Anda di halaman 1dari 7

RESUME NODUL THYROID BILATERAL PADA NY.

S DI RUANG

OPERASI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

Disusun dalam rangka memenuhi tugas

stase Keperawatan Gadar

Oleh :

MASITA DUHALING

14420221034

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN


MASYARAKAT UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2023
A. DEFINISI
1. Tiroid berasal dari arkus faringeus 1 dan 2, kemudian migrasi ke kaudal
dan berhenti tepat dibawah kartilago krikoid. Pada akhir minggu ke 7
sampai 10 kelenjar tireoid sudah mulai berfungsi, folikel pertama akan
terisi koloid. Sejak saat itu fetus mulai mengsekresi TSH dan sel
parafolikuler pada fetus sementara belum aktif.
2. Etiologi
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormone thyroid
merupakan faktor penyebab pembesaran kelenjar tiroid antara lain :
a) Defisiensi yodium pada umumnya penderita penyakit struma
sering terdapat di daerah yang kondisi air minum dan tanahnya
kurang mengandung iodium, misalnya daerah pegunungan.
b) Kelainan metabolic kongenital yang menghambat sintesa hormone
tiroid
1. Penghambatan sintesa hormone oleh zat kimia (substansi
dalam kol, lobak dan kacang kedelai).
2. Penghambatan sintesa hormone oleh obat-obat (triocarbamide,
sulfonylurea dan litium).
c) Hiperplasi dan inovasi kelenjar tiroid pada umumnya ditemui pada
masa pertumbuhan, puberitas, menstruasi kehamilan, laktasi,
menepouse, infeksi dan stress lainnya. Dimana menimbulkan
nodularitas kelenjar tiroid yang dapat berkelanjutan. Dengan
berkurangnya aliran darah didaerah tersebut. (Brunicardi et al,
2010).
3. Klasifikasi
Struma dapat di klasifikasikan menjadi struma difusa non-
toksik, struma difusa toksik, dan non toksik ini merujuk pada
adanya perubahan dari segi fungsi fisiologis kelenjar tiroid
seperti hipertiroid (kelenjar tiroid aktif menghasilkan hormone
tiroid secara berlebihan) dan hipertiroid (produksi hormone
tiroid kurang dari kebutuhan tubuh).
a. Struma difusa ditandai dengan adanya pembesaran atau
benjolan diseluruh kelenjar tiroid (seakan terjadi
pembesaran leher). Ada struma difusa toksik (disertai
gejala hipertiroidisme) dan stuma difusa non toksik
(disertai gejala hipertiroidisme) dan struma difusa non
toksik (tanpa tanda dan gejala hipertiroidisme).
b. Struma nodusa ditandai dengan membesarnya Sebagian
dari kelenjar tiroid, yang dimana benjolannya
terlokalisir, pembesaran tersebut ditandai dengan
benjolan di leher yang bergerak pada saat menelan
Nodul mungkin tunggal, tetapi kebanyakan
berkembang menjadi multinodular yang tidak
berfungsi. Degenerasi jaringan menyebabkan kista atau
edenoma. Karena pertumbuhannya yang sering
berangsur angsur, sruma dapat menjadi besar tanpa
gejala kecuali benjolan dileher. Sebagian penderita
dengan struma nodosa dapat hidup dengan strumanya
tanpa gangguan :
1) Struma Nodusa Toksik : Kelenjar tiroid aktif
menghasilkan hormone tiroid sehingga produksinya
berlebihan
2) Trauma nodusa non toksik : kelenjar tiroid tidak
aktif menghasilkan hormone tiroid. Sering tidak
menampakkan gejalan atau keluhan karena pasien
tidak mengalami hipotiroidisme ataupun
hipertiroidisme.

4. Manifestasi Klinis
Pada penyakit struma nodosa Non Toksik (SNNT) terdapat
beberapa manifestasi klinis berupa :
a. Terdapat benjolan di daerah leher
b. Pembesaran kelenjar thyroid terjadi dengan lambat
c. Jika struma cukup besar, akan menekan area trakea yang
dapat mengakibatkan gangguan pada respirasi dan jua
esophagus tertekan sehingga terjadi gangguan menelan
d. Pasien tidak mempunyai gangguan karena tidak ada
hipotirodisme atau hipertirodisme.
e. Peningkatan metabolism karena klien hiperaktif dengan
meningkatnya denyut nadi
f. Peningkatan simpatis seperti jantung menjadi berdebar-
debar, gelisah, berkeringat, tidak tahan cuaca dingin, diare,
gemetar dan kelelahan.

5. Komplikasi
a. Gangguan menelan atau bernafas
b. Gangguan jantung baik berupa gangguan irama hingga
penyakit jantung kongestif (jantung tidak mampu
memompa darah keseluruh tubuh)
c. Ostheoporosis karena tubuh kekurangan kalsium
d. Komplikasi pembedahan
1. Perdarahan
2. Masalah terbukanya vena besar dan menyebabkan
embolisme udara.
3. Trauma pada nervus laryngeus reccurens.
4. Memaksa sekresi glandula ini dalam jumlah
abnormal ke dalam sirkulasi dengan tekanan
5. Sebsis yang meluas ke mediastinum
6. Hipotiroidisme pasca bedah akibat terangkatnya
kelenjar para tiroid
7. Trakeumalasia (melunaknya trakea).

6. Diagnosa Medis
Nodul Thyroid Bilateral

7. Perawat sirkuler /on Loop


a) Sebelum operasi atau pembedahan
1. Menerima pasien yang akan dioprasi melakukan serah
terima dengan ruangan tentang kelengkapan persiapan
operasi
2. menyiapkan kelengkapan obat atau bahan operasi, dan
alat kesehatan lain, mengorientasikan ruangan operasi
dan tim operasi,
3. memberikan support serta bimbingan doa kepada
pasien
4. membantu membuka bahan /obat serta alat yang
diperlukan dan masih dalam keadaan steril dengan
memperhatikan tehnik aseptic.
b) Selama Operasi atau pembedahan
1. Mengatur posisi pasien sesuai dengan tindakan
pembedahan bekerjasama dengan operator, perawat
anastesi dan tim lainnya
2. Mengingatkan tim operasi jika mengetahui adanya
penyimpangan penerapan tehnik aseptic
3. Mengikat tali jas steril tim bedah membantu mengukur
dan mencatat perdarahan dan cairan yang dikeluarkan
4. Menyiapkan dan mengumpulkan bahan
5. Jaringan atau alat untuk diserahkan kepada pasien atau
keluarga untuk bahan pemeriksaan lab
6. Menghitung dan mencatat pemakaian lat kesehatan,
obat dan bahan habis pakai, bekerjasama dengan
perawat instrument unuk kemudia diserahkan kepada
petugas farmasi.
7. Memeriksa kelengkapan instrument dan kassa bersama
perawat instrument, agar tidak tertinggal di dalam
tubuh pasien
c. Setelah operasi atau pembedahan
8. Bersihkan dan merapikan pasien yang sudah selesai
dilakukan tindakan operasi
9. Memindahkan pasien dari meja operasi ke tempat tidur
yang telah disiapkan
10. Meneliti, menghitung dan mencatat obat-obatan serta
cairan yang telah digunakan pasien
11. Mendokumentasikan tindakan perawatan selama
pembedahan
12. Melakukan serah terima dengan petugas RR.

D. Tugas saat di RR

d) Monitor selama di RR (Skema aldrette)


e) Gerakan
 Dapat menggerakan ke 4 ekstremitas sendri atau dengan
perintah (2)
 Dapat menggerakkan ke 2 ekstremitas endiri atau
dengan perintah (1)
 Tidak dapat menggerakkan ekstremitas sendiri atau
dengan perintah 0
f) Bernapas
 Bernapas dalam dan kuat serta batuk (2)
 Bernapas berat atau dyspneu (1)
 Apneu atau alat bantu (0)
g) Tekanan darah
 Sama atau 20% dari nilai awal (2)
 Berbeda 20-50% dari nilai awal (1)
 Berbeda lebih dari 50% dari nilai awal (0)
h) Warna kulit
 Kulit hangat dan kering, warna sama sebelum anastesi
 Pucat, kuning dan lain-lain
 Sianosis
 Total skor (skor >8% boleh keluar RR)
 Monitor selama di RR(skema steward)
i) Gerakan
 Gerakan bertujuan
 Gerakan tak bertujuan
 Tidak bergerak

j. Pernapasan

 Batuk, menangis
 Pertahankan jalan napas
 Perlu bantuan
k. kesadaran
 Menangis
 Bereaksi terhadap rangsangan
 Tidak bereaksi
Total skor (>5 boleh keluar RR skala nyeri
(NRS/BPS/FLACC/NIPS)
 Waktu : Nadi :, suhu, systole, diastole, saturasi O2
 Skor Bromage (boleh pindah jika skor = 0).

Anda mungkin juga menyukai