PRAKTEK BIDAN
MANDIRI PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE (ANC)
2) Persiapan pasien
a. Pasien / Klien dianjurkan ganti baju untuk dilakukan
pemeriksaan dan pemeriksa meminta ibu untuk BAK (jika
ibu ingin)
b. Sementara pasien / Klien ganti baju, pemeriksa
menyiapkan alat untuk pemeriksaan kehamilan dan
dekatkan alat ke tempat pemeriksaan
c. Lakukan pemeriksaan TTV ( TD , N,S ,P ) , TB, BB, LILA
d. Siapkan ruangan (jendela, sampiran, dll) dirapikan
B. Pelaksanaan
1) Cuci tangan
2) Pasien kembali dari ganti pakaian lalu pasien dianjurkan untuk
naik ke tempat tidur untuk dilakukan pemeriksaan
3) Lakukan pemeriksaan (head to toe)
a. Kepala
Keadaan rambut (Rambut hitam, coklat, pirang, , mudah
rontok)
Higiene kepala (kulit kepala kotor, berbau, bisa ditemui
lesi seperti vesicula, pustula, crusta karena varicella,
dermatitis, dan jamur
b. Muka
Dilihat oedema atau tidak dan terdapat hiperpigmentasi atau
tidak seperti cloashma gravidarum
c. Mata
Sclera, icterus atau tidak
Konjungtiva , anemis atau tidak
dengan cara 2 jari menarik palpebrae, pasien disuruh
melihat ke atas
d. Hidung (pakai senter)
Diperiksa septum hidung, ditengah atau tidak, ada benda
asing, sekret hidung, jernih, purulent, perdarahan,
peradangan mukosa, polip
e. Telinga
Simetris atau tidak, canalis bersih atau tidak, pengeluaran
cairan bercerumen atau bernanah.
Membran tympani utuh dengan posisi
baik akan memantulkan refleks cahaya politzer pada
penyinaran lampu senter.
f. Mulut
Rongga mulut diperiksa bau mulut, radang mukosa
(stomatitis), dan adanya apthae, ada atau tidak
labio/palato/gnato schizis.
Gigi-geligi diperiksa adanya, caries, perdarahan, abses,
benda asing (gigi palsu), keadaan gusi,
meradang/ginggivitis.
Lidah kotor atau tidak.
Tonsil/pharynk diperiksa apakah ada peradangan dan
pembengkakan
g. Leher
Lakukan palpasi
LEOPOLD II
Untuk menentukan bagian apa yang terdapat di samping
kanan dan kiri perut ibu.
Dengan tekhnik :
(a) Pemeriksa menghadap ke arah muka pasien
(b) Untuk memeriksa bagian kanan janin, tangan kiri
memfiksasi dan tangan kanan meraba bagian janin.
(c) Untuk memeriksa bagian kiri janin, tangan kanan
memfiksasi dan tangan kiri meraba bagian janin.
LEOPOLD III
Untuk menentukan bagian apa yang terdapat pada bagian
bawah perut dan apakah bagian terbawah janin sudah
masuk PAP
Dengan tekhnik :
Satu tangan pemeriksa di fundus uteri dan satu tangan lagi
di pinggir atas sympisis dengan ibu jari pada bagian kanan
dan 4 jari yang lainnya di sebelah kiri kemudian di
goyangkan dan bagian apa yang teraba di bagian bawah.
Jika masih dapat digoyangkan berarti belum masuk PAP,
jika tidak dapat digoyangkan berarti sudah masuk PAP.
LEOPOLD IV
Untuk menentukan sampai seberapa bagian terbawah janin
masuk PAP.
Dengan tehnik :
kaki di luruskan , Posisi pemeriksa menghadap ke kaki
pasien
(Dilakukan jika perlu yaitu pada pemeriksaan ini dilakukan
bila kepala sudah masuk PAP) jika 5/5 yang teraba berarti
kepala belum masuk PAP 4/5 yang teraba berarti kepala
sudah masuk PAP 1/5
3/5 yang teraba berarti kepala sudah masuk PAP 2/5
2/5 yang teraba berarti kepala sudah masuk PAP 3/5
1/5 yang teraba berarti kepala sudah masuk PAP 4/5
Ket :
Ciri Kepala : Bulat, keras, melenting (syarat belum masuk
PAP) Bulat, keras (sudah masuk PAP)
Ciri Bokong : Agak bulat, lunak, tidak melenting
Ciri Punggung : memanjang, keras, seperti papan
Ciri ekstremitas : Bagian – bagian kecil janin, jari - jari.
