Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Fisiologi
Sistem rangka dapat dibagi menjadi dua bagian menurut fungsinya, yaitu
pertama kerangka aksial yang terdiri dari tulang kepala (cranium atau tulang
tengkorak), leher (tulang hyoid dan vertebra), dan tulang rusuk, tulang dada,
tulang belakang dan sakrum. Kedua kerangka appendikular yang terdiri dari
tulang limbs, termasuk tulang bahu dan tulang pubis.
Kerangka terdiri dari tulang rawan dan tulang. Tulang rawan adalah
bentuk dari jaringan ikat yang membentuk bagian dari kerangka dimana lebih
fleksibel. Tulang adalah organ vital yang berfungsi untuk alat gerak pasif,
proteksi alat dalam tubuh, permukaan tubuh, metabolisme kalsium dan mineral
dan organ hemopoetik. Tulang juga merupakan jaringan ikat yang dinamis yang
selalu diperbarui melalui proses remodeling yang terdiri dari proses resorpsi
formasi. Dengan proses resorpsi, bagian tulang yang tua dan rusak akan
dibersihkan dan diganti oleh tulang yang baru melalui proses formasi. Proses
resorpsi dan formasi selalu berpasangan. Dalam keadaan normal, massa tulang
yang diresoprsi akan sama dengan massa tulang yang diformasi, sehingga
terjadi keseimbangan. Pada pasien osteoporosis, proses lebih aktif dibandingkan
formasi, sehingga terjadi defisit massa tulang dan tulang menjadi semakin tipis
dan perforasi.
Kebanyakan tulang mulai keluar sebagai tulang rawan. Tubuh kemudian
meletakkan kalsium turun ke tulang rawan untuk membentuk tulang. Setelah
tulang terbentuk, tulang rawan beberapa mungkin tetap berada di ujungnya
untuk bertindak sebagai bantalan antara tulang. Tulang rawan ini, bersama
dengan ligamen dan beberapa jaringan lain terhubung untuk membentuk tulang
sendi. Pada orang dewasa, tulang rawan terutama ditemukan pada akhir
beberapa tulang sebagai bagian dari sendi. Hal ini juga terlihat di tempat di dada
di mana tulang rusuk memenuhi sternum (tulang dada) dan di bagian wajah.
Trakea (tenggorokan), laring (kotak suara), dan bagian luar telinga adalah
struktur lain yang mengandung tulang rawan.
Dalam beberapa tulang sumsum hanya jaringan lemak. Sumsum di tulang
lainnya adalah campuran dari sel-sel lemak dan darah pembentuk sel. Darah
pembentuk sel menghasilkan sel darah merah, sel darah putih, dan platelet
darah. Sel-sel lain dalam sumsum termasuk sel-sel plasma, fibroblas, dan sel-sel
retikuloendotelial.Sel dari salah satu jaringan dapat berkembang menjadi kanker.

Pada Giant Cell Tumor sebagian besar terjadi ditulang panjang, misalnya
tibia proksimal, distal femur, radius distal, dan humerus bagian proksimal. Femur
adalah tulang terpanjang dan terberat dalam tubuh. Itu mengirimkan berat badan
dari tulang pinggul untuk tibia ketika seseorang berdiri. Panjangnya sekitar
seperempat dari tinggi orang tersubur. Femur terdiri dari poros (tubuh) dengan
dua ujung. Bagian proksimal dari femur terdiri dari kepala, leher dan dua
trochanters.

B. Definisi
Tumor sel raksasa (GCT) adalah tumor jinak dengan potensi perilaku
agresif dan kapasitas untuk bermetastasis. Meskipun jarang mematikan, tumor
tulang jinak dapat dikaitkan dengan gangguan substansial arsitektur tulang lokal
yang dapat sangat menyusahkan di lokasi periartikular. Histogenesisnya masih
belum jelas. Ini ditandai dengan proliferasi sel stroma mononuklear dan
keberadaan banyak sel raksasa berinti banyak dengan distribusi homogen.
(Sobti, dkk 2016)
Giant cell tumor (tumor sel raksasa) juga dikenal sebagai osteoklastoma
adalah suatu neoplasma yang mengandung sejumlah besar sel raksasa mirip
osteoklas bercampur dengan sel mononukleus. Tumor ini juga sering terjadi,
membentuk sekitar 20% dari semua tumor jinak tulang.

C. Etiologi
Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini,
penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos
dapat meningkatkan kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi,
keturunan, beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget
(akibat pajanan radiasi).
Meskipun tidak ada penyebab tumor tulang yang pasti, ada beberapa
factor yang berhubungan dan memungkinkan menjadi faktor penyebab
terjadinya tumor tulang yang meliputi:
1. Genetik
Beberapa kelainan genetik dikaitkan dengan terjadinya keganasan tulang,
misalnya sarcoma jaringan lunak atau soft tissue sarcoma (STS). Dari data
penelitian diduga mutasi genetic pada sel induk mesinkin dapat
menimbulkan sarcoma. Ada beberapa gen yang sudah diketahui
,mempunyai peranan dalam kejadian sarcoma, antara lain gen RB-1 dan
p53. Mutasi p53 mempunyai peranan yang jelas dalam terjadinya STS. Gen
lain yang juga diketahui mempunyai peranan adalah gen MDM-2 (Murine
Double Minute 2). Gen ini dapat menghasilkan suatu protein yang dapat
mengikat pada gen p53 yang telah mutasi dan menginaktivitas gen
tersebut.
2. Radiasi.
Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh yang terpapar
radiasi seperti pada klien karsinoma mamma dan limfoma maligna yang
mendapat radioterapi. Halperin dkk. Memperkirakan resiko terjadinya
sarcoma pada klien penyakit Hodgkin yang diradiasi adalah 0,9 %.
Terjadinya keganasan jaringan lunak dan bone sarcoma akibat pemaparan
radiasi sudah diketahui sejak 1922. Walaupun jarang ditemukan,
prognosisnya buruk dan umumnya high grade.Tumor yang sering
ditemukan akibat radiasi adalah malignant fibrous histiocytoma (MFH) dan
angiosarkoma atau limfangiosarkoma. Jarak waktu antara radiasi dan
terjadinya sarcoma diperkirakan sekitar 11 tahun.
3. Bahan Kimia.
Bahan kimia seperti Dioxin dan Phenoxyherbicide diduga dapat
menimbulkan sarkoma, tetapi belum dapat dibuktikan. Pemaparan terhadap
torium dioksida (Thorotrast), suatu bahan kontras, dapat menimbulkan
angiosarkoma, pada hepar, selain itu, abses juga diduga dapat
menimbulkan mosotelioma, sedangkan polivilin klorida dapat menyebabkan
angiosarkoma hepatik.
4. Trauma
Sekitar 30 % kasus keganasan pada jaringan lunak mempunyai riwayat
trauma. Walaupun sarkoma kadang-kadang timbul pada jaringan sikatriks
lama, luka bakar, dan riwayat trauma, semua ini tidak pernah dapat
dibuktikan.
5. Limfedema kronis.
Limfedema akibat operasi atau radiasi dapat menimbulkan
limfangiosarkoma dan kasus limfangiosarkoma pada ekstremitas superior
ditemukan pada klien karsinoma mammae yang mendapat radioterapi
pasca-mastektomi.
6. Infeksi.
Keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga disebabkan oleh
infeksi parasit, yaitu filariasis. Pada klien limfedema kronis akibat obstruksi,
filariasis dapat menimbulkan limfangiosrakoma.
D. Fatofisiologi
Giant cell tumor pada tulang terjadi secara spontan. Mereka tidak
diketahui apakah terkait dengan trauma, faktor lingkungan, atau diet. Pada
kasus-kasus yang jarang, mereka mungkin berhubungan dengan
hiperparatiroidisme.
Dalam Beberapa penelitian pembentukan GCT ada beberapa faktor yang
menetukan, pertama yaitu adanya perubahan siklin, dimana siklin memainkan
peran penting dalam mengatur perjalanan membagi sel melalui pos pemeriksaan
penting dalam siklus sel. Karena perubahan dari beberapa siklin, terutama siklin
D1, telah terlibat dalam perkembangan neoplasma, para peneliti memeriksa 32
kasus GCT pada tulang panjang untuk amplifikasi gen siklin D1 dan overekspresi
protein menggunakan diferensial polymerase chain reaction dan
imunohistokimia, masing-masing.
Kedua, adanya evaluasi Immunohistokimia yang terkait dengan ekspresi
microphtalmia yang merupakan faktor transkripsi dalam lesi giant cell.
Microphtalmia terkait dengan faktor transkripsi (Mitf), anggota subfamili heliks-
loop-helix faktor transkripsi, biasanya dinyatakan dalam oesteoklas mononuklear
dan multinuklear, terlibat dalam differensiasi terminal oesteoklas. Disfungsi
aktivitas oesteoklas yang menghasilkan ekspresi Mitf yang abnormal serta telah
terlibat oesteoporosis. Sejumlah sel giant lainnya dari berbagai jenis termasuk
oesteoklas seperti sel-sel giant terlihat dalam berbagai tumor, secara tradisional
dianggap berasal monosit, terlihat dalam berbagai tulang dan lesi extraosseus.
Ketiga adalah sel stroma. Sel stroma Fibroblastlike, yang selalu hadir
sebagai komponen dari tumor sel raksasa pada tulang (GCT), dapat diamati
dikedua sampel in vivo dan kultur. Meskipun mereka diasumsikan untuk memicu
proses kanker di GCT, histogenesis sel stroma GCT adalah kurang diketahui.
Hal ini diketahui bahwa sel batang mesenchymal (MSC) dapat berkembang ke
oesteoblas. Bukti telah disajikan bahwa sel-sel stroma GCT juga dapat
mengembangkan untuk oesteoblas. Sebuah koneksi antara MSC dan sel stroma
GCT dicari dengan menggunakan 2 pendekatan laboratorium yang berbeda.
E. Manifestasi Klinik/Tanda Gejala
Osteoklastoma (giant cell tumor = tumor sel raksasa) merupakan tumor
tulang yang mempunyai sifat dan kecenderungan untuk berubah menjadi ganas
dan agresif sehingga tumor ini dikategorikan sebagai suatu tumor ganas. Tumor
sel raksasa menempati urutan ke dua (1,75%) dari seluruh tumor ganas tulang,
terutama ditemukan pada umur 20-40 tahun dan jarang sekali di bawah umur 20
tahun dan lebih sering pada wanita daripada pria.
Gejala utama yang ditemukan berupa nyeri serta pembengkakan terutama
pada lutut dan mungkin ditemukan efusi sendi serta gangguan gerakan pada
sendi. Mungkin juga penderita datang berobat dengan gejala-gejala fraktur
(10%). Dapat juga terjadi pembesaran massa secara lambat. Lebih dari tiga per
empat pasien tercatat mengalami pembengkakan pada lokasi tumor. Keluhan
lain yang jarang terjadi adalah kelemahan, keterbatasan gerak sendi dan fraktur
patologis.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan massa yang keras dan nyeri
ditemukan pada lebih dari 80% pasien. Disuse Atrophy, efusi pada persendian
atau hangat pada lokasi tumor.
Bila lesi tumor terletak di tulang-tulang vertebra dapat timbul gejala
nerologis. Nyeri tekan pada pemeriksaan palpasi juga didapatkan pada pasien.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan atrofi otot dan menurunnya pergerakan
sendi. TGC pada sakrum sering menimbulkan gejala low back pain yang meluas
di kedua ekstremitas bagian bawah dan dapat disertai gejala neurologis,
gangguan berkemih atau buang air besar.

F. Komlikasi
1. Infeksi
2. Hemorai
3. Rekurens Lokal
4. Fraktur Patolois

G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat
didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan
tumor, pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi
secara maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit.
Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi
kombinasi.Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau
radiasi dan kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi
adriamycin (doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate
dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara
tersendiri atau dalam kombinasi.
Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan
pemberian cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti
fosfat, mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid.

H. Penatalaksaan Keperawatan
1. Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam,
visualisasi, dan bimbingan imajinasi) dan farmakologi (pemberian analgetika).
2. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan
berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi
ke ahli psikologi atau rohaniawan.
3. Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek
samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang
adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi
gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan
indikasi dokter.
4. Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan
terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.

Anda mungkin juga menyukai