Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PEMERIKSAAN SISTEM MUSKULOSKELETAL


diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah KMB3
dosen pengampu

Disusun oleh:
Kelompok 3
1. Armia Husni Hidayati (219053)
2. Firda Yunisa (219061)
3. Fitri Ramalia (219062)
4. Indri Ramadanti (219067)
5. Musopi Nuriyah (219070)
6. Novianti Isnaeni (219073)
7. Novita Anggie (219075)
8. Riska Aditia (219080)
9. Siti Nurbaeti (219084)
10. Tini Aprilia Lesmana (219088)
11. Zaki Arief Soleh (219094)

PROGRAM STUDI S1-2B KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JAWA BARAT
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan,
baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua
cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.

Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada bapak/ibu guru serta teman-
teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun materil, sehingga
makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan. Kami menyadari sekali, didalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya,
baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada bapak/ibu guru serta
teman-teman sekalian, yang kadangkala hanya menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar
harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-
makah kami dilain waktu.

Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang
kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin
mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini (Sistem
Pemerintahan Di Indonesia) sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.

Bandung , 21 Maret 2021


DAFTAR ISI

Kata pengantar ...................................................................................................... i

Daftar isi.................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan masalah .................................................................................... 1


1.3 Tujuan makalah ........................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sistem Organ Muskuloskeletal…………………………………………..


2.1.1 Tulang …………………………………………………………...
2.1.2 Otot ……………………………………………………………...
2.1.3 Sendi …………………………………………………………….
2.2 Pemeriksaan Fisik Muskuloskeletal……………………………………..

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................................................................................................

3.2 Saran...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sistem muskuloskeletal merupakan sistem tubuh yang terdiri dari otot (muskulo) dan
tulang-tulang yang membentuk rangka (skelet). Otot adalah jaringan tubuh yang
mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik (gerak).
Sedangkan rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang –tulang yang
memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk, sikap dan posisi. Sistem muskuloskeletal
memberi bentuk bagi tubuh. Sistem muskuloskeletal melindungi organ-organ penting,
misalnya otak dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak, jantung dan paru-paru terdapat pada
rongga dada (cavum thorax) yang dibentuk oleh tulang-tulang kostae (iga).

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja organ dalam sistem muskuloskeletal?
2. Bagaimana pemeriksaan fisik pada organ muskuloskeletal?
3. Apa perbedaan pemeriksaan fisik pada organ muskuloskeletal yang sehat dan tidak
sehat?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui organ sistem muskuloskeletal.
2. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik pada organ muskuloskeletal.
3. Untuk mengetahui perbedaam pemeriksaan fisik pada organ muskuloskeletal yang sehat
dan tidak sehat.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Organ Muskuloskeletal


Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab
terhadap pergerakan. Komponen utama system musculoskeletal adalah jaringan ikat.
Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot, tendon, ligament, bursae, dan jaringan-jaringan
khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.
2.1.1 Tulang
a. Tulang Berdasarkan Jenisnya
1) Tulang Rawan (Kartilago)
Tulang rawan tersusun dari sel-sel tulang rawan, ruang antar sel tulang
rawan banyak mengandung zat perekat dan sedikit zat kapur, bersifat lentur.
Tulang rawan banyak terdapat pada tulang anak kecil dan pada orang dewasa
banyak terdapat pada ujung tulang rusuk, laring, trakea, bronkus, hidung, telinga,
antara ruas-ruas tulang belakang.

Tulang rawan dibagi menjadi 3 yaitu ;


1) Tulang Rawan Hialin
Matriks tulang rawan hialin berwarna putih kebiruan, mengkilat, dan
jernih. Fungsinya adalah membantu pergerakan, membantu jalannya
pernapasan. Tulang rawan ini terdapat pada cakram epifisis, dan ujung rusuk.
2) Tulang Rawan Elastis
Tulang rawan elastis tersusun dari serabut kolagen dan bersifat elastis.
Matriksnya berwarna kuning. Fungsinya adalah memberikan fleksibelitas dan
menguatkan. Contohnya pada daun telinga, epiglotis dan bronkiolus.

