAR 0).

Klasifikasi Penilaian APGAR Score :


0 – 3 : Asfiksia berat
Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari
100x / menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, refleks
iritabilitas tidak ada.

4 – 6 : Asfiksia sedang
Skor APGAR 4-6 pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung > 100x/menit,
tonus otot kurang baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada.

7 – 10 : Normal
Vigorous baby. Skor APGAR 7-10. Dalam hal ini bayi dianggap sehat tidak
memerlukan tindakan istimewa.

Pada kasus : Bayi menangis lemah nilai skor 1, warna kulit kemerahan ekstremitas
biru nilai skor 1, denyut nadi teraba 101x/menit nilai skor 2. Pernapasan lemah dan
irama napas tidak teratur nilai skor 1 serta gerakan tonus otot lemah nilai skor 1.
Maka nilai apgar pada bayi adalah 6 dengan klasifikasi asfiksia sedang.
19. Seorang anak (2 tahun) dibawa ke IGD dengan keluhan sesak napas, demam sejak
5 hari yang lalu, batuk pilek, dan menolak menyusu. Hasil pemeriksaan: adanya
tarikan dinding dada dengan frekuensi napas 48x/menit, suhu 38,2 C, frekuensi nadi
110x/menit
Apakah tindakan prioritas yang dilakukan perawat untuk meringankan pneumonia
pada anak tersebut?
a. Beri oksigen 2-3 liter
b. Rujuk segera
c. Beri amoksisilin 2x sehari selama 3 hari
c. Beri cairan oralit
d. Beri kompres hangat
DS:
- ibu mengatakan anak sesak napas
- ibu mengatakan anak batuk pilek
- ibu mengatakan anak menolak menyusu
- ibu mengatakan anak demam sejak 5 hari yang lalu

DO:
- adanya tarikan dinding dada
- suhu 38, 2 C
- frekuensi napas 48x/menit
- frekuensi nadi 110 x/menit

Jawaban yang tepat adalah a. beri oksigen 2-3 liter

Klasifikasi penyakit pada kasus di atas yaitu Pneumonia berat. Maka untuk mengatasi
masalah tersebut, tindakan yang dilakukan perawat adalah beri oksigen 2-3 liter.

Pneumonia adalah infeksi yang mengganggu proses pernapasan seseorang yang


ditandai dengan gejala seperti demam, batuk dengan napas cepat, adanya ronkhi pada
pemeriksaan auskultasi, pernapasan cuping hidung, adanya tarikan dinding dada serta
sianosis (WHO, 2008). Infeksi ini umumnya disebabkan oleh virus yang menyerang
hidung, trakea (pipa pernapasan), atau bahkan paru-paru.

Berdasarkan (MTBS, 2015) anak dikatakan pneumonia apabila memiliki ciri khas
seperti napas cepat. Sedangkan anak dikatakan pneumonia berat apabila memiliki
tanda adanya tarikan dinding dada, dan saturasi oksigen < 90 %. Anak dikatakan
batuk bukan pneumonia apabila tidak memiiki tanda-tanda penumonia dan pneumonia
berat.

Tindakan/pencegahan pada anak dengan pneumonia berat (MTBS, 2015) adalah


sebagai berikut:
1. Beri oksigen maksimal 2-3 liter per menit
2. Beri dosis pertama antibiotik yang sesuai
3. Rujuk segera
Tinjauan opsi lain:
- Rujuk segera (kurang tepat) karena rujuk segera merupakan penanganan untuk
pneumonia berat setelah pemberian oksigen dan antibiotik .

- Beri amoksisilin 2x sehari selama 3 hari (tidak tepat) karena merupakan penanganan
untuk pneumonia.

- Beri cairan oralit (tidak tepat) karena beri cairan oralit merupakan penanganan
untuk diare.

- Beri kompres hangat (tidak tepat) karena beri kompres hangat merupakan
penanganan untuk anak dengan demam.
20. Seorang anak (5 tahun) dibawa ke IGD dengan keluhan demam tinggi, nafsu makan
menurun, mual muntah dengan frekuensi 3x/hari, badan lemah dan nyeri di
persendian. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital: suhu 39,2 C, frekuensi pernapasan
28x/menit, frekuensi nadi 96x/menit. Terdapat bintik-bintik perdarahan (petekie) di
lengan kanan setelah dilakukan pemeriksaan uji tourniquet. Apakah klasifikasi
demam pada anak tersebut?
a. Malaria
b. Demam mungkin bukan malaria
c. Campak
d. Demam berdarah dengue
e. Mungkin demam berdarah dengue

Jawaban Tepat: D. Demam berdarah dengue

DS:
-ibu mengatakan anak demam tinggi
-ibu mengatakan nafsu makan anak menurun
-ibu mengatakan anak mual muntah
-ibu mengatakan badan anak lemah
-ibu mengatakan anak nyeri di persendian
DO:
-Suhu 39,2 C
-Frekuensi pernapasan 28x/menit
-Frekuensi nadi 196x/menit
-Uji tourniquet (+)

Klasifikasi demam pada anak adalah demam berdarah dengue. Demam Berdarah
Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan
oleh nyamuk Aedes aegypti yang ditandai dengan: Demam tinggi mendadak, tanpa
sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari, manifestasi perdarahan,
termasuk uji Tourniquet positif, trombositopeni (jumlah trombosit ? 100.000/?l),
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit ? 20%), disertai dengan atau tanpa
perbesaran hati. (Depkes RI, 2005).
Berdasarkan (MTBS,2015) Demam berdarah dengue ditandai dengan gejala gelisah,
sering muntah, muntah bercampur darah, berak berwarna hitam, perdarahan dari
hidung atau gusi, bintik-bintik perdarahan di kulit (petekie) dan uji tourniquet positif
serta adanya tanda-tanda syok.

Tinjauan opsi lain:


Opsi Malaria: (tidak tepat), karena malaria ditandai dengan demam,dan mikroskopis
RDT positif.

Opsi Demam mungkin bukan malaria (tidak tepat), karena demam mungkin bukan
malaria ditandai dengan RDT negatif.

Opsi Campak (tidak tepat), karena campak ditandai dengan batuk pilek, mata merah
dan ruam kemerahan dikulit yang menyeluruh .

Opsi Mungkin demam berdarah dengue (tidak tepat), karena mungkin demam
berdarah ditandai dengan demam mendadak tinggi terus-menerus, nyeri ulu hati,
gelisah, bintik-bintik perdarahan namun uji tourniquet (-).

Anda mungkin juga menyukai