Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Falsafah adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-
sebab, azas-azas, hukum,dan sebagainya daripada segala yang ada dalam alam semesta
ataupun mengenai kebenaran dan arti adanya sesuatu (WJS Poerwadarminta. Falsafah
keperawatan adalah pandangan dasar tentang hakikat manusia dan esensi keperawatan yang
menjadikan kerangka dasar dalam praktik keperawatan.
Falsafah Keperawatan bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan..
Keperawatan menganut pandangan holistik terhadap manusia yaitu kebutuhan manusia bio-
psiko-sosial-spiritual. Kegiatan keperawatan dilakukan dengan pendekatan humanistik, dalam
arti menghargai dan menghormati martabat manusia, memberi perhatian kepada klien serta,
menjunjung tinggi keadilan bagi sesama manusia. Keperawatan bersifat universal dalam arti
tidak membedakan atas ras, jenis kelamin, usia, warna kulit, etik, agama, aliran politik, dan
status sosial ekonomi. Keperawatan adalaFalsafah keperawatan mengkaji penyebab dan
hukum-hukum yang mendasari realitas, serta keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang
lebih berdasakan pada alasan logis daripada metoda empiris.
Falsafah keperawatan menurut Roy (Mc Quiston, 1995) :
Roy memiliki delapan falsafah, empat berdasarkan falsafah prinsip humanisme dan empat
berdasarkan prinsip falsafah veritivity.
falsafah humanisme/ kemanusiaan “mengenali manusia dan sisi subyektif manusia dan
pengalamannya sebagai pusat rasa ingin tahu dan rasa menghargai”. Falsafah yang melandasi
keperawatan komunitas mengacu pada falsafah atau paradigma keperawatan secara umum
yaitu manusia yang merupakan titik sentral dari setiap upaya pembangunan kesehatan yang
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan & bertolak dari pandangan ini disusunlah paradigma
keperawatan komunitas yang terdiri 4 komponen dasar manusia, kesehatan, lingkungan,
keperawatan.
Teori perspektif banyak perspektif teoritis pada keluarga yang tersedia untuk membimbing
masyarakat praktik keperawatan keluarga dan komunitas. Tidak mengejutkan, model keperawatan bagi
keluarga mencerminkan dua pemikiran dalam komunitas / keperawatan ( kesehatan) masyarakat hari ini.
Beberapa pandangan mendukung bahwa keluarga adalah unit perawatan, dan masyarakat adalah konteks,
sedangkan yang lain fokus pada komunitas sebagai klien dan melihat keluarga sebagai subunit. Zerwekh
(1991) Model Keluarga sebagai pemberi perawatan merupakan Perawatan Kesehatan yang menguraikan
kerangka kerja yang mendukung untuk menyediakan perawatan keluarga dalam sebuah masyarakat.
Sedangkan Model kesehatan masyarakat sebagai fungsi yaitu memberikan panduan dalam penyediaan
perawatan bagi keluarga dan pandangan keluarga sebagai klien dalam masyarakat dan keluarga sebagai
bagian dari masyarakat klien.

B.     Tujuan Penulisan


1.      Untuk dapat mengetahui apa itu perspektif dan falsafah keperawatan jiwa.
2.      Untuk dapat mengetahui apa itu perspektif dan falsafah keperawatan Keluarga
3.      Untuk dapat mengetahui apa itu perspektif dan falsafah keperawatan Komunitas
 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Perspektif dan Falsafah Keperawatan Jiwa


1.      Falsafah Keperawatan Jiwa
Individu memiliki harkat dan martabat sehingga masing-masing individu perlu dihargai.
Tujuan individu meliputi tumbuh,sehat,otonomi dan aktualisasi diri. Masing-masing individu
tersebut berpotensi untuk berubah, karena kita tahu bahwa manusia adalah mahkluk holistik
yang mempunyai kebutuhan dasar yang sama. Semua individu perilakunya bermakna,
perilaku individu tersebut meliputi : persepsi,pikiran,perasaan dan tindakan.

2.      Pengertian Keperawatan Jiwa


Keperawatan jiwa merupakan proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan
dan mempertahankan fungsi yang terintegrasi. Keperawatan jiwa merupakan bidang
spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya
dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya (ANA).
Menurut Dorothy , Cecilia : keperawatan kesehatan jiwa merupakan “proses dimana
perawat membantu individu atau kelompok dalam mengembangkan konsep diri yang positif ,
meningkatkan pola hubungan antar pribadi yang lebih harmonis serta agar lebih berproduktif
di masyarakat.”
Menurut Stuart Sundeen : keperawatan mental adalah “ proses interpersonal dalam
meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang berpengaruh pada fungsi integrasi. Pasien
tersebut bisa individu, keluarga,kelompok,organisasi atu masyarakat. Tiga area praktik
keperawatan mental yaitu perawatan langsung , komunikasi , management.”

3.      Model-Model Keperawatan Jiwa


a.       Model Psikoanalisa
1)      Konsep
Merupakan model yang pertama yang dikemukakan oleh Sigmun Freud yang meyakini
bahwa penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhubungan pada perkembangan pada anak
2)      Proses terapi
a)      Memakan waktu yang lama
b)      Menggunakan tehnik asosiasi bebas dan analisa mimpi”
3)      Peran pasien dan terapis
a)      Pasien
b)      Terapis
b.      Model Interpersonal
1)      Konsep
Model ini diperkenalkan oleh Hary Stack Sullivan. Sebagai tambahan Peplau
mengembangkan teori interpersonal keperawatan. Dalam proses interpersonal perawat klien
memiliki 4 tahap :
a)      Orientasi
b)      Identivikasi
c)      Eksplorasi
d)     Resolusi
2)      Proses terapi
a)      Mengeksplorasi proses perkembangan
b)      mengoreksi pengalaman interpersonal
c)      reduksi 
d)     mengembangkan hubungan saling percaya
3)      peran pasien dengan terapis
a)      pasien : menceritakan ansietas dan perasaan
b)      terapis : menjalin hubungan akrab dengan pasien dengan menggunakan empati
c.       Model Eksistensi
1)      Konsep
Teori mengemukakan bahwa penyimpangan perilaku terjadi jika individu putus hubungan
dengan dirinya dan lingkungannya.
2)      Proses terapi
a)      Rational emotive therapy
b)      Terapi logo
c)      Terapi realitas
3)      Peran pasien perawat
a)      Pasien : bertanggung jawab terhadap perilakunya dan berperan serta dalam suatu pengalaman
berarti untuk mempelajari tentang dirinya yang sebenarnya
b)      Terapis :
         Membantu pasien untuk mengenali diri
         Mengklarifikasi realita dari suatu situasi
         Mengenali pasien tentangperasaan tulus
         Memperluas kesadaran diri pasien
d.      Model Komunikasi
1)      Konsep
Teori ini menyatakan bahwa gangguan perilaku terjadi apabila pesan tidak dikomunikasikan
dengan jelas.
2)      Proses terapi
a)      Memberi umpan balik dan klarifikasi masalah
b)      Memberi penguatan untuk komunikasi yang efektif
c)      Memberi alternatif kolektif untuk komunikasi yang tidak efektif
d)     Melakukan analisa proses interaksi
3)      Peran pasien terapis
a)      Pasien : memperhatikan pola komunikasi , bermain peran,bekerja untuk mengklarifikasi
komunikasinya sendiri , memvalidasi peran dari oarang lain.
b)      Terapis : menginterpretasikan pola komunikasi kepada pasien dan mengajarklan prinsip
komunikasi yang baik.
e.       Model Keperawatan
1)      Konsep
Teori ini mempunyai pandangan bahwa askep berfokus pada respon individu terhadap
masalah kesehatan yang actual dan potensial denagan model pendekatan berdasarkan teori
sistem , teori perkembangan , teori interaksi , pendekatan holistik dan teori keperawatan.
Fokus pada :
a)      Rentang sehat sakit
b)      Teori dasar keperawatan
c)      Tindakan keperawatan
d)     Hasil tindakan
2)      Proses terapi
a)      Proses keperawatan
b)      Terapi keperawatan : terapi modalitas
3)      Peran pasien dan terapis
a)      Pasien : mengemukakan masalah
b)      Terapis : memfasilitasi dan membantu menyelesaikan
http://yesimursal.blogspot.co.id/2013/04/perspektif-dan-falsafah-keperawatan.html
BAB I

PENDAHULUAN

 Latar Belakang

Falsafah ialah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, azas-
azas, hukum,dan sebagainya daripada segala yang ada dalam alam semesta ataupun mengenai
kebenaran dan arti adanya sesuatu (WJS Poerwadarminta. Falsafah keperawatan ialah
pandangan dasar tentang hakikat manusia dan esensi keperawatan yang menjadikan kerangka
dasar dalam praktik keperawatan.

Falsafah Keperawatan bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan..


Keperawatan menganut pandangan holistik terhadap manusia yaitu kebutuhan manusia bio-
psiko-sosial-spiritual. Kegiatan keperawatan dilakukan dengan pendekatan humanistik, dalam
arti menghargai dan menghormati martabat manusia, memberi perhatian kepada klien serta,
menjunjung cukup tinggi keadilan bagi sesama manusia. Keperawatan bersifat universal dlm
arti tidak membedakan atas ras, jenis kelamin, usia, warna kulit, etik, agama, aliran politik,
dan status sosial ekonomi. Keperawatan adalah Falsafah keperawatan mengkaji penyebab dan
hukum-hukum yang mendasari realitas, serta keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang
lebih berdasakan pada alasan logis daripada metoda empiris.

