G (Chadwick P, 2013).
I
P
A Dermatofita memiliki enzim seperti keratinolytic protease, lipase dan lainnya yang berperan sebagai
T faktor virulensi terhadap invasi ke kulit, rambut, kuku, dan juga memanfaatkan keratin sebagai
O sumber nutrisi untuk bertahan hidup. Fase penting dalam infeksi dermatofita adalah terikatnya
dermatofita dengan jaringan keratin yang diikuti oleh invasi dan pertumbuhan elemen myocelial.
F Terlepasnya mediator proinflamasi sebagai konsekuensi dari degradasi keratin membuat tubuh host
I ikut merespon dengan timbulnya gejala inflamasi. Inflamasi tubuh host terhadap infeksi dermatofita
yang kemudian diikuti berkurangnya elemen fungi pada plak, dan pada banyak kasus juga diikuti
S oleh resolusi spontan dari infeksi. Berdasarkan penelitian Kurniawan, tindakan menjaga kebersihan
I diri seperti mencuci dan mengeringkan kaki setelah beraktivitas dapat mengurangi pertumbuhan
jamur. Menghindari penggunaan sepatu tertutup, sepatu plastik dan sepatu sempit terutama dalam
O waktu yang lama akan memberikan kesempatan kulit kaki terpapar dengan udara sehingga
L mengurangi kelembapan kulit.
O
G
I
P
E
N Jamur penyebab tinea pedis menyukai bagian kulit yang lembap dan
C basah. Pemakaian sepatu yang sangat tertutup dalam waktu yang
lama dapat menyebabkan keringat berlebih sehingga menambah
E kelembapan di daerah sekitar kaki. Pemakaian kaus kaki berbahan
G tidak menyerap keringat juga dapat menambah kelembapan kulit
A kaki (William et al., 2016)
H
A
N
1. Tipe Interdigital (Intertriginous Kronik)
Merupakan bentuk tinea pedis yang paling umum. Terdapat erosi dan eritema
pada kulit interdigital dan subdigital, terutama di sisi lateral jari ketiga, keempat dan
kelima. Umumnya, infeksi menyebar pada sekitar bagian dalam dari kaki, dan jarang
Manifestasi Klinis
menyebar ke punggung kaki. Adanya oklusi dan ko-infeksi dari bakteri lain akan
menyebabkan maserasi interdigital, pruritus dan bau.
A diambil dengan kerokan dari telapak kaki, tumit, dan sisi kaki. Pada
Diagnosa Keperawatan Identifikasi faktor penyebab tidak Untuk mengetahui penyebab klien
bisa tidur dan penunjang keberhasilan tidak bisa tidur
Gangguan pola tidur / istirahat b.d gatal / pruritus tidur
Intervensi Beri penjelasan pada klien dan Agar klien mengerti dengan pola
keluarga penyebab gangguan pola tidurnya
Gangguan pola tidur / istirahat b.d gatal / pruritus tidur
Tujuan : Klien dapat menjelaskan dan mampu Anjurkan klien mandi air hangat Agar perkembangan jamur terhenti
menerapkan tekhnik untuk mempermudah tidur sebelum tidur dan mengoleskan obat
salep
dalam waktu 1 x 24 jam
Kriteria hasil : Kolaborasikan dengan tim medis Untuk membantu proses penyembuhan
dalam pemberian antihistamin /
Klien dapat menjelaskan faktor – faktor antigatal
penghambat tidur
Atur prosedur tindakan medis atau Agar klien mengerti tentang tindakan
Dapat mengidentifikasi tekhnik untuk keperawatan untuk memberi sedikit yang diberikan selama periode tidur
mungkin gangguan selama periode
mempermudah tidur tidur
TINEA CORPOSIS
Definisi
O
G
I
P
A ● Yang pertama perlekatan ke keratinosit, jamur superfisial harus melewati sinar UV, suhu,
T kelembaban, kompetisi dengan flora normal lain, sphingosin yang diproduksi oleh keratinosit. Dan
asam lemak yang diproduksi oleh kelenjar sebasea bersifat fungistatik.
O ● Yang kedua penetrasi melalui di antara sel, setelah terjadi perlekatan spora harus berkembang dan
F menembus stratum korneum pada kecepatan yang lebih cepat daripada proses deskuamasi. Penetrasi
juga dibantu oleh sekresi proteinase lipase dan enzim mucinolitik yang juga menyediakan nutrisi
I untuk jamur.
