Anda di halaman 1dari 36

Kelompok 3:

Armia Husni Hidayati


Firda Yunisa
Fitri Ramalia
ASUHAN KEPERAWATAN TINEA Indri Ramadanti
Musopi Nuriyah
PEDIS, CORPORIS, CAPITIS Novianti Isnaeni
Novita Anggie
DAN CRURIS Riska Aditia
Siti Nurbaeti
Tini Aprilia Lesmana
Zaki Arief Soleh
TABLE OF CONTENTS

TINEA PEDIS TINEA CAPITIS

TINEA CORPORIS TINEA CRURIS


TINEA PEDIS
Definisi
-Tinea pedis atau athlete’s foot atau jungle
rot merupakan dermatomikosis pada kaki. Tinea pedis
paling sering terjadi di sela-sela jari dan telapak kaki.
Pada umumnya sering terjadi pada orang yang
berkeringat banyak dan memakai sepatu tertutup dan
ketat.

-Tinea pedis diakibatkan olehTrichophyton


rubrum,Trichophyton
interdigitale dan Epidermophyton floccosum. Gejala
dan tanda dari tinea pedis adalah ruam bersisik yang
menyebabkan gatal, menyengat dan terbakar. Infeksi
pada daerah lain seperti tinea cruris biasanya
berasosiasi dengan tinea pedis.
E
T ● Sebagian besar kasus tinea pedis yang disebabkan oleh dermatofita
I jamur yang menyebabkan infeksi di superfisial kulit dan kuku dengan
menginfeksi keratin dari lapisan atas epidermis di kaki (Al Hasan,
O 2004).
● Tinea ini paling sering disebabkan oleh spesies anthropophilik
L seperti Trichophyton rubrum (80 %), Tricophyton mentagrophytes
(20%), Epidermophyton floccosum (10%) dan oleh M. canis dan T.
O Tonsurans jarang terjadi yang diteliti oleh British Infection Association

G (Chadwick P, 2013).

I
P
A Dermatofita memiliki enzim seperti keratinolytic protease, lipase dan lainnya yang berperan sebagai
T faktor virulensi terhadap invasi ke kulit, rambut, kuku, dan juga memanfaatkan keratin sebagai
O sumber nutrisi untuk bertahan hidup. Fase penting dalam infeksi dermatofita adalah terikatnya
dermatofita dengan jaringan keratin yang diikuti oleh invasi dan pertumbuhan elemen myocelial.
F Terlepasnya mediator proinflamasi sebagai konsekuensi dari degradasi keratin membuat tubuh host
I ikut merespon dengan timbulnya gejala inflamasi. Inflamasi tubuh host terhadap infeksi dermatofita
yang kemudian diikuti berkurangnya elemen fungi pada plak, dan pada banyak kasus juga diikuti
S oleh resolusi spontan dari infeksi. Berdasarkan penelitian Kurniawan, tindakan menjaga kebersihan
I diri seperti mencuci dan mengeringkan kaki setelah beraktivitas dapat mengurangi pertumbuhan
jamur. Menghindari penggunaan sepatu tertutup, sepatu plastik dan sepatu sempit terutama dalam
O waktu yang lama akan memberikan kesempatan kulit kaki terpapar dengan udara sehingga
L mengurangi kelembapan kulit.

O
G
I
P
E
N Jamur penyebab tinea pedis menyukai bagian kulit yang lembap dan
C basah. Pemakaian sepatu yang sangat tertutup dalam waktu yang
lama dapat menyebabkan keringat berlebih sehingga menambah
E kelembapan di daerah sekitar kaki. Pemakaian kaus kaki berbahan
G tidak menyerap keringat juga dapat menambah kelembapan kulit
A kaki (William et al., 2016)

H
A
N
1. Tipe Interdigital (Intertriginous Kronik)
Merupakan bentuk tinea pedis yang paling umum. Terdapat erosi dan eritema
pada kulit interdigital dan subdigital, terutama di sisi lateral jari ketiga, keempat dan
kelima. Umumnya, infeksi menyebar pada sekitar bagian dalam dari kaki, dan jarang
Manifestasi Klinis

menyebar ke punggung kaki. Adanya oklusi dan ko-infeksi dari bakteri lain akan
menyebabkan maserasi interdigital, pruritus dan bau.

2. Tipe Kronik Hiperkeratotik (Moccasin)


Tinea pedis tipe kronik hiperkeratotik biasanya bilateral. Terdapat lesi pada
sebagian atau seluruh telapak kaki, bagian lateral dan medial kaki. T. rubrum
merupakan patogen utama. Ciri lain tinea pedis kronik hiperkeratotik adalah adanya
vesikel yang cepat sembuh dengan diameter kurang dari 2 mm dan eritema yang
bervariasi.
3. Tipe Vesikobulosa

Tinea pedis tipe vesikobulosa umumnya disebabkan oleh T. interdigitale (T.


mentagrophytes var. mentagrophytes), memiliki wujud kelainan kulit seperti vesikel
dengan diameter lebih dari 3 mm, vesikopustula, atau bulla pada telapak kaki dan
area periplantar. Tipe ini jarang ditemukan.
 
4. Tipe Akut Ulseratif
Tinea pedis yang diakibatkan kombinasi T. interdigitale dan koinfeksi bakteri gram
negatif. Temuan klinis yang didapat adalah vesikopustula dan ulserasi purulen pada
telapak kaki. Sering juga ditemukan sellulitis, limfangitis, limfadenopati, dan
demam.
P
Diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
E
mikroskopis, kultur, dan pemeriksaan menggunakan lampu wood (William et
M
al., 2016).14
E
R
● Pemeriksaan Mikroskopik Diagnosis klinis infeksi dermatofita dapat
I
K dikonfirmasi dengan pemeriksaan mikroskopik, tetapi pemeriksaan

S mikroskopis tidak dapat mengidentifikasi agen infeksius. Sampel kulit

A diambil dengan kerokan dari telapak kaki, tumit, dan sisi kaki. Pada

A pemeriksaan ini, dermatofit memiliki septa serta cabang hifa pada


N preparat KOH 10-20% (William et al., 2016).
● Kultur Identifikasi fungi superfisial didasarkan pada makroskopik,
mikroskopis dan karakteristik metabolisme dari organisme. Sabourad’s
Dextrose Agar (SDA) merupakan medium isolasi yang paling umum
digunakan karena menampilkan deskripsi morfologi (Vhisnu et al., 2015).

● Lampu Wood Pemeriksaan dengan lampu wood (365nm) dapat


menunjukkan flourescence pada jamur patogen tertentu. Pada tinea
pedis ditemukan flouresensi negatif di luar eritrasma pada infeksi
interdigital (Vhisnu et al., 2015).
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian Intervensi Rasional

Diagnosa Keperawatan Identifikasi faktor penyebab tidak Untuk mengetahui penyebab klien
bisa tidur dan penunjang keberhasilan tidak bisa tidur
Gangguan pola tidur / istirahat b.d gatal / pruritus tidur

Intervensi Beri penjelasan pada klien dan Agar klien mengerti dengan pola
keluarga penyebab gangguan pola tidurnya
Gangguan pola tidur / istirahat b.d gatal / pruritus tidur

Tujuan : Klien dapat menjelaskan dan mampu Anjurkan klien mandi air hangat Agar perkembangan jamur terhenti
menerapkan tekhnik untuk mempermudah tidur sebelum tidur dan mengoleskan obat
salep
dalam waktu 1 x 24 jam
Kriteria hasil : Kolaborasikan dengan tim medis Untuk membantu proses penyembuhan
dalam pemberian antihistamin /
Klien dapat menjelaskan faktor – faktor antigatal
penghambat tidur
Atur prosedur tindakan medis atau Agar klien mengerti tentang tindakan
Dapat mengidentifikasi tekhnik untuk keperawatan untuk memberi sedikit yang diberikan selama periode tidur
mungkin gangguan selama periode
mempermudah tidur tidur
TINEA CORPOSIS
Definisi

Tinea korporis merupakan penyakit kulit yang


disebabkan oleh jamur superfisial golongan dermatofita
yang biasanya terdapat pada kulit tubuh yang tidak
berambut. Penyakit ini disebabkan oleh jamur
dermatofita yang umumnya berupa
Microsporum,Trycophyton atau Epidermophyton. Penye
bab infeksi dermatofita yang paling dominan adalah
Tricophyton diikuti Epidermophyton dan Microsporum,
dimana yang paling banyak adalah spesies Tricophyton
rubrum diikuti T.mentagrophytes, M. Canis dan
T.tonsurans (Verma dan Heffernan,2008).
E
T Dermatofita adalah golongan jamur yang menyebabkan dermatofitosis.
I Golongan jamur ini mempunyai sifat mencerna keratin. Dermatofita termasuk
kelas fungi imperfecti yang terbagi menjadi tiga genus, yaitu Trichophyton
O spp, Microsporum spp, dan Epidermophyton spp. Walaupun semua
dermatofita bisa menyebabkan tinea korporis, penyebab yang paling umum
L adalah Trichophyton Rubrum dan Trichophyton Mentagrophytes.

O
G
I
P
A ● Yang pertama perlekatan ke keratinosit, jamur superfisial harus melewati sinar UV, suhu,
T kelembaban, kompetisi dengan flora normal lain, sphingosin yang diproduksi oleh keratinosit. Dan
asam lemak yang diproduksi oleh kelenjar sebasea bersifat fungistatik.
O ● Yang kedua penetrasi melalui di antara sel, setelah terjadi perlekatan spora harus berkembang dan
F menembus stratum korneum pada kecepatan yang lebih cepat daripada proses deskuamasi. Penetrasi
juga dibantu oleh sekresi proteinase lipase dan enzim mucinolitik yang juga menyediakan nutrisi
I untuk jamur.
S ● Langkah terakhir perkembangan respon host, derajat inflamasi dipengaruhi oleh status imun pasien
dan organisme yang terlibat. Reaksi hipersensitivitas tipe IV atau Delayed Type
I Hypersensitivity (DHT). Pada pasien yang belum pernah terinfeksi dermatofita sebelumnya
O menyebabkan inflamasi minimal dan trichopitin test hasilnya negatif. Infeksi menghasilkan sedikit
eritema dan skuama yang dihasilkan oleh peningkatan pergantian keratinosit. Dihipotesakan bahwa
L antigen dermatofita diproses oleh sel langerhans epidermis dan dipresentasikan oleh limfosit T di
O nodus limfe.
G
I
M ● Penderita merasa gatal dan bermacam-macam effloresensi kulit (polimorfi). Bagain tepi lesi lebih
A aktif (tanda peradangan) tampak lebih jelas dari pada bagian tengah. Kelainan yang dilihat dalam
klinik merupakan lesi bulat atau lonjong, berbatas tegas, terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang
N K dengan vesikel dan papul di tepi lesi. Daerah di tengahnya biasanya lebih tenang, sementara yang di
I L tepi lebih aktif yang sering disebut dengan central healing. Kadang-kadang terlihat erosi dan krusta

F I akibat garukan. Kelainan kulit juga dapat dilihat secara polisiklik, karena beberapa lesi kulit yang
menjadi satu. Lesi dapat meluas dan memberikan gambaran yang tidak khas terutama pada pasien
E N imunodefisiensi.
S I ● Pada tinea korporis yang menahun, tanda radang mendadak biasanya tidak terlihat lagi. Kelainan ini
dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan bersamaan timbul dengan kelainan pada sela paha. Dalam
T S hal ini disebut tinea corporis et cruris atau sebaliknya.
A
S
I
P
E ●

mengurangi kelembaban tubuh penderita dengan menghindari pakainan yang panas
menghindari sumber penularan yaitu binatang, kuda, sapi kucing, anjing atau kontak dengan
N penderita lain
● menghilangkan fokal infeksi di tempat lain misalnya di kuku atau di kaki
C ● meningkatkan higienitas dan mengatasi faktor predisposisi lain seperti diabetes mellitus,
E ●
kelianan endokrin yang lain, leukimia harus terkontrol dengan baik.
Juga beberapa faktor yang memudahkan timbulnya residif pada tinea korporis harus dihindari
G atau dihilangkan antara lain: temperatur lingkungan yang tinggi, keringat berlebihan, pakaian
dari bahan karet atau nilon, kegiatan yang banyak berhubungan dengan air, misalnya berenang,
A kegemukan, selain faktor kelembaban, gesekan kronis dan keringat yang berlebihan disertai

H higienitas yang kurang, memudahkan timbulnya infeksi jamur

A
N
P
E
M Selain dari gejala khas tinea korporis, diagnosis harus
E
dibantu dengan pemeriksaan laboratorium antara lain
R
I pemeriksaan mikroskopis, kultur, pemeriksaan lampu
K wood, biopsi dan histopatologi, pemeriksaan serologi,
S dan pemeriksaan dengan menggunakan PCR (Hay dan
A Moore,2004).
A
N
ASUHAN KEPERAWATAN

● Pengkajian
●Diagnosa keperawatan 2. Gangguan pola tidur b.d pruritur
1. Gangguan citra tubuh b.d faktor psikososial Tujuan : Tidur / istirahat dapat terpenuhi
Tujuan : Citra tubuh / harga diri kembali Kriteria hasil : Tidur / istirahat tidak ada gangguan
Kriteria hasil : Menyatakan penerimaan diri sesuai situasi • Intervensi :
● Intervensi : Menasehati pasien untuk menjaga kamar tidur agar
memiliki ventilasi dan kelembapan yang baik
Yakinkan untuk memberi privasi selama aktivitas
perawatan menjaga agar kulit selalu lembab
Tingkatkan komunikasi terbuka • Rasionalisasi
●Rasionalisasi Udara yang kering membuat kulit terasa gatal,
lingkugan yang nyaman meningkatkan relaksasi
Pandangan mental termasuk ideal kita dan biasanya tidak
terbuka
TINEA CAPITIS
Definisi

Tinea kapitis adalah kelainan pada


kulit dan rambut kepala yang
disebabkan oleh spesies dermatofita.
Kelainan ini dapat ditandai dengan
kulit bersisik, kemerah-merahan,
alopesia dan kadang terjadi
gambaran klinis yang lebih berat,
yang disebut kerion.
Tinea Kapitis dapat dilihat 3 bentuk :
2. Kerion
Reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis
berupa pembengkakan yang menyerupai sarang
lebah dengan sebukan sel radang yang padat di
sekitarnya. pembentukkan kerion ini lebih sering
dilihat, adak kurang terlihat bila
penyebabnya Trichophyton tonsurans.

1. Grey patch ringworm


Tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh
genus Microsporum dan sering ditemukan pada
anak-anak. Penyakit mulai dengan papul merah
yang kecil di sekitar rambut. Papul melebar dan
membentuk bercak , yang menjadi pucat dan
bersisik. Keluhan penderita adalah rasa gatal. 3. Black dot ringworm
Rambut yang terkena infeksi patah, tepat
pada muara folikel, dan yang tertinggal
adalah ujung rambut yang penuh spora.
Ujung rambut yang hitam didalam folikel
rambut ini memberikan gambaran khas, yaitu
black dot
ETOLOGI

Tinea Capitis merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur dermatofit yang berkembang pada jaringan
kulit. Infeksi ini lebih sering terjadi pada kulit yang berkeringat dan lembap, dan menyerang lapisan luar
kulit kepala dan batang rambut. Jenis jamur dermatofit yang dapat menyerang rambut adalah
Trichophyton (T) dan Microsporum (M). Tinea capitis sangat menular dan mudah menyebar. Berikut ini
adalah cara-cara penyebarannya:
1. Penyebaran antarmanusia melalui kontak kulit langsung
2. Penyebaran dari benda ke manusia melalui benda yang tercemari jamur
3. Penyebaran dari hewan ke manusia
Patofisiologi tinea kapitis diawali oleh infeksi dermatofita yang dapat menular melalui
kontak antar manusia, kontak dengan hewan, atau kontak dengan objek yang sering
bersentuhan dengan rambut dan kulit kepala. Contoh objek yang sering menjadi media
penularan adalah sisir, topi, tutup kepala, sarung bantal, kasur, dan sofa. Awalnya, dari
tempat inokulasi, hifa jamur tumbuh secara sentrifugal pada stratum korneum. Setelah
itu, jamur akan bertumbuh ke arah bawah menuju bagian dalam rambut dan
menginvasi keratin. Zona yang terinfeksi kemudian meluas ke arah luar seiring dengan
bertumbuhnya rambut dan dapat terlihat pada permukaan kulit rambut pada hari ke-12
hingga hari ke-14. Rambut yang terinfeksi menjadi rapuh dan tampak patah pada
minggu ke-3.

Patofisiologi
• Terdapat bentuk seboroik di kulit kepala yang ditandai kulit bersisik
dan kerontokan rambut yang tidak terlalu terlihat.
• Terdapat pola pustula (bernanah) berkerak dalam satu lokasi atau
K
L menyebar.
I • Terdapat titik hitam, yang merupakan tanda kerontokan rambut dari
N kulit kepala yang bersisik.
I Di samping itu, tinea captis juga dapat disertai gejala pembengkakan
S
kelenjar getah bening di bagian belakang leher, dan demam yang ringan.
Sedangkan gejala yang muncul dalam kondisi lebih parah adalah keberadaan
kerion (koreng) dengan pola kulit bersisik, melingkar, serta timbulnya favus
atau kerak kulit berwarna kuning dengan rambut yang kusut.
Tinea capitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi P
jamur dermatofit pada kulit kepala dan batang rambut. E
Gejala yang muncul dapat berupa kulit kepala bersisik dan N
pitak, hingga peradangan dan kebotakan yang meluas. C
Penyakit ini lebih banyak dialami oleh anak-anak, terutama E
anak laki-laki usia 3-7 tahun. Tinea capitis sangat mudah G
menyebar melalui perantara benda yang sudah terpapar A
jamur dermatofit, atau kontak langsung dengan binatang H
atau orang yang terinfeksi. A
N
Diagnosis tinea kapitis didasarkan pada penemuan papula kemerahan atau
P lesi yang meluas di kulit kepala, kulit alis mata, atau bulu mata. Lesi kadang
E terasa gatal atau terlihat bersisik. Diagnosis penunjang dapat berupa
M pemeriksaan dengan lampu Wood, pemeriksaan mikroskopis fungi, kultur
fungi, dan dermoskopi.
E Penemuan pada pemeriksaan fisik tinea kapitis tergantung pada agen
R kausatif dan faktor lain seperti respon imun dari inang. Secara umum,
I infeksi dermatofita pada kulit kepala dapat mengakibatkan kerontokan
K rambut dan kerak seperti ketombe. Respons inflamasi dapat muncul dengan
derajat bervariasi
S Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis
A tinea kapitis adalah pemeriksaan dengan lampu Wood, pemeriksaan
A mikroskopis, kultur jamur, dermoskopi, dan pemeriksaan histologis dengan
biopsi bila diperlukan.
N
ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


●Pengumpulan data Keperawata
n
●pengelompokkan data subyektif dan obyektif
1 Gangguan Tujuan : 1. Observasi 1. Untuk
●Prioritas masalah integritas kulit menentukan
b.d adanya Setelah 2. Kompres air rencana
diberikan hangat
●Gangguan integritas kulit lesi
tindakan
tindakan
keperawatan 3. Hindari selanjutnya
●Devicit perawatan diri gangguan makanan tinggi 2. Untuk
integritas kulit protein mengurangi
●Gangguan citra diri teratasi adanya rasa
4. Kolaborasi
dengan tim gatal
●Ansietas berlebihan
medis dalam
●Diagnosa Keperawatan pemberian 3. Untuk
antibiotik mengurangi
●Gangguan integritas kulit b.d adanya lesi alergi pada
kulit
TINEA CRURIS
Definisi

Tinea kruris adalah penyakit dermatofitosis


(penyakit pada jaringan yang mengandung zat
tanduk ) yang disebabkan infeksi golongan jamur
dermatofita pada daerah kruris (sela paha,
perineum, perianal, gluteus, pubis ) dan dapat
meluas ke daeah sekitarnya. Berikut ini adalah
gambar predileksi terjadinya Tinea kruris.
Kelainan kulit yang tampak pada sela paha
merupakan lesi berbatas tegas. Peradangan pada
tepi lebih nyata daripada bagian tengahnya.
Efloresensi terdiri atas macam - macam bentuk
yang primer dan sekunder (polimorfi)
ETIOLOGI

Tinea kruris disebabkan oleh infeksi jamur golongan dermatofita.


Dermatofita adalah golongan jamur yang menyebabkan
dermatofitosis.Golongan jamur ini mempunyai sifat mencernakan
keratin. Dermatofita termasuk kelas fungi imperfecti, yang terbagi
dalam tiga genus, yaitu Microsporum, Trichopyton, dan,
Epidermophyton. Penyebab tinea kruris terutama adalah
Ecodermophyton floccosum dan Trichophyton Tructum. Selain itu
juga dapat disebabkan oleh Trichophyton Mentagrophytes dan
walaupun jarang dapat disebabkan oleh Microsporum gallinae .
PATOFISIOLOGI

Tinea kruris biasanya terjadi setelah kontak dengan individu atau binatang yang
terinfeksi. Penyebaran juga mungkin terjadi melalui benda misalnya pakaian, perabotan,
dan sebagainya. Tinea kruris umumnya terjadi pada pria. Maserasi dan oklusi kulit lipat
paha menyebabkan peningkatan suhu dan kelembaban kulit sehingga memudahkan
infeksi, selain itu dapat pula terjadi akibat penjalaran infeksi dari bagian tubuh lain34.
Dermatofita mempunyai masa inkubasi selama 4-10 hari. Infeksi dermatofita
melibatkan tiga langkah utama

1 2 3

Perlekatan ke Penetrasi melalui Perkembangan


keratinosit dan diantara sel respon tubuh
MANISFESTASI KLINIS

Penderita merasa gatal dan kelainan lesi berupa plakat berbatas tegas terdiri atas
bermacam-macam efloresensi kulit (polimorfik). Bentuk lesi yang beraneka
ragam ini dapat berupa sedikit hiperpigmentasi dan skuamasi menahun.
Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat atau lonjong, berbatas
tegas, terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul di
tepi lesi. Daerah di tengahnya biasanya lebih tenang, sementara yang di tepi
lebih aktif yang sering disebut dengan central healing. Kadang-kadang terlihat
erosi dan krusta akibat garukan.
A Menjaga area selangkangan tetap kering

P B Kenakan pakaian yang pas


E
N
C
E C Hindari penyebarannya
G
A
H
A D Jangan berbagi perangkat pribadi
N

E Kenakan pakaian bersih


Dari anamnesis, gambaran klinis dan lokalisasinya, tidak sulit untuk
mendiagnosis. Namun tetap diperlukan pemeriksaan penunjang untuk
menyingkirkan Differential Diagnosis. Sebagai penunjang diagnosis dapat
dilakukan pemeriksaan sediaan langsung dari kerokan bagian tepi lesi
dengan KOH dan kultur. Kadang – kadang diperlukan pemeriksaan dengan
lampu Wood, yang mengeluarkan sinar ultraviolet dengan gelombang 3650
A°ª.

A. Pemeriksaan dengan B. Pemeriksaan kultur jatung C. Puch biopsi


sediaan basah 13 Kulit
6. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Topikal : Miconazol cream 2% + asam salisat 3% dioleskan sebanyak 2x sehari selama seminggu
Sistemik : Mebhydrolin tablet 2x 50 mg/hari jika gatal
2. Non Medikamentosa
KIE :
1. Menghindari pakaian yang panas ( karet, nylon)
2. Hindari keringat berlebih
3. Meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan
4. Memperbaiki status gizi dalam makanan
5. Memperbaiki ventilasi rumah
6. Kontrol setelah 2 minggu
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Identitas pasien 3. Pemeriksaan fisik


2. Anamnesis 4. Diagnosis Banding
 Keluhan Utama  Tinea kruris
 Riwayat penyakit sekarang  kandidiasis intertriginosa
 Riwayat penyakit dahulu  Eritrasma
 Riwayat alergi  Psoriasis
 Riwayat penyakit keluarga 5. Diagnosa kerja
 Riwayat sosial Tinea kruris 
Diagnosa Keperawatan
Kerusakan integritas kulit b.d lembab
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai