Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENCEGAHAN EPILEPSI PADA ANAK

Nama : Firda yunisa


Nim: 219061

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKEP PPNI JAWA BARAT
TAHUN 2020

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : epilepsi

Sub Pokok Bahasan : epilepsi pada anak

Sasaran : Masyarakat

Hari / Tanggal : senin 20 maret 2021

Waktu : 30 menit

Tempat : Rumah masing-masing menggunakan aplikasi zoom

Penyuluh / Petugas : Firda yunisa

Metode : Ceramah, dan Diskusi tanya jawab

Media : power point

A. LATAR BELAKANG

Epilepsi adalah salah satu kelainan neurologi kronik yang banyak terjadi pada anak. Epilepsi
merupakan manifestasi gangguan fungsi otak dengan gejala yang khas yaitu kejang berulang aki
bat lepasnya muatan listrik neuron otak secara berlebihan dan paroksismal.

Pengobatan epilepsi bertujuan fokus untuk pengendalian kejang dengan pemberian obat anti epil
epsi (OAE).6 Namun, pada beberapa kasus pasien anak memiliki resistensi terhadap OAE sehingg
a tidak memperlihatkan respon pengobatan yang baik hal ini disebut sebagai epilepsi intraktabel.
Dikategorikan sebagai epilepsi intraktabel jika telah mengonsumsi 2 atau lebih obat antiepilepsi s
ecara teratur dan adekuat selama 18 bulan namun tidak menunjukkan penurunan frekuensi dan
durasi kejang.7
Epilepsi bukan hanya permasalahan secara medis tetapi juga akan berpengaruh pada kehidupan s
osial ekonomi sehari-hari penderita dan keluarga.8 Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti
faktor faktor yang mempengaruhi kejadian epilepsi intraktabel pada pasien anak dengan epilepsi
agar dapat digunakan sebagai pertimbangan pengelolaan yang tepat pada pasien epilepsi anak ag
ar tidak berujung pada epilepsi intraktabel.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan sasaran mampu mengetahui dan memahami bila
terjadinya epilepsi pada anak

C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan warga mengetahui :

1. Apa yang dimaksud dengan epilepsi


2. Klasifikasi epilepsi
3. Etiologi epilepsi
4. Patopisiologi epilepsi
5. Komplikasi epilepsi
6. Penanganan epilepsi

D. SASARAN

Masyarakat sekitar rumah

E. MATERI

 
1. Definisi epilepsi

Epilepsi merupakan suatu gangguan sistem persarafan sentral, di mana aktivitas


dari otak menjadi abnormal. Gangguan ini dapat menyebabkan kejang atau periode
di mana seseorang mengalami perilaku abnormal, sensasi abnormal, dan terkadang
hilangnya kesadaran.
Tanda dan gejala dari kejang dapat bervariasi. Sebagian orang dengan epilepsi
bisa saja hanya menunjukkan tatapan kosong selama beberapa detik saat mengalam
i kejang. Sementara sebagian lainnya dapat mengalami kaki atau tangan yang men
yentak.

Umumnya, seseorang didiagnosis mengalami epilepsi apabila telah mengalami seti


daknya dua kali kejang yang tidak diprovokasi. Sebagian anak dengan epilepsi d
apat tidak menunjukkan gejala lagi seiring dengan bertambahnya usia.

Penyakit epilepsi atau ayan adalah gangguan sistem saraf pusat akibat pola aktivitas listrik otak
yang tidak normal. Hal itu menimbulkan keluhan kejang, sensasi dan perilaku yang tidak biasa,
hingga hilang kesadaran.
Gangguan pada pola aktivitas listrik otak saraf dapat terjadi karena beberapa hal. Baik karena
kelainan pada jaringan otak, ketidakseimbangan zat kimia di dalam otak, ataupun kombinasi dari
beberapa faktor penyebab tersebut.

2. Klasifikasi epilepsi

Epilepsi merupakan suatu penyakit dengan berbagai etiologi. Klasifikasi jenis bangkitan
yang cukup lama digunakan yaitu Klasifikasi ILAE 1981 sekarang sudah digantikan
dengan klasifikasi ILAE 2017. Sudah 36 tahun dinanti, akhirnya klasifikasi yang telah
digunakan secara luas ini diperbaharui.

Pembagian kejang menurut ILAE 2017, secara garis besar dibagi menjadi 3 kelompok uta
ma: kejag fokal, kejang umum dan kejang tidak terklasifikasikan. Pada kejang fokal dapat
disertai gangguan kesadaran atau tanpa gangguan kesadaran. Beberapa hal yang disorot
adalah baik pada kejang fokal dan umum dibagi berdasarkan gejala non-motor onset dan
motor onset, manifestasi antara kejang non-motor onset pada fokal dan umum dapat ber
beda. Selain itu, terdapat jenis bangkitan yang bisa masuk ke dalam fokal dan umum (keja
ng tonik). Istilah secondary generalized seizure sudah digantikan dengan terminologi foca
l to bilateral tonic-clonic.

Dengan adanya klasifikasi baru ini, diharapkan diagnosis jenis bangkitan menjadi lebih sp
esifik dan terstruktur, serta mengantisipasi jenis yang tidak bisa dikelompokkan berdasar
kan klasifikasi ILAE 1981. Untuk pembagian sindroma epilepsi sendiri, belum ada update
d yang terbaru, masih berpegangan pada sindrome epilepsi ILAE 1989, semoga kita berh
arap klasifikasi sindrome epilepsi dapat diperbarahui juga
3. Etiologi epilepsi
Etiologi epilepsi dibagi menjadi enam macam yaitu struktural, genetik, infeksi, metabolik,
imunitas dan yang terakhir adalah etiologi yang tidak diketahui. Setiap pasien epilepsi dapat
memiliki salah satu atau beberapa etiologi sekaligus sebagai penyebab terjadinya epilepsi. Ada
berbagai macam faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko terjadinya epilepsi, baik faktor
internal seperti neoplasma, riwayat genetik keluarga dengan epilepsi dan faktor eksternal seperti
stress dan kurang tidur
1. Struktural 

Etiologi struktural adalah abnormalitas struktur di otak yang diketahui melalu


i pencitraan dan merupakan penyebab utama terjadinya epilepsi pada pasien. Kel
ainan struktural ini terbagi menjadi dua yaitu kelainan struktural yang didapa
t seperti akibat stroke, trauma dan infeksi, serta kelainan struktural genetik
yang menyebabkan terjadinya malformasi korteks. Kelainan struktural merupakan
penyumbang 40% dari total epilepsi resisten obat pada anak

2. Genetik

Etiologi genetik sebagai faktor predisposisi terjadinya epilepsi masih terus b


erkembang. Masih banyak kelainan genetik yang tidak diketahui. Etiologi geneti
k dapat diamati lebih jelas pada kasus dengan riwayat keluarga memiliki kelain
an autosomal dominan, contohnya syndrome of Benign Familial Neonatal Epileps
y yang diketahui terjadi mutasi pada salah satu gen kanal potassium, KCNQ2 ata
u KCNQ3.[6,7]

Epilepsi dapat terjadi akibat mutasi beberapa atau hanya satu gen saja. Mutasi
genetik dapat menyebabkan terjadinya epilepsi dengan gejala ringan hingga bera
t. Contoh mutasi monogenik yang menyebabkan terjadinya epilepsi dapat diamati
pada anak-anak dengan ensefalopati epilepsi berat,  yaitu pada sindrom Dravet.
Lebih dari 80% pasien memiliki varian abnormal gen SCN1A. Mutasi gen SCN1A ber
hubungan dengan sindrom Dravet dan Genetic Epilepsy with Febrile Seizures Plu
s (GEFS+).[6,7]
Etiologi genetik sendiri tidak menjadi satu-satunya faktor penentu terjadinya
epilepsi. Seseorang bisa saja mewarisi mutasi genetik yang menjadi etiologi ep
ilepsi, namun peran dari faktor lingkungan seperti stress, kurang tidur dan pe
nyakit tetap berperan memicu terjadinya awitan kejang

3. Infeksi

Infeksi merupakan etiologi tersering yang saat ini diketahui menjadi penyebab
epilepsi. Pada kasus kejang seperti ini, kejang merupakan salah satu gejala u
tama infeksi penyakit tersebut dan memenuhi kriteria diagnosis epilepsi. Conto
hnya adalah infeksi neurosistiserkosis, tuberkulosis, HIV, malaria serebral, s
ubacute sclerosing panencephalitis, cerebral toxoplasmosis, dan infeksi kongen
ital, contohnya Zika virus dan cytomegalovirus.

4.Metabolik

Seperti pada skenario etiologi infeksi, pada etiologi metabolik, kejang epilep
si juga merupakan salah satu gejala suatu penyakit metabolik yang terjadi pada
seseorang. Epilepsi metabolik dapat terjadi sebagai manifestasi dari abnormali
tas biokimia atau defek metabolik didalam tubuh. Contohnya adalah porfiria, ur
emia, aminoasidopati, atau kejang terkait  pyridoxine.

5. Imunitas

Epilepsi yang terjadi akibat gangguan sistem imun terjadi akibat reaksi inflam
asi yang dimediasi oleh imunitas tubuh yang menyebabkan terjadinya inflamasi s
istem saraf pusat. Contoh kondisi ini adalah pada penyakit ensefalitis autoimu
n. Manifestasi klinis epilepsi terkait imunitas antara lain kejang, gejala psi
kiatrik, gangguan gerak, amnesia, kebingungan hingga kehilangan kesadaran

6. Etiologi yang tidak diketahui

Penyebab suatu epilepsi yang tidak diketahui etiologinya saat ini terutama be
rhubungan pada kasus diagnosis epilepsi dinegara berkembang dengan akses tekno
logi yang terbatas, sehingga diagnosis hanya dapat ditegakkan sampai titik ter
tentu saja tanpa mengetahui etiologi penyebabnya
4. Patofisiologi epilepsi

Patofisiologi epilepsi berupa proses iktogenesis atau proses terjadinya seran


gan epileptik. Proses ini berawal dari eksitabilitas satu atau sekelompok neu
ron akibat perubahan pada membran sel neuron. Perubahan pada kelompok neuron
tersebut menyebabkan hipereksitabilitas.[4]

Proses timbulnya eksitabilitas berbeda pada tiap fokus epilepsi. Asal timbuln
ya eksitabilitas dapat berasal dari:

 Neuron individual, yaitu neuron epileptik memiliki konduktansi Ca2+ yang


lebih tinggi yang disebabkan oleh perubahan struktur dan fungsi pada reseptor
membran post sinaptik
 Lingkungan mikro neuronal, perubahan kadar kation dan anion ekstraselula
r berupa peningkatan kadar K+ menyebabkan depolarisasi neuron dan pengeluaran
yang berlebihan
 Populasi sel epileptik, perubahan fisiologis neuronal secara kolektif m
enyebabkan produksi eksitabilitas yang progresif.[4]

Peran Neurotransmitter

Patofisiologi epilepsi erat kaitannya dengan peranan neurotransmiter karena k


ebanyakan obat antiepilepsi bekerja mengikuti fungsi dari neurotransmiter. Mek
anisme peran neurotransmitter dalam epilepsi meliputi:

 Kadar neurotransmitter γ-aminobutyric acidA (GABA) menurun pada fokus e


pileptik dan pada epilepsi terjadi penurunan inhibisi terhadap reseptor GABA d
an peningkatan metabolisme GABA post sinaptik
 Glutamat: sinaps glutamatergik berperan penting dalam fenomena epilepsi.
Aktivasi reseptor metabotropik dan ionotropik glutamat post sinaptik bersifat
pro konvulsi. Pada pasien dengan serangan absans, kadar glutamat plasma ditem
ukan meningkat
 Katekolamin: didapatkan penurunan kadar dopamin pada fokus epilepsi seme
ntara pemberian antidopamin mengeksaserbasi serangan epileptic
 
.
5 Komplikasi solusio plasenta 

Kejang pada penderita epilepsi terkadang dapat membahayakan penderitanya dan o


rang lain. Bahaya tersebut dapat berupa terjatuh saat kejang, hingga risiko me
ngalami cedera atau patah tulang. Bahaya lainnya adalah hilang kesadaran ketik
a kejang, sehingga berisiko tenggelam saat berenang atau mengalami kecelakaan
saat berkendara.
Selain itu, masalah kesehatan mental juga sering kali dihadapi penderita epile
psi akibat efek samping pengobatan, atau kesulitan dalam menghadapi kondisinya.
Komplikasi kesehatan mental yang sering timbul, antara lain adalah depresi, k
egelisahan, atau keinginan untuk bunuh diri.
Komplikasi juga dapat terjadi pada penderita epilepsi yang sedang hamil. Meski
sebagian besar penderita epilepsi dapat mengalami kehamilan dan persalinan den
gan baik, ada kemungkinan janin mengalami cacat saat lahir atau masalah perkem
bangan.
Dalam kasus yang jarang terjadi, epilepsi dapat menimbulkan komplikasi yang me
mbahayakan nyawa. Komplikasi tersebut adalah status epileptikus, yaitu kejang
yang berlangsung lebih dari lima menit, atau kejang yang berulang tanpa diseli
ngi kondisi sadar di antara kejang. Komplikasi membayakan lainnya adalah kemat
ian mendadak dengan penyebab yang belum diketahui. Kondisi ini dapat dialami p
enderita kejang yang tidak dikendalikan dengan obat.

6. Penanganan solusio plasenta 


Tetap tenang
Sederhana, tetapi kadang sulit dilakukan. Respons Anda dapat memicu reaksi ora
ng lain di sekitar Anda. Apabila Anda tetap tenang, kemungkinan besar orang-or
ang di sekitar Anda juga akan melakukan hal yang sama, sehingga mencegah keada
an ricuh

Perhatikan waktu kejang


Begitu Anda melihat seseorang mulai mengalami kejang, usahakan untuk memperhat
ikan waktu. Ini akan membantu menentukan apakah penanganannya butuh bantuan ta
mbahan atau tidak.
Kejang yang berlangsung lama, yaitu 5 menit atau lebih, butuh pertolongan lebi
h lanjut dari tenaga medis.

Memindahkannya ke tempat yang aman


Orang yang kejang tak bisa mengontrol gerakannya, sehingga berpotensi melukai
diri sendiri. Jika saat mengalami kejang penderita ada di situasi yang berbaha
ya, misalnya saat menyeberang di jalan raya, segera pindahkan ke tempat yang a
man.

Perhatikan juga benda-benda di sekitar penderita. Jika ada objek tajam, berba
haya, atau yang berpotensi melukai, segera singkirkan.

Lindungi kepala penderita


Untuk melindungi agar kepala penderita tidak terantuk lantai, Anda dapat melet
akkan benda lembut di bawah kepala penderita kejang, misalnya gulungan jaket a
tau bantal.

Jika penderita epilepsi memakai kacamata, Anda bisa melepaskannya. Kalau perlu,
jaga area leher bebas dari ikatan ketat, misalnya melonggarkan dasi, membuka
kancing di bagian leher, membuka scarf, dan lain-lain.

Temani dan jelaskan


Anda dianjurkan untuk menemani penderita epilepsi dari awal kejang hingga sele
sai. Jika ia sudah sadar, jelaskan secara sederhana apa yang telah terjadi. 

Mengalami kejang di tempat umum bisa menyebabkan penderita epilepsi menjadi to


ntonan, yang dapat menjadi pengalaman memalukan atau membingungkan baginya. Us
ahakan untuk memberi ruang bagi penderita kejang.

Kejang berhenti
Setelah kejang berhenti, Anda bisa membantu memosisikan penderita untuk miring.
Posisi tersebut akan membantu air liur, makanan, atau minuman dalam mulut un
tuk keluar, sehingga tidak membuat tersedak. Setelah sadar, pastikan penderita
kejang bisa bernapas dengan baik.

F. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi tanya jawab
G. MEDIA
1. Laptop
2. Power point

H. PENGORGANISASIAN & URAIAN TUGAS


1.
Protokol / Pembawa acara
2.
Penyuluh / Pengajar
3.
Fasilitator
4.
Observer

I. PROSES PELAKSANAAN
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA
1 08.00 s/d 08.05 Pembukaan: 1.Menjawab salam
1.
(5 menit ) Penyuluh memulai penyuluhan d
engan mengucapkan salam. 2.Memperhatikan
2.
Memperkenalkan diri. 3.Memperhatikan
3.
Menjelaskan tujuan penyuluhan.
4.
Menyebutkan materi yang aka 4.Memperhatikan
n diberikan

2 08.05 s/d 08.20 Pelaksanaan : 1.Memperhatikan


(25 menit )  
1.
Menjelaskan definisi epilepsi
2.
Menjelaskan klasifikasi epilepsi 2.Memperhatikan
3.
Menjelaskan etiologi epilepsi
4.
Menjelaskan patopisiologi epilepsi 3.Bertanya dan mendengark
5. an jawaban
Menjelaskan komplikasi epilepsi
6.
Menjelaskan penanganan epilepsi
4.memperhatikan poser point
dan poster

3 Evaluasi :
1.
Meminta audience menjelaskan ap 1.
Menjelaskan apa itu
a itu definisi epilepsi
epilepsi
2.
Meminta audience menjelaskan 2.
Menjelaskan klasifikasi
bagaimana klasifikasi epilepsi
epilepsi
3. 3.
Meminta audience menjelaskan Menjelaskan etiologi
bagaimana etiologi epilepsi 4.
Menjelaskan
4.
Meminta audience menjelaskan patopisiologi epilepsi
bagaimana patopisiologi epilepsi 5.
Menjelaskan komplikasi
5.
Meminta audience untuk epilepsi
menjelaskan bagaimana 6.
Menjelaskan cara
komplikasi epilepsi penanganan epilepsi
6.
Meminta audience menjelaskan
bagaimana cara penanganan
epilepsi
4 Teriminasi :
1. Diskusi tanya jawab 1. Diskusi tanya jawab
2. Mengucapkan terima kasih atas 2. Memperhatikan
perhatian yang diberikan 3. Menjawab asalam
3. Mengucapkan salam penutup

J. EVALUASI
1. Kriteria struktur
a) Peserta hadir 30 orang
b) Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan melalui aplikasi zoom

2. Kriteria proses
a) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b) Peserta mendengarkan materi dengan berkonsentrasi
c) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan
benar

3. Kriteria hasil
a. Mengetahui pengertian epilepsi
b. Mengetahui komplikasi terjadinya epilepsi
c. Mengetahui etiologi epilepsi
d. Mengetahui patopisiologi epilepsi
e. Mengatahui komplikasi epilepsi
f. Mengetahui penanganan epilepsi

K. PENGORGANISASIAN
Pembawa acara :

Pembicara : Firda yunisa

Observer :

Fasilitator :

L. SUMBER/DAFTAR PUSTAKA

https://m.klikdokter.com/penyakit/epilepsi

https://www.slideshare.net/mobile/idamustofa64/sap-epilepsi-poli-anak

Anda mungkin juga menyukai