Anda di halaman 1dari 11

2.3.

1 Definisi teori dan konsep dasar keperawatan jiwa

Konsep merupakan suatu keyakinan yang kompleks terhadap objek atau


fenomena yang berupa ide berdasarkan persepsi pribadi. Teori adalah suatu
pengandaian atau kumpulan gagasan yang diajukan untuk menjelaskan fenomena
yang ada (Kozier, 2004). Konsep sering disebut sebagai pondasi teori (Kozier,
2004). Dengan demikian, teori dan konsep saling berkaitan.

Teori keperawatan menurut Steven (1984) dalam Taylor (1989) diartikan


sebagai usaha untuk menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena dalam
keperawatan. Keperawatan jiwa menurut American Nurses Associations (ANA)
ialah area khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah
laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara teraupetik dalam
meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan
kesehatan mental masyarakat dimana klien berada (Yosep, 2009). Jadi dapat
disimpulkan, keperawatan atau kesehatan jiwa merupakan suatu upaya
memperbaiki atau meningkatkan taraf kesehatan mental masyarakat baik secara
fisik, intelektual dan emosional.

2.3.2 Prinsip-prinsip keperawatan jiwa

Setiap ilmu pengetahuan mempunyai sejarah, teori, konsep, trend/isu, serta


prinsip. Prinsip menurut Cambridge dictionary merupakan ide atau aturan dasar
yang menjelaskan atau mengontrol bagaimana sesuatu dapat terjadi atau bekerja.
Terdapat sebelas prinsip dalam keperawatan kesehatan jiwa yaitu Roles and
functions of psychiatric nurse: competent care; Therapeutic nurse patient
relationship; Stress adaptation model of psychiatric nursing; Evidence-Based
Psychiatric Nursing; Biological Context of Psychiatric Nursing; Psychological
Context of Psychiatric Nursing Care; Social, Cultural, and Spiritual Context of
Psychiatric Nursing Care; Legal and Ethical Context of Psychiatric Nursing Care;
Policy and Advocacy in Mental Health Care; Families as Resources, Caregivers,
and Collaborators; Implementing the Nursing Process: Standards of Practice and
Professional Performance (Stuart, 2013).
Berikut ini akan dibahas beberapa prinsip-prinsip dalam keperawatan
kesehatan jiwa. Roles and functions of psychiatric nurse: competent care,
merupakan kewajiban seorang perawat. Therapeutic nurse patient relationship
merupakan pengalaman belajar bersama dan memperbaiki pengalaman emosional
klien, yang berdasarkan hubungan kemanusiaan perawat dengan pasien, saling
menghormati, dan menerima perbedaan kultur sosial. Biological Context of
Psychiatric Nursing berkaitan dengan kemampuan otak. Keluarga merupakan
kelompok terbesar yang dapat memberikan perhatian kepada seseorang yang
terkena ganguan mental.

2.3.3 Model konseptual keperawatan jiwa

Model konseptual keperawatan jiwa merupakan pertolongan yang


dilakukan oleh seorang perawat melalui mekanisme koping yang positif untuk
mengurangi stress dan menggambarkan perbedaan antara perawatan kesehatan
jiwa dengan perawatan umum, yaitu adanya terapi sikap. Perawat profesional
harus memahami mondel konseptual keperawatan jiwa. Pertama, yaitu
psycoannalytical. Model ini dikemukakan oleh Hellen Erickson menjelaskan
bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang apabila ego (akal) seseorang
tidak berfungsi dengan baik sehingga mendorong terjadinya penyimpangan
perilaku (defiation of behavioral). Perawat akan melakukan proses terapi kepada
klien dengan cara mengklarifikasi realita dari suatu situasi dan memperluas
kesadaran diri klien. Kedua, yaitu Interpersonal. Model ini dikemukakan oleh
Harri Stack Sullivan dan Hildegard Peplau menjelaskan bahwa adanya kecemasan
interaksi dengan orang lain atau lingkungan sosial. Perawat disini memiliki
wewenang untuk mengembangkan hubungan antara perawat dan klien dimana
perawat bertugas sebagai narasumber.

