NO TINDAKAN
1 Persiapan Alat
a. Baki beralas dan penutup
b. Spignomanometer
c. Stetoschop
d. Thermometer
e. Pen light
f. Refleks hammer
g. Penggaris 2 buah (jika di curigai ada peningkatan JVP)
h. Kayu putih, kopi, gula pasir, garam
i. Bak Instrumen kecil berisi sudip lidah, tissue, catton bud 2 buah
j. Bengkok
k. Sarung tangan bersih
2 Pelaksanaan
a. Kontrak waktu
b. Menganjurkan ibu untuk buang air kecil terlebih dahulu jika dirasa kandung kemih penuh
c. Mengatur posisi ibu
d. Membuka bagian tubuh yang akan diperiksa dengan memperhatikan privacy
e. Melakukan pemeriksaan Inspeksi, auskultasi, pelpasi, dan perkusi secara sistematis
1. Kaji respon klien (Tingkat kesadaran, pusing, hipotensi orthostatic) dan ukur TTV ibu
2. Kepala (keluhan pusing/ sakit kepala,warna rambut, keadaan)
3. Muka (Hyperpigmentasi, Cloasma gravidarum, oedema)
4. Mulut (Keluhan, mukosa mulut & bibir, keadaan gigi, fungsi pengecapan, keadaan mulut, fungsi menelan)
5. Mata (Keluhan, reaksi alergi, perdarahan, keadaan/kebersihan)
6. Telinga (Keluhan, keadaan, fungsi pendengaran)
7. Leher (Pembengkakan, pembesaran kelenjar thyroid, Distensi vena jugularis, pembesaran KGB)
8. Daerah dada: inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
9. Jantung dan Paru-paru (suara nafas, bunyi jantung, palpitasi,kesimetrisan, retraksi dada)
10. Payudara: periksa ada tidaknya pembendungan ASI atau tanda yang dicuriga kanker payudara*
(pembesaran/pembengkakan, bentuk buah dada, Hyperpigmentasi oreola, keadaan puting susu, cairan yang
keluar/kolustrum/ASI, skala nyeri, keadaan/kebersihan)
*posisi tangan pasien keatas atau menekuk di bawah kepala saat pemeriksaan ada tidaknya pembesaran KGB
di bawah ketiak
11. Abdomen : inspeksi, auskultasi, palpasi,Perkusi (keluhan, tinggi FU*, Konsistensi uterus, posisi uterus,
Diastasis Rectus Abdominis (DRA), Luka SC, bising usus)
*pastikan kandung kemih pasien kosong saat pemeriksaan TFU
12. Genitalia Eksterna: Pemeriksaan pasien dlm keadaan tidur miring (Oedema, Varices, Lochea, Blas,
kebersihan, perineum, luka jahitan episiotomy), Anus (keluhan hemoroid)
13. Ekstremitas atas dan bawah (keluhan, Refleks patella, Varices, Oedema, simetris, kram (Homan sign)
14. Rapikan Alat dan pakaikan serta rapikan pakaian pasien
NO TINDAKAN
1 PERSIAPAN ALAT
1. Pengalas (Perlak dan Kain)
2. Kapas sublimat/cebok + air DTT/NaCl 0,9%
3. Sarung tangan
4. Pinset anatomis
5. Kain kassa (minimal 5/6)+ Betadine pada Kom (Jika ada luka jahitan perineum)
6. Pispot
7. Sabun
8. Larutan Klorin
9. Selimut Ekstra
10. Bengkok 2 buah
11. Gurita dan duk/ Pembalut (Jika perlu)
12. Tempat sampah medis
2 Persiapan Pasien
1. Beritahu pasien tentang hal yang akan dilakukan
2. Siapkan lingkungan
3 Pelaksanaan
a. Pasang sampiran/pintu/jendela ditutup
b. Pasang selimut ekstra
c. Buka pakaian pasien bagian bawah
d.Cuci tangan
e. Atur posisi pasien Dorsal Recumbent
f. Pasang pengalas/pispot di bawah bokong pasien
g. Pakai sarung tangan, tangan non dominan membuka vulva dengan ibu jari dan telunjuk, bila vulva kotor sekali
cuci dengan sabun, bilas dengan air bersih
h. Ambil kapas DTT/Nacl 0,9% dengan pinset yang sudah diperas, bersihkan Vulva dari atas ke bawah, mulai dari
daerah terluar, labia mayora, labia minora dan terakhir bagian tengah
i. Buang kapas kotor dari bengkok, lakukan tindakan tersebut beberapa kali sampai vulva sekitarnya bersih
j. Beri betadine pada daerah luka episiotomy dengan cara cukup dioleskan saja (Jika Perlu)
k. pembalut dan gurita (jika perlu)
l. Angkat pengalas
m. Rapikan dan pasang pakaian bawah pasien
n. Mengatur kembali posisi pasien
o. Masukan pinset bekas pakai ke dalam larutan klorin 0,5% dan rendam selama 10’
p. Buang sampah bekas pakai ke tempat sampah medis
q. Cuci tangan, sebelum dilepaskan dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dalam keadaan terbalik,
biarkan sarung tangan terendam dalam larutan klorin selama 10’
r. Alat-alat dirapihkan
s. Perawat cuci tangan
t. Sampiran di buka
4 Dokumentasikan Tindakan dan respon pasien
NO TINDAKAN
1 Persiapan alat
1. Midline dan Monoaural/doppler
2. Refleks Hammer
3. Spignomanometer dan stetoskop serta termometer
2 Pelaksanaan Pemeriksaan Ibu Hamil
1. Anjurkan ibu untuk berkemih dahulu jika teraba distensi kandung kemih
2. Atur posisi pasien
3. Memberikan privacy pada pasien dengan memasang sampiran
4. cuci tangan sebelum tindakan
5. Kaji penampilan umum ibu, TB dan BB, dan TTV ibu
6. Kepala: Kebersihan dan warna rambut
a.Muka: Chloasma gravidarum
b.Mata: Konjungtiva , sklera dan pandangan kabur (curigai Preeklamsi)
c. Hidung, Mulut dan telinga (kebersihan, pernafasan, sariawan, dan fungsi pendengaran)
d.Leher: pembesaran tiroid, peningkatan JVP
7. Dada:
a. Paru dan Jantung : Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan Auskultasi
b. Payudara: kebersihan, putting, massa, dan kolostrum
8. Abdomen: Inspeksi: Striae, linea nigra dan luka sc, Auskultasi: bising usus, Palpasi: Leopold
9. Pemeriksaan Leopold: (Pastikan kandung kemih kosong/tidak ada distensi)
Minta ibu untuk posisi terlentang meletakan kedua telapak kaki pada ranjang sehingga terjadi sedikit fleksi
pada sendi paha, lutut untuk mengurangi ketegangan dinding perut.
(Pemeriksa menghadap ke muka ibu saat periksa leopold I-III dan menghadap ke kaki saat periksa Leopold IV)
10. Tutup paha dan kaki ibu dengan kain yang telah disediakan
11. Melakukan pemeriksaan Leopold
a. Leopold I
(untuk menentukan Tinggi fundus uteri dan bagian bayi yang ada pada bagian itu, jika teraba bulat, melenting
dan keras maka kepala bayi)
b. Leopold II
(untuk menentukan bagian mana yang punggung dan bagian-bagian kecil ekstremitas)
c. Leopold III
(untuk menentukan bagian terbawah bayi, jika teraba bulat melenting dan keras maka kepala, jika teraba
besar, tidak bulat dan lembut maka bokong. Menentukan apakah sudah masuk PAP atau belum dengan
ballotement test)
d. Leopold IV
(untuk menentukan apakah posisi bayi sudah konvergen, sejajar atau divergen)
12. Melakukan pemeriksaan Auskultasi DJJ: Untuk menentukan DJJ dengan menggunakan Monoaural/Doppler
selama 1 menit (DJJ normal 120-160 x/menit)
13. Genetalia: Chadwik sign, oedem, varises vagina, flour albus dan hemoroid
14. Ektremitas: Varises, oedema, Homan sign, reflex patella
15. Letakan semua peralatan yang telah digunakan pada tempat semula
16. Beritahukan bahwa prosedur pemeriksaan telah selesai, dan rapikan kembali pakaian pasien
3 Dokumentasikan hasil pemeriksaan dan respon Pasien
NO TINDAKAN
1 Persiapan Alat
Meja/ Troly bagian atas :
A. Perlak
B. Set Persalinan (Steril)
1. Sarung tangan 3 bh (2 Ka + 1Ki)
2. Kom kecil berisi kapas sublimat min 14 buah
3. Kom berisi bethadin
4. ½ Kocler 1 buah
5. Duk bolong steril 1 buah
6. Duk Steril 1 buah
7. Gunting Episiotomi I buah
8. Kassa 3 lembar
9. Klem arteri 2 buah
10. Lidi kapas 2 buah
11. Gunting tali pusat 1 buah
12. Benang tali pusat 1 buah
13. Penghisap lendir 1 buah
14. Kateter logam 1 buah
C. Set hecting Steril
1. Tampon 1 buah
2. Jarum Otot 1 buah
3. Jarum Kulit 1 buah
4. Nald fooder 1 buah
5. Pinset bergigi 1 buah
D. Lenec
E. Tromol kassa Steril
F. Korentang pada tempatnya
G. Spuit 2,5 cc 1 buah
H. Methergin 1 ampul
I. Cyntocinon 1 ampul
Meja/ Trolly bagian bawah :
A. Bengkok ( 1 untuk VH dan 1 untuk air ketuban ) 2 buah
B. Pispot 1 buah
C. Baki untuk Placenta 1 buah
D. Baskom berisi air untuk membersihkan ibu sabun/savlon 1 buah
2 PELAKSANAAN
1. Menyiapkan peralatan lengkap dan disimpan dekat klien sehingga memudahkan pekerjaannya.
2. Cuci tangan
TAHAP KEGIATAN
PRAORIENTASI 1. Verifikasi pasien/ibu
2. Mengkaji kebutuhan ibu untuk dilakukan pijat oksitosin
3. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran ASI pada ibu
4. Mempersiapkan peralatan yang digunakan:
a. Baby Oil/ minyak kelapa atau minyak urut sesuai kenyamanan pasien
b. Handuk kecil 1 buah
c. Pakaian pasien
5. Mencuci tangan sebelum ke pasien
ORIENTASI 1. Mengenalkan diri perawat
2. Identifikasi pasien
3. Menyampaikan tujuan dan prosedur tindakan
4. Menyampaikan kontrak waktu
5. Memberikan kesempatan pasien bertanya sebelum tindakan
KERJA 1. Sebelum mulai dipijit ibu sebaiknya dalam keadaan telanjang dada dan
menyiapkan cangkir yang diletakan di depan payudara untuk menampung ASI
yang mungkin menetes saat pemijatan dilakukan.
2. Menghangatkan tangan perawat dengan menggosokkan baby oil atau minyak
terlebih dahulu sebelum menyentuh pasien agar tangan perawat tidak dirasa
terlalu dingin menyentuh kulit pasien/ibu
3. Jika mau ibu bisa melakukan kompres hangat dan pijat payudara terlebih
dahulu (jika diperlukan)
4. Ada 2 posisi yang bisa ibu coba,yang pertama ibu bisa terlungkup di meja atau
posisi ibu telungkup pada sandaran kursi atau Ibu duduk, bersandar ke depan,
lipat lengan di atas meja di depannya dan letakkan kepala di atas lengannya.
5. Payudara tergantung lepas tanpa pakaian
6. Carilah tulang yang paling menonjol pada tengkuk/ leher bagian belakang atau
disebut cervical vertebrate 7.
7. Dari titik tonjolan tadi turun ke bawah kurang lebih 2 cm dan ke kiri kanan
kurang lebih 2 cm. Di situlah posisi jari diletakan untuk memijat.
8. Memijat bisa menggunakan jempol tangan kiri dan kanan,atau punggung
telunjuk kiri dan kanan atau Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu
dengan menggunakan dua kepalan tangan dengan ibu hari menunjuk ke depan.
11. Pada saat bersamaan, pijat kearah bawah pada kedua sisi tulang belakang, dari
leher kea rah tulang belikat dan lakukan sebaliknya lagi dari bawah ke atas
12. Lakukan tindakan tersebut selama 5-10 menit dan bisa dilakukan berkali-kali
dalam sehari.
13. Rapikan kembali alat-alat
14. Bantu pasien memakai pakaian kembali
15. Perawat cuci tangan
(Depkes RI, 2007)
TERMINASI 1. Melakukan evaluasi tindakan dengan menanyakan respon pasien setelah
dilakukan tindakan
2. Memberikan reinforcement positif kepada pasien
3. Mengakhiri tindakan dan mengucap salam ke pasien
4. Melakukan dokumentasi dengan menuliskan hasil evaluasi pasien dengan jelas
disertai paraf dan nama terang perawat meliputi nama pasien, waktu, tindakan,
dan respon pasien.
TAHAP KEGIATAN
PRAORIENTA 1. Verifikasi pasien/ibu
SI 2. Mengkaji kebutuhan ibu untuk dilakukan pijat oksitosin
3. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran ASI pada ibu
4. Mempersiapkan peralatan yang digunakan:
a. Handuk kecil 2 buah
b. Gelas atau botol dot bayi yang steril (Gelas atau kom bersih jika
ASI tidak untuk diminumkan ke bayi)
c. Pakaian pasien
d. Baby oil/minyak kelapa (jika diperlukan)
5. Mencuci tangan sebelum ke pasien
ORIENTASI 1. Mengenalkan diri perawat
2. Identifikasi pasien
3. Menyampaikan tujuan dan prosedur tindakan
4. Menyampaikan kontrak waktu
5. Memberikan kesempatan pasien bertanya sebelum tindakan
KERJA a. Membantu melepaskan pakaian atau bra pasien
b. Memasang 1 handuk kecil di bagian punggung pasien dan 1 handuk
kecil di bagian paha ibu.
c. Melakukan kompres dengan air hangat terlebih dahulu pada payudara
ibu jika terjadi pembengkakan pada payudara selama 3-5 menit.
d. Meminta pasien/ibu memegang gelas atau botol dot steril tepat di bawah
areola payudara yang akan di perah (jika ASI tidak untuk di minumkan
ke bayi maka gelas/kom bersih bisa digunakan)
e. Meletakkan ibu jari dan dua jari lainnya (jari telunjuk dan jari tengah
sekitar 1-1,5 cm dari areola. Tempatkan ibu jari di atas areola pada
posisi jam 12 dan jari lainnya di posisi jam 6 (Tangan membentuk huruf
C)
f. Mendorong ke arah dada dengan menggunakan ibu jari dan dua jari
lainnya, hindari meregangkan jari
g. Menggulung menggunakan jari dan jari lainnya secara bersamaan.
Menggerakkan ibu jari dan jari lainnya hingga menekan sinus laktiferus
hingga kosong. Jika dilakukan dengan tepat, maka ibu tidak akan
kesakitan saat memerah.memperhatikan posisi dari ibu jari dan jari
lainnya. Posisi jari berubah pada tiap gerakan mulai dari posisi push
(jari terletak jauh di belakang areola) hingga posisi roll (jari terletak di
sekitar areola)
TAHAP KEGIATAN
PRAORIENTA 1. Verifikasi pasien/ibu
SI 2. Mengkaji kebutuhan ibu untuk perawatan luka post SC
3. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi Penyembuhan luka
4. Mempersiapkan peralatan yang digunakan:
Steril:
a. Pinset anatomis steril 1
b. Pinset sirrugis steril 1
c. Bak instument steril
d. Sarung tangan steril 1
e. Kassa steril sesuai kebutuhan
f. Kom steril 2 buah
Bersih:
g. Pinset anatomis bersih 1
h. Sarung tangan bersih 1
i. Bengkok
j. Plester atau hypafix
k. Gunting verban/hypafix
l. Cairan Nacl 0,9%
m. Cairan Savlon/betadine 10% jika perlu
n. Wound dressing jika ada
o. Obat-obatan/salep sesuai resep dokter
p. Perlak/alas
5. Mencuci tangan sebelum ke pasien
ORIENTASI 1. Mengenalkan diri perawat
