Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK)


RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

(Guna Memenuhi Tugas Individu Praktik Keperawatan Jiwa )


Dosen Pengampu : Ns Sri Puji Lestari, M.Kep,Sp.Kep.J

Disusun Oleh :
Tri Ani Yulianti
2308121

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


UNIVERSITAS KARYA HUSADA
SEMARANG 2022
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Masalah Utama
Perilaku kekerasan
II. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu mengalami perilaku yang
dapat membahayakan secara fisik pada diri sendiri maupun orang lain. (Diagnosa
keperawatan pada keperawatan psikiater). Perasaan yang dimanifestasikan oleh
perasaan marah dapat berfluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaptif dibawah
ini.

Respon adaptif respon maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Suatu kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat mengakibatkan respoan pasif dan
melarikan diri atau respon melawan dan menentang (mal adaptif). Perilaku maladaptif
ditampakkan dari yang rendah sampai yang tinggi, yaitu:
a. Agresif
- Memperlihatkan permusuhan berat dan menuntut
- Mendekati orang lain dengan ancaman tanpa minat melukai
- Umumnya masih dapat mengontrol perilaku untuk tidak untuk melukai orang
lain
b. Kekerasan
- Gelisah/ gaduh amuk
- Menyentuh orang lain secara menakutkan
- Memberi kata-kata ancaman, melukai
- Melukai orang lain pada tingkat ringan
- Tidak mampu mengendalikan diri
Proses terjadinya perilaku kekerasan/ agresif (Back, Rawlins Wiliams, 1996).
Ancaman

Stress

Cemas

Marah

Merasa kuat Mengungkapkan secara verbal Merasa tidak kuat

Menantang Menjaga kebutuhan orang lain Melarikan diri

Merasa tidak selesai Lega Mengingkari marah

Ketegangan menurun

Rasa marah

Muncul rasa bersalah

Marah pada diri sendiri Marah pada orang lain dan lingkungan

Depresi psikosomatik Agresif/ amuk


2. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
- Psikologis
* Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina,
dianiaya/ saksi penganiayaan.
* Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi
- Sosial Budaya
* Budaya ynag tertutup dan membalas secara diam
- Perilaku
* Reinforcement yang diterima saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan dirumah/ diluar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu menghadapi kekerasan.
- Bioneurologis
* Terjadi gangguan kelainan pada bagian otak tertentu:
 Sistem limbik
 Korteks frontalis
 Ganglia basalis
 Migrasi abnormal/ degenerasi abnormal/ degenerasi neuron
b. Faktor Presipitasi
- Dapat bersumber dari lingkungan/ interaksi dengan orang lain
- Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik)
- Keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri kurang
- Situasi lingkungan yang sibuk, kritikan yang mengarah pada penghinaan,
kehilangan orang yang dicintai/ pekerjaan
3. Akibat
Kegagalan yang didapat menimbulkan frustasi yang dapat menimbulkan respon positif
dan melarikan diri/ respon melawan dan menantang sehingga pasien beresiko
mencederai diri sendiri, orang lain/ lingkungan.
4. Tanda-tanda dan gejala emosi
 Emosi
 Tidak adekuat
 Merasa tidak aman
 Rasa terganggu
 Marah/ dendam
 Jengkel
 Merusak/ memukul
 Gelisah/ gaduh
 Fisik
 Muka merah
 Pandangan tajam
 Nafas pendek-pendek
 Sosial
 Menarik diri
 Pengasingan
 Penolakan
 Kerusakan
 Ejekan
 Kurang percaya diri
 Spiritual
 Merasa kuat
 Kemauan
 Tidak bermoral
 Kreatifitas terhambat / terhalang
 Intelektual
 Mendominasi pembicaraan / bicara keras
5. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis dapat dibagi menjadi dua metode, yaitu metode
psikofarmakologi dan metode psikososial.
a. Metode Biologik
Berikut adalah beberapa metode biologik untuk penatalaksanaan medis klien
dengan perilaku kekerasan yaitu:
a) Psikofarmakologi
Penggunaan obat-obatan untuk gangguan jiwa berkembang dari penemuan
neurobiologi. Obat-obatan tersebut memengaruhi sistem saraf pusat (SSP)
secara langsung dan selanjutnya memengaruhi perilaku, persepsi, pemikiran,
dan emosi.
Menurut Stuart dan Laraia (2005, hlm. 643), beberapa kategori obat yang
digunakan untuk mengatasi perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :.
 Antianxiety dan Sedative Hipnotics
Obat-obatan ini dapat mengendalikan agitasi yang akut. Benzodiazepines
seperti Lorazepam dan Clonazepam, sering digunakan didalam
kedaruratan psikiatrik untuk menenangkan perlawanan klien. Tapi obat ini
direkomendasikan untuk dalam waktu lama karena dapat menyebabkan
kebingungan dan ketergantungan, juga bisa memperburuk gejala depresi.
Selanjutnya pada beberapa klien yang mengalami disinhibiting effect dari
Benzodiazepines dapat mengakibatkan peningkatan perilaku agresif.
Buspirone obat Antianxiety, efektif dalam mengendalikan perilaku
kekerasan yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi. Ini ditunjukkan
dengan menurunnya perilaku agresif dan agitasi klien dengan cedera
kepala, demensia dan ’developmental disability’.
 Antidepressant
Penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsif dan perilaku agresif
klien yang berkaitan dengan perubahan mood. Amitriptyline dan
Trazodone, efektif untuk menghilangkan agresivitas yang berhubungan
dengan cedera kepala dan gangguan mental organik.
III.A. Pohon Masalah
Resiko tinggi menciderai diri sendiri,................................Akibat
orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan.............................................................Masalah utama

