PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKEP PPNI JAWA BARAT
TAHUN 2020
Sasaran : Masyarakat
Waktu : 30 menit
A. LATAR BELAKANG
Epilepsi adalah salah satu kelainan neurologi kronik yang banyak terjadi pada anak. Epilepsi
merupakan manifestasi gangguan fungsi otak dengan gejala yang khas yaitu kejang berulang aki
bat lepasnya muatan listrik neuron otak secara berlebihan dan paroksismal.
Pengobatan epilepsi bertujuan fokus untuk pengendalian kejang dengan pemberian obat anti epil
epsi (OAE).6 Namun, pada beberapa kasus pasien anak memiliki resistensi terhadap OAE sehingg
a tidak memperlihatkan respon pengobatan yang baik hal ini disebut sebagai epilepsi intraktabel.
Dikategorikan sebagai epilepsi intraktabel jika telah mengonsumsi 2 atau lebih obat antiepilepsi s
ecara teratur dan adekuat selama 18 bulan namun tidak menunjukkan penurunan frekuensi dan
durasi kejang.7
Epilepsi bukan hanya permasalahan secara medis tetapi juga akan berpengaruh pada kehidupan s
osial ekonomi sehari-hari penderita dan keluarga.8 Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti
faktor faktor yang mempengaruhi kejadian epilepsi intraktabel pada pasien anak dengan epilepsi
agar dapat digunakan sebagai pertimbangan pengelolaan yang tepat pada pasien epilepsi anak ag
ar tidak berujung pada epilepsi intraktabel.
Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkan sasaran mampu mengetahui dan memahami bila
terjadinya epilepsi pada anak
D. SASARAN
E. MATERI
1. Definisi epilepsi
Penyakit epilepsi atau ayan adalah gangguan sistem saraf pusat akibat pola aktivitas listrik otak
yang tidak normal. Hal itu menimbulkan keluhan kejang, sensasi dan perilaku yang tidak biasa,
hingga hilang kesadaran.
Gangguan pada pola aktivitas listrik otak saraf dapat terjadi karena beberapa hal. Baik karena
kelainan pada jaringan otak, ketidakseimbangan zat kimia di dalam otak, ataupun kombinasi dari
beberapa faktor penyebab tersebut.
2. Klasifikasi epilepsi
Epilepsi merupakan suatu penyakit dengan berbagai etiologi. Klasifikasi jenis bangkitan
yang cukup lama digunakan yaitu Klasifikasi ILAE 1981 sekarang sudah digantikan
dengan klasifikasi ILAE 2017. Sudah 36 tahun dinanti, akhirnya klasifikasi yang telah
digunakan secara luas ini diperbaharui.
Pembagian kejang menurut ILAE 2017, secara garis besar dibagi menjadi 3 kelompok uta
ma: kejag fokal, kejang umum dan kejang tidak terklasifikasikan. Pada kejang fokal dapat
disertai gangguan kesadaran atau tanpa gangguan kesadaran. Beberapa hal yang disorot
adalah baik pada kejang fokal dan umum dibagi berdasarkan gejala non-motor onset dan
motor onset, manifestasi antara kejang non-motor onset pada fokal dan umum dapat ber
beda. Selain itu, terdapat jenis bangkitan yang bisa masuk ke dalam fokal dan umum (keja
ng tonik). Istilah secondary generalized seizure sudah digantikan dengan terminologi foca
l to bilateral tonic-clonic.
Dengan adanya klasifikasi baru ini, diharapkan diagnosis jenis bangkitan menjadi lebih sp
esifik dan terstruktur, serta mengantisipasi jenis yang tidak bisa dikelompokkan berdasar
kan klasifikasi ILAE 1981. Untuk pembagian sindroma epilepsi sendiri, belum ada update
d yang terbaru, masih berpegangan pada sindrome epilepsi ILAE 1989, semoga kita berh
arap klasifikasi sindrome epilepsi dapat diperbarahui juga
3. Etiologi epilepsi
Etiologi epilepsi dibagi menjadi enam macam yaitu struktural, genetik, infeksi, metabolik,
imunitas dan yang terakhir adalah etiologi yang tidak diketahui. Setiap pasien epilepsi dapat
memiliki salah satu atau beberapa etiologi sekaligus sebagai penyebab terjadinya epilepsi. Ada
berbagai macam faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko terjadinya epilepsi, baik faktor
internal seperti neoplasma, riwayat genetik keluarga dengan epilepsi dan faktor eksternal seperti
stress dan kurang tidur
1. Struktural
2. Genetik
Epilepsi dapat terjadi akibat mutasi beberapa atau hanya satu gen saja. Mutasi
genetik dapat menyebabkan terjadinya epilepsi dengan gejala ringan hingga bera
t. Contoh mutasi monogenik yang menyebabkan terjadinya epilepsi dapat diamati
pada anak-anak dengan ensefalopati epilepsi berat, yaitu pada sindrom Dravet.
Lebih dari 80% pasien memiliki varian abnormal gen SCN1A. Mutasi gen SCN1A ber
hubungan dengan sindrom Dravet dan Genetic Epilepsy with Febrile Seizures Plu
s (GEFS+).[6,7]
Etiologi genetik sendiri tidak menjadi satu-satunya faktor penentu terjadinya
epilepsi. Seseorang bisa saja mewarisi mutasi genetik yang menjadi etiologi ep
ilepsi, namun peran dari faktor lingkungan seperti stress, kurang tidur dan pe
nyakit tetap berperan memicu terjadinya awitan kejang
3. Infeksi
Infeksi merupakan etiologi tersering yang saat ini diketahui menjadi penyebab
epilepsi. Pada kasus kejang seperti ini, kejang merupakan salah satu gejala u
tama infeksi penyakit tersebut dan memenuhi kriteria diagnosis epilepsi. Conto
hnya adalah infeksi neurosistiserkosis, tuberkulosis, HIV, malaria serebral, s
ubacute sclerosing panencephalitis, cerebral toxoplasmosis, dan infeksi kongen
ital, contohnya Zika virus dan cytomegalovirus.
4.Metabolik
Seperti pada skenario etiologi infeksi, pada etiologi metabolik, kejang epilep
si juga merupakan salah satu gejala suatu penyakit metabolik yang terjadi pada
seseorang. Epilepsi metabolik dapat terjadi sebagai manifestasi dari abnormali
tas biokimia atau defek metabolik didalam tubuh. Contohnya adalah porfiria, ur
emia, aminoasidopati, atau kejang terkait pyridoxine.
5. Imunitas
Epilepsi yang terjadi akibat gangguan sistem imun terjadi akibat reaksi inflam
asi yang dimediasi oleh imunitas tubuh yang menyebabkan terjadinya inflamasi s
istem saraf pusat. Contoh kondisi ini adalah pada penyakit ensefalitis autoimu
n. Manifestasi klinis epilepsi terkait imunitas antara lain kejang, gejala psi
kiatrik, gangguan gerak, amnesia, kebingungan hingga kehilangan kesadaran
Penyebab suatu epilepsi yang tidak diketahui etiologinya saat ini terutama be
rhubungan pada kasus diagnosis epilepsi dinegara berkembang dengan akses tekno
logi yang terbatas, sehingga diagnosis hanya dapat ditegakkan sampai titik ter
tentu saja tanpa mengetahui etiologi penyebabnya
4. Patofisiologi epilepsi
Proses timbulnya eksitabilitas berbeda pada tiap fokus epilepsi. Asal timbuln
ya eksitabilitas dapat berasal dari:
Peran Neurotransmitter
Perhatikan juga benda-benda di sekitar penderita. Jika ada objek tajam, berba
haya, atau yang berpotensi melukai, segera singkirkan.
Jika penderita epilepsi memakai kacamata, Anda bisa melepaskannya. Kalau perlu,
jaga area leher bebas dari ikatan ketat, misalnya melonggarkan dasi, membuka
kancing di bagian leher, membuka scarf, dan lain-lain.
Kejang berhenti
Setelah kejang berhenti, Anda bisa membantu memosisikan penderita untuk miring.
Posisi tersebut akan membantu air liur, makanan, atau minuman dalam mulut un
tuk keluar, sehingga tidak membuat tersedak. Setelah sadar, pastikan penderita
kejang bisa bernapas dengan baik.
F. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi tanya jawab
G. MEDIA
1. Laptop
2. Power point
I. PROSES PELAKSANAAN
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA
1 08.00 s/d 08.05 Pembukaan: 1.Menjawab salam
1.
(5 menit ) Penyuluh memulai penyuluhan d
engan mengucapkan salam. 2.Memperhatikan
2.
Memperkenalkan diri. 3.Memperhatikan
3.
Menjelaskan tujuan penyuluhan.
4.
Menyebutkan materi yang aka 4.Memperhatikan
n diberikan
3 Evaluasi :
1.
Meminta audience menjelaskan ap 1.
Menjelaskan apa itu
a itu definisi epilepsi
epilepsi
2.
Meminta audience menjelaskan 2.
Menjelaskan klasifikasi
bagaimana klasifikasi epilepsi
epilepsi
3. 3.
Meminta audience menjelaskan Menjelaskan etiologi
bagaimana etiologi epilepsi 4.
Menjelaskan
4.
Meminta audience menjelaskan patopisiologi epilepsi
bagaimana patopisiologi epilepsi 5.
Menjelaskan komplikasi
5.
Meminta audience untuk epilepsi
menjelaskan bagaimana 6.
Menjelaskan cara
komplikasi epilepsi penanganan epilepsi
6.
Meminta audience menjelaskan
bagaimana cara penanganan
epilepsi
4 Teriminasi :
1. Diskusi tanya jawab 1. Diskusi tanya jawab
2. Mengucapkan terima kasih atas 2. Memperhatikan
perhatian yang diberikan 3. Menjawab asalam
3. Mengucapkan salam penutup
J. EVALUASI
1. Kriteria struktur
a) Peserta hadir 30 orang
b) Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan melalui aplikasi zoom
2. Kriteria proses
a) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b) Peserta mendengarkan materi dengan berkonsentrasi
c) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan
benar
3. Kriteria hasil
a. Mengetahui pengertian epilepsi
b. Mengetahui komplikasi terjadinya epilepsi
c. Mengetahui etiologi epilepsi
d. Mengetahui patopisiologi epilepsi
e. Mengatahui komplikasi epilepsi
f. Mengetahui penanganan epilepsi
K. PENGORGANISASIAN
Pembawa acara :
Observer :
Fasilitator :
L. SUMBER/DAFTAR PUSTAKA
https://m.klikdokter.com/penyakit/epilepsi
https://www.slideshare.net/mobile/idamustofa64/sap-epilepsi-poli-anak