Anda di halaman 1dari 73

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagian besar neoplasma tiroid memerlukan pembedahan ketika pasien menunjukkan
ketidaknyamanan dalam bernapas dan menelan dan gejala tekanan lain atau di duga tumor
yang membahayakan. Namun, operasi tiroid sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu, jika
persiapan pra operasi tidak memadai; perdarahan pasca operasi, dyspnea, cedera pada saraf,
cedera paratiroid dan komplikasi lainnya akan terjadi pada pasien, konsekuensi yang lebih
serius mungkin akan terjadi. Perawatan pra operasi dan post operasi yang tidak benar bisa
langsung memiliki pengaruh pada pemulihan pasien dan bahkan bisa membahayakan
kehidupan pasien dan mempengaruhi kualitas kehidupan pasien. Oleh karena itu, penting
sekali untuk menyelesaikan asuhan keperawatan pra operasi dan post operasi tiroid dengan
efektif, mengamati kondisinya, membantu dan bekerja sama dengan dokter untuk
pengobatannya.
Untuk itu penulis akan membahas tentang “Askep pasien dengan pre dan post tyroidektomi”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tiroidektomi?
2. Apa saja klasifikasi tiroidektomi?
3. Bagaimana prosedur bedah umum untuk tiroidektomi?
4. Apa indikasi tiroidektomi?
5. Bagaimana perawatan pre operasi tiroidektomi?
6. Bagaimana perawatan post operasi tiroidektomi?
7. Bagaimana pencatatan post operasi tiroidektomi?
8. Bagaimana rehabilitatif post operasi tiroidektomi?
9. Apa kejadian umum setelah operasi tiroidektomi?
10. Apa komplikasi tiroidektomi?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian tiroidektomi
2. Mengetahui klasifikasi tiroidektomi
3. Mengetahui prosedur bedah umum untuk tiroidektomi
4. Mengetahui indikasi tiroidektomi
5. Mengetahui perawatan pre operasi tiroidektomi
6. Mengetahui perawatan post operasi tiroidektomi
7. Mengetahui pencatatan post operasi tiroidektomi
8. Mengetahui rehabilitatif post operasi tiroidektomi
9. Mengetahui kejadian umum setelah operasi tiroidektomi
10. Mengetahui komplikasi tiroidektomi

D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah Metode kepustakaan yaitu
metode pengumpulan data yang digunakan penyusun dengan mempergunakan buku atau
refrensi yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Tiroidektomi memerlukan intervensi bedah yang berbeda, tergantung pada jenis serta posisi
nodul pada kelenjar tiroid. Dokter bedah akan selalu mencoba untuk mempertahankan
sebagian dari kelenjar tiroid setiap kali itu mungkin untuk memfasilitasi produksi
berkelanjutan dari hormon tiroid, dan dengan harapan hal itu bisa mencegah keadaan sulit
pada hipotiroidisme pasca operasi. Selama operasi, sangat penting untuk melindungi kelenjar
paratiroid dari kerusakan atau penghapusan selama prosedur bedah, dan juga mencegah
kerusakan saraf laring berulang.
Tiroidektomi adalah operasi pengangkatan kelenjar tiroid. Prosedur bedah tiroidektomi
adalah sebuah operasi yang melibatkan operasi pemindahan semua atau sebagian dari kelejar
tiroid (kelenjar yang terletak di depan leher bagian bawah, tepat di atas trakea). Kelenjar ini
dibentuk oleh dua kerucut seperti cuping atau sayap yaitu lobus dexter (lobus kanan) dan
lobus sinister (kiri lobus), dan dilekatkan oleh suatu bagian tengah (isthmus).
Operasi dapat direkomendasikan untuk berbagai kondisi, seperti Kelenjar tiroid yang terlalu
aktif dalam menghasilkan pertumbuhan hormon tiroid (nodul atau kista) yang terkait dengan
kanker kelenjar tiroid, pertumbuhan tumor ganas (kanker) dan tumor jinak (bukan kanker)
yang bisa menyebabkan kelenjar tiroid membesar (gondok beracun) yang akan membuat
kesulitan untuk bernapas atau menelan.
Thyroid nodules (sel benjolan bulat keras) adalah hal umum. Jika nodul memiliki kanker di
dalamnya, maka setengah dari kelenjar tiroid dengan nodulnya harus dikeluarkan. Operasi ini
diperlukan untuk menemukan apakah itu adalah kanker. Jika memang kanker, kelenjar tiroid,
serta jaringan dan kelenjar getah bening di sekitar kelenjar akan dikeluarkan. Beberapa orang
memiliki tiroid besar yang menyebabkan masalah menelan atau bernapas. Ini disebut gondok
dan bukan kanker. Jika ada pasien memiliki gondok diperlukan juga pembedahan untuk
dikeluarkan.

B. Klasifikasi
Tiroidektomi terbagi atas:
1. Tiroidektomi total
Tiroidektomi total, yaitu mengangkat seluruh kelenjar tiroid. Klien yang menjalani tindakan
ini harus mendapat terapi hormon pengganti yang besar dosisnya beragam pada setiap
individu dan dapat dipengaruhi oleh usia, pekerjaan, dan aktifitas.
2. Tiroidektomi subtotal
Tiroidektomi subtotal, yaitu mengangkat sebagian kelenjar tiroid. Lobus kiri atau kanan yang
mengalami pembesaran diangkat dan diharapkan kelenjar yang masih tersisa masih dapat
memenuhi kebutuhan tubuh akan hormon-hormon tiroid sehingga tidak diperlukan terapi
penggantian hormon.

C. Prosedur bedah umum untuk tiroidektomi adalah sebagai berikut:


1. Thyroid Lobectomy: Hanya satu lobus dari kelenjar tiroid yang di angkat termasuk
juga isthmus.
2. Near- total Lobectomy: Jumlah lobektomi ditinggal kurang dari 1 gram pada jaringan
tiroid belakang, untuk melindungi saraf laring
3. Near- total Thyroidectomy: ini adalah penghapusan lengkap satu lobus tiroid dan
pembedahan near-total lobectomy pada sisi kontralateral. Keuntungan dari prosedur
pembedahan ini adalah kelenjar tiroid pasien masih tersisa utuh yang memungkinkan
produksi hormon tiroid. Selain itu, ini juga mengurangi kebutuhan untuk hormon
pengganti tiroid pasca operasi.
4. Total Thyroidectomy: ini adalah pengangkatan kedua lobus termasuk isthmus pada
tiroid.

D. Indikasi Tiroidektomi
Tiroidektomi pada umumnya dilakukan pada :
1. Penderita dengan tirotoksikosis yang tidak responsif dengan terapi medikamentosa
atau yang kambuh
2. Tumor jinak dan tumor ganas
3. Gejala penekanan akibat tonjolan tumor
4. Tonjolan tiroid yang menggangu penampilan seseorang
5. Tonjolan tiroid yang menimbulkan kecemasan seseorang
6. Sebuah gondok besar yang tidak dapat bereaksi dengan obat anti-tiroid, memerlukan
operasi kelenjar tiroid, untuk menghindari tekanan pada trakea dan esofagus, yang
kemudian dapat menyebabkan kesulitan bernapas dan menelan
7. Efek samping dari terapi obat atau kepatuhan terhadap obat yang rendah persistent
atau tidak respon terhadap terapi yodium radioaktif, hingga berulangnya terjadi
hipertiroid yang memerlukan eksisi kelenjar tiroid
8. Tiroidektomi digunakan untuk meniadakan kebutuhan untuk terapi yodium radioaktif,
terutama pada anak-anak
9. Pada wanita hamil, ketika terapi obat gagal untuk mengontrol hipertiroidisme, operasi
pengangkatan kelenjar tiroid diperlukan
10. Kekerasan dan tumor kelenjar tiroid memerlukan eksisi bedah
11. Hal ini juga dianjurkan dalam kasus manifestasi klinis seperti pesatnya pertumbuhan
kelenjar tiroid, sakit parah, dan limfadenopati servikal, atau ketika sudah ada sebelum
iradiasi leher. Sebuah jarum halus aspirasi sitologi (FNAC) perlu preformed untuk
memastikan diagnosis dan menentukan jenis operasi

E. Perawatan Pre-Operatif
Tanda-tanda vital, kondisi fisik, riwayat penyakit sebelumnya, gejala dan tanda-tanda
penyakit pasien dievaluasi sebelum operasi dimulai, dan langkah-langkah keperawatan yang
sesuai dirumuskan oleh dokter dan perawat berdasarkan hasil evaluasi.
Lingkungan- pasien biasanya masuk ke rumah sakit dua atau tiga minggu sebelum operasi
agar pasien bisa menyesuaikan pada lingkungan baru dan untuk menerima pengobatan
preoperatif yang diperlukan. Rincian hak-hak pada pasien harus dijalankan secara lancar agar
pasien tidak akan menjadi overexcited dan khawatir. Ini adalah saat dimana perawat
mempunyai kontak pertama dengan pasien, perawat harus percaya diri untuk menjelaskan
dan menjawab pertanyaan dari pasien.
Untuk mengurangi tingkat metabolik yang tinggi dan gejala-gejala karakteristik lainnya yang
di tunjukkan oleh pasien, kesehatan mental dan fisik pada pasien harus di istirahatkan. Jika
memungkinan pasien ditempatkan di ruangan yang bebas dari rangsangan luar. Bebas dari
rangsangan eksternal yang dimaksud bukan berarti ruangan seluruhnya gelap, pasien lebih
baik jika di sediakan ruangan setengah gelap. Untuk pasien yang berada di bangsal lebih baik
untuk menempatkannya dekat dengan pasien yang kooperatif, pasien akan menjadi dekat satu
sama lain, ini kunci sukses untuk keberhasilan operasi. Pengunjung harus diingatkan untuk
tidak memulai percakapan yang bisa membuat pasien terganggu. Jika terjadi miskomunikasi
kepada pasien, pengunjung harus memberitahu perawat, agar perawat bisa berbicara kepada
pasien. Jika perlu pengunjung harus dibatasi.
Terapi yang bagus untuk pasien sambil menunggu operasi, pasien bisa disarankan untuk
melakukan pekerjaan seperti merajut untuk mengalihkan perhatian pasien dari pikiran yang
tidak menyenangkan tentang operasi.

Keperawatan psikologis.- Kebanyakan pasien merasakan kecemasan dan ketakutan sebelum


operasi, dokter dan perawat harus memberikan pendidikan kesehatan untuk berkomunikasi
dengan pasien, menjelaskan keadaan operasi dan metode dalam operasi, meredakan
ketegangan pasien dan membangun hubungan yang baik antara pasien dan perawat, sehingga
memberikan kontribusi untuk kelancaran operasi, mengurangi komplikasi dan meningkatkan
efek yang baik dalam pembedahan. Bagian yang akan dioperasi atau disayat harus ditandai
oleh dokter dan perawat untuk meningkatkan keselamatan operasi (lihat Gambar 1).

Fig. 1: Preoperative incision marks.

Medications.-Perawat harus memberikan obat sesuai dengan yang di anjurkan oleh dokter
karena terapi obat begitu penting dan karena pasien mengharapkan bisa menerima obatnya
tepat waktu dan dengan cara yang benar. Rasa Larutan Lugol, yodium yang rasanya tidak
enak, yang mana sering digunakan dalam kasus hipertiroidisme, ini harus disembunyikan.
Cara efektif yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan larutan lugol ke dalam susu,
telur, susu cokelat, atau pada minuman apa saja yang dapat mencairkan obat itu dan
menyamarkan rasa yodiumnya. Di beberapa kasus, di mana pasien terlihat lain dari biasanya
seperti marah-marah, perawat dapat menggunakan obat penenang seperti luminal, sodium
bromide, dan sebagainya. Di samping itu, bisa juga menenangkan pasien dengan
menyarankan untuk mandi, atau melakukan massage.
Asupan obat-obatan untuk penurunan vaskularisasi kelenjar tiroid dalam 2 sampai 3 minggu
dan juga akan mencegah perdarahan pasca-operasi

Diet.-Karena metabolisme yang cepat akibat fungsional aktivitas dari kelenjar tiroid, ini perlu
dikompensasi untuk menyetopkan pemecahan proses di dalam tubuh dengan mengonsumsi
kalori yang cukup (khususnya karbohidrat) untuk keseimbangan gizi.
Makanan harus terdiri dari makanan kecil yang mudah dicerna, makanan yang baik disajikan
pada jarak waktu dua atau tiga jam. Tidak perlu untuk memakan makanan yang lengkap di
setiap interval, tetapi pasien harus menerima asupan kalori yang lebih banyak dari biasanya
dalam periode 24 jam. Karena itu, minuman khusus seperti tinggi di glukosa, dekstrosa, dan
laktosa harus diberikan sebagai tambahan makanan. Teh dan kopi, karena mengandung
kafein, tidak pernah diberikan kepada pasien.
Mengingat bahwa pasien memiliki selera yang baik, sangat sedikit stimulasi nafsu makan
yang dibutuhkan. Jadi perawat harus menghidangkan setiap makanan dengan cara yang
semenarik mungkin, entah itu makanan pokok atau makanan tambahan. Pasien harus
dikonsultasikan mengenai apa yang pasien suka dan apa yang tidak disukai untuk metode
mempersiapkan makanan untuknya. Memaksa pasien untuk makan bisa merusak jam
istirahatnya dan menciptakan ketidakpuasan di lingkungan yang baru dan merusak tipe
pengobatan.
Menambahkan warna pada makanan pasien sangat penting. Pepatah yang menyatakan bahwa
"Variasi adalah bumbu dalam hidup” pasti tidak salah. Makanan untuk pasien harus di
rencanakan, jadi banyak jenis makanan yang dapat diberikan ke pasien tanpa menimbulkan
kecurigaan bahwa kita sedang mencoba untuk memberikan diet.

Postural training.- Postural training dilakukan 2 hari sebelum pasien di operasi, dan pasien
juga disarankan untuk memulai postural training ini 2 jam setelah makan. Pelatihan ini
dilakukan sebagai berikut: menempatkan bantal lembut di bawah bahu dengan posisi
hiperekstensi leher dan berbaring telentang, sehingga sepenuhnya mengekspos leher untuk
toleransi maksimum dari pasien. Pelatihan harus segera dihentikan ketika ketidaknyamanan
terjadi, dan latihan harus dilakukan secara bertahap sampai waktu operasi yang ditentukan
telah tiba.

Basal metabolic rate – pada waktu sebelum operasi dilakukan, tingkat metabolisme basal
harus dicatat. Perawat bisa mencatat ketika pasien sedang beristirahat/tidur, hal-hal yang
perlu dicatat adalah fungsi dari pernapasan, sirkulasi dan sebagainya. Perawat juga harus
mencatat jumlah penggunaan oksigen dalam beberapa periode waktu yang telah ditentukan.
Perawat harus tahu apa saja persiapan yang pasien butuhkan dan perawat harus membaca
dengan benar pengobatan apa yang telah ditentukan oleh dokter.
Pasien harus tidur malam secepat mungkin karena pada pagi hari akan ada pencatatan tingkat
metabolisme basal. Sarapan, mandi, dan aktivitas lainnya yang tidak diperlukan harus ditahan
terlebih dahulu pada pagi itu untuk menghindari apa saja stimulasi aktivitas tubuh selain dari
kegiatan tersebut yang secara otomatis membawa pada fungsi kehidupan yang sebenarnya.
Normal tingkat metabolisme basal yaitu dari -15 sampai + 15. Kegagalan perawat untuk
mengamati tingkat pencegahan akan menaikkan metabolisme basal pasien menjadi 70 atau
I00 yang akan memberikan dokter hasil yang tidak akurat dari kondisi pasien yang
sebenarnya.
Perawat harus menjelaskan prosedur kepada pasien bahwa itu hanya sebuah tes pernafasan
dan tidak akan menyebabkan pasien menjadi tidak nyaman, dengan tidak menghindarkan
fakta bahwa pasien harus bernapas melalui mulutnya daripada hidungnya selama beberapa
menit. Berkerja sama dengan pasien dengan menjelaskan secara hati-hati tidak akan membuat
pengulangan dalam melakukan tes.

Manajemen saluran pernapasan.- Sebelum operasi, pasien dilarang merokok untuk


mengurangi sekresi pernapasan dan juga diajarkan untuk batuk dan meludah. Pasien dengan
trakea kompresi atau / dan bronkospasme diberi pengobatan oral 10mg deksametason (sekali
per hari) dan 0.1g amino phylline, untuk mengurangi batuk dan sputum.

Persiapan untuk operation.- pasien di anjurkan untuk tidak terlalu heboh dan cemas pada
operasi nanti, dokter selalu memeriksa kondisi pasien dengan teliti beberapa hari sebelum
operasi dan ini diulangi setiap hari. Ketika hari operasi tiba dan persiapan terakhir membuat
pasien tidak tertarik lagi terhadapt prosedur operasi.
Membersihan dan mencukur daerah operasi termasuk di persiapan operasi. Leher harus dicuci
dengan sabun dan air dan mencukur dari cuping pada masing-masing telinga sampai ke bahu
sehingga daerah operasi siap untuk persiapan bedah. Saline atau air enema diberikan untuk
membantu dalam pengeluaran racun yang diserap dari saluran usus dan juga untuk
mempersiapkan untuk obat bius yang biasanya diberikan pada rectum pada hari operasi.
Dalam persiapan itu pasien menerima injeksi harian yaitu larutan garam normal atau air steril,
pada hari terakhir digantikan oleh obat bius sebelum operasi.
Para pasien disuruh untuk berpuasa selama 12 jam dan puasa air selama 6-8 jam sebelum
operasi. Selain itu, 800ml darah sebelum operasi disiapkan untuk pasien dengan tumor tiroid
besar. antibiotik profilaksis yang nya tidak perlu sarily diberikan sebelum operasi. Sebelum
operasi, pasien dengan hipertiroidisme sekunder menerima pengobatan oral larutan yodium
Lugol. Umumnya, denyut jantung dikendalikan di bawah 90 denyut / menit dan BMR
dikendalikan dibawah <20% -30%
F. Perawatan Post-operative
Pasien yang tidak menderita tracheostenosis dapat kembali ke bangsal konvensional saat
mereka terjaga setelah anestesi. Para pasien yang menderita tracheostenosis tinggal di ICU
selama 1-2 hari dengan tube endotrakeal yang ditahan setelah operasi dan dipindahkan ke
bangsal biasa untuk pengobatan ketika mereka terjaga setelah anestesi umum dan bisa
bernapas terus tanpa bantuan mechanical ventilation.
Setelah pasien kembali ke bangsal, pasien diserahkan kepada dokter dan perawat yang akan
mengambil alih pengobatan dan perawatan dengan bekerja sama pada ahli anestesi dan
perawat kamar operasi untuk mengevaluasi tanda-tanda vital, kesadaran anestesi, area
sayatan, errhysis, keadaan drainase tube, integritas kulit, dll.

Routine postoperative nursing.- Tracheostomy kit disiapkan di samping tempat tidur pasien
setelah operasi. Pasien dipasangkan EKG untuk melakukan pemantauan dan dipasangkan
oksigen beraliran rendah untuk mengamati perubahan tanda-tanda vital. Selain itu,
pertahankan posisi 70o atau setengah berbaring dan kuantitas cairan drainase dari luka juga
diamati setiap hari. Jika terjadi drainase yang abnormal segera informasikan dokter. Selain
itu, tabung drainase harus dilepas jika volume drainase kurang dari 5 ml / 24 h (lihat Gambar
2). Selama pelepasan tabung drainase, cegah tabung drainase didalam tubuh rusak. Selain itu,
pasien didorong untuk bergerak 24 jam setelah operasi.

Fig. 2: Postoperative negative-pressure wound drainage.

Diet nursing.- Makanan pasca operasi harus dingin dan tidak terlalu panas untuk
menghindari overheating yang dapat menyebabkan pembuluh darah leher membesar dan
meningkatkan perdarahan. Untuk pasien yang mampu memasukan makanan secara oral, air
hangat dapat disediakan pada 4 jam setelah operasi, dan diet semi-cair dapat diberikan jika
tidak ada ketidaknyamanan pada pasien (secara bertahap dipindahkan ke normal diet).
Selama diet pasien, perawat dibutuhkan untuk mengamati apakah pasien tersedak, aspirasi
atau ada gejala lain yang terjadi pada pasien. Jika batuk terjadi, pasien dapat dibimbing untuk
minum sedikit air setiap kali. Sementara itu, perawat juga harus memperhatikan apakah ada
komplikasi yang terjadi. Jika komplikasi ditemukan, dokter harus diberitahu. Dalam
kelompok, 2 pasien dengan tracheomalacia menjadi sasaran tracheotomy, dan asupan
makanan oral tidak bisa dilakukan pada 2 pasien ini setelah transnasal endotrakeal bation
intubasi. Dengan demikian, stomach tube pada pasien ini di angkat setelah mereka menerima
diet transnasal cair untuk 3-7 hari dan dilatih untuk asupan makanan oral, selama tersedak
tidak terjadi.

Trachea management.- Hal ini sangat penting untuk mencegah obstruksi pernafasan dan
infeksi. Para pasien ditempatkan pada posisi setengah-berbaring setelah operasi dan
diberikan oksigen terus menerus dengan aliran rendah dan jika perlu memakai masker
oksigen, dengan saturasi oksigen dipertahankan sekitar 98- 100%. inhalasi aerosol diberikan
setiap hari secara rutin untuk membantu membersihkan sekresi di jalan napas. Bagi pasien
dengan tabung endotrakeal, berangsur-angsur intratrakeal dari 0,45% saline dan obat-obatan
diberikan untuk mengurangi pembentukan sputum dan infeksi paru-paru. Dalam kelompok,
satu pasien diintubasi dengan ekstubasi sendiri pada hari ke-3 setelah operasi dengan
perdarahan di mukosa rongga hidung, dan darah ditemukan di dahak di hari ke-2 setelah
ekstubasi tersebut. Sementara pasien ini menunjukkan tidak dyspnea dan sesak napas atau
gejala lain dari ketidaknyamanan, dan akhirnya sembuh dan keluar dari rumah sakit pada hari
ke-7 setelah operasi. Sisa empat pasien diintubasi diberi ekstubasi 3-7 hari setelah operasi.
Dua pasien menerima tracheostomy, di antaranya hidung buatan yang diganti sekali sehari,
digunakan untuk menjatuhkan cairan lembab ke dalam tabung endotrakeal, sehingga
mencairkan dan membantu dalam pembuangan dahak. Selain itu, 2 pasien ini akhirnya diberi
ekstubasi 20 hari setelah operasi (lihat Gambar 3). Satu pasien menunjukkan dyspnea pasca
operasi dan diberi tracheostomy dengan inner and outer tube trakea yang akan diganti secara
teratur.
Selanjutnya, pendidikan kesehatan yang baik dilakukan kepada pasien dan keluarga untuk
menginformasikan tindakan pencegahan untuk mencegah tabung terselip/termasuk.
Memasukkan tabung dilakukan enam bulan setelah operasi, dan ekstubasi sudah berhasil
dilakukan
Fig. 3: Postoperative tracheotomy (A) and Postoperative intubation(B).

Position.-Begitu pasien memperoleh kesadaran, pasien akan ditempatkan pada posisi fowler
untuk memfasilitasi dalam bernafas dan menelan, untuk meringankan ketegangan pada luka,
dan untuk membantu dalam drainase. Untuk membatasi gerak dan mempertahankan posisi
fowler, sandbag kecil ditempatkan pada kedua sisi kepala pasien. Menempatkannya
tergantung, dari puncak tempat tidur, yang tidak ada tekanan di bahu.
Perawat harus mengawasi pasien jika ada tanda-tanda tidak baik seperti perdarahan,
perubahan suara, obstruksi pernapasan, tetani dan tirotoksikosis.
Perawatan post-operative lainnya, yaitu:
1. Pasien harus ditempatkan dalam posisi Semi Fowler untuk mengurangi edema
2. Batasi gerakan pasien dengan menyediakan sandbag di samping atau sisi bantal
3. Mencegah kerenggangan pada jahitan
4. Monitor pasien untuk berikut:
a) Hypocalcemia - ini mungkin terjadi karena penggangkatan paratiroid
1) Periksa tanda Chvostek (tepuk wajah pasien dan catat jika ada kejang pada
wajah)
2) Tanda Trousseau (memompa tekanan darah sambil dilihat jika ada kejang
pada pergelangan tangan)
3) Berikan kalsium glukonat (biasanya selalu tersedia di samping tempat tidur).

b) Distress pernapasan - hasil dari edema laring


1) Periksa laju pernapasan, pola, dan upaya bernafas
2) Perlu trakeostomi set, peralatan hisap di samping tempat tidur
c) Thyroid Storm - hiperaktif tiroid akut yang dibawa oleh pelepasan hormon tiroid
selama operasi
1) Amati untuk peningkatan suhu, delirium, takikardia ekstrim, dan tanda-tanda
gangguan pernapasan
2) Hipertermia adalah tanda awal adanya thyroid storm. Ketika memeriksa tanda-
tanda vital, suhu harus diukur pada dubur untuk pasien pasca operasi
3) Thyroid storm dianggap sebagai kasus darurat karena dapat menyebabkan
gagal jantung dan menyebabkan kematian
4) Mengatur pasien dengan lugol’s solution, obat anti-tiroid seperti methimazole
atau propiltiurasil, dan obat-obatan jantung seperti propranolol
5) Gunakan hipotermia kasur atau selimut, kompres es, atau memberikan
lingkungan yang dingin untuk suhu tinggi. Pasien diperbolehkan minum obat
seperti acetaminophen atau parasetamol, tetapi mereka tidak diperbolehkan
meminum obat salisilat seperti aspirin karena bisa menggantikan hormon
tiroid untuk mengikat protein dan dapat memperburuk metabolisme hiper
d) Pasien harus dipantau untuk potensial perdarahan karena operasi. Selalu periksa
pakaian di area dekat operasi dan geser tangan di belakang kepala karena ini
adalah di mana darah biasanya terakumulasi
e) Periksa pasien untuk kemungkinan kerusakan laring. Ini bisa dipantau melalui
suara serak atau kehilangan suara. Suara serak menunjukkan kerusakan unilateral
sedangkan kehilangan suara menunjukkan kerusakan bilateral

G. Pencatatan Pasca Operasi


Charting.-Sejak catatan klinis dan nurse’s record berfungsi sebagai indeks untuk melihat
kondisi pasien dan kemajuan pada pasien, perawat harus menuliskannya dengan lengkap,
akurat, gambar yang detail untuk diberikan kepada dokter. Dalam catatan klinis harus
menunjukkan, interval pada suhu, denyut nadi, dan respirasi selama proses pemulihan dan di
catatan itu juga ada catatan gejala-gejala yang tidak baik atau komplikasi yang bisa terjadi.
Catatan yang lengkap dan akurat akan menunjukkan tahap biasa dan tidak biasa yang
mungkin pasien lakukan. Pentingnya dari gejala pada perdarahan, obstruksi pernafasan, dan
tirotoksikosis tidak bisa di tuliskan secara detail. Gambar pada catatan klinis dapat
mengungkapkan apa yang terjadi pada pasien. Seperti jika terjadi perdarahan akan terjadi
peningkatan nadi, jika obstruksi pernafasan akan terjadi peningkatan pada pernapasan, atau
jika ada racun didalam tubuh akan terjadi kenaikan suhu dan nadi. Nurse’s rcord harus jelas
dan dapat mengambarkan secara ringkas apa yang terjaddi pada pasien dari hari ke hari.
Termasuk adanya catatan waktu, reaksi dari segala obat yang di berikan kepada pasien,
pengobatan, diet pasien dan catatan kemajuan di setiap harinya. Keluhan atau perubahan pada
kondisi pasien harus dicatat secara rinci oleh perawat pada saat gejala itu terjadi

H. Rehabilitatif Pasca Operasi


Convalescence.- pasien harus memiliki periode waktu yang panjang dalam pemulihan
kesehatannya kita harus bisa memastikan kalau pasien berada dalam kondisi untuk
melanjutkan aktifitas hidup yang normal. Pasien harusnya memiliki periode tertentu untuk
istirahat dan ada terapi untuk penyesuaian pada pencahayaan, ini akan mendatangkan hasil
yang baik untuk pasien. Panjangnya waktu yang dihabiskan pasien di rumah sakit setelah
operasi tidak akan cukup untuk memulihkan pasien sepenuhnya. Dalam hal ini, pasien
dianjurkan untuk melanjutkan pemulihan di rumahnya untuk satu bulan atau 6 minggu. Jika
pasien kembali ke rumahnya, dia tidak boleh melakukan segala tugas-tugas rumah tangga
atau bertanggung jawab pada masalah rumah tangga atau kembali bekerja sampai mental
fisiknya pulih sepenuhnya.

I. Kejadian umum setelah Tiroidektomi


1. Nyeri, bengkak, dan memar di sekitar area luka
2. Suara mungkin serak. Tapi, ini biasanya bersifat sementara dan nada suara dapat
kembali normal setelah beberapa hari
3. Selama beberapa hari pertama, makan dan minum akan mengalami ketidaknyamanan
dan rasa sakit
4. Pasien akan merasa sedikit lamban dan lelah setelah operasi.
5. Daerah yang dioperasi dapat dicuci setelah 7 sampai 10 hari
6. Pekerjaan ringan dapat dilakukan setelah jangka waktu 2 minggu.

J. Komplikasi Tiroidektomi
1. Perdarahan. Resiko ini minimum tetapi harus hati-hati dalam mengamankan
hemostasis. Perdarahan selalu mungkin terjadi setelah tiroidektomi. Bila ini timbul
biasanya ini adalah suatu kedaruratan bedah, yang perlu secepat mungkin dilakukan
dekompresi leher dan mengembalikan pasien ke kamar operasi. perdarahan
pascaoperasi dengan jumlah yang sedikit normal; setelah 12 jam darah merah harus
berhenti mengalir dan hanya serum yang keluar. Hal ini tidak biasa, selama periode
dalam 12 jam, dressing perlu dilakukan dalam beberapa kali karena banyak noda
darah dan cairan serum pada pasien. Jika, dressing sudah terlalu sering dilakukan atau
jika darah selalu terlihat di sisi belakang dan leher, dokter harus diberitahu.
2. Masalah terbukanya vena besar dan menyebabkan embolisme udara. Dengan tindakan
anestesi mutakhir, ventilasi tekanan positif intermiten dan teknik bedah yang cermat,
bahaya ini harus minimum dan cukup jarang terjadi
3. Trauma pada nervus laryngeus recurren. Ia menimbulkan paralisis sebagian atau total
(jika bilateral) laring. Pengetahuan anatomi bedah yang adekuat dan kehati-hatian
pada operasi seharusnya mencegah cedera pada saraf ini atau pada nervus laryngeus
superior`
Sebisa mungkin pasien hanya berbicara sedikit mungkin dalam beberapa hari setelah operasi.
Pensil dan kertas bisa menjadi pengganti sebagai sarana komunikasi. Perawat harus mencatat
jika ada suara serak yang menunjukkan perubahan pada suara, penyimpangan tersebut
mungkin menunjukkan cedera di saraf laring, dan dokter harus diberitahu
4. Memaksa sekresi glandula dalam jumlah abnormal ke dalam sirkulasi dengan
tekanan. Hal ini dirujuk pada ‘throtoxic storm’, yang sekarang jarang terlihat karena
persiapan pasien yang adekuat menghambat glandula tiroid overaktif pada pasien
yang dioperasi karena tirotoksikosis
Salah satu komplikasi yang berbahaya pada tiroidektomi adalah tirotoksikosis. Perawat harus
mengenali dengan apa saja gejala-gejalanya: keringat berlebihan, nadi cepat, kegelisahan,
kenaikan suhu, dan delirium.
Pasien diberikan air es ntuk mengurangi Suhu dan membersihkan usus kecil. Spons mandi
dengan air hangat kuku atau air dingin dengan alkohol juga diberikan untuk menurunkan
suhu, menyegarkan kulit, dan membersihkan keringat yang berlebihan. Terapi oksigen juga
diperlukan. Sebuah oksigen harus tersedia untuk dapat digunakan jika ada perintah dari
dokter. Intravenous kit harus ada ditangan perawat jadi dokter dapat memberikan saline,
glukosa, atau Larutan Lugol, atau obat intravena lainnya. Perawat harus memperhatikan
gejala keracunan yang dihasilkan dari tindakan akumulatif dari obat penenang yang biasanya
diberikan untuk membuat pasien tenang.
Menyadari bahwa pasien harus diamati dengan hati-hati karena ketidakstabilan emosi,
perawat harus siap siaga terhadap tanda dan gejala yang tidak menguntungkan, ini dapat di
amati ketika perawat memberikan asuhan keperawatan. Mandi dengan menggunakan spons
tidak hanya memberikan kenyamanan, tetapi juga bisa bermanfaat sama seperti obat
penenang dan memberikan perawat kesempatan untuk mengamati pasien. Frekuensi mandi
tergantung pada kebutuhan pasien itu sendri dan kemampuan perawat untuk menentukan
kapan pasien sudah merasa nyaman dan menentukan kebutuhan istirahat pasien. Karena
pasien tetap dalam satu posisi pada suatu waktu yang lama, perhatian khusus harus diberikan
untuk titik-titik tekanan. Untuk melepaskan segala ketegangan pada luka ketika tempat tidur
dirubah, pasien di bantu untuk duduk Penggunaan bantal bisa menjadikan pasien merasa
tidak nyaman karena mendorong kepala pasien ke depan dan membuat sulit bernafas
5. Sepsis yang meluas ke mediastinum. Perhatian bagi hemostasis adekuat saat operasi
dilakukan dalam kamar operasi berventilasi tepat dengan peralatan yang baik dan
ligasi yang dapat menghindari terjadinya infeksi
6. Tetany.-Perawat harus waspada dan teliti untuk mendeteksi adanya gejala dari tetani,
seperti kekakuan dan kejang yang menyakitkan pada ekstremitas
7. Hipotiroidisme pasca bedah. Perkembangan hipotiroidisme setelah reseksi bedah
tiroid jarang terlihat saat ini. Ini dilakukan denngan pemeriksaan klinik dan biokimia
yang tepat pasca bedah
8. Obstruksi pernafasan - ini jarang terjadi jika diakibat oleh gagalnya trakea. Sebagian
besar kasus komplikasi ini dibawa oleh edema laring. Dyspnea dan sianosis adalah
gejala yang paling penting dari obstruksi pernafasan. Tracheostomy kit harus tersedia
di samping tempat tidur pasien agar dapat meringankan gejala jika tracheotomy
terjadi. Tissue harus selalu tersedia sehingga pasien bisa langsung meludah setiap kali
ada lendir
9. Kelumpuhan yang berulang pada saraf laring - komplikasi ini dapat terjadi secara
sepihak atau bilateral, sementara atau permanen.
10. Thyroid Insufficiency - terjadi dalam 2 tahun setelah waktu operasi, tapi kadang-
kadang dapat terjadi pada 5 tahun atau lebih.
11. Parathyroid insufficiency - komplikasi ini bisa disebabkan karena pengangkatan
kelenjar paratiroid atau infark melalui kerusakan pada end-artery paratiroid. Hal ini
juga bisa terjadi karena kedua faktor itu
12. Tirotoksik Krisis - ini adalah hipertiroidisme eksaserbasi akut. Hal ini terjadi ketika
pasien thyrotoxic tidak cukup siap untuk tiroidektomi. Pasien krisis thyrotoxic
biasanya dirawat dengan perawatan suportif dan simtomatik seperti cairan IV,
pemberian oksigen, ice packs untuk mendinginkan pasien, diuretik untuk gagal
jantung, dan digoxin untuk fibrilasi atrium yang tidak terkontrol
13. Infeksi luka - ada kemungkinan pada subcutaneous (lapisan kulit terdalam) atau abses
serviks mendalam, dan ini harus dikeringkan.
14. Hipertrofi atau Keloid Scar - ini mungkin terjadi pada pasien, terutama jika sayatan
diatas sternum.
15. Stitch Granuloma - komplikasi ini dapat terjadi dengan atau tanpa pembentukan sinus
dan terlihat setelah penggunaan bahan jahitan non-serap
Bab III
Konsep Asuhan Keperawatan Pre dan Post Tiroidektomi

1. Pre Tiroidektomi
a. Pengkajian
1) Aktivitas/latihan
Insomnia, sensitivitas meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, atrofi
otot, frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea
2) Eliminasi
Urine dalam jumlah banyak, diare
3) Koping/pertahanan diri
Mengalami ansietas dan stres yang berat, baik emosional maupun fisik, emosi labil, depresi
4) Nutrisi dan metabolic
Mual dan muntah, suhu meningkat diatas 37,5oC. Pembesaran tiroid, edema non-pitting
terutama di daerah pretibial, diare atau sembelit
5) Kognitif dan sensori
Bicaranya cepat dan parau, bingung, gelisah, koma, tremor pada tangan, hiperaktif reflek
tendon dalam (RTD), nyeri orbital, fotofobia, palpitasi, nyeri dada (angina)
6) Reproduksi/seksual
Penurunan libido, hipomenorea, menorea dan impoten

b. Diagnosa, Intervensi dan Evaluasi Keperawatan


1) Gangguan menelan berhubungan dengan obstruksi mekanis ditandai dengan
pembesaran tiroid
Tujuan dan kriteria hasil:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan pasien akan
menoleransi ingesti makanan tanpa tersendak atau aspirasi dengan kriteria hasil:
- Pencegahan aspirasi: tindakan pribadi untuk mencegah pengeluaran cairan dan
partikel padat ke dalam paru
- Status menelan: penyaluran cairan/partikel padat dari mulut ke lambung
Intervensi:
- Pantau tingkat kesadaran, refleks batuk, refleks muntah dan kemampuan
menelan
Rasional: data dibutuhkan untuk mengukur derajat gangguan menelan
- Posisikan pasien tegak lurus 90o atau setegak mungkin
Rasional: posisi ini dapat menghindari resiko aspirasi
- Ajarkan pasien untuk menggapai partikel makanan di bibir atau di pipi
menggunakan lidah
Rasional: cara ini lebih memudahkan klien dalam menelan makanan
- Konsultasikan dengan ahli gizi tentang makanan yang mudah ditelan
Rasional: tindakan kolaborasi dibutuhkan untuk memberikan perawatan yang maksimal
kepada klien
Evaluasi:
Kemampuan menelan yang adekuat dan tingkat zat gizi yang tersedia mampu memenuhi
kebutuhan metabolik klien

2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan klien untuk menelan makanan
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5×24 jam diharapkan pemenuhan kebutuhan
pasien tercukupi dengan kriteria hasil :
NOC Label >> Nutritionl status
- Intake nutrisi tercukupi
- Asupan makanan dan cairan tercukupi
NOC Label >> Nausea dan vomiting severity
- Penurunan intensitas terjadinya mual muntah
- Penurunan frekuensi terjadinya mual muntah
NOC Label >> Weight : Body mass
- Pasien mengalami peningkatan berat badan
Intervensi:
NIC Label >> Nutrition management
- Kaji status nutrisi pasien
Rasional : Pengkajian penting dilakukan untuk mengetahui status nutrisi pasien sehingga
dapat menentukan intervensi yang diberikan
- Jaga kebersihan mulut, anjurkan untuk selalu melalukan oral hygiene
Rasional: Mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan
- Delegatif pemberian nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan pasien : diet pasien
diabetes mellitus
Rasional: Untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan pasien
- Berian informasi yang tepat terhadap pasien tentang kebutuhan nutrisi yang
tepat dan sesuai
Rasional: Informasi yang diberikan dapat memotivasi pasien untuk meningkatkan intake
nutrisi
- Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan tinggi zat besi seperti sayuran
hijau
Rasional: Zat besi dapat membantu tubuh sebagai zat penambah darah sehingga mencegah
terjadinya anemia atau kekurangan darah
NIC Label >> Nausea management
- Kaji frekuensi mual, durasi, tingkat keparahan, faktor frekuensi, presipitasi
yang menyebabkan mual
Rasional: Penting untuk mengetahui karakteristik mual dan faktor-faktor yang menyebabkan
mual. Apabila karakteristik mual dan faktor penyebab mual diketahui maka dapat menetukan
intervensi yang diberikan
- Anjurkan pasien makan sedikit demi sedikit tapi sering
Rasional: Makan sedikit demi sedikit dapat meningkatkn intake nutrisi
- Anjurkan pasien untuk makan selagi hangat
Rasional: Makanan dalam kondisi hangat dapat menurunkan rasa mual sehingga intake
nutrisi dapat ditingkatkan
- Delegatif pemberian terapi antiemetik :
 Ondansentron 2×4 (k/p)
 Sucralfat 3×1 CI
Rasional: Antiemetik dapat digunakan sebagai terapi farmakologis dalam manajemen mual
dengan menghamabat sekres asam lambung
NIC Label >> Weight management
- Diskusikan dengan keluarga dan pasien pentingnya intake nutrisi dan hal-hal
yang menyebabkan penurunan berat badan
Rasional: Membantu memilih alternatif pemenuhan nutrisi yang adekuat
- Timbang berat badan pasien jika memungkinan dengan teratur
Rasional: Dengan menimbang berat badan dapat memantau peningkatan dan penrunan status
gizi
Evaluasi:
Terpenuhinya tingkat nutrisi klien sehingga mampu memenuhi kebutuhan metabolisme
3) Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan ditandai dengan
insomnia, depresi, gelisah, frekuensi pernafasan meningkat
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan klien tidak mengalami
kecemasan, dengan kriteria hasil:
NOC: Anxiety level
- Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
- Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol
cemas
- Vital sign dalam batas normal
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan
Intervensi :
Anxiety Reduction
- Mendengarkan penyebab kecemasan klien dengan penuh perhatian
Rasional: klien dapat mengungkapkan penyebab kecemasannya sehingga perawat dapat
menentukan tingkat kecemasan klien dan menentukan intervensi untuk klien selanjutnya
- Observasi tanda verbal dan non verbal dari kecemasan klien
Rasional: untuk dapat mengetahui tingkat kecemasan yang klien alami
- Kaji untuk faktor budaya (misalnya, konflik nilai) yang menjadi penyebav
ansietas
Rasional: nilai yang dipercaya pasien dapat turut serta mempengaruhi tingkat ansietasnya
Calming Technique
- Menganjurkan keluarga untuk tetap mendampingi klien
Rasional: dukungan keluarga dapat memperkuat mekanisme koping klien sehingga tingkat
ansietasnya berkurang
- Mengurangi/menghilangkan rangsangan yang menyebabkan kecemasan pada
klien
Rasional: untuk dapat meningkatkan ketenangan pada klien dan mengurangi tingkat
kecemasannya
Coping Enhancement
- Meningkatkan pengetahuan klien mengenai penyakitnya
Rasional: dapat membangun mekanisme koping klien terhadap kecemasan yang dialaminya
- Menginstruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi
Rasional: teknik relaksasi yang diberikan pada klien dapat mengurangi ansietas
Evaluasi:
Klien mampu mengurangi stressor yang membebani sumber-sumber individu
2. Post Tiroidektomi
a. Pengkajian
Pengkajian pada pasien bedah saat kembali ke unit terdiri atas:
1) Respirasi: kepatenan jalan nafas, kedalaman, frekuensi, bunyi nafas
2) Sirkulasi :
a) Tanda-tanda vital: Tekanan Darah, suhu, nadi
b) Kondisi kulit: dingin, basah
c) Sianosis
3) Neurologi: tingkat respons, neurosensori, fungsi bicara, kualitas dan tonasi
4) Drainase
a) Mengantisipasi pendarahan: perhatikan cairan drainase yang keluar khususnya
24 jam pertama pasca operasi
b) Inspeksi balutan luka
5) Kenyamanan
a) Tipe nyeri dan lokasi
b) Mual dan muntah
c) Perubahan posisi yang dibutuhkan
6) Keselamatan: kebutuhan akan pagar tempat tidur, peralatan diperiksa untuk fungsi
yang baik

b. Diagnosa, Intervensi, dan Evaluasi Keperawatan


1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan spasme jalan nafas
ditandai dengan perubahan frekuensi nafas dan perubahan irama nafas
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 5 x 24 jam, diharapkan bersihan jalan nafas
klien kembali efektif dengan kriteria hasil:
NOC Label >> Respiratory status: airway patency
- Frekuensi pernafasan dalam batas normal (16 – 20x/menit)
- Irama pernapasan normal
- Kedalaman pernapasan normal
- Klien mampu mengeluarkan sputum secara efektif
- Tidak ada akumulasi sputum
Intervensi:
NIC Label >> Respiratory monitoring
- Pantau rate, irama, kedalaman dan usaha respirasi
Rasional: Mengetahui tingkat gangguan yang terjadi dan membantu dalam menetukan
intervensi yang akan diberikan.
- Perhatikan gerakan dada, amati simetris, penggunaan otot aksesori, retraksi
otot supraclavicular dan interkostal
Rasional: menunjukkan keparahan dari gangguan respirasi yang terjadi dan menetukan
intervensi yang akan diberikan
- Monitor suara napas tambahan
Rasional: suara napas tambahan dapat menjadi indikator gangguan kepatenan jalan napas
yang tentunya akan berpengaruh terhadap kecukupan pertukaran udara.
- Monitor pola napas : bradypnea, tachypnea, hyperventilasi, napas kussmaul,
napas cheyne-stokes, apnea, napas biot’s dan pola ataxic
Rasional: mengetahui permasalahan jalan napas yang dialami dan keefektifan pola napas
klien untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
NIC Label >> Airway Management
- Auskultasi bunyi nafas tambahan; ronchi, wheezing
Rasional: Adanya bunyi ronchi menandakan terdapat penumpukan sekret atau sekret berlebih
di jalan nafas.
- Berikan posisi yang nyaman untuk mengurangi dispnea
Rasional: posisi memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan. Ventilasi
maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret ke jalan nafas besar
untuk dikeluarkan.
- Bersihkan sekret dari mulut dan trakea; lakukan penghisapan sesuai keperluan
Rasional: Mencegah obstruksi atau aspirasi. Penghisapan dapat diperlukan bia klien tak
mampu mengeluarkan sekret sendiri.
- Anjurkan asupan cairan adekuat
Rasional: Mengoptimalkan keseimbangan cairan dan membantu mengencerkan sekret
sehingga mudah dikeluarkan
- Ajarkan batuk efektif
Rasional: Fisioterapi dada/ back massage dapat membantu menjatuhkan secret yang ada
dijalan nafas
- Kolaborasi pemberian oksigen
Rasional: Meringankan kerja paru untuk memenuhi kebutuhan oksigen serta memenuhi
kebutuhan oksigen dalam tubuh
- Kolaborasi pemberian broncodilator sesuai indikasi
Rasional: Broncodilator meningkatkan ukuran lumen percabangan trakeobronkial sehingga
menurunkan tahanan terhadap aliran udara
NIC Label >> Airway suctioning
- Putuskan kapan dibutuhkan oral dan/atau trakea suction
Rasional: waktu tindakan suction yang tepat membantu melapangan jalan nafas pasien
- Auskultasi sura nafas sebelum dan sesudah suction
Rasional: Mengetahui adanya suara nafas tambahan dan kefektifan jalan nafas untuk
memenuhi O2 pasien
- Informasikan kepada keluarga mengenai tindakan suction
Rasional: memberikan pemahaman kepada keluarga mengenai indikasi kenapa dilakukan
tindakan suction
- Gunakan universal precaution, sarung tangan, goggle, masker sesuai
kebutuhan
Rasional: untuk melindungai tenaga kesehatan dan pasien dari penyebaran infeksi dan
memberikan pasien safety
- Gunakan aliran rendah untuk menghilangkan sekret (80-100 mmHg pada
dewasa)
Rasional: aliran tinggi bisa mencederai jalan nafas
- Monitor status oksigen pasien (SaO2 dan SvO2) dan status hemodinamik
(MAP dan irama jantung) sebelum, saat, dan setelah suction
Rasional: Mengetahui adanya perubahan nilai SaO2 dan satus hemodinamik, jika terjadi
perburukan suction bisa dihentikan
Evaluasi:
Kepatenan jalan nafas dan ventilasi klien tidak terganggu

2) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera (edema pasca operasi) ditandai
dengan indikasi nyeri yang dapat diamati; melaporkan nyeri secara verbal
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah diberikan asuhan keperawatan asuhan keperawatan selama …x 2 jam, nyeri yang
dirasakan klien berkurang dengan kriteria hasil :
NOC label : Pain Control
- Klien melaporkan nyeri berkurang
- Klien dapat mengenal lamanya (onset) nyeri
- Klien dapat menggambarkan faktor penyebab
- Klien dapat menggunakan teknik non farmakologis
- Klien menggunakan analgesic sesuai instruksi
Pain Level
- Klien melaporkan nyeri berkurang
- Klien tidak tampak mengeluh dan menangis
- Ekspresi wajah klien tidak menunjukkan nyeri
- Klien tidak gelisah

Intervensi:
NIC Label : Pain Management
- Kaji secara komprehensip terhadap nyeri termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi
Rasional: Untuk mengetahui tingkat nyeri pasien
- Observasi reaksi ketidaknyaman secara nonverbal
Rasional: Untuk mengetahui tingkat ketidaknyamanan dirasakan oleh pasien
- Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengungkapkan pengalaman
nyeri dan penerimaan klien terhadap respon nyeri
Rasional: Untuk mengetahui tingkat ketidaknyamanan dirasakan oleh pasien
- Tentukan pengaruh pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup( napsu makan,
tidur, aktivitas,mood, hubungan sosial)
Raasional: Untuk mengetahui apakah nyeri yang dirasakan klien berpengaruh terhadap yang
lainnya
- Tentukan faktor yang dapat memperburuk nyeri
Rasional: Untuk mengurangi factor yang dapat memperburuk nyeri yang dirasakan klien
- Lakukan evaluasi dengan klien dan tim kesehatan lain tentang ukuran
pengontrolan nyeri yang telah dilakukan
Rasional: untuk mengetahui apakah terjadi pengurangan rasa nyeri atau nyeri yang dirasakan
klien bertambah.
- Berikan informasi tentang nyeri termasuk penyebab nyeri, berapa lama nyeri
akan hilang, antisipasi terhadap ketidaknyamanan dari prosedur
Rasional: Pemberian “health education” dapat mengurangi tingkat kecemasan dan membantu
klien dalam membentuk mekanisme koping terhadap rasa nyeri
- Control lingkungan yang dapat mempengaruhi respon ketidaknyamanan klien(
suhu ruangan, cahaya dan suara)
Rasional: Untuk mengurangi tingkat ketidaknyamanan yang dirasakan klien
- Hilangkan faktor presipitasi yang dapat meningkatkan pengalaman nyeri
klien( ketakutan, kurang pengetahuan)
Rasional: Agar nyeri yang dirasakan klien tidak bertambah
- Ajarkan cara penggunaan terapi non farmakologi (distraksi, guide imagery,
relaksasi)
Rasional: Agar klien mampu menggunakan teknik nonfarmakologi dalam memanagement
nyeri yang dirasakan
- Kolaborasi pemberian analgesik
Rasional: Pemberian analgetik dapat mengurangi rasa nyeri pasien
Evaluasi:
Nyeri pada pasien dapat berkurang

3) Infeksi ditandai dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat: kerusakan
integritas kulit (adanya tindakan tiroidektomi)
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 2 jam diharapkan pasien dapat terhindar
dari risiko infeksi, dengan kriteria hasil :
NOC label : Tissue Integrity: Skin and Mucous membranes
- Integritas kulit klien normal
- Temperatur kulit klien normal
- Tidak adanya lesi pada kulit
NOC label: Wound healing: primary and secondary jaringan:
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
- Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah
terjadinya cidera berulang
- Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka

Intervensi:
NIC label : Wound Care
- Monitor karakteristik, warna, ukuran, cairan dan bau luka
Rasional: Untuk mengetahui keadaan luka dan perkembangannya
- Bersihkan luka dengan normal salin
Rasional: Normal salin merupakan cairan isotonis yang sesuai dengan cairan di tubuh
- Rawat luka dengan konsep steril
Rasional: Agar tidak terjadi infeksi dan terpapar oleh kuman atau bakteri
- Ajarkan klien dan keluarga untuk melakukan perawatan luka
Rasional: Memandirikan pasien dan keluarga
- Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga mengenai tanda dan gejala dari
infeksi
Rasional: Agar keluarga pasien mengetahui tanda dan gejala dari infeksi
- Kolaborasi pemberian antibiotik
Rasional: Pemberian antibiotic untuk mencegah timbulnya infeksi
NIC label : Infection Control
- Bersihkan lingkungan setelah dipakai klien lain
Rasional: Meminimalkan risiko infeksi
- Instruksikan pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah
berkunjung
Rasional: meminimalkan patogen yang ada di sekeliling pasien
- Gunakan sabun anti mikroba untuk cuci tangan
Rasional: mengurangi mikroba bakteri yang dapat menyebabkan infeksi
- Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
- Gunakan universal precaution dan gunakan sarung tangan selma kontak
dengan kulit yang tidak utuh
- Observasi dan laporkan tanda dan gejal infeksi seperti kemerahan, panas,
nyeri, tumor
- Kaji temperatur tiap 4 jam
- Catat dan laporkan hasil laboratorium, WBC
- Kaji warna kulit, turgor dan tekstur, cuci kulit dengan hati-hati
- Ajarkan keluarga bagaimana mencegah infeksi
Evaluasi:
Tidak terjadi infeksi ataupun tanda-tanda infeksi

4) Hambatan komunikasi verbal


Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan pasien dapat
berkomunikasi verbal seperti biasanya, dengan kriteria hasil :
- Pengolahan informasi: klien mampu untuk memperolah, mengatur, dan
menggunakan informasi
- Mampu mengontrol respon ketakutan dan kecemasan terhadap
ketidakmampuan berbicara
- Mampu memanajemen kemampuan fisik yang di miliki
- Mampu mengkomunikasikan kebutuhan dengan lingkungan sosial
Intervensi:
- Menilai kemampuan berbicara secara berkala; menganjurkan untuk
beristirahat dalam mengeluarkan suara
Rasional: Suara serak dan sakit tenggorokan dapat terjadi karena edema jaringan atau
kerusakan bedah saraf laring berulang dan dapat berlangsung beberapa hari. Kerusakan saraf
permanen bisa terjadi, (jarang) yang menyebabkan kelumpuhan pita suara dan / atau
kompresi trakea.
- Menjaga komunikasi yang sederhana; tanyakan pertanyaan yang bisa dijawab
dengan jawaban ya/tidak.
Rasional: Mengurangi permintaan untuk respon; agar pasien bisa beristirahat dalam
mengeluarkan suara.
- Memberikan metode alternatif komunikasi yang sesuai, misalnya, papan tulis,
papan surat / gambar.
Rasional: Memfasilitasi pasien untuk mengekspresikan kebutuhannya
- Mengantisipasi kebutuhan sesegera mungkin. Sering mengunjungi pasien.
Rasional: Mengurangi kecemasan dan kebutuhan pasien untuk berkomunikasi.
- Ada peringatan/pemberitahuan di ruang perawat jika ada pasien dengan
keterbatasan suara dan menjawab panggilan bell segera mungkin.
Rasional: Mencegah pasien untuk mengeluarkan suara
- Menjaga lingkungan yang tenang
Rasional: Meningkatkan kemampuan perawat untuk mendengar komunikasi yang berbisik
dari pasien dan mengurangi kebutuhan pasien untuk menaikkan suara
Evaluasi:
Pasien dapat membangun metode komunikasi dimana kebutuhan dapat dipahami oleh orang
disekitarnya
5) Defisiensi Pengetahuan (Kurang pengetahuan)
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah di berikan asuhan keperawatan selama 1×1 jam diharapkan terjadi peningkatan
pengetahuan pasien dan keluarga dengan kriteria hasil :
- mengungkapkan pemahamannya tentang kebutuhan terapi
- Berpartisipasi dalam pengobatan
- melakukan perubahan gaya hidup yang diperlukan
Intervensi:
Independen
- Tinjau prosedur pembedahan dan harapan masa depan
Rasional: Memberikan pengetahuan dasar agar pasien dapat membuat keputusan
- Diskusikan kebutuhan yang seimbang, diet bergizi dan garam beryodium yang
sesuai.
Rasional: Untuk penyembuhan dan membantu pasien mendapatkan kembali /
mempertahankan berat badan yang tepat. Penggunaan garam beryodium seringkali cukup
untuk memenuhi kebutuhan yodium kecuali garam dibatasi untuk masalah kesehatan lainnya
- Menganjurkan untuk menghindari makanan yang mengadung goitrogenik,
misalnya, konsumsi berlebihan makanan laut, kedelai, lobak.
Rasional: Kontraindikasi setelah tiroidektomi parsial karena makanan ini menghambat
aktivitas tiroid
- Mengidentifikasi makanan tinggi kalsium (misalnya, produk susu) dan vitamin
D (misalnya, produk susu yang diperkaya, kuning telur, hati).
Rasional: Memaksimalkan pasokan dan penyerapan kalsium jika fungsi paratiroid terganggu
- Mendorong program latihan umum secara progresif
Rasional: Pada pasien dengan tiroidektomi subtotal, olahraga dapat merangsang kelenjar
tiroid dan merangsang produksi pada hormon tiroid, memfasilitasi pemulihan secara umum
- Latihan pasca operasi harus dimulai setelah jahitan sembuh, misalnya, fleksi,
ekstensi, rotasi, dan gerakan lateral kepala dan leher
Rasional: Latihan ROM biasa memperkuat otot-otot leher, meningkatkan sirkulasi dan
penyembuhan proses luka
- Tinjau pentingnya istirahat dan relaksasi, menghindari situasi stres dan luapan
emosi
Rasional: Efek hipertiroidisme biasanya mereda sepenuhnya, namun butuh beberapa waktu
bagi tubuh untuk pulih
- Instruksikan dalam perawatan jahitan, misalnya, pembersihan, mengganti kasa
Rasional: Memungkinkan pasien untuk memberikan perawatan diri yang kompeten.
- Merekomendasikan penggunaan syal longgar untuk menutupi bekas luka,
menghindari penggunaan perhiasan
Rasional: Menutupi sayatan tanpa memperparah penyembuhan atau pengendapan infeksi dari
garis jahitan
- Oleskan cold cream setelah jahitan dilepas
Rasional: Melembutkan jaringan dan dapat membantu meminimalkan jaringan parut
- Mendiskusikan kemungkinan perubahan suara
Rasional: Perubahan fungsi pita suara dapat menyebabkan perubahan pitch dan kualitas
suara, yang mungkin bersifat sementara atau permanen
- Tinjau terapi obat secara terus-menerus walaupun pasien sudah merasa lebih
baik
Rasional: Penggantian hormon tiroid diperlukan setelah operasi pengangkatan kelenjar,
pasien perlu memahami dasar pemikiran untuk terapi penggantian dan konsekuensi jika tidak
rutin minum obat
- Mengidentifikasi tanda-tanda / gejala yang memerlukan evaluasi medis,
misalnya, demam, menggigil, luka drainase yang berkelanjutan, eritema, luka
yang terbuka, penurunan berat badan mendadak, hipertemia, mual / muntah,
diare, insomnia, berat badan meningkat, kelelahan, hipotermia, sembelit,
keadaan mengantuk.
Rasional: Dapat mengidentifikasi keadaan seperti infeksi, hipertiroidisme, atau
hipotiroidisme sehingga dapat mencegah perkembangan situasi yang mengancam jiwa.
Catatan: Sebanyak 43% dari pasien dengan tiroidektomi subtotal akan mengalami
hipotiroidisme
- Perlunya tindak lanjut medis jika ada stres pada pasien
Rasional: Memberikan kesempatan untuk mengevaluasi efektivitas terapi dan pencegahan
komplikasi
Evaluasi:
- mengungkapkan pemahamannya tentang kebutuhan terapi
- Berpartisipasi dalam pengobatan
- melakukan perubahan gaya hidup yang diperlukan
6) Risiko cedera
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan cedera tidak terjadi,
dengan kriteria hasil :
- Pasien tidak mengalami kejang
- Menunjukkan perilaku penurunan risiko cedera
Intervensi:
Independen
- Pantau tanda-tanda vital; catat jika, suhu meningkat, takikardia (140-200
denyut/menit), disritmia, gangguan pernapasan, dan sianosis
Rasional: Jika ada kesalahan selama pebedahan tiroidektomi subtotal dapat mengakibatkan
peningkatan pelepasan hormon, menyebabkan thyroid storm
- Evaluasi refleks secara berkala. Amati iritabilitas neuromuskuler, misalnya,
berkedut, mati rasa, parestesia, tanda-tanda Chvostek dan Trousseau, aktivitas
kejang.
Rasional: Hipokalsemia dengan tetani (biasanya sementara) dapat terjadi 1-7 hari pasca
operasi dan menunjukkan hipoparatiroidisme, yang dapat terjadi sebagai akibat dari trauma
yang tidak disengaja karena pengangkatan total pada kelenjar paratiroid selama operasi.
- Selalu pasang pagar pada bed pasien, tempat tidur dalam posisi rendah, dan
selalu sediakan oksigen di samping tempat tidur. Hindari penggunaan
restrains.
Rasional: Mengurangi potensi cedera jika terjadi kejang
Kolaborasi
- Memonitor kadar kalsium serum.
Rasional: Pasien dengan kadar kalsium kurang dari 7,5 mg / 100 mL umumnya memerlukan
terapi pengganti.
- Memberi obat sesuai indikasi:
 Kalsium (glukonat, laktat)
Rasional: Memperbaiki jika ada kekurangan, yang biasanya bersifat sementara tapi mungkin
permanen. Catatan: Gunakan dengan hati-hati pada pasien yang memakai digitalis karena
kalsium meningkatan sensitivitas jantung terhadap digitalis, potensial risiko toksisitas.
 Phosphate-binding agents
Bermanfaat dalam menurunkan kadar fosfor yang tinggi terkait dengan hipokalsemia
 Sedatives
Meningkatkan istirahat, mengurangi rangsangan eksogen
 Antikolvusan
Dapat mengontrol aktivitas kejang sampai terapi korektif berhasil
Evaluasi:
Menunjukkan komplikasi pada cedera dapat diminimalkan / dikontrol
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Poin yang paling penting pada asuhan keperawatan untuk pasien dengan operasi tiroid
adalah:
1. Persiapan Mental pasien sebelum operasi.
2. Diet tinggi karbohidrat dan kalori
3. Perawatan fisik yang mencakup istirahat dan persiapan aktual pasien untuk
operasi
4. Mengobservasi dan mencatat semua gejala-gejala yang dapat berkembang
sebelum dan sesudah operasi
5. Persiapan untuk pemulihan setelah operasi
DAFTAR PUSTAKA

Kandil E, Noureldine SI, Abbas A, Tufano RP. The impact of surgical volume on patient
outcomes following thyroid surgery. Surgery 2013; 154: 1346-1352; discus- sion 1352-1343.
Miller J. Diabetes and thyroid disease: nursing care to improve outcomes for patients living
in poverty. Nurs Clin North Am 2007; 42: 113-125, viii.
Upile T, Jerjes W, Mahil J, Tailor H, Balakumar R, Rao A, Qureshi Y, Bowman I,
Mukhopadhyay S. How to do it: the difficult thyroid. Head Neck Oncol 2011; 3: 54.
Harding J, Sebag F, Sierra M, Palazzo FF, Henry JF.Thyroid surgery: postoperative
hematoma--prevention and treatment. Langenbecks Arch Surg 2006; 391: 169-173.
Meek P, Carding PN, Howard DH, Lennard TW. Voice change following thyroid and
parathyroid surgery. J Voice 2008; 22: 765-772.
Walsh SR, Kumar B, Coveney EC. Serum calcium slope predicts hypocalcaemia following
thyroid surgery. Int J Surg 2007; 5: 41-44.
Reyes-Castano JJ, Burman K. Thyrotoxic Crisis: Thyroid Storm. In: Loriaux L, eds.
Endocrine Emergencies. Springer 2014: 77-97.
Balita, C. (2008). Ultimate learning guide to nursing review. Manila, Philippines: Tri-Mega
Printing.
Pudner, R. (2010). Nursing the surgical patient. Philadelphia, PA: Elsevier Health Sciences.
Venkatesh, G. V. (2007). Medical surgical nursing. New Delhi, India: Jaypee Brothers
Medical Publishers.
Eliason, E. L. ; Ferguson, L. Kreaeer; and Lewis, Elizabeth Keller. Surgical Nursing. Fifth
edition revised. Lippincott, 1936
Felter, Robert K. And West, Frances. Surgical Nursing. Davis, 1937
Mason, Robert L. Preoperative and Postoperative Treatment. Saunders, 1937
Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin.
Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta: EGC
Perkumpulan Endokrinologin Indonesia Cabang Jakarta. 2008. Penatalaksanaan Penyakit-
Penyakit Tiroid bagi Dokter. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK
UI
Doengus Marlyn, E. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC
Carpenito Lynda Juail. 2001. Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta: EGC
Nursarif, Amin Huda dkk. 2013. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa Medis
& NANDA NIC NOC. Yogyakarta: MediAction
http://www.nursesnanda.com/2012/09/nursing-care-plan-for-thyroidectomy.html (diakses
pada tanggal 9 September 2016 pada jam 13.01)
http://rnspeak.com/nursing-care-plan/thyroidectomy-nursing-care-plan-2/ (diakses pada
tanggal 9 September 2016 pada jam 12.37)
http://nandanursing.com/acute-pain-related-to-postoperative-thyroidectomy.html (diakses
pada tanggal 9 September 2016 pada jam 11.49)

Wednesday, August 22, 2018


Asuhan Keperawatan Perioperatif Kangker Tiroid (Pre operasi, Intra
Operasi dan Post Operasi)

Lanjutan LP Kangker Tiroid


Pre Operasi, Intra Operasi dan Post Operasi
Station Perioperatif Bedah
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF
CA. THYROID (TOTAL THYROIDECTOMY)
(PRE OPERASI, INTRA OPERASI DAN POST OPERASI)

I. Identitas Klien
Nama : Tn. X
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Gol. Darah :O
Alamat : Lampung
No. RM : 123456
Diagnosa : Ca. Thyroid
R. Tindakan : Total Thyroidectomy Tgl. MRS : 7 Februari 2018

A. RIWAYAT PRAOPERATIF
1. Pasien mulai dirawat : Pukul: 08.15 Tanggal: 7 Februari 2018,
di ruang Lavender
2. Ringkasan hasil amamnesa praoperatif
Klien mengatakan nyeri pada leher karena terdapat benjolan kurang lebih 3 cm, nyeri
dirasakan saat klien menelan dan sangat dirasakan ketika klien menelan makanan, lokasi
nyeri di leher bagian kiri, dengan skala VAS 5, klien tampak meringis.

3. Hasil pemeriksaan fisik


a. TTV Tanggal 8 Februari 2018, Pukul: 08:15 WIB
TD : 130/80 mmHg
Suhu : 36,7oC
Nadi : 100 x/menit
RR : 20 x/menit
Kesadaran : Composmentis, GCS: E4, V5, M6
Orientasi : baik
b. Pemeriksaan Fisik (Head to toe)
- Kepala dan leher :
Rambut klien tampak bersih, tidak ada benjolan pada bagian kepala, adanya benjolan
dibagian leher, adanya benjolan bulat di bagian leher sebelah kiri kurang lebih 3cm, benjolan
tidak mengeluarkan darah, warna kulit leher sama dengan kulit sekitarnya, konsistensi
kenyal, terdapat nyeri tekan pada saat menelan, pada saat klien disuruh menelan tumor ikut
bergerak.

- Thorax dan Paru


Jantung : I = Tidak tampak letus cordis
P = Denyut jantung teratur
P = Terdengar bunyi pekak
A = Irama jantung teratur, tidak terdapat bunyi murmur
Paru : I = RR: 22x/mnt, gerakan naik turun dada teratur
P = Bunyi sonor
P = Vokal Fremitus sama
A = Tidak terdapat bunyi ronkhi/ wheezing, bunyi nafas
vasikuler
n : I = Warna kulit merata dengan kulit sekitarnya, Tidak terdapat lesi
A = Peristaltik usus 14x/menit
P = Tidak ada massa/ benjolan
P = Terdengar bunyi timpani

- Ekstremitas atas dan bawah : Kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah 4,4,4,4

- Genetalia dan rectum : Bersih, tidak ada lesi, tidak terpasang DC, tidak ada
kelainan, tidak ada hemoroid

4. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan rontgen polos : Thorax PA -> Normal
Histopatologi (PA)tanggal 7 Februari 2018 Kesan = Adenocarcinoma Thyroid Papillare

 Hasil Laboratorium
Parameter Hasil Nilai Rujukan Satuan
Patologi
Hemoglobin 16,1 13,00-18,00 g/dL
Leukosit 8.200 4.800-10.800 µL
Eritrosit 5,6 4,7-6,1 Juta/µL
Hematokrit 46 42-52
Trombosit 354.000 150.000-450.000 /µL
MCV 82 79-99 fL
MCH 29 27-31 pg
MCHC 35 33-37 g/dL
Hitung Jenis
Basofil 0 0-1 %
Easinofil 1 2-4 %
Batang 0 3-5 %
Segmen 79 50-70 %
Limfosit 14 25-40 %
Monosit 6 2-8 %
LED 50 0-10 mm/jam
CT 10 9-15 menit
BT 2,30 1-3 menit

KIMIA
SGOT 19 < 37 U/L
SGPT 46 < 41 U/L
Gula Darah Sewaktu 129 < 140 Mg/dL

5. Prosedur Khusus Sebelum Pembedahan


No Prosedur Ya Tidak Keterangan
1 Tindakan Ya Berdoa menurut keyakinanan yang dianut
persiapan Berikan latihan nafas dalam dan
psikologi pasien meyakinkan pasien bahwa tim medis akan
melakukan yang terbaik untuk kesembuhan
klien.

2. Lembar Informed Ya Klien dan keluarga telah menyetujui akan


consent dilakukan tindakan operasi

3 Puasa Ya Klien berpuasa selama 8 jam

4 Membersihkan Tidak Klien diinstruksikan mandi menggunakan


kulit (pencukuran desinfektan diruangan
area operasi )
5 Membersihkan Tidak Klien tidak diberikan obat pencahar
saluran
pencernaan
(lavement / obat
pencahar)

6 Pengosongan Ya Untuk memantau intake dan output


kandung kemih
7 Persiapan Ya Mengantisipasi resiko perdarahan
Transfuse darah
8 Terapi cairan Ya Klien terpasang cairan infuse 20 tts / menit
infuse
9 Penyimpanan Tidak Klien tidak menggunakan perhiasan ,
perhiasan, aksesoris, kacamata, anggota tubuh palsu
aksesoris
,kacamata, dan
anggota tubuh
yang palsu
10 memakai baju Ya Mengurangi resiko infeksi.
khusus operasi

6. Pemberian Obat Obatan


Antibiotic profilaksis = cifrofloxacin 1 gram

B. ANALISA DATA PREOPERATIF

Data Subjektif & Obyektif Masalah Keperawatan Etiologi


PRA OPERATIF
DS : Klien mengatakan nyeri Nyeri Adanya desakan
pada leher karena terdapat pembengkakan
benjolan kurang lebih 3 cm,
nyeri dirasakan saat klien
menelan dan sangat dirasakan
ketika klien menelan
makanan, lokasi nyeri di
leher bagian kiri, dengan
skala NMRS 5,
DO : klien tampak meringis.
TTV :
TD: 130/90 mmHg
Suhu: 36,7oC
Nadi: 100 x/menit
RR: 20 x/menit

DS: Klien mengatakan Cemas Kurangnya informasi


khawatir karena klien belum mengenai prosedur
pernah menjalani operasi pengobatan
sebelumnya dan klien
menanyakan tentang
prosedur operasi
DO: Klien tampak gelisah,
klien tampak banyak
bertanya
Nadi klien 100 x/menit

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN PRE OPERASI

1. Nyeri b.d adanya desakan pembengkakan


2. Cemas b.d kurang informasi mengenai prosedur pengobatan

D. INTERVENSI PRE OPERATIF


INTERVENSI
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI
1 Nyeri b.d adanya desakan Setelah dilakukan 1. Ukur TTV
pembengkakan asuhan keperawatan 2. Kaji skala nyeri
diharapkan nyeri 3. Berikan posisi
berkurang, dengan nyaman
kriteria hasil : 4. Anjurkan teknik
- nyeri berkuag pada relaksasi nafas dalam
skala 3 atau 4 5. Kolaborasi
- klien dapat pemberian analgesic
mengontrol nyeri
2 Cemas b.d kurang informasi Setalah dilakukan 1. Ukur TTV
mengenai prosedur pengobatan asuhan keperawatan 2. Beri posisi
diharapkan cemas nyaman
klien berkurang 3. Jelaskan tindakan
dengan kriteria hsil: yang akan dilakukan,
- Klien mampu prosedur dan lama
mengungkapkan dan operasi
menunjukkan teknik 4. Beri kesempatan
untuk mengontrol pasien untuk
cemas bertanya
5. Beri penjelasan
dan yakinkan klien
bahwa perawat akan
mendampingi selama
periode perioperatif
6. Anjurkan teknik
relaksasi nafas dalam
pembedahan

E. IMPLEMNTASI DAN EVALUASI

NO DIAGNOSA IMPLEMNTASI EVALUASI


1 Nyeri b.d adanya 1. Mengukur TTV S klien mengatakan masih
desakan 2. Mengkaji skala nyeri merasakan nyeri pada leher
pembengkakan 3. Memberikan posisi karena terdapat benjolan
nyaman kurang lebih 3cm, nyeri
4. Menganjurkan teknik dirasakan saat klien menelan,
relaksasi nafas dalam lokasi nyeri dileher bagian
5. Berkolaborasi pemberian kiri. Klien mengatakan skala
analgesic : ketrolak nyeri 5 dari (0-10)
O : - TTV :
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 36,6oC
Nadi : 98 x/menit
RR : 20 x/menit
klien tampak meringis
A : masalah nyeri belum
teratasi
P: lamjutkan intervensi :
- Ukur TTV
- Kaji skala nyeri
- Berikan posisi nyaman
- Anjurkan teknik relaksasi
nafas dalam
- Kolaborasi Tindakan
Total Thiroidektomie
2 Cemas b.d kurang 1. Mengukur TTV S : klien mengatakan sudah
informasi 2. Memberi posisi nyaman mengerti tentang tindakan
mengenai 3. Menjelaskan tindakan yang yang akan dilakukan pada
prosedur akan dilakukan, prosedur dan dirinya
pengobatan lama operasi O:
4. Memberi kesempatan Ttv :
TD : 120/80 mmHg
pasien untuk bertanya
Suhu : 36,6oC
5. Menganjurkan teknik Nadi : 98 x/menit
RR : 20 x/menit
relaksasi nafas dalam
klien dapat menyebutkan
pembedahan
tindakan yang akan dilakukan
pada dirinya yaitu
tiroidektomi dengan lokasi di
leher, klien mengerti tentang
prosedur pembedahan, klien
tampak tenang.
TD :
A: masalah cemas sebagian
teratasi Klien siap operasi
P : Dampingi klien ketika
akan masuk ke kamar operasi.

F. INTRAOPERATIF
1) Tanda tanda vital, tanggal 8 februari 2018 jam 09:00
Suhu : 36,5oc Nadi : 100 x/menit SPO2= 98%
TD :106/78 mmHg RR : 22 X/MENIT
2) Posisi pasien dimeja operasi : supinase dengan posisi kepala hiperekstensi
3) Jenis operasi : total thyrodectomy, Area Operasi Leher
4) Tenaga medis dan perawat diruang operasi
Dokter anastesi : dr. Wahyu.sp.An Penata Anastesi : Putri
Dokter bedah : dr. Bintang, sp.B Asisten dokter bedah : Taufik
Perawat instrument : Pariyes
Perawat sirkuler : Komang Linda

5) Pemberian obat anastesi: General


Tgl/jam Nama Obat Dosis Rute
8/2/2018 Provovol 150 mg Injeksi IV
Fentanyl 150 mg Injeksi IV
tramus 25mg Injeksi IV
Ondan 4mg Injeksi IV
Kalnex 1 Injeksi IV
Dexametasone 10 mg Injeksi IV
N2o 40-80 ml Inhalasi
Sevorane 30 cc Inhalasi

6) Tahap tahap atau kronologi pembedahan


a. Area di desain, antiseptic insisi
b. Time OUT jam 09:00wib
c. Insisi kulit sesuai desain
d. Dibuat flap superior – inverior
e. Dilakukan insisi istmolobektomi sinistra sampai nampak trakea sebagian dasar atau terdapat
kesulitan dalam pembebasan poul atas
f. Dilakukan Thiroidektomie Total
g. Perdarahan dirawat dengan Elektrosurgery ( Koagulation)
h. Kontrol pendarahan dengan pasang drain
i. Luka dijahit lapis demi lapis
j. Sign Out jam 10 :45
k. Luka ditutup dengan kasa steril
l. Tumor difiksatie denga formalin dan dikirim kelaboratorium PA
m. Operasi selesai,
n. Perawat merpihkan Instrumen dan pasien

7) Tindakan bantuan yang diberikan selama pembedahan :


a. Pemberian oksigen
b. Pemberian suction
c. Pemasangan drain
d. Pemasangan intubasi (ett non king king no 7)
e. Pemasangan kateter
f. Pemeriksaan Patologi Anatomie

8) Pembedahan berlangsung selama 2 jam, jam operasi dimulai pukul 09.00 dan jam operasi
selesai pukul 11.00
9) Komplikasi dini setelah pembedahan (saat pasien masih diruang operasi) tidak ada
komplikasi

G. ANALISA DATA INTRA OPERATIF


INTRA OPERATIF
DS: - Resiko Cidera Anestesi narkotik
DO:
Posisi supine dengan posisi
kepala hiperekstensi, pasien
akan dilakukan
thyroidectomy (pembedahan
mayor), pasien dilakukan
anastesi general
Penggunaan Alat – alat
elektrosurgeery

DS: - Resiko ketidakseimbangan Perdarahan


DO: volume cairan
Incisi didaerah leher dengan
panjang 10 cm
Pasien terpasang infuse: 300
cc.
Kebutuhan cairan dewasa:
= 50 cc/kg/BB/24 jam
= 50 cc x 70kg/ 24 jam =
145,8 cc/jam
2 jam operasi = 2 x 145,8 =
291 cc= 300 cc

Perdarahan saat ini: ±100 cc


IWL: BB x 15 = 70 x 15 =
105 cc
IWL 2 jam= 8,75 cc= 9 cc
pasien terpasang kateter urin:
250 cc.
Output= 9 + 100 + 250 = 359
cc
Balance cairan: intake –
output = 300 cc – 359 cc= -
59 cc

DS: - Resiko Infeksi


DO: Akan dilakukan Total Prosedur Invasif
Thiroidektomie

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN INTRA OPERASI


1. Resiko cidera b.d anestesi narkotik
2. Resiko ketidakseimbangan volume cairan b.d perdarahan
3. Resiko infeksi b.d prosedur invasif

I. INTERVENSI INTRA OPERASI


No Dx Kep. Tujuan Intervensi
1 Resiko cidera b.d anestesi Setalah dilakukan asuhan 1. Pastikan posisi
narkotik keperawatan diharapkan pasien yang sesuai
tidak terjadi cidera, dengan dengan tindakan
kriteria hasil : operasi
- Tubuh klien bebas dari 2. Cek integritas kulit
cidera 3. Cek daerah
penekanan pada tubuh
selama operasi
4. Pasang penghantar
elektroda
5. Hitung jumlah
kasa, jarum, bisturi,
dapper, dan instrumen
bedah
6. Lakukan time out
7. Lakukan sign out

2 Resiko ketidakseimbangan Setalah dilakukan asuhan 1. Pertahankan


volume cairan bd perdarahan keperawatan diharapkan keseimbangan cairan
volume cairan dalam 2. Pertahankan iv line
keadaan seimbang, dengan 3. Pantau urine
kriteria hasil : output
4. Kolaborasi dengan
 Tidak ada tanda
operator dalam
tanda dehidrasi
(elastisitas tugor penghentian
baik, membran
perdarahan (pemberian
mukosa lembab)
 Mempertahankan klem, koter, dan
urine output sesuai
dapper)
dengan usia dan BB

3 Resiko infeksi b.d prosedur Setalah dilakukan asuhan 1. Pertahankan APD


invasif keperawatan diharapkan (masker dan topi)
klien tidak terjadi infeksi 2. Lakukan scrubbing
dengan kriteria hasil : 3. Lakukan gaunning
4. Lakukan gloving
 Tidak ada tanda
5. Lakukan aseptik
tanda infeksi (rubor,
kalor, dubor, tumor, area operasi
fungsio laesa)
6. Lakukan drapping
7. Pertahankan
prinsip steril

J. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI INTRA OPERASI


No Dx. Kep Implementasi Evaluasi
1 Resiko cidera b.d 1. Memaastikan posisi pasien S:
anestesi narkotik yang sesuai dengan tindakan O: elektroda terpasang,
operasi integritas kulit baik.
2. mengecek integritas kulit A : Cidera tidak terjadi
3. mengecek daerah P:
penekanan pada tubuh selama Pertahankan intervensi :
operasi
 Pastikan posisi
4. Memasang penghantar
pasien tepat
elektroda  Cek intergritas
kulit
5. Menghitung jumlah kasa,
 Cak daerah
jarum, bisturi, dapper, dan penekanan pada
tubuh
instrumen bedah
6. Melakukan time out
7. Melakukan sign out

2 Resiko 1. Mempertahankan S:
ketidakseimbangan keseimbangan cairan O : balance cairan : -59cc
volume cairan bd 2. Mempertahankan iv line Iv line dipertahankan
perdarahan 3. Memantau urine output Urine output 2500cc
4. Berkolaborasi dengan A : resiko ketidak
operator dalam penghentian seimbangan volume
perdarahan (pemberian klem, cairan
koter, dan dapper) P:
Pertahankan
keseimbangan cairan

3 Resiko infeksi b.d 1. Mempertahankan APD S:


prosedur invasif (masker dan topi) O : telah dilakukan Total
2. Melakukan scrubbing Thiroidektomie oleh
3. Melakukan gaunning operator
4. Melakukan gloving A : resiko infeksi
5. Melakukan aseptik area P : pertahankan prinsip
operasi steril selama periode post
6. Melakukan drapping operasi
7. Mempertahankan prinsip Kolaborasi pemberian
steril antibiotika post operasi

K. POST OPERASI
a. Pasien pindah keruang recovery room pada pukul 14.15WIB
b. Keluhan saat di recovery room gelisah, wajah klien tampak meringis menahan sakit, VAS :
3
c. Air way : terdengar bunyi gargling, klien terpasang OPA
d. Breathing : RR : 24x/menit, tidak menggunakan otot bantu pernafasan, SpO2 99 %
e. Sirkulasi : 140/70mmHg, tingkatt kesadaran GCS :12 Apatis : e:3, v : 4, m : 5 = 12
(apatis), akral dingin
Nadi : 96x/menit
f. Observasi rr : aldret score
No Criteria Skor Skor Skor saat
keluar
Saat
RR jam
masuk 12:05
jam
11:00
1 Warna kulit 2 2
- Kemerahan 2
- Pucat 1
- Sianosis 0
2 Aktivitas motoric
2
- Gerak 4 anggota tubuh 2 2
- Gerak 2 anggota tubuh 1
- Tidak ada gerakan 0
3 Pernapasan
2
- Napas dalam, batuk dan kuat 2 1
- Nafas dangkal dan kuat 1
- Apnea atau nafas tidak adekuat 0
4 Tekanan darah
2
- ± 20 mmhg dari pre operasi 2 2
- 20-50 mmhg dari pre operasi 1
- ± 50 mmhg dari pre operasi 0
5 Kesadaran 1 1
- Sadar penuh mudah dipanggil 2
- Bangun jika dipanggil 1
- Tidak ada respon 0
Jumlah 8 9

g. Ttv : suhu 35,7oc, nadi : 96 x/menit, td : 140/70 mmhg, rr : 24 x/mnt


h. Kesadaran : e:3, v : 4, m : 5 = 12 (apatis)
i. Balance cairan
(Kebutuhan cairan dewasa:
= 50 cc/kg/BB/24 jam
= 50 cc x 70kg/ 24 jam = 145,8 cc/jam
2 jam operasi = 2 x 145,8 = 291 cc= 300 cc)
Perdarahan saat ini: ±100 cc
IWL: BB x 15 = 70 x 15 = 105 cc
IWL 2 jam= 8,75 cc= 9 cc
pasien terpasang kateter urin: 250 cc.
Output= 9 + 100 + 250 = 359 cc
Balance cairan: intake – output = 300 cc – 359 cc= -59 cc
Intake = 300 cc

j. Survey sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas:


NORMAL
PENJELASAN
YA TIDAK
Kepala Ya Bentuk kepala bulat, tidak ada benjolan, tidak ada
lesi
Leher Tidak Terdapat luka post oeprasi total thyrodectomy di
leher sinistra
Dada Ya I = Tidak tampak letus cordis
P = Denyut jantung teratur
P = Terdengar bunyi pekak
A = Irama jantung teratur, tidak terdapat bunyi
murmur
Abdomen Ya I = RR: 24x/mnt, gerakan naik turun dada teratur
P = Bunyi sonor
P = Vokal Fremitus sama
A = Tidak terdapat bunyi ronkhi/ wheezing, bunyi
nafas vasikuler
Genetalia Ya Bersih, tidak ada lesi, tidak terpasang DC, tidak ada
kelainan, tidak ada hemoroid
Integumen Tidak Terdapat luka post operasi total thyrodectomy di
leher
Ekstremitas Kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah
4 4
4 4

L. ANALISA KEPERAWATAN POST OPERASI


POST OPERATIF
DS: - Bersihan jalan nafas tidak Akumulasi Sekret efek
DO: efektif narkose General
RR= 24 x/mnt
Pasien terpasang OPA
Terdengar bunyi gargling
GCS: 12 (Apatis)
DS : - Hipotermi Terpajan suhu lingkungan
DO : rendah
Klien tampak mengigil
kedinginan, tubuh klien
bergetar kedinginan, akral
dingin, suhu : 35,7c
DS : Nyeri Adanya incisi (luka) post
DO : Klien gelisah , TD Total thiroidektomie
140/70 mmhg, Nadi 96 x /mt
Wajah klien tampak meringis
menahan sakit, VAS : 3

M. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Akumulasi Sekret
2. Hipotermi b.d terpajan suhu lingkungan rendah
3. Nyeri b.d insisi pembedahan post total thiroidektomie

N. INTERVENSI POST OPERASI


NO Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Setalah dilakukan 1. Pertahankan OPA
Akumulasi Sekret efek narkose asuhan keperawatan 2. Lakukan suction
general diharapkan bersihan 3. Pantau saturasi 02
jalan nafas efektif 4. Pantau TTV
dengan kriteria hasil: 5. Evaluasi jalan
nafas
 Suara nafas
vasikuler
tidak terdapat
sekret di jalan
nafas

2 Hipotermi b.d terpajan suhu Setelah dilakukan 1. PantauTTV


lingkungan rendah asuhan keperawatan 2. Berikan selimut
diharapkan suhu penghagat
tubuh klien dalam 3. Pantau suhu
rentan normal, lingkungan
dengan kriteria hasil
: 36,5 -37,5celsius
3 Nyeri b.d insisi pembedahan post Setelah dilakukan 1. Ukur TTV
total thiroidektomie asuhan keperawattan
2. Kaji skala nyeri
diharapkan nyeri
klien berkurang, 3. Berikan posisi
dengan kriteria hasil
nyaman
: VAS berkurang
pada skala 1 - 2, 4. Anjurkan teknik
klien dapat
relaksasi nafas dalam
mengontrol rasa
nyeri

O. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI POST OPERASI


NO Diagnosa Implementasi Evaluasi
1 Bersihan jalan nafas
1 1. Mempertahankan OPA S : klien mengatakan
tidak efektif b.d 2. Melakukan suction tidak ada sekret
Akumulasi Sekret 3. Memantau saturasi 02 O : OPA dilepas,suara
4. Memantau TTV ( hasilnya) nafas vesikuler, gurgling
5. Mengkaji bersihan jalan ( - ), Jalan nafas clear
nafas GCS : 14 (Composmetis)
TTV :
TD : 120/79mmHg
Nd : 88x/menit
S: 36,4 c
RR: 22x/m
A : masalah teratasi
P : Monitor dan kaji jalan
nafas s/d 24 jam
2 Hipotermi b.d terpajan1. MemantauTTV S : klien mengatakan
suhu lingkungan2. Memberikan selimut penghagat tubuhny mulai
rendah 3. Memantau suhu lingkungan menghangat
O : klien terpasang
selimut penghangat pada
suhu 37-45 celsius
Suhu : 36,4celsius
A: masalah hipotermi
sebagian teratasi
P : lanjutakn intervensi

 Pantau TTV
 Berikan selimut
 Pantau suhu
lingkungan

3 Nyeri b.d insisi 1. Mengukur TTV S : klien mengatakan


pembedahan post total dapat mengontrol
2. Mengkaji skala nyeri
thiroidektomie nyerinya, klien
3. Memberikan posisi nyaman mengatakan skala nyeri 2
dari (0-10)
4. Menganjurkan teknik
O : klien melakukan
relaksasi nafas dalam relaksasi nafas dalam,
TTV :
TD : 120/79mmHg
Nd : 88x/menit
S: 36,4 c
RR: 22x/m
A : Masalah nyeri
sebagian teratasi
pertahankan intervensi :

 Ukur TTV
 kaji skala nyeri
 Berikan posisi
nyaman
 Anjurkan teknik
relaksasi nafas
dalam

LAPORAN PENDAHULUAN KANKER TIROID DAN


TIROIDEKTOMI

LAPORAN PENDAHULUAN
KANKER TIROID DAN TIROIDEKTOMI

A. Pengertian
Kanker Tiroid adalah suatu keganasan pada tiroid yang memiliki empat
tipe yaitu: papiler, folikuler, anaplastik, dan meduler.

Karsinoma tiroid termasuk kelompok penyakit keganasan dengan


prognosis relatif baik namun perjalanan klinisnya sukar diramalkan. Klien dengan
Ca Tiroid mengalami stres dan kecemasan yang tinggi.

B. Etiologi
Tiga penyebab yang sudah jelas dapat menimbulkan karsinoma tiroid :
1. Kenaikan sekresi hormon TSH ( Thyroid Stimulating Hormon) dari kelenjar
hipofise anterior disebabkan berkurangnya sekresi hormon T3 dan T4 dari
kelenjar tiroid oleh karena kurangnya intake iodium. Ini menyebabkan tiroid yang
abnormal dapat berubah menjadi kanker.
2. Penyinaran (radiasi ion) pada daerah kepala, leher, dada bagian atas terutama
anak-anak yang pernah mendapat terapi radiasi di leher dan mediastinum.
3. Faktor genetik.
Adanya riwayat keturunan dari keluaraga.

C. Patofisiologi Kanker Tiroid


Karsinoma tiroid biasanya menangkap iodium radio aktif dibandingkan
dengan kelenjar tiroid normal yang terdapat di sekelilingnya. Oleh karena itu, bila
dilakukan scintiscan, nodula akan tampak sebagai suatu daerah dengan
pengambilan yang kurang, suatu lesi dingin. Teknik diagnostik lain yang dapat
digunakan untuk diagnosis banding nodula tiroid adalah ekografi tiroid. Teknik ini
memungkinkan membedakan dengan cermat antara massa padat dan massa
kistik. Karsinoma tiroid biasanya padat, sedangkan massa kistik biasanya
merupakan kista jinak.
Karsinoma tiroid harus dicurigai berdasarkan tanda klinis jika hanya
ada satu nodula yang teraba, keras, tidak dapat digerakkan pada dasarnya, dan
berhubungan dengan limfadenopati satelit.
Secara umum telah disepakati bahwa kanker tiroid secara klinis dapat
dibedakan menjadi suatu kelompok besar neoplasma berdeferensiasi baik dengan
kecepatan pertumbuhan yang lambat dan kemungkinan penyembuhan tinggi, dan
suatu kelompok kecil tumor anaplastik dengan kemungkinan fatal. Terdapat empat
jenis kanker tiroid menurut sifat morfologik dan biologiknya : papilaris, folikularis,
medularis, dan anaplastik. (Price, 1995, hal:1078)
Karsinoma papiler kelenjar tiroid biasanya berbentuk nodul keras,
tunggal, “dingin” pada scan isotop, dan “padat” pada ultrasonografi tiroid, yang
sangat berbeda dengan bagian-bagian kelenjar lainnya. Pada goiter multinodular,
kanker berupa “nodul dominan” lebih besar, lebih keras dan jelas dari bagian
sekelilingnya. Kira-kira 10% karsinoma papiler, terutama pada anak-anak, disertai
pembesaran kelenjar getah bening leher, tapi pemeriksaan teliti biasanya akan
mengungkapkan nodul “dingin” pada tiroid. Jarang, akan perdarahan, nekrosis
dan pembentukan kista pada nodul ganas tetapi pada ultrasonografi tiroid, akan
terdapat echo interna yang berbatas jelas yang berguna untuk lesi ganas semi
kistik dari “kista murni” yang tidak ganas. Akhirnya, karsinoma papiler dapat
ditemukan tanpa sengaja sebagai suatu fakus kanker mikroskopik di tengah-
tengah kelenjar yang diangkat untuk alasan-alasan lain seperti misalnya : penyakit
graves atau goiter multinodular.
Secara mikroskopis, tumor terdiri dari lapisan tunggal sel-sel tiroid
teratur pada “vascular stalk”, dengan penonjolan papil ke dalam ruang
mikroskopis seperti kista. Inti sel besar dan pucat sering mengandung badan
inklusi intra nukleus yang jelas san seperti kaca. Kira-kira 40% karsinoma papiler
membentuk bulatan klasifikasi yang berlapis, sering pada ujung dari tonjolan papil
disebut “psammoma body”, ini biasanya diagnostik untuk karsinoma papiler.
Kanker ini biasanya meluas dengan metastasis dalam kelenjar dan dengan invasi
kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening lokal. Pada pasien tua, mereka bisa jadi
lebih agresif dan menginvasi secara lokal kedalam otot dan trakea. Pada stadium
lebih lanjut, mereka dapat menyebar ke paru. Kematian biasanya disebabkan
penyakit lokal, dengan invasi kedalam pada leher, lebih jarang kematian bisa
disebabka metastasis paru yang luas. Pada beberapa penderita tua, suatu
karsinoma papiler yang tumbuh lambat akan mulai tumbuh cepat dan berubah
menjadi karsinoma anaplastik. Perubahan anaplastik lanjut ini adalah penyebab
kematian lain dari karsinoma papiler, banyak karsinoma papiler yang mensekresi
tiroglobulin, yang dapat digunakan sebagai tanda rekurensi atau metastasis
kanker.
Karsinoma folikular ditandai oleh tetap adanya folikel-folikel kecil
walaupun pembentukan koloid buruk. Memang karsinoma folikular bisa tidak
dapat dibedakan dari adenoma folikular kecuali dengan invasi kapsul atau invasi
vaskular. Tumor ini sedikit lebih agresif daripada karsinoma papilar dan menyebar
baik dengan invasi lokal kelenjar getah bening atau dengan invasi pembuluh
darah disertai metastasis jauh ke tulang atau paru. Secara mikroskopis, sel-sel ini
berbentuk kuboid dengan inti besar yang teratur sekeliling folikel yang sering kali
mengandung koloid. Tumor-tumor ini sering tetap mempunyai kemampuan untuk
mengkonsentrasi iodium radioaktif untuk membentuk tiroglubulin dan jarang,
untuk mensintesis T3 dan T4. Jadi, kanker tiroid yang berfungsi yang jarang ini
hampir selalu merupakan karsinoma folikular. Karakteristik ini membuat tumor-
tumor ini lebih ada kemungkinan untuk memberi hasil baik terhadap pengobatan
iodin radioaktif . Pada penderita yang tidak diobati, kematian disebabkan karena
perluasan lokal atau karena metastasis jauh mengikuti aliran darah dengan
keterlibatan yang luas dari tulang, paru, dan visera.
Suatu varian karsinoma folikular adalah karsinoma “sel Hurthle” yang
ditandai dengan sel-sel sendiri-sendiri yang besar dengan sitoplasma yang
berwarna merah muda berisi mitokondria. Mereka bersikap lebih seperti
karsinoma papilar kecuali mereka jarang ada ambilan radioiodin. Karsinoma
campuran papilar dan folikular lebih seperti karsinoma papilar. Sekresi
tiroglobulin yang dihasilkan oleh karsinoma folikular dapat digunakan untuk
mengikuti perjalanan penyakit.
Karsinoma medular adalah penyakit dari sel C (sel parafolikular) yang
berasal dari badan brankial utama dan mampu mensekresi kalsitonin,
histaminase, prostaglandin, serotonir, dan peptida-peptida lain. Secara
mikoroskopis, tumor terdiri dari lapisan-lapisan sel-sel yang dipisahkan oleh
substansi yang terwarnai dengan merah. Amiloid terdiri dari rantai kalsitonin yang
tersusun dalam pola fibril atau berlawanan dengan bentuk-bentuk lain amiloid,
yang bisa mempunyai rantai ringan imunoglobulin atau protein-protein lain yang
dideposit dengan suatu pola fibri.
Karsinoma medular lebih agresif daripada karsinoma papilar atau
folikular tetapi tidak seagresif kanker tiroid undifferentiated. Ini meluas secara
lokal ke kelenjar getah bening dan ke dalam otot sekeliling dan trakea. Bisa invasi
limfatik dan pembuluh darah dan metastasisi ke paru-paru dan visera.kalsitonin
dan antigen karsinoembrionik (CEA = Carsinoembryonic antigen) yang disekresi
oleh tumor adalah tanda klinis yang membantu diagnosisdan follow-up. Kira-kira
sepertiga karsinoma medular adalah familial, melibatkan kelenjar multipel
(Multiple Endocrin neoplasia tipe II = MEN II, sindroma sipple). MEN II ditandai
dengan dengan karsinoma medular, feokromositoma, dan neuroma multipel pada
lidah, bibir, dan usus. Kira-kira sepertiga dalah kasus keganasan semata. Jika
karsinoma medular di diagnosis dengan biopsi aspirasi jarum halus atau saat
pembedahan, maka penting kiranya pasien diperiksa untuk kelainan endokrin lain
yang di jumpai pada MEN II dan anggota diperiksa untuk adanya karsinoma
medular dan juga MEN II. Pengukuran kalsitonin serum setelah stimulasi
pentagastrin atau infus kalsium dapat digunakan untuk skrining karsinoma
medular. Pentagastrin diberikan per intravena dalam bentuk bolus 0,5µg/kg, dan
contoh darah vena diambil pada menit 1, 3, 5, dan 10. Peningkatan abnormal
kalsitonin serum pada menit ke 3 atau 5 adalah indikatif adanya keganasan. Gen
untuk MEN Iia telah dilokalisasi pada kromosom 10, dan sekarang memungkinkan
menggunakan pemeriksaan DNA polimorfik dan polimorfisme panjang fragmen
terbatas untuk identifikasi karier gen sindroma ini. Jadi anggota keluarga yang
membawa gen ini dapat diidentifikasi dan diperiksa sebagai orang berisiko tinggi
untuk timbulnya sindroma ini.
Karsinoma anaplastik, tumor kelenjar tiroid undifferentiated termasuk
karsinoma sel kecil, sel raksasa, dan sel kumparan. Biasanya terjadi pada pasien-
pasien tua dengan riwayat goiter yang lama dimana kelenjar tiba-tiba dalam waktu
beberapa minggu atau bulan mulai membesar dan menghasilkan gejala-gejala
penekanan, disfagia atau kelumpuhan pita suara, kematian akibat perluasan lokal
yang biasanya terjadi dalam 6-36 bulan. Tumor-tumor ini sangat resisten terhadap
pengobatan.
D. Tanda dan Gejala
1. Sebuah benjolan, atau bintil di leher depan (mungkin cepat tumbuh atau keras) di
dekat jakun. Nodul tunggal adalah tanda-tanda yang paling umum kanker tiroid.
2. Sakit di tenggorokan atau leher yang dapat memperpanjang ke telinga.
3. Serak atau kesulitan berbicara dengan suara normal.
4. Pembengkakan kelenjar getah bening, terutama di leher. Mereka dapat ditemukan
selama pemeriksaan fisik.
5. Kesulitan dalam menelan atau bernapas atau sakit di tenggorokan atau leher saat
menelan. Ini terjadi ketika mendorong tumor kerongkongan Anda.
6. Batuk terus-menerus, tanpa dingin atau penyakit lain.

E. Pemeriksaan Penunjang Kanker Tiroid


1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid belum
ada yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon dalam
serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma
tiroid dapat terjadi tiroktositosis walaupun jarang. Human Tiroglobulin (HTG) Tera
dapat dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid diferensiasi baik.
Walaupun pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid, namun peninggian HTG
ini setelah tiroidektomi total merupakan indikator tumor residif atau tumbuh
kembali (barsano). Kadar kalsitonin dalam serum dapat ditentukan untuk
diagnosis karsinoma meduler.
2. Radiologis
a. Foto X-Ray
Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk
melihat obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat kalsifikasi pada
massa tumor. Pada karsinoma papiler dengan badan-badan psamoma dapat
terlihat kalsifikasi halus yang disertai stippledcalcification, sedangkan pada
karsinoma meduler kalsifikasi lebih jelas di massa tumor. Kadang-kadang
kalsifikasi juga terlihat pada metastasis karsinoma pada kelenjar getah bening.
Pemeriksaan X-Ray juga dipergunnakan untuk survey metastasis pada pary dan
tulang. Apabila ada keluhan disfagia, maka foto barium meal perlu untuk melihat
adanya infiltrasi tumor pada esophagus.

b. Ultrasound
Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan tepat,
namun cara ini cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi yaitu
tehnik yang lebih sederhana dan murah.
c. Computerized Tomografi
CT-Scan dipergunakan untuk melihat perluasan tumor, namun tidak dapat
membedakan secara pasti antara tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor tiroid.
d. Scintisgrafi
Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule dan cold
nodule. Daerah cold nodule dicurigai tumor ganas. Teknik ini dipergunakan juga
sebagai penuntun bagi biopsy aspirasi untuk memperoleh specimen yang
adekuat.
3. Biopsi Aspirasi
Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai
prosedur diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid.
Teknik dan peralatan sangat sederhana , biaya murah dan akurasi diagnostiknya
tinggi. Dengan mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum no.22 – 23 serta
alat pemegang, sediaan aspirator tumor diambil untuk pemeriksaan sitologi.
Berdasarkan arsitektur sitologi dapat diidentifikasi karsinoma papiler, karsinoma
folikuler, karsinoma anaplastik dan karsinoma meduler.

F. Penatalaksanaan medic
1. Macam Pembedahan Tiroid, yaitu :
a. Ismektomi
Ismektomi adalah pengangkatan tonjolan tiroid jinak yang berada pada ismus
tiroid, beserta bagian ismus dari kelenjar tiroid.

b. Lobektomi Subtotal
Lobektomi Subtotal adalah pengangkatan nodul tiroid beserta jaringan tiroid
sekitarnya pada satu sisi, dengan meninggalkan sebanyak kurang lebih 5 gram
jaringan tiroid normal dibagian posterior.
Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak tiroid.
c. Lobektomi Total / Hemitiroidektomi
Lobektomi Total adalah pengangkatan nodul tiroid beserta jaringan tiroid
seluruhnya pada satu sisi.
Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak tiroid yang mengenai seluruh jaringan
tiroid satu lobus, atau pada tonjolan tiroid dengan hasil pemeriksaan FNA
menunjukkan neoplasma folikuler. Bila hasil pemeriksaan histopatologis dari
spesimen menunjukkan karsinoma tiroid, maka tindakan lobektomi total tersebut
sudah dianggap cukup pada penderita dengan faktor prognostik yang baik.
d. Tiroidektomi Subtotal
Tiroidektomi Subtotal adalah pengangkatan nodul tiroid beserta jaringan tiroid
disekitarnya pada kedua sisi, dengan meninggalkan sebanyak kurang lebih 5 gram
jaringan tiroid normal dibagian posterior.
Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak tiroid yang mengenai kedua sisi.
e. Tiroidektomi hampir Total
Tiroidektomi hampir total adalah pengangkatan tonjolan tiroid beserta seluruh
jaringan tiroid pada satu sisi disertai pengangkatan sebagian besar jaringan tiroid
sisi kontralateral dengan menyisakan 5 g saja pada sisi tersebut.
Operasi ini dilakukan pada tonjolan jinak tiroid yang mengenai seluruh jaringan
tiroid satu lobus dan sebagian jaringan tiroid kontralateral. Tindakan tersebut juga
dapat dilakukan pada karsinoma tiroid deferensiasi baik pada satu lobus dan
belum melewati garis tengah, untuk menghindari kelenjar paratiroid bilateral.
Penderita karsinoma tiroid yang dilakukan prosedur ini harus dilanjutkan dengan
pemberian ablasi sisa jaringan tiroid menggunakan yodium radioaktif.
f. Tiroidektomi Total
Tiroidektomi Total adalah pengangkatan tonjolan tiroid beserta seluruh jaringan
tiroid.
Operasi ini dikerjakan pada karsinoma tiroid deferensiasi terutama bila disertai
adanya faktor prognostik yang jelek, karsinoma tiroid tipe meduler, karsinoma
tiroid tipe anaplastik yang masih operabel.
2. Non Pembedahan
a. Radioterapi
Radioterapi adalah penggunaan radiasi ion di bidang kedokteran sebagai satu
bagian pengobatan kanker dengan mengontrol pertumbuhan sel ganas.
Radioterapi digunakan sebagai terapi kuratif maupun bersifat adjuvan. Lapangan
radiasi juga mencakup jaringan limfonodus dan pembuluh darah yang menjadi
risiko utama untuk metastase tumor. Radioterapi adalah penggunaan radiasi
untuk menghancurkan sel kanker atau merusak sel tersebut sehingga tidak dapat
bermultiplikasi lagi. Walaupun radiasi ini akan mengenai seluruh sel, tetapi
umumnya sel normal lebih tahan terhadap radiasi dibandingkan dengan sel
kanker.
Kegunaan radioterapi adalah sebagai berikut:
1) Mengobati : banyak kanker yang dapat disembuhkan dengan radioterapi, baik
dengan atau tanpa dikombinasikan dengan pengobatan lain seperti pembedahan
dan kemoterapi.
2) Mengontrol : Jika tidak memungkinkan lagi adanya penyembuhan, radioterapi
berguna untuk mengontrol pertumbuhan sel kanker dengan membuat sel kanker
menjadi lebih kecil dan berhenti menyebar.
3) Mengurangi gejala : Selain untuk mengontrol kanker, radioterapi dapat
mengurangi gejala yang biasa timbul pada penderita kanker seperti rasa nyeri dan
juga membuat hidup penderita lebih nyaman.
4) Membantu pengobatan lainnya : terutama post operasi dan kemoterapi yang
sering disebut sebagai “adjuvant therapy” atau terapi tambahan dengan tujuan
agar terapi bedah dan kemoterapi yang diberikan lebih efektif.
Jenis radioterapi :
1) Radioterapi eksternal (radioterapi konvensional).
Pada terapi eksternal, mesin akan mengeluarkan sinar radiasi pada tempat kanker
dan jaringan sekitarnya. Mesin yang digunakan dapat berbeda, tergantung dari
lokasi kanker.
2) Radioterapi internal (Radioisotope Therapy (RIT)).
Radioterapi diberikan melalui cairan infus yang kemudian masuk ke dalam
pembuluh darah atau dapat juga dengan cara menelannya. Contoh obat
radioterapi melalui infus adalah metaiodobenzylguanidine (MIBG) untuk
mengobati neuroblastoma, sedangkan melalui oral contohnya iodine-131 untuk
mengobati kanker tiroid.
b. Kemoterapi
Kemoterapi memerlukan penggunaan obat untuk menghancurkan sel
kanker. Walaupun obat ideal akan menghancurkan sel kanker dengan tidak
merugikan sel biasa, kebanyakan obat tidak selektif. Malahan, obat didesain untuk
mengakibatkan kerusakan yang lebih besar pada sel kanker daripada sel biasa,
biasanya dengan menggunakan obat yang mempengaruhi kemampuan sel untuk
bertambah besar. Pertumbuhan yang tak terkendali dan cepat adalah cirri khas sel
kanker. Tetapi, karena sel biasa juga perlu bertambah besar, dan beberapa
bertambah besar cukup cepat (seperti yang di sumsum tulang dan garis
sepanjang mulut dan usus), semua obat kemoterapi mempengaruhi sel biasa dan
menyebabkan efek samping.
Kemoterapi secara umum menyebabkan mual, muntah, kehilangan selera
makan, kehilangan berat badan, kepenatan, dan sel darah hitung rendah yang
menyebabkan anemia dan risiko infeksi bertambah. Dengan kemoterapi, orang
sering kehilangan rambut mereka, tetapi akibat sampingan lain bevariasi
tergantung jenis obat.
Mual dan Muntah: gejala ini biasanya bisa dicegah atau dikurangi dengan
obat (kontra-obat emesis). Mual juga mungkin dikurangi oleh makanan makan
kecil dan dengan menghindari makanan yang tinggi di serat, gas barang hasil
bumi itu, atau yang sangat panas atau sangat dingin.
Sel Darah Hitung rendah: Cytopenia, kekurangan satu atau lebih tipe sel
darah, bisa terjadi karena efek racun obat kemoterapi pada sumsum tulang (di
mana sel darah dibuat). Misalnya, penderita mungkin membuat sel darah merah
yang rendah secara abnormal (anemia), sel darah putih (neutropenia atau
leukopenia), atau platelet (thrombocytopenia). Jika anemia parah, faktor
pertumbuhan spesifik, seperti erythropoietin atau darbepoietin, bisa diberikan
untuk pertambahan pembentukan sel darah merah, atau sel darah merah bisa
ditransfusikan. Jika thrombocytopenia hebat, platelet bisa ditransfusikan untuk
merendahkan risiko pendarahan.
c. Terapi Ablasi Iodium Radioaktif
Pada jaringan tiroid sehat dan ganas yang tertinggal setelah operasi,selanjutnya
diberikan terapi ablasi iodium radioaktif. Mengingat adanya uptake spesifik iodium
ke dalam sel folikuler tiroid termasuk sel ganas tiroid yang berasal dari sel
folikuler.
Ada 3 alasan terapi ablasi pada jaringan sisa setelah operasi, yaitu:
1) Merusak atau mematikan sisa fokus mikro karsinoma.
2) Untuk mendeteksi kekambuhan atau metastasis melalui eliminasi uptake oleh sisa
jaringan tiroid normal.
3) Meningkatkan nilai pemeriksaan tiroglobulin sebagai petanda serum yang
dihasilkan hanya oleh sel tiroid.
Untuk memaksimalkan uptake iodium radioaktif setelah tiroidektomi total, kadar
hormone tiroid diturunkan dengan menghentikan obat L-tiroksin, sehingga TSH
endogen terstimulasi hingga mencapai kadar diatas 25-30 mU/L.
d. Terapi Supresi L-Tiroksin
Evaluasi lanjutan perlu dilakukan selama beberapa dekade sebelum dikatakan
sembuh total. Target kadar TSH pada kelompok risiko rendah untuk kesakitan dan
kematian karena keganasan tiroid adalah 0,1-0,5 mU/L, sedang untuk kelompok
risiko tinggi adalah 0,01 mU/L.

G. Komplikasi
Komplikasi yang sering muncul pada kanker tiroid adalah :
1. Perdarahan
Resiko ini minimum, namun hati-hati dalam mengamankan hemostatis dan
penggunaan drain pada pasien setelah operasi.
2. Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan menyebabkan
embolisme udara.
3. Trauma pada nervus laringeus rekurens
Ini dapat menimbulkan paralisis sebagian atau total pada laring.
4. Sepsis yang meluas ke mediastinum
Seharusnya ini tidak boleh terjadi pada operasi bedah sekarang ini, sehingga
antibiotik tidak diperlukan sebagai pofilaksis lagi. (Sutjahjo, 2006, hal:86)
Kompilkasi akibat tiroidektomi dibagi dalam 3 golongan, yaitu:
1. Minor : seroma
2. Jarang : kerusakan trunkus simpatikus
3. Mayor : perdarahan intraoperatif
4. Perdarahan pasca operatif
5. Trauma pada n. laringeus rekuren/ superior
6. Hipoparatiroidisme
7. Hipotiroidisme
8. Krisis tiroid
9. Infeksi
H. Indikasi Tiroidektomi
Tiroidektomi pada umumnya dilakukan pada :
1. Penderita dengan tirotoksikosis yang tidak responsif dengan terapi
medikamentosa atau yang kambuh
2. Tumor jinak dan ganas tiroid
3. Gejala penekanan akibat tonjolan tumor
4. Tonjolan tiroid yang mengganggu penampilan seseorang
5. Tonjolan tiroid yang menimbulkan kecemasan seseorang

I. Asuhan Keperawatan
1. Pre Operasi
a. Aktivitas / latihan
Insomnia, sensitivitas meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan
berat,atrofi otot, frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea
b. Eliminasi
Urine dalam jumlah banyak, diare.
c. Koping / pertahanan diri
Mengalami ansietas dan stres yang berat, baik emosional maupun fisik, emosi
labil, depresi.
d. Nutrisi dan metabolik
Mual dan muntah, suhu meningkat diatas 37,4ºC.Pembesaran tiroid, edema non-
pitting terutama di daerah pretibial, diare atau sembelit.
e. Kognitif dan sensori
Bicaranya cepat dan parau, bingung, gelisah, koma, tremor pada tangan,
hiperaktif reflek tendon dalam (RTD), nyeri orbital, fotofobia, palpitasi, nyeri dada
(angina).
f. Reproduksi / seksual
Penurunan libido, hipomenorea, menorea dan impoten.
2. Post operasi
Dasar data pengkajian
a. Pertimbangan KDB menunjukkan merata dirawat : 3 hari
b. Pola aktifitas/istirahat : insomnia, kelemahan berat, gangguan koordinasi
c. Pola neurosensori : gangguan status mental dan perilaku, seperti : bingung,
disorientasi, gelisah, peka rangsang, hiperaktif refleks tendon dalam
3. Diagnosa Keperawatan
Pre operatif
a. Ansietas b.d. perubahan dalam status kesehatan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama ... x 24 jam diharapkan mampu
mengurangi stressor yang membebani sumber-sumber individu.
Kriteria Hasil :
§ Ansietas berkurang, bibuktikan dengan menunjukkan kontrol agresi, kontrol
ansietas, koping.
§ Merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat stres
§ Manifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada
Intervensi
1) Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas
Rasional: mengukur tingkat ansietas
2) Pantau respon fisik, palpitasi, gerakan yang berulang-ulang, hiperventilasi,
insomnia.
Rasional: Efek-efek kelebihan hormon tiroid menimbulkan manifestasi klinik dari
peristiwa kelebihan katekolamin ketika kadar epinefrin dalam keadaan normal.
3) Berikan obat anti ansietas, contohnya : transquilizer, sedatif dan pantau efeknya.
Rasional : membantu mengurangi ansietas klien dalam menghadapi operasi.
b. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan klien memasukkan atau menelan makanan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama ...x24 jam diharapkan tingkat zat gizi
yang tersedia mampu memenuhi kebutuhan metabolik.
Kriteria Hasil :
§ Terpenuhi asupan makanan, cairan, dan zat gizi
§ Toleransi terhadap diet yang dianjurkan
§ Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal
§ Melaporkan keadekuatan tingkat energy
Intervensi
1) Auskultasi bising usus
Rasional: bising usus hiperaktif mencerminkan peningkatan motalitas lambung
yang menurunkan atau mengubah fungsi absorpsi.
2) Pantau masukan makanan setiap hari. Dan timbang berat badan setiap hari serta
laporkan adanya penurunan.
Rasional: penurunan berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori
yang cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid.
3) Hindarkan pemberian makanan yang dapat meningkatkan peristaltic usus.
Rasional: peningkatan motalitas saluran cerna dapat mengakibatkan diare dan
gangguan absorpsi nutrisi yang diperlukan.
4) Kolaborasikan dengan dokter obat obat atau vitamin yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
c. Kerusakan komunikasi berhubungan dengan cedera pita suara. Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan selama ... x 24 jam diharapkan mampu mendemonstrasikan
tidak ada cedera dengan komplikasi minimal atau terkontrol
Kriteria Hasil : Mampu menciptakan metode komunikasi dimana kebutuhan dapat
dipahami.
Intervensi :
1) Antisipasi kebutuhan sebaik mungkin, kunjungi pasien secara teratur.
Rasional :Menurunkan ansietas dan kebutuhan pasien untuk berkomunikasi
2) Pertahankan lingkungan yang tenang
Rasional :Meningkatkan kemampuan mendengarkan komunikasi perlahan dan
menurunkan kerasnya suara yang harus diucapkan pasien untuk dapat
didengarkan
3) Anjurkan untuk tidak berbicara terus menerus.
Rasional :Suara serak dan sakit tenggorok akibat edema jaringan atau kerusakan
karena pembedahan pada syaraf laringeal dan berakhir dalam beberapa hari.
4) Kolaborasikan dengan dokter obat obat yang diperlukan untuk meringankan rasa
nyeri.
Post operatif
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. obstruksi jalan napas(spasme jalan napas).
Tujuan : Mempertahankan kepatenan jalan nafas setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ... x 24 jam.
Kriteria Hasil :
§ Menunjukkan pembersihan jalan napas yang efektif dibuktikan dengan pertukaran
gas dan ventilasi tidak berbahaya.
§ Mudah untuk bernapas.
§ Kegelisahan, sianosis, dan dispnea tidak ada.
§ Saturasi O2 dalam batas normal.
Intervensi :
1) Pantau frekuensi pernapasan, kedalaman, dan kerja pernapasan.
Rasional : pernapasan secara normal kadang-kadang cepat, tapi berkembangnya
distres pada pernapasan merupakan indikasi kompresi trakea karena edema atau
perdarahan.
2) Auskultasi suara napas, catat adanya suara ronki.
Rasional : ronki merupakan indikasi adanya obstruksi/spasme laryngeal yang
membutuhkan evaluasi dan intervensi yang cepat.
3) Periksa balutan leher setiap jam pada periode awal post operasi, kemudian tiap 4
jam.
Rasional : Pembedahan didaerah leher dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas
karena adanya edem post operasi.
b. Nyeri akut berhubungan dengan edema pasca operasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama ... x 24 jam diharapkan dapat
mengendalikan nyeri dan dapat berkurang.
Kriteria hasil :
§ Tidak ada rintihan
§ ekspresi wajah rileks
§ melaporkan nyeri dapat berkurang atau hilang., dari skala 7 berkurang menjadi 2.
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik verbal maupun nonverbal, catat lokasi,
intensitas (skala 0-10), dan lamanya.
Rasional : bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan intervensi
menentukan efektivitas terapi.
2) Memberikan pasien pada posisi semi fowler dan sokong kepala/leher dengan
bantal kecil.
Rasional : mencegah hiperekstensi leher dan melindungi integritas garis jahitan
3) Anjurkan pasien menggunakan teknik relaksasi, seperti imajinasi, musik yang
lembut, relaksasi progresif.
Rasional : membantu untyuk memfokuskan kembali perhatian dan membantu
pasien untuk mengatasi nyeri/rasa tidak nyaman secara lebih efektif.
4) Berikan analgesik narkotik yang diresepkan & evaluasi keefektifannya.
Rasional : Analgesik narkotik perlu pada nyeri hebat untuk memblok rasa nyeri.
c. Resiko tinggi terhadap komplikasi perdarahan berhubungan dengan tiroidektomi,
edema pada dan sekitar insisi, pengangkatan tidak sengaja dari para tiroid,
perdarahan dan kerusakan saraf laringeal.
Tujuan: mencegah terjadinya komplikasi perdarahan setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ... x 24 jam.
Kriteria hasil :
§ Tidak ada manifestasi dari perdarahan yang hebat
§ Hiperkalemia
§ Kerusakan saraf laryngeal
§ Obstruksi jalan nafas
§ Ketidak seimbangan hormon tiroid dan infeksi
Intervensi :
Perdarahan:
1) Pantau:
a) TD, nadi, RR setiap 2×24 jam. Bila stabil setiap 4 jam.
b) Status balutan: inspeksi dirasakan dibelakang leher setiap 2x 24 jam, kemudian
setiap 8 jam setelahnya.
2) Beritahu dokter bila drainase merah terang pada balutan/penurunan TD disertai
peningkatan frekuensi nadi & nafas.
3) Tempatkan bel pada sisi tempat tidur & instruksikan klien untuk memberi tanda
bila tersedak atau sensasi tekanan pada daerah insisi terasa. Bila gejala itu
terjadi, kendur-kan balutan, cek TTV, inspeksi insisi, pertahankan klien pada
posisi semi fowler, beritahu dokter.
Rasional : Untuk mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan. Temuan ini
menandakan perdarahan berlebihan dan perlu perhatian medis segera.
Intervensi :
Obstruksi jalan nafas:
1) Pantau pernafasan setiap 2×24 jam.
Rasional : Untuk mendeteksi tanda-tanda awal obstruksi pernafasan.
2) Beritahu dokter bila keluhan-keluhan kesulitan pernafasan, pernafasan tidak
tertur atau tersedak.
Rasional : Temuan-temuan ini menandakan kompresi trakeal yang dapat
disebabkan oleh perdarahan, perhatian medis untuk mencegah henti nafas.
3) Pertahankan posisi semi fowler dengan bantal dibelakang kepala untuk sokongan
Rasional : Posisi tegak memungkinkan ekspansi paru lebih penuh & membantu
menu-runkan bengkak.
4) Anjurkan penggunaan spirometri insentif setiap 2 jam untuk merangsang
pernafasan dalam.
Rasional : Pernafasan dalam mempertahankan alveoli terbuka untuk mencegah ate-
lektasis.
5) Jamin bahwa O2 dan suction siap tersedia di tempat.
Rasional : Untuk digunakan bila terjadi kompresi trakea.
Intervensi:
Infeksi luka:
1) Ganti balutan sesuai program dengan menggunakan teknik steril.
Rasional : Untuk melawan/mencegah masuknya bakteri.
2) Beritahu dokter bila ada tanda-tanda infeksi.
Rasional : Untuk melawan/mencegah masuknya bakteri.
Intervensi:
Kerusakan saraf laringeal:
1) Instruksikan klien untuk tidak banyak bicara.
Rasional : Untuk menurunkan tegangan pada pita suara.
2) Laporkan peningkatan suara serak dan kelelahan suara.
Rasional : Perubahan-perubahan ini menunjukkan kerusakan saraf laringeal,
dimana hal ini tidak dapat disembuhkan.
Intervensi:
Hipokalsemia:
1) Pantau laporan-laporan kalsium serum.
Rasional : Perubahan kadar kalsium serum terjadi sebelum manifestasi ketidak
seimbangan kalsium.
2) Beritahu dokter bila keluhan-keluhan kebal, kesemutan pada bibir, jari-jari/jari
kaki, kedutam otot atau kadar kalsium di bawah rentang normal.
Rasional : Temuan ini menandakan hipokalsemia dan perlunya penggantian garam
kalsium.
Intervensi:
Ketidakseimbangan hormon tiroid:
1) Pantau kadar T3 dan T4 serum.
Rasional : Untuk mendeteksi indikasi awal ketidakseimbangan hormon tiroid.
2) Berikan penggantian hormon tiroid sesuai pesanan.
Rasional : Hormon tiroid penting untuk fungsi metabolik norma

Anda mungkin juga menyukai