Falsafah keperawatan menurut Roy (Mc Quiston, 1995) :Roy memiliki delapan falsafah,
empat berlandaskan falsafah prinsip humanisme dan empat berlandaskan prinsip falsafah
veritivity.falsafah humanism atau kemanusiaan “mengenali manusia & sisi subyektif manusia
dan pengalamannya sebagai pusat rasa ingin tahu dan rasa menghargai”. Falsafah yang
melandasi keperawatan komunitas mengacu pada falsafah atau paradigma keperawatan
secara umum yaitu manusia yang merupakan titik sentral dari setiap upaya pembangunan
kesehatan yang menjunjung cukup tinggi nilai kemanusiaan dan bertolak dari pandangan ini
disusunlah paradigma keperawatan komunitas yg tersusun 4 komponen dasar manusia,
kesehatan, lingkungan, keperawatan.

Teori perspektif banyak perspektif teoritis pada keluarga yang tersedia untuk membimbing
masyarakat praktik keperawatan keluarga dan komunitas. Tidak mengejutkan, model
keperawatan bagi keluarga mencerminkan dua pemikiran dalam komunitas atau keperawatan
( kesehatan) masyarakat hari ini. Beberapa pandangan mendukung bahwa keluarga ialah unit
perawatan, dan masyarakat ialah konteks, sedangkan yang lain fokus pada komunitas sebagai
klien dan melihat keluarga sebagai subunit. Zerwekh (1991) Model Keluarga sebagai pemberi
perawatan merupakan Perawatan Kesehatan yang menguraikan kerangka kerja yang
mendukung untuk menyediakan perawatan keluarga dalam sebuah masyarakat. Sedangkan
Model kesehatan masyarakat sebagai fungsi yaitu memberikan panduan dalam penyediaan
perawatan bagi keluarga dan pandangan keluarga sebagai klien dalam masyarakat dan
keluarga sebagai bagian dari masyarakat klien.

 
 Rumusan Masalah

2. Apa yang dimaksud dengan perspektif dan falsafah keperawatan jiwa ?


3. Apa saja model-model keperawatan jiwa ?
4. Apa saja ruang lingkup keperawatan jiwa ?
5. Apa saja isu dan tren keperawatan jiwa ?

1.3. Tujuan

1. Untuk bisa mengetahui apa itu perspektif dan falsafah keperawatan jiwa.
2. Untuk bisa mengetahui apa saja model-model keperawatan jiwa
3. Untuk bisa mengetahui apa saja ruang lingkup keperawatan jiwa
4. Untuk bisa mengetahui bagaimana tren dan isu keperawatan jiwa

BAB II

PEMBAHASAN

 Perspektif dan Falsafah Keperawatan Jiwa

1. Falsafah Keperawatan Jiwa

Individu memiliki harkat dan martabat sehingga masing-masing individu perlu dihargai.
Tujuan individu meliputi tumbuh,sehat,otonomi dan aktualisasi diri. Masing-masing individu
tersebut berpotensi untuk berubah, oleh kita tahu bahwa manusia ialah mahkluk holistik yang
mempunyai kebutuhan dasar yang sama. Semua individu perilakunya bermakna, perilaku
individu tersebut meliputi : persepsi,pikiran,perasaan dan tindakan.

2. Pengertian Keperawatan Jiwa

Keperawatan jiwa merupakan proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan
mempertahankan fungsi yang terintegrasi. Keperawatan jiwa merupakan bidang spesialisasi
praktik keperawatan yg menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan
diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya (ANA).

Menurut Dorothy , Cecilia : keperawatan kesehatan jiwa merupakan “proses dimana perawat
membantu individu / kelompok dalam mengembangkan konsep diri yang positif ,
meningkatkan pola hubungan antar pribadi yang lebih harmonis serta agar lebih berproduktif
di masyarakat.”

Menurut Stuart Sundeen : keperawatan mental ialah “ proses interpersonal dalam


meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang berpengaruh pada fungsi integrasi. Pasien
tersebut bisa individu, keluarga,kelompok,organisasi atau masyarakat. Tiga area praktik
keperawatan mental yaitu perawatan langsung , komunikasi , management.”

 Model-Model Keperawatan Jiwa

1. Model Psikoanalisa

1)      Konsep

Merupakan model yang pertama yang dikemukakan oleh Sigmun Freud yang meyakini
bahwa penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhubungan pada perkembangan pada
anak.

2)      Proses terapi

1. a) Memakan waktu yang lama


2. b) Memanfaatkan tehnik asosiasi bebas dan analisa mimpi”

3)      Peran pasien dan terapis

1. a) Pasien
2. b) Terapis
3. Model Interpersonal

1)      Konsep

Model ini diperkenalkan oleh Hary Stack Sullivan. Sebagai tambahan Peplau
mengembangkan teori interpersonal keperawatan. Dalam proses interpersonal perawat klien
memiliki 4 tahap :

1. a) Orientasi
2. b) Identivikasi
3. c) Eksplorasi
4. d) Resolusi

2)      Proses terapi

1. a) Mengeksplorasi proses perkembangan


2. b) mengoreksi pengalaman interpersonal
3. c) reduksi
4. d) mengembangkan hubungan saling percaya

3)      peran pasien dengan terapis

1. a) pasien : menceritakan ansietas dan perasaan


2. b) terapis : menjalin hubungan akrab dengan pasien dengan memanfaatkan empati

1. Model Eksistensi

1)      Konsep

Teori mengemukakan bahwa penyimpangan perilaku terjadi jika individu putus hubungan
dengan dirinya dan lingkungannya.

2)      Proses terapi

1. a) Rational emotive therapy


2. b) Terapi logo
3. c) Terapi realitas

3)      Peran pasien perawat

1. a) Pasien : bertanggung jawab terhadap perilakunya dan berperan serta dalam suatu
pengalaman berarti untuk mempelajari tentang dirinya yang sebenarnya
2. b) Terapis :

 Membantu pasien untuk mengenali diri


 Mengklarifikasi realita dari suatu situasi
 Mengenali pasien tentangperasaan tulus
 Memperluas kesadaran diri pasien

1. Model Komunikasi

1)      Konsep

Teori ini menyatakan bahwa gangguan perilaku terjadi apabila pesan tidak dikomunikasikan
dengan jelas.

2)      Proses terapi

1. a) Memberi umpan balik dan klarifikasi kasus


2. b) Memberi penguatan untuk komunikasi yg efektif
3. c) Memberi alternatif kolektif untuk komunikasi yg tidak efektif
4. d) Melakukan analisa proses interaksi

3)      Peran pasien terapis

1. a) Pasien : memperhatikan pola komunikasi , bermain peran,bekerja untuk


mengklarifikasi komunikasinya sendiri , memvalidasi peran dari oarang lain.
2. b) Terapis : menginterpretasikan pola komunikasi kepada pasien dan mengajarklan
prinsip komunikasi yang baik.
3. Model Keperawatan

1)      Konsep

Teori ini mempunyai pandangan bahwa asuhan keperawatan berfokus pada respon individu
terhadap kasus kesehatan yang actual dan potensial denagan model pendekatan berlandaskan
teori sistem , teori perkembangan , teori interaksi , pendekatan holistik & teori keperawatan.
Fokus pada :

1. a) Rentang sehat sakit


2. b) Teori dasar keperawatan
3. c) Tindakan keperawatan
4. d) Hasil tindakan

2)      Proses terapi

1. a) Proses keperawatan
2. b) Terapi keperawatan : terapi modalitas

3)      Peran pasien & terapis

1. a) Pasien : mengemukakan kasus


2. b) Terapis : memfasilitasi & membantu menyelesaikan

2.3. Ruang Lingkup Keperawatan Jiwa


 

Perawat jiwa memberikan perawatan sepanjang rentang asuhan. Perawatan ini meliputi
intervensi yang berhubungan dengan pencegahan primer, sukunder, dan tersier.

1. Pencegahan primer

pencegahan primer ialah intervensi biologi, social, psikologis yang bertujuan meningkatkan
kesehatan dan kesejahtraan, menurunkan insiden penyakit dimasyarakat dengan mengubah
factor-faktor penyebab sebelum membahayakan. Pengkajian kebutuhan mau tindakan
keperawatan preventif termasuk identifikasi :

1)      Faktor resiko yang apabila ada pada diri seseorang membuatnya lebih cendrung
mengalami gangguan

2)      Faktor pelindung yang meningkatkan respos individu terhadap stress

3)      Populasi target individu yang rentan meengalami gangguan jiwa yang mumgkin
menunjukkan respon koping maladaptive terhadap stressor spesifik atau factor resiko.

1. Pencegahan sukunder

Pencegahan sukunder termasuk menurunkan prevalensi gangguan. Aktiviras pencegahan


sukunder meliputi penemuan kasus dini, skrining, dan pengobatan efektif yang cepat.
Intervebsi krisis ialah suatu modalitas yang terapi pencegahan sukunder yang penting.

1. Pencegahan Tersier

Aktivitas pencegahan tersier mencoba untuk mengurangi beratnya gangguan dan disabilitas
yang berkaitan.

1. Rehabilitasi
Ialah proses yang memungkinkan individu untuk kembali ketingkat fungsi setinggi
mungkin. Rehabilitasi jiwa berkembang dari kebutuhan untuk menciptakan
kesempatan bagi individu yang didiagnosis mengalami gangguan jiwa berat, agar bisa
hidup, belajar dan bekerja dilingkungan masyarakat yang mereka pilih. Rehabilitasi
mengajukan bahwa penderita gangguan jiwa harus dianggap sama seperti individu
yang mengalami disabilatasi. Sama seperti disabilitasi yang mengalami gangguan
fisik, individu yang mengalami disabilitas jiwa membutuhkan pelayanan dalam
rentang yang luas, sering kali dalam waktu yang lama. Rehabilitasi jiwa
memanfaatkan pendekatan berpusat pada individu, manusia ke manusia yang berbeda
dengan model pelayanan medis tradisioanal.

 Trend dan Isu Keperawatan Jiwa

 
Menjadikan kesehatan jiwa sebagai prioritas global dengan cara meningkatkan
pelayanan kesehatan jiwa lewat advokasi dan aksi masyarakat. Perkembangan teknologi
digital membuat dunia terasa semakin sempit, informasi dari aneka belahan dunia mampu di
akses dalam waktu yang sangat cepat, perkembangan pengetahuan, perkembangan terapi
menjadi sebuah media perubahan dalam proses penatalaksanaan gangguan jiwa, berlandaskan
isu diatas maka advokasi dan aksi masyarakat menjadi salah satu langkah awal untuk
menekan penderita gangguan jiwa di indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya.

Dua tindakan nyata diatas menjadi tanggung jawab kita semua, tuntutan material, tuntutan
hedonisme dan kesenangan duniawi mampu membuat beberapa manusia mengalami
goncangan dalam kehidupannya, ketika agama tidak lagi menjadi pegangan, ketika nafsu
duniawi menjadi tuhan maka mau banyak perilaku tidak wajar yang muncul, tekanan
ekonomi, tekanan sosial, tekanan psikologis dan tekanan – tekanan yang lain mampu
membuat ego defence mechanisme seseorang menjadi terganggu. Seseorang pada intinya
ingin dianggap penting, perilaku agar dianggap atau terlihat penting ini yang terkadang
merusak integritas pribadinya sendiri.

Trend dan Isu dalam keperawatan jiwa ialah kasus-kasus yang sedang hangat dibicarakan dan
dianggap penting. Kasus-kasus tersebut bisa dianggap ancaman atau tantangan yang mau
berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun global. Secara
umum ada beberapa tren penting yang menjadi perhatian dalam keperawatan jiwa di
antaranya ialah sebagai berikut :

1. Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi


2. Trend peningkatan kasus kesehatan jiwa
3. Kecenderungan dalam penyebab gangguan jiwa
4. Kecenderungan situasi di era global
5. Globalisasi dan perubahan orientasi sehat
6. Kecenderungan penyakit jiwa
7. Meningkatnya post traumatik sindrom
8. Meningkatnya kasus psikososial
9. Trend bunuh diri pada anak
10. Kasus AIDS & NAPZA
11. Pattern of parenting
12. Perspektif life span history
13. Kekerasan
14. Kasus ekonomi & kemiskinan




 Definisi Trend dan Issu

1. Definisi Trend

Trend adalah hal yang sanat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren juga dapat di
definisikan salah satu gambar ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang biasanya
sedang popular di kalangan masayarakat.
Trend adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya
berdasarkan fakta.

Beberpa contoh trend pada kesehatan jiwa, antara lain :

 Penggunaan Narkoba bagi generasi muda

Banyak alasan mengapa narkoba diantaranya agar dapat diterima oleh lingkungan,
mengurangi stres, mengurangi kecemasan, agar bebas dari murung, mengurangi keletihan,
dan mengatasi masalah pribadi. Akan tetapi, terlepas dari semua itu, remaja memakai
narkoba karena narkoba membuatnya merasa nikmat, enak, dan nyaman pada awal
pemakaian. Alasan remaja memakai narkoba dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Anticipatory beliefs, yaitu anggapan bahwa jika memakai narkoba, orang akan
menilai dirinya hebat, dewasa, mengikuti mode, dan sebagainya.
2. Relieving beliefs, yaitu keyakinan bahwa narkoba dapat digunakan untuk mengatasi
ketegangan, \cemas, dan depresi akibat stresor psikososial.
3. Facilitative atau permissive beliefs, yaitu keyakinan bahwa pengguna narkoba
merupakan gaya hidup atau kebiasaan karena pengaruh zaman atau perubahan nilai,
sehingga dapat diterima.

Jadi, penggunaan narkoba berawal dari persepsi, anggapan, atau keyakinan keliru yang
tumbuh di masyarakat. Maka tidak mau memahami atau tidak mau menerima kenyataan dan
fakta yang dapat dibuktikan secara ilmiah dan sah menurut hukum.

Mengapa Remaja Menyalahgunakan Narkoba ?

1. Budaya Mencari Kenikmatan Sesaat (Hedonistik)

Dewasa ini masyarakat cenderung mudah memakai obat untuk mengubah suasana hati,
sehingga pemakaian jenis narkoba diterima dengan tangan terbuka. Contoh : rokok, alkohol,
dan juga obat penghilang rasa nyeri yang mudah dibeli. Pesta ulang tahun atau akhir
pekandilalui dengan minuman beralkohol, rokok, ganja, ekstasi, yang didukung pula faktor
kemudahan untuk memperolehnya.

Remaja mempunyai pola serupa dengan orang dewasa. Umumnya penyalahgunaan narkoba
pada remajabersifat hedonistik, yakni bertujuan mencari kesenangan. Alasan yang sering
dikemukakan adalah ingin tahu dan ingin mencari kesenangan atau kenikmatan.

1. Kepribadian Remaja
Masa romantisme remaja dan nostalgia orang dewasa terhadap masa itu berada sekitar
ekspoitasi masa remaja yang mengandung resiko. Contoh : berselancar, ngebut, dan mencoba
narkoba. Remaja berada diantara masa kanak – kanak dan dewasa, baik secara biologis
maupun psikologis. Di satu pihak, remaja memiliki kemampuan orang dewasa, tetapi di lain
pihak belum memiliki kewenangan untuk manggunakan kemampuan itu.

Keterbatasan perspektif remaja menyebabkan remaja sulit menunda pemuasan keinginan


seketika, sehingga remaja lebih mirip anak kecil yang berbadan besar

daripada orang dewasa. Penyalahgunaan narkoba memperburuk keadaan. Narkoba


memperlemah kemauan, mendorong pemuasan keinginan segera, dan melemahkan daya pikir
ke depan.

Narkoba memberikan pemuasan keinginan segera, melemahkan kemampuan untuk


berpartisipasi terhadap bahaya dan kemampuan untuk menangkal kenikmatan sesaat. Remaja
yang terlalu dikendalikan dengan orang tua akan gagal memenuhi fungsi kemandirian orang
dewasa, sehingga ia tidak mampu menghargai dirinya sebagai individu yang mendiri.
Berlainan dengan penampilan luarnya, remaja ini sangat rawan terhadap tekanan kelompok
sebaya. Mereka akan menyerahkan diri terhadap tuntutan orang lain. Mereka akan mevcari
kebebasan semu dan kepribadian semu pada teman sebayanya untuk menggantikan fungsi
orang tua.

1. Tekanan Kelompok Sebaya

Tekanan kelompok sebaya berpengaruh kuat terhadap terjadinya penyalahgunaan narkoba.


Semua orang pasti merasan cemas jika ditolak oleh lingkungan sehingga berusaha mencari
persetujuan kelompoknya. Konflik orang tua dan remaja sebenarnya adalah konflik loyalitas,
yaitu loyalitas terhadap orang tua dengan loyalitas terhadap teman sebaya.

Remaja sangat peka terhadap nilai – nilai kelompok sebaya dalam penampilan, perilaku, dan
sikap. Jarang seorang remaja yang memiliki kemauan ego kuat berdiri teguh, terpisah dari
nilai – nilai kelompok sebayanya. Suasana hatinya sebagian besar berasal dari perjuangan
terus – menerus untuk memenangkan peperangan itu dan untuk berada dalam persetujuan
dengan kelompok sebaya. Di kalangan remaja, penyalahgunaan narkoba digunakan untuk
maksud rekreasi atau bersenang – senang sebagai kegiatan sosial yang diterima remaja.
Karena itu, remaja rawan terhadap penyalahgunaan narkoba.

1. Keterasingan Remaja

Keterasingan adalah adanya hubungan antar remaja dan nilai orang tua dan masyarakat secara
cita – cita , tradisi, dan kerohanian. Keterasingan dapat diartikan sebagai dimensi spiritual,
karena meliputi penolakan terhadap nilai – nilai yang berharga, yang memotivasi atau
memimpin sesorang melalui keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ada juga komponen
emosional pada keterasingan. Remaja yang terasing adalah remaja yang marah, yang secara
tidak sadar meluapkan perasaan dikhianati karena merasa nilai – nilainya ditolak. Dengan
perkataan lain, remaja yang terasing adalah remaja yang diabaikan atau tidak dipedulikan
oleh keluarga atau masyarakat. Dari keterasingan itu, remaja memilih jalan untuk mencoba –
coba berteman dengan narkoba.

1. Sters
Banyak sekali sumber stres. Pengalaman terhadap stres itu sendiri merupakan interaksi faktor
luar sebagai penyebab stres (disebut stresor) dan faktor dalam yang disebut keterampilan
mengatasi masalah (coping skills). Orang dengan sejumlah besar stresor, seperti kehilangan,
penyakit, dan trauma dikatakan mengalami banyak stres. Di lain pihak, seseorang yang
kurang terampil mengatasi masalah menganggap dirinya ‘sangat stres’ dibandingkan orang
lain yang lebih terampil mengatasi masalah. Gejala stres termasuk gelisah dan cemas, mudah
tersinggung dan teragitasi, sulit tidur atau mengalami gangguang tidur, sulit berkonsentrasi,
mengalami gangguan dalam selera makan, dan penyalahgunaan narkoba.

Penelitian membuktikan bahwa lingkungan keluarga yang tidak berfungsi baik dan kejadian –
kejadian yang membuat stres, berkaitan erat dengan penyalahgunaan narkoba. Penelitian pada
sejumlah siswa penyalahguna yang mengikuti perawatan terapi, menunjukkan tingkat stres
yang tinggi, penilaian diri yang rendah, keluarga yang mereka nilai sebagai ‘penuh
permusuhan dan kebencian’, serta orang tua yang kurang komunitkatif dan terlalu banyak
menuntut.

Tidak semua penyalahguna narkoba datang dari keluarga yang tidak berfungsi baik. Namun,
faktor stres dirumah tidak boleh diabaikan. Umumnya remaja memakai narkoba guna
menghilangkan stres, sebagai cara untuk mengatasi masalah yang kronis dan tidak ada jalan
keluarga.

1. Rasa Tidak Aman dan Penilaian Diri Rendah

Penilaian diri negatif dipengaruhi oleh penyalahgunaan narkoba. Sebaliknya, penilaian diri
rendah mendorong terjadinya penyalahgunaan narkoba. Proses yang menyebabkan seseorang
memiliki penilaian diri rendah adalah dinamika yang dibangun sejak usia dini. Penilaian diri
dibangun karena keberhasilan seseorang mengatasi masalah dan memenangkan tantangan
dalam kehidupannya. Seperti halnya individuasi, motivasi terbentuknya penilaian diri berasal
dari dalam. Orang tua berperang penting dalam membangun penilaian diri. Bimbingan,
intruksi, dan bantuan orang tua yang efektif dan melibatkan diri dalam kehidupan anak, akan
mendukunga terbentuknya penilaian diri.

 Terjadinya perang, konflik, lilitan krisis ekonomi yang mengakibatkan peningkatan


masalah kesehatan jiwa .

Masalah jiwa akan meningkat di era globalisasi. Sebagai contoh jumlah penderita sakit jiwa
di propinsi lain dan daerah istimewa Yogyakarta terus meningkat. Penderita tidak lagi
didominasi masyarakat kelas bawah. Kalangan pejabat dan masyarakat lapisan menengah ke
atas, juga tersentuh gangguan psikotik dan depresif..Apalagi untuk individu yang rentan
terhadap kondisi lingkungan dengan timgkat kemiskinan terlalu menekan.Kasus-kasus
gangguan kejiwaan yang ditangani oleh para psikiater dan dokter di RSJ menunjukkan bahwa
penyakit jiwa tidak mengenal baik strata sosial maupun usia. Ada orang kaya yang
mengalami tekanan hebat, setelah kehilangan semua harta bendanya akibat kebakaran. Selain
itu kasus neurosis pada anak dan remaja, juga menunjukkan kecenderungan meningkat.
Neurosis adalah bentuk gangguan kejiwaan yang mengakibatkan penderitanya mengalami
stress, kecemasan yang berlebihan, gangguan tidur, dan keluhan penyakit fisik yang tidak
jelas penyebabnya. Neurosis menyebabkan merosotnya kinerja individu. Mereka yang
sebelumnya rajin bekerja, rajin belajar menjadi lesu, dan sifatnya menjadi emosional. Melihat
kecenderungan penyakit jiwa pada anak dan remaja kebanyakan adalah kasus trauma fisik
dan nonfisik. Trauma nonfisik bisa berbentuk musibah, kehilangan orang tua, atau masalah
keluarga.Tipe gangguan jiwa yang lebih berat, disebut gangguan psikotik. Klien yang
menunjukkan gejala perilaku yang abnormal secara kasat mata. Inilah orang yang kerap
mengoceh tidak karuan, dan melakukan hal-hal yang bisa membahayakan dirinya dan orang
lain, seperti mengamuk.Terjadinya perang, konflik, lilitan krisis ekonomi berkepanjangan
merupakan salah satu pemicu yang memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan
kesehatan jiwa pada manusia. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah
gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat
serius. WHO (2001) menyataan, paling tidak, ada satu dari empat orang di dunia mengalami
masalah mental. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami
gangguan kesehatan jiwa. Sementara itu, menurut Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO
wilayah Asia Tenggara, hamper satu per tiga dari penduduk di wilayah ini pernah mengalami
gangguan neuropsikiatri. Buktinya, bisa kita cocokkan dan lihat sendiri dari data Survei
Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT); tahun 1995 saja, di Indonesia diperkirakan sebanyak 264
dari 1.000 anggota rumah tangga menderita gangguan kesehatan jiwa.

2. Definisi Issu

Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi
pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, social, politik, hokum,
pembanguanan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian ataupun tentang krisis.

Issu adalah suatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas faktanya atau
buktinya.

Beberapa contoh issu dalam keperawatan jiwa di antaranya, yaitu :

 Menjadikan kesehatan jiwa sebagai prioritas global dengan cara meningkatkan


pelayanan kesehatan jiwa melalui advokasi dan aksi masyarakatPerkembangan
teknologi digital membuat dunia terasa semakin sempit, informasi dari berbagai
belahan dunia mampu di akses dalam waktu yang sangat cepat, perkembangan
pengetahuan, perkembangan terapi menjadi sebuah media perubahan dalam proses
penatalaksanaan gangguan jiwa, berdasarkan isu diatas maka advokasi dan aksi
masyarakat menjadi salah satu langkah awal untuk menekan penderita gangguan jiwa
di indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya.

Dua tindakan nyata diatas menjadi tanggung jawab kita semua, tuntutan material, tuntutan
hedonisme dan kesenangan duniawi mampu membuat beberapa orang mengalami goncangan
dalam kehidupannya, ketika agama tidak lagi menjadi pegangan, ketika nafsu duniawi
menjadi tuhan maka akan banyak perilaku tidak wajar yang muncul, tekanan ekonomi,
tekanan sosial, tekanan psikologis dan tekanan – tekanan yang lain mampu membuat ego
defence mechanisme seseorang menjadi terganggu. Seseorang pada intinya ingin dianggap
penting, perilaku agar dianggap atau terlihat penting ini yang terkadang merusak integritas
pribadinya sendiri, contoh : “agar kelihatan kaya melakukan hutang dengan beban angsuran
diluar kemampuan, akhirnya harus gerilya dengan debt collector, setiap debt collector datang
harus bersembunyi atau bahkan melarikan diri agar hutangnya tidak ditagih, jika perlu pindah
rumah kontrakan”. Kejaran dari debt collector bisa membuat seseorang menjadi tertekan
secara psikologis.
 Pemasungan penderita gangguan jiwa .

Pemasungan penderita gangguan jiwa adalah tindakan masyarakat terhadap penderita


gangguan jiwa (biasanya yang berat) dengan cara dikurung, dirantai kakinya dimasukan
kedalam balok kayu dan lain-lain sehingga kebebasannya menjadi hilang. Pasung merupakan
salah satu perlakuan yang merampas kebebasan dan kesempatan mereka untuk mendapat
perawatan yang memadai dan sekaligus juga mengabaikan martabat mereka sebagai manusia.
Di Indonesia, kata pasung mengacu kepada pengekangan fisik atau pengurungan terhadap
pelaku kejahatan, orang-orang dengan gangguan jiwa dan yang melakukan tindak kekerasan
yang dianggap berbahaya (Broch, 2001, dalamMinas & Diatri, 2008). Pengekangan fisik
terhadap individu dengan gangguan jiwa mempunyai riwayat yang panjang dan memilukan.

Alasan seseorang malkukan pemasungan, yaitu :

1. Ketidaktahuan pihak keluarga, rasa malu pihak keluarga, penyakit yang tidak kunjung
sembuh, tidak adanya biaya pengobatan, dan tindakan keluaga untuk mengamankan
lingkungan merupakan penyebab keluarga melakukan pemasungan (Depkes, 2005).
2. Perawatan kasus psikiatri dikatakan mahal karena gangguannya bersifat jangka
panjang (Videbeck, 2008). Biaya berobat yang harus ditanggung pasien tidak hanya
meliputi biaya yang langsung berkaitan dengan pelayanan medik seperti harga obat,
jasa konsultasi tetapi juga biaya spesifik lainnya seperti biaya transportasi ke rumah
sakit dan biaya akomodasi lainnya (Djatmiko, 2007).

Dampak dari pemasungan, yaitu :

Salah satu bentuk pelanggaran hak asasi tersebut adalah masih adanya praktek pasung yang
dilakukan keluarga jika ada salah satu anggota keluarga yang mengidap gangguan jiwa.
Pasung merupakan suatu tindakan memasang sebuah balok kayu pada tangan atau kaki
seseorang, diikat atau dirantai lalu diasingkan pada suatu tempat tersendiri di dalam rumah
ataupun di hutan

1. Secara tidak sadar keluarga telah memasung fisik dan hak asasi penderita hingga
menambah beban mental dan penderitaannya.Tindakan tersebut mengakibatkan orang
yang terpasung tidak dapat
2. Tindakan tersebut mengakibatkan orang yang terpasung tidak dapat menggerakkan
anggota badannya dengan bebas sehingga terjadi atrofi.Tindakan ini sering dilakukan
pada seseorang dengan gangguan jiwa bilaorang tersebut dianggap berbahaya bagi
lingkungannya atau dirinya sendiri (Maramis, 2006).

 
 

BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN

Dapat di simpulkan bahwa dalam keperawatan jiwa terdapat trend dan issue keperawatan
jiwa yang semakin berkembang di masyarakat maka seperti penyakit HIV,NAPZA,dan
masalah ekonomi dan rumah tangga dan di sinilah tugas perawat mencegah terjadinya seperti
bunuh diri,stress,maka perawat perlu member pendidikan kesehatan dan pengarahan lainnya.

3.2 SARAN

Seluruh perawat agar meningkatkan pemahamannya terhadap berbagai trend dan isu
keperawatan jiwa di Indonesia sehingga dapat dikembeangkan dalam tatanan layanan
keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Yosep Iyus, S.Kp, M.Si. 2009. Keperawatan Jiwa,Edisi Revisi.Bandung. PT. Refika


Aditama.

Effendy. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. (edisi 2).Jakarta: EGC.


 

Friedman. (1998). Keperawatan Keluarga,Teori dan Praktek Edisi 3. Jakarta: EGC.

Frisch & Frisch. (2002). Psychiatric Mental Health Nursing. (2nd ed). New York:n Thomson


Learning, Inc

https://rabiyatuladawiahsuhardin.wordpress.com/2016/06/27/perspektif-ruang-lingkup-trend-dan-
isu-keperawatan-jiwa/

Anda mungkin juga menyukai