TEMPAT PRAKTEK
BIDAN MANDIRI PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE (ANC)
LEOPOLD I
Tentukan bagian janin yang terdapat di fundus, dengan cara
tangan kanan kiri meraba bagian fundus. (dilakukan sejak
awal trimester 1 menggunakan pita ukur bila usia kehamilan
≥20 minggu.
LEOPOLD II
Untuk menentukan bagian apa yang terdapat di samping
kanan dan kiri perut ibu (dilakukan mulai akhir trimester
II).
Dengan tekhnik :
1. Pemeriksa menghadap ke arah muka pasien
2. Untuk memeriksa bagian kanan janin, tangan kiri
memfiksasi dan tangan kanan meraba bagian janin.
3. Untuk memeriksa bagian kiri janin, tangan kanan
memfiksasi dan tangan kiri meraba bagian janin.
LEOPOLD III
Untuk menentukan bagian apa yang terdapat pada bagian
bawah perut dan apakah bagian terbawah janin sudah
masuk PAP
Dengan tekhnik :
Satu tangan pemeriksa di fundus uteri dan satu tangan lagi
di pinggir atas sympisis dengan ibu jari pada bagian kanan
dan 4 jari yang lainnya di sebelah kiri kemudian di
goyangkan dan bagian apa yang teraba di bagian bawah.
Jika masih dapat digoyangkan berarti belum masuk PAP,
jika tidak dapat digoyangkan berarti sudah masuk PAP.
LEOPOLD IV
Untuk menentukan sampai seberapa bagian terbawah janin
masuk PAP.
Dengan tehnik :
kaki di luruskan , Posisi pemeriksa menghadap ke kaki
pasien
(Dilakukan jika perlu yaitu pada pemeriksaan ini dilakukan
bila kepala sudah masuk PAP) jika 5/5 yang teraba berarti
kepala belum masuk PAP 4/5 yang teraba berarti kepala
sudah masuk PAP 1/5
3/5 yang teraba berarti kepala sudah masuk PAP 2/5
2/5 yang teraba berarti kepala sudah masuk PAP 3/5
1/5 yang teraba berarti kepala sudah masuk PAP 4/5
Ket :
Ciri Kepala : Bulat, keras, melenting (syarat belum masuk
PAP) Bulat, keras (sudah masuk PAP)
Ciri Bokong : Agak bulat, lunak, tidak melenting
Ciri Punggung : memanjang, keras, seperti papan
Ciri ekstremitas : Bagian – bagian kecil janin, jari - jari.
Auskultasi
Menghitung Djj 1 menit penuh, di punktum maksimum
kuadaran kanan/kiri, atas/bawah (jika usia kehamilan ≥16
minggu)
Dengan tekhnik :
1. Pemeriksaan dengan Dopler tempelkan langsung disesuaikan
dimana area punggung bayi
2. Pemeriksa menghadap kearah kaki pasien / berhadapan
dengan pasien
3. Letakkan linek di bagian kuadran, kemudian kita meraba
nadi ibu kemudian mendengarkan Djj setelah kita dapatkan
maka hasilnya DJJ lebih cepat dari nadi Ibu (berarti DJJ
tepat).
4. Extremitas
Lakukan pemeriksaan dengan cara inspeksi dan palpasi
kaki pada daerah pretibia dan punggung kaki / metatarsalia
untuk mengetahui oedem / tidak., varises
5. Anogenital, pemeriksaan dengan cara : Atur posisi pasien
dorsal recumbent
a. Pasangkan perlak dan alas di bawah bokong pasien
b. Siapkan dan dekatkan alat ke dekat pasien
c. Cuci tangan dan pasang hand scound
d. Lakukan pemeriksaan genetalia eksterna dan anus
e. Inspeksi vulva : adakah cairan pervaginaan ( secret ),
amati warna dan bau
f. Palpasi adakah pembengkakan, benjolan mulai dari
klitoris, uretra, kelenjar skene, kelenjar bartholini
g. Lakukan pemeriksaan anus bersamaan pemeriksaan
genetalia, lihat adakah kelainan, misalnya hemorrhoid (
pelebaran vena) di anus dan perineum, lihat
kebersihannya
h. Di Lakukan Vulva Hygiene jika di perlukan
i. Alat-alat dirapikan (alat yang sudah dipakai
dimasukkan ke klorin)
j. Pemeriksa mencuci hand scoun yang dikenakan
langsung ke dalam larutan klorin
k. Pasien dirapikan kembali
l. Cuci tangan (pemeriksa mencuci tangannya memakai
sabun dengan air yang mengalir)
6. Pasien di suruh duduk bersila
Lakukan pemeriksaan perkusi pada daerah pinggang
sejajar dengan lumbal III kiri dan kanan,kaji apakah klien
merasa nyeri atau tidak
7. Pasien di anjurkan duduk di pinggir tempat tidur dengan
kaki terjuntai kemudian dilakukan pemeriksaan refleks
patella kanan dan kiri. Normalnya +/+ Pasien di suruh ganti
baju dan pemeriksa membereskan tempat tidur.
8. Mencuci tangan (Sesuai SOP Cuci tangan)
9. Melakukan Skrining Status Imunisasi Tetanus dan Covid-19 dan
berikan imunisasi tetanus difteri (Td) dan vaksinasi Covid-19
bila diperlukan.
10. Wajib Kolaborasi pada trimester 1 dan 3 oleh DOKTER
umum/spesialis.
C. Evaluasi
1. Memberitahu hasil pemeriksaan
2. Melakukan tatalaksana kasus sesuai hasil pemeriksaan dan
kewenangan.
3. Memberikan konseling pada ibu tentang perawatan sesuai
usia kehamilan dan usia ibu, gizi ibu hamil, kesiapan mental,
mengenali tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas,
persiapan persalinan, kontrasepsi pasca persalinan,
perawatan bayi baru lahir, IMD, ASI eksklusif.
4. Memastikan rencana persalinan* dan rencana KB
pascapersalinan* dengan ibu (*ibu kehamilan trimester 3) dan
jadwal kunjungan berikut.
5. Memberikan Tablet tambah darah (minimal 90 tablet selama
kahamilan) dan obat yang diperlukan.
6. Mencatat semua hasil pemeriksaan dan obat yang diberikan pada
buku KIA ibu.
7. Mencatat pada kohort ibu dan kartu taksiran persalinan
Penanggung jawab : Paraf :
....................................
Catatan : pemeriksaan fisik umum pada kunjungan selanjutnya dilakuan secara terfokus
PERSALINAN NORMAL (INC)
PRAKTEK BIDAN
MANDIRI INTRANATAL CARE (INC)
No. Dokumen
No Revisi 00
................................. SOP Tanggal Terbit
Halaman 1-8
Pengertian Suatu tidakan pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah
cukup bulaan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir
scara spontan dengan persentari kepala dan tanpa komplikasi.
Prosedur
I MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA
1. Mendengar dan melihat tanda kala dua persalinan
o Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
o Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum
dan vagina Perineum tampak menonjol
o Vulva dan sfingter ani membuka
....................................
B. Pelaksanaan
1) Melakukan informconsent
2) Menggunakan APD (level disesuaikan)
3) Mencuci tangan dan memakai handscoon
4) Memeriksa tanda-tanda vital (tensi, suhu, nadi dan pernafasan)
5) Melakukan pemeriksaan pada muka ibu (mata conjungtiva
pucat/tidak,sclera ikterus/tidak,muka oedema/tidak
6) Melakukan pemeriksaan payudara:
a. Meminta pasien berbaring dengan lengan kiri di atas kepala,
kemudianpalpasi payudara kiri secara sistematis sampai ke
ketiak, raba adanyamasa, benjolan yang membesar,
pembengkakkan atau abses.
b. Ulangi prosedur pada lengan kanan dan palpasi payudara
kananhingga ketiak.
7) Melakukan pemeriksaan abdomen:
a. Palpasi untuk mendeteksi ada atau tidaknya uterus diatas
pubis(involusi uteri).
b. Palpasi untuk mendeteksi adanya masa atau kelembekan
(konsistensiuterus)
c. Periksa bekas luka jika operasi baru.
8) Memeriksa kaki untuk: Varises vena.Kemerahan pada
betis.Tulang kering, pergelangan kaki, jika adanya edema maka
perhatikan tingkat edema, pitting jika ada.
9) Menekuk betis untuk memeriksa nyeri betis (tanda-tanda
human positif/tanda-tanda tromboflebitis).
10) Membantu pasien pada posisi untuk pemeriksaan genetalia dan
perineu (dengan menggunakan handscoon dan memasang perlak):
a. Memposisikan pasien litotomi.
b. Melakukan vulva hygine.
c. Perhatikan lochea (bau, warna dan konsistensi).
d. Perhatikan perineum (bekas jahitan).
11) Memberitahu klien tentang hasil pemeriksaan.
12) Memberikan KIE tentang tanda tanda bahaya nifas
13) Melepaskan handscoon dan menaruh dalam larutan klorin 0,5%.
14) Merapikan pasien danalat.
15) Mencuci tangan dengan sabun dan mengeringkan dengan handuk
yang
E. Evaluasi
1) Melakukan Tatalaksana Kegawatdaruratan apabila ditemukan tanda-
tanda kegawatdaruratan sesuai wewenang
2) Memberitahu hasil pemeriksaan
3) Memberikan Vit A (200,000iu) 2x1 Jarak 2 Jam
4) Dokumentasi hasil tindakan yang dilakukan
5) Mencatat Pada Kohort Ibu, Buku KIA dan Kartu Ibu
.........................................
Catatan : pemeriksaan fisik umum pada kunjungan selanjutnya dilakuan secara terfokus
SOP ASUHAN PERAWATAN BAYI BARU LAHIR
PRAKTEK BIDAN
MANDIRI PERAWATAN BARU LAHIR (BBL)
No. Dokumen
No Revisi 00
SOP
...................................
Tanggal Terbit
Halaman 1-4
Pengertian Suatu tindakan pemeriksaan yang dilaksanakan untuk mendeteksi
adanya komplikasi pada bayi baru lahirdalam 24 jam pertama
Tujuan Sebagai acuan dalam melaksanakan pemeriksaan fisik pada bayi baru
lahir
Referensi Pengurus Daerah Ikatan Bidan Indonesia, 2019, Standar Operasional
Prosedur (SOP) Pelayanan Kebidanan, Provinsi Jawa Barat
...........................................
SOP PELAYANAN KB
PRAKTEK BIDAN
MANDIRI Pelayanan KB
SOP
No. Dokumentasi
................................... No. Revisi 00
Tanggal Terbit
Halaman 1
Pengertian Suatu tindakan yang dilakukan dengan cara memberikan pelayanan
kontrasepsi kepada akseptor KB, pil, suntik,implant, kondom, IUD.
......................................
PROSEDUR eklampsia :
I. Penerimaan pasien dan persetujuan tindakan medis
1. Menyapa pasien,keluarga serta memperkenalkan diri setiap
kali pertama kali berinteraksi dengan pasien dan keluarga.
2. Memberikan informed consent pada ibu dan keluarga
3. Mencuci tangan sebelum menyentuh pasien
II. Tindakan pertolongan eklampsia dan pendokumentasian
1. Teriak minta tolong
2. Orang pertama (dekter jaga/bidan senior)segera mengambil
alil pasien dari petugas/bidan penanggung jawab pasien dan
melakukan upaya stabilisasi awal bersama orang kedua.
3. Orang kedua segera mendekatkan troli emergensi ke lokasi
terjadinya emergensi.
4. Lindungi ibu dari jatuh dan cedera (memasang pagar samping
tempat tidur, menjaga agar ibu tidak melukai dirinya)
5. Baringkan ibu pada sisi kiri untuk mengurangi risiko aspirasi
ludah, muntahan, dan darah.
6. Pastikan bahwa jalan napas ibu terbuka/bebas-- bila ibu tidak
bernapas, segera lakukan tindakan resusitasi.
7. Berikan oksigen 4-6 i/menit melalui sungkup atau kanula.
8. Lindungi dari risiko jatuh - memasang pagar samping tempat
tidur, menjaga agar ibu tidak melukai dirinya-- memegang
tangan dan kaki.
9. Isap lendir mulut dan tenggorokan; sesuai kebutuhan, setelah
kejang.
10. Petugas/bidan penanggung jawab pasien menyampaikan
secara singkat dan lengkap kepada orang pertama tentang
kondisi ibu saat ini dan kondisi lain yang dapat mempengaruhi
:
usia ibu;
kehamilan keberapa
usia kehamilan
Sejak kapan tekanan darah tinggi dialami pada kehamilan
ini
Sudah berapa kali kejang
Gejala apa yang menyertai kejang: demam tinggi,
kehilangan kesadaran dan lain-lain
Apakah sebelum hamil pernah mengalami kejang
Adakah keluhan sakit kepala, pandangan kabur, mual,
nyeri ulu hati sebelumnya, sejak kapan
Obat yang sudah didapat
Riwayat tekanan darah tinggi sebelum kehamilan ini
11. (Orang kedua-secara simultan) melakukan pemeriksaan tanda
vital dan pemeriksaan fisik dan menyampaikan hasil
pemeriksaannya kepada tim dan orang pertama dengan jelas:
a. Pemeriksaan keadaan umum dan kesadaran
b. Hitung frekuensi napas
c. Hitung frekuensi nadi
d. Pemeriksaan tekanan daran menggunakan manset yang
sesuai diulang pemeriksaan selang waktu 4 jam
12. Orang kedua dibantu orang ketiga melakukan pencatatan hasil
awal terarah (quick check) dengan baik dan lengkap
13. Pasang infus intravena dengan menggunakan Ringer Laktat
14. Lakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium
15. Pasang foley catheter dan catat produksi urin dan lakukan
pemeriksaan menggunakan pemeriksaan celup (dipstix)
16. Pemberia Magnesium Sulfat
a. Sebelum melakukan rujukan, lakukan stabilisasi dengan
memberikan 4 gram MgSO4 IV bolus dosis awal (loading)
untukmengatasi kejang, cara pemberian : 10 ml larutan
MgSO4 40% diencerkan dengan akuades 10 mi IV bolus
selama 15-20 menit.
b. Dosis rumatan diberikan dengan dosis 6 gr MgSO4 (15 ml
larutan MgSO4 40%) dalam larutan Ringer asetat/Ringer
laktat secara IV dengan kecepatan 28 tetes/menit selama 6
jam (rujuk)
c. Pemantuan selama pemberi MgSO4 :
1. Lakukan pemeriksaan fisik tiap jam, meliputi tekanan
darah, nadi, frekuensi pernapasan,refleks patella
2. Lakukan pengukuran jumlah urin tiap 4 jam.
17. Pemberian antihipertensi
lbu dengan hipertensi berat perlu mendapat terapi anti
hipertensi (tekanan darah ≥160/110mmHg)
Obat anti hipêrtênsi:Nifedipin 3-4x10-30mg per oral
18. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk menilal keadaan ibu
dan apakah keadaan tersebut dapat ditangani atau harus dirujuk.
19. Dalam persiapan rujukan lakukan pengawasan dan pencatatan
tentang :
Kesadaran tiap 30 menit
Tekanan darah tiap 30 menit
Nadi tiap 30 menit
Pernapasan tiap 30 menit
Refleks patela tiap 1 jam
Kontraksi uterus dan denyut jantung janin tiap 30 menit
Produksi urin tiap 3-4 jam
20. Melakukan pendokumentasian yang baik dan lengkap.
21. Cuci tangan.
III. Persiapan proses rujukan
22. Surat rujukan dan daftar tilik stabilisasi pra rujukan
23. Transportasi
24. Obat-obatan emergensi jika diperlukan
25. Menghubungi faskes rujukan melalui telepon/SMS
26. Petugas kesehatan mendampingi rujukan
27. Melakukan observasi dan pencatatannya selama proses
rujukan
IV. Pengawasan dan Penatalalaksanaan Terhadap Keracunan
MgSO4
1. Hitung frekuensi pernapasan selama 1 menit setiap jam:
frekwensi napas <16 kali/menit
2. Periksa refleks patela tiap 1 jam:negatif
3. Lakukan pengukuran volume urine setiap 3-4 jam:volume
urine <0,5-1cc /kgBB/jam.
4. Berikan Kalsium glukonas 1 g (10 ml dari larutan 10%)
melalui suntikan Intravena perlahan-lahan jika dijumpal tanda-
tanda keracunan MgSO4 dan hentikan pemberian MgSO4
sampai hilang tanda-tanda keracunan MgSO4.
F. Penanganan umum
1. Jika tekanan diastolik lebih dari 110 mmHg, berikan obat
antihipertensi, sampai tekakan diastolik diantara 90-100
mmHg
2. Pasang infus dengan jarum ukuran besar
3. Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai overload
4. Pasang kateter urin untuk memantau pengeluaran urin dan
proteinurine
5. Jika jumlah urin kurang dari 30 ml/ jam
a. Hentikan pemberian MgSO4 dan berikan cairan IV (Na Cl
0.9 % atau RL) dengan kecepatan tetasan 1 liter/8jam
b. Pantau kemungkinana edema paru
6. Observasi tand-tanda vital dan denyut jantung janian tiap jam
7. Jika terjadi edema paru berikan injrksi Furosemid 40 mg IV
sekali saja.
G. ANTI KONVULSAN
1. MgSO4
Cara pemberian MgSO4:
a. Dosis awal :
1). MgSO4 4 gr I.V sebagai larutan 20% atau 40 % selama
5 menit
2). Segera diberikan larutan MgSO4 6 gr di larutkan dalam
cairan infus RL 500 ml diberikan sekama 6 jam (untuk
MgSO4 40%, maka 10 cc IV dan 15 cc drip)
3). Jika kejang berulang setelah 15 menit berikan Mg
SO4 2 gr IV selam 2 menit
b. Dosis pemeliharaan
1). MgSO4 1-2 gr per jam perinfus
2). Lanjutkan pemberian MgSO4 sampai 24 jam pasca
persalinan atau kejang berakhir
c. Berikan MgSO4 bila
1). Frekuensi pernapasan >16 X/mnt
2). Reflek patela (+)
3). Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
d. Berhentikan pemberian MgSO4 jika :
1). RR < 16 X/mnt
2). Refleks patela (-)
3). Urin < 30ml/jam dalam 4 jam terakhir
e. Antidotum
1) Jika terjadi henti napas lakukan ventilas
2) Beri kalsium glukonat 1 g (20 ml dalam larutan 10%)
pelan-pelan sampai napas mulai lagi.
......................................
B. Mekanisme Rujukan
1. Memutuskan kegawatdaruratan pada tingkat kader, bidan desa,
pustu dan puskesmas
a) Pada tingkat kader bila ditemukan penderita yang tidak dapat
ditangani sendiri maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan terdekat kerena mereka belum dapat menetapkan
tingkat kegawatdaruratan
b) Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan
puskesmas Tenagakesehatan kegawatdaruratan harus kasus
dapat yang menentukan ditemui.Sesuai tingkat
denganwewenang dan tanggung jawabnya mereka harus
menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan
kasus mana yang harus dirujuk
2. Menentukan tempat tujuan rujukan Prinsip dalam menentukan
tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang mempunyai
kewenangan terdekat, termasuk fasilitas pelayanan swasta
dengan tidak mengabaikan kesedihan PROSEUDUR dan
kemempuan penderita
3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarganya. Klien
dan keluarga perlu diberkan informasi tentang perlunya penderita
segera dirujuk untuk mendapatkan pertolongan pada fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju melalui
telepon atau radio komunikasi pelayanan Kesehatan yang lebih
mampu.
5. Persiapan penderita Sebelum dikirim keadaan umum penderita
harus diperbaiki terlebih dahulu atau dilakukan stabilisasi.
Keadaan umum ini perlu dipertahankan selama dalam perjalanan.
Surat rujukan harus dipersiapkan sesuai dengan format rujukan
dan seorang bidan harus mendampingi penderita dalam
perjalanan sampai ketempat rujukan
6. Pengiriman penderita Untuk mempercepat sampai ketujuan, perlu
diupayakan kendaraan/sarana transportasi yang tersedia untuk
mengangkut penderita.
7. Tindakan lanjut penderita a. Untuk penderita yang telah
dikembalikan dan memerlukan tindakan lanjut, dilakukan
tindakan sesuai dengan sarana yang diberikan b. Bagi penderita
yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak mlaporkan, maka
perlu dilakukan kunjungan rumah UNIT TERKAIT
Penanggung jawab : Paraf :
.................................
PENANGANAN PASIEN SYOK (Haemoragik, Septik, Anafilaktik)
SOP
PRAKTEK BIDAN No. Dokumentasi
MANDIRI
No. Revisi
Tanggal Terbit
............................... Halaman
..................................
B. Melakukan Resusitasi
Mencuci Tangan (SOP Terlampir)
Menggunakan APD (Level disesuaikan)
Begitu bayi lahir tidak menangis, maka dilakukan Langkah sbb:
1) Hangatkan bayi di bawah pemancar panas atau lampu
2) Posisikan kepala bayi sedikit
3) Isap lendir dari mulut kemudian hidung
4) Keringkan bayi sambil merangsang takti dengan
menggosok punggung dan mengganti kain yang basah dengan
yang kering
5) Reposisi kepala bayi
6) Nilai bayi, usaha napas, warna kulit dan denyut jantung
Bila bayi tidak bernapas lakukan ventilasi positip
(VTP)dengan memakai balon dan sungkup selama 30
detikdenagn kecepatan 40-60 kali per – menit
Nilai bayi: usaha napas, warna kulit dan denyut jantung
Bila belum bernapas dan denyut jantung, 60 x /
menut ,lanjutkan VTP kompresi dada secara terkoordinasi
selama30 detik
Nilai bayi: usaha napas, warna kulit dan denyut jantung
(a) Bila denyut jantung < 60 x / menit, beri epineprin dan
lanjutkan VTP dan kompresi dada
(b)Bila denyut jantung > 60 x/ menit kompresi dada
dihentikan, VTP dilanjutkan
..................................
SOP PENCEGAHAN INFEKSI
PRAKTEK BIDAN Pencegahan Infeksi (PI)
MANDIRI
SOP No. Dokumentasi
No. Revisi 00
................................ Tanggal Terbit
Halaman
Pengertian Suatu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko
penularan infeksi mikroorganisme antara pasien, tenaga kesehatan,
dan pengunjung.
Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melakukan langkah-langkah pencegahan
infeksi
Kebijakan 1. Peraturan tentang pencegahan infeksi
2. Semua berkewajiban melaksanakan tindakan sesuai dengan
prosedur kebidanan yang telah dibuat
3. Petugas harus menerapkan standar kewaspadaan universal dalam
pertolongan persalinan pada kala I, II, III, IV.
a. Menggunakan APD (Level disesuaikan)
b. Melakukan Cuci Tangan (SOP terlampir)
c. Memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya
d. Menggunakan teknik asepsis atau aseptik
e. Memproses alat bekas pakai
f. Menangani peralatan tajam dengan aman
g. Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan (termasuk
pengelolaan sampah secara benar)
Referensi Pengurus Daerah Ikatan Bidan Indonesia, 2019, Standar
Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Kebidanan, Provinsi
Jawa Barat
Prosedur A. Aspek pencegahan dan pengendalian infeksi pada kala 1:
1. Batasi Vagina toucher / pemeriksaan dalam
2. Cuci tangan (sebelum dan sesudah) pemeriksaan dalam
3. Sarung tangan dan masker bekas pakai segera di lepaskan dan
di buang ke tempat sampah infeksius
4. Tindakan obstetri hanya dilakukan atas indikasi
D. Cuci Tangan
1. Segera setelah tiba di tempat kerja
2. Sebelum melakukan kontak fisik secara langsung dengan ibu dan
bayi baru lahir
3. Setelah kontak fisik langsung dengan ibu atau bayi baru lahir
4. Sebelum memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau
steril
5. Setelah melepas sarung tangan (kontaminasi melalui lubang atau
robekan sarung tangan)
6. Setelah menyentuh benda yang mungkin terkontaminasi oleh
darah atau cairan tubuh lainnya atau setelah menyentuh selaput
mukosa (misalnya hidung, mulut, mata, vagina) meskipun saat
itu sedang menggunakan sarung tangan
7. Setelah ke kamar mandi
8. Sebelum pulang kerja
E. Memakai Sarung Tangan
1. Gunakan sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi untuk
prosedur apapun yang akan mengakibatkan kontak dengan
jaringan dibawah kulit seperti persalinan, penjahitan vagina atau
pengambilan darah.
2. Gunakan sarung tangan periksa yang bersih untuk menangani
darah atau cairan tubuh.