Auskultasi
Menghitung Djj 1 menit penuh, di punktum maksimum
kuadaran kanan/kiri, atas/bawah.
Dengan tekhnik :
(a) Pemeriksa menghadap kearah kaki pasien
(b) Letakkan lenek di bagian kuadran, kemudian kita meraba
nadi ibu kemudian mendengarkan Djj setelah kita dapatkan
maka hasilnya DJJ lebih cepat dari nadi Ibu (berarti DJJ
tepat).
j. Extremitas
Lakukan pemeriksaan dengan cara inspeksi dan palpasi kaki
pada daerah pretibia dan punggung kaki / metatarsalia untuk
mengetahui oedem / tidak., varises
k. Anogenital, pemeriksaan dengan cara : Atur posisi pasien
dorsal recumbent
Pasangkan perlak dan alas di bawah bokong pasien
Siapkan dan dekatkan alat ke dekat pasien
Cuci tangan dan pasang hand scound
Lakukan pemeriksaan genetalia eksterna dan anus
Inspeksi vulva : adakah cairan pervaginaan ( secret ),
amati warna dan bau
Palpasi adakah pembengkakan, benjolan mulai dari
klitoris, uretra, kelenjar skene, kelenjar bartholini
Lakukan pemeriksaan anus bersamaan pemeriksaan
genetalia, lihat adakah kelainan, misalnya hemorrhoid
( pelebaran vena) di anus dan perineum, lihat
kebersihannya
Di Lakukan Vulva Hygiene jika di perlukan
Alat-alat dirapikan (alat yang sudah dipakai dimasukkan
ke klorin)
Pemeriksa mencuci hand scoun yang dikenakan langsung
ke dalam larutan klorin
Pasien dirapikan kembali
Cuci tangan (pemeriksa mencuci tangannya memakai
sabun dengan air yang mengalir)
l. Pasien di suruh duduk bersila
Lakukan pemeriksaan perkusi pada daerah pinggang
sejajar dengan lumbal III kiri dan kanan,kaji apakah klien
merasa nyeri atau tidak
m. Pasien di anjurkan duduk di pinggir tempat tidur dengan
kaki terjuntai kemudian dilakukan pemeriksaan refleks
patella kanan dan kiri. Normalnya +/+ Pasien di suruh ganti
baju dan pemeriksa membereskan.
n. tempat tidur
o. Mencuci tangan
C. Evaluasi
1) Memberitahu hasil pemeriksaan
2) Dokumentasi hasil tindakan yang dilakukan
Penanggung jawab : Paraf :
inversion uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya
dan ulangi kembali prosedur diatas.
o Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulating putting susu
Mengeluarkan plasenta
36 Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus kea rah dorsal
ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat kea rah distal maka
lanjutkan dorongan kea rah cranial hingga plasenta dapat dilahirkan
o Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan
ditarik secara kuat terutama jika uterus tak berkontraksi) sesuai
dengan sumbu jalan lahir (kearah bawahsejajar lantai-atas)
o Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
o Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat :
1. Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM
2. Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptic) jika kandung
kemih penuh
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. Ulangi tekanan dorso cranial dan penegangan talu pusat 15
menit berikutnya
5. Jika plasenta tak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir atau
terjadi perdarahan maka segera lakukan tindakan plesenta
manual
37 Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plsenta hingga selaput ketuban terpilin
kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wajah yang telah
disediakan.
o Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril
untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari
tangan atau klem ovum DTT/Steril untuk mengeluarkan selaput
yang tertinggal
Rangsangan taktil (masase) uterus
38 Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan
gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
teraba keras)
o Lakukan tindakan yang diperlukan (Kompresi Bimanual Internal,
Kompresi Aorta Abdominalis, Tampon Kondom-kateter) jika uterus
tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah rangsangan takti/masase
IX. MENILAI PERDARAHAN
39 Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan telah dilahirkan
lengkap. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat
khusus
40 Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila terjadi laserasi yang luas dan menimbulkan perdarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan
penjahitan
X. ASUHAN PASCAPERSALINAN
41 Pastikan uterus ber kotraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
42 Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan
klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh, lepaskan secara
terbalik dan rendam sarung tangan dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir, keringkan
tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
Evaluasi
43 Pastikan kandung kemih kosong
44 Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
45 Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
46 Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik
47 Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60
kali/menit).
o Jika bayi sulit bernapas, merintih, atau retraksi, diresusitasi dan segera
merujuk ke rumah sakit.
o Jika bayi napas terlalu cepat atau sesak napas, segera rujuk ke RS rujukan
o Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan kembali kontak
kulit ibu bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam satu selimut.
Kebersihan dan Keamanan
48 Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi
49 Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
50 Bersihkan ibu jari paparan darah dan cairan tubuh dengan menggunakan air
DTT. Bersihkan cairan ketuban, lendir dan darah diranjang atau disekitar ibu
berbaring. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering
51 Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga
untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya
52 Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
53 Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%, balikan bagian
dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
54 Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan tangan
dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
55 Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan pemeriksaan fisik bayi
56 Dalam satu jam pertama, beri salep/tetes mata profilaksis infeksi, vitamin K₁ 1
mg IM dipaha kiri bawah lateral, pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pernapasan
bayi (normal 4060 kali/menit) dan temperature tubuh (normal 36,5 – 37,5⁰ C)
setiap 15 menit
57 Setelah satu jam pemberian vitamin K₁ berikan suntikan imunisasi Hepatitis B
dipaha kanan bawah lateral. Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar
sewaktu-waktu dapat disusukan
58 Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam didalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit
59 Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan dengan
tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
Dokumentasi
60 Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan
asuhan kala IV persalinan
Penanggung jawab : Paraf :
Maylana Widiastuti,
A. Md, Keb
SOP PEMERIKSAAN POST NATAL CARE (PNC)
PRAKTEK BIDAN
MANDIRI Pemeriksaan Post Natal Care (PNC)
No. Dokumenstasi
No. Revisi
Maylana Widiastuti, A. Tanggal Terbit
Md, Keb
Halaman
Pengertian Pelayanan Kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari
pasca
bersalin oleh tenaga kesehatan
Tujuan 1. Deteksi dini komplikasi pada ibu nifas
2. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
3. Memastikan involusi uteri berjalan normal: uterus berkontraksi,
fundus dibawah pusat, tak ada perdarahan abnormal,tak ada bau.
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit.
3) Persiapan pasien
a. Menyapa klien dengan ramah
b. Memposisikan pasien dengan baik
c. Menutup ruangan/menjaga privasi klien.
C. Pelaksanaan
1) Mencuci tangandan memakai handscoon
2) Menyiapkan alat dan bahan
3) Melakukan informconsent
4) Memeriksa tanda-tanda vital (tensi, suhu, nadi dan pernafasan)
5) Melakukan pemeriksaan pada muka ibu (mata conjungtiva
pucat/tidak,sclera ikterus/tidak,muka oedema/tidak
6) Melakukan pemeriksaan payudara:
a. Meminta pasien berbaring dengan lengan kiri di atas kepala,
kemudianpalpasi payudara kiri secara sistematis sampai ke
ketiak, raba adanyamasa, benjolan yang membesar,
pembengkakkan atau abses.
b. Ulangi prosedur pada lengan kanan dan palpasi payudara
kananhingga ketiak.
7) Melakukan pemeriksaan abdomen:
a. Palpasi untuk mendeteksi ada atau tidaknya uterus diatas
pubis(involusi uteri).
b. Palpasi untuk mendeteksi adanya masa atau kelembekan
(konsistensiuterus)
c. Periksa bekas luka jika operasi baru.
8) Memeriksa kaki untuk: Varises vena.Kemerahan pada
betis.Tulang kering, pergelangan kaki, jika adanya edema maka
perhatikan tingkat edema, pitting jika ada.
9) Menekuk betis untuk memeriksa nyeri betis (tanda-tanda
human positif/tanda-tanda tromboflebitis).
10) Membantu pasien pada posisi untuk pemeriksaan genetalia dan
perineu (dengan menggunakan handscoon dan memasang perlak):
a. Memposisikan pasien litotomi.
b. Melakukan vulva hygine.
c. Perhatikan lochea (bau, warna dan konsistensi).
d. Perhatikan perineum (bekas jahitan).
11) Memberitahu klien tentang hasil pemeriksaan.
12) Memberikan KIE tentang tanda tanda bahaya nifas
13) Melepaskan handscoon dan menaruh dalam larutan klorin 0,5%.
14) Merapikan pasien danalat.
15) Mencuci tangan dengan sabun dan mengeringkan dengan handuk
yang
D. Evaluasi
1) Memberitahu hasil pemeriksaan
2) Dokumentasi hasil tindakan yang dilakukan
Maylana Widiastuti, A.
Md, Keb
Catatan : pemeriksaan fisik umum pada kunjungan selanjutnya dilakuan secara terfokus
Maylana Widiastuti, A.
Md, Keb
SOP PELAYANAN KB
PRAKTEK BIDAN
MANDIRI Pelayanan KB
Maylana Widiastuti, A.
Md, Keb
E.Penanganan kejang
1. Beri obat anti konvulsan
2. Perlengkapan untuk penanganan kejang
3. Oksigen 4-5 l/mnt
4. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
5. Baringkan pasien pada sisi kiri untuk menghindari resiko
aspirasi
6. Setelah kejang aspirasi mulut dan tenggorokan jika diperlukan
F. Penanganan umum
1. Jika tekanan diastolik lebih dari 110 mmHg, berikan obat
antihipertensi, sampai tekakan diastolik diantara 90-100 mmHg
2. Pasang infus dengan jarum ukuran besar
3. Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai overload
4. Pasang kateter urin untuk memantau pengeluaran urin dan
proteinurine
5. Jika jumlah urin kurang dari 30 ml/ jam
a. Hentikan pemberian MgSO4 dan berikan cairan IV (Na Cl
0.9 % atau RL) dengan kecepatan tetasan 1 liter/8jam
b. Pantau kemungkinana edema paru
6. Observasi tand-tanda vital dan denyut jantung janian tiap jam
7. Jika terjadi edema paru berikan injrksi Furosemid 40 mg IV
sekali saja.
G. ANTI KONVULSAN
1. MgSO4
Cara pemberian MgSO4: a.
Dosis awal :
1). MgSO4 4 gr I.V sebagai larutan 20% atau 40 % selama 5
menit
2). Segera diberikan larutan MgSO4 6 gr di larutkan dalam
cairan infus RL 500 ml diberikan sekama 6 jam (untuk
MgSO4 40%, maka 10 cc IV dan 15 cc drip)
3). Jika kejang berulang setelah 15 menit berikan Mg
SO4 2 gr IV selam 2 menit
b. Dosis pemeliharaan
1). MgSO4 1-2 gr per jam perinfus
2). Lanjutkan pemberian MgSO4 sampai 24 jam pasca
persalinan atau kejang berakhir
c. Berikan MgSO4 bila
1). Frekuensi pernapasan >16 X/mnt
2). Reflek patela (+)
3). Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
d. Berhentikan pemberian MgSO4 jika :
1). RR < 16 X/mnt
2). Refleks patela (-)
3). Urin < 30ml/jam dalam 4 jam terakhir
e. Antidotum
1). Jika terjadi henti napas lakukan ventilas
2). Beri kalsium glukonat 1 g (20 ml dalam larutan 10%)
pelan-pelan sampai napas mulai lagi.
Maylana Widiastuti, A.
Md, Keb
PRAKTEK BIDAN Rujukan Kebidanan
MANDIRI
SOP
No. Dokumentasi
No. Revisi
Maylana Widiastuti, A. Tanggal Terbit
Md, Keb Halaman
Pengertian Rujukan kebidanan adalah kegiatan pemindahan tanggung jawab
terhadap kondisi klien / pasien ke fasilitas pelayanan yang lebih
memadai memadai (tenaga atau pengetahuan, pengetahuan, obat, dan
peralatan)
Tujuan Menurunkan angka kematian ibu dan bayi Merupakan asuhan saying
ibu dan bayi
Referensi 1. Keputusan Kepala Puskesmas Puskesmas No.445/SK -001
/UPT.Cib tentang Jenis Pelayanan di Puskesmas.
2. Keputusan Kepala Puskesmas Puskesmas No.445/SK -45 /UPT.Cib
tentang Layanan Klinis Yang Menjamin Kesinambungan Layanan.
3. Buku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan
Rujukan tahun 2013.
4. Pedoman Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak ( PWS KIA )
B. Mekanisme Rujukan
1. Memutuskan kegawatdaruratan pada tingkat kader, bidan desa,
pustu dan puskesmas
a) Pada tingkat kader bila ditemukan penderita yang tidak dapat
ditangani sendiri maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan terdekat kerena mereka belum dapat menetapkan
tingkat kegawatdaruratan
b) Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas
Tenagakesehatan kegawatdaruratanharus
kasusdapatyangmenentukanditemui.Sesuaitingkat
denganwewenang dan tanggung jawabnya mereka harus
menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan
kasus mana yang harus dirujuk
2. Menentukan tempat tujuan rujukan Prinsip dalam menentukan
tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang mempunyai
kewenangan terdekat, termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan
tidak mengabaikan kesedihan PROSEUDUR dan kemempuan
penderita
3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarganya. Klien
dan keluarga perlu diberkan informasi tentang perlunya penderita
segera dirujuk untuk mendapatkan pertolongan pada fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju melalui
telepon atau radio komunikasi pelayanan Kesehatan yang lebih mampu.
5. Persiapan penderita Sebelum dikirim keadaan umum penderita
harus diperbaiki terlebih dahulu atau dilakukan stabilisasi.
Keadaan umum ini perlu dipertahankan selama dalam perjalanan.
Surat rujukan harus dipersiapkan sesuai dengan format rujukan
dan seorang bidan harus mendampingi penderita dalam perjalanan
sampai ketempat rujukan
6. Pengiriman penderita Untuk mempercepat sampai ketujuan, perlu
diupayakan kendaraan/sarana transportasi yang tersedia untuk
mengangkut penderita.
Tindakan lanjut penderita a. Untuk penderita yang telah
dikembalikan dan memerlukan tindakan lanjut, dilakukan
tindakan sesuai dengan sarana yang diberikan b. Bagi penderita
yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak mlaporkan, maka
perlu dilakukan kunjungan rumah UNIT TERKAIT
Penanggung jawab : Paraf :
Maylana Widiastuti, A.
Md, Keb
SOP
PRAKTEK BIDAN No. Dokumentasi
MANDIRI
No. Revisi
Tanggal Terbit
Maylana Widiastuti, A. Halaman
Md, Keb
Pengertian Penatalaksananan pada suatu kondisi dimana terjadi kegagalan pada
sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke
organ- organ vital.
Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan syok
Referensi Pengurus Daerah Ikatan Bidan Indonesia, 2019, Standar Operasional
Prosedur (SOP)Pelayanan Kebidanan, Provinsi Jawa Barat
Prosedur A. Tatalaksana Umum Penanganan Syok
1. Carilah bantuan tenaga kesehatan lain
2. Pastikan jalan nafas bebas dan berikan oksigen
3. Miringkan ibu ke kiri
4. Hangatkan ibu
5. Pasang infus intravena (2 jalur bila mungkin) dengan
menggunakan jarum terbesar (no 16 atau 18 atau ukuran
terbesar yang tersedia)
6. Berikan cairan kristaloid ( NaCl 0,9 % atau RL) sebanyak 1
liter dengan cepat (15 -20 menit)
7. Pasang kateter urin (kateter folley) untuk memantau jumlah
urin yang keluar
8. Lanjutkan pemberian cairan sampai 2 liter dalam 1 jam
pertama, atau hingga 3 liter dan 2-3 jam (pantau kondisi ibu
dan tanda vital).