Model keperawatan menjadi salah satu konseptual dalam keperawatan


jiwa yang dikemukakan oleh Dorothea E. Orem konsep ini menjelaskan self-care
(perawatan diri), teori self-care deficit (defisit perawatan diri), dan teori nursing
system (sistem keperawatan) yang bersifat holistik: bio-psiko-sosial spiritual.
Perawat mengarah pada perubahan perilaku, menyediakan waktu banyak,
menciptakan hubungan yang terapeutik dan sebagai pembela klien (Potter, 2009).
Sedangkan, model adaptasi stress dikemukakan oleh Stuart dimana konsep ini
menggabungkan cakupan antara biologis, psikologis, sosiokultural, lingkungan,
dan konteks etnik legal. Dalam konsep ini perawat diharapkan mengerti dan
mampu untuk memberikan pelayan kesehatan jiwa psiakiatrik secara menyeluruh
(Stuart, 2013).

2.3.4 Teori dan konsep keperawatan jiwa menurut Peplau

Pengembangan teori dan konsep keperawatan jiwa menurut Hildegard E.


Peplau, menjadi salah satu konsep structural yang membahas tentang keperawatan
psikodinamik. Keperawatan psikodinamik didefinisikan sebagai kemampuan
seseorang (perawat) untuk memahami tingkah lakunya guna membantu orang
lain, mengidentifikasikan kesulitan yang dirasakannya, dan untuk menerapkan
prinsip hubungan manusia (Peplau, dalam Asmadi 2005). Konsep keperawatan
psikodinamik dibahas oleh Pepleu berdasar pada kondisi interaksi untuk mencapai
keadaan sehat. Kondisi interpersonal yang bersifat individu dan sosial merupakan
hal penting dalam mencapai sehat selain kondisi fisiologis dari manusia.
Komponen utama dari teori Pepleu terdiri dari empat, yaitu manusia, lingkungan,
keperawatan, dan kesehatan (Pepleu, dalam Kusnanto 2003).

Peplau menjelaskan hubungan pasien-perawat melalui empat fase, yaitu


fase orientasi, identifikasi, eksploitasi, dan resolusi. Pada fase orientasi, pasien-
perawat bertindak sebagai individu yang belum saling mengenal. Terdapat dua
faktor yang menonjol yaitu seseorang yang membutuhkan bantuan professional
(masalah kesehatan muncul) dan seseorang professional (perawat) yang
membantu mengenali dan memahami masalah tersebut (Pepleu, 1991). Pada fase
identifikasi, pasien ikut memberikan identifikasi masalah yang dibahas dengan
seseorang yang dianggap memahaminya. Respon pasien dapat diidentifikasikan
dengan tiga cara, yaitu berdasar pada partisipasi atau hubungan interdependent
perawat, berdasar pada independent atau isolasi dari perawat, dan berdasar pada
ketidakberdayaan atau dependent kepada perawat (Pepleu, 1991).

Pada fase eksploitasi, pasien akan memanfaatkan sepenuhnya layanan


yang diberikan oleh perawat. Prinsip tindakan pada fase ini adalah eksplorasi,
memahami, dan mencegah meluasnya masalah (Asmadi, 2005). Fase resolusi,
merupakan tahap akhir dari hubungan terapeutik yang terjalin antara pasien-
perawat. Fase ini tercapai ketika fase sebelumnya memenuhi hal “psikologis ibu”.
Dalam hubungan pasien-perawat terdapat enam peran perawat yang berbeda pada
setiap fase diatas, yaitu role of the stranger, leadership role, surrogate role, role
of resource person, teaching role, dan counseling role (Pepleu, 1991).

2.3.5 Teori dan konsep keperawatan jiwa menurut Stuart

Gail Wiscarz Stuart telah mengembangkan sebuah model adaptasi stres


Stuart yang dapat membimbing praktik keperawatan jiwa. Model adaptasi stres
Stuart menjabarkan mengenai cara seseorang menanggapi stres dan bagaimana
proses dan hasil dari intervensi keperawatan (Stuart, 2016). Model ini berisi
tentang faktor-faktor predisposisi, bagaimana orang menilai stresor, cara
seseorang mengatasi, serta mekanisme penanggulangan dari stres itu sendiri (Patel
& Jakopac, 2012).