2. Identifikasi pasien
3. Menyampaikan tujuan dan prosedur tindakan
4. Menyampaikan kontrak waktu
5. Memberikan kesempatan pasien bertanya sebelum tindakan
KERJA 1. Mendekatkan alat ke dekat pasien
2. Menutup tirai/menjaga privacy
3. Memposisikan pasien yang terlentang
4. Menyisihkan pakaian pasien di bagian perut/abdomen sehingga luka
post SC terlihat
5. Menggunakan sarung tangan bersih
6. Buka bak instrumen steril dengan hati- hati, sisihkan bagian pinset
dengan posisi sedikit berdiri untuk mempertahankan bagian ujung
pinset tetap steril
7. Tuangkan cairan Nacl 0,9% ke kom steril secukupnya dan tuangkan
cairan savlon/betadin 10% di kom steril satunya secukupnya
8. Siapkan obat-obatan/salep/gel/sofratul jika ada
9. Siapkan dan gunting plester atau hypafix untuk menutup luka sesuai
ukuran luka
10. Pasang perlak/alas di bawah perut ibu atau di area yang rentan terkena
aliran cairan luka saat luka dibersihkan
11. Dekatkan bengkok di area luka yang akan dibersihkan
12. Buka verban luka sebelumnya dengan menggunakan tangan atau pinset
anatomis yang bersih, bisa membasahi bagian ujung hypafix atau verban
dengan cairan Nacl atau air atau alkohol untuk memudahkan membuka
plester/verban/hypafix.
MODUL SOP TINDAKAN KEPERAWATAN MATERNITAS STIKEP PPNI JAWA BARAT
13. Taruh bekas verban di bengkok dan kaji kondisi dan karakteristik luka
14. Ganti sarung tangan steril jika ada
15. Siapkan kassa steril sesuai kebutuhan tergantung jenis dan kebersihan
luka, minimal 5 lembar, 2 untuk membersihkan, 1 mengeringkan, 2
penutup luka.
16. Masukkan beberapa kassa kedalam kom berisi Nacl 0,9% dan beberapa
kassa di kom berisi cairan savlon/betadin 10% dengan pinset lalu peras
dan sisihkan di dalam kom steril/pertahankan agar tetap steril (peras bisa
menggunakan 2 pinset steril atau menggunakan sarung tangan steril)
17. Bersihkan luka dengan cairan Nacl 0,9% dari arah dalam keluar atau
dari bagian yang kotor ke bersih, dari area yang lebih tinggi ke rendah
agar kotoran tidak kembali ke bagian luka. Lakukan berulang kali
sampai bersih dan beri sedikit penekanan agar eksudat bisa keluar (bisa
dilanjutkan dengan cairan savlon jika ada)
18. Keringkan luka dengan kassa steril yang kering sampai benar agar
plester/hypafix penutup luka dapat menempel
19. Berikan obat sesuai kondisi luka dan resep dokter jika ada
20. Buang semua kassa kotor ke bengkok
21. Tutup luka dengan kassa steril kering dan fiksasi dengan plester/hypafix
(bisa langsung di tutup menggunakan wound dressing jika ada)
22. Rapikan alat dan pakaian pasien
23. lepas sarung tangan dan cuci tangan
TAHAP KEGIATAN
PRAORIENTA 1. Verifikasi pasien/ibu
SI 2. Mengkaji kebutuhan ibu untuk pemeriksaan ginekologi
3. Mempersiapkan peralatan yang digunakan:
a. Meja periksa
b. Lampu periksa
c. Sarung tangan steril
d. Tensimeter
e. Stetoskop
f. Timbangan BB
g. Pengukur TB
h. Termometer
i. Meteran
j. Stetoskop Laennec / Doppler
k. Duk steril
l. Alkohol 70%
m. Povidone Iodine
n. Kapas steril
o. Kassa Steril
p. Spekulum dan klem sesuai kebutuhan
4. Pemeriksaan Pelvis
Pemeriksaan ini biasanya membuat pasien was-was. Sebelum
melakukannya, pemeriksa sebaiknya mendekati pasien, sehingga pasien
mau bekerjasama dalam pemeriksaan ini.Pemeriksaan dilakukan dengan
pasien dalam posisi litotomi, dengan posisi berbaring lemas dan
meletakkan kakinya pada foot rest, untuk melemaskan bagian panggul.
