Anda di halaman 1dari 20

Nama : Nada Mutiara

NIM : 1710711028

Keperawatan Jiwa C

MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Model Konseptual Keperawatan Jiwa

Model Konseptual
Model konseptual merupakan rancangan terstruktur yang berisi konsep-konsep yang
saling terkait dan saling terorganisasi guna melihat hubungan dan pengaruh logis antar
konsep. Model konseptual juga memberikan keteraturan untuk berfikir, mengamati apa yang
dilihat danmemberikan arah riset untuk mengetahui sebuah pertanyaan untuk menanyakan
tentang kejadian serta menunjukkan suatu pemecahan masalah (Potter&perry, P 270, 2005).
Model konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang
menerangkan tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi,
atau kejadian terhadap suatu ilmu dan perkembangannya. Model konseptual memberikan
keteraturan untuk berfikir, mengobservasi dan menginterpretasi apa yang dilihat, memberikan
arah riset untuk mengidentifikasi suatu pertanyaan untuk menanyakan tentang fenomena dan
menunjukkan pemecahan masalah (Christensen & Kenny, 2009, hal. 29).

Model Konseptual dalam Keperawatan


Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan
kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan
memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar
mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang terjadi pada suatu
saat juga dan tahu apa yang harus perawat kerjakan (Brockopp, 1999, dalam Hidayati, 2009).
Model konseptual keperawatan jiwa khususnya model komunikasi merupakan suatu
hubungan interaksi manusia sebagai proses interpersonal. Model komunikasi ini memprediksi
perilaku dalam hal pengetahuan tentang manfaat dan ancaman bagi kesehatan dan jiwanya.
Untuk memotivasi seseorang dalam pengambilan keputusan untuk mempertahankan
kesehatannya diperlukanlah sebuah komunikasi (Fitzpatrick, 1989).
Model konseptual keperawatan telah memperjelas kespesifikan area fenomena ilmu
keperawatan yang melibatkan empat konsep yaitu manusia sebagai pribadi yang utuh dan
unik. Konsep kedua adalah lingkungan yang bukan hanya merupakan sumber awal masalah
tetapi juga perupakan sumber pendukung bagi individu. Kesehatan merupakan konsep ketiga
dimana konsep ini menjelaskan tentang kisaran sehat-sakit yang hanya dapat terputus ketika
seseorang meninggal. Konsep keempat adalah keperawatan sebagai komponen penting dalam
perannya sebagai faktor penentu pulihnya atau meningkatnya keseimbangan kehidupan
seseorang (klien) (Marriner-Tomey, 2004, dalam Nurrachmah, 2010)
Tujuan dari model konseptual keperawatan (Ali, 2001, hal. 98):
a. Menjaga konsisten asuhan keperawatan.
b. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijaksanaan dan keputusan.
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi
setiap anggota tim keperawatan.

Konseptualisasi keperawatan umumnya memandang manusia sebagai mahluk


biopsikososial yang berinteraksi dengan keluarga, masyarakat, dan kelompok lain termasuk
lingkungan fisiknya. Tetapi cara pandang dan fokus penekanan pada skema konseptual dari
setiap ilmuwan dapat berbeda satu sama lain, seperti penenkanan pada sistem adaptif
manusia, subsistem perilaku atau aspek komplementer (Marriner-Tomey , 2004, dalam
Nurrachmah, 2010).

Keperawatan Jiwa
Pengertian Keperawatan Kesehatan Jiwa
1)   Menurut American Nurses Associations (ANA)
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang
menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri
secara teraupetik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental
klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada (American Nurses
Associations).
2)   Menurut WHO
Kesehatan Jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak ganguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yang adalah perawatan langsung, komunikasi dan
management, bersifat positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan
kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian yang bersangkutan.
3)   Menurut UU KES. JIWA NO 03 THN 1966
Kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional secara
optimal dari seseorang dan perkembangan ini selaras dengan orang lain.
Keperawatan jiwa adalah pelayanan keperawatan profesional didasarkan pada ilmu
perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respons
psikososial yang maladaptif yang disebabkan oleh gangguan biopsikososial, dengan
menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa (komunikasi terapeutik dan terapi
modalitas keperawatan kesehatan jiwa) melalui pendekatan proses keperawatan untuk
meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa klien
(individu, keluarga, kelompok komunitas). Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal
yang berusaha untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehingga klien dapat
berfungsi utuh sebagai manusia (Sulistiawati dkk , 2005, hal. 5).

Komponen Paradigma Keperawatan Jiwa


Prinsip keperawatan jiwa terdiri dari empat komponen yaitu manusia, lingkungan,
kesehatan dan keperawatan (Sulistiawati dkk,  2005, hal. 5-6)
1)   Manusia
Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak, berinteraksi dan bereaksi
dengan lingkungan secara keseluruhan. Setiap individu mempunyai kebutuhan dasar yang
sama dan penting. Setiap individu mempunyai harga diri dan martabat. Tujuan individu
adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri dan tercapai aktualisasi diri. Setiap individu mempunyai
kemampuan untuk berubahdan keinginan untuk mengejar tujuan personal. Setiap individu
mempunyai kapasitas koping yang bervariasi. Setiap individu mempunyai hak untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputuasan. Semua perilaku individu bermakna dimana
perilaku tersebut meliputi persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan.
2)   Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan
lingkungan luar, baik keluarga, kelompok, komunitas. Dalam berhubungan dengan
lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar dapat
beradaptasi. Hubungan interpersonal yang dikembangkan dapat menghasilkan perubahan diri
individu.
3)   Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang menunjukkan salah
satu segi kualitas hidup manusia, oleh karena itu, setiap individu mempunyai hak untuk
memperoleh kesehatan yang sama melalui perawatan yang adekuat.
4)   Keperawatan
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan
menggunakan diri sendiri secara terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah
menggunakan diri sendiri secara terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan menyadari
diri sendiri, lingkungan, dan interaksinya dengan lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar
untuk perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan situasinya, sehingga lebih akurat
mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta memilih cara yang sehat untuk mengatasinya.
Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga akhirnya klien belajar cara penanganan
masalah yang merupakan modal dasar dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan.

Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa bertujuan untuk mememberian asuhan


keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien, merupakan proses terapeutik yang
melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien, dan masyarakat untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Carpenito, 1989 dikutip oleh Keliat,1991).

Prinsip-Prinsip Keperawatan Kesehatan Jiwa


Prinsip-prinsip Keperawatan Kesehatan Jiwa menurut (Yosep, 2010, hal.6)
1. Roles and functions of psychiatric nurse : competent care (Peran dan fungsi
keperawatan jiwa : yang kompeten).
2. Therapeutic Nurse patient relationship (hubungan yang terapeutik antara perawat
dengan klien).
3. Conceptual models of psychiatric nursing (konsep model keperawatan jiwa).
4. Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi dalam
keperawatan jiwa).
5. Biological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan biologis dalam
keperawatan jiwa).
6. Psychological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan psikologis dalam
keperawatan jiwa).
7. Sociocultural context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan sosial budaya
dalam keperawatan jiwa).
8. Environmental context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan lingkungan
dalam keperawatan jiwa).
9. Legal ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal etika dalam
keperawatan jiwa).
10. Implementing the nursing process : standards of care (penatalaksanaan proses
keperawatan: dengan standar- standar perawatan).
11. Actualizing the Psychiatric Nursing Role : Professional Performance Standards
(aktualisasi peran keperawatan jiwa: melalui penampilan standar-standar
professional).

A. MODEL KONSEPTUAL
Menurut Yosep (2009 : 12), konseptual model kepera#atan, dapat dikelompokkan menjadi
beberapa model yaitu :