3) Tulang Rawan Fibrosa


Matriks pada jaringan ini sedikit dan berwarna gelap, tetapi banyak
mengandung serabut kolagen yang membentuk suatu berkas dan tersusun
sejajar. Fungsinya adalah untuk memberikan kekuatan dan melindungi
jaringan yang lebih dalam.

4) Tulang Keras atau Tulang Sejati (Osteon)


Tulang keras dibentuk oleh sel pembentuk tulang (osteoblas) ruang antar
sel tulang keras banyak mengandung zat kapur, sedikit zat perekat, bersifat
keras. Zat kapur tersebut dalam bentuk kalsium karbonat ( CaCO3 )dan
kalsium fosfat ( Ca(PO4)2) yang diperoleh atau dibawa oleh darah. Dalam
tulang keras terdapat saluran havers yang didalamnya terdapat pembuluh
darah yang berfungsi mengatur kehidupan sel tulang. Tulang keras berfungsi
untuk menyusun sistem rangka.
Contoh tulang keras :
- tulang paha
- tulang lengan
- tulang betis
- tulang selangka

b. Tulang Berdasakan Bentuknya


1) Tulang Pipa (Long Bone)
Tulang pipa berbentuk bulat, panjang dan tengahnya berongga berfungsi
sebagai tempat pembentukan sel darah merah. Tulang pipa terdiri atas dua bagian,
yaitu diafisis dan epifisis. Diafisis adalah bagian “badan” tulang, sedangkan
epifisis adalah bagian tepi (epi) atau bagian “kepala” tulang. Di antara epifisis dan
diafisis, dibatasi oleh bagian yang disebut cakram epifisis. Cakram epifisis lebih
lambat proses penulangannya dibandingkan dengan daerah diafisis.
Tulang pipa terdapat pada :
a) Tulang paha
b) Tulang lengan atas
c) Tulang jari tangan

2) Tulang Pipih (Flat Bone)


Tulang pipih berbentuk pipih dan lebar. Tulang
pipih terdiri atas dua lapisan jaringan tulang keras dan di
tengahnya berupa lapisan tulang seperti bunga
karang (spons) yang di dalamnya berisi sum-sum
merah sebagai tempat pemben-tukan selsel darah.
Tulang-tulang pipih berperan dalam melindungi organ tubuh. Berfungsi sebagai
tempat pembentukan sel darah merah dan sel darah putih.
Tulang pipih terdapat pada :
1) tulang belikat
2) tulang dada
3) tulang rusuk
3) Tulang Pendek (Short Bone)
Bentuknya pendek dan bulat, berfungsi sebagai
tempat pembentukan sel darah merah dan sel darah
putih. Tulang pendek diselubungi jaringan padat tipis.
Tulang pendek sebagian besar terbuat dari jaringan
tulang jarang karena diperlukan sifat yang ringan dan kuat. Karena kuatnya, maka
tulang pendek mampu mendukung bagian tubuh.

Tulang pendek terdapat pada:


1) ruas-ruas tulang belakang
2) tulang pergelangan tangan
3) tulang pergelangan kaki

c. Tulang Berdasarkan Strukturnya


1) Tulang Kompak
Memiliki matriks yg susunannya rapat. tedapat sistem havers. Tulang kompak
terdapt pada tulang pipa.

2) Tulang Spons
Matriks berongga tersusun atas anyaman trabeculae (semacam pecahan
genting) yangpipih dan mengandung serabut kolagen. Ronggarongga yang ada
pada tulang spons diisi oleh jaringan.Tulang spons terdapat pada tulang pipih.
2.1.2 Otot
Otot merupakan jaringan peka rangsang (eksitabel) yang dapat dirangsang secara
kimia, listrik dan mekanik untuk menimbulkan suatu aksi potensial. Ada tiga jenis otot
yaitu otot rangka, otot jantung dan otot polos. Fungsi otot sebagai berikut :
a. Penggerakan
Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut melekat dan bergerak
dalam bagian organ internal tubuh.
b. Membentuk postur tubuh
Otot menopang rangka dan mempertahankan tubuh saat berada dalam posisi
berdiri atau saat duduk terhadap gaya gravitasi.
c. Produksi panas karna adanya kontraksi dan relaksasi
Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan panas untuk mepertahankan
suhu tubuh normal.
Fungsi Otot Lainnya antara lain sebagai berikut :
a. Otot Punggung
Diskus Merupakan bantalan tulan rawan yang berfungsi sebagai penahan
goncangan.Terdapat diantara vertebrae sehingga memungkinkan sendi-sendi
untuk bergerak secara halus. Tiap diskus mengandung cairan yang mengalir kedalam
dan keluar diskus. Cairan ini berfungsi sebagai pelumas sehinggamemungkinkan punggung
bergerak bebas. Diskus bersifat elastis, mudahkembali ke bentuk semula jika tertekan
diantara kedua vertebra.

b. Otot leher
1) Muskulus plastima yang terdapat di bawah kulit dan wajah. Otot ini menuju
ketulang selangka dan iga kedua. Fungsinya menarik sudut-sudut mulut ke
bawahdan melebarkan mulut seperti sewaktu mengekspresikan perasaan sedih
dantakut, juga untuk menarik kulit leher ke atas.
2) Muskulus sternokleidomastoideus terdapat pada permukaan lateralproc.Fungsinya
memiringkan kepala ke satu sisi, misalnya ke lateral (samping). fleksidan rotasi
leher, sehingga wajah menghadap ke atas pada sisi yang lain; kontraksikedua sisi
menyebabkan fleksi leher.
3) Muskulus longisimus kapitis terdiri dari splenius dan semispinalis
kapitis.Fungsinya adalah laterofleksi dan eksorositas kepala dan leher ke sisi yang
sama.

c. Otot bahu
1) Muskulus deltoid (otot segi tiga) Otot ini membentuk lengkung bahu
danberpangkal di bagian lateral clavicula (ujung bahu), scapula, dan tulang
2) Muskulus subkapularis (otot depan scapula) ini dimulai dari bagiandepan scapula,
menuju tulang pangkal lengan. Fungsi dari otot ini adalahmenengahkan dan
memutar humerus (tulang lengan atas) ke dalam.
3) Muskulus suprapinatus (otot atas scapula) berpangkal di lekuk sebelah atas
menuju ke tulang pangkal lengan. Fungsi otot ini adalah untuk mengangkat
lengan.
4) Muskulus infraspinatus (otot bawah scapula) Otot ini berpangkal di lekuk sebelah
bawah scapula dan menuju ke tulang pangkal lengan. Fungsinyamemutar lengan keluar.
5) Muskulus teres mayor (otot lengan bulat besar) Otot ini berpangkal di sikubawah
scapula dan menuju tulang pangkal lengan. Fungsinya bisa memutarlengan ke
dalam.
6) Muskulus teres minor (otot lengsn bulst kecil) Otot ini berpangkal di sikusebelah
luar scapula dan menuju tulang pangkal lengan. Fungsinya memutarlengan ke
luar.

