1. Defenisi Keperawatan
Keperawatan didefinisikan oleh peplau sebagai sebuah proses yang signifikan, bersifat
terapeutik, dan interpersonal. Keperawatan merupakan instrumen edukatif, kekuatan yang
mendewasakan dan mendorong kepribadian seseorang dalam arah yang kreatif, konstruktif,
produktif, personal, dan kehidupan komunitas. Profesi keperawatan memiliki tanggung jawab
legal didalam pemanfaatan keperawatan secara efektif berikut segala konsekuensinya bagi
klien. Perawat merespons kebutuhan klien akan bantuan melalui proses interpersonal. Proses
interpersonal merupakan hubungan humanistik antara individu yang sakit, atau memerlukan
layanan kesehatan, dan perawat didalam mengenali dan merespons kebutuhan klien. Konsep
utama dalam proses interpersonal ini adalah perawat, klien, hubungan terapautik, tujuan,
kebutuhan manusia, kecemasan, ketegangan, dan frustasi.
2. Defenisi individu
Individu menurut Peplau adalah organisme yang mempunyai kemampuan untuk
berusaha mengurangi ketegangan yang ditimbulkan oleh kebutuhan. Berdesarkan penjelasan
ini, peplau mendefinisikan individu sebagai manusia sebab manusia adalah sebuah organisme
yang hidup dalam ekulibrium yang tidak stabil.
3. Defenisi kesehatan
Peplau mendefinisikan kesehatan sebagai sebuah simbol yang menyatakan secara tidak
langsung perkembangan progresif dari kepribadian dan proses kemanusian yang terus menerus
mengarah pada keadaan kreatif, konstruktif, produktif didalam kehudupan pribadi ataupun
komunitas.
4. Lingkungan
Meskipun peplau tidak secara langsung menyebutkan lingkungan sebgai salah satu konsep
utama dalam keperawatan, ia mendorong perawat untuk memerhatikan kebudayaan dan adat
istiadat klien saat klien harus membiasakan diri dengan rutinitas rumah sakit. Menurut peplau,
lingkungan merupakan kekuatan yang berada di luar organisme dan berada dalam konteks
cultural peplau.
B. Konsep Model Keperawatan Jiwa
Model konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang
menerangkan tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi,
atau kejadian terhadap suatu ilmu dan perkembangannya. (Brockopp, 1999)
Konsep model keperawatan jiwa tentunya mengarah pada kesehatan jiwa seseorang,
yaitu perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima
orang lain sebagaimana adanya, serta mempunyai sikap positif pada diri sendiri, dan orang lain.
Kesehatan jiwa seseorang meliputi, perasaan terhadap diri sendiri, terhadap orang lain,
mengatasi persoalan hidup sehari hari. Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi
yang terjadi dalam lingkungan atau stresor yang mengakibatkan seseorang individu
menciptakan perubahan yang adaptif baik secara mandiri maupun bantuan perawat. Model
konseptual keperawatan jiwa merupakan upaya yang dilakukan baik oleh perawat untuk
menolong seseorang dalam mempertahankan keseimbangan melalui mekanisme koping yang
positif untuk mengatasi stresor yang dialaminya (Videbeck, 2008)
Model konsep keperawatan jiwa terbagi menjadi enam bagian salah satunya adalah
masalah interpersonal.(Suliswati,2005).
a. Klien
Klien adalah sistem yang berkembang terdiri dari karakteristik biokimia, fisiologis,
interpersonal dan kebutuhan serta selalu berupaya memenuhi kebutuhannya dan
mengintegrasikan antara belajar dan pengalaman.
b. Perawat
Perawat berperan mengatur tujuan dan proses interaksi interpersonal dengan pasien yang
bersifat pertisipatif, sedangkan pasien mengendalikan isi yang menjadi tujuan.
c. Sumber Kesulitan
Peplau menjelaskan empat pengalaman psikobiologikal yang menjadi sumber kesulitan
klien, antara lain:
1) Kebutuhan (need)
2) Frustrasi (frustration)
3) Konflik (conflict)
4) Kegelisahan/ ansietas (anxiety)
Ansietas berat yang disebabkan oleh kesulitan mengintegrasikan pengalaman
interpersonal yang lalu dengan yang sekarang. Ansietas terjadi apabila komunikasi dengan
orang lain mengancam keamanan psikologik (sakit jiwa) dan biologi individu. Berdasarkan
model Peplau, ansietas merupakan konsep yang berperan penting karena berkaitan langsung
dengan kondisi sakit. Seseorang yang dalam keadaan sakit biasanya memiliki tingkat ansietas
yang meningkat. Oleh karena itu perawat pada saat ini harus mengkaji tingkat ansietas klien.
Berkurangnya ansietas menunjukkan bahwa kondisi klien semakin membaik.
d. Hubungan Interpersonal
Berdasarkan ilmu komunikasi, proses interpersonal didefinisikan sebagai proses interaksi
secara simultan dengan orang lain dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya,
biasanya dengan tujuan untuk membina suatu hubungan.
Hubungan interpersonal yang merupakan faktor utama model keperawatan menurut
Peplau mempunyai asumsi terhadap empat konsep utama yaitu:
1) Manusia
Individu dipandang sebagai suatu organisme yang berjuang dengan caranya sendiri untuk
mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh kebutuhan. Setiap individu merupakan makhluk
yang unik, mempunyai persepsi yang dipelajari dan ide yang telah terbentuk dan penting untuk
proses interpersonal.
2) Masyarakat/ lingkungan
Masyarakat, budaya dan adat istiadat merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
menghadapi kehidupan.
3) Kesehatan
Kesehatan didefinisikan sebagai perkembangan kepribadian dan proses kemanusiaan yang
berkesinambungan kearah kehidupan yang kreatif, konstruktif dan produktif.
4) Keperawatan
Keperawatan dipandang sebagai proses interpersonal yang bermakna. Proses
interpersonal merupakan alat edukatif yang baik bagi perawat maupun klien. Pengetahuan diri
dalam konteks interaksi interpersonal merupakan hal yang penting untuk memahami klien dan
mencapai resolusi masalah.
1. Fase Orientasi
Fase ini, perawat dan klien bertindak sebagai 2 individu yang belum saling mengenal.
Selama fase orientasi, klien merupakan seseorang yang memerlukan bantuan profesional dan
perawat berperan membantu klien mengenali dan memahami masalahnya serta menentukan
apa yang klien perlukan saat itu. Jadi, fase orientasi ini merupakan fase untuk menentukan
adanya masalah,dimana perawat dan klien melakukan kontrak awal untuk membangun
kepercayaan dan terjadi proses pengumpulan data.
Fase orientasi dipengaruhi langsung oleh sikap perawat dan klien dalam memberi atau
menerima pertolongan. Selain itu fase ini juga dipengaruhi oleh ras, budaya, agama,
pengalaman, latar belakang, dan harapan klien maupun perawat. Akhir dari fase ini adalah
perawat dan klien bersama-sama mengidentifikasi adanya masalah serta menumbuhkan rasa
saling percaya sehingga keduanya siap untuk melangkah ke fase berikutnya
2. Fase Identifikasi
Pada fase ini klien memberikan respon atau mengidentifikasi persoalan yang ia hadap
bersama orang yang dianggap memahami masalahnya. Respon setiap klien berbeda satu sama
lain. Disini perawat melakukan eksplorasi perasaan dan membantu klien menghadapi penyakit
yang ia rasakan sebagai sebuah pengalaman yang mengorientasi ulang perasaannya dan
menguatkan kekuatan positif pada pribadi kklien serta memberi kepuasan yang diperlukan.
Fase identifikasi peran perawat apakah sudah melakukan atau tindakan sebagai
fasiliatator yang memfasitaskan ekspresi perasaan klien serta melaksanakan asujhan
keperawatan. Selama fase identifikasi klien diharapkan mulai memiliki perasaan terlibat dan
mulai memiliki kemampuan untuk mengatasi masalahnya dengan mengurangi perasaan tidak
berdaya dan putus asa. Upaya ini akan menumbuhkan sikap positif pada diri klien guna melaju
ke fase selanjutnya. Jadi, fase identifikasi merupakan fase penentu bantuan apa yang diperlukan
oleh klien. Fase ini, perawat juga memberi beberapa alternatif untuk mengatasi masalah klien.
3. Fase Eksploitasi
Pada fase ini, perawat memberi layanan keperawatan berdasarkan kebutuhan klien.
Disini, masing-masing pihak mulai merasa menjadi bagian integral dari proses interpersonal.
Selama fase eksploitasi, klien mengambil secara penuh nilai yang ditawarkan kepadanya
melalui sebuah hubungan.
Prinsip tindakan pada fase ini adalah eksplorasi atau menggali, memahami keadaan
klien dan mencegah meluasnya masalah. Perawat mendorong klien untuk menggali dan
mengungkapkan, perasaan, emosi, pikiran, serta sikapnya tanpa paksaan dan mempertahankan
suasana terapeutik yang mendukung.
Fase eksploitasi dimana perawat telah membantu kalien dalam membereikan gambaran
kondisi klien. Pada fase ini perawat juga dituntut untuk menguasai keterampilan berkomunikasi
secara terapeutik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa fase eksplorasi merupakan fase
pemberian bantuan pada klien sebagai langkah pemecahan masalh. Jika fase ini berhasil, proses
interpersonal akan berlanjut ke fase akhir, yaitu fase resolusi.
4. Fase Resolusi/Terminasi
Pada fase resolusi, tujuan bersama antara perawat dan klien sudah sampai pada tahap
akhir dan keduanya siap mengakhiri hubungan terapeutik yang selama ini terjalin. Fase resolusi
terkadang menjadi fase yang sulit bagi kedua belah pihak sebab disini dapat terjadi peningkatan
kecemasan dan ketegangan jika ada hal-hal yang belum terselesaikan pada masin-masing fase.
Indikator keberhasilan untuk fase ini adalah jika klien sudah mampu mandiri dan lepas dari
bantuan perawat. Selanjutnya, baik perawat maupan klien akan menjadoi individu yang matang
dan lebih berpengalaman.
Dalam hubungan perawat-klien, ada enam peran perawat yang harus dilakukan. Peran
tersebut berbeda pada stiap fasenya. Keenam peran tersebut adalah peran sebagai orang asing
(role of the stranger), peran sebagai narasumber (role of resource person), peran sebagai
pengajar (teaching role), peran sebagai kepemimpinan (leadership role), peran sebagai wali
(surrogate role), dan peran sebagai penasihat (counseling role).
Role of the stranger merupakan peran awal dalam hubungan perawat-klien. Di
sini,kedua belah pihak merupakan orang asing bagi pihak lain. Sebgai orang asing, perawat
harus memperlakukan klien secara sopan, tidak boleh memberi penilaian sepihak, menerima
klien apa adanya, serta memperlakukan klien dengan penuh perasaan. Dalam perannya sebagai
narasumber (role of resource person), perawat memberi jawaban yang spesifik dari setiap
pertanyaan klien, terutama mengenai informasi kesehatan. Selain itu, perawat juga
menginterpretasiakan kepada klien rencana perawatan dan rencana medis untuk hal tersebut.
Teaching role merupakan kombinasi dari seluruh peran dalam menggunakan informasi.
Teaching role menurut peplau terdiri atas dua kategori yaitu intruksional, dan eksperimental.
Penyuluhan intruksional adalah pemberian informasi secara luas dan merupakan bentuk yang
di pakai dalam literatur pendidikan. Menyuluhan eksperimental adalah penyeluhan dengan
menggunakan pengalaman dalam pengembangan pengajaran.
Leadership role merupakan peran yang berkaitan dengan kepemimpinan, terutama
mengenai proses demokratis dalam asuahan keperawatan. Perawat membantu klien dalam
mengerjakan tugas-tugasnya melalui hubungan yang sifatnya kooperatif dan melibatkan
partisipasi aktif klien. Dalam surrogate role, klien menggap perawat sebagai walinya. Oleh
sebab itu, sikap perawat dan perilakunya harus menciptakan perasaan tertentu dalam diri klien
yang bersifat reaktif yang muncul dari hubungan sebelumnya. Funsi perawat disini adalah
membimbing klien mengenali dirinya sendiri dan sosok yang ia bayangkan lalu membantunya
melihat perbedaan antara dirinya dan sosok yang ia bayangkan tersebut.
Fase resolusi dimana perawat berusaha untuk secara bertahan klien untuk
membebaskan diridari kertegantungan kepada tenaga kesehatan dan menggunakan
kemampuan yang dimliki agar mampu menjalankan secara sendiri.
Peplau mempercayai bahwa counseling role memiliki peranan yang besar dalam
keperawatan psikiatri. Dalam hubungan perawat-klien peran ini sangant penting sebab tujuan
dari teknik hubungan antar-personal adalah membantu klien mengingat dan memahami
sepenuhnya peristiwa yang terjadi pada dirinya saat ini. Dengan demikian, satu pengalaman
dapat diintegrasikan dengan pengalaman lainnya dalam hidupnya, bukannya justru dipisahkann