1. Model Komunikasi
a. Konsep
Model ini dikembangkan oleh Erick Berne. Teori ini menyatakan bahwa gangguan
perilaku terjadi apabila pesan tidak dikomunikasikan dengan jelas. Bahasa dapat
digunakan merusak makna, pesan dapat pula tersampaikan mungkin tidak selaras.
Fase komunikasi ada 4 yaitu : pra interaksi , orientasi , kerja , terminasi.
 Tahap Pre-interaksi
Tahap pertama ini merupakan tahap dimana perawat belum bertemu dengan
pasien. Tugas perawat dalam tahap ini adalah menggali perasaan, fantasi dan
rasa takut dalam diri sendiri; menganalisis kekuatan dan keterbatasan
profesional diri sendiri; mengumpulkan data tentang klien jika memungkinkan;
dan merencanakan untuk pertemuan pertama dengan klien.
 Tahap orientasi
Yakni tahap dimana perawat pertama kali bertemu dengan klien. Tugas perawat
dalam tahap ini meliputi: menetapkan alasan klien untuk mencari bantuan;
membina rasa percaya, penerimaan dan komunikasi terbuka; menggali pikiran,
perasaan dan tindakan-tindakan klien; mengidentifikasi masalah klien;
menetapkan tujuan dengan klien; dan, merumuskan bersama kontrak yang
bersifat saling menguntungkan dengan mencakupkan nama, peran, tanggung
jawab, harapan, tujuan, tepat pertemuan, waktu pertemuan, kondisi untuk
terminasi dan kerahasiaan.
 Tahap kerja
Tahap komunikasi terapeutik yang ketiga ini adalah tahap dimana perawat
memulai kegiatan komunikasi. Tugas perawat pada tahap ini adalah menggali
stresor yang relevan; meningkatkan pengembanganpenghayatan dan
penggunaan mekanisme koping klien yang konstruktif; serta membahas dan
atasi perilaku resisten.
 Tahap terminasi
Tahap terminasi adalah tahap dimana perawat akan menghentikan interaksi
dengan klien, tahap ini bisa merupakan tahap perpisahan atau terminasi
sementara ataupun perpisahan atau terminasi akhir. Tugas perawat pada tahap
ini adalah: membina realitas tentang perpisahan; meninjau kemampuan terapi
dan pencapaian tujuan-tujuan; serta menggali secara timbal balik perasaan
penolakan, kesedihan dan kemarahan serta perilaku yang terkait lainnya.
b. Proses terapi
 Memberi umpan balik dan klarifikasi masalah
 Memberi penguatan untuk komunikasi yang efektif
 Memberi alternatif kolektif untuk komunikasi yang tidak efektif
 Melakukan analisa proses interaksi
c. Peran pasien terapis
 Pasien : Memperhatikan pola komunikasi, bermain peran, bekerja untuk
mengklarifikasi komunikasinya sendiri, memvalidasi peran dari orang
lain.
 Terapis : Menginterpretasikan pola komunikasi kepada pasien,
mengajarkan prinsip komunikasi yang baik, melihat pola komunikasi,
klasifikasi dan validasi komunikasi, menafsirkan pola komunikasi pada
pasien, komunikasikan pada orang lain, mengajarkan prinsip komunikasi.

Kelebihan :
- Memberi alternatif korektif untuk komunikasi yang tidak efektif
- Mengubah persepsi klien sehingga mereka berupaya meningkatkan aktifitas
dalam pencegahan penyakit
Kekurangan :
- Klien kadang sulit menerima pesan yang diterima

2. Model Perilaku
a. Konsep
Dikembangkan oleh H.J Eysenck, J.Wolpe, dan B.F Skinner. Terapi
modifikasi perilaku dikembangkan dari teori belajar (learning theory). Belajar
terjadi jika ada stimulus dan timbul respon, serta respon dikuatkan
(reinforcement). Respon dikuatkan dengan cara pengulangan terhadap sesuatu
hal dan pemberi reinforcement (penguatan). Fokus pada: perilaku klien bukan
pikiran & perasaan. Perilaku yg menyimpang adalah untuk mengurangi
ansietas. Teori ini menyakini bahwa perubahan perilaku akan merubah
koognitif dan afektif.
Kognitif

Kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang
menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif.  Ranah
kognitif memiliki enam jenjang atau aspek, yaitu:

- Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
- Pemahaman (comprehension)
- Penerapan (application)
- Analisis (analysis)
- Sintesis (syntesis)
- Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)

Afektif
Afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa
pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila
seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar
afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
- Receiving atau attending (menerima atau memperhatikan)
- Responding (menanggapi)
- Valuing (menilai atau menghargai)
- Organization (mengatur atau mengorganisasikan)
- Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan  suatu
nilai atau komplek nilai).
b. Proses terapi
 Desenlisasi / pengalihan
 Teknik relaksasi
 Asertif training
 Reforcemen/memberikan penghargaan
 Self regulation/mengamati perilaku klien: self standar ketrampilan, self
observasi , self evaluasi, self reforcemen.
c. Peran pasien dan terapis
Pasien :
 Mempraktikkan teknik perilaku yang digunakan untuk mengerjakan
pekerjaan rumah
 Penggalakan latihan
Terapis :

 Mengajarkan kepada klien tentang pendekatan perilaku


 Membantu mengembangkan hirarki perilaku
 Menguatkan perilaku yang diinginkan

Kekurangan :

 Kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi


 Hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati

Kelebihan :

 Tidak dianjurkan hukaman dalam proses terapi penyembuhan

3. Model Sosial
a. Konsep
Dikemukakan oleh Szasz, Caplan. Fokus pada: lingkungan sosial yg
mempengaruhi invidu & pengalaman hidupnya. Faktor sosial & lingkungan: stress,
ansietas, gejala. Norma di setiap daerah berbeda menghasilkan perilaku. Menurut
Szasz individu bertanggung jawab terhadap perilakunya, individu mampu
mengontrol diri menghasilkan perilaku yg diharapkan masyarakat. Menurut
Caplan situasi sosial dapat mencetuskan gangguan jiwa. Teori ini mengemukakan
pandangan sosial terhadap perilaku bahwa faktor sosial dan lingkungan
menciptakan stress yang menyebabkan ansietas yang menimbulkan gejala perilaku
menyimpang. Situasi yang dapat menjadi gangguan jiwa : kemiskinan, situasi
keuangan tidak stabil, pendidikan tidak adekuat, kurang mampu mengatasi stress,
kurang support system. Konsep pencegahan primer, sekunder dan tersier sangat
dibutuhkan untuk mencegah gangguan jiwa.
 Pencegahan Primer
Fokus pelayanan keperawatan jiwa adalah pada peningkatan kesehatan dan
pencegahan terjadinya gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mencegah
terjadinya gangguan jiwa, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan
jiwa. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang belum mengalami
gangguan jiwa sesuai dengan kelompok umur yaitu anak, remaja, dewasa,
dan lanjut usia. Aktivitas pada pencegahan primer adalah program
pendidikan kesehatan, program stimulasi perkembangan, program sosialisasi
kesehatan jiwa, manajemen setres, Persiapan manjadi orang tua (Keliat et al,
2012).
 Pencegahan Sekunder
Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder adalah deteksi dini
dan penanganan dengan segera masalah psikososial dan gangguan jiwa.
Tujuan pelayanan adalah menurunkan angka kejadian gangguan jiwa. Target
pelayanan adalah anggota masyarakat yang berisiko atau memperlihatkan
tanda-tanda masalah psikososial dan gangguan jiwa.
 Pencegahan Tersier
Setiadarma, 2002 Mengemukakan bahwa pencegahan tersier berlaku bagi
mereka yang terkena gangguan penyakit cukup parah agar tidak terancam
jiwanya. Menurut (Keliat et al, 2012) Pencegahan Tersier adalah pelayanan
keperawatan yang berfokus pelayanan keperawatan adalah pada peningkatan
fungsi dan sosialisasi serta pencegahan kekambuhan pada pasien gangguan
jiwa. Tujuan pelayanan adalah mengurangi kecacatan atau ketidakmampuan
akibat gangguan jiwa. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang
mengalami gangguan jiwa pada tahap pemulihan.
b. Proses terapi
 Pencegahan primer
 Manipulasi lingkungan
 Intervensi krisis
 Peran pasien dan terapis
c. Peran pasien dan terapis
Pasien :
 Secara aktif menyampaikan masalahnya dan bekerjasama dengan terapis untuk
menyelesaikan masalahnya
Terapis :
 Menggali sistem sosial pasien
 Membantu pasien menggali sumber yang tersedia
 Menciptakan sumber baru
Kelebihan :
 Perawat mampu menganalisa faktor utama yang menyebabkan klien mengalami
gangguan jiwa
 Klien dapat membina hubungan baik dengan perawat sehingga lebih mudah
dalam proses pemulihan
 Menggunakan sistem pendukung
Kekurangan :
 Membutuhkan waktu yang lama
 Hanya berfokus pada respon individu terhadap masalah kesehatan.

4. Model Medikal
a. Konsep

Penyimpangan perilaku merupakan manifestasi gangguan SSP (Sistem Syaraf


Pusat). Dicurigai bahwa depresi dan skizoprenia dipengaruhi transmisi impuls
neural serta gangguan sinapsis yaitu masalh biokimia. Faktor sosial dan
lingkungan diperhitungkan sebagai faktor pencetus.

b. Proses terapi
 Pengobatan : jangka panjang , jangka pendek
 Terapi suportif
 Insight oriented terapi yaitu belajar metode mengatasi stressor
c. Peran pasien dan terapis
Pasien : Pasien mempraktekkan regimen terapi dan melaporkan efek terapi
Terapis :
 Mengguanakan kombinasi terapi somatik dan interpersonal
 Menegakkan diagnosa penyakit PPDGJ (Pedoman Penggolongan
dan Diagnosis Gangguan Jiwa)
 Menentukan pendekatan terapeutis
Kekurangan :
 Berfokus pada diagnosa penyakit sehingga pengobatan
didasarkan pada diagnose.
Kelebihan :
 Model medikal terus mengeksplorasi penyebab gangguan jiwa
secara ilmiah
 Fungsi model medikal mengobati yang sakit dan proses
pengobatan pada fisik tidak menyalahkan perilaku kliennya.

5. Model Keperawatan
a. Konsep

Pencetus teori ini adalah Peplau, Orem, Roy. Teori ini mempunyai pandangan
bahwa asuhan keperawatan berfokus pada respon individu terhadap masalah
kesehatan yang actual dan potensial dengan model pendekatan berdasarkan
teori sistem, teori perkembangan, teori interaksi, pendekatan holistik dan teori
keperawatan. Manusia adalah makluk bio-psiko-sosial yang berespon
terhadap stress dengan cara masing-masing. Perilaku menyimpang terdiri dari
faktor predisposisi, presipitasi. Teori ini berfokus pada :

 Rentang sehat sakit


 Teori dasar keperawatan
 Tindakan keperawatan
 Hasil tindakan
b. Proses terapi
 Proses keperawatan
 Terapi keperawatan : terapi modalitas
c. Peran pasien dan terapis
 Pasien : mengemukakan masalah
 Terapis : memfasilitasi dan membantu menyelesaikan

Kelebihan :
 Pendekatan yang dilakukan dapat didasarkan pada bermacam-
macam teori
Kekurangan :
 Hanya berfokus pada respon individu terhadap masalah kesehatan

6. Model Psikoanalisa
a. Konsep
Merupakan model yang pertama yang dikemukakan oleh Sigmun Freud yang
meyakini bahwa penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhubungan pada
perkembangan pada anak. Setiap fase perkembangan mempunyai tugas
perkembangan yang harus di capai. Gejala yang nampak merupakan simbul
dari konflik.
b. Proses terapi
 Memakan waktu yang lama
 Menggunakan tehnik asosiasi bebas dan analisa mimpi,
menginterpretasikan perilaku, menggunakan transferens untuk
memperbaiki masa lalu ,mengidentifikasi area masalah.

c. Peran pasien dan terapis


 Pasien : mengungkapkan semua pikiran dan mimpi
 Terapis:mengupayakan perkembangan transferens
menginterpretasikan pikiran dan mimpi pasien dalam kaitannya
dengan konflik.

Kelebihan :
 Dasar teori yang kuat 
 Lebih fokus dalam mengetahui menghadapi masalah klien
 Dapat membuat klieen masalah apa yang selama ini tidak disadarinya

Kekurangan :
 Biaya yang banyak yang dikeluarkan oleh klien
 Memakan waktu yang lama
 Klien menjadi jenuh akibat waktu yang lama
 Dibutuhkan terapis yang benar benar sudah terlatih

Sigmund Freud. Beliau adalah orang pertama yang memunculkan istilah psikoanalisis.
Psikolog asal Wina – Austria ini lahir pada 6 Mei 1856, merupakan putra pasangan Amalia
dan Jacob Freud. Wafat pada usia 83 tahun di London, pada 23 September 1939. Dan terkenal
karena mengembangkan Psikologi Kepribadian. Secara garis besar, teori ini menyatakan
bahwa “ketidaksadaran” pada individu memiliki peran yang utama dalam diri seseorang.
Dengan landasan teori ini, Freud melakukan pengobatan mereka yang menderita gangguan
psikis.

Teori Psikoanalisis Freud telah menjadi teori yang paling banyak digunakan dan
dikembangkan hingga saat ini. Konsep teori ini digunakan untuk meneliti kepribadian
seseorang terhadap proses psikis yang tidak terjangkau oleh hal yang bersifat ilmiah. Dengan
metode psikoanalisis, Freud bermaksud mengembalikan struktur kepribadian pasien dengan
cara memunculkan kesadaran yang tidak ia sadari sebelumnya. Adapun proses terapi ini
berfokus pada pendalaman pengalaman yang dialami pasien saat masih kanak-kanak.
Persepsi Tentang Jiwa Manusia Menurut Sigmund Freud

Gunung es dijadikan sebuah perumpamaan oleh Freud untuk menunjukkan skema gambaran
jiwa seseorang. Bagian puncak dinamakan kesadaran (conciousnes), Bagian tengah
dinamakan  prakesadaran (sub conciousnes) dan bagian dasar yang tertutup air adalah
ketidaksadaran (unconciousnes).

Sama seperti perumpamaan akar pohon, disini alam bawah sadar atau ketidaksadaran
merupakan hal yang paling menentukan kehidupan manusia. Dimana penyebab dari
penyimpangan perilaku ini berasal dari faktor alam bawah sadar ini. Hal yang seperti inilah
yang dianalisa oleh Freud untuk mengungkap kepribadian seseorang dan menjadikan analisa
ini sebagai metode penyembuhan.

Struktur Kepribadian Menurut Sigmund Freud

Freud membagi struktur ini menjadi tiga aspek yaitu : id, ego dan superego. Berikut
penjelasannya:

 Id

Id berasal dari kata latin “Is” yang artinya es. Kepribadian ini disebut Freud sebagai
kepribadian bawaan lahir. Didalamnya terdapat dorongan yang didasari pemenuhan biologis
guna kepuasan bagi dirinya sendiri. Karakter khas pada aspek ini adalah tidak adanya
pertimbangan logis dan etika sebagai prinsip pengambilan keputusan. Lebih sederhana, id
berwujud pada gambaran nafsu, hasrat seksual dan perasaan superior (ingin berkuasa).

 Ego
Aspek kepribadian ini terjadi akibat pengaruh yang ia dapatkan dari apa yang terjadi
didunia/lingkungannya. Ciri khas dari aspek ini, ego mengatur id dan juga superego untuk
pemenuhan kebutuhan sesuai dengan kepentingan kepribadian yang terlibat. Artinya, berbeda
dengan id yang hanya mementingkan diri sendiri, ego merupakan aspek yang mementingkan
keperluan lebih luas (tidak hanya dirinya).

 Superego

Aspek kepribadian yang satu ini akan lekat kaitannya moral atau nilai kehidupan. Ranah
superego berisi tentang batasan untuk membedakan mana yang baik dan yang buruk. Dengan
kata lain, superego memiliki peran penting untuk menjadi penengah antara id an ego. Ia
menjadi penyekat dari sinyal yang dikirimkan aspek id serta memotivasi ego untuk
melakukan hal yang menjunjung moralitas.

Fase Dalam Perkembangan Kepribadian

Menurut Freud, kepribadian seseorang mengalami perkembangan dalam tiga tahapan fase :

1. Fase Infatile

Tahapan ini berlangsung sejak anak lahir hingga berusia 5 tahun. Naluri seks menjadi hal
yang utama dalam pembentukan kepribadian anak tersebut. Pada range usia ini, Freud
mengklasifikasikan fase infantil menjadi tiga fase lagi, yaitu :

 Fase Oral (0-1 tahun)

Seseorang akan mendapatkan kesenangan melalui segala sesuatu yang masuk melalui
mulutnya. Contohnya adalah, aktivitas makan, minum dan menghisap jari.

Freud mengemukakan bahwa personaliti anak yang berlebihan mendapatkan kepuasan oral
pada fase ini, akan tumbuh menjadi seseorang yang gemar menimbun harta/ilmu dan juga
terlalu gampang percaya orang lain. Tapi sebaliknya, jika anak tidak puas terhadap kebutuhan
oral ini, mereka akan menjadi pribadi yang rakus namun tidak pernah puas. Mereka juga
terkenal sebagai pendebat dan bersikap sarkas.

 Fase Anal (1-3 tahun)


Pada fase ini, kesenangan bayi akan didapat dari aktivitas buang air besar, yang
menggambarkan kepuasan karena hilangnya rasa tertekan dan tidak nyaman pada saluran
pencernaan. Freud menyatakan bahwa proses belajar buang air menjadi pemuas id dan
superego dalam waktu yang bersamaan. Ia mengibaratkan fase anal ini adalah fase seseorang
dalam melakukan kontrol diri atau pengendalian diri.

 Fase Falik (3-5 tahun)

Freud memberikan pandangan bahwa pada fase ini, seseorang akan mendapatkan kepuasan
melalui organ kelaminnya. Contoh paling sederhana yang khas adalah, seseorang akan mulai
menyukai lawan jenisnya. Anak yang selama ini memandang ibu sebagai sumber cintanya,
dan beranggapan bahwa ayah adalah saingannya, akan memunculkan perasaan cemas karena
khawatir cnta ibunya terebut.