Waspadai kemungkinan syok kardiogenik !
Pada syok kardiogenik, pemberian cairan berlebihan akan
memperburuk kondisi pasien (ditandai dengan ibu tampak
makin sesak dengan frekuensi nadi yang makin cepat
dibanding kondisi awal syok .)
9. Cari penyebab syok dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik
yang lebih lengkap secara simultan, kemudian beri tatalaksana
yang tepat sesuai penyebab
10. Pantau tanda vital dan kondisi ibu setiap 15 menirt.
11. Bila ibu sesak dan pipi membengkak, turunkan kecepatan
infus menjadi 0,5 ml/ menit (8-10 tetes/ menit), pantau
keseimbangan cairan.
12. Tanda-tanda bahwa kondisi ibu sudah stabil atau ada perbaikan
adalah sebagai berikut :
a. Tekanan darah sistolik > 100 mmHg
b. Denyut nadi < 90 kali/ menit
c. Status mental membaik (gelisah berkurang)
d. Produksi urin > 30 ml/ jam
13. Setelah kehilangan cairan dikoreksi (frekuensi nadi < 100 kali/
menit dan tekanan darah sitolik > 100 mmHg), pemberian infus
dipertahankan dengan kecepatan 500 ml tiap 3-4 jam (4050
tetes/ menit).
14. Pertimbangkan merujuk ibu ke rumah sakit atau fasilitas
kesehatan yang lebih lengkap.
B. Tatalaksana Khusus
1. SYOK HEMORAGIK
a. Jika perdarahan hebat dicurigai sebagai penyebab syok, cari
tahu dan atasi sumber perdarahan.
b. Perdarahan sebelum usia kehamilan 22 minggu.
c. Perdarahan setelah usia kehamilan 22 minggu dan saat
persalinan
d. Perdarahan setelah persalinan, untuk tranfusi dibutuhkan jika
Hb < 7 g/dl atau secara klinis ditemukan keadaan anemia
berat.
2. SYOK SEPTIK
a. Ambil sample darah, urin, dan pus/ nanah untuk kultur
mikroba lalu mulai terapi antibiotika sambil menunggu hasil
kultur. Berikan kombinasi antibiotika kepada ibu dan
lanjutkan sampai ibu tidak demam selama 48 jam
b. Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam , DITAMBAH
c. Gentamisin 5 mg/ kg BB IV setiap 24 jam, DITAMBAH
d. Metronidazole 500mg IV setiap 8 jam
3. SYOK ANAFILAKTIK
a. Hentikan kontak dengan alergen yang dicurigai.
b. Koreksi hipotensi dengan resusitasi cairan yang agresif , dan
berikan efineprin- adrenalin 1: 1000 (1 mg/ml) dengan dosis
0,2 -0,5 ml per IM atau subcutan
c. Berikan terapi suportif dengan antihistamin (difenhidramin
25-50 mg IM atau IV), penghambat reseptor H2 (ranitidine
1mg/ kg BB IV)
d. Dan kortikosteroid (methilprednisolone 1-2 mg/ kg BB per
hari, diberikan tiap 6 jam)
Maylana Widiastuti, A.
Md, Keb
SOP PENANGANAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR
PRAKTEK BIDAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR
MANDIRI
SOP
No Dokumentasi
No Revisi
Maylana Widiastuti, A.
Tanggal Terbit
Md, Keb
Halaman
Pengertian Asfiksia pada bayi baru lahir ( BBL) adalah kegagalan nafassecara
spontan dan teratur segera setelah lahir
Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk melaksanakan
penanganan asfiksia pada bayi baru lahir
Referensi Pengurus Daerah Ikatan Bidan Indonesia, 2019, Standar Operasional
Prosedur (SOP) Pelayanan Kebidanan, Provinsi Jawa Barat
Prosedur A. Persiapan Resusitasi
1) Informed consent dan komunikasi
2) Menyusun tim
3) Pengenalan faktor resiko ibu dan bayi baru lahir
4) Menyiapkan alat dan pastikan berfungsi
5) Mengetahui indikasi melakukan resusitasi ( langkah awal )
B. Melakukan Resusitasi
Begitu bayi lahir tidak menangis, maka dilakukan langkahsbb:
1) Hangatkan bayi di bawah pemancar panas atau lampu
2) Posisikan kepala bayi sedikit
3) Isap lendir dari mulut kemudian hidung
4) Keringkan bayi sambil merangsang takti
denganmenggosok punggung atau menyentil ujung jari kaki
danmengganti kain yang basah dengan yang kering
5) Reposisi kepala bayi
6) Nilai bayi, usaha napas, warna kulit dan denyut jantung
Bila bayi tidak bernapas lakukan ventilasi positip
(VTP)dengan memakai balon dan sungkup selama 30
detikdenagn kecepatan 40-60 kali per – menit
Nilai bayi: usaha napas, warna kulit dan denyut jantung
Bila belum bernapas dan denyut jantung, 60 x /
menut ,lanjutkan VTP kompresi dada secara terkoordinasi
selama30 detik
Nilai bayi: usaha napas, warna kulit dan denyut jantung
(a) Bila denyut jantung < 60 x / menit, beri epineprin
danlanjutkan VTP dan kompresi dada
(b)Bila denyut jantung > 60 x/ menit kompresi
dadadihentikan, VTP dilanjutkan
Pemasangan Pipa ET bisa dilakukan pada setiap
tahapanResuitasiPemasangan Pipa ETIndikasi
(a)Air ketuban campur mekonium, bayi depresi
danmemerlukan isapan melalui tracheal
(b)Telah dilakukan VTP dengan balon dan sungkup
(c)Prematuritas dan BBL, bayi tidak bernapas
secaraadekuat
(d)Hernia defragmatik
(e)Perlu VTP jangka lama
Indikasi :
1) Bayi baru lahir yang di lakukan resuitasi
mengalamihivopolemia dan t tidak ada respon dengan suitasi
2) Hipovolemia kemungkinanakibat adanya pendarahan atau syok,
klinis ditandai adanya pucat, perfusi buruk,nadi kecil /
lemah dan pada resusitasi tidakmemberikanrespon yang
adekuat
Jenis cairan:
Larutan kristaloid yang isostonis (NaCI 0,9 % ringerlaktat )
Transfusi darah golongan O negative jika
didugakehilangan darah banyak dan bila fasilitas tersedia
Dosis: Dosis awal 10 ml / kg BB IV pelan selama 5 –10 menit
Dapat diulang sampai menunjukan responklinis.
Natrium Bikarbonat
Indikasi:
Asidosis metabolic secara klinis (napas) cepat dan dalam,
sinosis)Prsyarat: bayi tlah di lakukan ventilasi dengan efektif Dosis:
1 – 2 mEq / kgbb atau 2 – 4 ml / kgbb (4,2%) atau 1- 2 ml/kgbb
(7,4%)
Cara: diencerkan dengan aquabides atau dekstrose5% sama banyak
diberikan secara intervena dengan kecepatan minimal 2 menit.dari
bikarbonat merusakfungsi miokardium dan otak.
Maylana Widiastuti, A.
Md, Keb
SOP PENCEGAHAN INFEKSI
PRAKTEK BIDAN Pencegahan Infeksi (PI)
MANDIRI
SOP No. Dokumentasi
No. Revisi
Maylana Widiastuti, A. Tanggal Terbit
Md, Keb Halaman
Pengertian Suatu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko
penularan infeksi mikroorganisme antara pasien, tenaga kesehatan,
dan pengunjung.
Tujuan Sebagai acuan petugas dalam melakukan langkah-langkah pencegahan
infeksi
Kebijakan 1. Peraturan tentang pencegahan infeksi
2. Semua berkewajiban melaksanakan tindakan sesuai dengan
prosedur kebidanan yang telah dibuat
3. Petugas harus menerapkan standar kewaspadaan universal dalam
pertolongan persalinan pada kala I, II, III, IV.
a. Cuci tangan
b. Memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya
c. Menggunakan teknik asepsis atau aseptik
d. Memproses alat bekas pakai
e. Menangani peralatan tajam dengan aman
f. Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan (termasuk
pengelolaan sampah secara benar)
Referensi Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal tahun 2008 Pencegahan
Infeksi Dalam Kebidanan tahun 2011
Prosedur A. Aspek pencegahan dan pengendalian infeksi pada kala 1:
1. Batasi Vagina toucher / pemeriksaan dalam
2. Cuci tangan (sebelum dan sesudah) pemeriksaan dalam
3. Sarung tangan dan masker bekas pakai segera di lepaskan dan
di buang ke tempat sampah infeksius
4. Tindakan obstetri hanya dilakukan atas indikasi
D. Cuci Tangan
1. Segera setelah tiba di tempat kerja
2. Sebelum melakukan kontak fisik secara langsung dengan ibu dan
bayi baru lahir
3. Setelah kontak fisik langsung dengan ibu atau bayi baru lahir
4. Sebelum memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau
steril
5. Setelah melepas sarung tangan (kontaminasi melalui lubang atau
robekan sarung tangan)
6. Setelah menyentuh benda yang mungkin terkontaminasi oleh
darah atau cairan tubuh lainnya atau setelah menyentuh selaput
mukosa (misalnya hidung, mulut, mata, vagina) meskipun saat
itu sedang menggunakan sarung tangan
7. Setelah ke kamar mandi
8. Sebelum pulang kerja
E. Memakai Sarung Tangan
1. Gunakan sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi untuk
prosedur apapun yang akan mengakibatkan kontak dengan
jaringan dibawah kulit seperti persalinan, penjahitan vagina atau
pengambilan darah.
2. Gunakan sarung tangan periksa yang bersih untuk menangani
darah atau cairan tubuh.
3. Gunakan sarung tangan rumah tangga atau tebal untuk mencuci
peralatan, menangani sampah, juga membersihkan darah dan
cairan tubuh.
F. Menggunakan Teknik Aseptik
1. Penggunaan perlengkapan pelindung pribadi
2. Antisepsis
3. Menjaga tingkat sterilitas atau disinfeksi tingkat tinggi
G. Memproses alat bekas pakai
1. Dekontaminasi
Segera setelah digunakan, masukkan benda-benda yang
terkontaminasi ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
2. Pencucian dan pembilasan
a) Pakai sarung tangan karet yang tebal pada kedua tangan.
b) Ambil peralatan bekas pakai yang sudah didekontaminasi (hati-
hati bila memegang peratalan yang tajam, seperti gunting dan
jarum jahit).
c) Agar tidak merusak benda-benda yang terbuat dari plastik atau
karet, jangan dicuci secara bersamaan dengan peralatan dari
logam.
d) Cuci setiap benda tajam secara terpisah dan hati-hati:
e) Gunakan sikat dengan air dan sabun untuk menghilangkan sisa
darah dan kotoran.
f) Buka engsel gunting dan klem.
g) Sikat dengan seksama terutama di bagian sambungan dan sudut
peralatan.
h) Pastikan tidak ada sisa darah dan kotoran yang tertinggal pada
peralatan.
i) Cuci setiap benda sedikitnya tiga kali (atau lebih jika perlu)
dengan air dan sabun atau deterjen.
j) Bilas benda-benda tersebut dengan air bersih.
k) Ulangi prosedur tersebut pada benda-benda lain.
l) Jika peralatan akan didisinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi
(misalkan dalam larutan klorin 0,5%) tempatkan peralatan
dalam wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum memulai
proses DTT. Alasan: Jika peralatan masih basah mungkin akan
mengencerkan larutan kimia dan membuat larutan menjadi
kurang efektif.
m)Peralatan yang akan didisinfeksi tingkat tinggi dengan dikukus
atau direbus, atau disterilisasi di dalam otoklaf atau oven panas
kering, tidak perlu dikeringkan dulu sebelum proses DTT atau
sterilisasi dimulai.
n) Selagi masih memakai sarung tangan, cuci sarung tangan
dengan air dan sabun dan kemudian bilas dengan seksama
menggunakan air bersih.
Maylana Widiastuti, A.
Md, Keb