RANGKUMAN
ASUHAN KEPERAWATAN RESPONS ADAPTIF PSIKOLOGIS, SOSIAL
DAN SPIRITUAL PADA PASIEN DENGAN HIV AIDS
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................
BAB I RANGKUMAN.................................................................................................
A. KESIMPULAN.................................................................................................
B. SARAN...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
RANGKUMAN
(2) Displacement
Merupakan upaya untuk mengatasi masalah psikologis dengan melakukan
pemindahan tingkah laku kepada objek lain, sebagai contoh apabila seseorang
terganggu akibat situasi yang ramai, maka temannya yang disalahkan.
(3) Kompensasi
Upaya untuk mengatasi masalah dengan cara mencari kepuasan pada situasi yang
lain, seperti seseorang memiliki masalah karena menurunnya daya ingat maka
akan menonjolkan kemampuan yang dimilikinya.
(4) Proyeksi
Merupakan mekanisme pertahanan diri dengan menempatkan sifat batin sendiri
ke dalam sifat batin orang lain, seperti dirinya membenci orang lain kemudian
mengatakan pada orang bahwa orang lain yang membencinya.
(5) Represi
Upaya untuk mengatasi masalah dengan cara menghilangkan pikiran masa lalu
yang buruk dengan melupakannya atau menahan kepada alam tidak sadar dan
sengaja dilupakan, contohnya suatu pengalaman traumatis menjadi terlupakan.
(6) Supresi
Upaya untuk mengatasi masalah dengan menekan masalah yang tidak diterima
dengan sadar dan individu tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang
menyenangkan.
(7) Denial
Upaya pertahanan diri dengan cara penolakan terhadap masalah yang dihadapi
atau tidak mau menerima kenyataan yang dihadapinya.
Pada tahap respons adaptif, perawat mengkaji stressor dan sumber koping dalam dimensi
sosial mencakup penggalian bersama klien tentang besarnya, tipe, dan kualitas dari interaksi
sosial yang ada. Stresor pada keluarga dapat menimbulkan efek disfungsi yang
mempengaruhi klien atau keluarga secara keseluruhan. Perawat juga harus waspada tentang
perbedaan cultural dalam respons stress atau mekanisme koping.
Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress dalam banyak cara, tetapi
stress dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual. Stress yang berat dapat
mengakibatkan kemarahan pada Tuhan, atau individu mungkin memandang stressor sebagai
hukuman. Stresor seperti penyakit akut atau kematian dari orang yang disayangi dapat
mengganggu makna hidup seseorang dan dapat menyebabkan depresi. Ketika perawatan
pada klien yang mengalami gangguan spiritual, perawat tidak boleh menilai kesesuaian
perasaan atau praktik keagamaan klien tetapi harus memeriksa bagaimana keyakinan dan
nilai telah berubah.
Proses penyesuaian diri dengan melakukan perubahan perilaku yang didasarkan pada
keyakinan atau kepercayaan yang dimiliki sesuai dengan agama yang dianutnya. Apabila
mengalami stres, maka seseoang akan giat melakukan ibadah, seperti rajin melakukan
ibadah. (Hidayat, 2004).
Isolasi sosial berhubungan dengan stigma, ketakutan orang lain terhadap penyebaran
infeksi, ketakutan diri sendiri terhadap penyebaran HIV, moral budaya dan agama,
penampilan fisik, gangguan harga diri dan gambaran diri.
Distres spiritual berhubungan dengan: tantangan sistem keyakinan dan nilai, tes
keyakinan spiritual.
Takut berhubungan dengan: tidak berdayaan, ancaman yang nyata terhadap
kesejahteraan diri sendiri, kemungkinan terkucil, kemungkinan kematian.
2. Intervensi Keperawatan Pasien HIV/AIDS
Kecemasan berhubungan dengan: prognosis yang tidak jelas, persepsi tentang efek
penyakit dan pengobatan terhadap gaya hidup.
Pantau perubahan tanda-tanda vital dan kondisi yang menunjukan peningkatan
kecemasan klien.
Berikan informasi serta bimbingan antisipasi tentang segala bentuk
kemungkinan yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Ajarkan teknik relaksasi diri dan pengendalian perasaan engatif atas segala hal
yang dirasakan klien.
Instruksikan untuk melaporkan timbulnya gejala-gejala kecemasan yang muncul
yang tidak dapat lagi dkontrol.
Tingkatkan koping individu klien.
Berikan dukungan emosi selama stres.
Kolaborasi pemberian obat jenis anti depresan apabila klien benar-benar tidak
mampu mengendalikan dirinya.
Koping keluarga: tidak mampu berhubungan dengan informasi atau pemahaman
yang tidak adekuat atau tidak tepat keluarga atau teman dekat, penyakit kronis,
perasaan yang tidak terselesaikan secara kronis.
Bantu ketuarga dalam mengenai masalah (misalnya penatalaksanaan konflik
kekerasan, kekerasan seksual)
Dorong partisipasi keluarga dalam semua pertemuan kelompok
Dorong keluarga untuk memperlihatkan kekhawatiran dan untuk membantu
merencanakan perawatan pascahospitalisasi
7
Berikan privacy dan ketenangan seperti yang dibutuhkan untuk orang yang
melaksanakan ibadah.
Pertahankan diet dengan pembatasan spiritual jika tidak mengganggu kesehatan
Anjurkan kegiatan ibadah yang tidak merusak kesehatan
Berikan kesempatan individu untuk berdoa dengan orang lain atau dibacakan
oleh orang lain atau anggota tim kesehatan yang dapat dengan leluasa dalam
aktivitas ini.
Berikan izin untuk mendiskusikan masalah spiritual dengan perawata dengan
membicarakan subjek kesehatan spiritual jika perlu.
Gunakan pertanyaan mengenai pengalaman spiritual dan keyakinan sebelumnya
untuk membantu individu menempatkan kejadian kehidupan inio kedalam
perspektif yang lebih luas.
Usahakan untuk berdoa/membaca dengan klien jika perawat merasa leluasa
dengan hal ini atau atur anggota tim kesehatan lainnya jika lebih sesuai
Selalu bersedia dan berkeinginan untuk mendengarkan sewaktu klien
mengekspresikan keraguan diri, rasa bersalah/ perasaan negative lainnya.
Usahakan untuk menghubungi pendukung spiritual individu seperti ulama, imm
rumah sakit. Jika individu tidak dapat perasaan dengan keluarga
Takut berhubungan dengan: tidak berdayaan, ancaman yang nyata terhadap
kesejahteraan diri sendiri, kemungkinan terkucil, kemungkinan kematian.
Jelaskan pada pasien tentang proses penyakit
Jelaskan semua tes dan pengobatan pada pasien dan keluarga
Sediakan reninforcement positif ketika pasien melakukan perilaku untuk
mengurangi takut
Sediakan perawatan yang berkesinambungan
Kurangi stimulasi lingkungan yang dapat menyebabkan misinterprestasi
Dorong mengungkapkan secara verbal perasaan, persepsi dan rasa takutnya
Perkenalkan dengan orang yang mengalami penyakit yang sama
Dorong klien untuk mempraktekan tehnik relaksasi
BAB II
A. KESIMPULAN
Perawat merupakan faktor yang mempunyai peran penting pada pengelolaan stres khususnya
dalam memfasilitasi dan mengarahkan koping pasien yang konstruktif agar pasien dapat
beradaptasi dengan sakitnya dan pemberian dukungan sosial, berupa dukungan emosional,
informasi, dan material. Salah satu metoda yang digunakan dalam penerapan teknologi ini
adalah menerapkan model Asuhan Keperawatan. Pendekatan yang digunakan adalah strategi
koping dan dukungan sosial yang bertujuan untuk mempercepat respons adaptif pada pasien
terinfeksi HIV, meliputi modulasi respons imun, respons psikologis; dan respons sosial.
B. SARAN
Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari informasi dan memperluas wawasan
mengenai asuhan keperawatan respons adaptif psikologis, sosial dan spiritual pada pasien
dengan HIV/AIDS karena dengan adanya pengetahuan dan wawasan yang luas mahasiswa
akan mampu mengembangkan kemampuan dan potensial diri dalam dunia keperawatan,dan
kesehatan, dan dapat memberikan pendidikan kesehatan mengenai asuhan keperawatan
respons adaptif psikologis, sosial dan spiritual pada pasien dengan HIV/AIDS pada
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta ; Salemba
Medika.
Hidayat, Aziz Alimul. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.