Anda di halaman 1dari 4

ETIKA KEPERAWATAN

Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang pada kesejahteraan
manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun yang sakit untuk
dapat menjalankan fungsi hidup sehari-hariya. Salah satunya yang mengatur hubungan antara
perawat pasien adalah etika. Istilah etika dan moral sering digunakan secara bergantian.
Menurut Doheny et all, pada tahun 1982, Etika dan moral merupakan sumber dalam
merumuskan prinsip-prinsip yang menjadi penuntun dalam berprilaku serta membuat keputusan
untuk melindungi hak-hak manusia. Etika diperlukan oleh semua profesi termasuk juga
keperawatan yang mendasari prinsip-prinsip suatu profesi dan tercermin dalam standar praktek
profesional.
Profesi keperawatan mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat, yang berarti
masyarakat memberi kepercayaan kepada profesi keperawatan untuk memberikan pelayanan
yang dibutuhkan. Konsekwensi dari hal tersebut tentunya setiap keputusan dari tindakan
keperawatan harus mampu dipertanggungjawabkan dan dipertanggunggugatkan dan setiap
pengambilan keputusan tentunya tidak hanya berdasarkan pada pertimbangan ilmiah semata
tetapi juga dengan mempertimbangkan etika.
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perlaku
seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan seseorang dan
merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawanb moral.(Nila Ismani, 2001). Sedangkan bioetik
adalah studi tentang isu etika dalam pelayanan kesehatan (Hudak & Gallo, 1997). Dalam
pelaksanaannya etika keperawatan mengacu pada bioetik sebagaimana tercantum dalam sumpah
janji profesi keperawatan dan kode etik profesi keperawatan.
Etik merupakan prinsip yang menyangkut benar dan salah, baik dan buruk dalam
hubungan dengan orang lain. Etik merupakan studi tentang perilaku, karakter dan motif yang
baik serta ditekankan pada penetapan apa yang baik dan berharga bagi semua orang. Secara
umum, istilah etik dan moral adalah sama. Etik memiliki istilah yang berbeda dengan moral bila
istilah etik mengarahkan untuk penyelidikan filosofis atau kajian tentang masalah tertentu.
Moral mendeskripsikan perilaku aktual, kebiasaan dan kepercayaan sekelompok orang
atau kelompok tertentu. Etik juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara
hidup, sehingga etik merefleksikan sifat, prinsip dan standar seseorang yang mempengaruhi
perilaku profesional. Cara hidup moral perawat telah dideskripsikan sebagai etik keperawatan.
dapat disimpulkan bahwa etik merupakan istilah yang digunakan untuk merefleksikan bagaimana
seharusnya manusia berperilaku, apa yang seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain.
Nilai-nilai, keyakinan dan filosofi individu memainkan peranan penting pada
pengambilan keputusan etik yang menjadi bagian tugas rutin perawat. Peran perawat ditantang
ketika harus berhadapan dengan masalah dilema etik, untuk memutuskan mana yang benar dan
salah; apa yang dilakukannya jika tak ada jawaban benar atau salah; dan apa yang dilakukan jika
semua solusi tampak salah.
DILEMA DALAM ETIKA KEPERAWATAN
Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua atau lebih landasan moral suatu
tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap
alternatif memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan
yang benar atau salah dan dapat menimbulkan stress pada perawat karena dia tahu apa yang
harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya.
Menurut Thompson & Thompson (1985 ) Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai
perawat, klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam
mengambil keputusan. dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada
alternatif yang memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak
memuaskan sebanding.
Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang
memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif yang memuaskan dan tidak memuaskan
sebanding. Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau salah. Untuk membuat keputusan yang
etis, seseorang harus tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional.
Adapun prinsip moral dalam menyelesaiakan masalah etik yang harus diterapkan oleh
perawat dalam pendekatan penyelesaian masalah / dilema etis yang pertama yaitu otonomi,
prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
memutuskan pada orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat keputusan
sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang dihargai.
Prinsip otonomi ini adalah bentuk respek terhadap seseorang, juga dipandang sebagai
persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian
dan kebebasan individu yang menuntut pembelaan diri. Praktek profesioanal merefleksikan
otonomi saat perawat menghargai hak hak pasien dalam membuat keputusan tentang perawatan
dirinya oleh perawat tersebut.
Yang kedua yaitu benefisiensi, benefisiensi berarti hanya mengerjakan sesuatu yang baik.
Kebaikan juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan
atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Kadang-kadang dalam situasi
pelayanan kesehatan kebaikan menjadi konflik dengan otonomi.
Yang ketiga yaitu keadilan (justice), Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama
dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan .
Nilai ini direfleksikan dalam praktek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar
sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan
kesehatan.
Yang keempat yaitu nonmalefisien, Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya / cedera
secara fisik dan psikologis. Segala tindakan yang dilakukan pada klien oleh perawat itu harus
baik dan benar agar tidak terjadinya bahaya/ cedera pada pasien tersebut.
Yang kelima yaitu kejujuran (veracity), Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran.
nilai ini diperlukan oleh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap
pasien untuk meyakinkan bahwa pasien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan
kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,
komprehensif dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada,
Dan mengatakan yang sebenarnya kepada pasien tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan keadaan dirinya salama menjalani perawatan. Walaupun demikian terdapat
beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan
kesalahan prognosis pasien untuk pemulihan, atau adanya hubungan paternalistik bahwa “doctor
knows best” sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan
informasi penuh tentang kondisinya.
Yang keenam yaitu fidelity, Prinsip fidelity Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia pasien. Ketaatan, kesetiaan adalah kewajiban seeorang
untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan itu menggambarkan kepatuhan
perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah
untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan
penderitaan.

Yang ketujuh yaitu kerahasiaan (confidentiality), Aturan dalam prinsip kerahasiaan ini
adalah bahwa informasi tentang klien harus dijaga privasi-nya. Apa yang terdapat dalam
dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tak ada
satu orangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijin kan oleh klien dengan
bukti persetujuannya.
Yang kedelapan yaitu akuntabilitas (accountability), Prinsip ini berhubungan erat dengan
fidelity yang berarti bahwa tanggung jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat digunakan
untuk menilai orang lain. Akuntabilitas merupakan standar yang pasti yang mana tindakan
seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
Langkah penyelesaian dilema etik menurut Tappen (2005) adalah yang pertama yang
dilakukan yaitu pengkajian tujuannya dari tahap ini adalah terkumpulnya data dari seluruh
pengambil keputusan, yang kedua dengan melakukan perencanaan tujuannya untuk
merencanakan dengan tepat dan berhasil, setiap orang yang terlibat dalam pengambilan
keputusan harus masuk dalam proses.
Thomson and Thomson (1985) mendaftarkan 3 (tiga) hal yang sangat spesifik namun
terintegrasi dalam perencanaan, yaitu : yang pertama dengan cara menentukan tujuan dari
treatment, selanjutnya dengan mengidentifikasi pembuat keputusan, dan yang terakhir daftarkan
dan beri bobot seluruh opsi / pilihan.
Selanjutnta setelah melakukan perencanaan yang ketiga yaitu dengan melakukan
implementasi, selama implementasi, klien/keluarganya yang menjadi pengambil keputusan
beserta anggota tim kesehatan terlibat mencari kesepakatan putusan yang dapat diterima dan
saling menguntungkan. Harus terjadi komunikasi terbuka dan kadang diperlukan bernegosiasi.
Peran perawat selama implementasi adalah menjaga agar komunikasi tak memburuk,
karena dilema etis seringkali menimbulkan efek emosional seperti rasa bersalah, sedih / berduka,
marah, dan emosi kuat yang lain. Pengaruh perasaan ini dapat menyebabkan kegagalan
komunikasi pada para pengambil keputusan. Perawat harus ingat “Saya disini untuk melakukan
yang terbaik bagi klien”.
Perawat harus menyadari bahwa dalam dilema etik tak selalu ada 2 (dua) alternatif sekali
tercapai kesepakatan, pengambil keputusan harus menjalankannya. Kadangkala kesepakatan tak
tercapai karena semua pihak tak dapat didamaikan dari konflik sistem dan nilai. Atau lain waktu,
perawat tak dapat menangkap perhatian utama klien. Seringkali klien / keluarga mengajukan
permintaan yang sulit dipenuhi, dan di dalam situasi lain permintaan klien dapat dihormati.
Dan yang terakhir evaluasi tujuan dari evaluasi adalah terselesaikannya dilema etis
seperti yang ditentukan sebagai outcome-nya. Perubahan status klien, kemungkinan treatment
medik, dan fakta sosial dapat dipakai untuk mengevaluasi ulang situasi dan akibat treatment
perlu untuk dirubah. Komunikasi diantara para pengambil keputusan masih harus dipelihara.
Dilema etik yang sering ditemukan dalam praktek keperawatan dapat bersifat personal
ataupun profesional. Dilema menjadi sulit dipecahkan bila memerlukan pemilihan keputusan
tepat diantara dua atau lebih prinsip etis. Sebagai tenaga profesional perawat kadang sulit karena
keputusan yang akan diambil keduanya sama-sama memiliki kebaikan dan keburukan. Pada saat
berhadapan dengan dilema etis juga terdapat dampak emosional seperti rasa marah, frustrasi,
Dan takut saat proses pengambilan keputusan rasional yang harus dihadapi, ini
membutuhkan kemampuan interaksi dan komunikasi yang baik dari seorang perawat. masalah
pengambilan keputusan dalam pemberian transplantasi ginjal juga sering menimbulkan dilema
etis karena sangat berhubungan dengan hak asasi manusia, pertimbangan tingkat keberhasilan
tindakan dan keterbatasan sumber-sumber organ tubuh yang dapat didonorkan kepada orang lain
sehingga memerlukan pertimbangan yang matang
. Oleh karena itu sebagai perawat yang berperan sebagai konselor dan pendamping harus
dapat meyakinkan klien bahwa keputusan akhir dari komite merupakan keputusan yang terbaik.

Anda mungkin juga menyukai