2.1.3 Sendi
Sendi adalah struktur khusus pada tubuh yang berfungsi sebagai penggerak
hubungan antartulang. Jadi, sendi adalah daerah tempat dua tulang menyatu.
Hubungan antartulang itu selanjutnya disebut dengan  artikulasi.  Agar artikulasi
dapat bergerak, maka diperlukan sendi. Terbentuknya sendi dimulai dari kartilago di
daerah sendi. Kartilago akan membesar lalu kedua ujungnya akan diliputi jaringan
ikat. Kemudian kedua ujung kartilago membentuk sel – sel tulang, keduanya
diselaputi oleh selaput sendi (membran sinovial) yang liat dan menghasilkan minyak
pelumas tulang yang disebut cairan sinovial.
a. Fungsi Sendi 
1) Menghubungkan tulang yang satu dengan yang lainnya.
2) Membuat tulang yang bersatu tersebut dapat digerakkan.
3) Membuat tubuh leluasa untuk bergerak
4) Klasifikasi Struktural Persendian
b. Klasifikasi persendian secara struktural terbagi menjadi :
1) Persendian fibrosa (sendi mati), yaitu persendian yang tidak dapat digerakkan,
diimana letak tulang-tulangnya sangat berdekatan dan hanya dipisahkan oleh
selapis jaringan ikat fibrosa. Contohnya : sutura diantara tulang-tulang tengkorak.
2) Persendian kartilago (sendi yang bergerak sedikit), yaitu persendian yang tidak
memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan jaringan kartilago. Pergerakan dari
sendi ini terbatas, dimana tulang-tulangnya dihubungkan oleh tulang rawan hialin,
contohnya tulang iga.
3) Persendian sinovial (sendi yang bergerak bebas), yaitu persendian yang memiliki
rongga sendi dan diperkokoh dengan kapsul dan ligamen artikular yang
membungkusnya. Pergerakannya bebas, contohnya sendi bahu dan panggul, siku
dan lutut, sendi pada tulang-tulang jari tangan dan kaki, pergelangan tangan dan
kaki.
c. Klasifikasi Fungsional Persendian
1) Sendi sinartosis (sendi mati)
Sendi ini dibungkus dengan jaringan ikat fibrosa atau kartilago.
Sendi jenis ini antara lain adalah :
a) Sutura, yaitu sendi yang dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa rapat yang
hanya ditemukan pada tulang tengkorak. Contoh : sutura sagital dan parietal.
b) Sinkondrosis, yaitu sendi yang tulang-tulangnya dihubungkan dengan kartilago
hialin. Contoh : lempeng epifisis sementara antara epifisis dan diafisis pada
tulang panjang anak.
2) Sendi amfiartosis (sendi dengan pergerakan terbatas)
Sendi ini memungkinkan gerakan terbatas sebagai respon terhadap torsi dan
kompresi. Sendi jenis ini antara lain adalah :
a) Simfisis, adalah sendi yang kedua tulangnya dihubungkan dengan diskus
kartilago, yang menjadi bantalan sendi dan memungkinkan terjadinya sedikit
gerakan. Contoh : simpisis pubis.
b) Sindesmosis, terbentuk saat tulang-tulang yang berdekatan dihubungkan dengan
serat-serat jaringan ikat kolagen. Contoh : ditemukan pada tulang yang
bersisihan eperti radius dan ulna, serta tibia dan fibula.
c)  Gomposis, adalah sendi dimana tulang berbentuk kerucut masuk dengan pas
dalan kantong tulang, seperti pada gigi yang tertanam pada tulang rahang.

3) Sendi diartosis (sendi dengan pergerakan bebas) disebut juga sendi sinovial. Sendi


ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan sinovial.
d. Klasifikasi Persendian Sinovial
Klasifikasi persendian sinovial terdiri dari :
1) Sendi sferoidal, yang terdiri dari sebuah tulang yang masuk kedalam rongga
berbentuk cangkir pada tulang kain. Contoh : sendi panggul dan bahu.
2) Sendi engsel, terdiri dari sebuah tulang yang masuk dengan pas pada permukaan
konkaf tulang kedua, sehingga memungkinkan gerakan kesatu arah. Contoh :
sendi lutut dan siku.

3) Sendi kisar, yaitu tulang bentuk kerucut yang masuk pas cekungan tulang kedua
dan dapat berputar kesemua arah. Contoh : tulang atlas, persendian bagian
kepala.
4) Sendi kondiloid, merupakan sendi biaksial, yang memungkinkan gerakan kedua
arah disudut kanan setiap tulang. Permukaan sendi berbentuk konveks dan
bersendi dengan permukaan yang konkaf seperti sendi engsel tapi bergerak
dengan dua bidang dan empat empat arah (fleksekstensi, abduksi, dan adduksi).
Contoh : sendi antara tulang radius dan tulang karpal.
5) Sendi pelana, permukaan tulang yang berartikulasi berbentuk konkaf pada sisi
lain, sehingga tulang akan masuk dengan pas seperti dua pelana yang saling
menyatu. Satu-satunya sendi pelana sejati yang ada dalam tubuh adalah
persendian antara tulang karpal dan metakarpal pada ibu jari.

6) Sendi peluru, adalah salah satu sendi yang permukaan kedua tulang berartikulasi

berbentuk datar, sehingga memungkinkan gerakan meluncur antara satu tulang


dengan tulang yang lainnya. Persendian semacam ini disebut sendi nonaksia.
Misalnya : persendian intervertebrata, dan persendian antara tulang-tulang karpal
dan tulang-tulang tarsal.
e. Pergerakan pada Sendi Sinovial
Pergerakan sendi merupakan hasil kerja otot rangka yang melekat pada tulang yang
membentuk artikulasi dengan cara memberikan tenaga. Tulang hanya berfungsi sebagai
pengungkit dan sendi sebagai penumpu.

Beberapa pergerakan sendi antara lain adalah :

1) Fleksi, adalah gerakan memperkecil sudut antara dua tulang.


Contoh : saat menekuk siku, menekuk lutut atau menekuk torso kearah samping.
a) Dorsofleksi, adalah gerakan menekuk telapak kaki dipergelangan kearah depan
(meninggalkan daerah dorsal kaki).
b) Plantar fleksi, adalah gerakan meluruskan telapak kaki pada pergelangan kaki
2) Ekstensi, adalah gerakan yang memperbesar sudut antara dua tulang.
3) Abduksi, adalah gerakan bagian tubuh menjauhi garis tengah tubuh, seperti gerakan
abduksi jari tangan dan jari kaki.
4) Aduksi, adalah gerakan bagian tubuh saat kembali keaksis utama tubuh (kebalikan dari
gerakan abduksi).
5) Rotasi, adalah gerakan tulang yang berputar disekitar aksis pusat tulang itu sendiri tanpa
mengalami dislokasi lateral, seperti saat  menggelengkan kepala untuk menyatakan
tidak.
a) Pronasi, adalah rotasi medial lengan bawah dalam posisi anatomis, yang
mengakibatkan telapak tangan menghadap kebelakang.
b) Supinasi, yaitu rotasi lateral lengan bawah, yang mengakibatkan telapak tangan
menghadap kedepan.
6) Sirkumduksi, adalah kombinasi dari semua gerakan angular dan berputar untuk membuat
suatu ruang berbetuk kerucut, seperti saat mengayunkan lengan berbentuk putaran.
7) Inversi, adalah gerakan sendi pergelangan kaki yang memungkinkan telapak kaki
menghadap kedalam atau kearah medial.
8) Eversi, adalah gerakan sendi pergelangan kaki yang memungkinkan telapak kaki
menghadap kearah luar.
9) Protaksi, adalah memajukan bagian tubuh, seperti saat menonjolkan rahang bawah
kedepan atau memfleksi girdel pektoral untuk membusungkan dada.
10)  Retraksi, adalah gerakan menarik bagian tubuh kearah belakang, seperti saat meretraksi
mandibula.
11)  Elevasi, adalah pergerakan struktur kearah superior, seperti saat mengatupkan mulut.
12)   Depresi, adalah menggerakan suatu struktur kearah inferior, seperti saat membuka
mulut.

2.2 Pemeriksaan Fisik Muskuloskeletal


Tidak ada peralatan khusus yang diperlukan bagi pemeriksaan system
musculoskeletal.
Tujuan pemeriksaan musculoskeletal oleh ahli penyakit dalam adalah sebagai
pemeriksaan penyaring untuk mengetahui adanya gangguan fungsional pada system
musculoskeletal. Pemeriksaan ini seharusnya hanya memakan waktu beberapa menit
dan harus menjadi bagian pemeriksaan rutin semua pasien. Jika menemukan keainan
atau pasien mempunyai gejala spesifik yang berkaitan dengan sendi tertentu,
pemeriksaan yang lebih rinci di daerah itu perlu dilakukan. Uraian lengkap mengenai
pemeriksaan tiap sendi diberikan setelah pembahasan mengenai pemeriksaan penyaring.
1. Pemeriksaan Penyaring
Pemeriksaan penyaring harus memberikan perhatian khusus kepada hal-hal berikut:
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Rentang gerak pasif dan aktif
d. Kekuatan otot
e. Fungsi terpadu
1) Prinsip umum
Selama inspeksi, setiap asimetri harus dicatat. Nodulus, pelayuan, massa, atau
deformitas dapat menjadi penyebab tidak adanya kesimetrisan. Apakah ada tanda
– tanda peradangan? Bengkak, hangat, kemerahan, atau nyeri tekan mengarah
kepada peradangan. Untuk menentukan perbedaan suhu, pakailah punggung
tangan anda untuk membandingkan satu sisi dengan sisi yang lainnya.
Palpasi mungkin memperhatikan daerah nyeri tekan atau diskontinuitas suatu
tulang. Apakah ada krepitasi? Krepitasi adalah sensasi berderak yang teraba dan
sering ditemukan pada tulang rawan sendi yang menjadi kasar.
Penilaian rentang gerak sendi tertentu dilakukan setelah itu. Anda harus
menyadari sendi yang meradang atau arthritis mungkin nyeri. Gerakkan sendi ini
dengan perlahan-lahan. Fungsi otot dan fungsi terpadu biasanya diperiksa selama
pemeriksaan neurologi, dan topic ini dibicarakan dalam bab berikutnya.

2. Pengkajian Sistem Otot


Sistem otot dikaji dengan memperhatikan kemampuan merubah posisi, kekuatan otot
dan koordinasikan ukuran otot serta ukuran masing-masing otot. Kelemahan otot
menunjukkan polineuropati, gangguan elektrolit (kalsium dan kalium), miastenia grafis,
poliomyelitis, distrofi otot. Dengan palpasi otot saat ekstremitas relaks digerakkan secara
pasif akan terasa tonus otot. Mengkaji kekuatan otot dilakukan dengan palpasi otot dan
ekstremitas yang digerakkan secara pasif dan rasakan tonus otot. Ukuran kekuatan otot
dengan gradasi dan metode berikut :
Priharjo R. (1996),
Skala. Reeves (2001) Berger, dan Williams
(1999)
0 Tidak Tidak terdapat 0 % Paralisis total
3.
ada kontraktilitas
1 Sedikit. Ada bukti sedikit 10 % Tidak ada gerakan,
kontraktilitas tanpa teraba/terlihat adanya
adanya gerakan sendi kontraksi otot
2 Buruk. ROM (rentang gerak) 25 % Gerakan otot penuh
komplit dengan menentang gravitasi,
batasan gravitasi dengan sokongan
3 Sedang. ROM komplit terhadap 50 % Gerakan normal
gravitasi menentang gravitasi
4 Baik. ROM komplit terhadap 75 % Gerakan normal penuh
gravitasi dengan menentang gravitasi
beberapa resisten dengan sedikit
penahanan.
5 Normal. ROM yang komplit 100 Gerakan normal penuh,
terhadap gravitasi % menentang gravitasi
dengan resisten penuh dengan penahanan
penuh
Pemeriksaan Berjalan
Bagian pertama pemeriksaan penyaring terdiri dari inspeksi gaya gaya berjalan
sikap tubuh. Mintalah pasien untuk membuka pakaian dan hanya mengenakan pakaian
dalam saja, dan berjalan dengan kaki telanjang untuk menentukan kelainan gaya
berjalan. Mintalah pasien untuk berjalan menjauhi anada, kemudian mendekati anda
dengan berjalan di ujung jari kaki, menjauhi anda dengan berjalan diatas tumit, dan
akhirnya kembali kepada anda dengan gaya berjalan dua – dua (tandem). Jika ada
kesulitan dalam gaya berjalan, harus dilakukan perubahan dalam tindakan pemeriksaan
ini.

4. Pemeriksaan Tulang Belakang


Kurvatura normal tulang belakang konveks pada bagian dada dan konkaf pada
sepanjang leher dan pinggang. Deformitas tulang belakang yang sering terjadi meliputi :
scoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang), kifosis (kenaikan kurvatura lateral
tulang belakang bagian dada), lordosis ( membebek, kurvatura tulang belakang bagian
pinggang yang berlebihan). Kifosis terjadi pada pasien osteoporosis pada pasien
neuromuscular.
Skoliosis terjadi congenital, idiopatrik (tidak diketahui penyebabnya) atau akibat
kerusakan otot paraspinal misalnya pada poliomyelitis. Lordosis dijumpai pada penderita
kehamilan karena menyesuaikan postur tubuhnya akibat perubahan pusat gaya beratnya. 
Pemeriksaan kesimetrisan dilakukan dengan memeriksa kurvatura tulang belakang
dan kesimetrisan batang tubuh dari pandangan anterior, posterior dan lateral. Dengan
cara berdiri di belakang pasien, dan memperhatikan perbedaan tinggi bahu dan krista
iliaka. Lipatan bokong normalnya simetris. Simetri bahu dan pinggul serta kelurusan
tulang belakang diperiksa dengan pasien berdiri tegak,  dan membungkuk ke depan
(fleksi). Skoliosis ditandai dengan  abnormal kurvatura lateral tulang belakang, bahu
yang tidak sama tinggi, garis pinggang yang tidak simetri dan scapula yang yang
menonjol, akan lebih jelas dengan uji membungkuk kedepan. Lansia akan mengalami
kehilangan tinggi badan karena hilangnya tulang rawan dan tulang belakang.

5. Pemeriksaan Sendi Temporomandibular


Pasien dengan gangguan sendi temporomandibular (TMJ) mungkin mengeluh nyeri
rahang unilateral atau bilateral. Nyeri memburuk dipagi hari dan setelah makan. Pasien
mungkin mengeluh “bunyi klik’ pada rahangnya.
Untuk memeriksa sendi, letakkan jari telunjuknya didepan tragus dan menyuruh
pasien untuk membuka dan menutup mulutnya dengan perlahan.
6. Pemeriksaan Bahu
Inspeksi bahi untuk melihat adanya defrmitas, pelayuan, atau asimetri. Bahu harus
dipalpasi untuk menemukan daerah nyeri tekan setempat. Rentang gerak untuk abduksi,
aduksi, rtasi eksternal dan internal, dan fleksi diperiksa dan dibandingkan dengan sisi
lainnya. Catatlah kalau ada nyeri.

7. Pemeriksaan Siku
Palpasi siku untuk mengetahui adanya pembengkakan, massa, nyeri tekan atau
nodulus. Untuk memeriksa pronasi dan supinasi siku harus difleksikan 90 0 dan diletakan
diatas meja. Tennis elbow, yang dikenal sebagai epikondilitis lateral, merupakan penyakit
yang lazim dijumpai dan ditandai dengan nyeri di daerah epikondilus lateral humerus.
8. Pemeriksaan Pergelangan Tangan
Palpasi sendi pergelangan tangan di antar ibu jari dan jari telunjuk, dengan
memperhatikan adanya nyeri tekan, bengkak, atau kemerahan.
Kalau mencurigai diagnosis carpal tunnel syndrome, ketukan tajam atau tekanan
langsung diatas nervus medianus dapat menyebabkan timbulnya parestesi seperti pada
carpal tunnel syndrome. Tanda ini disebut tanda Tinel.
9. Pemeriksaan Tangan
Palpasi sendi metakarpofalangeal dan perhatikan setiap pembengkokan, kemerahan,
nyeri tekan.
10. Pemeriksaan Pinggul
Pemeriksaan dilakukan dengan pasien berdiri dan berbaring telentang.
Inspeksi puinggul dan gaya berjalan telah diuraikan diatas. Pasien diminta untuk
berdiri di atas tungkai yang baik, maka akan memperlihatkan pelvis pada sisi yang
berlawanan terangkat naik, dan jika buruk maka pelvis sisi yang berlawanan akan turun.
11. Pemeriksaan Lutut
Pemeriksaan lutut dilakukan pada pasien dalam posisi berdiri dan berbaring
telentang.
Ketika berdiri, perhatikan adanya deformitas varus atau valgus. Apakah ada
pembengkakan lutut? Tanda dini pembengkakan sendi lutut adalah hilangnya cekungan
ringan pada sisi lateral patella.
Pasien kemudian diminta berbaring telentang, patella dipalpasi dengan posisi
ekstensi untuk melihat adanya nyeri tekan. Dengan menekan ke kvndilus femoralis,
mungkin akan timbul nyeri. Pemeriksaan efusi sendi lutut dilakukan dengan menekan
cairan tadi keluar dari kantng suprapatela kebawah dan dibelakang patella.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung
jawab terhadap pergerakan. Komponen utama system musculoskeletal adalah
jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot, tendon, ligament, bursae, dan
jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.
3.2 Saran
1. Saat melakukan pengkajian muskuloskeletal harus secara sistematos teliti
dam terarah
2. Saat akan melakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu harus mengetahui
tentang anatomi dan fisiologi sistem muskuloskeletal dan integrasinya dengan
sistem neurology dan intergrumen

Anda mungkin juga menyukai