Pada model ini, Gail Stuart mengintegrasikan sosiokultural, psikologis,


biologis, dan perspektif teoritis hukum-etis dalam kerangka kerja yang terpadu
(Tusaie & Joyce, 2013). Stuart (2016) menguraikan bahwa terdapat lima asumsi
yang mendasari model adaptasi stres Stuart. Pertama, sifat dari hierarki sosial
berlangsung dari unit yang paling sederhana ke unit yang paling kompleks.
Kedua, asuhan keperawatan diberikan dalam aspek sosiokultural, biologis,
psikologis, hukum, kebijakan, serta advokasi. Ketiga, kesehatan/penyakit dan
adaptasi/maladaptasi merupakan dua kontinum yang berbeda, kesehatan/penyakit
berasal dari medis sedangkan adaptasi/maladaptasi berasal dari pandangan dunia
keperawatan. Keempat, pencegahan, pengobatan, dan pemulihan dijelaskan dalam
empat tahap perawatan kejiwaan, antara lain: krisis, akut, pemeliharaan kesehatan,
dan promosi kesehatan. Kelima, model ini didasarkan pada proses keperawatan
dan standar perawatan kinerja profesional untuk perawat psikiatri.

2.3.6 Teori dan konsep keperawatan jiwa menurut Orem

Teori Dorothea Orem pertama kali diterbitkan pada tahun 1971 dan
berfokus pada kebutuhan pelayanan diri klien. Teori keperawatan menurut Orem
(dalam Meleis, 2012), adalah agen perawatan diri untuk memenuhi kebutuhan
individu akan tindakan perawatan diri untuk mempertahankan kehidupan dan
kesehatan, pulih dari penyakit atau cedera, dan mengatasi akibat-akibatnya.
Menurut Orem (dalam Potter & Perry, 2009), tujuan keperawatan adalah untuk
meningkatkan kemampuan klien untuk mendapatkan kebutuhannya.

Teori Orem dikenal sebagai self-care deficit theory. Teori Orem (dalam
Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2004) mencakup tiga konsep, yaitu teori self-
care (perawatan diri), teori self-care deficit (defisit perawatan diri), dan teori
nursing system (sistem keperawatan). Teori self-care (perawatan diri) memiliki
empat konsep, yaitu perawatan diri, tindakan perawatan diri, keharusan perawatan
diri, dan tuntutan perawatan diri yang terapeutik. Teori self-care deficit (defisit
perawatan diri) terjadi ketika tindakan perawatan diri tidak memadai untuk
memenuhi kebutuhan perawatan diri yang dibutuhkan. Teori defisit perawatan diri
Orem menjelaskan tidak hanya ketika keperawatan dibutuhkan saja, tetapi juga
bagaimana orang dapat dibantu melalui lima metode bantuan, yaitu bertindak atau
melakukan suatu tindakan untuk orang lain, membimbing, mengajarkan,
mendukung, dan menyediakan lingkungan yang mempromosikan kemampuan
individu untuk memenuhi tuntutan perawatan diri saat ini dan yang akan datang.

Sistem keperawatan dibentuk ketika perawat menggunakan kemampuan


mereka untuk menetapkan, merancang, dan memberi perawatan kepada klien,
baik individu maupun kelompok, melalui berbagai aksi (Asmadi, 2008). Terdapat
tiga jenis sistem keperawatan menurut Orem, yaitu sistem kompensasi total
dibutuhkan untuk individu yang tidak dapat mengontrol dan memantau
lingkungan dan memproses informasi, sistem kompensasi sebagian dirancang
untuk individu yang tidak dapat melakukan beberapa kegiatan perawatan diri, dan
sistem suportif-edukatif dirancang untuk individu yang membutuhkan belajar
untuk melakukan tindakan perawatan diri dan memerlukan bantuan untuk
melakukannya.