S ● Langkah terakhir perkembangan respon host, derajat inflamasi dipengaruhi oleh status imun pasien
dan organisme yang terlibat. Reaksi hipersensitivitas tipe IV atau Delayed Type
I Hypersensitivity (DHT). Pada pasien yang belum pernah terinfeksi dermatofita sebelumnya
O menyebabkan inflamasi minimal dan trichopitin test hasilnya negatif. Infeksi menghasilkan sedikit
eritema dan skuama yang dihasilkan oleh peningkatan pergantian keratinosit. Dihipotesakan bahwa
L antigen dermatofita diproses oleh sel langerhans epidermis dan dipresentasikan oleh limfosit T di
O nodus limfe.
G
I
M ● Penderita merasa gatal dan bermacam-macam effloresensi kulit (polimorfi). Bagain tepi lesi lebih
A aktif (tanda peradangan) tampak lebih jelas dari pada bagian tengah. Kelainan yang dilihat dalam
klinik merupakan lesi bulat atau lonjong, berbatas tegas, terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang
N K dengan vesikel dan papul di tepi lesi. Daerah di tengahnya biasanya lebih tenang, sementara yang di
I L tepi lebih aktif yang sering disebut dengan central healing. Kadang-kadang terlihat erosi dan krusta
F I akibat garukan. Kelainan kulit juga dapat dilihat secara polisiklik, karena beberapa lesi kulit yang
menjadi satu. Lesi dapat meluas dan memberikan gambaran yang tidak khas terutama pada pasien
E N imunodefisiensi.
S I ● Pada tinea korporis yang menahun, tanda radang mendadak biasanya tidak terlihat lagi. Kelainan ini
dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan bersamaan timbul dengan kelainan pada sela paha. Dalam
T S hal ini disebut tinea corporis et cruris atau sebaliknya.
A
S
I
P
E ●
●
mengurangi kelembaban tubuh penderita dengan menghindari pakainan yang panas
menghindari sumber penularan yaitu binatang, kuda, sapi kucing, anjing atau kontak dengan
N penderita lain
● menghilangkan fokal infeksi di tempat lain misalnya di kuku atau di kaki
C ● meningkatkan higienitas dan mengatasi faktor predisposisi lain seperti diabetes mellitus,
E ●
kelianan endokrin yang lain, leukimia harus terkontrol dengan baik.
Juga beberapa faktor yang memudahkan timbulnya residif pada tinea korporis harus dihindari
G atau dihilangkan antara lain: temperatur lingkungan yang tinggi, keringat berlebihan, pakaian
dari bahan karet atau nilon, kegiatan yang banyak berhubungan dengan air, misalnya berenang,
A kegemukan, selain faktor kelembaban, gesekan kronis dan keringat yang berlebihan disertai
A
N
P
E
M Selain dari gejala khas tinea korporis, diagnosis harus
E
dibantu dengan pemeriksaan laboratorium antara lain
R
I pemeriksaan mikroskopis, kultur, pemeriksaan lampu
K wood, biopsi dan histopatologi, pemeriksaan serologi,
S dan pemeriksaan dengan menggunakan PCR (Hay dan
A Moore,2004).
A
N
ASUHAN KEPERAWATAN
● Pengkajian
●Diagnosa keperawatan 2. Gangguan pola tidur b.d pruritur
1. Gangguan citra tubuh b.d faktor psikososial Tujuan : Tidur / istirahat dapat terpenuhi
Tujuan : Citra tubuh / harga diri kembali Kriteria hasil : Tidur / istirahat tidak ada gangguan
Kriteria hasil : Menyatakan penerimaan diri sesuai situasi • Intervensi :
● Intervensi : Menasehati pasien untuk menjaga kamar tidur agar
memiliki ventilasi dan kelembapan yang baik
Yakinkan untuk memberi privasi selama aktivitas
perawatan menjaga agar kulit selalu lembab
Tingkatkan komunikasi terbuka • Rasionalisasi
●Rasionalisasi Udara yang kering membuat kulit terasa gatal,
lingkugan yang nyaman meningkatkan relaksasi
Pandangan mental termasuk ideal kita dan biasanya tidak
terbuka
TINEA CAPITIS
Definisi
Tinea Capitis merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur dermatofit yang berkembang pada jaringan
kulit. Infeksi ini lebih sering terjadi pada kulit yang berkeringat dan lembap, dan menyerang lapisan luar
kulit kepala dan batang rambut. Jenis jamur dermatofit yang dapat menyerang rambut adalah
Trichophyton (T) dan Microsporum (M). Tinea capitis sangat menular dan mudah menyebar. Berikut ini
adalah cara-cara penyebarannya:
1. Penyebaran antarmanusia melalui kontak kulit langsung
2. Penyebaran dari benda ke manusia melalui benda yang tercemari jamur
3. Penyebaran dari hewan ke manusia
Patofisiologi tinea kapitis diawali oleh infeksi dermatofita yang dapat menular melalui
kontak antar manusia, kontak dengan hewan, atau kontak dengan objek yang sering
bersentuhan dengan rambut dan kulit kepala. Contoh objek yang sering menjadi media
penularan adalah sisir, topi, tutup kepala, sarung bantal, kasur, dan sofa. Awalnya, dari
tempat inokulasi, hifa jamur tumbuh secara sentrifugal pada stratum korneum. Setelah
itu, jamur akan bertumbuh ke arah bawah menuju bagian dalam rambut dan
menginvasi keratin. Zona yang terinfeksi kemudian meluas ke arah luar seiring dengan
bertumbuhnya rambut dan dapat terlihat pada permukaan kulit rambut pada hari ke-12
hingga hari ke-14. Rambut yang terinfeksi menjadi rapuh dan tampak patah pada
minggu ke-3.
Patofisiologi
• Terdapat bentuk seboroik di kulit kepala yang ditandai kulit bersisik
dan kerontokan rambut yang tidak terlalu terlihat.
• Terdapat pola pustula (bernanah) berkerak dalam satu lokasi atau
K
L menyebar.
I • Terdapat titik hitam, yang merupakan tanda kerontokan rambut dari
N kulit kepala yang bersisik.
I Di samping itu, tinea captis juga dapat disertai gejala pembengkakan
S
kelenjar getah bening di bagian belakang leher, dan demam yang ringan.
Sedangkan gejala yang muncul dalam kondisi lebih parah adalah keberadaan
kerion (koreng) dengan pola kulit bersisik, melingkar, serta timbulnya favus
atau kerak kulit berwarna kuning dengan rambut yang kusut.
Tinea capitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi P
jamur dermatofit pada kulit kepala dan batang rambut. E
Gejala yang muncul dapat berupa kulit kepala bersisik dan N
pitak, hingga peradangan dan kebotakan yang meluas. C
Penyakit ini lebih banyak dialami oleh anak-anak, terutama E
anak laki-laki usia 3-7 tahun. Tinea capitis sangat mudah G
menyebar melalui perantara benda yang sudah terpapar A
jamur dermatofit, atau kontak langsung dengan binatang H
atau orang yang terinfeksi. A
N
Diagnosis tinea kapitis didasarkan pada penemuan papula kemerahan atau
P lesi yang meluas di kulit kepala, kulit alis mata, atau bulu mata. Lesi kadang
E terasa gatal atau terlihat bersisik. Diagnosis penunjang dapat berupa
M pemeriksaan dengan lampu Wood, pemeriksaan mikroskopis fungi, kultur
fungi, dan dermoskopi.
E Penemuan pada pemeriksaan fisik tinea kapitis tergantung pada agen
R kausatif dan faktor lain seperti respon imun dari inang. Secara umum,
I infeksi dermatofita pada kulit kepala dapat mengakibatkan kerontokan
K rambut dan kerak seperti ketombe. Respons inflamasi dapat muncul dengan
derajat bervariasi
S Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis
A tinea kapitis adalah pemeriksaan dengan lampu Wood, pemeriksaan
A mikroskopis, kultur jamur, dermoskopi, dan pemeriksaan histologis dengan
biopsi bila diperlukan.
N
ASUHAN KEPERAWATAN
Tinea kruris biasanya terjadi setelah kontak dengan individu atau binatang yang
terinfeksi. Penyebaran juga mungkin terjadi melalui benda misalnya pakaian, perabotan,
dan sebagainya. Tinea kruris umumnya terjadi pada pria. Maserasi dan oklusi kulit lipat
paha menyebabkan peningkatan suhu dan kelembaban kulit sehingga memudahkan
infeksi, selain itu dapat pula terjadi akibat penjalaran infeksi dari bagian tubuh lain34.
Dermatofita mempunyai masa inkubasi selama 4-10 hari. Infeksi dermatofita
melibatkan tiga langkah utama
1 2 3
Penderita merasa gatal dan kelainan lesi berupa plakat berbatas tegas terdiri atas
bermacam-macam efloresensi kulit (polimorfik). Bentuk lesi yang beraneka
ragam ini dapat berupa sedikit hiperpigmentasi dan skuamasi menahun.
Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat atau lonjong, berbatas
tegas, terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul di
tepi lesi. Daerah di tengahnya biasanya lebih tenang, sementara yang di tepi
lebih aktif yang sering disebut dengan central healing. Kadang-kadang terlihat
erosi dan krusta akibat garukan.
A Menjaga area selangkangan tetap kering