2. Fase Laten (5-12 tahun)

Fase ini dikenal juga dengan fase pubertas (puberity). Yang menjadi ciri khas dari fase in
iadalah seseorang mulai merasa malu dan mementingkan aspek moral (estetika). Freud
mengistilahkannya dengan kemampuan sublimasi. Sebuah kemampuan mengganti
kesenangan seksual dengan kesenangan lain yang sifatnya non-seksual.

3. Fase Genital (12 tahun-dewasa)

Tahapan lanjutan ini, seseorang mulai menyalurkan keinginan seksual mereka melalui objek
luar. Contohnya saja, keikutsertaan pada sebuah komunitas, menikah dengan orang yang
dicintai dan karir. Orientasi hidup seseorang tersebutpun mengalami perubahan menjadi
sosialis dan realistis.

Teori Psikoanalisis Sebagai Teknik Penyembuhan (Terapi)

Menurut Freud, seseorang haruslah melalui fase-fase yang disebutkan diatas. Seseorang akan
mengalami neurosis. Yaitu, sebuah gangguan mental yang dapat menyebabkan stres
meskipun dianggap tidak terlalu serius. Teori yang dibawa Freud melalui psikoanalisis
mampu dijadikan dasar dalam mengevaluasi kepribadian. Sehingga permasalahan pada orang
yang mengalami neurosis bisa disembuhkan. Berikut teknik-tekniknya :
 Teknik Talking Care

Teknik ini pada dasarnya adalah tentang membangun hubungan baik dengan klien/pasien.
Sehingga para pasien dapat menceritakan pengalaman masa lalunya. Freud membuat ajang
bagi para pasien untuk mengalirkan rasa sehingga hati mereka lega dari apa yang
membebaninya. Meski begitu, teknik ini memiliki kelemahan karena apa yang diceritakan
oleh pasien adalah hal yang berada pada alam sadar. Dianggap kurang tepat karena
permasalahan sesungguhnya terjadi pada alam ketidaksadaran.

 Teknik Kartasis

Freud berusaha memasuki alam bawah sadar pasien dengan metode ini. Ia menggabungkan
momen setengah sadar, untuk bisa mengavaluasi persoalan pasien. Istilah yang biasa kita
dengar berkaitan dengan teknik ini adalah metode hipnosis. Meski Freud pernah berhasil
menangani pasien penderita gangguan saraf. Namun kemudian ia menyatakan kurang puas
dengan metode ini, dan mulai mengembangkan teknik terapinya.

 Teknik Asosiasi Bebas

Teknik ini banyak dikembangkan oleh para psikolog kontemporer dan bisa kita temui sehari-
hari. Teknik ini meminta para pasien untuk rileks dan beristirahat sejenak dari pikiran yang
biasanya  meliputi para pasien setiap hari. Kemudian mereka diminta untuk menceritakan
hal-hal yang membuat dirinya trauma.

 Teknik Penafsiran Mimpi

Menurut Freud, mimpi merupakan hasil psikis yang tergambar ketika kita tidur. Tidak puas
dengan teknik sebelumnya karena mereka bekerja pada alam sadar, Freud menggunakan
mimpi sebagai materi yang muncul ketika seseorang tidak sadar. Dari hal yang diceritakan
pasien lewat mimpinya, Freud mendapat kepuasan karena ia dapat mengupas memori pasien
pada masa lalu.

7. Model Interpersonal
Harry Stack Sullivan lahir disuatu daerah pertanian dekat Norwich, New York, pada
tanggal 21 Februari 1892, dan meninggal pada tanggal 14 Januari 1949 di Paris.
Menurut Harry, kepribadian adalah pola yang relatif menetap dari situasi antar
pribadi yang berulang, yang menjadi ciri kehidupan manusia.  Setiap orang bergerak
dalam lingkungan sosial, sejak bayi sudah terlibat dalam interaksi dengan orang lain.
Bahkan ketika sendirian pun, orang lain muncul dalam fikiran, perasaan, dan
fantasinya.
Menurut model konsep ini, kelainan jiwa sesorang bisa muncul akibat adanya
ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (anxiety). Ansietas timbul dan
dialami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain
(interpersonal).
Prinsip-prinsip Teori Interpersonal

 Menegaskan bahwa pengetahuan tentang kepribadian manusia dapat diperoleh hanya


melalui pengamatan hubungan interpersonal
 Menekankan pentingnya perkembangan tahap bayi, kanak- kanak, anak muda, pra-
remaja, masa remaja awal, masa remaja akhir, dan dewasa
 Pembangunan manusia yang sehat terletak pada kemampuan seseorang untuk
membangun keintiman dengan orang lain
 Percaya bahwa orang mencapai perkembangan yang sehat ketika mereka dapat
mengalami keintiman dan nafsu terhadap orang lain.

Struktur Kepribadian

a. Dinamisme (The Dynamism)

Dinamisme adalah pola khas tingkah laku (transformasi energi, baik terbuka maupun
tersembunyi) yang menetap dan berulang terjadi yang menjadi ciri khusus seseorang.
Dinamisme memiliki dua kelas utama: 

 Pertama, kelas yang terkait dengan zona-zona spesifik tubuh seperti mulut, anus,dan
alat kelamin. 
 Kedua, kelas yang terkait dengan tegangan-tegangan.

Kelas yang kedua ini terdiri atas tiga kategori yaitu : dinamisme disjungtif yang mencakup
perilaku-perilaku yang destruktif yang berkaitan dengan kedengkian , dinamisme
isolatif yang mencakup pola-pola perilaku (seperti nafsu) yang tidak berkaitan dengan
hubungan-hubungan antarpribadi , dan dinamisme konjungtif yang mencakup pola-pola
perilaku yang berfaedah seperti keintiman dan sistem-diri.

b. Personifikasi (Personification) Personifikasi adalah suatu gambaran mengenai diri atau


orang lain yang dibangun berdasarkan pengalaman yang menimbulkan kepuasan atau
kecemasan.

Sullivan mengemukakan tiga personifikasi pada masa bayi yaitu ibu-jahat, ibu-baik, dan “
saya ”. Selain itu beberapa anak pada masa kanak-kanak memiliki personifikasi eidetik.

 Personifikasi ibu-jahat tumbuh dari pengalaman-pengalaman bayi dengan puting yang


buruk yaitu puting yang tidak memuaskan rasa lapar.
 Personifikasi ibu-baik didasarkan pada perilaku lembut dan kooperatif dari ibu-
pengasuh.

8. Model Eksistensial

Dikembangkan oleh Perls, Glesser, Ellis, Rogers, Frankl. Menurut model ini
Penerimaan diri dapat dicapai melalui hubungan dengan orang lain. Gangguan jiwa
atau gangguan perilaku terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan
hidupnya, individu tidak memiliki kebanggaan akan dirinya membenci diri sendiri
dan mengalami gangguan dalam body imagenya. Seringkali individu merasa asing
dan bingung dengan dirinya sendiri, sehingga pencarian makna kehidupannya
(eksistensinya) menjadi kabur.

Individu tidak bisa menjawab pertanyaan


- Siapakah saya ini sebenarnya?
- Apa tujuan saya lahir ke dunia ini?
- Apa kelebihan dan kekurangan saya?
- Bagaimana seharusnya saya bersikap agar orang lain menyukai saya?
- Apa pegangan hidup saya?
- Norma mana yang saya anut?

Proses terapi

 Experience in relationship
Mengupayakan individu agar berpengalaman bergaul dengan orang lain,
memahami riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau dianggap bias
menjadi panutan
 Self assessment
Memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi
 Conducted in group
Bergaul dengan kelompok social dan kemanusiaan
 Encourage to accept self and control behavior
Mendorong untuk menerima jati dirinya sendiri dan menerima kritik atau
feedback tentang perilakunya dari orang lain

Peran terapis dan pasien


Pasien bertanggung jawab terhadap perilakunya dan berperan serta dalam suatu
pengalaman yang berarti untuk mempelajari tentang diri yang sebenarnya.
Terapis membantu pasien untuk mengenal nilai diri. Terapis mengklarifikasi
realitas dari suatu situasi dan mengenalkan pasien tentang perasaan tulus dan
memperluas kesadaran dirinya.

DAFTAR PUSTAKA

Stuart Gail. 2007 . buku saku keperawatan jiwa edisi 5. Jakarta:EGC


Suliswati dkk. 2005. Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta:EGC
Yosep Iyus. 2009.keperawatan jiwa.bandung:Refika aditama

Anda mungkin juga menyukai