Harga diri rendah...............................................................Penyebab

Respons pasca trauma........................................................Penyebab

B. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji


1. Resiko tinggi mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
S: - Klien mengatakan ingin memukul orang disekitarnya
- Klien mengatakan orang lain selalu membicarakannya sehingga klien merasa
tidak aman
O: - Klien gelisah
- Sering marah-marah
- Klien mengamuk
- Klien berbicara keras dengan orang disekitarnya
2. Perilaku kekerasan
S: - Klien mengatakan akan memukul orang di sekitarnya
O: - Klien marah-marah
- Klien sering mengamuk dengan orang disekitarnya
- Klien menyerang orang lain
3. Gangguan sensori / persepsi : Halusinasi Pendengaran
S: - Klien mengatakan ada suara yang mengganggu klien
O: - Klien sering berbicara dan tertawa sendiri
- Klien tiba – tiba marah
- Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung.
IV. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan perilaku kekerasan
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi pendengaran
V. Rencana Keperawatan
Diagnosa I : Resiko tinggi mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan perilaku kekerasan
a. TUM (Tujuan Umum)
Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
b. Tujuan Khusus (TUK)
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
 Klien mau membalas salam
- Beri salam / panggil nama
 Klien mau berjabat tangan
- Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan
 Klien mau menyebutkan nama
- Tanyakan nama klien
 Klien menerima kehadiran perawat
- Tanyakan pada klien apa terganggu dengan kehadiran perawat
- Jelaskan tentang kontak yang akan datang
2. Klien dapat mendefinisikan penyebab perilaku kekerasan
 Klien mengungkapkan perasaan
- Gali tentang perasaan yang dirasakan pasien
- Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya
 Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel / kesal.
- Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel / kesal.
3. Klien dapat mendefinisikan tanda-tanda perilaku kekerasan
 Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah / jengkel.
- Anjurkan klien untuk mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat
marah/jengkel
- Observasi tanda dan gejala perilaku kekerasan pada klien
 Klien dapat menyimpulkan tanda dan gejala jengkel / kesal yang dialaminya.
- Simpulkan bersama klien tanda dan gejala jengkel / kesal yang dialami
klien

4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan


 Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
- Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
 Klien dapat bermain peran sesuai perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
- Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
 Klien dapat mengetahui cara yang biasa dilakukan untuk menyelesaikan
masalah
- Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan bisa
masalahnya selesai.
5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
 Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien
- Bicarakan akibat / kerugian dengan cara yang dilakukan klien
- Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang dilakukan oleh klien
- Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat
6. Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan.
 Klien dapat menyebutkan contoh pencegahan perilaku kekerasan secara fisik
(tarik nafas dalam, pukul kasur dan bantal atau kegiatan fisik olahraga).
- Diskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien.
- Beri pujian atas kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien.
- Diskusikan dua cara fisik yang paling mudah dilakukan untuk mencegah
perilaku kekerasan, yaitu tarik nafas dalam dan pukul kasur serta bantal.
 Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan.
- Beri contoh pada klien tentang cara menarik nafas dalam.
- Beri pujian positif atas kemampuan klien mendemonstrasikan cara menarik
nafas dalam.
- Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat marah /
jengkel.
 Klien mempunyai jadwal untuk melatih cara pencegahan fisik yang telah
dipelajari sebelumnya.
- Diskusikan dengan klien mengenai frekuensi latihan yang akan dilakukan
sendiri oleh klien.
- Susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang telah dipelajari.
 Klien mengevaluasi kemampuannya dalam melakukan cara fisik sesuai jadwal
yang telah disusun.
- Berikan pujian atas keberhasilan klien.
7. Klien dapat mendemonstrasikan cara sosial untuk mencegah perilaku kekerasan.
 Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan fisik,
verbal, spiritual
- Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.
- Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
- Bantu klien menstimulasi teguran (refleksi).
- Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara
tersebut.
- Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel /
marah.
8. Klien dapat mendemonstrasikan cara spiritual untuk mencegah perilaku kekerasan.
 Klien dapat menyebutkan kegiatan ibadah yang pernah dilakukan.
- Diskusikan dengan klien kegiatan ibadah yang perlah dilakukan.
 Klien dapat mendemonstrasikan cara ibadah yang dipilih.
- Minta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih.
 Klien mempunyai jadwal untuk melatih kegiatan ibadah.
- Susun jadwal kegiatan untuk melatih kegiatan ibadah.
9. Klien dapat mendemonstrasikan kepatuhan minum obat untuk mencegah perilaku
kekerasan.
 Klien dapat menyebutkan jenis, dosis, dan waktu minum obat serta manfaat
dari obat itu (prinsip 5 benar : benar orang, obat, dosis, waktu dan cara
pemberian).
- Diskusikan dengan klien tentang jenis obat yang diminumnya (nama,
warna, besarnya) waktu minum obat (jika 3 kali : Pukul 07.00, 13.00,
19.00), cara minum obat.
 Klien mengevaluasi kemampuannya dalam mematuhi minum obat.
- Klien mengevaluasi pelaksanaan minum obat dengan mengisi jadwal
kegiatan harian (self. Evaluation).
- Beri pujian atas keberhasilan klien.
VI. INTERVENSI
Menurut Yosep (2008: 153), evaluasi yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi situasi yang dapat membangkitkan agresif klien
2. Bagaimana keadaan klien saat marah dan benci pada orang tersebut
3. Sudahkah klien menyadari akibat dari perilaku kekerasan dan pengaruhnya pada yang
lain
4. Buatlah komentar yang kritikal
5. Apakah klien sudah mampu mengekspresikan sesuatu yang berbeda
6. Klien mampu menggunakan aktivitas secara fisik untuk mengurangi perasaan
marahnya
7. Mampu mentoleransi rasa marahnya sehingga tidak menimbulkan agresif
8. Konsep diri klien sudah meningkat
9. Kemandirian dalam berfikir dan aktivitas meningkat.
STRATEGI PELAKSANAAN
PERILAKU KEKERASAN 1

A. Kondisi Klien
1. Data Subyektif :
 Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
 Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang
kesal atau marah.
 Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
2. Data Obyektif :
 Mata merah, wajah agak merah.
 Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
 Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
 Merusak dan melempar barang-barang.
B. Diagnosa keperawatan
Perilaku kekerasan/ngamuk
C. Strategi Pelaksanaan Pada Pasien
1. Sp 1 pada pasien
a) Identifikasi penyebab, tanda & gejala, PK yang dilakukan, akibat PK
b) Jelaskan cara mengontrol PK: fisik, obat, verbal, spiritual.
c) Latihan cara mengontrol PK fisik 1&2
d) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik
Orientasi:
“Selamat Pagi pak, perkenalkan nama saya Baihaqi, panggil saya Abie saya
mahasiswa Keperawatan dari Stikes Muhammadiyah Banjarmasin yang akan praktek
disini selama 5 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari pkl. 08.00-16.00. Saya yang akan
merawat bapak selama Bapak di rumah sakit ini. Nama bapak siapa, senangnya
dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?”
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah bapak”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10 menit?
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau di
ruang tamu?”
Kerja :
“Apa yang menyebabkan Bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah marah?
Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?.
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak pulang ke rumah dan istri belum
menyediakan makanan(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang bapak
rasakan?”
“Apakah Bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot,
rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak lakukan?. Apa kerugian cara yang bapak lakukan?
Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa
menimbulkan kerugian?”

”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalah dengan
cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkan rasa marah.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak berdiri,
lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan –lahan
melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung,
bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah
bisa melakukannya. Bagaimana perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu
rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”

Terminasi :
“Oya Pak, karena sudah 10 menit, apakah perbincangan ini mau diakhiri atau
dilanjutkan?”
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan bapak?”
”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak rasakan ........
(sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta akibatnya ......... (sebutkan)
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang lalu, apa
yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa latihan napas
dalamnya ya pak. ‘Sekarang kita buat jadual latihannya ya pak, berapa kali sehari
bapak mau latihan napas dalam?, jam berapa saja pak?”
”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain untuk
mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak”
2. Sp 2 pada pasien
a) Evaluasi kegiatan latihan fisik 1,2.beri pujian
b) Latih cara mengontrol Pk dengan obat. (jelaskan 6 benar: jenis, guna, dosis,
frekuensi, cara, kontinuitas minum obat)
c) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik dan minum obat
3. Sp 3 pada pasien
a) Evaluasi kegiatan latihan fisik 1,2 & obat. Beri pujian.
b) Latih cara mengontrol PK secara verbal (3 cara, yaitu: mengungkapkan,
meminta, menolak dengan benar)
c) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum obat dan verbal.
4. Sp 4 pada pasien
a) Evaluasi kegiatan latihan fisik 1,2 & obat & verbal. Beri pujian.
b) Latih cara mengontrol spiritual (2 kegiatan)
c) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum obat, verbal dan
spiritual.
STRATEGI PELAKSANAAN
PERILAKU KEKERASAN 2

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
a. Klien sudah dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat
b. Klien dapat mengenal peyebab marah
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
a. Klien mampu mengidentifikasi tanda gejala perilaku kekerasan
b. Klien mampu mengidentifikasi yang biasa dilakukan
c. Klien mampu mengidentifikasi akibat perilaku marah
4. Tindakan Keperawatan SP 2 :
a. Mengidentifikasi tanda gejala, perilaku kekerasan yang bias dilakukan dan
akibat dari perilaku kekerasan.
B. STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN 1.
1. Orientasi
a. Salam terapeutik “Selamat pagi, pak mujahidin? masih ingat nama saya ?”
b. Evaluasi/validasi “Bagaimana perasaaan pak mujahidin saat ini? apakah ada
penyebab marah yang lain dan belum diceritakan kemarin ?
c. Kontrak “Seperti kesepakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap cakap
tentang perasaan bapak rasakan saat marah, yang bisa dilakukan saat marah
dan akibat dari tindakan yang telah dilakukan ?. “Seperti kesepakatan kemarin
kita bercakap cakap di taman ya !atau mungkin bapak ingin tempat lain ?.
“bapak mau berapa lama kita bercakap cakap? 15 menit, baiklah”
2.Fase Kerja
“Kemarin pak mujahidin sudah menceritakan penyebab marah, nah ceritakan
apa yang dirasakan bapak saat marah atau saat memukul ibu !saat bapak marah
apakah ada perasaan tegang, kesal, tegang, mengepalkan tangan, mondar
mandir? atau mungkin ada hal lain yang dirasakan ?” “Apakah bapak pernah
melakukan tindakan lain selain memukul istri saat marah ? misalnya
membanting piring memecahkan kaca, atau mungkin merusak tanaman!
memecahkan kaca! terus apakah setelah melakukan tindakan tadi (memukul
istri dan memecahkan kaca) masalah yang dialami selesai, apakah diberikan
motor oleh orang tua pak mujahidin?” “Apakah bapak akibat dari tindakan
yang telah dilakukan di rumah? ya tangan jadi sakit, jendela rusak terus
apalagi? dan akhirnya dibawa ke rumah sakit jiwa!”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif “Bagaimana perasaannya setelah bercakap cakap tentang
perasaan saat marah dan yang bisa dilakukan saat marah dan akibatnya ?”
b. Evaluasi Obyektif “Coba sebutkan kembali tindakan yang bisa dilakukan saat
marah! “Bagus... lagi, kalau akibatnya apa ?”
c. Kontrak
1. Topik “Bagaimana kalau besok kita mulai belajar mengungkapkan rasa marah
yang sehat ?”
2. Tempat “Dimana kita belajar marah yang sehat? O…. diruang tamu baiklah”
3. Waktu “bapak ingin berapa lama kita belajar marah yang sehat? O… 15 menit
baiklah!
d. Rencana Tindak Lanjut “
Nah karena pak mujahidin sudah tau tindakan yang telah dilakukan maukah
bapak belajar mengungkapkan rasa marah yang sehat? nanti suster ajari,
bagaimana, bersedia?
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
Masalah : Resiko Perilaku Kekerasan Pertemuan ke III (tiga)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien Klien sudah mengetahui perasaan marah dan akibat tindakan yang
dilakukan saat marah, klien tenang dan kooperatif.
2. Diagnosa Keperawatan Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan
dengan isolasi sosial menarik diri
3. Tujuan Khusus
a. Memilih cara yang konstruktif
b. Mendemonstransikan satu cara marah yang konstruktif
4. Tindakan Keperawatan SP 3
Membantu klien menemukan cara cara yang konstruktif dalam merespon
kemarahan
B. STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN.
1.Orientasi
a. Salam terapeutik “Selamat pagi, mas arif?”
b. Evaluasi/validasi “Bagaimana perasaaan mas arif saat ini?”
c. Kontrak “pagi hari ini kita akan berlatih cara mengungkapkan marah yang sehat,
benar kan mas? “. “sesuai kesepakatan kemarin kita akan beratih di runagn tamu kan,
mas?”. “berapa lama kita bercakacakap ?”bagaimana kalau 15 menit?”
2. Kerja
“ Menurut mas arif, bagaimana cara mengungkapkan marah yang benar, tertentunya
tidak merugikan/ membahayakan orang lain ?”......
yang terus, bagus!”.” Nah sekarang akan suster ajarkan satu persatu cara marah
yang sehat, langsung suster jelaskan!” “yang pertama kita bisa ceritakan kepada orang
lain yang membut kita kesal atau marah, misalnya dengan mengatakan: saya marah
dengan kamu!” maka hati kita akan sedikit lega”. “yang kedua dengan menarik nafas
dalam saat marah/ jegkel sehingga menjadi rileks. “yang ketiga dengan mengambil air
wudhu lalu sholat atau berdoa agar diberi kesabaran, tujuanya agar kitamenjadi lebih
tenang” “yang keempat dengan megalihkan rasa marah/jengkel kita dengan aktivitas,
misalnya dengan olahraga, membersihkan rumah, membersihkan alat-alat rumah
tangga seperti mencuci piring sehingga energi kita menjadi berkurang dan dapat
mengurangi ketegangan” “suster sudah jelaskan empat cara marah yang sehat, ada
yang belum jelas?”.”nanti mas arif bisa coba memiliki salah satu cara untuk
dipraktikkan “.”O....mau yang menarik nafas dalam”baiklah ayo kita mulai,coba ikuti
suster ,tarik nafas melalui hidung,ya bagus,tahan sebenter dan keluarkan /tiup melaui
mulut,ulangi sampai 5 kali”.” Nah kalau sudah merasa lega bisa mas arif lanjutkan
dengan olahraga, membersihkan rumah ata kegiatan lain”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif “bagaimana perasaannya setelah berlatih cara marah yang sehat?”
b. Evaluasi Obyektif “coba ulangi lagi cara menarik nafas yang dalam yang sudah kita
pelajari tadi!”bagus!”
c. Kontrak
1) Topik “bagaimana kalau keluarga datang kita bercakap-cakap cara marah yang sehat?”
2) Tempat “Dimana kita belajar marah yang sehat? O…. diruang tamu”
3) Waktu “mau berapa lama ?”.bagaimana kalau 30 menit saja ?”
d. Rencana Tindak Lanjut
“tolong mas,nanti dicoba lagi cara yang sudah suster ajarkan dan jangan lupa ikuti
kegiatanya di ruangan ya!”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
Masalah : Resiko Perilaku Kekerasan Pertemuan ke IV (empat)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
a. Klien mengetahui cara mengungkapkan marah yang sehat
b. Klien dapat mempraktikan cara marah yang sehat
2. Diagnosa Keperawatan Resiko perubahan persepsi sensori halusinasi berhubungan
dengan isolasi sosial menarik diri
3. Tujuan Khusus Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan
4. Tindakan Keperawatan SP 4 : membantu keluarga tentang cara merawat klien

B. STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Orientasi
a. Salam terapeutik “Selamat pagi, pak mujahidin?ini keluarganya ya ?”
b. Evaluasi/validasi “Bagaimana perasaan pak mujahidin saait ini ? baik baik saja kan,
ada yang ingin disampaikan ? O…saya adalah suster tiara yang merawat pak
mujahidin , bapak namanya siapa? pak zaenal. ada hubungan apa dengan pak
mujahidin ? oooo kakak, baiklah, kebetulan!?”
c. Kontrak “Pada kesempatan ini kita akan berbincang bincang cara tentang merawat
pak mujahidin dirumah, bagaimana pak zaenal bersedia?”. “Bagaimana kalau kita
bercakap cakap di ruang tamu saja, biar lebih santai ?”. “Barapa lama kita akan
bercakap cakap ?bagaimana kalau 30 menit ?”.
2. Kerja
“Nah tolong ceritakan apa yang membuat bapak dibawa ke RSJ ?terus apa yang
dilakukan keluarga saat pak mujahidin mondar mandir dan marah marah ? terus apa
lagi pak ?”. “Apa yang diceritakan tadi tidak salah, akan tetapi ada cara lain yang lebih
menolong agar bapak tidak melakukan tindakan mencedarai orang lain dan merusak
kaca lagi”. Begini pak, ada beberapa cara yang dapat disarankan agar dilakukan mas
arif, misalnya dengan olahraga, membaca al-Quran, sholat, membersihkan kamar
mandi, membersihkan rumah, memukul bantal/ kasur, membantu orang tua bekerja”.
“Masih ada cara lain yang lebih mudah, misalnya dengan melatih klien bersikap
terbuka, juga penting untuk klien yang sedang marah, melakukan relaksasi dengan
menarik nafas dalam dapat mengurangi rasa marah dan dapat menenangkan perasaan
klien, Bagaimana pak sudah jelas, atau masih ada yang akan ditanyakan ?”.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif “Bagaimana perasaan setelah tahu cara merawat pak mujahidin ?
b. Evaluasi Obyektif “coba sebutkan kembali berapa acara yang dapat dilakukan saat
marah ? terus apa lagi ?.... Bagus”
c. Kontrak
1) Topik “Bagaimana kalau besok keluarga menengok lagi, kita akan bercakap cakap
lagi tentang cara minum obat dan manfaaatnya bagi pak mujahidin?”
2) Tempat “Kita bercakap cakap di tempat ini lagi ya?
3) Waktu “mau berapa lama ?”.bagaimana kalau 30 menit saja ?”

Rencana Tindak Lanjut “Jangan lupa besok kalau bapak sudah pulang dan seperti akan
marah marah tolong ingatkan cara cara yang sudah diajarkan tadi ya!”.
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa
Berat bagi S-1 Keperawatan. Jakarta: Salemba

Budi Anna, dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Ed.2 . Jakarta : EGC
Aljazuli. 2015. Asuhan Keperawatan Dengan Perilaku Kekerasan. Dikutip dari :
https://aljazuli99.blogspot.com/2015/03/askpe-perilaku-kekerasan.html . Diunduh
pada 13 November 2017.
Direja, A. H. 2011. Buku ajar keperawatanjiwa. Yogyakarta: Nuhamedika.
Keliat, B. A. 2012. Keperawatankesehatanjiwakomunitas.jakarta: EGC.
Keliat, B. A. 2012. Model praktikkeperawatanprofesionaljiwa.jakarta: EGC.
Mubarok, Sofa. 2013. Askep Jiwa Dengan Perilaku Kekerasan. Dikutip dari :
http://keperawatanprofesionalislami.blogspot.co.id/2013/02/askep-jiwa-dengan-
perilaku-kekerasan.html . Diunduh pada 13 November 2017
Prasetyo, Rio. 2016. Laporan Pendahuluan : Perilaku Kekerasan. Dikutip dari : http://io-
note.blogspot.co.id/2016/11/laporan-pendahuluan-lp-keperawatan-jiwa-perilaku-
kekerasan-pk.html . Diunduh pada 14 November 2017.
Vetra, Dayat. 2013. Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan. Dikutip dari :
https://dayatvetra.wordpress.com/2013/06/03/askep-perilaku-kekerasan/ . Diunduh
pada 13 November 2017.

Anda mungkin juga menyukai