Perineum harus berada tepat pada tepi meja pemeriksaan, kemudian
pemeriksa menggunakan sarung tangan secara aseptik.
23. P e m b a l u t
24. 2 Tempat sampah (untuk sampah medis dan non medis)
25. Tempat plasenta (bejana)
26. 2 w a s l a p
27. Wadah untuk air memandikan
28. Klorin/byclin
29. B e n g k o k 2 b u a h
30. Kain untuk alas bokong
Modul Laboratorium Keperawatan Maternitas_STIKep PPNI Jawa Barat
KEGIATAN
I. MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua tangan
dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk
satu kali pakai/pribadi yang bersih.
5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.
6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan
disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus set/wadah
disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik)..
KEGIATAN
10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal ( 100 – 180 kali / menit ).
• Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
• Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-
hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
IV. MENYIAPKAN IBU & KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES PIMPINAN MENERAN.
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu
ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
• Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan
pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman
persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan.
• Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung
dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk meneran. (Pada saat ada
his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran :
• Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinganan untuk meneran
• Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.
• Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (tidak meminta
ibu berbaring terlentang).
• Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
• Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.
• Menganjurkan asupan cairan per oral.
• Menilai DJJ setiap lima menit.
• Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu
120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60/menit (1 jam) untuk ibu
multipara, merujuk segera.
Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran
• Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang aman. Jika
ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, menganjurkan ibu untuk mulai meneran
pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi.
• Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setalah 60
menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI.
14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, meletakkan handuk
bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.
17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
KEGIATAN
VI. MENOLONG KELAHIRAN BAYI
Lahirnya kepala
18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan
satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kelapa bayi dan lakukan
tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala
keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas
cepat saat kepala lahir.
• Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut dan hidung setelah
kepala lahir menggunakan penghisap lendir DeLee disinfeksi tingkat tinggi atau
steril atau bola karet penghisap yang baru dan bersih.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang bersih.
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi,
dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi :
• Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi.
• Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat
dan memotongnya.
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Lahir bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing-masing
sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan
lembut menariknya ke arah bawah dan kearah keluar hingga bahu anterior muncul di
bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar
untuk melahirkan bahu posterior.
23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di
bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke
tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum,
gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.
Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan
anterior bayi saat keduanya lahir.
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior)
dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat panggung dari kaki
lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.
VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi
kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek,
meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan).
26. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian pusat.
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan
urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm
dari klem pertama (ke arah ibu).
KEGIATAN
28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong
tali pusat di antara dua klem tersebut.
29. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang
bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka.
Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, mengambil tindakan yang sesuai.
30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya
dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
VIII. MANAGEMENT TALI PUSAT TERKENDALI
Oksitosin
31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen
untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan oksitosin 10 unit IM
di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
Penegangan tali pusat terkendali
35. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang pubis,
dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan
uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah bawah
pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian
bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial)
dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak
lahir setelah 30 – 40 detik, menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga
kontraksi berikut mulai.
• Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga
untuk melakukan ransangan puting susu.
Mengeluarkan plasenta.
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke arah
bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan
tekanan berlawanan arah pada uterus.
• Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5 – 10
cm dari vulva.
• Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit :
- Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
- Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih
dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.
- Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
- Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
- Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.
KEGIATAN
38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan
menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-
hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan
melahirkan selaput ketuban tersebut.
• Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril
dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari
tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan
bagian selapuk yang tertinggal.
Pemijatan Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus,
meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar
dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput
ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan
plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
• Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selam 15 detik
mengambil tindakan yang sesuai.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit
laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5
%, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air
disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan tali
disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan dengan simpul
mati yang pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5 %.
47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan handuk
atau kainnya bersih atau kering.
KEGIATAN
EVALUASI
52. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama satu
jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
• Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama
pasca persalinan.
• Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi
(10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi
54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.
55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan cairan
ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan
keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.
57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin
0,5% dan membilas dengan air bersih.
58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan
bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Dokumentasi