Anda di halaman 1dari 11

1

Tugas Keperawatan HIV/AIDS

RANGKUMAN
ASUHAN KEPERAWATAN RESPONS ADAPTIF PSIKOLOGIS, SOSIAL
DAN SPIRITUAL PADA PASIEN DENGAN HIV AIDS

Nama : Muh. Ikhsan Fadli Nanlohy


NIM : 14220190109
Kelas : D12019
Dosen Pengampu : Safruddin S.Kep M.Kep. Ns

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................................

BAB I RANGKUMAN.................................................................................................

A. Respon adapatif Psikologis dan Respon psikologis terhadap penyakit.......

B. Respon Adaptif sosial.......................................................................................


C. Spiritual yang Bertanggung Jawab.................................................................
D. Diagnosis dan Intervensi Keperawatan Pasien dengan HIV/AIDS.............

BAB II KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................

A. KESIMPULAN.................................................................................................
B. SARAN...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
3

BAB I

RANGKUMAN

A. Respon adaptif Psikologis dan Respon psikologis terhadap penyakit

1. Respon Adaptif Psikologis


Merupakan proses penyesuaian secara psikologis akibat stresor yang ada, dengan cara
memberikan mekanisme pertahanan diri dengan harapan dapat melindungi atau bertahan
dari serangan-serangan atau hal-hal yang tidak menyenangkan. Dalam proses adaptasi
secara psikologis terdapat dua cara untuk mempertahankan diri dari berbagai stresor
yaitu dengan cara melakukan koping atau penanganan diantaranya berorientasi pada
tugas (task oriented) yang dikenal dengan problem solving strategi dan ego oriented atau
mekanisme pertahanan diri.
2. Respon Psikologis Terhadap Penyakit
 Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas merupakan koping
yang digunakan dalam mengatasi masalah dengan berorientasi pada proses
penyelesaian masalah, meliputi afektif (perasaan), kognitif dan psikomotor. Reaksi
ini dapat dilakukan seperti : berbicara dengan orang lain tentang masalah yang
dihadapi untuk dicari jalan keluarnya, mencari tahu lebih banyak tentang keadaan
yang dihadapi melalui buku bacaan, ataupun orang ahli, atau juga dapat berhubungan
dengan kekuatan supra natural, melakukan latihan-latihan yang dapat mengurangi
stres serta membuat alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan strategi
prioritas masalah.
 Ego oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada ego dikenal dengan
mekanisme pertahanan diri secara psikologis agar tidak mengganggu gangguan
psikologis yang lebih dalam. Di antara mekanisme pertahanan diri yang dapat
dilakukan untuk melakukan proses adaptasi psikologis antara lain:
(1) Rasionalisasi
Merupakan suatu usaha untuk menghindari masalah psikologis dengan selalu
memberikan alasan secara rasional, sehingga masalah yang dihadapi dapat
teratasi.
4

(2) Displacement
Merupakan upaya untuk mengatasi masalah psikologis dengan melakukan
pemindahan tingkah laku kepada objek lain, sebagai contoh apabila seseorang
terganggu akibat situasi yang ramai, maka temannya yang disalahkan.
(3) Kompensasi
Upaya untuk mengatasi masalah dengan cara mencari kepuasan pada situasi yang
lain, seperti seseorang memiliki masalah karena menurunnya daya ingat maka
akan menonjolkan kemampuan yang dimilikinya.
(4) Proyeksi
Merupakan mekanisme pertahanan diri dengan menempatkan sifat batin sendiri
ke dalam sifat batin orang lain, seperti dirinya membenci orang lain kemudian
mengatakan pada orang bahwa orang lain yang membencinya.
(5) Represi
Upaya untuk mengatasi masalah dengan cara menghilangkan pikiran masa lalu
yang buruk dengan melupakannya atau menahan kepada alam tidak sadar dan
sengaja dilupakan, contohnya suatu pengalaman traumatis menjadi terlupakan.
(6) Supresi
Upaya untuk mengatasi masalah dengan menekan masalah yang tidak diterima
dengan sadar dan individu tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang
menyenangkan.
(7) Denial
Upaya pertahanan diri dengan cara penolakan terhadap masalah yang dihadapi
atau tidak mau menerima kenyataan yang dihadapinya.

B. Respon Adaptif social

Merupakan cara untuk mengadakan perubahan dengan melakukan proses penyesuaian


perilaku yang sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat, berkumpul dengan
masyarakat dalam kegiatan kemasyarakatan.
5

Pada tahap respons adaptif, perawat mengkaji stressor dan sumber koping dalam dimensi
sosial mencakup penggalian bersama klien tentang besarnya, tipe, dan kualitas dari interaksi
sosial yang ada. Stresor pada keluarga dapat menimbulkan efek disfungsi yang
mempengaruhi klien atau keluarga secara keseluruhan. Perawat juga harus waspada tentang
perbedaan cultural dalam respons stress atau mekanisme koping.

C. Spiritual yang Bertanggung Jawab

Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress dalam banyak cara, tetapi
stress dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual. Stress yang berat dapat
mengakibatkan kemarahan pada Tuhan, atau individu mungkin memandang stressor sebagai
hukuman. Stresor seperti penyakit akut atau kematian dari orang yang disayangi dapat
mengganggu makna hidup seseorang dan dapat menyebabkan depresi. Ketika perawatan
pada klien yang mengalami gangguan spiritual, perawat tidak boleh menilai kesesuaian
perasaan atau praktik keagamaan klien tetapi harus memeriksa bagaimana keyakinan dan
nilai telah berubah.

Proses penyesuaian diri dengan melakukan perubahan perilaku yang didasarkan pada
keyakinan atau kepercayaan yang dimiliki sesuai dengan agama yang dianutnya. Apabila
mengalami stres, maka seseoang akan giat melakukan ibadah, seperti rajin melakukan
ibadah. (Hidayat, 2004).

D. Diagnosis dan Intervensi Keperawatan Pasien dengan HIV/AIDS

1. Diagnosis Keperawatan Pasien HIV/AIDS


 Kecemasan berhubungan dengan: prognosis yang tidak jelas, persepsi tentang efek
penyakit dan pengobatan terhadap gaya hidup.
 Koping keluarga: tidak mampu berhubungan dengan informasi atau pemahaman
yang tidak adekuat atau tidak tepat keluarga atau teman dekat, penyakit kronis,
perasaan yang tidak terselesaikan secara kronis.
 Koping tidak efektif berhubungan dengan: kerentanan individu dalam situasi krisis
(misalnya penyakit terminal).
6

 Isolasi sosial berhubungan dengan stigma, ketakutan orang lain terhadap penyebaran
infeksi, ketakutan diri sendiri terhadap penyebaran HIV, moral budaya dan agama,
penampilan fisik, gangguan harga diri dan gambaran diri.
 Distres spiritual berhubungan dengan: tantangan sistem keyakinan dan nilai, tes
keyakinan spiritual.
 Takut berhubungan dengan: tidak berdayaan, ancaman yang nyata terhadap
kesejahteraan diri sendiri, kemungkinan terkucil, kemungkinan kematian.
2. Intervensi Keperawatan Pasien HIV/AIDS
 Kecemasan berhubungan dengan: prognosis yang tidak jelas, persepsi tentang efek
penyakit dan pengobatan terhadap gaya hidup.
 Pantau perubahan tanda-tanda vital dan kondisi yang menunjukan peningkatan
kecemasan klien.
 Berikan informasi serta bimbingan antisipasi tentang segala bentuk
kemungkinan yang akan terjadi di masa yang akan datang.
 Ajarkan teknik relaksasi diri dan pengendalian perasaan engatif atas segala hal
yang dirasakan klien.
 Instruksikan untuk melaporkan timbulnya gejala-gejala kecemasan yang muncul
yang tidak dapat lagi dkontrol.
 Tingkatkan koping individu klien.
 Berikan dukungan emosi selama stres.
 Kolaborasi pemberian obat jenis anti depresan apabila klien benar-benar tidak
mampu mengendalikan dirinya.
 Koping keluarga: tidak mampu berhubungan dengan informasi atau pemahaman
yang tidak adekuat atau tidak tepat keluarga atau teman dekat, penyakit kronis,
perasaan yang tidak terselesaikan secara kronis.
 Bantu ketuarga dalam mengenai masalah (misalnya penatalaksanaan konflik
kekerasan, kekerasan seksual)
 Dorong partisipasi keluarga dalam semua pertemuan kelompok
 Dorong keluarga untuk memperlihatkan kekhawatiran dan untuk membantu
merencanakan perawatan pascahospitalisasi
7

 Bantu memotivasi keluarga untuk berubah


 Membantu pasien beradaptasi dengan persepsi stresor, perubahan, atau ancaman
yang menggangu pemenuhan tuntutan dan peran hidup
 Dukungan emosi : memberikan penenangan, penerimaan, dan dorongan selama
periode stress
 Memfasilitasi partisipasi keluarga dalam perawatan emosi dan fisik pasien
 Dukungan keluarga : meningkatkan nilai, minat, dan tujuan keluarga
 Panduan Sistem Kesehatan : memfasilitasi Iokal pasien dan penggunaan
pelayanan kesehatan yang sesuai
 Mendorong pasien ikut dalam aktivitas social dan komunitas
 Mendorong pasien mencari dorongan spiritual, jika diperlukan
 Bantu anggota keluarga dalam mengklarifikasi apa yang mereka harapkan dan
butuhkan satu sama lain
 Menyediakan informasi penting, advokasi , dan dukungan yang dibutuhkan
untuk memfasilitasi perawatan primer pasien selain dari pofesional kesehatan
 Koping tidak efektif berhubungan dengan: kerentanan individu dalam situasi krisis
(misalnya penyakit terminal).
 Menginformasikan pasien alternatif atau solusi lain penanganan
 Memfasilitasi pasien untuk membuat keputusan
 Bantu pasien mengidentifikasi, keuntungan, kerugian dari keadaan
 Bantu pasien untuk identifikasi bermacam-macam nilai kehidupan
 Bantu pasien identifikasi strategi positif untuk mengatur pola nilai yang dimiliki
 Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi gambaran perubahan peran yang
realistis
 Gunakan pendekatan tenang dan menyakinkan
 Hindari pengambilan keputusan pada saat pasien berada dalam stress berat
 Berikan informasi actual yang terkait dengan diagnosis, terapi dan prognosis
 Isolasi sosial berhubungan dengan stigma, ketakutan orang lain terhadap penyebaran
infeksi, ketakutan diri sendiri terhadap penyebaran HIV, moral budaya dan agama,
penampilan fisik, gangguan harga diri dan gambaran diri.
8

 anjurkan peningkatan keterlibatan dalam yang sudah mapan


 anjurkan kesabaran dalam pengembangan hubungan
 tingkatkan hubungan dengan orang orang yang memiliki minat dan tujuan yang
sama
 anjurkan kejujuran dalam mempresentasikan diri sendiri kepada orang lain
 tingkatkan keterlibatan dalam minat yang sama sekali baru
 anjurkan penghormatan terhadap hak hak orang lain
 Berikan umpan balik mengenai perbaikan dalam perawatan penampilan pribadi
atau kegiatan lainya
 Bantu meningkatkan kesadaran pasien mengenai kekuatan dan keterbatasan
dalam berkomunikasi dengan orang lain
 lakukan bermain peran dalam rangka berlatih meningkatkan keterampilan dan
tehnik komunikasi
 berikan model peran yang mengekspresikan kemarahan yang tepat
 konfrontasi pasien mengenai adanya gangguan penilaian disaat yang tepat
 minta dan harapkan komunikasi verbal
 berikan umpan balik positif saat pasien bersedia menjangkau orang lain
 anjurkan pasien untuk mengubah lingkungan seperti keluar untuk jalan jalan atau
menonton tv
 Fasilitasi masukan pasien dan perencanaan kegiatan di masa depan
 anjurkan perencanaan kelompok kecil untuk kegiatan kegiatan khusus
 jelajahi kekuatan dan kelemahan yang ada pada jaringan hubungan
 Distres spiritual berhubungan dengan: tantangan sistem keyakinan dan nilai, tes
keyakinan spiritual.
 Komunikasikan penerimaan berbagai keyakinan spiritual dan praktisnya.
 Tunjukkan sikap tidak menghakimi.
 Nyatakan pentingnya kebutuhan spiritual.
 Ekspresikan keinginan tim perawatan kesehatan untuk membantu dalam
memenuhi kebutuhan spiritual.
9

 Berikan privacy dan ketenangan seperti yang dibutuhkan untuk orang yang
melaksanakan ibadah.
 Pertahankan diet dengan pembatasan spiritual jika tidak mengganggu kesehatan
 Anjurkan kegiatan ibadah yang tidak merusak kesehatan
 Berikan kesempatan individu untuk berdoa dengan orang lain atau dibacakan
oleh orang lain atau anggota tim kesehatan yang dapat dengan leluasa dalam
aktivitas ini.
 Berikan izin untuk mendiskusikan masalah spiritual dengan perawata dengan
membicarakan subjek kesehatan spiritual jika perlu.
 Gunakan pertanyaan mengenai pengalaman spiritual dan keyakinan sebelumnya
untuk membantu individu menempatkan kejadian kehidupan inio kedalam
perspektif yang lebih luas.
 Usahakan untuk berdoa/membaca dengan klien jika perawat merasa leluasa
dengan hal ini atau atur anggota tim kesehatan lainnya jika lebih sesuai
 Selalu bersedia dan berkeinginan untuk mendengarkan sewaktu klien
mengekspresikan keraguan diri, rasa bersalah/ perasaan negative lainnya.
 Usahakan untuk menghubungi pendukung spiritual individu seperti ulama, imm
rumah sakit. Jika individu tidak dapat perasaan dengan keluarga
 Takut berhubungan dengan: tidak berdayaan, ancaman yang nyata terhadap
kesejahteraan diri sendiri, kemungkinan terkucil, kemungkinan kematian.
 Jelaskan pada pasien tentang proses penyakit
 Jelaskan semua tes dan pengobatan pada pasien dan keluarga
 Sediakan reninforcement positif ketika pasien melakukan perilaku untuk
mengurangi takut
 Sediakan perawatan yang berkesinambungan
 Kurangi stimulasi lingkungan yang dapat menyebabkan misinterprestasi
 Dorong mengungkapkan secara verbal perasaan, persepsi dan rasa takutnya
 Perkenalkan dengan orang yang mengalami penyakit yang sama
 Dorong klien untuk mempraktekan tehnik relaksasi
BAB II

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Perawat merupakan faktor yang mempunyai peran penting pada pengelolaan stres khususnya
dalam memfasilitasi dan mengarahkan koping pasien yang konstruktif agar pasien dapat
beradaptasi dengan sakitnya dan pemberian dukungan sosial, berupa dukungan emosional,
informasi, dan material. Salah satu metoda yang digunakan dalam penerapan teknologi ini
adalah menerapkan model Asuhan Keperawatan. Pendekatan yang digunakan adalah strategi
koping dan dukungan sosial yang bertujuan untuk mempercepat respons adaptif pada pasien
terinfeksi HIV, meliputi modulasi respons imun, respons psikologis; dan respons sosial.

B. SARAN

Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari informasi dan memperluas wawasan
mengenai asuhan keperawatan respons adaptif psikologis, sosial dan spiritual pada pasien
dengan HIV/AIDS karena dengan adanya pengetahuan dan wawasan yang luas mahasiswa
akan mampu mengembangkan kemampuan dan potensial diri dalam dunia keperawatan,dan
kesehatan, dan dapat memberikan pendidikan kesehatan mengenai asuhan keperawatan
respons adaptif psikologis, sosial dan spiritual pada pasien dengan HIV/AIDS pada
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M. E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa: I Made K., Nimade S.

Nursalam. (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta ; Salemba Medika.

Nursalam. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta ; Salemba
Medika.

Hidayat, Aziz Alimul. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai