Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

I. KASUS ( MASALAH UTAMA ) :


Perubahan Sensori Persepsi : Halusinasi

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian
1). Perubahan Sensori Persepsi adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang mendekati
(yang diprakarsai secara internal / eksternal) disertai dengan suatu
pengurangan berlebih-lebihan distorsi atau kelainan berespon terhadap
suatu stimulus. ( Townsend, 1998 )
2). Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang
nyata artinya klien menginteprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus /
rangsangan dari luar. ( Maramis, 1980)
3). Halusinasi merupakan reaksi terhadap stress dan usaha dari alam tak sadar
untuk melindungi egonya atau pernyataan simbolik dari gangguan psikotik
individu. Halusinasi adalah gejala sekunder dari Skizofrenia dan klien
dengan skizofrenia 70 % mengalami halusinasi dan 20 % mengalami
campuran halusinasi pendengaran dan halusinasi penglihatan ( Stuart dan
Sundeen, 1995 )

2. Rentang Respon
RENTANG RESPON NEUROBIOLOGIK

RESPON ADAPTIF RESPON MALADAPTIF

Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguan pikiran


Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten Reaksi emosi berlebihan Kesukaran proses
dengan pengalaman atau kurang emosi
Perilaku sesuai Perilaku yang tidak biasa Perilaku disorganisasi
Berhubungan sosial Menarik diri Isolasi sosial
( Stuart dan Laraia, 1998)

1
3. Penyebab
1. Faktor Predisposisi.
a. Biologis.
 Gangguan perkembangan dan fungsi otak / susunan saraf pusat.
 Gejala yang mungkin muncul adalah : hambatan dalam belajar,
berbicara, daya ingat dan mungkin perilaku kekerasan
b. Psikologis.
 Sikap dan keadaan keluarga juga lingkungan.
 Penolakan dan kekerasan dalam kehidupan klien.
 Pola asuh pada usia kanak-kanak yang tidak adekuat mis : tidak ada
kasih sayang, diwarnai kekerasan dalam keluarga.
c. Sosial budaya.
 Kemiskinan, konflik sosial budaya ( peperangan, kerusuhan,
kerawanan keamanan ).
 Kehidupan yang terisolir disertai stres yang menumpuk.

2. Faktor Presipitasi.
a. Kurangnya sumber daya atau dukungan sosial yang dimiliki
b. Respon koping yang maladaptif.
c. Komunikasi dalam keluarga kurang atau juga kemampuan finansial
keluarga.

Fase-fase dalam halusinasi.


1. Fase pertama / Comforting ( Ansietas sedang )
 Klien mengalami stres, cemas, perasaan perpisahan, kesepian yang
memuncak dan tidak dapat diselesaikan.
 Klien mulai melamun dan memikirkan tentang hal-hal yang
menyenangkan. Cara ini hanya menolong sementara.
2. Fase ke kedua / Condemning ( Ansietas Berat )
 Kecemasan meningkat, melamun, berfikir sendiri jadi domonan.
 Mulai diresahkan oleh bisikan yang tidak jelas.
 Klien tidak ingin orang lain tahu dan dia tetap dapat mengontrol.

2
3. Fase ketiga / Controlling ( Ansietas Berat )
 Bisikan suara, isi halusinasi makin menonjol, menguasai dan
mengontrol klien.
 Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya tehadap halusinasinya.
4. Fase keempat / Conquering ( Panik )
 Halusinasi berubah menjadi mengancam, mamerintah dan memarahi
klien.
 Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol dan tidak dapat
berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan.

Identifikasi adanya perilaku halisinasi.


1. Isi halusinasi.
 Menanyakan suara siapa yang didengar.
 Apa bentuk bayangan yang dilihat.
 Bau apa yang tercium.
 Rasa apa yang dikecap.
 Merasakan apa dipermukaan tubuh.

2. Waktu dan frekuensi halusinasi


 Kapan pengalaman halusinasi itu muncul.
 Bila mungkin klien diminta menjelaskan kapan persis waktu terjadinya
halusinasi tersebut.
3. Situasi pencetus halusinasi
 Menanyakan kepada klien peristiwa atau kejadian yang dialami sebelum
halusinasi muncul.
 Mengobserfasi apa yang dialami klien menjelang munculnya halusinasi.
4. Respon klien
 Apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman halusinasi.
 Apakah masih bisa mengontrol stimulus halusinasi atau sudah tidak
berdaya lagi terhadap halusinasi.

3
Macam-macam halusinasi
1. Halusinasi Pendengaran
2. Halusinasi Penglihatan
3. Halusinasi Penciuman
4. Halusinasi Pengecapan
5. Halusinasi Perabaan

4. Tanda dan gejala


 Bicara dan senyum sendiri
 Mendengar suara – suara.
 Marah – marah, gelisah.
 Merusak / menyerang.
 Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
 Suka menyendiri
 Tidak bisa membedakan nyata dan tidak nyata.
 Tidak dapat memusatkan perhatian / konsentrasi.
 Bermusuhan.
 Ekspresi muka tegang dan mudah tersinggung

5. Akibat
 Mencederai diri / orang lain / lingkungan.
 Bermusuhan dan perilaku kekerasan

I. A. POHON MASALAH

Risiko mencederai diri sendiri /


Akibat ------------------------- lingkungan / orang lain

Perubahan Sensori Persepsi:


Masalah utama ---------------- Halusinasi

Penyebab ---------------------- Isolasi Sosial : Menarik diri

4
B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1. Risiko mencederai diri sendiri / orang lain / lingkungan .
DS : “ Suara-suara itu menyuruh saya untuk marah-marah”
DO : - Klien gelisah.
- Klien marah-marah ingin memukul
- Bermusuhan, merusak / menyerang.
2. Perubahan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran.
DS : “ Saya juga mendengar suara-suara “
DO : - Klien bicara dan tertawa sendiri.
- Klien tiba-tiba marah .
- Ekpresi muka tegang, mudah tersinggung.
3. Isolasi Sosial : Menarik diri.
DS : “ Suara-suara itu datang saat saya sedang sendiri di kamar”
DO : - Klien menyendiri dikamar.
- Menghindar dari pergaulan dengan orang lain
- Tidak mampu memusatkan perhatian.
- Selalu menunduk saat diajak bicara

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Perubahan Sensori Persepsi : Halusinasi …………………………..
III. RENCANA KEPERAWATAN

DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B.A. 1999. Kumpulan Makalah Keperawatan Jiwa. Tidak di publikasikan.
Keliat, Budi Ana. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Stuart. G.W. dan Sundeen. Sj. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3.
Jakarta : EGC
Townsend. M.C. 1998. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri Edisi 3. Jakarta :
EGC
Stuart, GW & Sundeen, S. 1995. Principle of Psychiatric Nursing. St Louis : Mosby
Year Book

5
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KASUS ( MASALAH UTAMA ) :


Isolasi Sosial : Menarik Diri

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian.
Isolasi sosial : menarik diri adalah kondisi kesepian yang di ekspresikan oleh
individu dan dirasakan sebagai yang ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai
suatu keadaan negatif. ( Townsend, 1998 )
Menarik diri merupakan gangguan berhubungan dengan menarik diri sendiri
dari orang lain yang ditandai dengan isolasi sosial dan perawatan diri yang
kurang. Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain dengan cara menghindari hubungan dengan orang lain
( Rawlins, 1993 )

2. Rentang Respons

RENTANG RESPONS SOSIAL

RESPONS ADAPTIF RESPONS MALADAPTIF

Menyendiri ( solitude ) Merasa sendiri Manipulasi


Otonomi (loneliness) Impulsif
Bekerjasama (mutualisme) Menarik diri Mencintai diri sendiri
Saling tergantung Tergantung ( dependen ) (Narcissism)
(interdependen)

3. Penyebab

6
Faktor predisposisi ( pendukung )
1). Faktor perkembangan.
Kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari pengalaman
selama proses tumbuh kembang. Setiap tahap tumbuh kembang memiliki
tugas yang harus dilalui oleh individu dengan sukses, karena apabila tugas
perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan maenghambat masa
perkembangan selanjutnya. Kurang / tidak adanya sentuhan kasih sayang,
perhatian, kehangatan dari keluarga akan mengakibatkan rasa tidak aman
sehingga individu menyendiri, kemampuan berhubungan tidak kuat yang
berakhir dengan menarik diri. Tiap gangguan dalam pencapaian tugas
perkembangan akan menyebabkan seseorang mempunyai masalah respon
sosial maladaptif diantaranya menarik diri. Beberapa orang percaya bahwa
individu yang mempunyai masalah ini adalah orang yang tidak berhasil
memisahkan dirinya dari orang tua ( Stuart & Sundeen, 1995 ).

2). Faktor biologis.


Faktor genetik merupakan salah satu faktor pendudung gangguan jiwa.
Berdasarkan penelitian, pada kembar monozigot apabila salah satu
diantaranya menderita skizofrenia adalah 58 %, sedangkan bagi kembar
dwizogot prosentasenya adalag 8 %. Kelainan pada struktur otak, seperti
atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta
perubahan struktur limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.

3). Faktor sosial-budaya.


Faktor sosial-budaya dapat menjadi faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain di mana masing-
masing individu sibuk memperjuangkan hidup sehingga tidak ada waktu
bersosialisai dengan masyarakat sekitar, misalnya juga anggota keluarga
yang tidak produktif diasingkan dari orang lain, kemiskinan, karena PHK
dimana secara ekonomi kurang bisa menghidupi keluarga. Situsai ini
semua bisa mendukung individu berperilaku menarik diri.

Faktor presipitasi ( pencetus )

7
1). Stresor sosial-budaya
Stresor sosial-budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam
berhubungan, misalnya keluarga yang labil ( broken home), keluarga yang
di rawat di rumah sakit.
2). Stresor psikologis
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas
kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan
individu untuk mengatasi masalah diyakini akan menimbulkan berbagai
masalah gangguan berhubungan sosial (menarik diri).

4. Tanda dan gejala


1). Aspek fisik
 Makan dan minum kurang
 Penanpilan kurang rapi, kurang bisa merawat diri
 Tidur terganggu / kurang
2). Aspek emosi
 Bicara tidak jelas
 Ragu, takut salah
 Merasa malu dan bersalah
 Mudah panik, dan tiba-tiba marah
3). Aspek sosial
 Duduk menyendiri
 Selalu menunduk saat diajak berkomunikasi
 Tidak mau memandang lawan bicara
 Melamun, tidak memperdulikan lingkungan
 Tergantung pada orang lain
4). Aspek intelektual
 Bicara terbatas atau membisu
 Hidup di dunianya sendiri
 Bicara tidak bisa di mengerti oleh orang lain

5). Aspek spiritual

8
 Putus asa
 Merasa sendiri, tidak ada sokongan / dukungan spitritual
 Kurang percaya diri

5. Akibat
 Risiko terjadi perubahan sensori persepsi : halusinasi

III. A. POHON MASALAH

Risiko Perubahan Sensori


Akibat ------------------------ Persepsi : halusinasi
Halusinasi

Masalah utama -------------- Isolasi Sosial : Menarik diri

Gangguan konsep diri :


Penyebab --------------------
harga diri rendah

B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Risiko Perubahan Sensori Persepsi : halusinasi
DS : …..
DO : - Hidup dalam dunianya sendiri
- Bicara sendiri dan isi bicara tidak bisa dimengerti orang lain
2. Isolasi sosial : menarik diri
DS : “Saya enggan dan malu untuk keluar rumah”
DO : - Menghindar dari orang lain, duduk menyendiri
- Tidak ada kontak mata, melamun, wajah murung
- Bicara kurang jelas
- Lesu, tidak mau melakukan aktivitas sehari-hari

3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

9
DS : “Saya sudah tidak berguna, saya malu dengan keadaan saya”
DO : - Kurang percaya diri
- Putus asa
- Ragu-ragu dan takut salah
- Merasa malu dan bersalah

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Isolasi Sosial

V. RENCANA KEPERAWATAN

LAPORAN PENDAHULUAN

10
I. KASUS ( MASALAH UTAMA ) :
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian.
1). Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain
2). Gangguan konsep diri adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri
atau kemampuan diri negatif yang dapat diekpresikan secara langsung
maupun tidak langsung ( Townsend, 1998 )
3). Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga
dan tidak dapat bertanggung jawab atas kehidupan sendiri, gagal
menyelesaikan tingkah laku dengan cita-cita ( Fakurltas Ilmu Kepw. UI )
4). Gangguan harga diri rendah dapat digambarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai keinginan

2. Rentang Respons

RENTANG RESPONS KONSEP DIRI

Respons Respons
Adaptif Maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi


diri positif rendah identitas

3. Penyebab

11
1). Pada masa kecil sering disalahkan / jarang diberi pujian atas
keberhasilannya.
2). Pada masa remaja keberadaannya kurang dihargai. Tidak diberi kesempatan
untuk berhasil dan tidak diterima di lingkungan keluarga atau teman
sebaya.
3). Sering gagal baik di sekolah, pekerjaan ataupun pergaulan.
4). Lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuan

Harga diri rendah dapat terjadi secara :


1). Situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya : kecelakaan,
putus sekolah, perceraian, PHK, perasaan malu karena
sesuatu terjadi pada dirinya (perkosaan, pernah dipenjara)
Hal ini terjadi karena :
 Privacy klien yang kurang diperthatikan
 Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh tidak seasuai harapan
karena penyakit yang dialami
 Perlakuan petugas kesehatah yang tidak menghargai privecy klien,
misalnya : berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan lebih dulu

2). Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung yaitu
sebelum sakit / di rawat, dimana klien mempunyai cara berfikir
yang negatif.

4. Tanda dan gejala


1). Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit
Misalnya : malu pada diri sendiri, sedih
2). Rasa bersalah terhadap diri sendiri
Misalnya : menyalahkan / mengkritik diri sendiri
3). Merendahkan martabat
Misalnya : minder, merasa tidak mampu, tidak bisa apa-apa, tidak tahu
apa-apa, merasa dirinya bodoh

4). Gangguan hubungan sosial

12
Misalnya : menarik diri, tidak mau bertemu dengan orang lain, suka
menyendiri, sulit dan tidak mau bergaul
5). Percaya diri kurang
Misalnya : klien sukar mengambil keputusan, sulit berkonsentrasi

5. Akibat
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Risiko perilaku kekerasan

III. A. POHON MASALAH

Akibat ------------------------- Isolasi Sosial : Menarik diri

Masalah utama --------------- Gangguan konsep diri :


harga diri rendah

Penyebab ---------------------- Koping individu inefektif

B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Isolasi sosial : menarik diri
DS : “Saya dirumah saja, saya lagi malas keluar”
DO : - Sulit bergaul
- Menarik diri dari pergaulan
- Tidak mau bertemu dengan orang lain
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
DS : “Saya merasa malu dengan keadaan saya”
DO : - Minder, merasa tidak mampu, merasa tidak bisa
- Menyalahkan diri sendiri
- Merasa tidak tahu apa-apa

3. Koping individu inefektif

13
DS :
DO : - Persepsi yang negatif pada tubuhnya
- Menolak penjelasan perubahan pada tubuh nya
- Mengungkapkan keputusasaan
- Mengungkapkan ketakutan
- Tidak bisa menerima perubahan pada tubunya yang telah
terjadi

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Harga Diri Rendah

V. RENCANA KEPERAWATAN

DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B.A. 1999. Kumpulan Makalah Keperawatan Jiwa. Tidak di publikasikan.
Keliat, Budi Ana. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Stuart. G.W. dan Sundeen. Sj. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3.
Jakarta : EGC
Townsend. M.C. 1998. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri Edisi 3. Jakarta :
EGC
Stuart, GW & Sundeen, S. 1995. Principle of Psychiatric Nursing. St Louis : Mosby
Year Book

LAPORAN PENDAHULUAN

14
I. KASUS ( MASALAH UTAMA ) :
Perilaku Kekerasan

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian.
Perilaku kekerasaan adalah suatu keadaan dimana individu mengalami
perilaku yang dapat meambahayakan secara fisik baik pada diri sendiri maupun
orang lain ( Townsend, 1998 )
Marah merupakan perasan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap
kecemasan / kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman
( Stuart dan Sundeen, 1995 )
Kegagalan yang menimbulkan frustrasi dapat menimbulkan respons pasif dan
melarikan diri atau respons melawan dan menantang. Respons ini merupakan
respons maladaptif yaitu :

1) Agresif :
 Memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang
lain dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai
 Umumnya klien masih dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai
orang lain

2) Kekerasan :
 Sering juga disebut gaduh – gelisah atau amuk
 Perilaku kekerasan ditandai daengan menyentuh orang lain secara
menakutkan, memberi kata-kata ancaman melukai disertai melukai
pada tingkat ringan, dan yang paling berat adalah melukai / merusak
seacara serius.
 Klien tidak mampu mengendalikan diri

2. Rentang Respon

15
RENTANG RESPONS MARAH

Respons Respons
Adaptif Maladaptif

Asertif Frustrasi Pasif Agresif Kekerasan

3. Penyebab
1). Faktor Predisposisi
a. Psikologis
 Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu
perasaan ditolak, dihina, dianiaya, atau saksi penganiayaan
 Kegagaln yang dialami dapat menimbulkan frustrasi
yang kemuadian dapat menimbulkan agresif atau amuk
b. Perilaku
 Reinforcement yang diterima mendapatkan dukungan pada saat
melakukan kekerasan
 Sering mengobservasi kekerasan dirumah / di luar rumah
c. Sosial budaya
 Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif – agresif) dan
kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan
menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permisive)
d. Bioneurologis
 Banyak pendapat bahwa kerusakan kerusakan sistem limbik,
lobus frontal, lobus temporal dan ketidakseimbangan
neurotransmiter turut berperan dalam terjadinya peilaku
kekerasan

2). Faktor Presipitasi

16
a. Dapat bersumber dari klien, limgkungan atau interaksi dengan orang
lain
b. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik)
c. Keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri kurang
d. Situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada
penghinaan, kehilangan orang yang dicintai
e. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu
perilaku kekerasan

4. Tanda dan gejala


1. Emosi
 Tidak adequat
 Measa tidak aman
 Rasa terganggu
 Marah (dendam)
 Jengkel
 Merusak / memukul
2. Fisik
 Muka merah
 Pandangan mata tajam
 Tangan mengepal
 Nafas pendek
 Berkeringat
 Sakit fisik
 Tekanan darah meningkat
3. Intelektual
 Mendominasi pembicaraan / bicara keras
 Berdebat, rewel
 Meremehkan orang lain
 Mempertahankan pendapat
 Memaksakan kehendak

4. Spiritual

17
 Merasa kuasa
 Keraguan
 Tidak bermoral
 Kreativitas terhambat / terhalang
5. Sosial
 Menarik diri
 Pengasingan
 Penolakan
 Kekerasan
 Ejekan
 Kurang percaya diri

5. Akibat
 Risiko Mencederai diri sendiri
 Risiko Mencederai orang lain
 Risiko Mencederai lingkungan

III. A. POHON MASALAH

Risiko mencederai diri sendiri /


Akibat ------------------------- lingkungan / orang lain

Masalah utama ---------------- Perilaku kekerasan

Gangguan Konsep diri :


Penyebab ----------------------
Harga diri rendah

18
B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
a. Risiko mencederai diri sendiri / orang lain / lingkungan
DS : - Keluarga mengatakan, klien dirumah mengamuk, marah marah
DO : - Mengancam
- Memukul
- Marah-marah
- Merusak
b. Perilaku kekerasan
DS : - Klien menyatakan ingin memukul
DO : - Marah-marah
- Pandangan mata tajam
- Muka merah
- Bicara keras
- Berdebat
- Memaksakan kehendak
c. Gangguan konsep diri
DS : - Klien mengatakan merasa dihina
DO: - Menarik diri
- Kurang percaya diri
- Keraguan
- Merasa diasingkan
- Ada penolakan

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko Perilaku Kekerasan

V. RENCANA KEPERAWATAN

19
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KASUS ( MASALAH UTAMA ) :


Perubahan Proses Pikir : Waham

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


5. Pengertian.
a. Perubahan proses pikir adalah suatu keadaan dimana individu mengalami
kerusakan dalam pengoperasian kognitif dan aktivitas (Tonwsend, 1998)
b. Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarka penilaian realitas
yang salah (Maramis, 1980)
c. Waham adalah merupakan kenyakinan tentang sesuatuisi pikir yang tidak
sesuai dengan kenyataan atau tidak cocok dengan intelegensi dan latar
belakang kebudayaan, biarpun dibuktikan kemustahilannya. Waham
merupakan gejala sekunderr skizofrenia. Ketidak mampuan memproses
stimulus internal dan eksternal melalui proses informasi secara akurat dan
menimbulkan waham (Stuart dan Sundeen, 1995)

Proses terjadinya waham


1. Perasaan diancam oleh lingkungan , cemas dan merasa sesuatu yang
tidak menyenangkan dirinya
2. Individu meancoba mengingkari ancaman dari obyek realitas dengan
menyalahkan kesan terhadap kejadian
3. Individu memproyeksikan pikiran dan perasaan internal pada
lingkungan, sehingga tidak dapat diterima menjadi bagian eksternal
4. Individu mencoba memberi pembenaran / rasional / alasan interpretasi
personal tentang realita pada diri sendiri / orang lain

Macam-macam waham
6. Waham agama adalah keyakinan klien terhadap suatu agama secara
berlebihan, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan

20
7. Waham kebesaran adalah keyakinan klien secara berlebihan bahwa
klien memiliki kebesaran/kekuasaan khusus, diucapkan berulang kali
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
8. Waham somatik adalah klien yakin bahwa bagian tubuhnya terganggu
/ terserang penyakit, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan
9. Waham curiga adalah klien yakin bahwa ada seseorang / kelompok
yang berusaha merugikan / mencederai dirinya, diucapkan berulang kali
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
10. Waham nihilistik adalah klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di
dunia / meninggal, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan
11. Waham dosa adalah klien yakin bahwa dirinya merasa berdosa dan
selalu dibanyangiperasaan bersalah dengan perbuatannya, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
12. Waham yang bizar
 Sisip pikir adalah keyakinan klien terhadap suatu pikiran orang lain
yang disisipkan di dalam pikirannya secara berlebih dan diucapkan
secara berulang-ulang tetapi tidak sesuai kenyatan
 Siar pikir adalah kaeyakinan klien terhadapsesuatu atau orang lain
mengetahui apa yang ia pikirkan walaupun ia tidak
mengatakanaanya kepada orang tersebut dan diucapkan secara
berulang-ulang, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
 Kontrol pikir, waham pengaruh adalah klien yakin bahwa
pikirannya selalu dikontrol oleh kekuatan di luar dirinya atau
kekuatan aneh, diucapkan secara berulang-ulang, tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.

21
6. Rentang Respon

RENTANG RESPON NEUROBIOLOGIK

RESPON ADAPTIF RESPON MALADAPTIF

Pikiran logis Proses pikir kadang Gangguan proses pikir :


Persepsi akurat terganggun ilusi waham
Emosi konsisten Reaksi emosi berlebihan Kesukaran proses
dengan pengalaman atau kurang emosi
Perilaku sesuai Perilaku yang tidak biasa Perilaku tidak terorganisir
Hubungan sosial Menarik diri Isolasi sosial
harmonis
( Stuart dan Laraia, 1998)

7. Penyebab
a. Faktor predisposisi
 Faktor biologis
 Hambatan perkembangan otak khususnya sistem limbik, korteks
frontalis, dan temporalis
 Gejala yang mungkin muncul adalah hambatan dalam belajar,
berbicara, daya ingat dan perilaku menarik diri
 Pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, perinatal,
neonatus dean kanak-kanak
 Faktor psikologis
 Penolakan dan kekerasan dalam kehidupan klien
 Penolakan yang dirasakan dari pengasuh, ibu atau teman yang
bersifat dingin cemas, tidak sensitif, atau bahkan terlalu melindungi
 Pola asuh masa kanak-kanak tidak adequat misalnya tidak ada kasih
sayang, diwarnai kekerasan, ada kekeosongan emosi
 Konflik dan kekerasan dalam keluarga (pertengkaran orang tua,
aniaya dan kekerasan rumah tangga)

 Faktor sosial budaya

22
 Kemiskinan
 Konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan)
 Kehidupan yang terisolasi disertai stres yang menumpuk

b. Faktor presipitasi
 Hubungan yang bermusuhan
 Merasa ada tekanan
 Isolasi diri / sosial
 Pengganguran disertai perasaan tidak berguna
 Putus asa dan tidak berdaya

8. Tanda dan gejala


 Klien bicara kacau / inkoheren
 Mudah tersinggung
 Mudah curiga
 Sukar berkonsentrasi
 Tidak merasa dirinya sakit
 Kontak mata kurang
 Merasa rendah diri
 Pemalu
 Tidak kooperatif / sukar bekerja sama
 Aktivitas meningkat
 Mengatakan sedih, putus asa disertai perilaku apatis
 Bicara berbelit-belit
 Penampilan tidak serasi dan berubah dari biasanya
 Apatis
 Menolak makan
 Cemburu berlebihan
 Merasa dirinya pandai, kaya, penguasa
 Curiga atau klien yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi dilingkungannya
mempunyai arti khusus bagi dirinya
 Pikiran yang aneh-aneh pada dirinya

9. Akibat

23
 Kerusakan komunikasi verbal
 Risiko mencederai diri sendiri / orang lain / lingkungan

III. A. POHON MASALAH

Akibat ------------------------- Kerusakan Komunikasi Verbal

Perubahan Proses Pikir :


Masalah utama ---------------- Waham

Gangguan Konsep diri :


Penyebab ----------------------
Harga diri rendah

B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Kerusakan komunikasi verbal
DS : “Saya ini seorang raja yang mempunyai banyak kerajaan”
DO : - Klien bicara kacau / inkoheren
- Tidak kooperatif dalam berkomunikasi
- Apatis dalam berkomunikasi
- Tidak mampu berkonsentrasi
- Jawaban kurang sesuai / berbelit-belit
- Klien merasa dirinya seorang penguasa

2. Perubahan proses pikir : waham


DS : “Saya ini seorang raja yang menguasahi banyak kerajaan, namun
ada orang yang mau merebut kerajaan saya”
DO : - Merasa dirinya seorang raja yang berkuasa
- Curiga
- Bicara berbelit-belit

24
- Tidak merasa dirinya sakit
- Mudah tersinggung
- Tidak kooperatif
- Mempunyai pikiran yang aneh-aneh terhadap dirinya

3. Gangguam konsep diri : harga diri rendah


DS : ”Saya ini seseorang yang gagal dalam meniti karir”
DO : - Merasa rendah diri
- Kurang percaya diri
- Pemalu dan suka menyendiri
- Kontak matanya kurang
- Selalu menyalahkan dirinya sendiri
- Sedih, putus asa, disertai perilaku apatis

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Perubahan Proses Pikir : Waham ..........................

V. RENCANA KEPERAWATAN

DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B.A. 1999. Kumpulan Makalah Keperawatan Jiwa. Tidak di publikasikan.
Keliat, Budi Ana. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Stuart. G.W. dan Sundeen. Sj. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3.
Jakarta : EGC
Townsend. M.C. 1998. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri Edisi 3. Jakarta :
EGC
Stuart, GW & Sundeen, S. 1995. Principle of Psychiatric Nursing. St Louis : Mosby
Year Book

25
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KASUS ( MASALAH UTAMA ) :


Symdrom Defisit Perawatan Diri

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian.
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya dalam mempertahankan kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondiri kesehatannya.

2. Penyebab
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungai dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif dan ketrampilan berkurang.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3) Kemampuan realitas menurun
Klien gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
meyebabkan ketidak pedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan dari lingkungan / keluarga /
saudara.

3. Tanda dan gejala


1) Fisik
 Badan berbau
 Pakaian kotor
 Kuku panjang dan kotor
 Gigi kotor dan berbau
 Penampilan tidak rapi
 Pemakaian pakaian tidak seperti biasanya

26
2) Psikologis
 Malas tidak ada inisiatif
 Isolasi sosial
 Merasa tidak berdaya
 Rendah diri dan merasa terhina
3) Sosial
 Interaksi kurang
 Kegiatan kurang
 Tidak mampu berperilaku sesuai norma : cara makan berantakan,
bak/bak sembarangan, tidak mau mandi dan gosok gigi, tidak mampu
berpakaian sendiri

4. Akibat
 Penampilan diri tidak adekuat

IV. A. POHON MASALAH

Akibat ------------------------- Penampilan diri tidak adekuat

Syndrom defisit perawatan diri (makan,


Masalah utama ----------------
mandi, berhias, toileting, intrumental )

Penyebab ---------------------- Intoleransi aktivitas

B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Penampilan diri tidak adekuat
 Penampilan diri tidak rapi
 Rambut acak-acakan
 Pakaian tidak sesuai kebiasaan
2. Syndrom defisit perawatan diri
 Menolak makan
 Badan kotor dan bau

27
 Kukupanjang dan kotor
 Gigi kotor, mulut berbau
 Pakaian kotor
 Tidak mau mandi
3. Intoleransi aktivitas
 Malas
 Lesu
 Kurang bergairah
 Gelisah
 Wajah tegang
V. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit Perawatan Diri………..

V. RENCANA KEPERAWATAN

28
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KASUS ( MASALAH UTAMA ) :


II. PROSES TERJADINYA MASALAH
3. Pengertian.
4. Rentang Respon
5. Penyebab
6. Tanda dan gejala
7. Akibat
III. A. POHON MASALAH
B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
V. RENCANA KEPERAWATAN

29

Anda mungkin juga menyukai