Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

TINDAKAN TOTAL TIROIDECTOMY


DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL RS. ULIN BANJARMASIN

Di Susun Oleh :
Kelompok 5
Fachriyal Hami 11194561920045
Hisni Raudhati 11194561920049
Noviana Arge 11194561920057
Risma 11194561920061
Yunita 11194561920070

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Tiroidektomi memerlukan intervensi bedah yang berbeda, tergantung pada
jenis serta posisi nodul pada kelenjar tiroid. Dokter bedah akan selalu mencoba
untuk mempertahankan sebagian dari kelenjar tiroid setiap kali itu mungkin untuk
memfasilitasi produksi berkelanjutan dari hormon tiroid, dan dengan harapan hal
itu bisa mencegah keadaan sulit pada hipotiroidisme pasca operasi. Selama
operasi, sangat penting untuk melindungi kelenjar paratiroid dari kerusakan atau
penghapusan selama prosedur bedah, dan juga mencegah kerusakan saraf
laring berulang.
Tiroidektomi adalah operasi pengangkatan kelenjar tiroid. Prosedur bedah
tiroidektomi adalah sebuah operasi yang melibatkan operasi pemindahan semua
atau sebagian dari kelejar tiroid (kelenjar yang terletak di depan leher bagian
bawah, tepat di atas trakea). Kelenjar ini dibentuk oleh dua kerucut seperti cuping
atau sayap yaitu lobus dexter (lobus kanan) dan lobus sinister (kiri lobus), dan
dilekatkan oleh suatu bagian tengah (isthmus).
Operasi dapat direkomendasikan untuk berbagai kondisi, seperti Kelenjar
tiroid yang terlalu aktif dalam menghasilkan pertumbuhan hormon tiroid (nodul
atau kista) yang terkait dengan kanker kelenjar tiroid, pertumbuhan tumor ganas
(kanker) dan tumor jinak (bukan kanker) yang bisa menyebabkan kelenjar tiroid
membesar (gondok beracun) yang akan membuat kesulitan untuk bernapas atau
menelan.
Thyroid nodules (sel benjolan bulat keras) adalah hal umum. Jika nodul
memiliki kanker di dalamnya, maka setengah dari kelenjar tiroid dengan nodulnya
harus dikeluarkan. Operasi ini diperlukan untuk menemukan apakah itu adalah
kanker. Jika memang kanker, kelenjar tiroid, serta jaringan dan kelenjar getah
bening di sekitar kelenjar akan dikeluarkan. Beberapa orang memiliki tiroid besar
yang menyebabkan masalah menelan atau bernapas. Ini disebut gondok dan
bukan kanker. Jika ada pasien memiliki gondok diperlukan juga pembedahan
untuk dikeluarkan.
B. Klasifikasi
Tiroidektomi terbagi atas:
1. Tiroidektomi total
Tiroidektomi total, yaitu mengangkat seluruh kelenjar tiroid. Klien yang
menjalani tindakan ini harus mendapat terapi hormon pengganti yang besar
dosisnya beragam pada setiap individu dan dapat dipengaruhi oleh usia,
pekerjaan, dan aktifitas.
2. Tiroidektomi subtotal
Tiroidektomi subtotal, yaitu mengangkat sebagian kelenjar tiroid. Lobus kiri
atau kanan yang mengalami pembesaran diangkat dan diharapkan kelenjar
yang masih tersisa masih dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan hormon-
hormon tiroid sehingga tidak diperlukan terapi penggantian hormon.

C. Prosedur bedah umum untuk tiroidektomi


1. Thyroid Lobectomy: Hanya satu lobus dari kelenjar tiroid yang di angkat
termasuk juga isthmus.
2. Near- total Lobectomy: Jumlah lobektomi ditinggal kurang dari 1 gram pada
jaringan tiroid belakang, untuk melindungi saraf laring
3. Near- total Thyroidectomy: ini adalah penghapusan lengkap satu lobus tiroid
dan pembedahan near-total lobectomy pada sisi kontralateral. Keuntungan
dari prosedur pembedahan ini adalah kelenjar tiroid pasien masih tersisa utuh
yang memungkinkan produksi hormon tiroid. Selain itu, ini juga mengurangi
kebutuhan untuk hormon pengganti tiroid pasca operasi.
4. Total Thyroidectomy: ini adalah pengangkatan kedua lobus termasuk isthmus
pada tiroid.

D. Indikasi Tiroidektomi
Tiroidektomi pada umumnya dilakukan pada :
1. Penderita dengan tirotoksikosis yang tidak responsif dengan terapi
medikamentosa atau yang kambuh
2. Tumor jinak dan tumor ganas
3. Gejala penekanan akibat tonjolan tumor
4. Tonjolan tiroid yang menggangu penampilan seseorang
5. Tonjolan tiroid yang menimbulkan kecemasan seseorang
6. Sebuah gondok besar yang tidak dapat bereaksi dengan obat anti-tiroid,
memerlukan operasi kelenjar tiroid, untuk menghindari tekanan pada trakea
dan esofagus, yang kemudian dapat menyebabkan kesulitan bernapas dan
menelan
7. Efek samping dari terapi obat atau kepatuhan terhadap obat yang rendah
persistent atau tidak respon terhadap terapi yodium radioaktif, hingga
berulangnya terjadi hipertiroid yang memerlukan eksisi kelenjar tiroid
8. Tiroidektomi digunakan untuk meniadakan kebutuhan untuk terapi yodium
radioaktif, terutama pada anak-anak
9. Pada wanita hamil, ketika terapi obat gagal untuk mengontrol hipertiroidisme,
operasi pengangkatan kelenjar tiroid diperlukan
10. Kekerasan dan tumor kelenjar tiroid memerlukan eksisi bedah
11. Hal ini juga dianjurkan dalam kasus manifestasi klinis seperti pesatnya
pertumbuhan kelenjar tiroid, sakit parah, dan limfadenopati servikal, atau
ketika sudah ada sebelum iradiasi leher. Sebuah jarum halus aspirasi sitologi
(FNAC) perlu preformed untuk memastikan diagnosis dan menentukan jenis
operasi

E. Perawatan Pre-Operasi
Tanda-tanda vital, kondisi fisik, riwayat penyakit sebelumnya, gejala dan
tanda-tanda penyakit pasien dievaluasi sebelum operasi dimulai, dan langkah-
langkah keperawatan yang sesuai dirumuskan oleh dokter dan perawat
berdasarkan hasil evaluasi. Lingkungan- pasien biasanya masuk ke rumah sakit
dua atau tiga minggu sebelum operasi agar pasien bisa menyesuaikan pada
lingkungan baru dan untuk menerima pengobatan preoperatif yang diperlukan.
Rincian hak-hak pada pasien harus dijalankan secara lancar agar pasien tidak
akan menjadi overexcited dan khawatir. Ini adalah saat dimana perawat
mempunyai kontak pertama dengan pasien, perawat harus percaya diri untuk
menjelaskan dan menjawab pertanyaan dari pasien.
Mengurangi tingkat metabolik yang tinggi dan gejala-gejala karakteristik
lainnya yang di tunjukkan oleh pasien, kesehatan mental dan fisik pada pasien
harus di istirahatkan. Jika memungkinan pasien ditempatkan di ruangan yang
bebas dari rangsangan luar. Bebas dari rangsangan eksternal yang dimaksud
bukan berarti ruangan seluruhnya gelap, pasien lebih baik jika di sediakan
ruangan setengah gelap. Untuk pasien yang berada di bangsal lebih baik untuk
menempatkannya dekat dengan pasien yang kooperatif, pasien akan menjadi
dekat satu sama lain, ini kunci sukses untuk keberhasilan operasi. Pengunjung
harus diingatkan untuk tidak memulai percakapan yang bisa membuat pasien
terganggu. Jika terjadi miskomunikasi kepada pasien, pengunjung harus
memberitahu perawat, agar perawat bisa berbicara kepada pasien. Jika perlu
pengunjung harus dibatasi.
Terapi yang bagus untuk pasien sambil menunggu operasi, pasien bisa
disarankan untuk melakukan pekerjaan seperti merajut untuk mengalihkan
perhatian pasien dari pikiran yang tidak menyenangkan tentang operasi.
Keperawatan psikologis.- Kebanyakan pasien merasakan kecemasan dan
ketakutan sebelum operasi, dokter dan perawat harus memberikan pendidikan
kesehatan untuk berkomunikasi dengan pasien, menjelaskan keadaan operasi
dan metode dalam operasi, meredakan ketegangan pasien dan membangun
hubungan yang baik antara pasien dan perawat, sehingga memberikan kontribusi
untuk kelancaran operasi, mengurangi komplikasi dan meningkatkan efek yang
baik dalam pembedahan. Bagian yang akan dioperasi atau disayat harus ditandai
oleh dokter dan perawat untuk meningkatkan keselamatan operasi (lihat Gambar
1).

reoperative incision marks


Medications.-Perawat harus memberikan obat sesuai dengan yang di
anjurkan oleh dokter karena terapi obat begitu penting dan karena pasien
mengharapkan bisa menerima obatnya tepat waktu dan dengan cara yang benar.
Rasa Larutan Lugol, yodium yang rasanya tidak enak, yang mana sering
digunakan dalam kasus hipertiroidisme, ini harus disembunyikan. Cara efektif
yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan larutan lugol ke dalam susu,
telur, susu cokelat, atau pada minuman apa saja yang dapat mencairkan obat itu
dan menyamarkan rasa yodiumnya. Di beberapa kasus, di mana pasien terlihat
lain dari biasanya seperti marah-marah, perawat dapat menggunakan obat
penenang seperti luminal, sodium bromide, dan sebagainya. Di samping itu, bisa
juga menenangkan pasien dengan menyarankan untuk mandi, atau melakukan
massage.
Asupan obat-obatan untuk penurunan vaskularisasi kelenjar tiroid dalam 2
sampai 3 minggu dan juga akan mencegah perdarahan pasca-operasi
Diet.-Karena metabolisme yang cepat akibat fungsional aktivitas dari kelenjar
tiroid, ini perlu dikompensasi untuk menyetopkan pemecahan proses di dalam
tubuh dengan mengonsumsi kalori yang cukup (khususnya karbohidrat) untuk
keseimbangan gizi.
Makanan harus terdiri dari makanan kecil yang mudah dicerna, makanan
yang baik disajikan pada jarak waktu dua atau tiga jam. Tidak perlu untuk
memakan makanan yang lengkap di setiap interval, tetapi pasien harus menerima
asupan kalori yang lebih banyak dari biasanya dalam periode 24 jam. Karena itu,
minuman khusus seperti tinggi di glukosa, dekstrosa, dan laktosa harus diberikan
sebagai tambahan makanan. Teh dan kopi, karena mengandung kafein, tidak
pernah diberikan kepada pasien. Mengingat bahwa pasien memiliki selera yang
baik, sangat sedikit stimulasi nafsu makan yang dibutuhkan. Jadi perawat harus
menghidangkan setiap makanan dengan cara yang semenarik mungkin, entah itu
makanan pokok atau makanan tambahan. Pasien harus dikonsultasikan
mengenai apa yang pasien suka dan apa yang tidak disukai untuk metode
mempersiapkan makanan untuknya. Memaksa pasien untuk makan bisa merusak
jam istirahatnya dan menciptakan ketidakpuasan di lingkungan yang baru dan
merusak tipe pengobatan. Menambahkan warna pada makanan pasien sangat
penting. Pepatah yang menyatakan bahwa "Variasi adalah bumbu dalam hidup”
pasti tidak salah. Makanan untuk pasien harus di rencanakan, jadi banyak jenis
makanan yang dapat diberikan ke pasien tanpa menimbulkan kecurigaan bahwa
kita sedang mencoba untuk memberikan diet.
Postural training.- Postural training dilakukan 2 hari sebelum pasien di
operasi, dan pasien juga disarankan untuk memulai postural training ini 2 jam
setelah makan. Pelatihan ini dilakukan sebagai berikut: menempatkan bantal
lembut di bawah bahu dengan posisi hiperekstensi leher dan berbaring telentang,
sehingga sepenuhnya mengekspos leher untuk toleransi maksimum dari pasien.
Pelatihan harus segera dihentikan ketika ketidaknyamanan terjadi, dan latihan
harus dilakukan secara bertahap sampai waktu operasi yang ditentukan telah
tiba.
Basal metabolic rate – pada waktu sebelum operasi dilakukan, tingkat
metabolisme basal harus dicatat. Perawat bisa mencatat ketika pasien sedang
beristirahat/tidur, hal-hal yang perlu dicatat adalah fungsi dari pernapasan,
sirkulasi dan sebagainya. Perawat juga harus mencatat jumlah penggunaan
oksigen dalam beberapa periode waktu yang telah ditentukan. Perawat harus
tahu apa saja persiapan yang pasien butuhkan dan perawat harus membaca
dengan benar pengobatan apa yang telah ditentukan oleh dokter. Pasien harus
tidur malam secepat mungkin karena pada pagi hari akan ada pencatatan tingkat
metabolisme basal. Sarapan, mandi, dan aktivitas lainnya yang tidak diperlukan
harus ditahan terlebih dahulu pada pagi itu untuk menghindari apa saja stimulasi
aktivitas tubuh selain dari kegiatan tersebut yang secara otomatis membawa
pada fungsi kehidupan yang sebenarnya. Normal tingkat metabolisme basal yaitu
dari -15 sampai + 15. Kegagalan perawat untuk mengamati tingkat pencegahan
akan menaikkan metabolisme basal pasien menjadi 70 atau I00 yang akan
memberikan dokter hasil yang tidak akurat dari kondisi pasien yang sebenarnya.
Perawat harus menjelaskan prosedur kepada pasien bahwa itu hanya sebuah
tes pernafasan dan tidak akan menyebabkan pasien menjadi tidak nyaman,
dengan tidak menghindarkan fakta bahwa pasien harus bernapas melalui
mulutnya daripada hidungnya selama beberapa menit. Berkerja sama dengan
pasien dengan menjelaskan secara hati-hati tidak akan membuat pengulangan
dalam melakukan tes.
Manajemen saluran pernapasan.- Sebelum operasi, pasien dilarang merokok
untuk mengurangi sekresi pernapasan dan juga diajarkan untuk batuk dan
meludah. Pasien dengan trakea kompresi atau / dan bronkospasme diberi
pengobatan oral 10mg deksametason (sekali per hari) dan 0.1g amino phylline,
untuk mengurangi batuk dan sputum.
Persiapan untuk operation.- pasien di anjurkan untuk tidak terlalu heboh dan
cemas pada operasi nanti, dokter selalu memeriksa kondisi pasien dengan teliti
beberapa hari sebelum operasi dan ini diulangi setiap hari. Ketika hari operasi
tiba dan persiapan terakhir membuat pasien tidak tertarik lagi terhadapt prosedur
operasi.
Membersihan dan mencukur daerah operasi termasuk di persiapan operasi.
Leher harus dicuci dengan sabun dan air dan mencukur dari cuping pada masing-
masing telinga sampai ke bahu sehingga daerah operasi siap untuk persiapan
bedah. Saline atau air enema diberikan untuk membantu dalam pengeluaran
racun yang diserap dari saluran usus dan juga untuk mempersiapkan untuk obat
bius yang biasanya diberikan pada rectum pada hari operasi. Dalam persiapan
itu pasien menerima injeksi harian yaitu larutan garam normal atau air steril, pada
hari terakhir digantikan oleh obat bius sebelum operasi. Para pasien disuruh untuk
berpuasa selama 12 jam dan puasa air selama 6-8 jam sebelum operasi. Selain
itu, 800ml darah sebelum operasi disiapkan untuk pasien dengan tumor tiroid
besar. antibiotik profilaksis yang nya tidak perlu sarily diberikan sebelum operasi.
Sebelum operasi, pasien dengan hipertiroidisme sekunder menerima pengobatan
oral larutan yodium Lugol. Umumnya, denyut jantung dikendalikan di bawah 90
denyut / menit dan BMR dikendalikan dibawah <20% -30%

F. Perawatan Post Operasi


Pasien yang tidak menderita tracheostenosis dapat kembali ke bangsal
konvensional saat mereka terjaga setelah anestesi. Para pasien yang menderita
tracheostenosis tinggal di ICU selama 1-2 hari dengan tube endotrakeal yang
ditahan setelah operasi dan dipindahkan ke bangsal biasa untuk pengobatan
ketika mereka terjaga setelah anestesi umum dan bisa bernapas terus tanpa
bantuan mechanical ventilation.
Setelah pasien kembali ke bangsal, pasien diserahkan kepada dokter dan
perawat yang akan mengambil alih pengobatan dan perawatan dengan bekerja
sama pada ahli anestesi dan perawat kamar operasi untuk mengevaluasi tanda-
tanda vital, kesadaran anestesi, area sayatan, errhysis, keadaan drainase tube,
integritas kulit, dll.
Routine postoperative nursing.- Tracheostomy kit disiapkan di samping tempat
tidur pasien setelah operasi. Pasien dipasangkan EKG untuk melakukan
pemantauan dan dipasangkan oksigen beraliran rendah untuk mengamati
perubahan tanda-tanda vital. Selain itu, pertahankan posisi 70o atau setengah
berbaring dan kuantitas cairan drainase dari luka juga diamati setiap hari. Jika
terjadi drainase yang abnormal segera informasikan dokter. Selain itu, tabung
drainase harus dilepas jika volume drainase kurang dari 5 ml / 24 h (lihat Gambar
2). Selama pelepasan tabung drainase, cegah tabung drainase didalam tubuh
rusak. Selain itu, pasien didorong untuk bergerak 24 jam setelah operasi.

Fig. 2: Postoperative negative-pressure wound drainage.

Diet nursing.- Makanan pasca operasi harus dingin dan tidak terlalu panas
untuk menghindari overheating yang dapat menyebabkan pembuluh darah leher
membesar dan meningkatkan perdarahan. Untuk pasien yang mampu
memasukan makanan secara oral, air hangat dapat disediakan pada 4 jam
setelah operasi, dan diet semi-cair dapat diberikan jika tidak ada
ketidaknyamanan pada pasien (secara bertahap dipindahkan ke normal diet).
Selama diet pasien, perawat dibutuhkan untuk mengamati apakah pasien
tersedak, aspirasi atau ada gejala lain yang terjadi pada pasien. Jika batuk terjadi,
pasien dapat dibimbing untuk minum sedikit air setiap kali. Sementara itu, perawat
juga harus memperhatikan apakah ada komplikasi yang terjadi. Jika komplikasi
ditemukan, dokter harus diberitahu. Dalam kelompok, 2 pasien dengan
tracheomalacia menjadi sasaran tracheotomy, dan asupan makanan oral tidak
bisa dilakukan pada 2 pasien ini setelah transnasal endotrakeal bation intubasi.
Dengan demikian, stomach tube pada pasien ini di angkat setelah mereka
menerima diet transnasal cair untuk 3-7 hari dan dilatih untuk asupan makanan
oral, selama tersedak tidak terjadi.
Trachea management.- Hal ini sangat penting untuk mencegah obstruksi
pernafasan dan infeksi. Para pasien ditempatkan pada posisi setengah-berbaring
setelah operasi dan diberikan oksigen terus menerus dengan aliran rendah dan
jika perlu memakai masker oksigen, dengan saturasi oksigen dipertahankan
sekitar 98- 100%. inhalasi aerosol diberikan setiap hari secara rutin untuk
membantu membersihkan sekresi di jalan napas. Bagi pasien dengan tabung
endotrakeal, berangsur-angsur intratrakeal dari 0,45% saline dan obat-obatan
diberikan untuk mengurangi pembentukan sputum dan infeksi paru-paru. Dalam
kelompok, satu pasien diintubasi dengan ekstubasi sendiri pada hari ke-3 setelah
operasi dengan perdarahan di mukosa rongga hidung, dan darah ditemukan di
dahak di hari ke-2 setelah ekstubasi tersebut. Sementara pasien ini menunjukkan
tidak dyspnea dan sesak napas atau gejala lain dari ketidaknyamanan, dan
akhirnya sembuh dan keluar dari rumah sakit pada hari ke-7 setelah operasi. Sisa
empat pasien diintubasi diberi ekstubasi 3-7 hari setelah operasi. Dua pasien
menerima tracheostomy, di antaranya hidung buatan yang diganti sekali sehari,
digunakan untuk menjatuhkan cairan lembab ke dalam tabung endotrakeal,
sehingga mencairkan dan membantu dalam pembuangan dahak. Selain itu, 2
pasien ini akhirnya diberi ekstubasi 20 hari setelah operasi (lihat Gambar 3). Satu
pasien menunjukkan dyspnea pasca operasi dan diberi tracheostomy dengan
inner and outer tube trakea yang akan diganti secara teratur.
Selanjutnya, pendidikan kesehatan yang baik dilakukan kepada pasien dan
keluarga untuk menginformasikan tindakan pencegahan untuk mencegah tabung
terselip/termasuk. Memasukkan tabung dilakukan enam bulan setelah operasi,
dan ekstubasi sudah berhasil dilakukan

Fig. 3: Postoperative tracheotomy (A) and Postoperative intubation(B).

Position.-Begitu pasien memperoleh kesadaran, pasien akan ditempatkan


pada posisi fowler untuk memfasilitasi dalam bernafas dan menelan, untuk
meringankan ketegangan pada luka, dan untuk membantu dalam drainase. Untuk
membatasi gerak dan mempertahankan posisi fowler, sandbag kecil ditempatkan
pada kedua sisi kepala pasien. Menempatkannya tergantung, dari puncak tempat
tidur, yang tidak ada tekanan di bahu.
Perawat harus mengawasi pasien jika ada tanda-tanda tidak baik seperti
perdarahan, perubahan suara, obstruksi pernapasan, tetani dan tirotoksikosis.
Perawatan post-operative lainnya, yaitu:
1. Pasien harus ditempatkan dalam posisi Semi Fowler untuk mengurangi edema
2. Batasi gerakan pasien dengan menyediakan sandbag di samping atau sisi
bantal
3. Mencegah kerenggangan pada jahitan
4. Monitor pasien untuk berikut:
a) Hypocalcemia - ini mungkin terjadi karena penggangkatan paratiroid
1) Periksa tanda Chvostek (tepuk wajah pasien dan catat jika ada kejang
pada wajah)
2) Tanda Trousseau (memompa tekanan darah sambil dilihat jika ada
kejang pada pergelangan tangan)
3) Berikan kalsium glukonat (biasanya selalu tersedia di samping tempat
tidur).
b) Distress pernapasan - hasil dari edema laring
1) Periksa laju pernapasan, pola, dan upaya bernafas
2) Perlu trakeostomi set, peralatan hisap di samping tempat tidur
c) Thyroid Storm - hiperaktif tiroid akut yang dibawa oleh pelepasan hormon
tiroid selama operasi
1) Amati untuk peningkatan suhu, delirium, takikardia ekstrim, dan tanda-
tanda gangguan pernapasan
2) Hipertermia adalah tanda awal adanya thyroid storm. Ketika
memeriksa tanda-tanda vital, suhu harus diukur pada dubur untuk
pasien pasca operasi
3) Thyroid storm dianggap sebagai kasus darurat karena dapat
menyebabkan gagal jantung dan menyebabkan kematian
4) Mengatur pasien dengan lugol’s solution, obat anti-tiroid seperti
methimazole atau propiltiurasil, dan obat-obatan jantung seperti
propranolol
5) Gunakan hipotermia kasur atau selimut, kompres es, atau memberikan
lingkungan yang dingin untuk suhu tinggi. Pasien diperbolehkan minum
obat seperti acetaminophen atau parasetamol, tetapi mereka tidak
diperbolehkan meminum obat salisilat seperti aspirin karena bisa
menggantikan hormon tiroid untuk mengikat protein dan dapat
memperburuk metabolisme hiper
d) Pasien harus dipantau untuk potensial perdarahan karena operasi. Selalu
periksa pakaian di area dekat operasi dan geser tangan di belakang kepala
karena ini adalah di mana darah biasanya terakumulasi
e) Periksa pasien untuk kemungkinan kerusakan laring. Ini bisa dipantau
melalui suara serak atau kehilangan suara. Suara serak menunjukkan
kerusakan unilateral sedangkan kehilangan suara menunjukkan
kerusakan bilateral

G. Pencatatan Pasca Operasi


Charting.-Sejak catatan klinis dan nurse’s record berfungsi sebagai indeks
untuk melihat kondisi pasien dan kemajuan pada pasien, perawat harus
menuliskannya dengan lengkap, akurat, gambar yang detail untuk diberikan
kepada dokter. Dalam catatan klinis harus menunjukkan, interval pada suhu,
denyut nadi, dan respirasi selama proses pemulihan dan di catatan itu juga ada
catatan gejala-gejala yang tidak baik atau komplikasi yang bisa terjadi. Catatan
yang lengkap dan akurat akan menunjukkan tahap biasa dan tidak biasa yang
mungkin pasien lakukan. Pentingnya dari gejala pada perdarahan, obstruksi
pernafasan, dan tirotoksikosis tidak bisa di tuliskan secara detail. Gambar pada
catatan klinis dapat mengungkapkan apa yang terjadi pada pasien. Seperti jika
terjadi perdarahan akan terjadi peningkatan nadi, jika obstruksi pernafasan akan
terjadi peningkatan pada pernapasan, atau jika ada racun didalam tubuh akan
terjadi kenaikan suhu dan nadi. Nurse’s rcord harus jelas dan dapat
mengambarkan secara ringkas apa yang terjaddi pada pasien dari hari ke hari.
Termasuk adanya catatan waktu, reaksi dari segala obat yang di berikan kepada
pasien, pengobatan, diet pasien dan catatan kemajuan di setiap harinya. Keluhan
atau perubahan pada kondisi pasien harus dicatat secara rinci oleh perawat pada
saat gejala itu terjadi
H. Rehabilitatif Pasca Operasi
Convalescence.- pasien harus memiliki periode waktu yang panjang dalam
pemulihan kesehatannya kita harus bisa memastikan kalau pasien berada dalam
kondisi untuk melanjutkan aktifitas hidup yang normal. Pasien harusnya memiliki
periode tertentu untuk istirahat dan ada terapi untuk penyesuaian pada
pencahayaan, ini akan mendatangkan hasil yang baik untuk pasien. Panjangnya
waktu yang dihabiskan pasien di rumah sakit setelah operasi tidak akan cukup
untuk memulihkan pasien sepenuhnya. Dalam hal ini, pasien dianjurkan untuk
melanjutkan pemulihan di rumahnya untuk satu bulan atau 6 minggu. Jika pasien
kembali ke rumahnya, dia tidak boleh melakukan segala tugas-tugas rumah
tangga atau bertanggung jawab pada masalah rumah tangga atau kembali
bekerja sampai mental fisiknya pulih sepenuhnya.

I. Kejadian Umum Setelah Tiroidektomi


1. Nyeri, bengkak, dan memar di sekitar area luka
2. Suara mungkin serak. Tapi, ini biasanya bersifat sementara dan nada suara
dapat kembali normal setelah beberapa hari
3. Selama beberapa hari pertama, makan dan minum akan mengalami
ketidaknyamanan dan rasa sakit
4. Pasien akan merasa sedikit lamban dan lelah setelah operasi.
5. Daerah yang dioperasi dapat dicuci setelah 7 sampai 10 hari
6. Pekerjaan ringan dapat dilakukan setelah jangka waktu 2 minggu.

J. Komplikasi Tiroidektomi
1. Perdarahan. Resiko ini minimum tetapi harus hati-hati dalam mengamankan
hemostasis. Perdarahan selalu mungkin terjadi setelah tiroidektomi. Bila ini
timbul biasanya ini adalah suatu kedaruratan bedah, yang perlu secepat
mungkin dilakukan dekompresi leher dan mengembalikan pasien ke kamar
operasi. perdarahan pascaoperasi dengan jumlah yang sedikit normal;
setelah 12 jam darah merah harus berhenti mengalir dan hanya serum yang
keluar. Hal ini tidak biasa, selama periode dalam 12 jam, dressing perlu
dilakukan dalam beberapa kali karena banyak noda darah dan cairan serum
pada pasien. Jika, dressing sudah terlalu sering dilakukan atau jika darah
selalu terlihat di sisi belakang dan leher, dokter harus diberitahu.
2. Masalah terbukanya vena besar dan menyebabkan embolisme udara.
Dengan tindakan anestesi mutakhir, ventilasi tekanan positif intermiten dan
teknik bedah yang cermat, bahaya ini harus minimum dan cukup jarang terjadi
3. Trauma pada nervus laryngeus recurren. Ia menimbulkan paralisis sebagian
atau total (jika bilateral) laring. Pengetahuan anatomi bedah yang adekuat dan
kehati-hatian pada operasi seharusnya mencegah cedera pada saraf ini atau
pada nervus laryngeus superior. Sebisa mungkin pasien hanya berbicara
sedikit mungkin dalam beberapa hari setelah operasi. Pensil dan kertas bisa
menjadi pengganti sebagai sarana komunikasi. Perawat harus mencatat jika
ada suara serak yang menunjukkan perubahan pada suara, penyimpangan
tersebut mungkin menunjukkan cedera di saraf laring, dan dokter harus
diberitahu
4. Memaksa sekresi glandula dalam jumlah abnormal ke dalam sirkulasi dengan
tekanan. Hal ini dirujuk pada ‘throtoxic storm’, yang sekarang jarang terlihat
karena persiapan pasien yang adekuat menghambat glandula tiroid overaktif
pada pasien yang dioperasi karena tirotoksikosis. Salah satu komplikasi yang
berbahaya pada tiroidektomi adalah tirotoksikosis. Perawat harus mengenali
dengan apa saja gejala-gejalanya: keringat berlebihan, nadi cepat,
kegelisahan, kenaikan suhu, dan delirium.
Pasien diberikan air es ntuk mengurangi Suhu dan membersihkan usus
kecil. Spons mandi dengan air hangat kuku atau air dingin dengan alkohol juga
diberikan untuk menurunkan suhu, menyegarkan kulit, dan membersihkan
keringat yang berlebihan. Terapi oksigen juga diperlukan. Sebuah oksigen
harus tersedia untuk dapat digunakan jika ada perintah dari dokter.
Intravenous kit harus ada ditangan perawat jadi dokter dapat memberikan
saline, glukosa, atau Larutan Lugol, atau obat intravena lainnya. Perawat
harus memperhatikan gejala keracunan yang dihasilkan dari tindakan
akumulatif dari obat penenang yang biasanya diberikan untuk membuat pasien
tenang.
Menyadari bahwa pasien harus diamati dengan hati-hati karena
ketidakstabilan emosi, perawat harus siap siaga terhadap tanda dan gejala
yang tidak menguntungkan, ini dapat di amati ketika perawat memberikan
asuhan keperawatan. Mandi dengan menggunakan spons tidak hanya
memberikan kenyamanan, tetapi juga bisa bermanfaat sama seperti obat
penenang dan memberikan perawat kesempatan untuk mengamati pasien.
Frekuensi mandi tergantung pada kebutuhan pasien itu sendri dan
kemampuan perawat untuk menentukan kapan pasien sudah merasa nyaman
dan menentukan kebutuhan istirahat pasien. Karena pasien tetap dalam satu
posisi pada suatu waktu yang lama, perhatian khusus harus diberikan untuk
titik-titik tekanan. Untuk melepaskan segala ketegangan pada luka ketika
tempat tidur dirubah, pasien di bantu untuk duduk Penggunaan bantal bisa
menjadikan pasien merasa tidak nyaman karena mendorong kepala pasien ke
depan dan membuat sulit bernafas
5. Sepsis yang meluas ke mediastinum. Perhatian bagi hemostasis adekuat saat
operasi dilakukan dalam kamar operasi berventilasi tepat dengan peralatan
yang baik dan ligasi yang dapat menghindari terjadinya infeksi
6. Tetany.-Perawat harus waspada dan teliti untuk mendeteksi adanya gejala
dari tetani, seperti kekakuan dan kejang yang menyakitkan pada ekstremitas
7. Hipotiroidisme pasca bedah. Perkembangan hipotiroidisme setelah reseksi
bedah tiroid jarang terlihat saat ini. Ini dilakukan denngan pemeriksaan klinik
dan biokimia yang tepat pasca bedah
8. Obstruksi pernafasan - ini jarang terjadi jika diakibat oleh gagalnya trakea.
Sebagian besar kasus komplikasi ini dibawa oleh edema laring. Dyspnea dan
sianosis adalah gejala yang paling penting dari obstruksi pernafasan.
Tracheostomy kit harus tersedia di samping tempat tidur pasien agar dapat
meringankan gejala jika tracheotomy terjadi. Tissue harus selalu tersedia
sehingga pasien bisa langsung meludah setiap kali ada lendir
9. Kelumpuhan yang berulang pada saraf laring - komplikasi ini dapat terjadi
secara sepihak atau bilateral, sementara atau permanen.
10. Thyroid Insufficiency - terjadi dalam 2 tahun setelah waktu operasi, tapi
kadang-kadang dapat terjadi pada 5 tahun atau lebih.
11. Parathyroid insufficiency - komplikasi ini bisa disebabkan karena
pengangkatan kelenjar paratiroid atau infark melalui kerusakan pada end-
artery paratiroid. Hal ini juga bisa terjadi karena kedua faktor itu
12. Tirotoksik Krisis - ini adalah hipertiroidisme eksaserbasi akut. Hal ini terjadi
ketika pasien thyrotoxic tidak cukup siap untuk tiroidektomi. Pasien krisis
thyrotoxic biasanya dirawat dengan perawatan suportif dan simtomatik seperti
cairan IV, pemberian oksigen, ice packs untuk mendinginkan pasien, diuretik
untuk gagal jantung, dan digoxin untuk fibrilasi atrium yang tidak terkontrol
13. Infeksi luka - ada kemungkinan pada subcutaneous (lapisan kulit terdalam)
atau abses serviks mendalam, dan ini harus dikeringkan.
14. Hipertrofi atau Keloid Scar - ini mungkin terjadi pada pasien, terutama jika
sayatan diatas sternum.
15. Stitch Granuloma - komplikasi ini dapat terjadi dengan atau tanpa
pembentukan sinus dan terlihat setelah penggunaan bahan jahitan non-serap

K. Asuhan Keperawatan
1. Pre Tiroidektomi
a. Pengkajian
1) Aktivitas/latihan
Insomnia, sensitivitas meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi,
kelelahan berat, atrofi otot, frekuensi pernafasan meningkat, takipnea,
dispnea
2) Eliminasi
Urine dalam jumlah banyak, diare
3) Koping/pertahanan diri
Mengalami ansietas dan stres yang berat, baik emosional maupun fisik,
emosi labil, depresi
4) Nutrisi dan metabolic
Mual dan muntah, suhu meningkat diatas 37,5oC. Pembesaran tiroid,
edema non-pitting terutama di daerah pretibial, diare atau sembelit
5) Kognitif dan sensori
Bicaranya cepat dan parau, bingung, gelisah, koma, tremor pada
tangan, hiperaktif reflek tendon dalam (RTD), nyeri orbital, fotofobia,
palpitasi, nyeri dada (angina)
6) Reproduksi/seksual
Penurunan libido, hipomenorea, menorea dan impoten
b. Diagnosa, Intervensi dan Evaluasi Keperawatan
1) Gangguan menelan berhubungan dengan obstruksi mekanis ditandai
dengan pembesaran tiroid
Tujuan dan kriteria hasil:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan
pasien akan menoleransi ingesti makanan tanpa tersendak atau aspirasi
dengan kriteria hasil:
- Pencegahan aspirasi: tindakan pribadi untuk mencegah
pengeluaran cairan dan partikel padat ke dalam paru
- Status menelan: penyaluran cairan/partikel padat dari mulut ke
lambung
Intervensi:
- Pantau tingkat kesadaran, refleks batuk, refleks muntah dan
kemampuan menelan
Rasional: data dibutuhkan untuk mengukur derajat gangguan
menelan
- Posisikan pasien tegak lurus 90o atau setegak mungkin
Rasional: posisi ini dapat menghindari resiko aspirasi
- Ajarkan pasien untuk menggapai partikel makanan di bibir atau di
pipi menggunakan lidah
Rasional: cara ini lebih memudahkan klien dalam menelan
makanan
- Konsultasikan dengan ahli gizi tentang makanan yang mudah
ditelan
Rasional: tindakan kolaborasi dibutuhkan untuk memberikan
perawatan yang maksimal kepada klien
Evaluasi:
Kemampuan menelan yang adekuat dan tingkat zat gizi yang tersedia
mampu memenuhi kebutuhan metabolik klien
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan klien untuk menelan makanan
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5×24 jam diharapkan
pemenuhan kebutuhan pasien tercukupi dengan kriteria hasil :
NOC Label >> Nutritionl status
- Intake nutrisi tercukupi
- Asupan makanan dan cairan tercukupi
NOC Label >> Nausea dan vomiting severity
- Penurunan intensitas terjadinya mual muntah
- Penurunan frekuensi terjadinya mual muntah
NOC Label >> Weight : Body mass
- Pasien mengalami peningkatan berat badan
Intervensi:
NIC Label >> Nutrition management
- Kaji status nutrisi pasien
Rasional : Pengkajian penting dilakukan untuk mengetahui status
nutrisi pasien sehingga dapat menentukan intervensi yang
diberikan
- Jaga kebersihan mulut, anjurkan untuk selalu melalukan oral
hygiene
Rasional: Mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan
- Delegatif pemberian nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan pasien
: diet pasien diabetes mellitus
Rasional: Untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
- Berian informasi yang tepat terhadap pasien tentang kebutuhan
nutrisi yang tepat dan sesuai
Rasional: Informasi yang diberikan dapat memotivasi pasien
untuk meningkatkan intake nutrisi
- Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan tinggi zat besi
seperti sayuran hijau
Rasional: Zat besi dapat membantu tubuh sebagai zat penambah
darah sehingga mencegah terjadinya anemia atau kekurangan
darah
NIC Label >> Nausea management
- Kaji frekuensi mual, durasi, tingkat keparahan, faktor frekuensi,
presipitasi yang menyebabkan mual
Rasional: Penting untuk mengetahui karakteristik mual dan
faktor-faktor yang menyebabkan mual. Apabila karakteristik mual
dan faktor penyebab mual diketahui maka dapat menetukan
intervensi yang diberikan
- Anjurkan pasien makan sedikit demi sedikit tapi sering
Rasional: Makan sedikit demi sedikit dapat meningkatkn intake
nutrisi
- Anjurkan pasien untuk makan selagi hangat
Rasional: Makanan dalam kondisi hangat dapat menurunkan rasa
mual sehingga intake nutrisi dapat ditingkatkan
- Delegatif pemberian terapi antiemetik :
 Ondansentron 2×4 (k/p)
 Sucralfat 3×1 CI
Rasional: Antiemetik dapat digunakan sebagai terapi
farmakologis dalam manajemen mual dengan menghamabat
sekres asam lambung
NIC Label >> Weight management
- Diskusikan dengan keluarga dan pasien pentingnya intake nutrisi
dan hal-hal yang menyebabkan penurunan berat badan
Rasional: Membantu memilih alternatif pemenuhan nutrisi yang
adekuat
- Timbang berat badan pasien jika memungkinan dengan teratur
Rasional: Dengan menimbang berat badan dapat memantau
peningkatan dan penrunan status gizi
Evaluasi:
Terpenuhinya tingkat nutrisi klien sehingga mampu memenuhi
kebutuhan metabolisme
3) Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan
ditandai dengan insomnia, depresi, gelisah, frekuensi pernafasan
meningkat
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan
klien tidak mengalami kecemasan, dengan kriteria hasil:
NOC: Anxiety level
- Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
- Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik
untuk mengontrol cemas
- Vital sign dalam batas normal
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan
Intervensi :
Anxiety Reduction
- Mendengarkan penyebab kecemasan klien dengan penuh
perhatian
Rasional: klien dapat mengungkapkan penyebab kecemasannya
sehingga perawat dapat menentukan tingkat kecemasan klien dan
menentukan intervensi untuk klien selanjutnya
- Observasi tanda verbal dan non verbal dari kecemasan klien
Rasional: untuk dapat mengetahui tingkat kecemasan yang klien
alami
- Kaji untuk faktor budaya (misalnya, konflik nilai) yang menjadi
penyebav ansietas
Rasional: nilai yang dipercaya pasien dapat turut serta
mempengaruhi tingkat ansietasnya
Calming Technique
- Menganjurkan keluarga untuk tetap mendampingi klien
Rasional: dukungan keluarga dapat memperkuat mekanisme
koping klien sehingga tingkat ansietasnya berkurang
- Mengurangi/menghilangkan rangsangan yang menyebabkan
kecemasan pada klien
Rasional: untuk dapat meningkatkan ketenangan pada klien dan
mengurangi tingkat kecemasannya
Coping Enhancement
- Meningkatkan pengetahuan klien mengenai penyakitnya
Rasional: dapat membangun mekanisme koping klien terhadap
kecemasan yang dialaminya
- Menginstruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi
Rasional: teknik relaksasi yang diberikan pada klien dapat
mengurangi ansietas
Evaluasi:
Klien mampu mengurangi stressor yang membebani sumber-sumber
individu
BAB III
PENGKAJIAN
BAB IV
PEMBEHASAN
BAB V
KESIMPULAN
Daftar Pustaka

Kandil E, Noureldine SI, Abbas A, Tufano RP. The impact of surgical volume on
patient outcomes following thyroid surgery. Surgery 2013; 154: 1346-1352;
discus- sion 1352-1343.

Nursarif, Amin Huda dkk. 2013. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa
Medis & NANDA NIC NOC. Yogyakarta: MediAction

Upile T, Jerjes W, Mahil J, Tailor H, Balakumar R, Rao A, Qureshi Y, Bowman I,


Mukhopadhyay S. How to do it: the difficult thyroid. Head Neck Oncol 2011; 3:
54.

Pudner, R. (2010). Nursing the surgical patient. Philadelphia, PA: Elsevier Health
Sciences.

Reyes-Castano JJ, Burman K. Thyrotoxic Crisis: Thyroid Storm. In: Loriaux L, eds.
Endocrine Emergencies. Springer 2014: 77-97.

Anda mungkin juga menyukai