2.3.7 Teori dan konsep keperawatan jiwa menurut Erikson


Teori keperawatan jiwa menurut Erik Erikson yang merupakan orang
pertama yang menemukan istilah “krisis identitas” dan orang yang
mengembangkan Teori Kepribadian dari Sigmund Freud (Erikson, 1963). Erikson
berpendapat bahwa setiap anak memiliki jadwal waktunya sendiri untuk
memenuhi tahapan perkembangan tersebut. Teori Erikson juga dikenal dengan
nama teori perkembangan psikososial yang berkaitan dengan prinsip-prinsip
perkembangan psikologi dan sosial seorang individu. Calvin S. Hall dan gardener
Lindzey (2000) menyatakan bahwa Erik Erikson membagi perkembangan
kepribadian atau psikososial menjadi delapan tahapan seperti yang tertera dalam
tabel di bawah ini.

Tahap Perikiraan Usia Krisis Psikososial

Lahir – 18 bulan Trust vs Mistrust (percaya vs tidak


I
percaya).

18 bulan – 3 tahun Autonomy vs Doubt (kemandirian vs


II
keraguan).

3 tahun – 6 tahun Initiative vs Guilt (inisiatif vs rasa


III
bersalah).

6 tahun – 12 tahun Industry vs Inferiority (Berkarya vs rasa


IV
rendah diri).
12 tahun – 18 tahun Identity vs Role Confusion (identitas vs
V
kekacauan identitas)

Dewasa awal (± 18 tahun – Intimacy vs Isolation (keintiman vs


VI
40 tahun) isolasi).

Sel
Dewasa pertengahan (± 40 Generativity vs f Absorption
VII
tahun – 65 tahun) (generativitas vs stagnasi)

Dewasa akhir / tua (± 65 ke Integrity vs Despair (integritas vs


VIII
atas) keputusasaan)

Tahap pertama diawali dengan timbulnya kepercayaan dasar diawali dari


tahap sensorik-oral, ditandai bayi dengan tidur tenang dan nyeyak, menyantap
makanan dengan nikmat, dan defekasi dengan mudah dan lancar. Bayi belajar
untuk percaya pada orang dewasa di sekitarnya dan menjadi dasar baginya untuk
mempercayai dirinya sendiri. Kegagalan mengembangkan rasa percaya
menyababkan bayi mengembangkan kecurigaan dasar dan tidak percaya pada
dirinya sendiri. Tahap kedua yakni kemandirian vs keraguan, anak cenderung aktif
dalam segala hal. Pembatasan ruang gerak pada anak dapat menyebabkan anak
akan mudah menyerah dan kehilangan kontrol diri.
Pada tahap ketiga, anak menjadi aktif serta mulai mengembangkan
kemampuan untuk hidup bermasyarakat. Apabila anak-anak pada masa ini
mendapatkan pola asuh yang salah, mereka cenderung merasa bersalah dan
akhirnya hanya berdiam diri. Pada tahapan keempat, individu diharapkan mulai
menempuh pendidikan formal. Bahaya dari tahap ini ialah anak bisa
mengembangkan perasaan rendah diri apabila ia tidak berhasil menguasai tugas-
tugas yang dipilihnya.

Pada tahap kelima, individu mulai mencari siapa dirinya, namun sudah
siap untuk memasuki suatu peranan yang berarti di tengah masyarakat. Apabila
terjadi krisis identitas, membentuk suatu identitas yang stabil atau sebaliknya akan
terjadi kekacauan peranan. Pada tahap keintiman vs Isolasi, fase remaja berakhir.
Dalam tahapan ini terjadi hubungan yang intim dengan pasangannya dan
hubungannya tertutup dengan kedua orangtuanya. Sedangkan pada tahap ketujuh,
yakni generativitas vs stagnasi adanya tugas yang harus dicapai, yaitu dapat
mengabdikan diri guna mencapai keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu
(generatifitas) dengan tidak melakukan apa-apa (stagnasi). Tahap integritas vs
keputusasaan merupakan tahap terakhir, dimana individu berhasil menyesuaikan
diri dengan keberhasilan dan kegagalan dalam hidup.

2.3.8 Teori dan konsep keperawatan jiwa menurut Sullivan

Harry Stack Sullivan merupakan pendiri serta pendukung utama cabang


pemikiran psikodinamik atau psikoanalitik yang disebut sebagai psikiatri
interpersonal atau psikoanalisis interpersonal (Evans, 2005). Teori yang dibangun
oleh sullivan yaitu teori interpersonal, dimana semua tingkah laku seperti pikiran,
perasaan, dan tindakan digambarkan melalui hubungan interpersonal. Menurutnya
semua pertumbuhan pribadi, kerusakan pribadi, serta penyembuhan pribadi adalah
hasil dari hubungan dengan orang lain. Sullivan juga menyatakan bahwa orang-
orang keliru, mereka percaya dapat memecahkan masalah mereka sendiri dan
mempertahankan kendali atas hidup mereka tanpa bantuan dari siapa pun atau apa
pun. Karena dengan memecahkan masalah sendirian maka akan termakan dengan
masalah tersebut dan dapat menderita beberapa jenis gangguan mental atau
penyakit (Sullivan, 1953).
Menurut model konsep ini, kelainan jiwa seseorang dapat muncul karena
diakibatkan adanya ancaman, ancaman tersebut akan menimbulkan kecemasan.
Pandangan terhadap penyimpangan perilaku pada model tersebut yaitu ansietas
timbul dan dialami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan dengan
orang lain atau secara interpersonal. Proses terapeutik dalam model konsep ini
yaitu hubungan antara terapis dan pasien dengan membangun perasaan aman,
selain itu terapis juga membantu pasien untuk mengalami hubungan agar penuh
rasa percaya serta mencapai kepuasan interpersonal.

Daftar Pustaka

Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Cambridge. (n.d). Principles. Retrieved from: https://dictionary.cambridge.org.

Depkes RI. (1998). Buku standar keperawatan kesehatan jiwa dan penerapan
standar asuhan keperawatan pada kasus di rsj dan rs ketergantungan
obat.

Erikson, E.H. (1963). Chilhood and society. New York: Nortoon.


Evans, F.B. (2005). Harry stack sullivan interpersonal theory and psychotherapy.
London: Taylor & Francis e-Library.

KBBI. (n.d). Prinsip. Retrieved from: https://kbbi.web.id.

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S.J. (2004). Fundamentals of nursing:
Concepts, process, and practice (7th ed.). New Jersey: Pearson Education.

Kusnanto. (2004). Pengantar profesi dan praktik keperawatan profesional.


Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Meleis, A.I. (2012). Theoretical nursing: Development and progress (5th ed.).
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins Inc.

Patel, S. C., & Jakopac, K. A. (2012). Manual of Psychiatric Nursing Skiils.


Sudbury: Jones & Bartlett Learning, LCC.

Pepleu. (1991). A conceptual frame of reference for pschodinamic nursing. New


York: Springer Publishing Company.

Potter, A.P., & Perry, A.G. (2009). Fundamentals of nursing (7th ed.). Singapore:
Elsevier.

Shives, L.R. (2005). Basic concepts of psychiatric-mental health nursing.


Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Stuart, G.W., Sundeen, S.J. (2002). Buku saku keperawatan jiwa Edisi 3.
Jakarta: ECG.

Stuart, G.W. (2016). Principles and Practice of Psychiatric Nursing (10th ed.).
Elsevier: Mosby.

Stuart, G.W. (2007). Buku saku keperawatan jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC.

Sullivan, H.S. (1953). The interpersonal theory of psychiatry. New York: Norton
and Co.

Sunaryo. (2004). Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC.


Taylor, C. (1989). Sources of the self. The making of the modern identity.
Cambridge University Press.

Tusaie, K. R., & Joyce, J. F. (2013). Advanced Practice Psychiatric Nursing. New
York: Springer Publishing Company, LCC.

Yosep, I. (2009). Keperawatan jiwa. Bandung: Refika aditama.

Yusuf, A., Fitryasari, R., Nirhayari, H.I. (2015). Buku ajar keperawatan
kesehatan jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai