OLEH
RACHMAT HUDA
OLEH :
PEMBIMBING :
DISETUJUI OLEH
PEMBIMBING
(……………………..)
LAPORAN PENDAHULUAN
STRUMA
A. PENGERTIAN
Struma adalah pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh
penambahan jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan hormon tiroid dalam
jumlah banyak sehingga menimbulkan keluhan seperti berdebar-debar, keringat,
gemetaran, bicara jadi gagap, mencret, berat badan menurun, mata membesar,
penyakit ini dinamakan hipertiroid.
Isthmolobectomy adalah pengangkatan satu lobus tiroid yang mengandung
jaringan patologis (total lobektomi), atau sebagian besar lobus tiroid yang
mengandung jaringan patologis ( subtotal lobektomi) (Sri Hartini,1987).
Tiroidektomi total yaitu mengangkat seluruh kelenjar tiroid. Klien yang
menjalani tindakan ini harus mendapat terapi hormone pengganti yang besar dosisnya
beragam pada setiap individu dan dapat dipengaruhi oleh usia, pekerjaan, dan aktifitas
(Rumahorbo,1999).
B. Etiologi
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan
faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain :
a. Defisiensi Iodium
b. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.
c. Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol, lobak,
kacang kedelai).
d. Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya : thiocarbamide,
sulfonylurea dan litium).
C. Anatomi
Hormon tiroid menghasilkan :
a. T4 (Tiroxine), berfungsi untuk mempertahankan metabolisme tubuh.
b. T3 (Tridothyronin), berfungsi ntuk mempercepat metabolisme tubuh.
D. Patofisiologi
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk
pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk
ke dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam
kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh Tiroid
Stimulating Hormon kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada
fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk
tiroksin (T4) dan molekul Triodotironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan
umpan balik negatif dari sekresi Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung
pada tirotropihypofisis, sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik
tidak aktif. Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan
metabolisme tyroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui
rangsangan umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar
hypofisis. Keadaan ini menyebabkan pembesaran kelenjar tyroid.
E. Manifestasi klinis
Tanda dan Gejala
a. Berdebar-debar
b. Keringat
c. Gemetaran
d. Bicara jadi gagap
e. Mencret
f. Berat badan menurun
g. Mata membesar
F. Penatalaksanaan
Tidak selalu harus semua kasus ditangani dengan operasi. Tindakan
pembedahan dikerjakan dengan alasan; adanya nodule atau benjolan tunggal di salah
satu bagian anatomis kelenjar tersebut yang dikhawatirkan bisa berkembang menjadi
ganas. Adanya multinodul – banyak benjolan - yang berat, penekanan terhadap
saluran nafas dan dengan alasan estetik atau penampilan diri seseorang yang
mengalami pembesaran di bagian leher depan itu. Tentu operasi dikerjakan setelah
syarat-syaratnya terpenuhi termasuk hasil pemeriksaan lab yang menunjukkan fungsi
kelenjar thyroid ini yang sebisa mungkin tidak sedang mengalami gangguan (hyper
atau hipothyroid). Untuk menurunkan kadar hormonethyroksin dapat diberikan obat-
obatan yang bisa menekan thyroid agar tidak memproduksi hormone yang
berlebihan.
Pembedahan kelenjar thyroid disebut thyroidectomi. Pada pelaksanaannya
ada yang mengangkat sebagian kelenjar (hemithyroidectomi, subtotal thyroidectomi,
isthmolobectomi), keseluruhan (total thyroidectomi) atau bisa juga radikal
thyroidectomi pada kasus kanker. Pemilihan itu tergantung dari kasus atau kelainan
yang dijumpai. Pengaturan hormon tubuh jika thyroid diangkat total dapat digantikan
dengan obat yang berfungsi seperti hormone tiroksin yang mesti teratur diminum
sepanjang hidup.
G. Instrumentasi Tehnik
1) Pasien datang, cek kelengkapan data pasien.
2) Membantu memindahkan pasien ke meja operasi.
Sign in (konfirmasi identitas, informed consent pasien, sign mark area operasi,
kesiapan mesin anastesi dan pulse oksimetri)
Sign Out (hitung jumlah kasa, dan jumlah alat, kesesuaian jenis tindakan)
26) Setelah bersih, berikan spongostan untuk ditempatkan pada kanan dan kiri lobus.
27) Berikan redon drain no. 12, vakumkan botol drain. Berikan jahitan mersilk 2-0 ©
untuk fiksasi drain.
28) Berikan nald holder + optime 4-0 + pincet anatomis + untuk menjahit muskulus
sampai dengan fat dan sub kutis.
29) Berikan jahitan advantime 4-0 + nald holder + pincet cirurgis untuk menjahit
kulit.
30) Setelah luka tertutup, sambungkan botol drain ke selang drain, buka klem
botolnya, monitoring perdarahannya.
31) Setelah area operasi selesai dijahit, berikan kasa basah dan kering untuk
membersihkan area operasi.
32) Tutup luka dengan sufratul, lalu kasa dan hepavix sesuai ukuran.
33) Operasi selesai, ambil kabel couter dan slang suction dengan melepas doek klem
lalu bersihkan pasien.
34) Bereskan semua instrument lalu didekontaminasi (rendam pricept 2,5% selama 10
menit, bersihkan dengan zidesim dan bilas dengan air mengalir), diinventaris,
bungkus / packing dan siap disteril.
35) Catat pemakaian bahan habis pakai pada lembar depo dan rapikan ruang operasi.
DAFTAR PUSTAKA
Pearce, Evelyn C. 2006. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama
http://imrannito.wordpress.com/2007/10/08/struma-pembesaran-kelenjar-gondok/. Minggu,
13 APRIL 2014. Pukul 14.14 WITA
Doengoes, dkk, 2000, Nursing Care Plans : Guideline For Planning And Dokumentating
Care. EGC : Jakarta.
Hidayat, Syamat, dkk, 1997. Edisi Revisi Buku Ilmu Ajar Bedah,EGC : Jakarta.