Anda di halaman 1dari 2

Identifikasi fenomena, proses kejadian, dan ulasan merupakan tiga struktur yang dapat kita temukan

pada teks eksplanasi. Dalam Bahasa Indonesia, teks eksplanasi dikenal sebagai teks yang menyajikan
informasi berupa bagaimana dan kenapa suatu peristiwa dapat terjadi. Dengan adanya informasi
semacam ini, para pembaca dan pendengar pun dapat mengetahui secara persis detil terjadinya
peristiwa, meski mereka tidak berada di tempat pada saat kejadian berlangsung. Teks semacam ini
dapat digunakan untuk mengulas berbagai topik mulai dari budaya, fenomena alam, sejarah, dan
lain sebagainya.

Pembahasan

Pada kesempatan ini, soal menyajikan kita dengan satu teks yang berjudul "Perlawanan Ulama
Pejuang: Pangeran Diponegoro". Kemudian, kita diminta untuk mencari bagian yang menunjukkan
identifikasi fenomenna, proses kejadian, ulasan, serta membuat kesimpulan berdasarkan kejelasan
dan kelengkapan strukturnya.

Teks kali ini berfokus pada perjuangan Pangeran Diponegoro yang kini termasuk salah satu pahlawan
nasional Indonesia. Beliau berasal dari Yogyakarta, namun makamnya berada di tanah Sulawesi,
tepatnya di kota Makassar.

Berikut kakak akan mencoba menjawab pertanyaan tersebut satu per satu.

a. Identifikasi fenomena -> ditunjukkan oleh paragraf pertama

Pada tahun 1825, Belanda bermaksud menyambung dan memperlebar jalan melalui tanah makam
leluhur Pangeran Diponegoro dengant idak minta izin terlebih dulu kepada Pangeran Diponegoro.
Hal itu menyebabkan Pangeran Diponegoro marah karena mengesampingkan beliau sebagai wali
raja sekaligus ulama kharismatis dari Kesultanan Yogyakarta.

b. Proses kejadian -> ditunjukkan oleh paragraf kedua sampai sebelum paragraf terakhir

Pada waktu diadakan pemasangan pancang-pancang oleh suruhan Belanda, pancang-pancang itu
dicabuti oleh suruhan Pangeran Diponegoro. Wakil Belanda, Residen Smissaert, meminta Pangeran
Mangkubumi (paman Pangeran Diponegoro) untuk memanggil Pangeran Diponegoro. Ia malah
bergabung dengan Pangeran Diponegoro untuk melakukan perlawanan. Pada tanggal 20 Juli 1825,
rumah kediaman Pangeran Diponegoro di Tegalrejo diserang dan dikepung oleh pasukan berkuda di
bawah pimpinan Chevalier dengan maksud untuk menangkap Pangeran Diponegoro.

Dalam pertempuran itu Pangeran Diponegoro dan Pangeran Mangkubumi lolos. Namun, ruamh
Pangeran DIponegoro dibakar oleh Belanda. SEjak itu Pangeran Diponegoro bertekad melawan
Belanda untuk menegakkan kemerdekaan dan keadilan dari kaum penjajah.
Perjuangan Pangeran Diponegoro mendapat simpati luas. Para pengikutnya pun bertambah banyak.
Oleh karena itu, pasukan Pangeran Diponegoro dibagi menjadi beberapa batalyon dan seetiap
batalyon diberi nama sendiri, misalnya Turkiya, Arkiya, dan sebagainya.

Dalam peperangannya, Pangeran DIponegoro mempergunakan sistem gerilya. Mereka tidak pernah
mengadakan penyerangan secara besar-besaran. Akan tetapi, hanya dengan perang lokal secara
sporadis. Siasat ini ternyata sangat efektif dan menjadikan Belanda kewalahan.

...

c. Ulasan -> ditunjukkan oleh paragraf terakhir

Jenderal de Kock menolaknya dan melarang Pangeran Diponegoro meninggalkan ruangan. Pangeran
Diponegoro ditangkap Belanda yang ternyata telah menyiapkan penyergapan secara rapi. Dengan
demikian, Belanda menjalankan pengkhianatan yang kesekian kalinya. Selanjutnya dengan pengawal
yang ketat, Pangeran Diponegoro dibawa ke Batavia lalu dibuang ke Manado kemudian dipindahkan
ke Benteng Rotterdam di Makassar sampai wafatnya (8 Januari 1855). Jenazahnya dimakamkan di
Kampung Melayu, Makassar.

Simpulan:

Ketiga struktur teks eksplanasi tersebut disajikan dengan saling terkait dan berurutan sehingga
menjadikan teks tersebut jelas dan mudah dipahami.

Anda mungkin juga menyukai