Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

STIMULASI PERSEPSI RISIKO PERILAKU KEKERASAN

OLEH:
NI PUTU YUNIK DEWANTI
P07120018107
TINGKAT 2.3

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
PADA PASIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN

A.LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk sosial, yang terus menerus membutuhkan
adanya orang lain di sekitarnya. Salah satu kebutuhan manusia untuk
melakukan interaksi dengan sesama manusia. Interaksi ini dilakukan tidak
selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan
oleh individu, sehingga mungkin terjadi suatu gangguan terhadap
kemampuan individu untuk interaksi dengan orang lain.
Kelompok adalah kumpulan individu yang memilih hubungan satu
dengan yang lain. Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar
belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif,
takut, kebencian, kompetitif, kesamaan ketidaksamaan, kesukaan dan
menarik diri.
Terapi kelompok adalah suatu psikoterapi yang dilakukan oleh
sekelompok penderita bersama-sama dengan jalan diskusi satu sama lain
yang dipimpin, diarahkan oleh terapis/petugas kesehatan yang telah dilatih.
Terapi aktivitas kelompok itu sendiri mempermudah psikoterapi
dengan sejumlah pasien dalam waktu yang sama. Manfaat terapi aktivitas
kelompok yaitu agar pasien dapat belajar kembali bagaimana cara
bersosialisasi dengan orang lain, sesuai dengan kebutuhannya
memperkenalkan dirinya. Menanyakan hal-hal yang sederhana dan
memberikan respon terhadap pertanyaan yang lain sehingga pasien dapat
berinteraksi dengan orang lain dan dapat merasakan arti berhubungan
dengan orang lain.
Terapi aktivitas kelompok sering dipakai sebagai terapi tambahan.
Wilson dan Kneisl menyatakan bahwa terapi aktivitas kelompok adalah
manual, rekreasi, dan teknik kreatif untuk memfasilitasi pengalaman
seseorang serta meningkatkan repon social dan harga diri.
Pada pasien dengan perilaku kekerasan selalu cenderung untuk
melakukan kerusakan atau mencederai diri, orang lain, atau lingkungan.
Perilaku kekerasan tidak jauh dari kemarahan. Kemarahan adalah perasaan
jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan
sebagai ancaman. Ekspresi marah yang segera karena suatu sebab adalah
wajar dan hal ini kadang menyulitkan karena secara kultural ekspresi
marah yang tidak diperbolehkan. Oleh karena itu, marah sering
diekspresikan secara tidak langsung.
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan
mempersulit diri sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal.
Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan tidak konstruktif pada
waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu mengetahui tentang
respon kemarahan seseorang dan fungsi positif marah.
Atas dasar tersebut, maka dengan terapi aktivitas kelompok (TAK)
pasien dengan perilaku kekerasan dapat tertolong dalam hal sosialisasi
dengan lingkungan sekitarnya. Tentu saja pasien yang mengikuti terapi ini
adalah pasien yang mampu mengontrol dirinya dari perilaku kekerasan
sehingga saat TAK pasien dapat bekerjasama dan tidak mengganggu
anggota kelompok lain.

B.TUJUAN
1. Tujuan Umum
Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan
2. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
b. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan
fisik
c. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara social
d. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan
spiritual
e. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara patuh
minum obat.
C.TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Risiko perilaku kekerasan merupakan perilaku seseorang yang
menunjukkan bahwa ia dapat membahayakan diri sendiri atau orang
lain atau lingkungan, baik secara fisik, emosional, seksual, dan verbal
(NANDA, 2016). Risiko perilaku kekerasan terbagi menjadi dua, yaitu
risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri (risk for self-directed
violence) dan risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain (risk for
other-directed violence).

2. Penyebab perilaku kekerasan


Menurut (Keliat, 2011) penyebab Risiko Perilaku Kekerasan ada dua
faktor antara lain:
a. Faktor Predisposisi
1) Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif, masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dan dianiaya.
Seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai
tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi
frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika tidak mampu
mengendalikan frustasi tersebut maka, dia meluapkannya dengan
cara kekerasan.
2) Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan,
sering melihat kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua
aspek ini memancing individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3) Sosial budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasifagresif) dan
kontrol social yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan
menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permisive).

4) Bioneurologis
Banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik,
lobusfrontal, Lobustemporal dan ketidakseimbangan
neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku
kekerasan.

b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari pasien, lingkungan
atau interaksi dengan orang lain. Kondisi pasien seperti kelemahan
fisik (penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri
yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan.
Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat,
kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang
dicintai/pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang
lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula
memicu perilaku kekerasan.
Hilangnya harga diri juga berpengaruh pada dasarnya
manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika
kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin
akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung,
lekas marah, dan sebagainya. Harga diri adalah penilaian individu
tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat
digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
3.Rentang respon marah
Respon kemarahan dapat di fluktuasi dalam rentang adaptif-mal
adaptif. Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut:

Respon Adaptif Respons Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Gambar. Rentang Respons Perilaku Kekerasan


Sumber: Keliat (1999)

Keterangan:
1. Asertif: individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang
lain dan memberikan ketenangan.
2. Frustasi: individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak
dapat menemukan alternatif
3. Pasif: individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya
4. Agresif: perilaku yang menyertai marah
5. Kekerasan: perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya
kontrol

Tabel. Perbandingan antara perilaku asertif, pasif dan agresif/kekerasan


Pasif Asertif Agresif
Isi Pembicaraan Negatif dan Positif dan Menyombongkan
merendahkan diri, menawarkan diri, diri, merendahkan
contohnya contohnya orang lain, contoh
perkataan: perkataan: perkataan:
“Dapatkah saya?” “Saya dapat…” “Kamu selalu…”
“Dapatkah kamu?” “Saya akan…” “Kamu tidak
pernah…”
Tekanan suara Cepat lambat, Sedang Keras dan ngotot
mengeluh
Posisi badan Menundukkan Tegap dan santai Kaku, condong ke
kepala depan
Jarak Menjaga jarak Mempertahankan Siap dengan jarak
dengan sikap jarak yang aman akan menyerang
acuh/mengabaikan orang lain
Penampilan Loyo, tidak dapat Sikap tenang Mengancam, posisi
tenang menyerang
Kontak mata Sedikit/sama sekali Mempertahankan Mata melotot dan
tidak kontak mata dipertahankan
sesuai dengan
hubungan
Sumber: Keliat (1999)

4.Gejala marah
Kemarahan dinyatakan dalam berbagai bentuk, ada yang
menimbulkan pengrusakan, tetapi ada juga yang hanya diam seribu
bahasa. Gejala-gejala atau perubahan-perubahan yang timbul pada pasien
dalam keadaan marah diantaranya sebagai berikut:
a. Fisik
Mata melotot,/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang
mengatup, wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
b. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara
dengan nada keras, kasar dan ketus.
c. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu,
dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin
berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
d. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak
jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
e. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak
bermoral, dan kreativitas terhambat.
f. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan
sindiran.
g. Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual

5.Perilaku marah
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain:
a. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena system syaraf
otonom bereaksi terhadap sekresi
b. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam
mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif,
agresif, dan asesif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk
mengekspresikan marah karena individu dapat mengekspresikan
rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun
psikologis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk
mengembangkan diri pasien.
c. Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul basanya disertai akibat konflik perilaku
“acting out” untuk menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri,
orang lain, maupun lingkungan

6.Mekanisme koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada
penatalaksanaan stres, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung
dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri.
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena
adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada pasien
marah untuk melindungi diri antara lain:
a. Sublimasi: menerima suatu pengganti yang mulia artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan
penyaluran secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah
melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas
adonan kue, meninju tembok, dan sebagainya, tujuannya adalah
untuk mengurangi ketagangan akibat rasa marah.
b. Proyeksi: menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda
yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap
rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut
mencoba merayu, mencumbunya.
c. Resepsi: mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan
masuk kealam sadar. Misalnya: seseorang anak yang sangat benci
pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut
ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci
orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan,
sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat
melupakannya.
d. Reaksi formasi: mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang
berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya
seseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan
memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
e. Displacement: melepaskan perasaan yang tertekan bisaanya
bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang
pada mulanya membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia
4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya
karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain
perang-perangan dengan temannya.

D.JADWAL KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan terapi aktivitas kelompok pada pasien dengan
Risiko perilaku kekerasan, yaitu
a. Hari/Tanggal: Kamis/12 September 2019
b. Waktu: Pkl. 09.00 – selesai
c. Alokasi waktu :
1) Perkenalan dan pengarahan (5 menit)
2) Terapi kelompok (30 menit)
3) Penutup (5 menit)
d. Tempat: Ruang Bermain Arimbi

E.SESI YANG DIGUNAKAN


Dalam terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi 4 sesi, yaitu:
a. SESI I: Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan
b. SESI II: Mencegah Perilaku Kekerasan melalui kegiatan fisik
c. SESI III: Mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan social
d. SESI IV: Mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan spiritual
e. SESI V: Mencegah perilaku kekerasan dengan patuh meminum
obat

F.PESERTA TAK
a. Kriteria pasien
1) Pasien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu
berlangsungnya Terapi Aktifitas Kelompok
2) Kondisi fisik dalam keadaan baik
3) Mau mengikuti kegiatan terapi aktifitas
b. Proses seleksi
1) Mengobservasi pasien yang masuk kriteria.
2) Mengidentifikasi pasien yang masuk kriteria.
3) Mengumpulkan pasien yang masuk kriteria.
4) Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut TAK, meliputi:
menjelaskan tujuan TAK pada pasien, rencana kegiatan kelompok
dan aturan main dalam kelompok.

G.ANTISIPASI MASALAH
1. Penanganan terhadap pasien yang tidak aktif dalam aktivitas
a. Memanggil pasien
b. Memberi kesempatan pada pasien untuk menjawab sapaan
perawat atau pasien lain
2. Bila pasien meninggalkan kegiatan tanpa izin
a. Panggil nama pasien
b. Tanyakan alasan pasien meninggalkan kegiatan
3. Bila pasien lain ingin ikut
a. Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada pasien
yang telah dipilih
b. Katakan pada pasien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin
didikuti oleh pasien tersebut.

H.URAIAN TUGAS DAN SUSUNAN PELAKSANA


Berikut merupakan uraian tugas dari terapis baik sebagai leader, co-
leader, observer, dan fasilitator.
a. Leader
Uraian tugas:
1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
2) Memimpin jalannya terapi kelompok
3) Memimpin diskusi
b. Co-leader
Uraian tugas:
1) Menyampaikan uraian materi
c. Observer
Uraian tugas:
1) Mengamati semua proses kegiatanyang berkaitan dengan
waktu, tempat dan jalannya acara
2) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua
angota kelompok dengan evaluasi kelompok
d. Fasilitator
Uraian tugas:
1) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.
2) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah
kegiatan.
3) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk
melaksanakan kegiatan.
4) Membimbing kelompok selama permainan diskusi.
5) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
6) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah.

Nama-Nama Tim Terapis


Leader : Yunik Dewanti
Co Leader : Depriyani
Observer : Linda Juliantini
Fasilitator 1 : Anggun Lasri
Fasilitator 2 : Pramesti Putri
Fasilitator 3 : Yuna Wirawan
Fasilitator 4 : Regita
Fasilitator 5 : Ditna Natalia
Fasilitator 6 : Putri Arta Indah
Fasilitator 7 : Devayu Anthareztta
I.RENCANA PELAKSANAAN
a. Memilih pasien yang mengikuti TAK sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan di Ruangan Arimbi Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Bali.
b. Peserta TAK 5 orang.
c. Persiapan waktu yang akan digunakan ada dalam Tabel 1.

Tabel 1. Tabel Rincian Alokasi Waktu TAK (Senin 9 September 2019)


No. Kegiatan Alokasi Keterangan
waktu

1. Tahap orientasi:
• Memberi salam terapeutik:
salam dari terapis 5 menit Dipimpin oleh Leader
• Evaluasi/validasi:
menanyakan perasaan
pasien saat ini
• Kontrak

2. Tahap kerja:
• Sesi V 30 menit Dipimpin oleh Leader

3. Tahap terminasi:
• Evaluasi 5 menit Dipimpin oleh Leader
• Rencana tindak lanjut
• Kontrak yang akan datang
d. Setting Tempat

Keterangan:
J.PROSES PELAKSANAAN
Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan
a. Tujuan :
1. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab
kemarahannya.
2. Klien dapat menyebutkan respons yang dirasakan saat
marah (tanda dan gejala marah).
3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat
marah (prilaku kekerasan).
4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan.
b. Setting :
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
c. Alat :
1. Kertas HVS
2. Buku catatan dan pulpen
3. Sound music
4. Nametag
d. Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
e. Langkah Kegiatan :
1. Persiapan
a. Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah
kooperatif
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
1) Salamteraupetik
a. Salam dari terapis kepada klien.
b. Perkenalkan nama panggilan terapis kepeda klien
(pakai papan nama).
c. Menanyakan nama panggilan semua klien (beri
papan nama).
2) Evaluasi /validasi
a. Menanyakan perasaan klien saat ini
b. Menanyakan masalah yang dirasakan
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu mengenal
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
2. Menjelaskan aturan main berikut :
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok, harus minta izin kepada
terapis.
 Lama kegiatan 45 menit.
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari
awal sampai selesai.

3. TahapKerja
a. Mendiskusikan penyebab marah
1) Tanyakan pengalaman tiap klien marah
2) Tulis di papan tulis/flipchart/whiteboard
b. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat
terpapar oleh penyebab marah sebelum perilaku kekerasan
terjadi.
1) Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh
penyebab (tanda dan gejala)
2) Tulis di papan tulis tulis/flipchart/whiteboard
c. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan
klien (verbal, merusak lingkungan, menciderai/memukul
orang lain, dan memukul diri sendiri)
1) Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah
2) Tulis di papan tulis tulis/flipchart/whiteboard

d. Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasan


1) Tanyakan akibat perilaku kekerasan
2) Tuliskan di papan tulis /flipchart/whiteboard
e. Memberikan reinforcement pada peran serta klien
f. Dalam menjalankan a sampai h, upayakan semua klien
terlibat
g. Beri kesimpulan penyebab, tanda dan gejala, perilaku
kekerasan, dan akibat perilaku kekerasan
h. Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru
yang sehat menghadapi kemarahan

4. Tahap Terminasi
1)Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
TAK.
b. Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku
klien yang positif.
2)Tindak lanjut
a. Menganjurkan klien memulai dan mengevaluasi jika
terjadi penyebab marah, yaitu tanda dan gejala,
perilaku kekerasan yang terjadi, serta akibat perilaku
kekerasan.
b. Menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan
gejala perilaku kekerasan dan akibatnya yang belum
diceritakan.
3)Kontrak yang akan datang
a. Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk
mencegah perilaku kekerasan.
b. Menyepakati waktu dan tempat TAK
berikutnya.
f. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung,
khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 1, kemampuan yang
diharapkan adalah mengetahui penyebab perilaku, mengenal
tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat
perilaku kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut :

Sesi 1 TAK
Stimulasi perilaku Kekerasan
Nama klien Penyebab PK
No. Perilaku Akibat perilaku
Kekerasan marah

1.
2.
3.
4.

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui
penyebab perilaku kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan,
perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan,
serta mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan
nafas dalam. Beri tanda (+) jika mampu dan beri tanda (-) jika tidak
mampu.
 Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat
TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien.Contoh : Klien
mengikuti Sesi 1, TAK stimulus persepsi perilaku kekerasan.
Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya
(disalahkan dan tidak diberi uang), mengenal tanda dan gejala
yang dirasakan (”gregeten” dan ”deg-degan”), perilaku kekerasan
yang dilakukan (memukul meja), akibat yang dirasakan (tangan
sakit dan dibawa ke rumah sakit jiwa), dan cara mengontrol
perilaku kekerasan dengan latihan tarik nafas dalam.

SESI 2 : Mencegah Perilaku Kekerasan Secara Fisik


a. Tujuan:
1. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien
2. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah
perilaku kekerasan.
3. Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat
mencegah perilaku kekerasan
b. Setting:
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkungan.
2. Ruangan nyaman dan tenang
c. Alat:
1. Kasur / kantong tinju/ gendang
2. Papan tulis/ flipchart/ witheboard
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien
d. Pengorganisasian :
1. Leader
2. Co-leader
3. Observer
4. Fasilitator
e. Metode:
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/ stimulasi

f. Langkah kegiatan:
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 1.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis pada pasien
2) Klien dan terapis pakai papan nama.
b. Evaluasi /validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menyanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan:
penyebab; tanda dan gejala; perilaku kekerasan serta akibatnya.
c. Kontrak

1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu secara fisik untuk


mencegah perilaku kekerasan
2) Menjelaskan aturan main berikut :
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
minta izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja
a. Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan oleh klien
1) Tanyakan kegiatan : rumah tangga, harian, dan olahraga yang
biasa dilakukan klien
2) Tulis di papan tulis/ flipchart/whiteboard
b. Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk
menyalurkan kemarahan secara sehat : tarik napas dalam,
menjemur/memukul kasur/bantal, menyikat kamar mandi, main
bola, senam, memukul bantal pasir tinju, dan memukul gendang.

c. Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan.


d. Bersama klien mempraktikan dua kegiatan yang dipilih
1) Terapis mempraktikan
2) klien melakukan redemonstrasi
e. Menanyakan perasaan klien setelah mempraktikan cara penyaluran
kemarahan
f. Upayakan semua klien berperan aktif

4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Menanyakan ulang cara baru yang sehat mencegah perilaku
kekerasan
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari
jika stimulus penyebab perilaku kekerasan
2) Menganjurkan klien melatih secara teratur cara yang telah
dipelajari
3) Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien
c. Kontrak yang akan datang
1) Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi
sosial yang asertif
2) Meyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap


kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 2, kemampuan
yang di harapkan adalah 2 kemampuan mencegah perilaku kekerasan secara fisik.
Formulir evaluasi sebagai berikut :

Sesi 2:
Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan
Kemampuan Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik
No Nama klien Menyebutkan cara fisik Mempraktekkan cara
mencegah perilaku kekerasan menarik napas dalam

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktekkan 2
cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda (+) jika klien
mampu dan tanda (-) jika klien tidak mampu.
 Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 2 TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan, klien mampu mempraktekkan tarik nafas dalam,
tetapi belum mampu mempraktekkan pukul kasur dan bantal. Anjurkan dan
bantu klien mempraktekkan di ruang rawat (buat jadwal).

Sesi 3 : Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Kegiatan Sosial


a. Tujuan :
1. Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa
memaksa
2. Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa
kemarahan
b. Seting :
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
c. Alat :
1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
d. Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran / simulasi

e. Langkah kegiatan :
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 2
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien
2. Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi /Validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini
2. Menanyakan apakah ada penyebab marah,tanda dan gejala
marah, serta perilaku kekerasan
3. Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku
kekerasan sudah dilakukan
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu cara sosial untuk
mencegah perilaku kekerasan
2. Menjelaskan aturan main berikut:
a) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok,
harus meminta izin kepada terapis.
b) Lama kegiatan 45 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin
meminta sesuatu dari orang lain.
b. Menuliskan cara-cara yang disampaikan klien.
c. Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu tanpa
paksaan yaitu,” Sayaperlu/ingin/minta...., yang akan saya
gunakan untuk....”.
d. Memilih dua orang klien secara bergilir
mendemonstrasikan ulang cara pada poin c.
e. Ulangi d sampai semua klien mencoba.
f. Memberikan pujian pada peran serta klien.
g. Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan
menyampaikan rasa sakit hati pada orang lain,
yaitu,”Saya tidak dapat melakukan...” atau ”Saya tidak
menerima dikatakan .....” atau ” Saya kesal dikatakan
seperti...”.
h. Memilih dua orang klien secara bergilir
mendemonstrasikan ulang cara pada poin d.
i. Ulangi h sampai semua klien mencoba.
j. Memberikan pujian pada peran serta klien.

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah
melakukan TAK.
2. Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku
kekerasan yang telah dipelajari.
3. Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban
yang benar.
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien menggunakn kegiatan fisik dan
interaksi sosial yang asertif, jika stimulus penyebab
perilaku kekerasan terjadi.
2. Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dan
interaksi sosial yang asertif secara teratur.
3. Memasukkan interaksi sosial yang asertif pada jadwal
kegiatan harian pasien.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu
kegiatan ibadah.
2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

f. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses Tak berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 3,
kemampuan klien yang diharapkan adalah mencegah perilaku kekerasan
secara sosial. Formulir evaluasi sebagai berikut:

Sesi 3: TAK
Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan
Kemampuan Mencegah Perilaku Kekerasan Social

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan
pencegahan perilaku kekerasan secara social : meminta tanpa paksa,
menolak dengan baik, mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri
tanda (√) jika klien mampu dan tanda (х) jika klien tidak mampu.

 Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada
catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 3
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu
memperagakan cara meminta tanpa paksa, menolak dengan baik dan
mengungkapkan kekerasan. Anjurkan klien mempraktikkan di ruang
rawat (buat jadwal).
Sesi 4 : Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Kegiatan Spiritual
a.Tujuan
Klien dapat melakukan kegiatan ibadah secara teratur.
b.Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
c. Alat
1. Papan tulis/ flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
d. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/ stimulasi
e. Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi.
b. Menyiapkan alat dan tempat.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien
2. Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi/ validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala
marah, serta perilaku kekerasan.
3. Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif
untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk
mencegah perilaku kekerasan
2. Menjelaskan aturan main berikut:
a. Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok,
harus meminta izin kepada terapis.
b. Lama kegiatan 45 menit.
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai.

3. Tahap kerja
a. Menanyakan agama dan kepercayaan masing-masing klien.
b. Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan
masingmasing klien.
c. Menuliskan kegiatan ibadah masing-masing klien.
d. Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah.
e. Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih.
f. Memberikan pujian pada penampilan klien.

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan
yang telah dipelajari.
3. Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang
benar.
b. Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi
sosial yang asertif, dan kegiatan ibadah jika stimulus
penyebab perilaku kekerasan terjadi.
2. Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi sosial
yang asertif, dan kegiatan ibadah secara teratur.
3. Memasukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian
klien.

c. Kontrak yang akan datang


1. Menyepakati untuk balajar cara baru yang lain, yaitu
minum obat teratur.
2. Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya.

f. Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 4,
kemampuan klien yang diharapkan adalah perilaku 2 kegiatan ibadah
untuk mencegah kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut.

Sesi 4 : TAK
Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan
Kemampuan Mencegah Perilaku Kekerasan Dengan Kegiatan Spiritual
Mempraktikkan kegiatan Mempraktikkan kegiatan
No Nama klien
ibadah pertama ibadah kedua
1.
2.
3.
4.
5.

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan
pencegahan perilaku kekerasan secara social : meminta tanpa paksa,
menolak dengan baik, mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri
tanda (√) jika klien mampu dan tanda (х) jika klien tidak mampu.
 Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada
catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 4,
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu
memperagakan dua cara ibadah. Anjurkan klien melakukannya secara
teratur di ruangan (buat jadwal).

Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan Dengan Patuh Mengonsumsi Obat


a.Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat
2. Klien dapat menyebutkan akibat/ kerugian tidak patuh minum obat
3. Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat
b.Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
c. Alat
1. Papan tulis/ flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
4. Beberapa contoh obat
d. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
e. Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi.
b. menyiapkan alat dan tempat
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien
2. Klien dan terapis pakai papan nama

b. Evaluasi/ validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala
marah, serta perilaku kekerasan.
3. Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif
untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.

c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu petuh minum obat untuk
mencegah perilaku kekerasan
2. Menjelaskan aturan main berikut:
a. Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok,
harus meminta izin kepada terapis.
b. Lama kegiatan 45 menit.
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan macam obat yang dimakan klien : nama dan
warna (upayakan tiap klien menyampaikan).
b. Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan
klien.
c. Tuliskan di whiteboard hasil a dan b.
d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar
waktu minum obat, benar orang yang minum obat, benar
cara minum obat, benar dosis obat.
e. Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat secara
bergiliran.
f. Berikan pujian pada klien yang benar.
g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat(catat di
whiteboard).
h. Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat
(catat di whiteboard).
i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu
cara mencegah perilaku kekerasan/ kambuh.
j. Menjelaskan akibat/ kerugian jika tidak patuh minum obat,
yaitu kejadian perilaku kekerasan/ kambuh.
k. Minta klien menyebutkaa kembali keuntungan patuh minum
obat dan kerugian tidak patuh minum obat.
l. Memberikan pujian setiap kali klien benar.
4. Tahap terminasi
a) Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2. Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang
telah dipelajari.
3. Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b) Tindak lanjut
1. Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial
asertif kegiatan ibadah, dan patuh minum obat untuk mencegah
perilaku kekerasan.
2. Memasukkan minum obat pada jadwal kegiatan harian klien.
c) Kontrak yang akan datang
Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan dan
disepakati jika klien perlu TAK yang lain.
f. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan
tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 5,
kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui lima benar cara minum
obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat.
Formulir evaluasi sebagai berikut.

Sesi 5: TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan dengan patuh minum obat

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan
pencegahan perilaku kekerasan secara sosial: meminta tanpa paksa,
menolak dengan baik, mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri
tanda (√) jika klien mampu dan tanda (х) jika klien tidak mampu.
 Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 5, TAK
stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan
keuntungan minum obat, belum dapat menyebutkan keuntungan
minum obat dan akibat tidak minum obat. Anjurkan klien
mempraktikkan lima benar cara minum obat, bantu klien merasakan
keuntungan minum obat, dan akibat tidak minum obat.

DAFTAR PUSTAKA
Ius Yosep. 2009. Keperawatan Jiwa.Bandung:Refika Aditama.
Keliat, Budi Anna. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta:
EGC. 2005.
Stuart, W. Gail. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore: Elsevier.
Videbeck, Sheila. L. 2008. Buku ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta. EGC.
Yudi Hartono & Farida Kusumawati.2010.Buku ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.
Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku
Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai