Anda di halaman 1dari 28

Laporan pendahuluan

Masalah utama :
Resiko tinggi mencederai diri sendiri, orang lain b.d perilaku kekerasan
Definisi :
 Perilaku kekerasan adalah suatu perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologi (Berkowitz, 1993).
 Perilaku kekerasan adalah ekspresi kemarahan yang paling maladaptive
disertai perilaku yang dapat membahayakan secara fisik, bagi diri sendiri
maupun orang lain
Rentang respon
Respon adaptif Respon maladaptif

Asertif Pasif Agresif


Isi pembicaraan  Positif  Negatif  Berlebihan
 Menghargai diri  Merendahkan  Menghina
sendiri diri. orang lain.
 Saya dapa/ akan  Dapatkah  Anda selalu/
melakukan saya/ia lakukan? tidak pernah.

Tekanan suara  Diatur  Diam, lemah.  Tinggi,


 Merengek. menuntut.
 Tegang.
Posisi badan  Tegak, rileks  Melorot,  Bersandar
menundukan kedepan
kepala.
Jarak  Menjaga jarak  Orang lain  Memasuki
yang dapat masuk teritorial
menyenangkan. keteritorial orang lain.
 Mewnempatkan hidupnya.
hak tempat atau
teritorial
Penampilan  Memperlihatkan  Minimal lemah,  Mengancam,
gerakan yang resah. ekspansi
sesuai. gerakan.

Kontak mata Sekali-sekali sesuai  Sedikit atau  Melotot.


dengan kebutuhan tidak.
interaksi.
Pengkajian
1. Faktor predisposisi
 Psikologis :  Kegagalan dan frustasi.
 Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan
 Perilaku :  Reinforcement perilaku kekerasan
 Terpapar perilaku kekerasan
 Sosial budaya :  Tertutup, pendesakan.
 Kontrol sosial tidak pasti
 Biologis :  Kerusakan sistem limbic lobus frontal dan
temporal.
 Ketidak seimbangan neuorotransmiter

2. Faktor presipitasi
 Klien : Kelemahan fisik.
 Keputusasaan
 Ketidakberdayaan
 Interaksi : Kritikan, penghinaan.
 Kekerasan orang lain
 Lingkungan : Padat.
 Ribut.
3. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan
ego :
 Sublimasi.  Demal.
 Proyeksi.  Reaksi formasi.
 Represi.
4. Perilaku.
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
 Menyerang/ menghindar
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan system sayaf
otonom bereaksi terhadap sekresi ephinefrin yang menyebabkan tekanan
darah meningkat, taki kardia, wajah merah, pupil melebar, pengeluaran
urine dan saliva meningkat, konstipasi kewaspadaan juga meningkat
disertai dengan ketegangan otot seperti : tangan dikepal disertai reflek
yang cepat.
 Menyatakan secara asertif.
Perilaku yang ditampilkan dalam mengekspresikan yaitu dengan perilaku
pasif, agresif dan asertif.
Perilaku asertif adalah cara terbaik mengekspresikam marahnya tanpa
menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis.
 Memberontak
Perilaku yang muncul biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku
untuk menarik perhatian orang lain.
 Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan pada diri sendiri, orang
lain, maupun lingkungan.
5. Tanda dan gejala (Stuart and Sunden, 1999)
 Fisik
Muka merah, pandangan tajam, nafas pendek, keringat, sakit fisik,
penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat,
 Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan.
 Emosi
Tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, dendam jengkel

Pohon masalah (Keperawatan Jiwa, Dep Kes RI, 2000)


Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan

Gangguan konsep diri, harga diri rendah


(Townsend M. C, Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri, 1995)
Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji:
DP.1 Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan b.d perilaku
kekerasan
DS :  Klien mengatakan mudah marah
 Klien mengatakan ingin memberontak saat sedang marah
DO:  Wajah klien tanpak tegang
 Nada suara tinggi.
 Otot tampak tegang.
 Pandangan tampak tajam.
DP.2 Perilaku kekerasan b.d gangguan konsep diri; harga diri rendah.
DS :  Klien mengatakan memukul bila tidak senang.
 Klien mengatakan memaki orang lain jika sedang marah.
 Klien mengatakn mudah membanting barang saat emosi
DO:  Wajah tampak tegang.
 Klien tampak merusak barang yang ada disekitarnya.
 Klien tampak memukul orang yang berada didekatnya

Diagnosa Keperawatn
1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingungan b.d perilaku
kekerasan.
2. Perilaku kekerasan b.d harga diri rendah.

Rencana Keperawatan
DP. 1 Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan b.d perilaku
kekerasan.
TUM : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi :
 Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
 Perkenalkan diri dengan sopan.
 Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien.
 Jelaskan tujuan pertemuan.
 Jujur dan menepati janji.
 Tunjukan sifat empati dan menerima klien apa adanya.
 Beri perhatian pada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien.

TUK 2: Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.


 Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan.
 Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan perasaan jengkel/
kesal.

TUK 3: Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.


 Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/
kesal.
 Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien.
 Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel yang dialami klin.

TUK 4: Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan.


 Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
klien
 Bantu klien untuk bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
 Bicarakan dengan klien, apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya
selesai.

TUK 5: Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.


 Bicarakan akibat/ kerugian dari cara yang dilakukan klien
 Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan klien.
 Tanyakan pada klien apakah klien ingin mempelajari cara baru yang sehat.

TUK 6: Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap


kemarahannya.
 Tanyakan pada klien apakah klien ingin mempelajari cara yang sehat.
 Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.
 Secara fisik: tarik nafas dalam jika sedang kesal, memukul bantal atau
kasur atau berolahraga yang membutuhkan tenaga.
 Secara verbal: katakan bahwa anda sedang kesal/ tersingung/ jengkel.
 Secara sosial: latihan dalam kelompok cara-cara marah sehat.
 Secara spiritual: Anjurkan klien sembahyang; berdoa.

TUK 7: Klien daspat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan


 Bantu klien memilih cara yang apling tepat untuk klien.
 Bantu klien untuk mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
 Bantu klien untuk menstimulasikan cara tersebut.
 Ber reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasikan cara
tersebut.
 Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel/
marah.

TUK 8: Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan.


 Identifikasi kimampuan keluarga dalam merawat klien dan sikap apa yang
telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini.
 Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.
 Jelasakan cara-cara merawat klien
 Terkait dengan mengontrol perilaku marah secara konstruktif.
 Sikap tenang, bicara tenang dan jelas.
 Membantu klien mengenal penyebab marah.
 Bantu keluarga memdemonstrasikan cara merawat klien
 Bantu kelaurga mengungkapkan perasaanya setelah melakukan demonstrasi.

TUK 9: Klien dapat menggunakan obat dengan benar.


 Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien pada klien dengan keluarga.
 Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa
seijin dokter.
 Jelaskan prinsif benar minum obat, nama obat, dosis, dan cara minumnya.
 Anjurkan klien minta dan minum obat tepat waktu.
 Anjurkan klien melapor pada perawat/ dokter jika merasakan efek yang tidak
menyenangkan.
 Beri pujian jika klien minum obat dengan benar.
DP.2 : Perilaku kekerasan b.d harga diri rendah
TUM : Perilaku kekerasan dapat dikontrol.
TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya
 Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
 Perkenalkan diri dengan sopan.
 Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien.
 Jelaskan tujuan pertemuan.
 Jujur dan menepati janji.
 Tunjukkan sifat empati dan menerima klien apa adanya.
 Beri perhatian pada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien.

TUK 2: Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang


dimiliki.
 Diskusikan kemampuan dan aspek postif yang dimiliki pasien.
 Hindarkan memberikan penilaian negatif.
 Utamakan memberikan pujian yang realistik.

TUK 3: Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.


 Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama
sakit.
 Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan untuk digunakan.
 Berikan reinforcement positif atas kemampuan yang masih dapat digunakan

TUK 4: Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang


dimiliki.
 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan.
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
 Beri contoh cara pelaksanan kegiatan yang boleh dilakukan klien.

TUK 5: Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
 Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan.
 Bimbing klien dalam melakukan kegiatan yang telah direncanakan.
 Monitor klien dalam melaksanakan kegiatan.
 Beri pujian atas keberhasilan klien.
 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah.

TUK 6: Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.


 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara mearawat klien dengan
harga diri rendah.
 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat dirumah.
 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
Strategi pelaksanan
Pertemuan 1, Senin 19 desember 2005

A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien.
DS :  Klien mengatakan marah dan berteriak bila kesal pada orang lain.
 Klien mengatakan suka marah dan membanting barang seperti
sapu dirumah.
DO:  Ekspresi emosi, wajah labil, tegang saat diajak berbicara dan
tegang bila marah.
 Klien tampak berteriak-teriak sambil menangis.
 Kontak mata ada.
 Klien membanting sapu saat marah.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan b.d perilaku
kekerasan.
TUM : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
 Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
 Perkenalkan diri dengan sopan.
 Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien.
 Jelaskan tujuan pertemuan.
 Jujur dan menepati janji.
 Tunjukkan sifat empati dan menerima klien apa adanya.
 Beri perhatian pada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien.

TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.


 Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.
 Bantu klien mengungkapkan penyebab perasan jengkel/ marah.

B. Strategi pelaksanan
Fase Orientasi
1. Salam terapeutik
Selamat pagi bu. R
2. Evaluasi/ validasi
Bagaimana kabarnya hari ini?
3. Kontak
Topik : “Pagi ini suster ingin berkenalan dengan ibu, suster berada disini
mendampingi ibu selama 8 hari, suster ingin tahu penyebab
kemarahan dari ibu.”
Waktu : “Kita ngobrol selama 15 menit, gimana ibu setuju?”
Tempat: “terserah ibu, yang menurut ibu nyaman saja”.
Fase kerja
“Suster mau bertanya sama ibu, gimana perasaanya hari ini?”
Baik, bagus ya bu, sekarang suster ingin tahu biasanya kalau ibu marah itu
disebabkan oleh apa?”. “Selain itu apa lagi?”.
“Suster senang mendengarnya, karena ibu sudah berbagi cerita”.
Fase Terminasi
1. Evaluasi respon klien.
 Evaluasi subyektif.
“Bagaimana perasaan ibu setelah ngobrol dengan suster?”
 Evaluasi Objektif.
“Coba ibu sebutkan kembali penyebab kemarahan seperti yang kita
bicarakan tadi.
2. Tindak lanjut klien
“Sekarang ibu sudah mengenal suster, tadi juga sudah ngobrol tentang
penyebab ibu marah. Besok kita ngobrol lagi ya bu”.
Topik : Kita ngobrol tentang tanda-tanda ibu marah.
Waktu :“bagaimana kalau besok kita mulai jam 08.00 selama 15 menit, ya
bu.
Tempat : Kita ngobrol dimana? terserah ibu.
Strategi pelaksanan
Pertemuan 2. 20 Desember 2005

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
DS :  Klien mengatakan ingin pulang.
 Klien mengatakan dirinya tidak dihargai.
 Klien mengatakan mudah marah bila capek.
DO :  Klien tampak tenang, menyendiri.
 Penampilan kurang rapi.
 Ada kontak mata.
2. Diagnosa keperawatan
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan b.d perilaku
kekerasan.
TUK 3 : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
 Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel.
 Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien.
 Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel yang dialami klien.

B. Strategi pelaksanan
Fase orientasi
1. Salam terapeutik
“Selamat pagi ibu. R”
2. Evaluasi/ Validasi
“Masih ingat sama suster?”
3. Kontak
Topik : “Pagi ini kita akan mengidentifikasi tanda-tanda ibu. R marah”
Waktu : “kita akan ngobrol selama 15 menit.
Tempat: “kita ngobrol dimana terserah ibu”

Fase kerja
“Sekarang coba ibu. R ungkapkan apa yang ibu rasakan saat ibu marah atau
jengkel atau kesal”
“Bagus ibu sudah mau cerita sama suster, apakah ada lagi bu?”
“Apakah ibu merasakan tegang saat marah?”
“Baik bu, sekarang kita simpulkan bahwa tanda-tanda jengkel yang ibu alami
seperti muka merah, tegang, kesal, ingin memaki orang, ingin memukul orang bila
kesal, berkeringat dingin, nada suara tinggi.
“bagus ya bu, suster senang bisa mendengar cerita ibu. R

Fase terminasi
1. Evaluasi respon klien
 Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan ibu. R setelah ngobrol sama suster?”
 Evaluasi Obyektif
“Coba sebutkan kembali tanda-tanda perilaku kekerasan/ jengkel?”.
2. Tindak lanjut
“Suster berharap ibu. R dapat mengingat apa yang sudah kita bicarakan tadi”
3. Kontak.
Topik :“Nanti kita akan ngobrol tentang kemarahan yang bisa dilakukan
oleh ibu. R
Waktu : “Kita akan ngobrol 15 menit, bagaimana?”
Tempat: “Kita akan ngobrol disini saja ya bu?”
Strategi pelaksanan
Pertemuan ke-2. 20 Desember 2005

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
DS :  Klien mengatakan ingin pulang
 Klien mengatakan dirinya tidak dihargai.
 Klien mengatakan mudah marah jika capek.
DO :  Klien tampak tenang.
 Penampilan kurang rapi.
 Kontak mata ada.

2. Diagnosa keperawatan
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan b.d perilaku
kekerasan.
TUK 4 : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
 Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan.
 Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
 Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah
atau tidak.

B. Strategi pelaksanan
Fase orientasi
1. Salam terapeutik
“Selamat siang bu. R”
2. Evaluasi/ Validasi
“Bagimana perasaan ibu sekarang?”
3. Kontak
Topik : “Sesuai janji kita tadi pagi, siang ini kita akan mencoba untuk
mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa ibu lakukan.”
Waktu : “Kita akan ngobrol selama 15 menit, setuju bu?”
Tempat: “Bagaimana ditempat ini juga? Ok.
“Kalau ibu lagi marah, biasa apa yang dilakukan ibu?”
“Terus, kalau sedang marah karena ada masalah bagaimana ibu. R
meresponnya atau menyelesaikannya?”
“bagus ya bu, suster senang bisa mendengar cerita dari ibu, mudah-mudahan
yang kita bicarakan ini dapat membantu menyelesaikan masalah ibu”

Fase terminasi
1. Evaluasi respon klien
 Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan ibu. R setelah ngobrol dengan suster?”
 Evaluasi Obyektif
“Coba sebutkan kembali kemarahan yang biasa ibu lakukan.”
2. Tindak lanjut klien
“Dari pembicaran kita tadi, suster berharap ibu dapat merespon atau
menyelesaikan masalah yang ibu hadapi dengan cara yang benar.
3. Kontak.
Topik : “Besok kita akan ngobrol lagi tentang akibat dari perilaku yang ibu
lakukan dan cara ibu merespon terhadap kemarahan.
Waktu : “Kita ngobrol 15 menit.
Tempat: “Bagaimana kalau kita ngobrol dibangku depan saja.
Strategi pelaksanan
Pertemuan ke-3. 21 Desember 2005

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
DS :  Klien mengatakan ingin pulang.
DO :  Klien mampu menyebut tanda-tanda perilaku kekerasan.
 Klien mampu mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
 Klien tampak lebih tenang dan kooperatif

2. Diagnosa keperawatan
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan b.d perilaku
kekerasan.
TUK 5 : Klien mampu mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
 Bicarakan akibat kerugian dari cara yang digunakan klien.
 Tanyakan pada kjlien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang shat.
 Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel yang dialami klien.

TUK 6 : Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.


 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara mearawat klien
dengan harga diri rendah.
 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat dirumah.
 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
B. Strategi pelaksanan
Fase orientasi
1. Salam terapeutik
“Selamat pagi ibu. R”
2. Evaluasi/ Validasi
“Masih ingat dengan janji kita kemarin?”
3. Kontak
Topik : “Sekarang kita mau membicarakan akibat dari perilaku yang ibu
lakukan dan cara yang baik untuk merespon kemarahan ibu.”
Waktu : “Kita ngobrol selama 15 menit ya bu”.
Tempat: “Kita ngobrol dimana, disini saja atau mau ditempat lain?”
Fase kerja
“Ibu. R masih ingat kan topik kita hari ini, coba ibu sebutkan akibat marah-marah
atau perilaku yang ibu lakukan?”
“”Apa lagi?”
“Suster tambahain ya bu, dengan marah-marah dan melakukan tindakan seperti
itu, ibu akan dijauhi oleh orang disekitar ibu, dan ini akan merugikan ibu, benar
atau tidak?
“Bagus ibu bisa menilainya, sekarang suster mau memberitahu ibu cara yang
sehat bila lagi marah, mau ibu?”
baik ya bu, yang pertama tarik nafas panjang minimal 3 kali yang kedua, ibu
katakan kalau lagi kesal tapi tidak boleh teriak dan membanting alat-alat rt.”
“Apakah ibu sudah mengerti?” bagus”

Fase terminasi
1. Evaluasi respon klien
 Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan ibu sekarang?”
 Evaluasi Obyektif
“Cobalah sebutkan kembali akibat dari marah? Bagus, sekarang coba
sebutkan cara yang sehat saat ibu lagi marah? Bagus ya bu suster senang
mendengarnya ibu masih ingat”
2. Tindak lanjut
“Suster berharap ibu dapat mengingat apa yang sudah kita bicarakan tadi dan
ibu mau melaksanakanya ya”.”
3. Kontak.
Topik : “Besok kita akan ngobrol lagi ya bu, obrolan kita tentang cara
mengontrol perilaku kekerasan dan mendemonstrasikanya.
Waktu : “Kita besok ketemu selama 15 menit ya bu? Sekitar jam 08.00.
Tempat: “Kita akan ngobrol disini saja ya bu?”
Strategi pelaksanan
Pertemuan ke-4. 22 Desember 2005

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
DS :  Klien mengatakan ingin pulang.
 Klien mengatakan sudah tenang.
 Klien mengatakan tidak akan mengulangi perbuatannya itu.
 Klien mengatakan menyesal.
DO :  Klien mampu menyebut akibat dari perilaku kekerasan.
 Klien tampak lebih tenang.

2. Diagnosa keperawatan
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan b.d perilaku
kekerasan.
TUK 7 : Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku
kekerasan.
 Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.
 Bantu klien untuk mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
 Bantu klien utnuk menstimulasikan cara tersebut.
 Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasikan cara
tersebut.
 Anjurkan klien utnuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat klien
jengkel/ marah.

B. Strategi pelaksanan
Fase orientasi
1. Salam terapeutik
“Selamat pagi bu”
2. Evaluasi/ Validasi
“Ibu masih ingatkan dengan pembicaraan kita kemarin?”
3. Kontak
Topik : “Sekarang kita akan masuk pada bagaimana ibu
mendemonstrasikan cara-cara merespon marah yang sehat.”
Waktu : “Kita ngobrol selama 15 menit ya bu”.
Tempat: “Terserah dengan ibu, yang menurut ibu memang terasa nyaman.

Fase kerja
“Ibu. R masih ingat kan topik kita hari ini, kita mau ngapain?”
:Ibu kita kemarin kan sudah belajar bagaimana menghadapi marah dengan cara
yang sehat, sekarang suster pingin melihat ibu mendemonstrasikan, coba ibu
sekarang lakukan”.
Bagus, ya ibu, suster senang ternyata ibu bisa mengerti apa yang suster jelaskan
kemarin dan sekarang ibu dapat mendemonstrasikan dengan benar.”
“Nah sekarang ibukan sudah tahu menggunakan cara yang sehat pada saat marah/
jengkel, suster berharap ibu juga dapat mempraktikannya nanti dirumah pada saat
ibu marah/ jengkel”.

Fase terminasi
1. Evaluasi respon klien
 Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan ibu sekarang?”
 Evaluasi Obyektif
“Cobalah sekarang ibu lakukan kembali apa yang sudak ibu praktikan
tadi”
2. Tindak lanjut
“Suster berharap apa yang sudah kita bicarakan selama 4 hari ini dapat ibu
pahami sekalian ibu. R laksanakan, dan mudah-mudahan dapat membantu
mengatasi masalah yang ibu. R hadapi.
3. Kontak.
Topik : “Ok ibu. R hari ini sudah ngobrolnya ya....
Waktu : “Ibu. R, besok suster libur selama 10 hari, kita ketemu lagi tanggal 2
Januari 06. Ibu. R ingin kita bicara jam berapa?
Kita ngobrol selama 10-15 menit ya....
Tempat: “Ibu. R maunya ngobrol dimana?”
Tinjauan kasus

A. Gambaran kasus
1. Identitas Klien
Klien Ny. R usia 30 tahun, jenis kelamin perempuan, status sudah kawin dan
mempunyai 3 orang anak, beragama islam, pendidikan SD pekerjaan
berjualan nasi uduk. Beralamat di kampung Cipecang, Cimanggis Bojong
Gede. Klien dengan nomor RM 065476.
Klien masuk 17 Desember 2005. Penkajian dilakukan tanggal 19 Desember
2005 klien dengan masalah utama perilaku kekerasan.
2. Alasan masuk dan faktor presipitasi
Klien dibawa kerumah sakit oleh suami klien, dengan alasan marah-marah
membanting alat-alat rumah tangga, memukuli anaknya. Kejadiannya
berawal dari, pada waktu sabtu pagi klien menyuruh anaknya kewarung
untuk beli teh tapi tidak mau, dan klien berpikir bahwa dirinya tidak dihargai
sama anaknya, akhirnya klien marah-marah dan menyilet pergelangan tangan
kanannya.
Sampai pada saat pengkajian klien sudah tampak tenang, tapi masih terlihat
murung dan diam saja. Selam interaksi klien cukup kooperatif, kontak mata
ada, klien sudah tidak menunjukkan perilaku marah-marah.
Masalah keperawatan: Resiko tinggi mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
3. Faktor predisposisi
Sebelumnya klien belum pernah mengalami gangguan jiwa. Pernah bekerja
sebagai baby sister selama 7 tahun dan berhenti sejak bulan Agustus sekitar 4
bulan yang lalu. Dan sejak saat itulah klien merasakan keadaan ekonomi
rumah tangganya mulai menurun atau ada masalah. Akhirnya klien membuka
membuka usaha yaitu berjualan nasi uduk didepan rumah, tapi kata klien itu
juga belum mencukupi kebutuhan apalagi sekarang anak-anak sudah besar,
semakin besar pula pengeluaran.
Faktor presipitasi
Merasa tidak dihargai sama anaknya karena disuruh tidak mau.
Masalah keperawatan: Berduka disfungsional.
30

Keterangan
: Lelaki
: Perempuan
: Klien
: Satu rumah
Keterangan
Klien merupakan anak tunggal, kedua orangtua klien masih hidup dan tinggal
di Medan. Sejak menikah klien tidak tinggal lagi dengan kedua orangtuanya,
tetapi klien mengikuti suaminya tinggal di Jakarta. Klien mengatakan tidak
ada anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa.
4. Fisik
a. Tanda-tanda Vital
Suhu : 36,70C
Nadi : 84 X/menit
Pernapasan : 22 X/menit
TD : 90/70 mmHg
b. Badan
Tinggi : 145 cm
Berat : 38 Kg
c. Keluhan Fisik : Tidak ada
Klien tidak mengeluh adanya gangguan fisikFisik
5. Status Psikososial
a. Konsep diri
 Gambaran diri
Klien mengatakan senang dengan keadaan dirinya, klien bersyukur
karena diciptakan Tuhan tanpa cacat atau kekurangan.
 Identitas diri
Klien mampu menyebutkan nama, umur, jenis kelamin, alamat dan
statusnya sebagai ibu rumah tangga dengan benar.
 Ideal diri
Klien ingin cepat pulang karena merasa dirinya sudah tenang.
 Harga diri
Klien merasa bahwa dirinya tidak dihargai oleh anak-anaknya.
Masalah Keperawatan: Gangguan harga diri rendah.
b. Hubungan sosial
Menurut klien orang yang sangat berarti dalam hidupnya adalah
keluarganya. Klien tidak terlibat dalam kegiatan kelompok dimasyarakat
karena orang-orang disekitarnya bekerja semua jadi tidak ada waktu untuk
berkumpul. Dalam berhubungan dengan orang lain ada hambatan karena
orang disekitarnya bekerja semua.
c. Spiritual
Klien menganut agama Islam. Klien mengatakan rajin sholat.
Masalah Keperawatan: Gangguan Interaksi sosial.
d. Pendidikan dan pekerjaan
 Pendidikan terakhir : Sekolah Dasar
 Jenis pekerjaan yang dijalani : Jualan nasi uduk
 Perasaan klien : Klien merasa bahwa dengan berjualan
nasi uduk masih belum juga membantu keadaan ekonomi rumah
tangganya.
6. Status Mental
a. Penampilan
Klien terlihat kurang rapi, rambut tidak disisir, tampak tidak serasi pakaian
atas dan bawah yang dikenakan oleh klien.
b. Pembicaraan
Klien mampu berbicara dengan baik, lancar dan jelas serta berkomunikasi
terjalin dengan baik dan cukup kooperatif.
c. Aktivitas Motorik
Klien mampu melakukan aktivitasnya dengan baik seperti mandi dan
makan.
d. Alam perasaan
Ekspresi klien bisa berubah tergantung suasana hatinya, klien mencoba
melakukan bunuh diri.
Masalah Keperawatan: Resiko tinggi membahayakan diri.
e. Afek
Afek klien tampak labil dan tampak murung kurang ceria.
Masalah keperawatan: Gangguan interaksi sosial.
f. Interaksi selama wawancara
Selama interaksi klien cukup kooperatuf, kotak mata ada, klien mampu
menjawab pertanyaan dengan jelas.
g. Persepsi
Selama interaksi klien mampu berkonsenterasi.
h. Proses pikir
Selama interaksi tidak ditemukan masalah dalam proses pikir pada pasien.
Pasien dapat menjawab semua pertanyaan dangan jelas.
i. Isi pikir
Klien mampu berkomunikasi dengan baik, benar dan terarah. Isi
pembicaraan lancar, tidak melompat-lompat dari topik satu ketopik yang
lain.
j. Tingkat kesadaran
Kesadaran penuh, klien tahu dimana berada, klien mampu mengenali
teman dan para suster.
k. Memori
Klien tidak mengalami gangguan dalam memori, klien mampu
menyebutkan nama, tempat tinggal, kejadian masa kecilnya, kejadian satu
bulan yang lalu dan yang baru saja terjadi.
l. Tingkat konsenterasi dan berhitung
Klien mampu berkonsenterasi saat diajak bicara dan menjawab hitungan
yang ditanyakan.
m. Kemampuan penilaian
Klien mampu membuat keputusan untuk mandi dulu baru makan.
n. Daya tilik diri (Insight)
Klien menyadari bahwa akhir-akhir ini sering marah.
7. Mekanisme Koping
Adaptif : Bicara dengan teman-teman suster dan bruder.
Maladaptif: Klien mudah marah kalau kecapean dan berusaha untuk
mencederai diri.
8. Kebutuhan persiapan pulang
 Bab/bak 1 kali/hari
 Mandi 2 kali/hari
 Makan 3 kali/hari
 Tidur siang yang cukup pkl 13.00, tidur malam pkl 20.00
 Mempersiapkan makanan, menjaga kebersihan rumah sudah mampu klien
lakukan.
9. Pengetahuan kurang tentang
Klien mengatakan tidak mampu menanggulangi masalah yang dihadapi secara
efektif.
Masalah Keparawatan: Kurang Pengetahuan.
PROPOSAL
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

Topik: aktivitas memindahkan bola dengan musik lalu memperkenalkan diri


dengan menyebutkan nama, tempat tinggal dan hobi untuk
mensosialisasikan diri.
Terapis : 3 orang
Sasaran :10 orang
Ruang : Kresna

A. Pengertian
Terapi aktivitas kelompok (TAK) adalah suatu kegiatan/ upaya yang
memfasilitasi seperti psikoterapi terhadap sejumlah pasien pada waktu yang
sama dengan kriteria anggota kelompok 8-10 orang yang dimasukkan untuk:
1. Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal.
2. Memberi penghargaan pada orang lain dan diri sendiri.
3. Pernyataan diri.
4. Rasa dimiliki oleh orang lain.
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS) adalah upaya memfasilitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Klien dapat meningkatkan hubungan interpersonal dan kelompok secara
bertahap.
2. Tujuan Khusus
Klien mampu menyebutkan jati diri: nama, asal, hobi.
C. Aktivitas dan indikasi
Aktivitas TAKS dilakukan 1 sessi yang melatih kemampuan sosialisasi klien.
Klien yang mempunyai indikasi TAKS adalah klien gangguan hubungan
sosial dan gangguan konsep diri:
1. Klien dengan gangguan konsep diri.
2. Klien menarik diri yang telah memulai melakukan interaksi
interpersonal.
D. Personil kelompok
1. Leader
2. Co leader
3. Fasilitator
4. Observasi
Tugas kelompok :
1. Mampu mengemukakan jati dirinya.
2. Mampu mengekspresikan hobi atau kesukaannya.
3. Ikut serta dalam seluruh terapi aktivitas.
Tugas Leader :
1. Memimpin permainan dan diskusi.
2. Mengkoordinir seluruh kegiatan.
3. Menganalisa dan mengobserver pola komunikasi kelompok.
4. Membantu anggaran menyadari dinamika kelompok.
5. Membantu memantapkan tujuan dan peraturan kelompok.
6. Memotivasi dan memfasilitasi kelompok.
7. Mendiskusikan apa yang akan dilakukan dengan anggaran kelompok.
8. Membantu kesatuan kelompok untuk berkembang dan bergerak secara
dinamis.
Tugas Co-leader :
1. Membantu mengkoordinir seluruh kegiatan.
2. Meningatkan leader jika kegiatan menyimpang.
3. Menggantikan leader bila ada halangan bertugas.
Tugas Fasilitator :
1. Ikut serta menjadi anggota kelompok.
2. Memberikan stimulus kepada anggota untuk mengikuti kegiatan
kelompok.
3. Mengikuti arahan dari leader dalam mengikuti kegiatan kelompok.
Tugas observer :
1. Sebagai pengamat atau evaluator kelompok.
2. Mencatat dan mengamati respon klien, dinamika jalannya TAK dan
keadaan peserta (Aktif/pasif).
3. Memberikan umpan balik kepada leader dan Co-leader serta fasilitator
tentang berjalannya TAK.
E. Aturan Dalam Kegiatan TAK
1. Setiap klien harus mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
2. Bila klien mau ke toilet, minum harus seijin pimpinan TAK
F. Proses seleksi
1. Hasil observasi sehari-hari.
2. Informasi dari perawat ruangan.
3. Hasil diskusi kelompok.
4. Kontak dengan klien yaitu kesediaan klien untuk mengikuti kegiatan
berdasarkan kesepakatan mengenai kegioatan, tempat dan waktu.
SESSI I= TAKS

A. Tujuan
Klien mampu menyebut jati diri= nama lengkap, nama panggilan, asal dan
hobi.
B. Setting
Peserta dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
C. Alat
1. Bola
2. Kaset + tape recorder
D. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab.
3. Bermain peran/stimulasi.
E. Langkah-langkah kegiatan
1. Persiapan
 Memilih klien sesuai dengan indikasi yaitu isolasi= menarik diri dan
gangguan konsep diri= HDR.
 Membuat kontak dengan pasien.
 Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
 Salam dari terapis.
b. Evaluasi/validasi
 Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontak
 Menjelasakan tujuan kegiatan.
 Menjelaskan aturan main yaitu
 Msing-masing menyebutkan/ memperkenalkan jati diri.
 Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok
seperti ke toilet ataupun pergi minum, harus minta izin
pada pemimpin TAK.
 Lama an 30 menit.
 Setiap kegiatan harus diikuti oleh klien dari awal sampai
akhir.
3. Tahap kerja
a. Menjelaskan kegiatan yaitu tape recorder akan dihidupkan dan bola
diedarkan berlawanan arah dengan arah jarum jam (yaitu kearah
kiri) dan pada saat tape dimatikan maka anggota kelompok yang
memegang bola menyebut jati dirinya.
b. Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis
berlawanan dengan arah jarum jam.
c. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola
mendapat giliran untuk menyebutkan= salam, nama lengkap, nama
panggilan dan hobi. Dimulai oleh terapis sebagai contoh.
d. Ulangi b, dan sampai c sampai semua anggota kelompok mendapat
giliran.
e. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan
memberi tepuk tangan.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
 Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
 Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Rencana Tindak lanjut
 Menganjurkan tiap anggota kelompok ,elatih berkenalan
dengan orang lain pada kehidupan sehari-hari.
 Memasukan kegiatan berkenalan pada jadwal kegiatan harian.
c. Kontak yang akan datang.
F. Evaluasi dan dokumentasi
Format Evaluasi
Sessi I= TAKS
Kemampuan menyebut jati dri
a. Kemampuan verbal
No Aspek yang dinilai Nama klien
1 Menyebut nama lengkap
2 Menyebut nama panggilan
3 Menyebut asal
Jumlah
b. Kemampuan non-verbal
No Aspek yang dinilai Nama klien
1 Kontak mata
2 Duduk tegak
Menggunakan bahasa tubuh yang
3 sesuai
4 Mengikuti kegiatan dar awal akhir
Jumlah

G. Nama peserta kelompok


1. Niknik :
2. Markani :
3. Burhanudin :
4. Nur Rohman :
5. Aji Ali :
6. Nanang :
7. Bram :
8. Lexi :
9. Lilis :

Anda mungkin juga menyukai