Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

GANGGUAN KEJIWAAN

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah keperawatan jiwa 1


Oleh dosen pengampu Heni purnama, MSN

Disusun oleh

Kelompok 2

1. Anisa Nur Fitriana 219051


2. Armia Husni Hidayati 219053
3. Cica Rosita Sari 219055
4. Imelda Dinesti 219065
5. Indri Ramadanti 219067
6. Levya Afriliza Permana P 219068
7. Novianti Isnaeni 219073
8. Shinta Nurjanah 219083
9. Siti Nur Hafsanah Adeliani 219085
10. Yukifanie Nurdyani 219092
11. Arip Nur Fauzan 218129

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN 3B


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
PPNI JAWA BARAT
2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha
penyayang, karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun masih banyak kekurangan di dalamnya.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini sendiri adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Jiwa. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, baik dari segi penyusunannya ataupun dari segi materinya. Oleh karena itu,
kami mengharapkan saran-saran, kritik dan juga masukan-masukan yang bersifat membangun
demi sempurnanya makalah ini.

Walaupun demikian kami mengharapkan semoga makalah ini berguna dan bermanfaat untuk
menambah wawasan serta pengetahuan bagi kami khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Bandung, 2 Maret 2022

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah gangguan jiwa semakin meningkat, ini dipengaruhi oleh pola perilaku
atau psikologis yang ditunjukkan oleh individu yang menyebabkan distress, disfungsi,
dan menurunkan kualitas kehidupan. Hal ini mencerminkan disfungsi psikobiologis dan
bukan sebagai akibat dari penyimpangan sosial atau konflik dengan masyarakat (stuart,
2016).
WHO (2016) menyatakan bahwa gangguan jiwa berat yang sering terjadi yaitu
skizofrenia. Pada skizofernia ditandai dengan penurunan atau ketidakmamapuan dalam
berkomunikasi, gangguan kognitif seperti tidak mampu berpikir abstrak, efek tidak wjaar
atau tumpul, gangguan realitas, serta kesukaran dalam melakukan aktivitas sehari-hari
(keliat, dkk 2011). Menurut Mahmuda (2018) skizofernia merupakan salah satu dari
gangguan jiwa berat pada pasien skizofernia 90% akan memunculkan beberapa
karakteristik yang menonjol salah satunya pasien mengalami halusinasi.
Halusinasi merupakan gangguan penerimaan panca indra tanpa stimulasi
ekstrenal seperti halusinasi pendnegaran, penglihatan, pengecapan, penciuman, dan
perabaan. Menurut Yosep & Sutini (2014) halusinasi juga dapat diartikan sesuatu distorsi
persepsi palsu yang terjadi pada respon neurobiologis maladaptif. Menurut keliat, 2016.
Pada penderita tidak ada namanya stimulasi eksternal ataupun stimulasi internal yang di
identifikasi sehingga mampu muncul pada salah satu panca indera.
BAB II

TINJAUAN TEORI

1.1 Pengertian Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa atau mental illnes adalah kesulitan yang harus dihadapi oleh seseorang
karena hubungannya dengan orang lain, kesulitan karena persepsinya tentang kehidupan dan
sikapnya terhadap dirinya sendiri (Fajar, 2016).

Gangguan jiwa adalah bentuk penyimpangan perilaku akibat adanya distorsi emosi
sehingga timbul ketidakwajaran dalam bertingkah laku. Ganguan jiwa adalah gangguan otak
yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan
panca indera). Gangguan jiwa ini menimbulkan stres dan penderitaan bagi penderita dan
keluarganya (Stuart, 2007).

Gangguan jiwa sesungguhnya sama dengan gangguan jasmaniah lainnya, hanya saja
gangguan jiwa bersifat lebih kompleks mulai dari yang ringan seperti rasa cemas, takut,
hingga yang tingkat berat berupa sakit jiwa atau lebih kita kenal sebagai gila (Fajar 2016).

1.2 Penyebab Gangguan Jiwa

Penyebab gangguan jiwa dapat bersumber dari hubungan dengan orang lain yang tidak
memuaskan seperti diperlakukan tidak adil, diperlakukan semenamena, kehilangan orang
yang dicintai, kehilangan pekerjaan dan sebagainya. Selain itu ada pula gangguan jiwa yang
disebabkan oleh faktor organik, kelainan saraf, dan gangguan pada otak (Sutejo, 2017).
Gejala utama atau gejala yang paling menonjol pada gangguan jiwa terdapat pada unsur
kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin dibadan (somatogenik), di lingkungan sosial
(sosiogenik), ataupun psikis (psikogenik) (Maramis, 2010). Menurut Santrock (2013) dalam
Sutejo (2017), penyebab gangguan jiwa dapat dibedakan atas :
1.2.1 Faktor Biologis/Jasmaniah
a. Genetika
Individu atau anggota keluarga yang memiliki atau yang mengalami gangguan
jiwa akan kecenderungan gangguan jiwa, akan cenderung lebih tinggi dengan
orang yang tidak memiliki faktor genetik (Yosep,2013).
b. Keturunan
Peran yang pasti sebagai penyebab belum jelas, mungkin terbatas dalam
mengakibatkan kepekaan untuk mengalami gangguan jiwa tapi hal tersebut
sangat ditunjang dengan faktor lingkungan kejiwaan yang tidak sehat.
c. Jasmaniah
Pendapat beberapa penyidik, bentuk tubuh seseorang bisa berhubungan dengan
gangguan jiwa, seperti bertubuh gemuk cenderung menderita psikosa manik
defresif, sedangkan yang kurus cenderung menjadi skizofernia.
d. Temperamental
Seseorang terlalu peka atau sensitif biasanya mempunyai masalah pada
ketegangan dan kejiwaan yang memiliki kecenderungan akan mengalami
gangguan jiwa.
e. Penyakit dan cedera tubuh
Penyakit jantung, kanker dan sebagiannya bisa menyebabkan murung dan
sedih. Serta cedera atau cacat tubuh tertentu dapat menyebabkan rasa rendah
diri (Yosep,2013).

1.2.2 Faktor Psikologis


Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang dialami akan
mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya. Pemberian kasih sayang orang tua yang
dingin, acuh tak acuh, kaku dan keras akan menimbulkan rasa cemas dan tekanan
serta memiliki kepribadian yang bersifat menolak dan menentang terhadap
lingkungan
1.2.3 Faktor Sosiso Kultural
Kebudayaan secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang dapat dilihat maupun
yang tidak terlihat. Faktor budaya bukan merupakan penyebab langsung yang dapat
menimbulkan gangguan jiwa, biasanya terbatas menentukan “warna” gejala-gejala.
Disamping memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian seseorang,
misalnya melalui aturan-aturan kebiasaan yang berlaku dalam kebudayaan tersebut
(Sutejo, 2017). Beberapa faktor-faktor kebudayaan tersebut, yaitu :
a. Cara membesarkan anak
Cara membesarkan anak yang kaku dan otoriter, dapat menyebabkan hubungan
orangtua dan anak menjadi kaku dan tidak hangat. Anak-anak dewasa mungkun
bersifat sangat agresif atau pendiam dan tidak suka bergaul atau justru menjadi
penurut yang berlebihan.
b. Sistem nilai
Perbedaan sistem nilai moral dan etika antara kebudayaan yang satu dengan yang
lain, antara masa lalu dengan sekarang, sering menimbulkan masalah-masalah
kejiwaan. Begitu pula perbedaan moral yang diajarkan di rumah / sekolah, dengan
yang dipraktikkan di masyarakat sehari-hari.
c. Perpindahan kesatuan keluarga
Khusus untuk anak yang sedang berkembang kepribadiannnya, perubahan-
perubahan lingkungan (kebudayaan dan pergaulan), sangat cukup mempengaruhi.
d. Masalah golongan minoritas
Tekanan-tekanan perasaan yang dialami golongan ini dari lingkungan, dapat
mengakibatkan rasa pemberontakan yang selanjutnya akan tampil dalam bentuk
sikap acuh atau melakukan tindakan-tindakan yang merugikan banyak orang.
1.3 Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa

Gejala-gejala gangguan jiwa adalah hasil interaksi yang kompleks antara unsur somatik,
psikologik, dan sosio-budaya. Gejala-gejala inilah sebenarnya menandakan dekompensasi
proses adaptasi dan terdapat terutama pemikiran, perasaan dan perilaku (Maramis, 2010).

a. Gangguan Kognitif
Kognitif adalah suatu proses mental di mana seorang individu menyadari dan
mempertahankan hubungan dengan lingkungannya, baik lingkungan dalam maupun
lingkungan luar (fungsi mengenal). Proses kognitif meliputi beberapa hal, antara lain
sensasi dan persepsi, perhatian, ingatan, asosiasi, pertimbangan, pikiran, serta
kesadaran.

b. Gangguan Perhatian
Perhatian merupakan pemusatan dan konsentrasi energi, dengan menilai dalam suatu
proses kognitif yang timbul dari luar akibat suatu rangsangan.
c. Gangguan Ingatan
Ingatan (memori) merupakan suatu kemampuan untuk menyimpan, mencatat,
memproduksi isi, dan tanda-tanda kesadaran.
d. Gangguan Asosiasi
Asosiasi adalah proses mental yang dengannya suatu perasaan, kesan, atau gambaran
ingatan cenderung untuk menimbulkan kesan atau gambaran ingatan respons/konsep
lain yang sebelumnya berkaitan dengannya.
e. Gangguan Pertimbangan
Pertimbangan (penilaian) adalah suatu proses mental untuk membandingkan/menilai
beberapa pilihan dalam suatu kerangka kerja dengan memberikan nilai-nilai untuk
memutuskan maksud dan tujuan dari suatu aktivitas.
f. Gangguan Pikiran
Pikiran umum adalah meletakkan hubungan antara berbagai bagian dari pengetahuan
seseorang.
g. Gangguan Kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan seseorang untuk mengadakan hubungan dengan
lingkungan, serta dirinya melalui pancaindra dan mengadakan pembatasan terhadap
lingkungan serta dirinya sendiri.
h. Gangguan Kemauan
Kemauan adalah suatu proses di mana keinginan-keinginan dipertimbangkan yanng
kemudian diputuskan untuk dilaksanakan sampai mencapai tujuan.
i. Gangguan Emosi dan Afek
Emosi adalah suatu pengalaman yang sadar dan memberikan pengaruh pada aktivitas
tubuh serta menghasilkan sensasi organik dan kinetis. Afek adalah kehidupan perasaan
atau nada perasaan emosional seseorang, menyenangkan atau tidak, yang menyertai
suatu pikiran, bisa berlangsung lama dan jarang disertai komponen fisiologis. Menurut
Suswinarto (2015) Perubahan prilaku pada kestabilan emosi merupakan tanda
seseorang mengalami gangguan jiwa. Perubahan perilaku tersebut ditandai dengan
perilaku menyimpang diantaranya adalah keluyuran, merusak barang, menyakiti orang,
mudah marah dan memendam perasaan.
j. Gangguan psikomotor
Psikomotor adalah gerakan tubuh yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa.

1.4 Macam-Macam Gangguan Jiwa

a. Skizofrenia
Skizofrenia juga merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana-mana
sejak dahulu kala. Meskipun demikian pengetahuan kita tentang sebabmusabab dan
patogenisanya sangat kurang (Maramis 2010).
b. Depresi
Defresi Merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan
alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur
dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya,
serta gagasan bunuh diri. Dapat diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan
kejiwaan pada alam perasaan yang ditandai dengan kemurungan, keleluasaan,
ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya.
Depresi adalah suatu perasaan sedih dan yang berhubungan dengan penderitaan, dapat
berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang mendalam
(Sutejo, 2017).
c. Gangguan Kepribadian
Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian (psikopatis) dan
gejala-gejala nerosa berbentuk hampir sama pada orang-orang dengan intelegensi
tinggi ataupun rendah. Jadi boleh dikatakan bahwa gangguan kepribadian, nerosa dan
gangguan intelegensi sebagian besar tidak tergantung pada satu dan yang lain atau
tidak berkorelasi (Fajar, 2016).
d. Gangguan mental organik
Merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang disebabkan oleh
gangguan fungsi jaringan otak (Maramis, 2010). Gangguan fungsi jaringan otak ini
dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengeni otak atau yang
terutama diluar otak. Bila bagian otak yang terganggu itu luas, maka gangguan dasar
mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit yang
menyebabkannya bila hanya bagian otak dengan fungsi tertentu saja yang terganggu,
maka lokasi inilah yang menentukan gejala dan sindroma, bukan penyakit yang
menyebabkannya. Pembagian menjadi psikotik dan tidak psikotik lebih menunjukkan
kepada berat gangguan otak pada suatu penyakit tertentu dari pada pembagian akut
dan menahun (Fajar, 2016).
e. Gangguan psikomatik
Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah (Maramis
2010). Sering terjadi perkembangan neurotik yang memperlihatkan sebagian besar
atau semata-mata karena gangguan fungsi alat-alat tubuh yang dikuasai oleh susunan
saraf vegetative. Gangguan psikosomatik dapat disamakan dengan apa yang
dinamakan dahulu neurosa organ. Karena biasanya hanya fungsi faaliah yang
terganggu, maka sering disebut juga gangguan psikofisiologik (Sutejo, 2017).
f. Gangguan Intelektual
Gangguan intelektual merupakan keadaan dengan intelegensi kurang (abnormal) atau
dibawah rata-rata sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa kanak-
kanak). Retardasi mental ditandai dengan adanya keterbatasan intelektual dan
ketidakcakapan dalam interaksi sosial (Stuart & Sundeen, 2008).
g. Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja
Anak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan
permintaan, kebiasaan atau norma-norma masyarakat (Maramis 2010). Anak dengan
gangguan perilaku dapat menimbulkan kesukaran dalam asuhan dan pendidikan.
Gangguan perilaku mungkin berasal dari anak atau mungkin dari lingkungannya, akan
tetapi akhirnya kedua faktor ini saling memengaruhi.
Diketahui bahwa ciri dan bentuk anggota tubuh serta sifat kepribadian yang umum
dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Pada gangguan otak seperti trauma
kepala, ensepalitis, neoplasma dapat mengakibatkan perubahan kepribadian. Faktor
lingkungan juga dapat mempengaruhi perilaku anak, dan sering lebih menentukan
oleh karena lingkungan itu dapat diubah, maka dengan demikian gangguan perilaku
itu dapat dipengaruhi atau dicegah (Sutejo, 2017).

1.5 Penggolongan Gangguan Jiwa

Menurut Yosep (2009) penggolongan gangguan jiwa dapat dibedakan menjadi :


a. Neurosis
Neurosis ialah kondisi psikis dalam ketakutan dan kecemasan yang kronis dimana
tidak ada rangsangan yang spesifik.
b. Psikosis
Psikosis merupakan gangguan penilaian yang menyebabkan ketidakmampuan
seseorang menilai realisitis dengan fantasi dirinya. Hasilnya, terdapat realitas baru
versi orang psikosis tersebut. Psikosis dapat pula diartiakan sebagai suatu kumpulan
gejala atau sindrom yang berhubungan gangguan psikiatri lainnya, tetapi gejala
tersebut bukan merupakan gejala spesifik penyakit yang menyebabkan kecemasan
tersebut (Sutejo, 2017).
1.6 Dampak Gangguan Jiwa
a. Penolakan
Timbul ketika ada keluarga yang menderita gangguan jiwa, anggota keluarga lain
menolak penderita tersebut. Sikap ini mengarah pada ketegangan, isolasi dan kehilangan
hubungan yang bermakna dengan anggota keluarga yang lainnya.
b. Stigma
Informasi dan pengetahuan tentang gangguan jiwa tidak semua dalam anggota keluarga
mengetahuinya. Keluarga menganggap penderita tidak dapat berkomunikasi layaknya
orang normal lainnya. Sehingga menyebabkan beberapa keluarga merasa tidak nyaman
dengan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
c. Kelelahan dan Burn out
Sering kali keluarga menjadi putus asa berhadapan dengan anggota keluarga yang
memiliki penyakit mental. Mereka mungkin mulai merasa tidak mampu untuk mengatasi
anggota keluarga dengan gangguan jiwa yang yang terus-menerus harus dirawat.
d. Duka
Kesedihan bagi keluarga di mana orang yang dicintai memiliki penyakit mental. Penyakit
ini mengganggu kemampuan seseorang untuk berfungsi dan berpartisipasi dalam kegiatan
normal dari kehidupan sehari-hari.
1.7 Definisi Bipolar

Gangguan Bipolar merupakan salah satu diantara gangguan mental yang serius dan
dapat menyerang seseorang, sifatnya melumpuhkan disebut mania - depresi (Parks,
2014). Gangguan bipolar sering dikaitkan dengan gangguan yang memiliki ciri yaitu naik
turunnya mood, aktifitas dan energi (Mintz, 2015).
Kekambuhan sering terjadi dan akan mengganggu fungsi sosial, pekerjaan, perkawinan
bahkan meningkatkan risiko bunuh diri (Amir et al., 2012). Keadaan emosional orang
dengan gangguan bipolar ekstrim dan intens yang terjadi pada waktu yang berbeda, atau
bisa disebut mood. Episode ini dikategorikan sebagai mania, hipomania, episode
campuran dan depresi (Ahuja, 2011).
Siklus bipolar :
a. Bipolar campuran: siklus yang bergantian antara episode mania, suasana hati normal,
depresi, suasana hati normal, mania, dan sebagainya.
b. Bipolar tipe I: episode mania dengan setidaknya satu episode depresi.
c. Bipolar tipe II: episode depresi berulang dengan setidaknya satu episode hipomania.\

1.7 Tipe-tipe Bipolar


a. Major Depresive Disorder
Episode depresi mengakibatkan seseorang berdelusi, berhalusinasi, dan berusaha
bunuh diri lebih sering terjadi pada depresi bipolar daripada depresi unipolar (Dipiro
et al., 2012). Disamping itu gangguan depresif juga mengganggu kehidupan keluarga.
Dan juga dapat menimbulkan gangguan emosional yang hebat sehingga dapat
mengancam keselamatan diri, orang lain, dan lingkungannya (Depkes RI, 2007).
Penderita terkadang memiliki suasana hati yang terus-menerus tertekan dan
kehilangan kegembiraan dalam aktivitas yang biasanya memberi kesenangan,
penurunan atau kenaikan berat badan, insomnia (yaitu tidur terlalu sedikit) atau
hipersomnia (yaitu terlalu banyak), agitasi psikomotor (yaitu gerakan gelisah) atau
retardasi (yaitu memperlambat gerakan), kehilangan energi, perasaan bersalah,
penurunan konsentrasi, ragu, keputusasaan atau pikiran untuk bunuh diri yang sengaja
maupun tidak di sengaja (Smith, 2014).

b. Manic episode
Manik biasanya dimulai dengan tiba-tiba, dan gejala meningkat selama beberapa hari.
Seperti perilaku aneh, halusinasi, dan delusi paranoid, terjadinya penurunan
produktifitas dimasyarkat (Dipiro et al., 2012). Di luar rumah sakit, pasien sering kali
menggunakan alkohol yang berlebihan. Kecenderungan untuk melepaskan pakaian di
tempat umum, mengenakan pakaian dan perhiasan dengan warna shining dalam
kombinasi yang freak, dan kurangnya perhatian terhadap hal kecil (misalnya, lupa
menutup telepon). Pasien bertindak impulsif dan pada saat yang sama merasa
memiliki keyakinan dan tujuan (Kaplan & Sadock’s, 2015).
c. Hypomanic Episode
Episode hipomania tidak ada kerusakan yang nyata dalam fungsi sosial atau
pekerjaan, tidak ada delusi, dan tidak ada halusinasi. Beberapa pasien mungkin lebih
produktif dari biasanya, namun 5% sampai 15% pasien dapat dengan cepat beralih ke
episode manik (Wells et al., 2015).
1.8 Gejala Bipolar
a. Nafsu makan berkurang dan / atau penurunan berat badan, atau makan berlebihan dan
penambahan berat badan
b. Kesulitan berkonsentrasi, mengingat, dan membuat keputusan
c. Kelelahan, penurunan energi, “melambat”
d. Perasaan bersalah, tidak berharga, tidak berdaya
e. Perasaan putus asa, pesimisme
f. Insomnia, bangun pagi, atau tidur berlebihan
g. Kehilangan minat atau kesenangan pada hobi dan aktivitas yang pernah dinikmati,
termasuk hubungan intim
h. Suasana hati yang terus-menerus sedih, cemas, atau “kosong”
i. Gelisah, mudah marah
j. Sering berpikir mengenai kematian atau bunuh diri, pernah melakukan percobaan bunuh
diri
1.9 Tanda-Tanda Mania dalam Gangguan Bipolar
a. Pikiran terputus dan sangat cepat (kalap)
b. Keyakinan muluk
c. Kegembiraan atau euforia yang tidak pantas
d. Kemarahan yang tidak pantas
e. Perilaku sosial yang tidak pantas
f. Hasrat seksual meningkat
g. Peningkatan kecepatan atau volume bicara
h. Secara signifikan meningkatkan energi
i. Penilaian yang buruk
j. Kebutuhan tidur yang menurun karena energi tinggi
1.10 Pencegahan Bipolar

Gangguan bipolar tidak selalu dapat dicegah. Namun, ada upaya yang dapat dilakukan
untuk mencegah kambuhnya gejala bipolar, antara lain:

• Berhenti mengonsumsi minuman beralkohol

• Menjalani terapi atau minum obat-obatan sesuai resep dokter

• Tidak menyalahgunakan NAPZA

• Mengelola stres dengan baik

• Membangun hubungan baik dengan keluarga dan lingkungan sekitar

• Belajar untuk bersabar dan fokus pada hal-hal positif

• Mencukupi waktu tidur dan istirahat dan mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan
seimbang

• Berolahraga secara rutin

1.11 Komplikasi Bipolar


Komplikasi yang dapat terjadi akibat gangguan bipolar antara lain:
• Masalah keuangan
• Kesepian atau merasa terisolasi dari lingkungan
• Penurunan prestasi di sekolah atau kinerja di pekerjaan
• Psikosis
• Penyalahgunaan NAPZA
• Terlibat dalam tindakan kriminal
• Penurunan prestasi di sekolah atau pekerjaan
• Percobaan bunuh diri
1.12 Pengobatan Bipolar
Pengobatan gangguan bipolar bertujuan untuk meredakan gejalanya. Dokter akan
menyesuaikan metode pengobatannya dengan kondisi pasien. Beberapa tindakan medis
yang dapat dilakukan oleh dokter adalah:
 Obat-obatan
Dokter bisa meresepkan obat-obatan untuk menangani gangguan bipolar. Jenis obat yang
dapat diresepkan oleh dokter antara lain:
• Obat penyeimbang suasana hati, seperti lithium, lamotrigine, dan carbamazepine
Antikonvulsan, seperti asam valproat
• Antipsikotik, seperti aripiprazole, olanzapine, quetiapine, dan risperidone
• Antidepresan, seperti fluoxetine, escitalopram, dan sertraline
 Psikoterapi
Ada beberapa jenis psikoterapi yang dapat dilakukan untuk menangani gangguan bipolar,
yaitu:
• Interpersonal and social rhythm therapy (IPSRT)
Terapi ini bertujuan mengatur pola aktivitas pasien sehari-hari, seperti waktu untuk
tidur, bangun, dan makan. Ritme aktivitas yang konsisten diyakini bisa
mengendalikan gejala gangguan bipolar.
• Cognitive behavioral therapy (CBT)
CBT atau terapi perilaku kognitif bertujuan untuk membantu pasien dalam
mengidentifikasi dan mengatasi perilaku atau kondisi yang dapat memicu timbulnya
gejala gangguan bipolar.

• Psikoedukasi
Dokter akan memberi tahu pasien hal-hal terkait kondisi yang dideritanya. Dengan
begitu, pasien dapat mengidentifikasi penyebab munculnya gejala dan
mencegahnya, sambil tetap menjalani pengobatan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Gangguan jiwa atau mental illnes adalah kesulitan yang harus dihadapi oleh
seseorang karena hubungannya dengan orang lain, kesulitan karena persepsinya tentang
kehidupan dan sikapnya terhadap dirinya sendiri. Penyebab gangguan jiwa dapat
bersumber dari hubungan dengan orang lain yang tidak memuaskan seperti diperlakukan
tidak adil, diperlakukan semenamena, kehilangan orang yang dicintai, kehilangan
pekerjaan dan sebagainya. Selain itu ada pula gangguan jiwa yang disebabkan oleh
faktor organik, kelainan saraf, dan gangguan pada otak, tanda gejala yang timbul
diantaranya gangguan kognitif , gangguan perhatian , gangguan ingatan dan kesadaran ,
kemauan, emosi dan afek, psikomotor dan juga pikiran. Seperti yang kita ketahui banyak
dampak yang dialami seseorang ketika mengalami gangguan jiwa, orang yang menderita
gangguan jiwa akan mengalami penolakan di lingkungannya karena stigma yang ada
sehingga dapat menyebabkan kelelahan dan duka bagi keluarga atau lingkungan sekitar.
Salah satu macam gangguan jiwa antara lain bipolar, seperti yang kita ketahui
bipolar yaitu naik turunnya mood, aktifitas dan energi dari penderita yang ditandai
dengan kemarahan yang tidak pantas, perilaku yang tidak pantas, peningkatan kecepatan
atau volume bicara, meningkatkan energi sehinga kebutuhan tidurnya menurun.
Bipolar juga bisa mengakibatkan seseorang bersikap aneh, berdelusi,
berhalusinasi atau bahkan berusaha untuk bunuh diri ketika seseorang mengalami
gangguan depresif.
Bagi kita yang memiliki keluarga ataupun ada orang disekitar kita yang
menderita gangguan jiwa, akan lebih baik untuk kita mempelajari terlebih dahulu
mengenai apa yang dialami dan juga mencari tahu bagaimana menangani penderita.
Berilah dukungan dan suport sebagai seseorang yang dekat dengan penderita, jangan
mengucilkan atau bahkan mengusir mereka.

Anda mungkin juga menyukai