3. Gunakan sarung tangan rumah tangga atau tebal untuk mencuci
peralatan, menangani sampah, juga membersihkan darah dan
cairan tubuh.
F. Menggunakan Teknik Aseptik
1. Penggunaan perlengkapan pelindung pribadi
2. Antisepsis
3. Menjaga tingkat sterilitas atau disinfeksi tingkat tinggi
G. Memproses alat bekas pakai
1. Dekontaminasi
Segera setelah digunakan, masukkan benda-benda yang
terkontaminasi ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
2. Pencucian dan pembilasan
a) Pakai sarung tangan karet yang tebal pada kedua tangan.
b) Ambil peralatan bekas pakai yang sudah didekontaminasi (hati-
hati bila memegang peratalan yang tajam, seperti gunting dan
jarum jahit).
c) Agar tidak merusak benda-benda yang terbuat dari plastik atau
karet, jangan dicuci secara bersamaan dengan peralatan dari
logam.
d) Cuci setiap benda tajam secara terpisah dan hati-hati:
e) Gunakan sikat dengan air dan sabun untuk menghilangkan sisa
darah dan kotoran.
f) Buka engsel gunting dan klem.
g) Sikat dengan seksama terutama di bagian sambungan dan sudut
peralatan.
h) Pastikan tidak ada sisa darah dan kotoran yang tertinggal pada
peralatan.
i) Cuci setiap benda sedikitnya tiga kali (atau lebih jika perlu)
dengan air dan sabun atau deterjen.
j) Bilas benda-benda tersebut dengan air bersih.
k) Ulangi prosedur tersebut pada benda-benda lain.
l) Jika peralatan akan didisinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi
(misalkan dalam larutan klorin 0,5%) tempatkan peralatan
dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum memulai
proses DTT. Alasan: Jika peralatan masih basah mungkin akan
mengencerkan larutan kimia dan membuat larutan menjadi
kurang efektif.
m)Peralatan yang akan didisinfeksi tingkat tinggi dengan dikukus
atau direbus, atau disterilisasi di dalam otoklaf atau oven panas
kering, tidak perlu dikeringkan dulu sebelum proses DTT atau
sterilisasi dimulai.
n) Selagi masih memakai sarung tangan, cuci sarung tangan
dengan air dan sabun dan kemudian bilas dengan seksama
menggunakan air bersih.
Untuk mencuci kateter (termasuk kateter penghisap lendir), ikuti
tahap-tahap berikut:
a) Pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah
tangga dari lateks pada kedua tangan
b) Lepaskan penutup wadah penampung lendir (untuk kateter
penghisap lendir).
c) Gunakan tabung suntik besar untuk mencuci bagian dalam
kateter sedikitnya tiga kali (atau lebih jika perlu) dengan air dan
sabun atau deterjen.
d) Bilas kateter menggunakan tabung suntik dan air bersih.
e) Letakan kateter dalam wadah yang bersih dan biarkan kering
sebelum dilakukan DTT.
Catatan: Kateter harus didisinfeksi tingkat tinggi secara kimia
(lihat dibawah). Kateter bisa rusak jika didisinfeksi tingkat
tinggi dengan direbus.
3. DTT dengan Cara Merebus
a) Gunakan panci dengan penutup yang rapat.
b) Ganti air setiap kali mendisinfeksi peralatan.
c) Rendam peralatan didalam air sehingga semuanya terendam
dalam air.
d) Mulai panaskan air.
e) Mulai hitung waktu saat air mulai mendidih.
f) Jangan tambahkan benda apapun ke dalam air mendidih setelah
penghitungan waktu dimulai.
g) Rebus selama 20 menit.
h) Catat lama waktu perebusan peralatan di dalam buku khusus.
i) Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan
sebelum digunakan atau disimpan (jika peralatan dalam
keadaan lembab maka keadaan disinfeksi tingkat tinggi tidak
terjaga).
j) Pada saat peralatan kering, gunakan segera atau simpan dalam
wadah disinfeksi tingkat tinggi dan berpenutup. Peralatan bisa
disimpan sampai satu minggu asalkan penutupnya tidak dibuka.
4. DTT Kimiawi
a) Persiapkan larutan klorin 0,5%
b) Letakkan peralatan dalam keadaan kering (sudah
didekontaminasi dan cuci-bilas) ke dalam wadah dan tuangkan
desinfektan. Ingat: jika peralatan basah sebelum direndam
dalam larutan kimia maka akan terjadi
pengenceran larutan tersebut sehingga dapat menurangi daya
kerja atau efektifitasnya.
c) Pastikan peralatan terendam seluruhnya dalam larutan kimia.
d) Rendam peralatan selama 20 menit.
e) Catat lama waktu peralatan direndam dalam larutan kimia di
buku khusus.
f) Bilas peralatan dengan air matang dan angin-anginkan sampai
kering di wadah disinfeksi tingkat tinggi yang berpenutup.
g) Setelah kering, peralatan dapat segera digunakan atau
disimpan dalam wadah disinfeksi tingkat tinggi berpenutup
rapat
5. Penggunaan Peralatan Tajam Secara Aman
a) Letakkan benda-benda tajam diatas baki steril
b) Jangan menutup kembali, melengkungkan, mematahkan atau
melepaskan jarum yang akan dibuang.
c) Buang benda-benda tajam dalam wadah tahan bocor dan segel
dengan perekat jika sudah dua per tiga penuh. Jangan
memindahkan benda-benda tajam tersebut ke wadah lain.
Wadah benda tajam yang sudah disegel tadi harus dibakar di
dalam insinerator.
H. Pengelolaan Sampah
Setelah selesai melakukan suatu tindakan (misalnya asuhan
persalinan), dan sebelum melepas sarung tangan, letakkan sampah
terkontaminasi (kasa, gulungan kapas, perban, dll) ke dalam tempat
sampah tahan air/kantung plastik sebelum dibuang. Hindarkan
kontaminasi bagian luar kantung dengan sampah yang
terkontaminasi.
I. Mengatur Kebersihan dan Kerapian
a. Pastikan selalu tersedianya satu ember larutan pemutih (klorin
0,5%) yang belum terpakai
b. Gunakan disinfektan yang sesuai untuk membersihkan peralatan
yang tidak bersentuhan dengan darah atau sekresi tubuh
(stetoskop, Pinnards, Doppler, termometer, inkubator) di antara
pemakaian, terutama sekali diantara ibu atau bayi yang berbeda.
c. Jika menggunakan oksigen, gunakan kanula nasal yang bersih,
steril atau DTT setiap kali akan digunakan. Mengusap kanula
dengan alkohol tidak mencegah terjadinya infeksi.
d. Segera bersihkan percikan darah. Tuangkan larutan klorin 0,5%
pada percikan tersebut kemudian seka dengan kain
e. Bungkus atau tutupi linen bersih dan simpan dalam kereta dorong
atau lemari tertutup untuk mencegah kontaminasi dari debu.
f. Setiap selesai menggunakan tempat tidur, meja dan troli prosedur,
segera seka permukaan dan bagian-bagian peralatan tersebut
dengan kain yang dibasahi klorin 0,5% dan deterjen.
g. Setiap selesai menolong persalinan, seka celemek menggunakan
larutan klorin 0,5%.
h. Bersihkan lantai dengan lap kering, jangan disapu. Seka lantai,
dinding atau permukaan datar lain (setiap hari atau setelah
digunakan) dengan larutan klorin 0,5% dan deterjen.
i. Ikuti pedoman umum kebersihan dan kerapian.
j. Bersihkan dari atas ke bawah sehingga kotoran yang jatuh dapat
dihilangkan.
k. Selalu gunakan sarung tangan lateks atau sarung tangan rumah
tangga.
l. Seka dan gosok hingga bersih permukaan datar atau lantai setiap
setelah digunakan
m. Tempelkan petunjuk khusus kebersihan di unit tertentu pada area
yang mudah dilihat/ dibaca. Cantumkan secara rinci dan jelas
tentang apa dan seberapa sering pedoman kebersihan
dilaksanakan dan minta staf ikut bertanggung-jawab untuk
mengatur kebersihan dan kerapian. Buat daftar tilik prosedur rutin
kebersihan dan kerapian.
n. Bersihkan sesering mungkin dinding, tirai kain, plastik atau logam
vertikal untuk mencegah penumpukan debu.
o. Jika dinding atau tirai terkena percikan darah, segera bersihkan
dengan larutan klorin 0,5%.